bab ii
DESCRIPTION
KOMPLIKASI PERFORASI USUS HALUSPENDAHULUANPerforasi usus halus dapat berupa perforasi bebas atau terbatas. Perforasi bebas terjadi ketika isi usus halus keluar secara bebas kedalam rongga abdomen, menyebabkan terjadi peritonitis difuse misalnya perforasi duodenum. Perforasi terbatas terjadi peradangan akut menyebabkan perlekatan dengan organ sekitar sehingga terbentuk abses (penetrasi ulkus duodenum ke pankreas).Pada anak-anak cedera pada usus halus dengan trauma tumpul jarang terjadi, insidensinya 1-7%. Pada orang dewasa, perforasi ulkus duodenum 2-3 kali lebih sering terjadi daripada perforasi ulkus gaster. Secara keseluruhan angka kematian cukup tinggi, sekitar 20-40% dikarenakan komplikasi seperti syok septik dan kegagalan organ multiple.(4)Diagnosa dan penatalaksanaan perforasi pada duodenum lebih sulit karena posisinya retroperitoneum. Biasanya tanda fisik dan gejala tidak mengesankan. Pemeriksaan fisik menunjukkan nyeri tekan ringan.(1)ETIOLOGITrauma tajam abdomen seperti pada luka tusuk oleh pisau.Usus halus paling sering cedera pada rongga intra abdominal karena bentuknya yang melingkar di abdomen dan menempati daerah rongga peritoneal.Trauma tumpul abdomen.Trauma berhubungan dengan kecelakaan lalu lintas, sindrome pemakaian sabuk pengaman.Obat-obatan seperti aspirin, non steroidal anti inflammatory drugs (NSAIDs), dan steroid.Adanya kondisi pencetus.Ulkus peptikum, apendisitis akut, divertikulitis akut.Apendisitis akut, penyebab paling sering perforasi usus halus pada pasien lanjut usia.Cedera usus halus berhubungan dengan endoskopi.Infeksi bakteri.Infeksi bakteri seperti demam tifoid bisa menyebabkan perforasi usus halus sekitar 5%.Perforasi usus halus oleh keganasan intra abdominal.Substansi kimia.Masuknya substansi kimia secara kebetulan atau disengaja bisa menyebabkan perforasi akut usus halus dan peritonitis.Benda asing bisa menyebabkan perforasi esophagus, lambung dan usus halus dengan infeksi intra abdominal, peritonitis, dan sepsis. (4)PATOFISIOLOGIPERFORASI BEBASPelepasan cairan asam lambung atau duodenum ke dalam rongga peritoneal disebut fase peritonitis kimiawi. Jika kebocoran tidak ditutup maka partikel makanan ikut masuk dalam rongga peritoneal dan menjadi tempat berkembang biak bakteri disebut peritonitis bakterial. Pasien dapat bebas dari gejala untuk beberapa jam diantara peritonitis kimiawi dan peritonitis bakterial karena reaksi peritoneum berupa pengenceran zat asam yang merangsang. (3,4)Bakteri sedikit ditemukan pada duodenum. Sedangkan pada jejunum dan ileum mengandung organisme aerobik (Escherichia coli) dan persentase tinggi organisme anaerobik (Bacteroides fragilis).PERFORASI LOKALISATAAdanya bakteri dalam rongga peritoneal merangsang sel inflamasi akut. Peradangan akut hebat menginduksi perlekatan dengan organ sekeliling dan omentum melokalisasir daerah inflamasi dengan membentuk phlegmon. Hipoksia yang timbul pada daerah tersebut menyebabkan tumbuhnya bakteri anaerob dan kelemahan aktivitas bakterisidal dari granulosit. Aktivitas fagositosis granulosit meningkat, degradasi sel, cairan di jaringan interstitial hipertonik membentuk abses, efek osmotik jaringan interstitial tinggi menyebabkan perpindahan banyak cairan ke daerah abses kemudian terjadi pembesaran abses abdominal. Jika tidak diobati bisa terjadi bakteremia, sepsis generalisata, kegagalan organ multiple dan terjadi syok. (4,5)MANIFESTASI KLINISRiwayatTrauma tajam atau tumpul pada bagian abdomenKonsumsi aspirin, NSAIDs, atau steroid, sebagian terjadi pada pasien lanjut usiaRiwayat pengobatan ulkus peptikumNyeri abdomen : Onset, durasi, lokasi, karakteristik. (4)Pemeriksaan fisikØ Tanda vitalØ Pemeriksaan abdomenInspeksi : terdapat luka eksternal/tidak, pola pernafasan pasien, pergerakan abdomen ketika bernafas, distensi abdomen dan perubahan warna (pada pasien perforasi ulkus peptikum, pasien berTRANSCRIPT
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Riwayat penyakit sekarang
Ny. S, Perempuan ,54 tahun, datang ke poli umum Puskesmas Karang Anyar pada
tanggal 10 oktober 2013 dengan keluhan sakit kepala yang hilang timbul sejak 4
hari ini. Sakit kepala terutama datang bila pasien merasa kelelahan dan banyak
pikiran. Keluhan ini tidak disertai dengan pandangan kabur, lemah pada tungkai,
nyeri dada, demam, ataupun mual muntah.
Selain itu pasien juga mengeluh kaku pada jari manis tangan kanannya dan
keluhan ini disertai nyeri, tidak terdapat keluhan lain pada persendian lutut
ataupun kakinya, keluhan ini dirasakan pasien sejak 1 minggu ini.
Sejak 15 tahun yang lalu pasien mempunyai riwayat darah tinggi. Saat itu pasien
baru mengetahui memiliki darah tinggi saat akan melanjutkan suntik KB ke bidan
di sekitar rumahnya, saat itu pasien mengeluh sakit kepala dan setalha dilakukan
pengukuran tekanan darah diperoleh tekanan darah 200/100 dan saat itu pasien
disarankan untuk tidak menggunakan KB suntik oleh bidan. Pasien mengaku tidak
pernah berobat ke puskesmas ataupun dokter dan hanya berobat ke bidan setempat
ketika keluhan sakit kepala datang. Pasien mendapat obat Captopril 25mg yang
diminum 2 kali sehari 1 tablet dan Paracetamol yang diminum 3 kali sehari , dan
dihentikan sete;lah keluhan sakit kepala hilang. Pasien tidak memiliki kebiasaan
merokok dan pasien mengaku juga jarang mengatur pola makannya, pasien
4
menyangkal menjadi mudah lelah setelah bekerja. Pasien menyangkal memiliki
kebiasaan meminum inuman keras. Pasien mengaku bekerja lebih berat sejak
suami pasien jatuh sakit 1 bulan ini. Pasien mengaku jarang berolahraga dan lebih
sering berada dirumah daripada di luar rumah.
Suami pasien memiliki riwayat penyakit alergi terhadap makanan laut yang dapat
menimbulkan gatal diseluruh badan ketika memakannnya sejak 3 bulan yang lalu,
suami pasien kemudian berobat ke dokter setempat dan diberikan obat bufacaryl
dan keluhan tersebut hilang, mengetahui obat it dapat menghilangkan gatal pasien
melannjutkan memakan makanan yang membuat gatal-gatal dan memilih untuk
mengkonsumsi obat tersebut secara rutin.
Satu bulan kemudian pasien mencoba obat-batan tradisional dari cina dan
diperoleh keluhan lemas serta mual disertai tidak nafsu makan yan g membuat
suami pasien mencari pengobatan ke dokter umum setempat namun tidak
diperoleh perbaikan. Suami pasien kemudian berobat ke spesialis penyakit dalam
dan diberikan obat prednison, biocurliv, dan keluhan teresebut hilag keesokan
harinya. Setelah obat habis suami pasien mencoba mengganti obat dari dokter dan
mengkonsumsi jamu akar tanjung namun keluhan kembali timbul dan semakin
berat hingga pasien kembali berobat ke spesialis penyakit dalam kembali dan
diberikan obat serupa yang harus diminum selama 1 bulan namun suami pasien
tidak kontrol kembali setelah keluhannya hilang. ± 2 minggu ini suami pasien
mengeluh rasa panas pada kedua kaki dan mencari pengobatan namun tidak
diperoleh perbaikan hingga pasien mencoba membeli obat serupa yang diberikan
5
oleh spesialis penyakit dalam itu dan kmeudian keluhan tersebut
hilang,selanjutnya pasien mengkonsumsi obat tersebut setiap keluhan timbul.
Riwayat penyakit dahulu.
Pasien memiliki riwayat darah tinggi sejak 15 tahun yang lalu. Riwayat penyakit
jantung, DM, maag disangkal pasien.
Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengakui memiliki riwayat darah tinggi dalam keluarganya yaitu pada
ayah pasien .
MASALAH PRASTUDI AWAL
A. Masalah Pasien
1. Sakit kepala yang memberat sejak 4 hari terakhir
2. Menderita darah tinggi sejak 15 tahun yang lalu
3. Kurang mengkonsumsi obat secara teratur
4. Kurang mengatur pola makan sesuai dengan penyakitnya
5. Kurangnya pemahaman pasien terhadap penyakitnya
B. Masalah Keluarga
1. Kurangnya pemahaman keluarga tentang permasalahan penyakit pasien,
dan masalah hipertensi di dalam keluarga
6
2. Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap upaya pengontrolan penyakit
pasien
3. Status sosial ekonomi yang kurang
PEMERIKSAAN FISIK (12 oktober 2013)
A. Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 170/100 mmHg
Nadi : 97 x/menit
Suhu : 36,6 C
Berat Badan : 52 kg
Tinggi Badan : 155 cm
B. Status Generalis
- Penampilan : Bentuk badan astenikus
- Kepala : Tidak ada deformitas
- Mata : Konjungtiva ananemis, sklera anikterik, lensa jernih, pupil isokor
- Mulut : Bibir tak ada kelainan, sianosis (-)
- Telinga : Liang lapang, serumen (+)
- Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-)
- Tenggorokan : Uvula ditengah, T1-T1 tenang, hiperemis (-)
7
Leher
- Inspeksi : Bentuk simetris, tidak terdapat benjolan
- Palpasi : Massa (-), KGB tidak membesar
JVP tak meningkat 5+2 cm H2O
Paru-paru
- Inspeksi : Peregerakan hemithorax kiri dan kanan simetris
- Palpasi : Fremitus taktil dan vokal simetris kiri dan kanan
- Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru
- Auskultasi : Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : Batas jantung kiri : ICS V Linea mid clavicula sinistra lateral
Batas Jantung kanan : Linea parasternalis kanan ICS IV
Batas atas : Linea parasternal kiri ICS II
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Perut datar simetris
- Palpasi : Turgor kulit baik, massa (-), Nyeri tekan (-)
- Perkusi : Tymphani
- Auskultasi : BU (+) normal
8
Sistem urogenital
- Inspeksi : Tak tampak penonjolan massa
- Palpasi : Ballotement (-)
- Perkusi : Nyeri ketok (-)
Ekstremitas
- Superior : rgigiditas digiti IV manus dextra, Oedema -/-, sianosis -/-
- Inferior : Oedema -/-, sianosis -/-
Muskuloskeletal : Tidak ada kelainan
Status neurologis
GCS : E4V5M6 : 15
Pupil : Isokor, reflek cahaya +/+
Tanda rangsang meningeal : (-)
Motorik : 5 5
5 5
Sensorik : Anesthesi dan Hipesthesia (-)
Reflek fisiologis : Normal
Reflek patologis : Tidak ada
Laboratorium : -
Diagnosa Holistik
I. Alasan Kedatangan, harapan dan kekhawatiran.
9
a. Alasan kedatangan : sakit kepala yang makin memberat dan kekakuan jari
manis
b. Harapan : Keluhan tersebut dapat hilang
c. Kekhawatiran : Takut keluhannya bertambah berat dan terjadi komplikasi
II. Diagnosis Kerja
Hipertensi Grade II
III. Masalah perilaku dan mental psikologikal
a. Kurangnya pengetahuan pasien mengenai penyakit Hipertensi
b. Kebiasaan minum obat dan mengukur tekanan darah yang tidak teratur
c. Pola makan yang tidak sesuai dengan penderita Hipertensi
d. Jarang berolahraga
IV. Masalah fungsi psikososial dan lingkungan
a. Pasien hanya tinggal bersama suami pasien dan seorang anak yang
berada di rumah hanya saat bekerja menjalankan usaha orang tuanya.
b. Pasien jarang berinteraksi dengan masyarakat di lingkungan
rumahnya
V. Skala Fungsional
Klasifikasi skor berdasarkan kemampuan penyelesaian masalah berdasarkan
rencana. Skala Fungsional 5 (Mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum
sakit), perawatan diri, bekerja di dalam dan diluar (mandiri).
10