bab i psikiatri dr.ponco

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi dikenal sebagai keluhan umum yang sering dialami masyarakat. Wanita memiliki kecenderungan hampir dua kali lipat lebih besar daripada pria untuk mengalami depresi. Perbedaan dalam resiko relatif antara pria dan wanita bermula pada awal usia remaja dan bertahan hingga paling tidak usia pertengahan. Meski perbedaan hormonal atau perbedaan biologis lainnya yang terkait dengan gender kemungkinan berpengaruh, namun perbedaan gender sebagian besar disebabkan oleh lebih banyak jumlah stres yang dihadapi wanita dalam kehidupan kontemporer. Orang-orang yang lebih muda mempunyai kemungkinan lebih besar untuk sembuh dari pada kelompok yang lebih tua, dan kecil kemungkinan penyakitnya kambuh. Selama beberapa dekade terakhir para peneliti berupaya memahami peran berbagai neurotransmiter dalam gangguan mood. Ada dua transmiter yang paling banyak dipelajari, yaitu norepineprin dan serotonin. Teori norepineprin merupakan yang paling relevan dengan gangguan bipolar, dan secara umum, dinyatakan bahwa kadar norepineprin yang rendah memicu depresi dan kadar yang tinggi memicu mania. Teori serotonin menyatakan bahwa kadar serotonin yang rendah menimbulkan depresi. Depresi bisa berdiri sendiri maupun bersamaan dengan penyakit organik. Depresi akan sulit di diagnosis jika depresi ditemukan bersamaan dengan penyakit lain. Banyak gangguan medis

Upload: akmal-nugraha

Post on 27-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

akmal

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Psikiatri Dr.ponco

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Depresi dikenal sebagai keluhan umum yang sering dialami masyarakat. Wanita memiliki

kecenderungan hampir dua kali lipat lebih besar daripada pria untuk mengalami depresi.

Perbedaan dalam resiko relatif antara pria dan wanita bermula pada awal usia remaja dan

bertahan hingga paling tidak usia pertengahan. Meski perbedaan hormonal atau perbedaan

biologis lainnya yang terkait dengan gender kemungkinan berpengaruh, namun perbedaan

gender sebagian besar disebabkan oleh lebih banyak jumlah stres yang dihadapi wanita dalam

kehidupan kontemporer. Orang-orang yang lebih muda mempunyai kemungkinan lebih besar

untuk sembuh dari pada kelompok yang lebih tua, dan kecil kemungkinan penyakitnya kambuh.

Selama beberapa dekade terakhir para peneliti berupaya memahami peran berbagai

neurotransmiter dalam gangguan mood. Ada dua transmiter yang paling banyak dipelajari, yaitu

norepineprin dan serotonin. Teori norepineprin merupakan yang paling relevan dengan gangguan

bipolar, dan secara umum, dinyatakan bahwa kadar norepineprin yang rendah memicu depresi

dan kadar yang tinggi memicu mania. Teori serotonin menyatakan bahwa kadar serotonin yang

rendah menimbulkan depresi.

Depresi bisa berdiri sendiri maupun bersamaan dengan penyakit organik. Depresi akan

sulit di diagnosis jika depresi ditemukan bersamaan dengan penyakit lain. Banyak gangguan

medis dan neurologis serta agen farmakologis dapat menghasilkan gejala depresi. Biasanya

pasien datang dengan gangguan depresi pertama kali pergi ke dokter umum dengan keluhan

somatik, mereka mengeluh gangguan sistem endokrin, gangguan infeksi dan peradangan, serta

penyakit medis lain seperti kanker dan penyakit kardiopulmonal.

Baik depresi yang berdiri sendiri maupun yang bersamaan dengan penyakit lain harus

diobati dengan sungguh-sungguh, karena depresi dapat mempengaruhi dan memperburuk

penyakit organik yang sudah ada. Pemilihan obat anti depresan yang tepat sangat diperlukan agar

mendapatkan efek terapi yang optimal dan menghindari efek samping yang mungkin timbul.

Page 2: BAB I Psikiatri Dr.ponco

BAB II

PEMBAHASAN

DEFINISI

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam

perasaaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu

makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan dan rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan

bunuh diri.3

EPIDEMIOLOGI

Gangguan depresi berat merupakan gangguan yang sering terjadi, dengan prevalensi

seumur hidup sekitar 15%, kemungkinan sekitar 25% terjadi pada wanita.1

Terlepas dari kultur atau negara, terdapat prevalensi gangguan depresi berat yang dua kali

lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki. Usia onset untuk gangguan depresi berat kira-

kira usia 40 tahun. 50% dari semua pasien, mempunyai onset antara usia 20-50 tahun.1

Beberapa data epidemilogi baru-baru ini menyatakan bahwa insidensi gangguan depresi

berat mungkin meningkat pada orang-orang yang berusia kurang dari 20 tahun, jika pengamatan

tersebut benar, mungkin berhubungan dengan meningkatnya penggunaan alkohol dan zat -zat

lain pada kelompok usia tersebut.1

Angka gangguan depresif berat pada anak-anak pre sekolah diperkirakan adalah sekitar

0,3% dalam masyarakat, dibandingkan dengan 0,9% dalam lingkungan klinis. Diantara anak-

anak usia sekolah dalam masyarakat, kira-kira 2% memiliki gangguan depresif berat. Depresi

lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan pada anak usia sekolah.1

ETIOLOGI

Dasar umum untuk gangguan depresi berat tidak diketahui, tetapi diduga faktor -faktor

dibawah ini berperan.

1. Faktor Biologis

Data yang dilaporkan paling konsisten dengan hipotesis bahwa gangguan depresi

berat berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik ( norepinefrin dan

serotonin ).

Page 3: BAB I Psikiatri Dr.ponco

Penurunan serotonin dapat encetuskan depresi, dan pada beberapa pasien yang

bunuh diri memiliki konsentrasi metabolik serotonin di dalam cairan serebrospinal yang

rendah serta konsentrasi tempat ambilan serotonin yang rendah di trombosit. Faktor

neurokimia lain seperti adenilate cyclase, phsphotidyl inositol, dan regulasi kalsium

mungkin juga memiliki relevansi penyebab. Penelitian anak pra pubertas dengan

gangguan depresif berat dan remaja-remaja dengan gangguan mood telah menemukan

kelainan biologis.1 Anak pra pubertas dalam suatu episode gangguan depresif berat

mensekresikan hormon pertumbuhan yang secara bermakna lebih banyak selama tidur

dibandingkan dengan anak normal dan anak dengan gangguan mental nondepresi. 1

2. Faktor Genetika

Data genetik menyatakan bahwa sanak saudara derajat pertama dari pasien

gangguan depresi berat kemungkinan 1,5 – 2,5 kali lebih besar daripada sanak saudara

derajat pertama kontrol. Memiliki satu orang tua yang terdepresi kemungkinan

meningkatkan resiko dua kali untuk keturunan, memiliki kedua orang tua terdepresi

kemungkinan meningkatkan resiko empat kali bagi keturunan untuk terkena gangguan

depresi sebelum usia 18 tahun.1

3. Faktor Psikososial

Peristiwa kehidupan dan stess lingkungan, suatu pengalamn klinis yang telah

lama direplikasikan adalah bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih

sering mendahului episode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya.

Hubungan tersebut telah dilaporkan untuk gangguan depresi berat.1

Data yang paling mendukung menyatakan bahwa peristiwa kehidupan paling

berhubungan dengan perkembangan depresi selanjutnya adalah kehilangan orang tua

sebelum usia 13 tahun. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu

episode depresi adalah kehilangan pasangan.1

Bebeapa artikel teoritik mempermasalakan hubungan antara fungsi keluarga dan

onset serta perjalanan gangguan depresi berat. Selain itu, derajat psikopatologi di dalam

keluarga mungkin mempergaruhi kecepatan pemulihan, berkurangnya gejala, dan

penyesuaian pasien pasca pemulihan. 1

Page 4: BAB I Psikiatri Dr.ponco

4. Faktor Psikososial

Terdapat pengamatan klinis yang bertahan lama bahwa pristiwa hidup yang penuh

tekanan lebih sering timbul mendahului episode gangguan Mood yang mengikuti. Hubungan

ini telah dilaporkan untuk pasien gangguan depresi berat dengan gangguan bipolar I.

sejumlah klinisi yakin bahwa pristiwa hidup hanya memegang peran terbatas dalam awitan

dan waktu depresi. Data yang paling meyakinkan menunjukan bahwa peristiwa hidup yang

hanya memegang peran terbatas dalam awitan dan waktu depresi. Data yang paling

meyakinkan menunjukan bahwa pristiwa hidup yang paling sering menyebabkan timbulnya

depresi dikemudian hari pada seseorang adalah kehilangan orangtua sebelum usia 11 tahun.

Factor risiko lain adalah kematian pasangan.

Klasifikasi Depresi

DSM-IV-TR, membagi depresi menjadi tiga bagian besar : gangguan depresi mayor/ major

depressive disorder (MDD), distimia, dan depresi yang tidak terklasifikasikan. Gambar 4.1

memperlihatkan algoritma singkat untuk memisahkan gangguan depresi ini dengan gangguan

bipolar.

1. Gangguan Depresi Mayor

MDD memiliki karakteristik dengan adanya satu atau lebih episode depresi mayor (Kotak 4.1).

kriteria diagnosis menunjukkan beberapa gejala yang harus ada pada waktu yang sering,

sekurang-kurangnya dalam 2 minggu, walaupun durasinya terkadang lebih lama dari waktu yang

terlihat. Gejala yang muncul juga harus memperlihatkan perubahan fungsi yang signifikan.

Akhirnya, bereavement dan beberapa penyebab gejala depresi harus dapat disingkirkan.

Kotak 4.1 DSM-IV-TR kriteria diagnosis episode depresi mayor

A. Lima (atau lebih) gejala yang ada berlangsung selama 2 minggu dan memperlihatkan

perubahan fungsi, paling tidak satu atau lainnya (1)mood depresi (2)kehilangan minat

1. Mood depresi terjadi sepanjang hari atau bahkan setiap hari, diindikasikan dengan

laporan yang subjektif (merasa sedih atau kosong) atau yang dilihat oleh orang sekitar.

Note : pada anak dan remaja, dapat mudah marah

Page 5: BAB I Psikiatri Dr.ponco

2. Ditandai dengan hilangnya minat disemua hal, atau hampir semua hal

3. Penurunan berat badan yang signifikan ketika tidak diet, atau penurunan atau

peningkatan nafsu makan hamper setiap hari. Note : pada anak-anak, berat badan yang

tidak naik

4. Insomnia atau hipersomnia hamper setiap hari

5. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (dilihat oleh orang lain, bukan

perasaan yang dirasakan secara subjektif dengan kelelahan atau lamban)

6. Cepat lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari

7. Merasa tidak berguna atau perasaan bersalah yang berlebihan (bisa terjadi delusi)

hampir setiap hari

8. Tidak dapat berkonsentrasi atau berpikir hampir setiap hari

9. Pemikiran untuk mati yang berulang, ide bunuh diri yang berulang tanpa perencanaan

yang jelas, atau ide bunuh diri dengan perencanaan.

B. Gejala-gejalanya tidak memenuhi episode campuran

C. Gejala yang ada menyebabkan distress atau kerusakan yang signifikan secara klinis

D. Gejala tidak disebabkan langsung oleh sebuah zat (penyalahgunaan obat, obat-obatan) atau

kondisi medis umum (hipotiroid)

E. Gejala yang muncul lebih baik tidak masuk dalam kriteria bereavement

MDD dapat ditemukan sebagai penyakit yang baru pertama kali diderita atau saat kambuh,

setidaknya sudah pernah mengalami 2 kali episode depresi mayor dengan jarak penyembuhan

paling tidak 2 bulan. MDD juga dapat juga memiliki beberapa sub tipe yang memiliki perbedaan

pada beberapa spesifikasi dan derajat keparahan, hal ini dapat digunakan untuk membedakan

setiap jenis depresi yang berimplikasi pada pengenalan (gejala-gejala tertentu atau pola

penyakitnya), prognosis dan pemilihan terapi.

2. Distimia

Distimia adalah penyakit kronis, gangguan mood tingkat rendah selama kriteria pada episode

depresi mayor tidak ditemukan (Kotak 4.2). Gejala-gejala distimia berkembang perlahan,

seringkali tidak dikenali oleh pasien, dan menetap untuk waktu minimum 2 tahun (median 5

Page 6: BAB I Psikiatri Dr.ponco

tahun). Individu dengan distimia sering berkembang menjadi episode depresi mayor (dalam

bentuk “depresi ganda”), dimana hal ini yang akan membuat mereka pergi untuk berobat.

Kotak 4.2 DSM-IV-TR kriteria diagnostic distimiaA. Mood depresi hampir sepanjang hari, untuk beberapa hari lalu tidak, diindikasikan dengan

subjektif atau dilihat oleh orang lain, paling tidak selama 2 tahun. Note : pada anak dan remaja, mood sgt iritabel dan durasinya minimal 1 tahun

B. Kondisi saat depresi, dua atau lebih :1. Nafsu makan yang buruk atau berlebihan2. Insomnia atau hipersomnia3. Sedikit tenaga atau kelelahan4. Harga diri yang rendah5. Sulit berkonsentrasi atau kesulitan dalam membuat suatu keputusan6. Putus asa

C. Selama 2 tahun (1 tahun untuk anak) terdapat gangguan, tidak pernah tanpa gejala-gejala pada kriteria A dan B lebih dari 2 bulan pada satu waktu

D. Tidak terdapat episode depresi mayor selama 2 tahun awal gangguan (1 tahun untuk anak dan dewasa), gangguan ini lebih baik tidak dihitung sebagai gangguan depresi mayor kronik atau gangguan depresi mayor yang sembuh sebagian

E. Tidak pernah ada episode mania, episode campuran, atau hipomania, dan tidak termasuk dalam gangguan siklotimik

F. Gangguan tidak terjadi saat terdapatnya gangguan psikotik kronis, seperti skizofrenia atau gangguan waham

G. Gejala bukan karena efek fisiologis dari suatu zat (penyalahgunaan obat-obatan terlarang, obat) atau kondisi medis umum (hipotiroid)

H. Gejala menunjukkan dengan jelas distress dan gangguan pada kehidupan sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

3. Gangguan Depresi yang Tidak Dapat Dispesifikasikan

Depresi yang tidak dapat dispesifikasikan adalah depresi yang memiliki gejala yang tidak

ditemui pada kriteria gangguan depresi utama (Kotak 4.3). Beberapa kondisi seperti depresi

minor dan depresi kambuhan yang berlangsung tidak lama, masih dalam penelitan untuk masuk

dalam klasifikasi diagnosis dimasa yang akan datang.

Kotak 4.3 contoh-contoh gangguan depresi yang tidak dapat dispesifikasikan Gangguan disforik premenstrual: pada kebanyakan siklus menstruasi yang sudah

berlangsung selama satu tahun, gejala biasanya terjadi pasa minggu akhir fase lutheal dan membaik beberapa hari dari waktu menstruasi

Gangguan depresi minor : episode terjadi selama 2 minggu dari gejala depresi tetapi lebih sedikit dari 5 kategori untuk MDD

Page 7: BAB I Psikiatri Dr.ponco

Gangguan depresi singkat berulang : episode depresi yang berlangsung 2 hari sampai 2 minggu, paling tidak satu kali dalam satu bulan dalam waktu 12 bulan dan tidak berhubungan dengan siklus menstruasi

Gangguan depresi post psikotik skizofrenia : pada episode depresi mayor yang terjadi saat fase skizofrenia residual

Episode depresi mayor ikutan : gangguan waham, gangguan psikotik yang tidak tergolongkan, atau fase aktif skizofrenia

Keadaan dimana dokter sudah menyimpulkan adalah depresi yang terjadi tetapi tidak secara primer karena suatu kondisi medis atau karena zat

GEJALA KLINIS

Gejala utama (pada derajat ringan, sedang dan berat):

Efek depresif,

Kehilangan minat dan kegembiraan, dan

Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah

yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.4

Gejala lainnya :

a. Konsentrasi dan perhatian berkurang

b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

f. Gangguan tidur

g. Nafsu makan berkurang.4

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang -

kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat

dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung lama.4

PATOFISIOLOGI

Page 8: BAB I Psikiatri Dr.ponco

Timbulnya depresi dihubungkan dengan peran beberapa neurotransmiter aminergik.

Neurotransmiter yang paling banyak diteliti  ialah serotonin. Konduksi impuls dapat terganggu

apabila terjadi kelebihan atau kekurangan neurotransmiter di celah sinaps atau adanya gangguan

sensitivitas pada reseptor neurotransmiter tersebut di post sinaps sistem saraf pusat.

Pada depresi telah di identifikasi 2 sub tipe reseptor utama serotonin yaitu reseptor

5HTIA dan 5HT2A. Kedua reseptor inilah yang terlibat dalam mekanisme biokimiawi depresi

dan memberikan respon pada semua golongan anti depresan.

Pada penelitian dibuktikan bahwa terjadinya depresi disebabkan karena menurunnya

pelepasan dan transmisi serotonin (menurunnya kemampuan neurotransmisi serotogenik).

Beberapa peneliti menemukan bahwa selain serotonin terdapat pula sejumlah neurotransmiter

lain yang berperan pada timbulnya depresi yaitu norepinefrin, asetilkolin dan dopamin. Sehingga

depresi terjadi jika terdapat defisiensi relatif satu atau beberapa neurotransmiter aminergik pada

sinaps neuron di otak, terutama pada sistem limbik. Oleh karena itu teori biokimia depresi dapat

diterangkan sebagai berikut :

1. Menurunnya pelepasan dan transport serotonin atau menurunnya kemampuan

neurotransmisi serotogenik.

2. Menurunnya pelepasan atau produksi epinefrin, terganggunya regulasi aktivitas

norepinefrin dan meningkatnya aktivitas alfa 2 adrenoreseptor presinaptik.

3. Menurunnya aktivitas dopamin.

4. Meningkatnya aktivitas asetilkolin.

Teori yang klasik tentang patofisiologi depresi ialah menurunnya neurotransmisi akibat

kekurangan neurotransmitter di celah sinaps. Ini didukung oleh bukti-bukti klinis yang

menunjukkan adanya perbaikan depresi pada pemberian obat-obat golongan SSRI (Selective

Serotonin Re-uptake Inhibitor) dan trisiklik yang menghambat re-uptake dari neurotransmiter

atau pemberian obat MAOI (Mono Amine Oxidasi Inhibitor) yang menghambat katabolisme

neurotransmiter oleh enzim monoamin oksidase.

Belakangan ini dikemukakan juga hipotesis lain mengenai depresi yang menyebutkan

bahwa terjadinya depresi disebabkan karena adanya aktivitas neurotransmisi serotogenik yang

berlebihan dan bukan hanya kekurangan atau kelebihan serotonin semata. Neurotransmisi yang

berlebih ini mengakibatkan gangguan pada sistem serotonergik, jadi depresi timbul karena

Page 9: BAB I Psikiatri Dr.ponco

dijumpai gangguan pada sistem serotogenik yang tidak stabil. Hipotesis yang belakangan ini

dibuktikan dengan pemberian anti depresan golongan SSRE (Selective Serotonin Re-uptake

Enhancer) yang justru mempercepat re-uptake serotonin dan bukan menghambat. Dengan

demikian maka turn over dari serotonin menjadi lebih cepat dan sistem neurotransmisi menjadi

lebih stabil yang pada gilirannya memperbaiki gejala-gejala depresi.

Mekanisme biokimiawi yang sudah diketahui tersebut menjadi dasar penggunaan dan

pengembangan obat-obat anti depresan.

TANDA GANGGUAN DEPRESI BERAT

A. Perasaan yang berubah-ubah

Depresi berat merupakan gangguan mood yang mempengaruhi cara seseorang merasa

tentang kehidupan pada umumnya. Memiliki pandangan putus asa atau tak berdaya pada

kehidupan adalah gejala yang paling sering dikaitkan dengan depresi. Perasaan lain yang

mungkin dirasakan adalah merasa tidak berharga, membenci diri atau rasa bersalah yang tidak

tepat.

B. Kehilangan minat

Depresi dapat merenggut kesenangan atau kenikmatan dari hal yang disukai. Hilangnya

minat dari kegiatan yang pernah dinantikan, seperti olahraga, hobi atau pergi keluar dengan

teman adalah satu lagi tanda-tanda depresi berat.

C. Kelelahan dan tidur

Sebagian alasan seseorang berhenti melakukan hal-hal yang dinikmatinya adalah karena

merasa sangat lelah. Depresi sering datang dengan kekurangan energi dan perasaan yang luar

biasa dari kelesuan, yang dapat menjadi gejala paling melemahkan. Dan bisa mengakibatkan

tidur berlebihan atau tidak tidur sama sekali.

D. Kecemasan dan lekas marah

Orang dengan depresi juga memberikan kontribusi menimbulkan kecemasan dan mudah

tersinggung. Penelitian menunjukkan, pria lebih cenderung menunjukkan tanda-tanda ini.

Page 10: BAB I Psikiatri Dr.ponco

Karena wanita lebih mungkin menginternalisasi masalah mereka, sementara pria cenderung

mengeksternalisasi perasaan mereka dengan menyalahkan orang lain.

E. Selera makan dan berat badan meningkat

Nafsu makan dan berat badan dapat berfluktuasi secara berbeda untuk setiap orang

dengan depresi berat. Beberapa akan memiliki nafsu makan dan berat badan bertambah,

sementara yang lain sebaliknya.

F. Emosi tak terkendali

Satu menit dikuasai amarah. Berikutnya, menangis tak terkendali. Emosi yang naik dan turun

dalam waktu singkat ini adalah gejala depresi. Mirip dengan kelainan suasana hati (gangguan

bipolar), yakni suasana hati yang berfluktuasi tak terkendali dan membuat orang tersebut

bingung.

G. Bunuh diri

Realitas paling menakutkan dari depresi adalah hubungannya dengan keinginan bunuh diri.

Emosi yang tak terkendali dan perasaan hampa sering menyebabkan orang untuk berpikir bahwa

bunuh diri adalah solusi permanen. Bahkan, 90 persen dari lebih dari 34.000 orang yang bunuh

diri di AS setiap tahun didiagnosis memiliki gangguan psikiatrik.

PEDOMAN DIAGNOSTIK

Pedoman diagnostik untuk episode depresi berat tanpa gejala psikotik :

Semua 3 gejala utama depresi harus ada

Ditambah sekurang-kurangnya 4 gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus

berintensitas berat

Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka

pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara

rinci

Page 11: BAB I Psikiatri Dr.ponco

Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, tetapi jika

gejala utama amat berat dan beronset cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan

diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu

Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau

urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.4

Pedoman diagnostik untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik

Episode depresif berat yang memiliki kriteria tanpa gejala psikotik tersebut diatas;

Diseratai waham, halusinasi, atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang

dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa bertanggungjawab

atas hal itu. Halusinasi auditorik atau alfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau

menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat

menuju stupor. 4

DIAGNOSA BANDING

Dalam menegakkan suatu gangguan depresi, diagnosis lain perlu dipikirkan, seperti

adanya gangguan organik, intoksikasi atau ketergantungan zat dan abstinensia, distimia,

siklotimia, gangguan kepribadian, berkabung dan gangguan penyesuaian.

Perubahan intrinsik yang berhubungan dengan epilepsi lobus temporalis dapat

menyerupai gangguan depresi, khususnya jika fokus epileptik adalah sisi kanan. Berkabung

merupakan suatu respon normal yang hebat, dan menyakitkan karena kehilangan, tetapi responsif

terhadap dukungan dan empati dapat membuat berangsur mereda / sembuh seiring berjalanya

waktu.

TERAPI

Mekanisme terjadinya obat anti depresi adalah :

Menghambat ‘reuptake aminergic neurotransmitter’

Menghambat penghancuran oleh enzim ‘monoamine oxidase’

Sehingga terjadi peningkatan jumlah ‘aminergic transmitter’ pada sinaps neuron di SSP.

Page 12: BAB I Psikiatri Dr.ponco

Golongan obat anti depresan antara lain :

Trisiklik: Amitriptylin, Tianeptine, Imipramine, Clomipramine, Opipramol

Tetrasiklik: Maprotiline, Mianserin, Amoxapine

MAOI Reversibel: Moclobemide

Atypical: Trazodone, Mirtazepin

SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor): Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine,

Fluoxetine, Citalopram.

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan onset efek primer (efek klinis) sekitar

2-4 minggu, efek sekunder (efek samping) sekitar 12-24 jam, serta waktu paruh sekitar 12-48

jam (pemberian 1-2 kali per hari). Ada 5 proses dalam pengaturan dosis, yaitu:

- Initiating dosage (tes dosage), untuk mencapai dosis anjuran selama 1 minggu, misalnya

amitriptylin 25 mg/hari pada hari 1-2,50 mg/hari pada hari ke 3 dan ke 4, 100 mg/hari

pada hari ke 5 dan ke 6.

- Titrating dosage (optimal dose), dimulai pada dosis anjuran sampai dosis efektif,

kemudian menjadi dosis optimal. Misalnya amitriptylin 150 mg/hari selama hari ke 7-15 (

minggu II), kemudian minggu ke III 200 mg/hari dan minggu ke IV 300 mg/hari.

- Stabilizing dosage (Stabilzation dose), dosis optimal dipertahankan selama 2-3 bulan.

Misalnya amitriptylin 300 mg/hari (dosis optimal) kemudian diturunkan sampai dosis

pemeliharaan.

- Maintaning dosage (maintanance dose), selama 3-6 bulan. Biasanya dosis pemeliharaan

½ dosis optimal. Misalnya amitriptylin 150 mg/hari.

- Tapering dosage (tapering dose), selama 1 bulan, kebalikan dari proses initialing dose.

Misalnya amitriptylin 150 mg/hari 100 mg/hari selama 1 minggu. 100 mg 75

mg/hari selama 1 minggu, 75 mg 50 mg/hari selama 1 minggu, 50 mg/hari 25

mg/hari selama 1 minggu. Dengan demikian obat anti depresan dapat dihentikan total.

Kalau kemudian sindrom depresi kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal dan

seterusnya. Pada dosis pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal pada malam hari (single

dose one hour before sleep) untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik. Untuk golongan

SSRI diberikan dosis tunggal pada pagi hari setelah sarapan.

Page 13: BAB I Psikiatri Dr.ponco

BAB III

KESIMPULAN

Page 14: BAB I Psikiatri Dr.ponco

Depresi merupkan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam

perasaan yang sedih, dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur, nafsu makan,

psikomotor, konsentrasi, kelelahan dan rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.

Dasar umum untuk gangguan depresi berat tidak diketahui, tetapi diduga ada beberapa

faktor yang berperan, yaitu faktor biologis, faktor genetika dan faktor psikososial. Untuk

menegakkan diagnosa PPDGJ III mensyarati harus ada 3 gejala utama gangguan depresi dan

minimal 4 gejala lainnya dan beberapa di antaranya harus berintensitas berat. Pemberian

anti depresan dilakukan melalui tahapan – tahapan, yaitu dosis initial, titrasi, stabilisasi,

maintenance dan tapering off, dimana dosis dan lama pemberiannya berbeda-beda.

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: BAB I Psikiatri Dr.ponco

1. Kaplan, Sadock, Sinopsis Psikiatri, Jilid II, edisi Ketujuh, Binarupa Aksara, Jakarta,

1997.

2. Kaplan, Harold I: Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat, Widya Medika, Jakarta, 1998.

3. Maslim, R: Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropika, edisi II, Jakarta, 2001.

4. Maslim, R : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPGDJ III,

Jakarta, 2001.

5. Maramis WF. Catatan Kuliah Kedokteran Jiwa, Cetakan Ketujuh. Penerbit Airlangga

University Press, Surabaya, 1998.