bab i pengenalan komponen elektronika dan penggunaan alat-alat ukur
TRANSCRIPT
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR
UNIT PERCOBAAN EL. 01
PANGENALAN KOMPONEN ELEKTRONIKA DAN
PENGGUNAAN ALAT-ALAT UKUR
Oleh :
Nama : Yoyok Umar Cahyo Nugroho
No.Mhs : 111042021
Gol/Kel : 2/2A
Asisten : Bpk Subandi
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
201
BAB I
UNIT PERCOBAAN EL-01
PENGENALAN KOMPONEN-KOMPONEN ELEKTRONIKA DAN
PENGGUNAAN ALAT-ALAT UKUR
1.1. Maksud dan Tujuan Percobaan
Dalam praktikum unit 01 elektronika dasar ini bertujuan utuk mengetahui
komponen elektronika dan dapat mempergunakan alat-alat ukur yang digunakan
dalam bidang elektronika.
1.2. Alat Percobaan
Multitester
Osciloscope
Unit percobaan 01 dan perlengkapannya
Kabel jamper
Pembangkit frekuensi
1.3. Teori Singkat
1. Pengenalan Komponen Elektronika
A. Tahanan (Resistor)
Tahanan atau resistor merupakan salah satu komponen yang penting dalam
sebuah rangkaian elektronika, walaupun dalam rangkaian modern sekalipun. Nilai
dari komponen ini dapat dilihat dari kode berupa pita warna yang melingkar pada
badannya. Kode dari warna itu menunjukan nilai tahanan dan toleransinya.Warna-
warna tersebut melambangkan angka-angka sebagai berikut:
Hitam : 0 (nol) Kode warna untuk toleransinya sebagai berikut:
Coklat : 1 (satu) Emas : 5%
Merah : 2 (dua) Perak : 10%
Jingga : 3 (tiga) Tanpa warna : 20%
Kuning : 4 (empat)
Yoyok Umar Cahyo Nugroho/111042021/ELD – Unit 01/20-04-2012
Hijau : 5 (lima)
Biru : 6 (enam)
Ungu : 7 (tujuh)
Kelabu : 8 (delapan)
Putih : 9 (sembilan)
GAMBAR 1.1
PENUNJUK KODE WARNA
Angka pertama
Angka kedua
Toleransi
Banyaknya angka nol
Keterangan gambar :
Pita warna pertama melambangkan angka pertama
Pita warna kedua melambangkan angka kedua
Pita warna ketiga melambangkan banyaknya angka nol
Pita warna keempat melambangkan besarnya toleransi
Contoh :
1. Merah, ungu, jingga, emas : artinya 27 K Ohm dengan toleransi 5%
2. Jingga, putih, jingga, perak : artinya 39 K Ohm dengan toleransi 10%
3. Kuning, ungu, merah : artinya 4K7 Ohm dengan toleransi 20%
Bila hanya terdapat tiga pita warna, sedangkan pita warna keempat tidak ada berarti
toleransinya adalah 20%.
Jika pita warna ketiga itu emas maka dua angka yang dilambangkan pada warna
pertama dan kedua dikalikan 0,1 dan bila warna ketiga itu perak pengalinya adalah
0,01.
Contoh :
1. Merah, hitam, emas : artinya 2 Ohm dengan toleransi 20%
2. Kuning, ungu, perak : artinya 0,47 Ohm dengan toleransi 20%.
GAMBAR 1.2
Yoyok Umar Cahyo Nugroho/111042021/ELD – Unit 01/20-04-2012
SIMBOL TAHANAN (RESISTOR)
Tahanan Tetap Tahanan Variabel
Rumus-rumus tahanan:
1. Tahanan seri
Re = R1 + R2 + R3 + ….+Rn (1-1)
Re = Tahanan ekivalen Rn = Tahanan ke-n
2. Tahanan paralel
R1
R2
R3
R4
(1-2)
3. Khusus untuk dua tahanan yang paralel
(1-3)
B. Kapasitor
Kapasitor mempunyai satuan Farad dan besar kapasitasnya ditulis dengan
angka pada lapisan luar badannya. Satuan yang lebih kecil dari pada farad adalah:
1 farad = 106 mikro farad disingkat 1F = 106 μF
Yoyok Umar Cahyo Nugroho/111042021/ELD – Unit 01/20-04-2012
1 mikro farad = 103 nano farad disingkat 1 μF
1 nano farad = 103 piko farad disingkat 1nF = 103 pF.
Jika ditulis :
0,01 μF artinya 10-2 μF
1000 μF artinya 103 μF
Ada yang ditulis dengan notasi berikut:
103 artinya 10.000 piko farad
472 artinya 4.700 piko farad
Jenis-jenis kapasitor :
1. Kapasitor mika 4. Kapasitor milar
2. Kapasitor tantalum 5. Kapasitor elektrolit
3. Kapasitor kertas 6. Kapasitor keramik
GAMBAR 1.3
SIMBOL KAPASITOR TETAP VARIABEL BERKUTUB
Tetap Variabel Berkutub
Rumus-rumus kapasitor
1. Kapasitor seri
C1 C2 C3 Cn
(1-4)
2. Kapasitor paralel :
C1
C2
C3
Yoyok Umar Cahyo Nugroho/111042021/ELD – Unit 01/20-04-2012
Cn
Ct = C1 + C2 + C3 +…..+ Cn (1-5)
Ct = Kapasitor total ; Cn = Kapasitor ke-n
C. Induktor
Induktor biasanya dinyatakan dengan lambang L dan mempunyai satuan
Henry. Satuan yang lebih kecil dari Henry:
1 Henry = 1000 mili Henry disigkat 1H = 103 mH
1 mili Henry = 1000 mikro Henry disingkat 1mH = 103 μH
GAMBAR 1.4
INDUKTOR
Ind
uktor dengan inti udara Satu lapis Beberapa lapis
Besar induktansi:
1. Untuk induktor satu lapis
L = μH (1-6)
Keterangan:
L = Induktansi (mikro henry)
a = Radius coil (inchi)
b = Lebar coil (inchi)
N = Jumlah lilitan
2. Untuk induktor beberapa lapis
Yoyok Umar Cahyo Nugroho/111042021/ELD – Unit 01/20-04-2012
L = (1-7)
C = Tebal rata-rata (inchi).
Untuk induktor dengan inti bukan udara perhitungannya lain dan lebih sulit.
D. Transistor
Notasi transistor biasa dengan kode yang berlainan untuk setiap pabrik yang
mengeluarkannya.
Khusus untuk transistor buatan Jepang atau Taiwan mempunyai notasio sebagai
berikut:
SA berarti transistor jenis PNP untuk frekuensi tinggi
SB berarti transistor jenis PNP untuk frekuensi rendah
SC berarti transistor jenis NPN untuk frekuensi tinggi
SD berarti transistor jenis NPN untuk frekuensi rendah.
Sedangkan huruf dibelakangnya nomer seri adalah kualitas contoh:
Tr 2 SA 70 C
2 = transistor (satu dioda)
SA = jenis PNP frekuensi tinggi
70 = nomer seri
C = kualitas baik
Untuk menunjukan kualitas ada bermacam-macam, misalnya A, B, C dan seterusnya.
Urutan abjad ke kanan makin baik. Jadi B lebih baik dari A, begitu pula C lebih baik
dari B, dan seterusnya.
E. Intergrated Circuit (IC)
IC sebenarnya merupakan suatu untai rangkaian tertentu yang di
sederhanakan dan dicetak dalam suatu bentuk yang kompak dan kompleks. IC
mempunyai jenis dan kegunaan yang bermacam-macam. Ada yang beribu-ribu jenis
dan seri, kebanyakan dari IC tersebut sudah dirancang untuk kegunaan yang khusus.
Jadi untuk setiap pabrik tidak sama, untuk menggunakan IC sebagai salah satu
komponen, harus diketahui terlebih dahulu watak dan susunan dari IC tersebut.
2. Penggunaan Alat-alat Ukur
Yoyok Umar Cahyo Nugroho/111042021/ELD – Unit 01/20-04-2012
A. Multitester
Tujuan percobaan adalah bagaimana cara mempelajari serta menggunakan
multitester untuk menganalisis suatu rangkaian ataupun menghitung suatu besaran
tertentu dalam pengukuran sebenarnya.
Alat percobaan:
Multitester SANWA 501 ZX TR
Satu unit rangkaian objektif.
Multitester adalah suatu alat yang dipakai untuk bermacam-macam jenis pengukuran,
seperti untuk menganalisa suatu kerusakan pada alat listrik, mengukur tegangan AC,
DC, arus DC, polaritas suatu sumber tegangan, polaritas dioda, mengukur atau
mengetahui kontak atau tidaknya suatu hubungan pengantar dan kegunaan lainnya.
Karena multitester disusun sangat ringkas, maka mudah dibawa kemana-mana.
Multitester termasuk alat yang sensitif, oleh karena itu dalam penggunaanya harus
sangat hati-hati dan sesuai dengan petunjuk yang ada. Misalnya salah dalam
pengarahan switch maka ada kemungkinan multitester akan terbakar dan menjadi
rusak. Khusus untuk pengukuran “High Power System” tidak diperkenankan sama
sekali melakukan kesalahan dalam pengoperasian alat ini, karena dapat
membahayakan pemakainya.
Berikut ini petunjuk pemakaian multitester:
1. Pointer Zero Correction
Bagian ini digunakan untuk menyetel agar jarum (pointer) dari meter benar-benar
tepat pada angka nol pada sebelah kiri dari skala sebelum alat digunakan untuk
mengukur.
2. Test Lead Conection
Sebagai pedoman bahwa colok (test lead) merah dihubungkan jeck positif (+) dan
hitam pada jeck negatif (-) / com. Untuk mengukur arus sampai 10A DC, maka
colok merah dihubungkan dengan jeck 10A positif, colok hitam pada 10A negatif.
3. Pembacaan Skala
Skala berwarna hitam paling atas digunakan untuk mengukur tahanan. Bilangan
pada garis skala 1x menunjukan nilai besar 34 Ohm sebenarnya AC 10 Volt lebih.
Skala berwarna merah tepat diatas cermin digunakan untuk membaca AC Volt.
Khusus untuk tegangan 2,5 Volt AC dibuat tersendiri di bawah skala merah
ditandai dengan AC 2,5 Volt.
Yoyok Umar Cahyo Nugroho/111042021/ELD – Unit 01/20-04-2012
HFE : Skala berwarna merah tepat diatas cermin adalah untuk membaca faktor
penguat arus DC atau IC / IB dari suatu transistor. Skala 0-300 dibagi
menjadi 30 bagian.
Db : Skala dibawah hitam untuk pembacaan daya output AF dimana 0 Db
ditetapkan pada 0,775 Volt AC. Tetapi pembacaan Db pada skala
berhubungan dengan AC Volt sesuai degan rumus berikut:
Db = 20 log10 (1-8)
4. Pengukuran DC Volt (100 mV – 1 KV)
Sebagai aturan “Polarity Switch” dipasang pada posisi positif (+)
Colok negatif selalu dihubungkan dengan jalur “Ground” untuk tegangan
negatif, “Skala Polaritas” digeser ke arah posisi negatif (-), untuk mengatasi
kesulitan dari pada arus membalik kedua colok.
5. Pemakaian Probe HV (High Voltage)
Probe HV ukuran kecil dipakai untuk pengukuran tegangan tinggi DC sampai
25 KV.
Jalur 0-25 digunakan untuk pembacaan 25 KV untuk skala penuh.
Penggunaan Probe HV hanya untuk tegangan tinggi dalam rangkaian
impedansi tinggi, misalnya televisi.
6. Pengukuran Positif (+) DC A ( μA, mA, dan A)
Jika pada pengukuran tegangan DC, tester dipasang paralel terhadap bahan
atau daya, tetapi pada pengukuran arus DC harus dipasang secara seri karena
itu rangkaian harus dibuka ditempat yang harus diukur.
Tester ini dilengkapi dengan jangkauan pengukuran arus DC mulai dari
tingkat μA sampai 10A. Hal ini berguna untuk pemeriksaan rangkaian
transistor pada waktu mengatur bias. Skala jangkauan dipasang pada tempat
yang sesuai.
Untuk pengukuran mendekati 10A saklar pemilih jangkauan dipasang pada
posisi DC mA – 250A. Colok merah ditempatkan pada jeck 10A (+) dan
colok hitam pada 10A negatif (-).
7. Pengukuran Ohm
Kedua colok pada posisi positif (+) dan negatif (-) com, kemudian saling
dihubungkan (shorted) dan jarum diatur oleh 0 Adj/zero agar kedudukannya
tepat 0 disebelah kiri pada skala paling atas.
Bila pengaturan 0 seperti diatas sulit dilakukan maka battery harus diganti.
Yoyok Umar Cahyo Nugroho/111042021/ELD – Unit 01/20-04-2012
Bila dilakukan pengukuran pada posisi saklar x10K. Polarity Switch harus
pada posisi positif (+). Jika pada posisi negatif (-) maka jarum akan berputar
terbalik sehingga tidak dapat dilakukan pengukuran.
Polarity switch pada posisi positif (+) maka colok yang berhubungan dengan
(-) com adalah kutub positif dan colok pada (+) adalah kutub negatif.
Cara menyimpan multitester yang benar :
1. Putar posisi switch pemilih jangkauan pada posisi AC Volt (1K)
2. Lepaskan kedua coloknya (kabel merah dan kabel hitam).
Cara pembacaan multitester yang benar :
Tempatkan switch pada posisi yang dikehendaki lalu pasang coloknya pada posisi
dan terminal yang benar. Jangan sekali-kali colok dipasang pada rangkaian apapun
sebelum menentukan besaran apa yang akan diukur, baru setelah itu switch dapat
dirubah-rubah.
1. Dalam pembacaan ada skala, jarum harus menutupi bayangan pada cermin.
Jadi membacanya harus tegak lurus diatas bidang skala.
2. Perlu diketahui terlebih dahulu berapa harga-harga tiap skala yang akan
diukur.
B. Osciloscope
Maksud percobaan adalah mempelajari penggunaan osciloscope untuk
menganalisa suatu rangkaian, mengadakan pengukuran besaran tertentu dan melihat
bentuk-bentuk gelombang pada suatu keadaan.
Alat percobaan:
Satu buah osciloscope (CRO)
Satu buah Audio Frekuensi Generator (AFG)
Satu buah rangkaian percobaan unit EL 01
Satu buah multitester
4 buah kabel penghubung.
Cathode Ray Osciloscope (CRO) merupakan suatu alat berguna untuk menganalisa
sinyal-sinyal listrik, terutama untuk menyelidiki gejala-gejala periodis diantaranya :
Bentuk gelombang
Beda phase
Amplitudo
Frekuensi
dll.
Yoyok Umar Cahyo Nugroho/111042021/ELD – Unit 01/20-04-2012
Bagian-bagian CRO adalah:
Tabung sinar katoda (cathoda ray tube)
Penguat (amplifier)
Catu daya (power supply)
Tabung sinar katoda mempunyai komponen pokok:
Elektron Gun
Deflection System
Display Screen
Elektron yang dihasilkan oleh elektron gun bergerak dengan kecepatan tinggi,
menunjukan ketabir (screen). Elektron menumbuk layar menyebabkan tabir atau
screen berpendar. Gerakan elektron dipengaruhi oleh medan listrik yang dipasang
pada deflection system, yaitu sistem yang dapat menyimpangkan elektron tersebut
kekanan dan kekiri oleh sepasang lempeng horozontal. Bila sebuah sinyal tegangan
berbentuk sinus dipasang pada lempeng penyimpang horizontal, maka elektron akan
bergerak ke arah vertikal sebagai garis lurus. Panjang garis lurus ini menunjukan
amplitudo yang panjang garisnya dipengaruhi oleh tegangan sesaat. Bila pada
lempeng penyimpang arah horizontal dipasang tegangan periodik yang besarnya
berbanding lurus dengan waktu, sedangkan frekuensinya sama dengan frekuensi
tegangan itu maka garis vertikal yang sebenarnya terjadi oleh titik-titik yang naik
turun, yang sekarang mempunyai gerakan kekanan dan kekiri juga. Pada tabir akan
terlihat suatu gambar yang mempunyai pola seperti jika membuat grafik dari suatu
gejala periodik dengan absis waktu dan ordinat tegangan dari gejala periodik tersebut.
GAMBAR 1.7
TEGANGAN BERBENTUK GELOMBANG SINUS
Tegangan Gigi Gergaji
Yoyok Umar Cahyo Nugroho/111042021/ELD – Unit 01/20-04-2012
Misalnya suatu tegangan periodis yang besarnya berbanding lurus dengan waktu dan
digambarkan sebagai tegangan fungsi waktu yang mempunyai bentuk seperti gigi
gergaji.
GAMBAR 1.8
TEGANGAN BERBENTUK GIGI GERGAJI (TGG)
V
ωt
Karena bentuknya seperti gigi gergaji maka dalam prakteknya juga dinamakan
tegangan gigi gergaji (TGG). Ini dihasilkan oleh suatu alat yang terdapat pada CRO
sendiri (alat tersebut biasanya dinamakan multivibrator). TGG dalam teknik CRO
dinamakan alas waktu (time base) yang dapat dipakai untuk mengamati pola
tegangan yang akan dipelajari. Penggunaan time base pada CRO mirip dengan guna
absis waktu dalam gambar grafik.
Synchronisasi
Sinkron berarti sama waktu atau sama saat, maka sinchronisasi berarti
penyamaan waktu. Sinkronisasi diusahakan pada permulaan TGG, sehingga diperoleh
gambar yang tunggal. Syncron dapat dijalankan oleh alat dalam CRO itu sendiri
(internal synchr) atau dapat diusahakan dengan alat dari luar CRO (external synchr).
Bila penyelidikan bentuk tegangan tak dikenal dengan potongan suatu tegangan gigi
gergaji yang dipasang pada horizontal, maka cara demikian ini disebut “INTERN”.
Cara lain untuk memasukan TGG dari luar (EXTERN) bila dimasukan dari luar
berupa gelombang sinusoidal (tegangan harmonis) dengan perbagai frekuensi dan
beda phase diantaranya akan diperoleh hasil berupa gambar Lissayous.
Untuk menggunakan CRO sebagai alat dan sarana untuk menganalisa suatu kesalahan
maupun meneliti kualitas suatu output dan lain-lain sebaiknya dipelajari juga dengan
seksama bagian-bagian dari CRO, sehingga dapat mengoperasikannya dengan benar
dan aman.
Yoyok Umar Cahyo Nugroho/111042021/ELD – Unit 01/20-04-2012
1.4. Langkah Kerja dalam Pengamatan
1. Penggunaan CRO
A. Pengukuran Tegangan ke Puncak (Vpp)
1) Melakukan persiapan pengoperasian CRO sebagai berikut:
– Menekan switch power pada CRO
– Mengatur switch AC/GND/DC pada posisi AC, akan terlihat garis horizontal.
– Variabel kontrol (knop kecil VOLTS/DIVE) pada posisi maksimum (putar
searah jarum jam).
– Switch V MODE pada channel yang digunakan (CH-1, CH-2, DUAL).
– Tombol variabel pada CAL.
– Switch Trigger mode pada AUTO.
– Swtch Trigger Source pada Vert.
– Kontrol Trigger Level pada posisi tengah-tengah.
– Menggunakan tombol pengatur posisi vertikal dan posisi horizontal agar garis
horintal tersebut pada posisi tengah layar.
2) Menghubungkan ground alat unit 01 dangan ground pada CRO,
menghubungkan vertikal output unit 01 dengan vertikal CRO (CH-2 – Y-in),
saklar unit 01 pada posisi A.
3) Mengatur switch TIME/DIVE untuk mendapatkan dua atau tiga siklus bentuk
gelombang sinus dan mengatur VOLTS/DIVE untuk mendapatkan besar/kecil
amplitudo sehingga gambar gelombang dapat terlihat pada layar CRO.
4) Melakukan pengamatan untuk tegangan puncak ke puncak untuk 3 macam
besaran VOLTS/DIVE untuk macam-macam besaran. Mencatat skala
amplitudo dan gambar bentuk gelombang pada lembar data. Menghitung
tegangan puncak ke puncak.
Rumus :
Vpp = Skala Amplitudo x VOLT/DIVE………..Volt
B. Pengukuran Frekuensi dengan Pola Lissayous
1) Memutar switch TIME/DIVE pada posisi X-Y (maksimum searah jarum jam)
VOLTS/DIVE CH-1 & CH-2 diatur pada kedudukan yang sama.
2) Menghubungkan semua ground dari alat unit 01, AFG ,dan CRO.
3) Menghubungkan vertikal output alat dengan vertikal output CRO (CH-2 – Y-
in), variabel kontrol (knop kecil VOLTS/DIVE CH-2) diatur sehingga
Yoyok Umar Cahyo Nugroho/111042021/ELD – Unit 01/20-04-2012
menghasilkan amplitudo 3-4 cm, mengatur switch AC/GND/DC pada posisi
GND.
4) Menghubungkan Output AFG dengan horizontal CRO (CH-1 – X-in), variabel
kontrol (knop kecil VOLTS/DIVE CH-1) diatur sehingga menghasilkan satu
garis horizontal 3-4 cm.
5) Mengatur kembali switch AC/GND/DC pada posisi AC, dengan cara mengatur
frekuensi AFG maka akan didapatkan gambar pola Lissayous.
6) Mengamati pola Lissayous yang lainnya sesuai pada gambar data, mencatat
besarnya frekuensi AFG yang menghasilkan pola lissayous tersebut.
Pada gambar pola lissayous yang berbentuk lingkaran ini merupakan besar
frekuensi alat yang sebenarnya.
C. Pengukuran Frekuensi dengan Perbandingan Panjang Gelombang
1) Pengamatan panjang Gelombang dari AFG
– Menghubungkan Output AFG dengan CH-2 atau CH-1 CRO dan Groundnya
– Mengatur TIME/DIVE sehingga mendapatkan gambar gelombang yang
tenang
– Mengatur AFG untuk 3 macam harga frekuensi yang berbeda
– Mencatat skala panjang gelombang untuk satu gelombang sinus dan
menggambar bentuk gelombangnya. TIME/DIVE tidak dirubah lagi.
2) Panjang Gelombang dari Alat
– Menghubungkan alat dengan vertikal input CRO (pada CH-2). Apabila
gambar sinus pada layar CRO masih bergerak, maka atur tombol variabelnya,
tetapi jangan mengatur TIME/DIVE lagi.
– Mencatat satu gelombang sinus ada berapa skala panjangnya. Untuk lebih
teliti, amati dua/tiga gelombang ada berapa skalanya, kemudian dibagi skala
gelombangnya.
3) Membandingkan kedua buah hasil pengukuran pada AFG dan unit alat, maka
frekuensi alat dapat dicari.
Frekuensi = Skala AFG x frekuensi AFG
Skala Alat
Yoyok Umar Cahyo Nugroho/111042021/ELD – Unit 01/20-04-2012
D. Pengamatan Beda Phase
1) Mengatur saklar unit alat pada posisi A
2) TIME/DIVE pada posisi X-Y (memutar kearah maksimum searah jarum jam)
VOLTS/DIVE CH-1 & CH-2 diatur pada kedudukan yang sama.
3) Menghubungkan vertikal unit alat dengan vertikal input CRO (CH-2).
Mengatur variabel kontrol CH-2 (knop kecil VOLTS/DIVE CH-2) untuk
mendapatkan skala amplitudo 3 - 4 cm. Kemudian mengatur switch
AC/GND/AC pada posisi GND.
4) Menghubungkan horiontal unit alat dengan horizontal input CRO (CH-1).
Mengatur variabel kontrol CH-1 (knop kecil VOLTS/DIVE CH-1) untuk
mendapatkan satu garis horizontal 3-4 cm.
5) Kemudian mengatur switch pada posisi AC.
6) Mengatur tahanan geser pada unit 01 sehingga membentuk beda phase sesuai
dengan lembar data yang diinginkan.
7) Menghitung besarnya harga beda phase : Arc sin
GAMBAR 1.11
FREKUENSI POLA LYSSAYOUS
Vert : Hor = 1:1 Vert : Hor = 3:2
Vert : Hor = 1:2 Vert : Hor = 2:1
Mengatur horizontal gain dan vertikal gain sehingga membentuk gambar
lissayous pada layar CRO.
8) Mengatur tahanan geser pada unit 01 sehingga membentuk beda phase yang
diamati. Menggambar pada kertas grafik setiap beda phase yaitu :
1800, 1350, 900, 450, 00.
9) Mengatur letak posisi R pada unit 01 kira-kira ditengah-tengah, sehingga
terbentuk gambar lissayous berupa lingkaran.
Yoyok Umar Cahyo Nugroho/111042021/ELD – Unit 01/20-04-2012
GAMBAR 1.12
SKEMA RANGKAIAN PERCOBAAN UNIT 01
10 K Ω TRAFO
D1 200μF 820Ω + DC CT SA
V DZ SB
D2 500Ω 2,2μF H
- GND
GAMBAR 1.13
BEDA PHASE POLA LISSAYOUS
1800 1350
(2250)
x
X
00
450 (3600) 900 (2150) (3150)
1.5. Data Hasil Pengamatan
I. Pengukuran tahanan (resistor)Yoyok Umar Cahyo Nugroho/111042021/ELD – Unit 01/20-04-2012
N
o.
Kode warna dari resistor Pembacaan Pengukuran
1. Coklat,Hijau,Jingga,Emas 15 KΩ ; ±
5%
17 KΩ
2. Coklat,Merah,Jingga,Emas 12 KΩ ; ±
5%
13 KΩ
3. Jingga,Jingga,Jingga,Emas 33 KΩ ; ±
5%
34 KΩ
4. Hijau,Biru,Jingga 56 KΩ ; ±
20%
56KΩ
5. Jingga, Hijau, kuning 150KΩ ; ±
20%
150KΩ
II. Pengukuran Tegangan AC dari Trafo Pengukuran Tegangan DC
a. 0 – 6 volt = 5,9 volt. a. Minimum : 0 volt.
b. 0 – 9 volt = 9 volt. b. Medium : 3,5 vot.
c. 6 – 9 volt = 2,8 volt. c. Maximum : 7,9 volt.
III. Pengamatan Gambar Gelombang dengan Osciloscope
Kalibrasi CRO 0,5 volt
No Frekuensi AFG λ Time/Dive SA Volt/Dive Gambar Gelombang
1. 50 5 5 2 1
2. 75 10 5 2 1
3. 100 17 5 2 1
IV. Pengukuran Frekuensi dengan Gelombang Lissayous
No. Frekuensi AFG Bentuk Gelombang pada CRO Perbandingan V : H
1. 50 Hz V : H = 1 : 1
Yoyok Umar Cahyo Nugroho/111042021/ELD – Unit 01/20-04-2012
2. 100 Hz V : H = 1 : 2
3. 25 Hz V : H = 2 : 1
4. 33 Hz V : H = 3 : 2
V. Mengukur Frekuensi dengan perbandingan Panjang Gelombang
1. Gelombang AFG
2. Gelombang Alat
VI. Mengamati Beda Phase
Gambar Skema Unit
Yoyok Umar Cahyo Nugroho/111042021/ELD – Unit 01/20-04-2012
No Frekuensi dari AFG Skala amplitudo
1 50 2
2 100 2
3 175 2
Gambar Gelombang Skala
3 cm
10 K Ω TRAFO
D1 200μF 820Ω + DC CT SA
V DZ SB
D2 500Ω 2,2μF H
- GND
Bentuk Gambar Beda Phase dibawah ini
x = 0,4 x = 1,2 x = 2,6 x = 1,2 x = 0,4
X = 2,8 X = 2,8 X = 2,6 X = 2,8 X = 2,8
1.6. Kesimpulan
1. Nilai resistor yang dilambangkan dengan gelang warna tidak selalu tepat, tetapi
selalu ada nilai toleransi (mendekati).
2. Nilai pembacaan sebuah besaran pada suatu alat ukur tidak akan selalu sama,
tergantung oleh ketelitian seorang praktikan.
3. Dari hasil pengamatan dengan menggunakan osciloscope, dapat diketahui bahwa
semakin besar frekuensi maka panjang gelombang yang dihasilkan akan semakin
rapat.
1.7. Tugas
1. Jelaskan perbedaan transistor SA dan SB?
Jawab :Untuk transistor jenis SA adalah transistor jenis PNP untuk frekuensi tinggi
sedangkan untuk transistor jenis SB adalah transistor jenis PNP untuk frekuensi
rendah.
2. Apa fungsi osiloscope (CRO) terangkan dan apa kepanjangan dari CRO?
Yoyok Umar Cahyo Nugroho/111042021/ELD – Unit 01/20-04-2012
Jawab : Fungsi osiloscope itu sendiri adalahuntuk menganalisa sinyal-sinyal
listrik,terutama untuk menyelidiki gejala-gejala periodis diantaranya yaitu bentuk
gelombang, beda pashe, amplitudo, frekuensi dan lain sebagainya. Sedangkan
kepanjangan CRO adalah Cathade Ray Osiloscope.
3. Apa yang anda ketahui tentang AC dan DC jelaskan?
Jawab: AC adalah singkatan dari Alternating Curent,yaitu merupakan arus bolak
balik sedangkan DC adalah singkatan dari Direct Curent yaitu merupakan arus
searah.
4. Sebagai apa fungsi dari AFG dan apa kepanjangan AFG?
Jawab: AFG adalah berfungsi sebagai alat pembangkit frekuensi dan
kepanjangannya adalah Audio Frekuensi Generator.
5. Bagaimana untuk mengetahui kalau kapasitor itu masih baik atau rusak jelaskan?
Jawab: Yaitu dengan mrnggunakan multitester caranya yaitu kapasitor diukur pada
posisi volt dan diberi tegangan sesaat, lalu dilihat penurunan tegangannya. Kalau
cepat tentunya kapasitor short atau nilai kapasitansinya kecil, kalau lambat berarti
kapasitor masih baik.
Yoyok Umar Cahyo Nugroho/111042021/ELD – Unit 01/20-04-2012