bab ii
TRANSCRIPT
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
2.1. Geomorfologi Regional
Ditinjau dari geomorfologi regional daerah penelitian terletak pada Busur
Sulawesi Barat bagian utara yang dicirikan oleh aktivitas volkanik dan intrusi
magma bersifat kalk-alkalin berkomposisikan asam hingga intermedit yang terdiri
dari pegunungan, perbukitan dan dataran rendah. Daerah pegunungan menempati
bagian Utara, Barat dan Selatan sedangkan bagian tengah merupakan perbukitan
bergelombang dan bagian timur merupakan dataran rendah.
Berdasarkan tektonik lempeng (Sukamto, 1975) Sulawesi dapat dibagi
menjadi tiga mandala geologi yaitu Mandala Sulawesi Barat, Mandala Sulawesi
Timur dan Banggai-Sula. Masing-masing mandala geologi ini dicirikan oleh
variasi batuan, struktur dan sejarah geologi yang berbeda satu sama lain. Daerah
penelitian merupakan bagian dari Mandala Sulawesi Barat yang berbatasan
dengan Mandala Sulawesi Timur, dimana keduanya dipisahkan oleh sesar Palu-
Koro.
2.2. Stratigrafi Regional
Berdasarkan peta geologi Lembar Majene dan Palopo Bagian Barat (Djuri
dan Sudjatmiko, 1974) batuan tertua adalah Formasi Latimojong (Tkl) yang
berumur Kapur dengan ketebalan kurang lebih 1000 meter. Formasi ini telah
termetamorfisme terdiri dari filit, serpih, rijang, marmer, kwarsit dan beberapa
intrusi bersifat menengah hingga basa, baik berupa stock maupun berupa retas-
7
retas. Diatasnya diendapkan secara tidak selaras Formasi Toraja yang terdiri dari
Tersier Eosen Toraja (Tet) dan Tersier Eosen Toraja Limestone (Tetl) yang
berumur Eosen terdiri dari serpih, batugamping dan batupasir serta setempat
batubara, batuan ini telah mengalami perlipatan kuat. Diatasnya dijumpai batuan
volklanik Lamasi yang berumur Oligosen, terdiri dari aliran lava bersusunan
basaltik hingga andesitik, breksi vulkanik, batupasir dan batulanau, setempat-
setempat mengandung feldspatoid. Kebanyakan batuan terkersikkan dan
terkloritisasi serta tidak dijumpai adanya fosil (Djuri dan Sudjatmiko, 1974).
Satuan batuan Tmb dan Tmpss yang beranggotakan napal dengan sisipan
batugamping yang setempat-setempat mengandung batupasir gampingan,
konglomerat dan breksi yang berumur Miosen Awal hingga Miosen Tengah.
Satuan batuan Tmc yang terdiri dari konglomerat, meliputi sedikit batupasir
glaukonit, serpih, mengandung fosil mollusca. Ketebalan batuan ini mencapai
(100-400) meter, berumur Miosen Tengah hingga Pliosen.
Baik satuan Tmb, Tmpss dan Tmc ini mempunyai hubungan menjemari
dengan satuan batuan Tmpv yang terdiri dari lava yang bersusunan andesitik,
piroksenit dan andesitik trakit, kelompok satuan batuan ini berumur Miosen Awal
hingga Pliosen dan mempunyai ketebalan (500-1000) meter.
Di atas satuan batuan Tmpv terendapkan secara tidak selaras satuan batuan
Tmpl yang beranggotakan batugamping koral Miosen Akhir hingga Pliosen.
Dibeberapa tempat juga dijumpai satuan Tmpa yang merupakan molasa Sulawesi
dari Sarasin, dimana Sarasin (1981) terdiri dari konglomerat, batupasir,
batulempung dan napal dengan selingan batugamping dan lignit.
8
Terdapat beberapa intrusi yang umumnya bersusunan asam sampai
intermedit seperti granit, granodiorit, diorit, sienit, monzonit kuarsa dan riolit.
Setempat dijumpai gabro di G. Pangi, singkapan terbesar di G. Paroreang yang
menerus sampai daerah G. Gandadewata di lembar Mamuju (Djuri dan
Sudjatmiko, 1974). Umurnya diduga Pliosen karena menerobos batuan gunungapi
Walimbong yang berumur Mio-Pliosen, serta berdasarkan kesebandingan dengan
granit di Lembar Pasangkayu yang berumur 3,35 juta tahun / Pliosen Akhir
(Sukamto, 1975).
Satuan Batuan termuda berupa endapan aluvial dan pantai yang terdiri dari
lempung, lanau, pasir kerikil dan setempat-setempat terdapat terdapat terumbu
koral (Qal) menempati daerah pesisir timur dan barat, daerah ini berbatasan
langsung dengan laut serta daerah disekitar Danau Tempe berumur Holosen dan
proses pengendapannya berlangsung sampai sekarang.
Gambar 2.1. Kolom Stratigrafi Majene Dan Bagian Barat Palopo (Djuri,
Sudjatmiko, S. Bachri Dan Sukido , 1998, Edisi Kedua)
9
Gambar 2.2. Peta Geologi Lembar Majene Dan Bagian Barat Palopo (Djuri,
Sudjatmiko, S. Bachri Dan Sukido , 1998, Edisi Kedua)
2.3. Struktur Regional
Strukutr geologi daerah Sulawesi memperlihatkan keadaan yang
sangat komplek, ditinjau dari tektonik regional mengalami beberapa fase tektonik
akibat dari pengaruh pergerakan (3) tiga lempeng antara lain lempeng Pasifik,
Australia dan Eurasia. Pergerakan tersebut mengakibatkan terbentuknya struktur
perlipatan dan pensesaran antara lain sesar mendatar mengiri Palu-Koro yang
memisahkan Laut Sulawesi dan Selat Makassar dan diperkirakan masih aktif
sampai sekarang dan telah bergeser sejauh 750 kilometer (Tjia dan Zakaria,1973
dalam Sukamto,1975).
Arah gerak sesar Palu-koro memperlihatkan kesamaan gerak dengan jalur
sesar Matano dan jalur sesar Sorong dan pola sesar sungkupnya memperlihatkan
10
arah sesar yang konsekwen terhadap Mandala Banggai-Sula. Hal ini
memperlihatkan bahwa terdapat pemampatan mendatar yang disebabkan oleh
Mandala Banggai-Sula yang bergerak ke arah barat, kemudian akibat lempeng
Asia yang bergerak dari arah Baratlaut menyebabkan terbentuknya jalur
penunjaman Sulawesi Utara sehingga pergerakan dari sesar Palu-Koro makin aktif
(Simandjuntak, 1986).
Daerah penelitian terpetakan dalam Lembar Majene dan bagian barat
palopo yang termasuk dalam Mandala Geologi Sulawesi Barat (Sukamto, 1975).
Mandala ini dicirikan oleh batuan sedimen laut dalam berumur Kapur – Paleogen
yang kemudian berkembang menjadi batuan gunungapi bawah laut dan akhirnya
gunungapi darat di akhir Tersier. Batuan terobosan granitan berumur Miosen –
Pliosen juga mencirikan mandala ini. Sejarah tektoniknya dapat diuraikan mulai
dari jaman kapur , yaitu saat Mandala Geologi Sulawesi Timur bergerak ke Barat
mengikuti gerakan tunjaman landai ke barat di bagian timur Mandala Sulawesi
Barat. Penunjaman ini berlangsung hingga hingga Miosen Tengah , saat kedua
mandala tersebut bersatu pada akhir Miosen Tengah sampai Pliosen terjadi
pengendapan sedimen molase secara tak selaras di atas seluruh mandala geologi
di Sulawesi, serta terjadi terobosan batuan granitan di Mandala Geologi Sulawesi
Barat . Pada Plio-Pliosen seluruh daerah Sulawesi tercenanga. Di daerah
pemetaan pencenangaan ini diduga telah mengakibatkan terbentuknya lipatan
dengan sumbu berarah baratlaut – tenggara, serta sesar naik dengan bidang sesar
miring ke timur. Setelah itu seluruh daerah Sulawesi terangkat dan membentuk
bentang alam seperti sekarang ini.
11