bab ii

Upload: antibiotik22

Post on 11-Jul-2015

132 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II PEMBAHASAN A. Batasan Sindrom Down Sindrom down (bahasa Inggris: down syndrome) merupakan kelainan kromosom 21 pada pita q22 gen SLC5A3, yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental anak ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relatif pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongolia maka sering juga dikenal dengan Mongoloid. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali syndrome ini dengan istilah sindrom down dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama (1, 3). Sindrom down merupakan kelainan kromosom yakni terbentuknya kromosom 21 (trisomi 21). Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental anak ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down (3, 4). Normalnya, sebagian besar sel tubuh manusia terdiri dari 23 pasang kromosom (total 46 kromosom). Hanya sel reproduksi, yaitu sperma dan ovum yang masing-masing memiliki 23 kromosom tanpa pasangan. Namun, pada kasus tertentu, terjadi kelebihan kromosom pada manusia, seperti kromosom nomor 21 yang normlnya sepasang, menjadi tiga atau yang disebut trisonomi 21. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri, terjadi saat pembelahan. Jumlah kromosom yang tidak normal tersebut bisa ditemukan di seluruh sel (pada 92% kasus) atau di sebagian sel tubuh (5). 4

5

Akibat jumlah kromosom 21 yang berlebihan tersebut, terjadi guncangan sistem metabolisme sel yang berakibat munculnya sindrom down, yang merupakan kombinasi dari keadaan fisik abnormal dan retardasi mental. Dari hasil penelitian 88% kromosom 21 tambahan tersebut berasal dari ibu, akibat kesalahan pada proses pembentukan ovum. Sebanyak 8% dari ayah. Dan 2 % akibat peyimpangan pembelahan sel setelah pembuahan. Sebagai suatu bentuk kelianan kromosom yang paling sering terjadi, berdasarkan penelitian, SD menimpa satu diantara 700 kelahiran hidup (5). Pada tahun 1990, Epstein mempostulasikan beberapa penyebab ekstra kromosom 21 atau nondisjunction ini yaitu (1): 1. The production-line hypothesis, bahwa chiasmata yang sedikit berpengaruh pada peningkatanfrekuensi univalaen saat meiosis I dan pada nondisjunction 2. Aging oocyte hypothesis, bahwa ada pengaruh instrinsik maupun ekstrinsik (lingkungan) dalam sel insuk, yang menyebabkan pembelahan selama fase meiosis menjadi nondisjunction oleh karena faktor faktor seperti terputusnya benang-benang spindle atau komponennya, atau kegagalan dalam pemisahan nucleolus. Faktor lain yang menyebabkan kerusakan sel pada meiosis I sperti ketidakseimbangan hormonal pada saat mengandung infeksi 3. 4. Relaxed selection hypothesis, bahwa ada penurunan rerata kasus Compromised microcirculation hypothesis, bahwa terjadinya abortus pada embrio-embrio aneuploidi terutama yang mosaik nondisjunction adalah diduga akibat ketidakseimbangan hormon, mikrovaskuler di sekitar folikel ovarium kurang sempeurna, dan terjadi penurunan aliran darah 5. Delayed fertilization and Sperm aging hypothesis, bahwa akibat penurunan frekuensi koitus pada pasangan tua dan mungkin juga pada ibu-ibu yang sangat muda telah meningkatkan kejadian keterlambatan pembuahan dimana saat itu terjadi penuaan ovum pada meiosis II setelah

6

ovulasi. Disamping itu, pematangan sperma dalam taktus reproduksi pria, frekuen, berperan dalam ekstra kromosom 21 yang berasal dari ayah 6. mtDNA mutation hypothesis, bahwa mutasi mtDNA disebabkan oleh penurunan ATP dan meningkatnya produksi radikal bebas, dapat berpengaruh pada proses pembelahan spindle dan segregasi kromosom yang dapat menyebabkan terjadinya nondisjunction kromosom. Mutasi mtDNA paling sering berasal dari pihak ibu, dimana mutasi mtDNA pada oosit meningkat sejalan dengan usia ibu yang tua. Ada tiga tpe sindrom down, yaitu (5): 1. Standar sindrom down Trisomi 21 Trisomi 21 dimiliki kurang lebih 94% anak-anak sindrom down. Tipe ini terjadi secara alamiah dan dapat terjadi pada siapapun tanpa diketahui penyebabnya. 2. Mosaik sindrom down Jenis sindrom down ini melibatkan lebih kurang 4% dari semua individuindividu yang mempunyai sindrom down, tidak disebabkan keturunan. 3. Translokasi sindrom down Jenis ini paling sedikit terjadi, kemungkinan diturunkan dari ibu-bapak, tapi hanya lebih kurang satu dari tiga kejadian. Pada penderita sindrom down terjadi kelainan pada saraf otak, baik sensorik maupun motorik. Untuk mengoptimalkannya, diperlukan stimulasi sejak dini. Tingkat kecerdasan anak sindrom down rata rata sekitar 40-55. Dengan kondisi tingkat kecerdasan tersebut, seorang anak masih dapat belajar. Bila diberikan stimulasi melalui latihan dalam porsi sedikit demi sedikit dan secara terus menerus, anak masih mampu dilatih dengan tujuan utama yaitu anak-anak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri seperti makan, mandi atau membersihkan dirinya sendiri (6). Penelitian menunjukkan, anak dengan sindrom down yang menerima stimulasi dini memperoleh 20% lebih tinggi, pada uji kecerdasan yang dilakukan pada waktu masuk sekolah dibandingkan dengan anak yang tidak mendapatkan stimulasi ini. Penelitian lain mnyebutkan bahawa dengan

7

latihan yang dilakukan sejak dini, kurang dari 10% penderita sindrom down menjadi retardasi berat (6). Menurut Glenn Doman, ahli terapi fisik dan pendiri The Institute for The Achievement of Human potential menyatakan, sindrom down disebabkan oleh otak yang cedera. Karena itu, yang perlu diterapi adalah otaknya, baik jalur motorik maupun sensoriknya. Gabungan kedua kemampuan sensorik dan motorik inilah yang membuat otak seseorang berfunsi dengan baik (6). Jalur sensorik manusia berada di sebelah luar sumsum tulang belakang dan oak bagian belakang. Kemampuan sensorik ini meliputi penerimaan nformasi melalui kelima indra. Simulasi kelima indra pada anak sindrom down dapat dilakukan dengan: 1. Indra Penglihatan Anak sindrom down umumnya mengalami gangguan penglihatan, sehingga untuk mengajarinya membca bisa dibuatkan kartu-kartu bacaan berukuran besar dan bertuliskan kata-kata yang sederhana. 2. Indra pendengaran Sama halnya dengan penglihatan, sistem pendengaran anak sindrom down pun mengalami gangguan. Sistem pendengaran sebaiknya diperiksa pada usia 9 bulan sampai satu tahun dan dilakukan rutin setiap 1 tahun sekali sampai usia 10 tahun. Untuk menstimulasi pendengarannya, perdengarkan kepada anak banyak lagu dengan berbagai irama yang lambat, sedang juga cepat. Perkenalkan juga lagu dari berbagai bahasa yang berbeda. Perkenalkan suara alam, seperti suara binatang, ombak, angin dan lain lain. 3. Indra Penciuman Simulasinya bisa denganmemberikan anak mencium bau rempahrempah, bumbu, minyak wangi, sabun dan lain lain. 4. Indra Perabaan Kenalkan anak sindrom down untuk merasakan berbagai macam permukaan benda, dari yang halus sampai yang kasar. Ajarkan juga anak

8

untuk mengenali bentuk benda, apakah segiempat, segitiga, kerucut bola dan lain lain. 5. Indra Pengecapan Kenalkan anak sindrom down untuk mencicipi berbagai macam rasa makanan. Untuk mengujinya, dapat dilakukan dengan menutup mata anak, lalu beri dia makanan yang biasa dimakan, lalu minta dia untuk menebak nama makanan tersebut. Perkembangan motorik kasar, merupakan perkembangan yang paling menonjol selama 2 tahun pertama kehidupan. Pada 4 minggu pertama, rangsangan utuk perkembangan motorik halus belum diperlukan. Untuk mengoptimalkan kemampuan motorik anak sindrom down, baik motorik kasar maupun halus ada beberapa terapi pendekatan, yaitu (6): 1. Occuppasional Therapy Terapi ini diberikan pada anak sindrom down untuk melatih gerak fungsional anggota tubuh. 2. Play Therapy Terapi yang diberikan kepada anak sindrom down dengan cara bermain, misalnya memberikan pelajaran tentang hitungan dijari dengan cara sosiodrama, bermain jual-beli dan lain lain. 3. Activity daily Living tentang kegiatan kehidupan Untuk memandirikan anak sindrom down, kepada mereka harus diberikan pengetahuan dan keterampilan tanpa bantuan orang lain. 4. Life Skill Anak yang memerlukan layanan khusus, terutama anak dengan IQ di bawah rata-rata, biasanya tidak diharapkan bekerja sebagai administrator. Bagi anak sindrom down yang juga memiliki IQ di bawah rata-rata, mereka juga tidak diharapkan untuk menjadi administrator, oleh karena itu mereka sebaiknya memperoleh pendidikanketerampilan sebgai bekal hidup. sehari-hari. Hal itu dimaksudkan agar mereka dapat merawat diri sendiri

9

5.

Vocational Theraphy

Selain diberikan latihan keterampilan, anak sindrom down juga diberikan latihan kerja. Dengan bekal keterampilan yang telah dimiliki, anak sindrom down diharapkan dapat bekerja. Terdapat satu cara lagi untuk memberikan stimulasi yaitu dengan cara melakukan senam otak. Caranya dengan gerakan tubuh seimbang, antara kanan dan kiri sehingga akan menstimulasi kedua belahan orak sekaligus. Prinsip senam ini adalah melakukan gerakan-gerakan menyimpang, melewati bagian tengah. Dengan melakukan gerakan-gerakan menyilang secara teratur untuk beberapa waktu diharapkan terjadi harmonisasi antara otak kiri dan otak kanan. Beberapa gerakan dasar senam otak, yaitu (6): 1. Gerakan Silang Gerakan silang dilakukan dengan cara kaki dan tangan digerakkan secara berlawanan. Bisa ke depan, samping, atau belakang. Agar lebih ceria bisa diselaraskan dengan irama. Manfaat melakukan gerakan silang adalah merangsang bagian otak yang menerima informasi dan bagian yang 2. mengungkapkan Olah Pinggul Gerakan olah pinggul dilakukan dengan cara duduk dilantai, posisi tangan di belakang, menumpu ke lantai dengan siku ditekuk. Angkat kaki sedikit lalu olengkan pinggul ke kiri dan ke kanan lalu rileks. Manfaat melakukan gerakan ini adalah mengaktifkan otak untuk kemampuan 3. belajar, melihat dari kiri ke kanan, kemampuan memperhatikan dan memahami. Pengisi Energi Gerakan pengisis energi dapat dilakukan dengan cara duduk nyaman di kursi, kedualengan bawah dan dahi di letakkan di atas meja. Tangan di tempatkan di depan bahu, dengan jari-jari sedik menghadap sedikit ke dalam. Ketika menarik napas, rasakan napas mengalir ke garis tengah seperti peluncuran energi, mengangkat dahi, kemudian tengkuk informasi, sehingga memudahkan proses mempelajari hal-hal baru dan meningkatkan daya ingat.

10

dan terakhir punggung atas. Dafragma dan dada tetap terbuka dan bahu tetap rileks. Manfaat gerakan ini adalah mengembalikan vitalitas otak setelah serangkaian aktivitas melelahkan, mengusir stress, meningkatkan konsentrasi dan perhatian serta meningkatkan kemampuan memahami dan berpikir rasional. 4. Menguap Energi Gerakan menguap energi dapat dilakukan dengan cara bukalah mulut seperti hendak menguap lalu pijatlah otaot-otot di sekitar persendian rahang. Lalu menguaplah dengan bersuara untuk melemasan otot-otot tersebut. Manfaat gerakan ini adalah untuk mengaktifkan otak untuk peningkatan oksigen, agar otak berfungsi secara efisien dan rileks, meningkatkan perhatian dan daya penglihatan, memeperbaiki komunikasi lisan dan ekspresif serta meningkatkan kempampuan untuk memilah informasi. 5. Luncuran Gravitasi Gerakan luncuran gravitasi dilakukan dengan cara duduk di kursi dan silangkan kaki. Tundukkan badan dengan lengan ke depan bawah. Buang napas ketika turun dan ambil napas ketika naik. Lakukan dengan posisi kaki berganti-ganti. Manfaat gerakan ini adalah mengaktifkan otak untuk rasa keseimbangan dan koordinasi, meningkatkan kemampuan mengorganisasi dan meningkatkan energi. 6. Tombol Imbang Gerakan tombol imbang dilakukan dengan cara sentuhkan 2 jari ke belakang telinga, pada lekukan di belakang telinga semnetara tangan satunya menyentuh pusar selama kurang lebih 30 detik. Lakukan secara bergantian. Selama melakukan gerakan ini, dagu harus rileks dan kepala dalam posisi normal menghadap ke depan. Manfaat gerakan ini adalah mengaktifkan otak untuk kesiapsiagaan dan memusatkan perhatian, mengambil keputusan, berkonsentrasi dan pemikiran asosiatif.

11

B. Permasalahan pada Kejadian Sindrom Down

Permasalahan-permasalahan yang ditemukan pada kasus penyakit sindrom down ini adalah (1, 2):1.

Sindrom down adalah salah satu penyakit kelainan kromosom Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang sindrom down

sehingga pencegahannya akan sangat sulit dilakukan 2. sehingga masih sangat sering terjadi kesalahan persepsi dari masyarakat tentang penyakit ini3.

Belum ada program khusus dari pemerintah tentang pencegahan

maupun penatalaksanaan bagi penderita sindrom down sehingga kadang masyarakat banyak yang belum mengerti tentang penyakit ini, apa saja penyebabnya, bagaimana penatalaksanaan jika salah satu anak mereka menderita sindrom down4.

Dewasa ini, terlihat adanya kecenderungan orang menunda usia

perkawinan, sedangkan kelainan genetik pada pembentukan gamet frekuensinya akan meningkat terutama pada wanita berusia di atas 35 tahun sehingga pada wanita yang hamil diatas usia 35 tahun resiko menghasilkan keturunan yang menderita sindrom down akan lebih besarC. Perencanaan dan Evaluasi Program Pendidikan Kesehatan Sindrom

Down 1. Mengenal dan Menetapkan Masalah Penderita sindrom down mempunyai karakteristik berupa gambaran wajah yang khas, defisit kognitif, dan malformasi kongenital mayor seperti kelainan jantung kongenital, anomali gastrointestinal, disfungsi endokrin, visual, dan audiotori. Penderita sindrom down juga mengalami retardasi mental yang cukup berat dan ini berakibat Intelligence Quotion (IQ) penderita ini tidak dapat mencapat normal (antara 25-75). Sementara itu menurut Nussbaun IQ penderita sindrom down basanya berkisar antara 30-60. Selain itu kelainan jantung bawaan,

12

leukemia, dan kepekaan terhadap terjadinya infeksi merupakan gambaran klinis lain yang sering dijumpai pada penderita sindrom down (1). Trisonomi 21 ini juga bisa menyebabkan gangguan, atau bhakan kerusakan pada sistem organ yang lain. Pada bayi baru lahir, kelainan dapat berupa defek jantung seperti Congenital Heart Disease yang dapat menyebabkan kematian cepat. Berdasar penelitian, pada penderita sindrom down ditemukan kadar kolesterol yang tinggi, sebaliknya kadar asam lemak omega 3 dan omega 6 yang sangat rendah.begitu pula rasio HDL/LDL nnya rendah. Karena itu risiko penyakit kardiovaskuler pada penderita sindrom down lebih tinggi dibandingkan populasi orang normal (7). Selain itu, penderita sindrom down umummnya memiliki level IgA yang rendah sehingga menurunkan jumlah sel darah purih dan jumlah sel-T. kekurangan inilah yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan risiko infeksi saluran nafas, telinga dan saluran pencernaan pada penderita sindrom down (7). Kejadian sindrom down tidak mengenal pembatasan jenis kelamin, suku bangsa, ras, letak geografis, maupun musim. Angka kejadian sindrom down yang tergolong tertinggi, 1 diantara 650-1000 orang, menjadikan sindrom down sebagai kelainan genetik yang paling sering di dapatkan. Pada tahun 1969 Lilianfeld menganalisa dari 34 laporan kejadian sindrom down dan menyimpulkan bahwa angka kejadian sindrom down di populasi umum berkisar dari 1:3000 sampai 1:300, sedangkan angka kejadian di lingkungan rumah sakit dari berbagai Negara berada pada rentang antara 1:457 sampai 1:262 (1). Kadri melaporkan angka kejadian sindrom down di RSCM Jakarta tahun 1975-1979 adalah 1,08 dari 1000 kelahiran hidup. Sementara itu, menurut data dari bagian Perinatologi Ilmu Kesehatan Anak RS dr. Cipto Mangunkusumo, selama periode 4 tahun 1992-1995 angka kejadian sindrom down adalah 1,22 dari 1000 kelahiran hidup (1).

13

Di Indonesia terdapat kurang lebih 300 ribu kasus SD. Sekitar 1/3 penderita sindrom down tidak dapat melewati masa bayi, dan separuhnya meninggal sebelum usia 5 tahun. Sebagian lagi meninggal ketika usia dewasa muda. Kematian biasanya diakibatkan oleh komplikasi kelainan jantung dan infeksi saluran pernapasan. Yang dapat mencapai umur 50-60 tahun, jumlahnya kurang dari 3%. Suatu penelitian di Amerika Serikat pada tahun 2002 menunjukkan, rata-rata harapan hidup penderita sindrom down adalah 49 tahun (5). 2. Analisa Masalah secara Edukatif a. Penyebab langsung Penyebab langsung terjadinya sindrom down adalah adanya kelainan kromosom yang terletak pada kromosom 21 dan 15, yaitu terjadinya kelebihan satu kromosom 21 (trisonomi 21) (4).b. Perilaku sebagai penyebab tidak langsung

Beberapa perilaku yang menjadi beberapa penyebab tidak lansung, yaitu seperti (6, 7):1. Kecenderungan

banyak

wanita

menunda

usia

perkawinan,

sedangkan salah satu faktor risiko terjadinya sindrom down adalah kehamilan pada wanita diatas usia 35 tahun (lena), hal ini cenderung terjadi karena anggapan tuntutan sebagai wanita karir dan wanita karir tidak dapat menikah serta kurangnya pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko sindrom down2. Masyarakat masih sering malas untuk memeriksakan kehamilannya 3. Banyak anggapan masyarakat yang salah tentang penyakit ini. Ha

ini disebabkan pengetahuan masyarakat yang kurang tentang penyakit ini. Sering masyarakat jutru menjauhi anak-anak dengan sindrom down ini padahal anak-anak penderita sindrom down ini juga memiliki hak yang sama dengan anak-anak normal lain dan justru anak-anak dengan sindrom down memerlukan perhatian khusus agar dapat memebantu perkembangannya

14

4. Banyak orang tua yang masih kurang tentang bagaimana

penatalaksanaan jika anaknya menderita sindrom down seperti orang tua memberikan susu formula pada bayi dengan sindrom down, sehingga sering terjadi kesalahpahaman dan berdampak pada kesehatan dan perkembangan anak yang menderita sindrom down ini5. Orang tua kurang/tidak memberikan simulasi dini baik pada jalur

sensorik maupun motorik yang sangat penting bagi perkembangan anak dengan sindrom down. c. Perilaku yang diharapkan mengurangi timbulnya penyebaran masalah1. Kesadaran akan mengurangi angka kehamilan diatas 35 tahun

2. Memeriksakan kehamilan sehingga kehamilan dengan trisonomi 21 dapat dideteksi lebih dini 3. Jangan membeda-bedakan secara psikologis anak-anak dengan sindrom down dengan anak normal yang lainnya, karena anak dengan sindrom down mempunyai harapan dan cita-cita yang sama dengan anak normal lainnya yaitu saa-sama anak bangsa4. Para orang tua memberikan ASI bagi anak penderita sindrom

down, karena ASI secara umum lebih mudah dicerna daripada susu formula dan bayi sindrom down dengan ASI lebih jarang mengalami infeksi saluran atas dan bawah5. Orang tua selalu memantau perkembangan anaknya dan selalu

memberikan bebrapa stimulasi sejak dini yang dapat dilakukan mandiri.d. Kelompok masyarakat yang diharapkan berperilaku yang mengurangi

timbulnya penyebaran masalah Kelompok yang diharapkan berperilaku yang mengurangi timbulnya penyebaran masalah adalah masyarakat pada umumnya, dan wanita usia produktif serta orang tua anak penderita sindrom down pada khususnya.

15

e. Hambatan yang dihadapai masyarakat dalam merubah perilaku Hambatan yang dihadapai masyarakat dalam merubah perilaku: 1. Berkembangnya kehidupan duniawi, menuntut para wanita untuk terus bekerja sehingga sering menunda perkawinan2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang apa, bagaimana, dan

penatalaksanaan sindrom down.f. Yang mendorong terjadinya perubahan perilaku

Beberapa hal yang mendorong terjadinya perubahan perilaku adalah motivasi melihat masa depan anak-anak dengan sindrom downg. Mempelajari keadaan sarana

Sarana khusus dari pemerintah bagi penderita sindrom down memang belum tersedia, tetapi ada komunitas/perkumpulan yang peduli terhadap penderita sindrom down yang sudah menyediakan beberapa fasilitas seperti bagaimana mengembangkan kreatifitas anak-anak dengan sindrom down dengan dibantu beberapa ahli. h. Mempelajari keadaan ketenagaan Ketenagaan khusus dari pemerintah memang belum ada, tetapi hanya terdiri dari orang tua, ahli medis, ahli pendidikan kebutuhan khusus, para guru, dan simpatisan yang masih peduli dengan sindrom down. i. Mempelajari pengalaman masyarakat Karena sebelumnya memang belum ada program dari pemerintah, tetapi jika dilihat dari simpati masyarakat terhadap ISDI (Ikatan Sindrom Down Indonesia), masih banyak masyarakat yang peduli tentang sindrom down.j.

Mempelajari soksekbud masyarakat Sindrom down dapat terjadi pada seluruh tingkat sosial, ekonomi dan budaya tanpa adanya pembedaan.

16

3. Menentukan Sasaran Penyuluhan 1. Sasaran Primer Sasaran primer penyuluhan tentang sindrom down ini adalah wanita usia produktif dan orang tua para penderita sindrom down serta anak penderita sindrom down.2. Sasaran Sekunder

Sasaran tersier penyuluhan tentang sindrom down ini adalah masyarakat yang menjadi simpatisan dalam program penanggulangan kejadian sindrom down.3. Sasaran Tersier

Sasaran tersier penyuluhan tentang sindrom down ini adalah pemerintah agar dapat lebih memperhatikan tentang kejadian sindrom down ini. 4. Menentukan Tujuan Penyuluhan a. Tujuan Umum Setelah dilakukan penyuluhan masyarakat dapat mengetahui lebih banyak tentang sindrom down, apa faktor risiko dan bagaimana cara penatalaksanaan pada penderita sindrom down. b. Tujuan Khusus1.

Wanita usia produktif tidak berencana untuk hamil diatas Masyarakat dapat menyadari betapa pentingnya melakukan

usia 35 tahun2.

pemeriksaan ketika kehamilan untuk mendeteksi dini kehamilan dengan trisonomi 213.

Orang tua dapat mengetahui bagaimana cara merawat anakOrang tua dapat melakukan stimulasi dini pada anak

anak dengan sindrom down 4. penderita sindrom down dan dapat melakukannya secara mandiri karena sudah dibekali pengetahuan yang cukup5.

Terjadi perkembangan kreativitas pada anak penderita

sindrom down.

17

5. Menentukan Strategi Penyuluhan Strategi yang diambil dalam perencanaan ini adalah: 1. Advokasi kepada instansi pemerintahan Karena sebelumnya belum ada program khusus dari pemerintah, maka langkah pertama yang diambil adalah melakukan advokasi kepada pemerintah dengan menjelaskan betapa pentingnya dilakukan penanggulangan bagi penderita sindrom down2. Mengembangkan dulu para simpatisan

Sembari menunggu keputusan dari pemerintah, sebaiknya dilakukan pencarian simpatisan yang masih sangat peduli dengan kejadian sindrom down. Simpatiasan dapat seorang masyarakat awam yang peduli terhadap sindrom down, tenaga ahli seperti psikolog, tenaga medis, ahli pendidikan kebutuhan khusus atau para guru agar dapat saling berbagi pengalaman dan saling bekerja sama untuk dapat menanggulangi masalah ini 3. Melakukan penyuluhan dan langsung mengajak para penderita sindrom down bermain sambil belajar Ketika para simpatisan sudah berkumpul dan menguasai pengetahuandan keterampilan, dilakukanlah penyuluhan kepada wanita usia produktif dan orang tua para penderita sindrom down. Sembari orang tuanya mengikuti penyuluhan, didalam penyuluhan di praktekan langsung bagaimana atau apa saja yang harus dilakukan dalam penatalaksanaan pada penderita. Jadi para orang tua dapat membawa anak mereka ke tempat penyuluhan karena selain hanya mendengarkan penyuluh, mereka dapat langsung belajar bagaimana cara melakukan penatalaksanaan yang benar dan anak penderita sindrom down juga dapat sambil bermain sambil belajar di tempat penyuluhan.

18

6. Menentukan Isi Penyuluhan Poin tentang isi penyuluhan yaitu sebagai berikut (isi materi terdapat pada poin batasan Sindrom Down): 1. Pengetahuan tentang pengertian, penyebab, faktor risiko, pencegahan sindrom down 2. Pentingnya melakukan penatalaksanaan yang tepat pada anak penderita sindrom down 3. Pengetahuan tentang penatalaksanaan yang tepat pada anak penderita sindrom down4. Dapat melakukan stimulasi dini baik dari jalur sensorik maupun

motorik dan dapat melakukannya secara teratur dan madiri pada anak penderita sindrom down 7. Menentukan Metode dan Tempat Penyuluhan Metode yang digunakan adalah metode ceramah, lalu diskusi karena bertujuan untuk menambah pengetahuan dan untuk berbagi pengalaman antara yang disuluh dan penyuluh serta simpatisan yang hadir. Selain itu juga dilakukan demonstrasi terhadap materi yang disuluh tentang penatalaksanaan pada penderita atau lebih tepatnya dengan mengajak bermain anak-anak penderita sindrom down yang dibawa oleh orang tuanya ke tempat penyuluhan, selain bermain hal ini juga membantu penderita untuk mengembangkan sistem sensorik dan motoriknya.8. Menentukan Media Penyuluhan

Media penyuluhan yang digunakan untuk metode ceramah adalah berupa penanyangan slide tentang penjelasan sindrom down. Sedangkan untuk metode bermain sambil belajar pada penderita sindrom down digunakan benda asli sebagai media yaitu berupa kartu bacaan untuk merangsang penglihatan, memutarkan lagu-lagu untuk merangsang pendengaran, membawakan makanan-makanan untuk merangsang indra pengecap dan penciuman, dan benda-benda tiga dimensi untuk meningkatkan rangsang indra peraba (lap khusus).

19

9. Menyusun Rencana Jadwal Pelaksanaan

Pelakasanaan penyuluhan dilakukan secara secara teratur dan berkala setiap 3 bulan 1 kali agar antara orang tua, partisipan, ahli kesehatan, guru dan semua yang terlibat dalam kegiatan ini dapat terus melakukan berbagi pengetahuan dan pengalaman serta ketika penyuluhan anak penderita sinrom down dapat terus mengembangkan kreativitas mereka karena terus mendapatkan pelatihan dari tenaga ahli yang hadir. Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan No 1 Waktu Januari Kegiata Sasaran n Advokas Pemerinta i h dan Partisipan (sukarelaw an) Tujuan Agar pemerintah dapat menyokong/m embantu jalannya program dan partisipan dapat membantu sesuai dengan keahliannya. Agar dapat menegetahui faktor risiko, menegerti dan dapat menerapkan pada kehidupan sehari-hari Isi Pentingnya penanganan kejadian sindrom down di Indonesia Metode Pendekata n Alat peraga Slide Pelaksan aan Perencan a Kegiatan

2

Maret (dan selanjutn ya setiap 3 bulan 1x)

Penyulu han & Demons trasi

Wanita usia produktif, orang tua penderita, dan penderita sindrom down

Pengertian, penyebab, faktor risiko, bagaimana penatalaksa naan

Ceramh, diskusi, dan demonstra si

Slide dan Partisipa Benda n, guru, Asli ahli medis, pemberi pemdidik an khusus yang sudah dibentuk melalui advokasi pada lagkah satu

20

10. Membuat Rencana Penilaian 1. Indikator yang dipakai Indikator yang dipakai dalam penilaian berhasil atau tidaknya penyuluhan yang dilakukan kali ini adalah bertambahnya pengetahuan wanita usia produktif untuk tidak hamil diatas usia 35 tahun serta perubahan sikap orang tua anak penderita sindrom down dalam menyikapi anak mereka. 2. Waktu Penilaian Waktu penilaian dilakukan setiap 3 bulan sesuai dengan interval dilakukan penyuluhan selanjutnya. 3. Cara Penilaian Cara penilaian dengan melakukan pemantauan pada perkembangan anak penderita sindrom down setelah 3 bulan, ketika menghadiri penyuluhan pada bulan selanjutnya. 4. Penilai Yang melakukan penilaian adalah para partisipan, ahli medis, dan pemberi pendidikan khusus yang terlibat dalam kegiatan penyuluhan sebelumnya.