bab i pengantar a. latar belakang...

34
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Musik dangdut dapat menyatukan keberagaman masyarakat Indonesia yang multi kultur, etnis, dan agama. Wacana tersebut memang sering muncul akhir-akhir ini, berbeda cerita ketika pada awal mula musik dangdut muncul sebagai musik minoritas dan lebih dikenal sebagai musik kaum kelas bawah/pinggiran. Dalam sejarahnya, terma dangdut muncul sekitar 1972 1973, berasal dari onomatopoetik suara gendang dan kemudian menjadi terma ejekan untuk menyebut jenis musik ini. 1 Terma dangdut tersebut merujuk pada musik melayu (orkes melayu) yang sebelumnya telah lahir di Indonesia pada periode 1950-an. Musik dangdut pada mulanya memiliki karakteristik musik yang terdiri dari beberapa unsur musik, antara lain Melayu, India, Arab, dan Barat. Hal ini tentunya dilandasi oleh proses pertemuan/dialog budaya di Indonesia pada saat itu. Takari menyatakan bahwa : Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis Melayu; di dalamnya mengandung unsur unsur musik India, Arab, dan Melayu. Kemudian berkembang dengan mengadopsi musik Barat, Rock n’roll, Reggae, dan Rap. 2 1 William H. Frederick, Goyang Dangdut Rhoma Irama: Aspek-aspek Kebudayaan Pop Indonesia Kontemporer dalam Idi Subandy Ibrahim(Ed), (Bandung : Mizan, 1997), 257. 2 Muhammad Takari, Akulturasi Kebudayaan Musikal dalam Seni Pertunjukan Dangdut, Selonding Jurnal Etnomusikologi Indonesia Vol. 1 No.1 September 2001, 103.

Upload: buiduong

Post on 10-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah

Musik dangdut dapat menyatukan keberagaman masyarakat

Indonesia yang multi kultur, etnis, dan agama. Wacana tersebut

memang sering muncul akhir-akhir ini, berbeda cerita ketika pada

awal mula musik dangdut muncul sebagai musik minoritas dan

lebih dikenal sebagai musik kaum kelas bawah/pinggiran. Dalam

sejarahnya, terma dangdut muncul sekitar 1972 – 1973, berasal

dari onomatopoetik suara gendang dan kemudian menjadi terma

ejekan untuk menyebut jenis musik ini.1 Terma dangdut tersebut

merujuk pada musik melayu (orkes melayu) yang sebelumnya

telah lahir di Indonesia pada periode 1950-an. Musik dangdut

pada mulanya memiliki karakteristik musik yang terdiri dari

beberapa unsur musik, antara lain Melayu, India, Arab, dan Barat.

Hal ini tentunya dilandasi oleh proses pertemuan/dialog budaya di

Indonesia pada saat itu. Takari menyatakan bahwa :

Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang

berasal dari seni etnis Melayu; di dalamnya mengandung unsur – unsur musik India, Arab, dan Melayu. Kemudian berkembang dengan mengadopsi musik Barat, Rock n’roll, Reggae, dan Rap.2

1William H. Frederick, Goyang Dangdut Rhoma Irama: Aspek-aspek

Kebudayaan Pop Indonesia Kontemporer dalam Idi Subandy Ibrahim(Ed),

(Bandung : Mizan, 1997), 257. 2Muhammad Takari, Akulturasi Kebudayaan Musikal dalam Seni

Pertunjukan Dangdut, Selonding Jurnal Etnomusikologi Indonesia Vol. 1 No.1

September 2001, 103.

Page 2: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

2

Pernyataan tersebut serupa dengan pernyataan yang

diungkapkan oleh Philip Yampolsky bahwa :

“At the other end of the scale would be music in the European harmonized idioms (pop Indonesia, patriotic songs, church songs) or music in the mixed Middle Eastern/Indian/Western idioms of dangdut, orkes gambus,and qasidah moderen”.3 Weintraub melihat asal-usul dangdut sebagai dialog global

antar-budaya, yaitu musik populer India, Timur-Tengah, Eropa,

dan Amerika Serikat yang diapropriasi, diterjemahkan,

ditransformasi, dan diaduk dengan sensibilitas lokal Indonesia di

pusat urban Jakarta dan Surabaya dekade 1950-an dan 1960-an.4

Musik dangdut yang memiliki keberagaman unsur musikal

seringkali disebut sebagai musik hibrid, adanya pencampuran

tersebut menjadikan identitas musikal baru dalam musik

dangdut. Karekteristik musik dangdut yang bersifat hibrid

mengidentifikasikan bahwa musik dangdut merupakan hasil

apropriasi budaya di Indonesia.

Musik dangdut kemudian mengalami metamorfosis pada

tahun 1970-an berkat kreativitas Rhoma Irama. Rhoma Irama

berhasil mengemas dangdut menjadi sajian yang apik dan

menarik. Sejak saat itulah dangdut mulai populer, tidak hanya

dari kalangan kelas bawah dan menengah saja namun juga kelas

atas. Dangdut menjadi musik primadona dan alat yang massive

3Philip Yampolsky, Can The Tradisional Arts Survive, And Should They ?,

Indonesia Vol.71 April 2001, 175. 4Andrew N. Weintraub, Dangdut: Musik, Identitas, dan Budaya

Indonesia.(Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia, 2012), 64.

Page 3: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

3

kala kampanye politik untuk memobilisasi massa. Selain itu

karena popularitasnya, hampir semua stasiun televisi nasional

memiliki program acara khusus dangdut.5

Pada era 1990 – 2000-an fenomena dangdut lokal mulai

muncul dan berkembang di setiap penjuru Indonesia. Dangdut

lokal tersebut memiliki karakter yang berbeda dengan “dangdut

murni”. Ukat S (pencipta lagu dan penata musik produktif pada

tahun 2006) menyebutnya dengan terma “dangdut etnik” untuk

menunjuk dangdut bernuansa etnik Indonesia.6 “Dangdut etnik”

dibedakan dari “dangdut murni” (dangdut piur) dan “dangdut

biasa” yang, ironisnya, berbasis musik film India dan berwarna

India.”7 Karakteristik dangdut etnik (untuk seterusnya disebut

dangdut lokal) biasanya memakai bahasa, tangga nada, melodi,

irama, dan instrumentasi musik yang berasosiasi dengan salah

satu etnik di Indonesia. Beberapa contoh musik dangdut lokal

yang berkembang pada masa itu adalah saluang dangdut Minang

(dangdut etnik yang berkembang di Sumatera Barat), Pong-dut

Sunda (Jawa Barat), Tarling Cirebon (Cirebon), Koplo Jawa (Jawa

Timur), dan Dangdut Banjar (Banjarmasin). Kemunculan dan

perkembangan dangdut lokal yang pesat juga diperkuat oleh efek

krismon (krisis moneter) pada tahun 1997. Weintraub mengatakan

5Agus Rianto, Dangdut di Televisi : Menelusuri Representasi Ideologi Pada

Proram Acara Pertunjukan Musik Dangdut di Televisi, Tesis S2 Program Studi

Sosiologi UGM, 2004, 1. 6Andrew N. Weintraub, 2012, 234.

7Andrew N. Weintraub, 2012, 234.

Page 4: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

4

bahwa “Setelah jatuhnya Soeharto, “dangdut etnik” jenis lain (yang

akan saya sebut “dangdut daerah”) menggenangi kancah lokal di

banyak belahan negeri ini”. 8

Pada era yang sama, di Situbondo Jawa Timur juga

mengalami fenomena serupa. Situbondo memiliki musik dangdut

lokal, dikenal dengan sebutan musik dangdut Madura. Musik

dangdut Madura memiliki bentuk dan karakteristik musikal yang

sama seperti musik dangdut lokal lainnya, yakni penggunaan

bahasa Madura dalam lirik lagunya, serta penggunaan instrumen

musik tradisi seperti kendang dan beberapa instrumen karawitan

Madura lainnya pada beberapa karya. Bentuk penciptaan karya

musik dangdut Madura umumnya ada dua macam, yaitu bentuk

original dan adaptasi. Lagu original adalah lagu dangdut Madura

yang proses penciptaannya asli atau bukan merupakan adaptasi

dari lagu lain. Istilah original, umum dipakai oleh para pelaku di

Situbondo untuk menandakan proses penciptaan musiknya

bukanlah berbentuk adaptasi. Lagu adaptasi adalah lagu dangdut

Madura yang proses penciptaanynya mengadaptasi lagu asing

(lagu lain), seperti lagu film india. Musik dangdut Madura lebih

dikenal sebagai musik rekaman (video klip) dari pada musik

pertunjukan live. Diproduksi oleh industri musik dangdut lokal di

Situbondo dan mulai menjamur pada era 2000-an ketika teknologi

VCD mulai digandrungi masyarakat Situbondo.

8Andrew N. Weintraub, 2012, 234.

Page 5: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

5

Pada era tersebut bukanlah hal yang aneh ketika kita pergi

ke lapak-lapak kaki lima di pasar, semuanya serba dangdut

Madura. Hampir di setiap lapak kaki lima memutar lagu dangdut

Madura setiap harinya sebagai tanda jika ada lagu dangdut

Madura yang baru. Sampel cover yang dipajang di etalase pun

semuanya serba dangdut Madura, hanya ada sedikit yang

memajang cover band dan artis nasional. Menurut Angga selaku

seniman dan ketua komite musik DKS (Dewan Kesenian

Situbondo), “dahulu pasar atau pemasaran musik dangdut

Madura, ke arah barat sampai Kabupaten Pasuruan, ke arah

Selatan sampai Kabupaten Lumajang, ke arah timur sampai

Kabupaten Banyuwangi, dan ke arah utara sampai Kabupaten

Sumenep Madura”.9

Fenomena tersebut juga bisa dirasakan di acara hajatan

pernikahan, pemilihan kepala desa, kampanye pemilu, petik laut

(sedekah laut), warung kopi, pertandingan sepak bola, volly dan

kasti antar kampung, serta acara publik yang lain di Situbondo.

Musik dangdut Madura menjadi bagian dari masyarakat yang tak

terpisahkan. Hampir setiap radio dan televisi lokal di Situbondo

memiliki program acara khusus untuk dangdut Madura. Bahkan

ada radio amatir yang terletak di pasar Mimbaan Baru Situbondo

secara khusus didirikan oleh komunitas Madura dan pencinta

dangdut Madura sebagai wadah ekspresi mereka.

9Wawancara dengan Angga selaku ketua komite musik Dewan Kesenian

Situbondo, pada tanggal 3 April 2015 di Situbondo.

Page 6: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

6

Perlu dijelaskan bahwa kompleksitas komunitas Madura di

Situbondo berbeda dengan komunitas Madura (pulau Madura)

asli. Ada istilah Madura swasta yang merujuk pada komunitas

Madura di luar pulau Madura seperti Situbondo, sedangkan orang

Madura di pulau Madura sendiri disebut Madura negeri.10 Istilah

tersebut memberikan pembedaan antara Madura asli (pulau

Madura) dan Madura di Jawa (Situbondo). Perbedaan tersebut

sudah barang tentu terjadi karena adanya proses dialog budaya

antara Madura dan budaya asli Situbondo yang berlangsung sejak

lama.

Tidak hanya berbeda dari pulau Madura, Identitas ke-

Maduraan di Situbondo sendiri pun juga berlapis, dalam artian

bermacam-macam dan kompleks. Berdasarkan pola migrasinya,

komunitas Madura di Situbondo terbagi mejadi dua bagian yakni

Situbondo bagian Barat dan Timur. Bagian Barat (Banyuglugur,

Besuki, Suboh, Jatibanteng, Sumbermalang dan Melandingan

Barat) merupakan destinasi migrasi orang Madura Pamekasan,

sedangkan wilayah lainnya adalah destinasi migrasi orang Madura

Sumenep. Migrasi tersebut juga turut membawa aspek-aspek

kebudayaan asalnya, seperti bahasa, kesenian, adat istiadat dan

lainnya. Berdasarkan aspek bahasa, komunitas Madura di

Situbondo bagian Barat adalah penutur bahasa Madura dialek

10

Disampaikan dalam acara mocopat syafaat Ainun Najib, tanggal 17 Mei

2015 di Yogyakarta oleh Kiyai Muzammil untuk menyebut Sujiwo Tedjo yang

pernah hidup dalam masyarakat Madura di Situbondo.

Page 7: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

7

Bârâ’ sedangkan bagian Timur adalah penutur bahasa Madura

dialek Témor. Hal ini yang menjadikan komunitas Madura di

Situbondo memiliki karakteristik tersendiri. Bentuk artikulasi dan

ekspresi komunitas Madura terhadap identitas mereka,

terepresentasi dalam produk budayanya. Salah satunya adalah

dangdut Madura. Ada indikasi perbedaan musikal antara dangdut

Madura dialek Bârâ’ dan dialek Témor di Situbondo. Perbedaan

tersebut salah satunya dipengaruhi oleh aspek dialek, perbedaan

dialek di antara penutur komunitas Madura di Situbondo

memunculkan persepsi tersendiri bagi setiap kelompok penutur

tersebut. Perbedaan persepsi tersebut mewujud dalam ekspresi

dan artikulasinya melalui musik dangdut Madura.

Selain itu, juga ada indikasi bahwa musik dangdut Madura

lahir dan berkembang dari seni pertunjukan drama musikal Al

Badar yang bersifat syiar islam, kemudian mencapai

popularitasnya menjadi dangdut Madura melalui industri rekaman

musik. Melalui perkembangan seni drama Al Badar itulah

kemudian tercipta musik dangdut Madura yang spesifik

Situbondo. Musik dangdut Madura yang diproduksi oleh industri

rekaman lokal di Situbondo, memiliki ciri musikal tersendiri

dengan menggunakan dialek Témor. Beberapa musik dangdut

Madura yang menggunakan dialek Bârâ’ umumnya merupakan

produksi dari Madura Sampang, Bangkalan serta daerah lainnya.

Page 8: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

8

Penelitian ini membahas persoalan musik dan identitas

dalam konteks komunitas Madura di Situbondo, termasuk analisis

terhadap bentuk – bentuk karyanya. Penelitian difokuskan pada

musik dangdut Madura dalam program acara musik di radio,

karena sampai saat ini radio merupakan salah satu media yang

tetap eksis dan konsisten mengembangkan musik dangdut

Madura di Situbondo. Radio merupakan media yang representatif

untuk melihat kompleksitas komunitas Madura di Situbondo.

Alasan memilih topik ini adalah pertama, minimnya

penelitian terhadap seni dan budaya komunitas Madura di

Situbondo. Kedua, bagaimana komunitas Madura/keturunan

Madura di Situbondo menampakkan ke-Maduraannya melalui

musik dangdut Madura.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini secara komprehensif mengulas persoalan,

mengapa komunitas Madura di Situbondo perlu

mengartikulasikan identitas mereka dalam musik dangdut

tertentu?. Berdasarkan fenomena-fenomena mengenai dangdut

Madura dan komunitas Madura di Situbondo yang telah

dijabarkan dalam latar belakang di atas, maka akan dirumuskan

ke dalam rumusan masalah sebagai berikut:

Page 9: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

9

1. Mengapa komunitas Madura dialek Témor di Situbondo

membedakan dirinya dengan komunitas Madura dialek

Bârâ’ melalui musik dangdut Madura.

2. Bagaimana bentuk musikologis musik dangdut Madura di

Situbondo.

3. Bagaimana relasi antara musik dangdut Madura dengan

identitas komunitas Madura di Situbondo.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk menjawab

pertanyaan penelitian yang diangkat di atas, yaitu: 1) Memahami

kompleksitas komunitas Madura dan musik dangdut Madura yang

berbeda dialek, 2) Mengetahui bentuk-bentuk musik dangdut

Madura melalui analisis secara musikologis, 3) Memahami relasi

antara musik dangdut Madura dengan identitas komunitas

Madura di Situbondo.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam

dunia akademis khususnya dalam bidang kajian seni dan budaya,

dapat memberikan informasi yang komprehensif kepada mereka

yang membutuhkan khususnya akademisi, praktisi, seniman dan

pelajar di ranah musikologi, etnomusikologi, antropologi dan ilmu-

ilmu humaniora yang lain. Hasil penulisan ini dapat memberikan

sumbangan pengetahuan kepada masyarakat luas khususnya

Page 10: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

10

masyarakat Situbondo tentang dangdut Madura dan kompleksitas

komunitas Madura di Situbondo.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini diawali dengan meninjau beberapa penelitian-

penelitian sebelumnya yang relevan dan berkaitan dengan topik

penelitian. Tinjauan pustaka menjadi bahan rujukan dan

referensi, serta untuk mengetahui perkembangan penelitian

terkait. Sehingga nantinya akan terlihat kontribusi dan posisi

kajian ini atas penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang

terkait yaitu,

Pertama, tesis Agus Rianto berjudul “Dangdut di Televisi:

Menelusuri Representasi Ideologi Pada Program Acara Pertunjukan

Musik Dangdut di Televisi”. Penelitian ini merupakan tesis S2

pada program studi sosiologi, Universitas Gadjah Mada 2004.

Tesis tersebut membahas tentang fenomena dangdut pada

program acara di televisi. Penulis melakukan pembacaan melalui

teori semiotika dalam pertunjukan musik. Tanda dalam

pertunjukan musik menjadi ruang untuk memahami representasi

ideologi media televisi. Pertunjukan musik dagdut di televisi

merupakan representasi yang mendistorsi dan membesar-

besarkan citra. Citra goyang (joget) yang memiliki ciri mitos dan

mengandung nilai seksualitas, kemudian direpresentasikan dalam

media Nasional. Tubuh dimanfaatkan sebagai komoditas untuk

Page 11: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

11

meningkatkan rating program acara musik dangdut di televisi.

Citra yang terlihat netral sebenarnya mengandung muatan

ideologis.

Penelitian Agus Rianto secara garis besar memberikan

gambaran tentang representasi ideologi pada acara dangdut di

televisi melalui tinjauan semiotika, sedangkan penelitian ini

melihat representasi budaya komunitas Madura di Situbondo

dalam musik dangdut secara antropologis, tidak hanya semata-

mata menggunakan kajian tekstual namun juga dikombinasikan

dengan penelitian etnografis. Jika tulisan Agus Rianto berfokus

pada pembacaan dan penafsiran tekstual, penelitian ini

menggunakan pembacaan dengan penafsiran tekstual yang

dikombinasikan dengan data etnografi.

Penelitian kedua adalah tesis Michael Haryo Bagus Raditya

berjudul “Esensi Senggakan Pada Dangdut Koplo Sebagai Identitas

Musikal”, Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni

Rupa UGM, 2013. Tulisan tersebut membahas unsur senggakan

dalam dangdut koplo dengan menggunakan metode etnografi.

Penulis menganalisis menggunakan beberapa teori antara lain

teori habitus untuk melihat habitus dari senggakan, partisipasi

dan presentasi untuk melihat interaksi senggakan dalam dangdut

koplo, fungsi dan guna untuk melihat seberapa jauh peran

senggakan, serta Identitas untuk menekankan bahwa senggakan

merupakan identitas musikal dan kultural.

Page 12: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

12

Penelitian Michael memberikan gambaran umum tentang

esensi senggakan dangdut koplo dalam budaya masyarakat Jawa,

tulisan ini menghubungkan senggakan dengan konteks kultural

masyarakat Jawa secara antropologis melalui penelitian etnografi.

Jika tulisan Michael berfokus pada hubungan antara senggakan

dengan kultur masyarakat Jawa, penelitian ini berfokus pada

bagaimana komunitas Madura di Situbondo mengartikulasikan

dan mengekspresikan identitasnya yang melalui musik dangdut.

Penelitian ketiga adalah sebuah disertasi yang ditulis oleh

Michael Hari Sasongko berjudul “Perubahan Wujud Penayangan

dan Makna Musik Dangdut di TPI dan Indosiar 1994-2004”,

Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa UGM,

2006. Tulisan ini mengupas tentang perubahan-perubahan

penayangan dangdut di televisi. Fokus penelitiannya yakni

memahami perubahan fenomena dangdut di TPI dan Indosiar pada

tahun 1994 – 2004, yang semula berupa tampilan video klip

kemudian tampilan dalam rekaman studio, dan terakhir

pertunjukan live. Perubahan wujud juga disertai dengan

perubahan makna, makna dangdut yang semula „joged‟ kemudian

berubah menjadi spektakuler. Dikemas dalam mewahnya kostum,

penyanyi seksi, musisi terampil, penari yang menggairahkan,

pembawa acara yang menarik, riuhnya tepuk tangan penonton di

sekitar panggung serta beberapa teknik tata lampu, sound dan

panggung yang mewah dan modern.

Page 13: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

13

Penelitian yang keempat yakni karya tesis Moh. Muttaqin

berjudul “Musik Dangdut: Sebuah Kajian Musikologis”, Program

Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa UGM, 2003.

Tulisan ini membahas mengenai musik dangdut menggunakan

pendekatan musikologis. Temuannya menunjukkan bahwa musik

dangdut merupakan sebuah genre musik Indonesia yang namanya

berasal dari anomatophea bunyi kendang. Dangdut memiliki ciri

musikal dengan menggunakan tangga nada diatonis, berbentuk 3

bagian, bermetrum 4/4, menggunakan instrumen flute dan

kendang sebagai instrumen utamanya. Lirik yang terkandung

dalam lagu dangdut umumnya menceritakan persoalan cinta dan

rumah tangga. Dalam perkembangannya musik dangdut

bersentuhan dengan beberapa jenis musik lain seperti dangdut

jaipong, dangdut rock, dangdut latin, dan lainnya. Kebertahanan

musik dangdut dalam masyarakat dikarenakan beberapa faktor di

ataranya karena musiknya mudah dinikmati, harganya murah,

tersedianya tempat pertunjukan dan mampu menjadi sarana

hiburan bagi masyarakat.

Penelitian Muttaqin lebih bersifat musikologis, ditunjukkan

dengan analisis terhadap beberapa karya lagu dangdut dengan

menggunakan kacamata musikologi. Pembacaan tentang musik

dangdut hanya difokuskan melalui sudut pandang musikologi.

Sedangkan dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan tidak

hanya pendekatan musikologis namun juga memadukan beberapa

Page 14: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

14

teori dari disiplin lain seperti antropologi dan kajian budaya.

Dalam penelitian ini pendekatan musikologis digunakan untuk

menganalisa karya-karya musik dangdut Madura ditambah

dengan riset etnografi untuk meneliti budaya dalam komunitas

Madura di Situbondo.

Penelitian kelima yakni sebuah artikel karya Timothy Rice

berjudul Reflections on Music and Identity in Ethnomusicology.

Karya ini diterbitkan dalam jurnal Muzikologija/Musicology. Secara

garis besar, artikel ini merefleksikan upaya dari tema musik dan

identitas dalam bidang kajian etnomusikologi melalui

pengkerucutan satu dari jurnal utamanya. Penelitian literatur ini

menyajikan satu gambaran mengenai bagaimana ahli

etnomusikologi Amerika menyikapi tema musik dan identitas

dalam seperempat abad terakhir.

Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa 17 artikel

yang telah diterbitkan semenjak tahun 1982 dengan penggunaan

kata 'identitas' pada judulnya adalah hanya menunjuk

kepentingan etnomusikologis pada tema tema peranan musik

dalam menciptakan, mengkonstruksi, mengartikulasi, menegosiasi

dan merefleksikan identitas sosial. Setiap artikel etnogrfik

menyajikan sudut pandang menarik dalam proses pembentukan

identitas dalam kasus tertentu dari setiap wilayah di dunia, Afrika,

Amerika Latin, Eropa, Amerika Utara, Asia Timur, Asia Selatan,

Asia Tenggara, hanya studi dari Pasifik dan Timur Tengah yang

Page 15: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

15

tidak dicantumkan. Semua jenis identitas termasuk identitas

beragam dalam konflik diteliti, etnis, nasional, regional, kelas,

religius, komunitas, suku, hibrid, dan individual.

Penelitian keenam adalah karya Andrew N. Weintraub

berjudul Dangdut: Musik, Identitas, dan Budaya Indonesia.

Penelitian ini membicarakan perihal aspek historis perkembangan

dangdut yang dimulai dari era orkes melayu hingga mengalami

metamorfosis menjadi dangdut era Rhoma Irama, dangdut etnik

dan kemunculan dangdut koplo. Weintraub juga memberikan

penjelasan perihal perdebatan konstruksi identitas nasional di

Indonesia, ia melihatnya melalui perspektif musik populer

dangdut. Pada penelitian ini Weintraub juga menggunakan

pembahasan analitik menggunakan perspektif musikologis dan

semiotis pada musik dan teks lirik musik dangdut.

Relevansi penelitian di atas dengan penelitian ini terletak

pada objek material (dangdut) dan topik penelitian (musik dan

identitas) yang sama, namun perbedaannya adalah beberapa

penelitian di atas mengkaji musik dangdut dalam media televisi,

live performance, dan produk industri (VCD, kaset dan lainnya).

Penelitian ini mengkaji musik dangdut Madura dalam media radio.

Page 16: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

16

E. Landasan Teori

Guna memahami sebuah permasalahan secara

komprehensif, maka dibutuhkan landasan teoritik sebagai pisau

bedah untuk menganalisa dan menginterpretasi permasalahan.

Tesis ini membahas persoalan musik dan identitas, lebih

khususnya mengenai artikulasi dan ekspresi komunitas Madura di

Situbondo melalui lagu dangdut. Landasan teoritik yang

digunakan adalah pokok pemikiran Thomas Turino mengenai

musik dan identitas dalam tulisannya yang berjudul Sign of

Imaginations, Identity and Experience: A Piercian Theory for Music.

Turino memberikan sketsa perihal sebuah teori musik, emosi dan

identitas menggunakan konsep semiotika triadik C.S. Peirce.

Konsep Peirce digunakan secara kritis oleh Turino untuk

memahami efek sosial dari musik, seni, budaya ekspresif dan

cara-cara orang memahami dunia.

Pemikiran Turino didasarkan atas pemahaman tanda

semiotis musik yang makrolevel, tersusun dari komponen-

komponen musik mikro level. Guna membedah komponen musik

yang makro level, maka dibutuhkan analisis secara linguistis dan

musikologis. Analisis linguistis dan musikologis dalam hal ini

membantu membedah musik agar dapat dianalisis secara

mikrolevel, dan kemudian dianalisis menggunakan analisa Turino.

Analisis linguistik digunakan untuk menelaah komposisi lirik dan

perbedaan dialek yang digunakan dalam dangdut Madura, karena

Page 17: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

17

komposisi lirik juga turut mempengaruhi struktur dan bentuk

melodi vokal. Analisis musikologis difokuskan pada aspek melodi

vokal untuk melihat perbedaan bentuk musikologis dangdut

Madura yang berbeda dialek. Analisis musikologis yang digunakan

adalah metode analisis dari Karl-Edmund Prier S.J, dalam

bukunya Ilmu Bentuk Musik dan Leon Stein dalam bukunya

Structure & Style: The Study and Analysis Of Musical Forms,

Expanded Edition, Summy-Bicard Music.11 Analisis linguistis dan

musikologis digunakan untuk menjawab persoalan penelitian

dalam rumusan masalah pertama perihal bentuk musikologis

dangdut Madura.

Artikulasi dan ekspresi komunitas Madura melalui lagu

dangdut bisa dipahami melalui konsep Turino, bahwa musik

merupakan kumpulan dari tanda yang mewakili objek dan

diinterpretasi oleh interpreter kemudian menghasilkan efek. Bagi

Peirce, interpretan merupakan efek dari sebuah tanda, ada tiga

macam klasifikasi interpretan dinamis yaitu pertama adalah

emotional interpretant yakni sesuatu yang langsung, tidak

terefleksikan oleh perasaan yang disebabkan tanda. Terma ini

sedikit membingungkan, sense, feeling, dan sentiment interpretant

mungkin lebih sesuai dengan apa yang dimaksud Peirce.12 Kedua

11

Leon Stein, Structure & Style: The Study and Analysis of Musical Forms,

Expanded Edition. (Summy-Bichard Music, 1979). 12

Thomas Turino, Sign of Imagination, Identity, and Experience: A Piercian

Semiotic Theory For Music. Ethnomusicology, Vol 43, No2, 1999 (Spring-Summer

1999), 224.

Page 18: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

18

adalah energetic interpretant yaitu sebuah reaksi fisik yang

disebabkan oleh tanda, Peirce memberikan contoh hentakan kaki

saat mendengarkan musik, denyut jantung yang berdegup cepat

ketika mendengar sirine polisi dan lainnya. Ketiga adalah sign

interpretant yang merupakan konsep berbasis linguistik.

Setiap tanda memiliki potensial spesifik dalam kaitannya

terhadap efek yang dihasilkannya. Peirce menjebarkan melalui tiga

kategori tanda yakni firstness, secondness, dan thirdness.

“These are Firstness, something in and of itself without relation to any second entity; Secondness, relations between two entities without the mediation of a third; and Thirdness, involving the mediational capabilities of a person to bring a first and a second entity into synthetic or general relationships with each other”.13

Komponen pertama dalam setiap trikotomi Peirce (qualisign,

icon, rheme) dan trikotomi I (alam tanda itu sendiri) berhubungan

dengan firstness yang merupakan ranah ke-tunggalan, kualitas

dan posibilitas. Komponen kedua dalam trikotomi (sinsign, index,

dicent) dan trikotomi II (relasi tanda dan objek) berhubungan

dengan secondness yang merupakan ranah dari hubungan

eksistensi aktual dan hubungan realitas. Komponen ketiga

(legisign, symbol, argument) dan trikotomi III (bagaimana tanda

diinterpretasi) berada dalam thirdness dan merupakan yang paling

dimediasi, tanda general yang sesuai dengan abstraksi.14

13

Thomas Turino, 1999, 231. 14

Thomas Turino, 1999, 232.

Page 19: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

19

Ketiga tipe interpretan yang telah diuraikan sebelumnya

juga dihubungkan kepada firstness (interpretan emosional),

secondness (interpretan energetik) dan thirdness (konsep berbasis

bahasa). Tanda firsts, seconds, dan thirds, akan dapat

menciptakan efek yang tingkatannya sama atau lebih rendah dari

tipe interpretan. Contohnya icon (firsts) akan menciptakan

emosional interpretant (firsts) dalam rantai semiotika. Indeks

(seconds) akan menciptakan energetic interpretant (second) atau

secara alternatif emosional interpretant (firsts). 15

Gagasan terebut merupakan gagasan kunci dari teori musik

Turino. Teori musikal Turino secara afektif didasarkan pada

hipotesis bahwa potensi afektif dari tanda adalah tidak

berkebalikan proporsinya terhadap tingkat mediasi, generalitas

dan abstraksi.16 Tanda pada tingkatan yang lebih rendah

cenderung menciptakan interpretasi emosional dan energetik di

mana tanda yang melibatkan simbol cenderung menghadirkan

respon alasan berbasis kebahasaan, efeknya biasa digambarkan

sebagai respon rasional dan respon sadar. Poinnya adalah bahwa

tipe – tipe tanda yang berbeda memiliki potensial berbeda.17

Turino meletakkan konsep tersebut dalam analisisnya

terkait musik dan sosial. Menurut Turino, “icon merupakan tanda

dari identitas yang mana mereka bergantung pada beberapa

15

Thomas Turino, 1999, 233. 16

Thomas Turino, 1999, 234. 17

Thomas Turino, 1999, 234.

Page 20: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

20

kemiripan tanda dan objek, pada kenyataannya dia merupakan

hubungan dari identitas”.18 Lebih lanjut Turino menambahkan,

“Feld telah mendiskusikan bagaimana ikonisitas berfungsi untuk

menciptakan identitas sosial dan sistem estetika berdasar pada

identifikasi dalam lingkungan sosial dan ekologi”.19 Turino

memberikan contoh pada musik Kaluli yang ikonik dengan kondisi

lingkungan sosial dan ekologinya.

Sependapat dengan gagasan Turino mengenai ikonisitas

tanda musikal yang berelasi dengan sebuah identitas, Timoty Rice

juga memiliki pandangan yang sama.

“Bahwa musik memberikan bentuk simbolik terhadap

sebuah identitas yang muncul maupun yang sudah ada. Pembentukan identitas tersebut inheren dalam struktur

musik dan biasanya menyusun sebuah representasi ikonik dari elemen identitas. Temporalitas musik dapat menjadi sebuah ikon bagi logik temporal dari identitasnya. Terlebih

lagi musik memiliki kemampuan untuk meng-indeks aspek-aspek berbeda dari identitas beragam melalui keberagaman properti formalnya – melodi, harmoni, ritme, timbre dan lain

sebagainya”.20

Seperti halnya icon yang menandai sebuah identitas, index

menurut Turino merupkan tanda dari pengalaman dan emosi.

Pada kenyataannya sebuah icon dan index bekerja bersama-sama

dalam mengekspresikan praktik kultural, dan indeks memiliki

potensi spesialnya sendiri dalam memproduksi respon emosional

18

Thomas Turino, 1999, 234. 19

Thomas Turino, 1999, 235. 20

Timoty Rice, Reflections on Music and Identity in Ethnomusicology,

Muzikologija/Musicology 7 : 17-38, 2007, 35.

Page 21: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

21

dan identifikasi sosial.21 Di dalam musik, indeks bisa muncul

secara simultan dan kontradiktif,

“One source for the affective power of musical indices is the fact that they are able to condense great quantities and varieties of meaning-even contradictory meanings-within a single sign”.22

Dalam teori afektifitas musikal, indeks secara terus menerus

memberikan makna selain juga membawa serta asosiasinya yang

lalu (semacam bola salju semantik). Turino memberikan poin

penting terkait indeks, “sebagaimana tanda secondness, indeks

menandai kepribadian kita dan pengalaman kolektif dalam sikap

tertentu, mereka benar benar terkait dengan event dan aspek

aspek dalam kehidupan kita dan sekaligus dialami sebagai

kenyataan; mereka adalah tanda-tanda kehidupan kita, bukan

tanda mengenai mereka”.23

Turino memberikan contoh bagaimana tanda musikal dapat

mengonstruksi identitas kelompok sosial di Zimbabwe.

Sebagaimana tanda dari kemungkinan dan bayangan, rheme

merupakan kunci bagi konstruksi formasi sosial baru,

pembayangan akan sebuah identitas dibuat dari penggabungan

indeks (creative indexing) kelompok sosial yang sudah ada ke

dalam ikon rhematis tunggal, hasil gambaran sonic

memproyeksikan kemungkinan terbayang dari pembentukan

21

Thomas Turino, 1999, 235. 22

Thomas Turino, 1999, 235. 23

Thomas Turino, 1999, 236.

Page 22: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

22

kelompok sosial/identitas baru.24 Selain mengonstruksi identitas,

pada contoh yang lain tanda musikal juga dapat

merepresentasikan identitas sosial. Turino mencontohkan dalam

musik Chica di Peruvia. Perbedaannya jika di Zimbabwe indeks

kreatif bekerja berdasarkan rheme (pembayangan/kemungkinan),

dalam konteks ini indeks kreatif bekerja berdasarkan dicent-index

(hadir secara organik dari pengalaman penduduk migran).

Turino menjelaskan perihal identitas sebagai berikut,

“Seperti habitus, Identitas merupakan individual sekaligus perihal

sosial; mereka merupakan persimpangan afektif dari pengalaman

pengalaman hidup”.25 Melalui konsep Turino, pengalaman dan

identitas komunitas Madura yang berlapis di Situbondo akan

dilihat. Secara garis besar, teori ini akan menjawab pertanyaan

tentang, bagaimana tanda-tanda musik dalam dangdut Madura

bekerja pada komunitas Madura di Situbondo?, Obyek apa yang

dimunculkan oleh tanda?, Ikon macam apa yang ingin

disampaikan? dan Indeks (pengalaman-pengalaman) apa yang

dimunculkan oleh musik dangdut Madura?.

24

Thomas Turino, 1999, 245. 25

Thomas Turino, 1999, 221.

Page 23: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

23

F. Metode Penelitian

Kajian seni (seni pertunjukan dan seni rupa) merupakan

disiplin ilmu yang masih baru. Dalam perkembangannya selalu

mengalami nasib yang sama dengan ilmu-ilmu humaniora (baru)

lain dalam menggunakan pendekatan dan metode penelitiannya.26

Berbagai pendekatan yang telah digunakan dalam penelitian seni

sebelumnya antara lain, pendekatan ilmu komunikasi,

antropologi, sosiologi, linguistik dan filologi, arkeologi, musikologi,

etomusikologi, histori, semiotik, psikologi, Ikonografi, dan lain-

lain. Beberapa contoh di atas bisa dikatakan sebagai penelitian

dengan menggunakan pendekatan multi-disiplin, inter-disiplin dan

perbandingan.27 Kompleksitas seni dan sifatnya yang

multidimensional membuat penelitian seni menjadi

memungkinkan untuk dikaji menggunakan pendekatan tersebut.

Hal ini dilakukan guna mendapatkan hasil yang komprehensif

melalui sudut pandang yang holistik.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan

menggunakan pendekatan multidisiplin. Pendekatan multidisiplin

adalah pendekatan yang dalam pemecahan suatu masalah

menggunakan berbagai sudut pandang banyak disiplin ilmu yang

relevan, namun tetap ada pendekatan utama yang digunakan

dalam penelitian. Pendekatan multidisiplin diperlukan karena data

26R.M.Soedarsono, Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni

Rupa, (Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 1999), 1. 27

R.M.Soedarsono, 1999, 2.

Page 24: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

24

kualitatif bersifat kompleks dan multidimensi. Pendekatan

antropologi menjadi pendekatan utama yang digunakan untuk

mengkaji fenomena-fenomena dalam penelitian. Selain itu, penulis

juga menggunakan beberapa teori dari disiplin ilmu lain seperti

musikologi, etnomusikologi, linguistik, dan kajian budaya sebagai

penguat dalam mengkaji, mengolah serta menganalisis data

penelitian. Guna mendapatkan hasil yang diharapkan, maka

dibutuhkan tahapan yang sistematis dalam melakukan penelitian.

Adapun tahap-tahap yang harus dilakukan adalah:

1. Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field

work), maka metode pengumpulan data yang sesuai untuk

penelitian ini adalah metode etnografi. Secara sederhana metode

etnografi memiliki teknik dalam pengumpulan data yaitu, menulis

laporan observasi lapangan, merekam dan mencatat hasil

wawancara para informan. Dalam sejarahnya metode etnografi

mengalami beberapa perubahan yakni dari etnografi lama,

modern, dan baru. Etnografi lama merupakan metode yang

berfokus terhadap proses evolusi biologi suatu etnik, Menurut

Marzali, “Tipe penelitian etnografi pada masa awal ini adalah

“informan oriented”, karena tujuannya adalah untuk mendapatkan

gambaran masa lalu masyarakat tersebut”.28

28

James P, Spradley. Metode Etnografi. (Yogyakarta: Tiara Wacana,

2006), xi.

Page 25: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

25

Metode tersebut kemudian berkembang menjadi etnografi

modern, metode ini tidak terlalu memperhatikan sejarah

kebudayaan suatu masyarakat, fokusnya hanya pada kehidupan

masyarakat saat itu. Tujuannya menurut Malinowski adalah to

grasp the native’s point to of view, his relation to life, to realise his

vision and his world, selain itu metode ini juga sebagai usaha

untuk membangun “a complex network of social relation”, atau

“social structure”.29 Metode ini tidak cukup dengan melakukan

wawancara terhadap beberapa informan dan para tetua saja

namun juga dengan melakukan partisipasi aktif dalam kehidupan

masyarakat yang diteliti (partisipatoris).

Langkah-langkah dalam pengumpulan data secara teknis

mengikuti langkah-langkah metode etnografi baru James P.

Spredley dengan menambahkan beberapa elemen-elemen yang

lain, adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Salah satu metode dalam pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatoris

(participant observation), “participant observer using non-controlled

observation generally lives or otherwise share in the life of the group

which he is studying”,30 yaitu metode pengumpulan data oleh

peneliti dengan ikut terlibat dan menjadi bagian dalam kehidupan

29

James P, Spradley, 2006, xi. 30

P.V. Young dalam Sharma, Ram Nath dan Sharma, Rajendra K.,

Anthropolog, (New Delhi: Atlantic Publisher and Distributors, 1997).

Page 26: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

26

kelompok komunitas atau masyarakat yang diteliti. Observasi

partisipatoris dilakukan untuk melihat fenomena-fenomena musik

dangdut, serta melihat bagaimana kompleksitas budayanya dalam

konteks komunitas Madura di Kabupaten Situbondo.

Perihal korpus field of research, penelitian dibatasi pada

konteks wilayah Kota, Kecamatan Besuki, dan Kecamatan

Asembagus. Hal tersebut dipilih karena ketiga wilayah tersebut

memiliki kompleksitas kultur yang berbeda, dan karena ketiga

wilayah tersebut representatif untuk melihat artikulasi komunitas

Madura di Situbondo. Observasi dilakukan untuk melihat

bagaimana musik dangdut Madura digunakan oleh komunitas

Madura dan bagaimana mereka memaknainya, baik dalam ruang

lingkup pribadi, keluarga, ataupun publik. Secara teknis penulis

akan memulai observasi dengan memilih salah satu stasiun radio

dalam tiga wilayah tersebut. Pemilihan radio didasarkan atas

beberapa alasan, pertama karena radio tersebut memiliki program

acara musik dangdut Madura; Kedua, pemilihan lagu dangdut

Madura yang diputar dalam proram acara tidak mengarah pada

satu etnik Madura tertentu (bersifat general); Ketiga, memiliki

banyak pendengar dan fans.

Melalui radio tersebut, kemudian dilihat dan dilakukan

perhitungan secara kuantatif. Lagu apa saja yang sering di-

request, siapa saja pendengarnya, seberapa besar atensi

pendengar terhadap program acara musik dangdut Madura

Page 27: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

27

tersebut. Dari hasil perhitungan kuantitatif, kemudian dapat

ditentukan lagu yang akan dianalisis secara musikologis, dan

kategori informan yang dapat mewakili komunitas Madura di

Situbondo.

Observasi yang dilakukan sebenarnya telah dilakukan sejak

lama, mengingat penulis merupakan bagian dari masyarakat

Situbondo, namun hanya sebatas pengamatan tanpa melakukan

penelitian mendalam, kemudian penulis memilih fenomena musik

dangdut dalam komunitas Madura ini sebagai topik penelitian,

dengan mengangkat pertanyaan penelitian mengenai hubungan

antara musik dangdut Madura dengan konteks masyarakat

komunitas Madura di Kabupaten Situbondo.

b. Mengumpulkan dan Mentranskripsi Karya Dangdut

Madura

Pada tahap ini, beberapa karya lagu dangdut Madura

dikumpulkan melalui media online, membeli di pedagang kaki

lima, meminta kepada beberapa seniman dan pelaku dangdut

Madura. Setelah karya lagu tekumpul, lalu dilakukan klasifikasi

jenis lagunya berdasarkan aspek linguistis dan musikologis. Lagu

yang telah diklasifikasi kemudian diambil beberapa karya lagu

berdasarkan klasifikasinya sebagai sampel. Sampel tersebut

kemudian ditranskripsi dan dianalisis secara linguistis dan

musikologis. Pemilihan sampel juga ditentukan berdasarkan aspek

Page 28: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

28

kuantitas dalam pemutarannya di radio. Lagu yang sering diputar

dan di-request akan dipilih sebagai sampel untuk dianalisis secara

linguistis dan musikologis.

c. Menetapkan Informan

Dalam penelitian ini, ada beberapa kategori informan yang

dipilih karena mereka dianggap dapat merepresentasikan

kelompok-kelompok dalam komunitas Madura di Situbondo serta

kelompok pelaku seni musik dangdut Madura sebagai data

tambahan. Kategori pertama adalah komunitas Madura, untuk

melihat bagaimana komunitas Madura memaknai musik dangdut

Madura, dan bagaimana mereka mengartikulasikan identitasnya.

Pertama adalah para fans radio, kategori ini dipilih berdasarkan

data kuantitatif melalui observasi pada radio yang dipilih di tiga

tempat tersebut (Besuki, Situbondo dan Asembagus). Kedua

adalah informan dalam ruang lingkup publik, pembeli dan penjual

di warung kopi terminal (Besuki dan Situbondo), pembeli dan

penjual di pasar Mimbaan Baru Situbondo, pembeli dan penjual di

pasar Asembagus. Kategori tersebut dipilih dengan pertimbangan

di tempat-tempat tersebut paling marak dan sering diputar lagu

dangdut Madura melalui radio.

Kelompok kategori kedua adalah pelaku seni dangdut

Madura yang terdiri dari penulis lagu, arranger, pemain musik,

vokalis dan sound enginer.

Page 29: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

29

d. Mewawancarai Informan

Proses wawancara diawali dengan melakukan perckapan

informal (kind interview), wawancara dilakukan di beberapa

tempat, menyesuaikan dengan situasi dan kondisi seperti ngopi

bareng, cangkru’an, dan bhâg-rembhâg (berembuk). Teknik

wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara tidak

terstruktur (yang cair) dengan menggunakan bahasa informan

(Madura dan Indonesia). Khusus untuk informan awam,

wawancara dilakukan dengan nonformal, dengan berbincang-

bincang, ikut nimbrung sembari memunculkan kalimat-kalimat

pancingan guna mengarahkan pembicaraan pada topik penelitian.

e. Membuat Catatan Etnografis

Salah satu catatan etnografis didapatkan dari proses

wawancara. Peneliti mencatat hal-hal yang penting dari

percakapan ketika wawancara. keseluruhan percakapan

wawancara didokumentasikan melalui alat perekam berupa digital

voice recording. Catatan etnografis yang lain didapatkan melalui

kegiatan observasi partisipatoris, secara langsung peneliti tinggal

dan menjadi bagian dari masyarakat (komunitas Madura) di

Situbondo.

f. Mengajukan Pertanyaan Deskriptif

Pertanyaan deskriptif dilakukan agar informan dapat

berbicara lebih dari sudut pandangnya, difokuskan agar informan

Page 30: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

30

lebih banyak berbicara, baik dari hal yang umum sampai hal yang

spesifik. Adapun pertanyaan yang diajukan seputar sosio-kultural

komunitas Madura di Situbondo, Industri musik dangdut Madura,

dan berbagai pandangannya terhadap identitas kultural

komunitas Madura di Situbondo.

g. Melakukan Analisis Wawancara

Setelah melakukan wawancara, data-data hasil wawancara

berupa catatan etnografi (tulisan, gambar (visual), hasil rekaman)

dikumpulkan dan diklasifikasi berdasarkan kategori-kategorinya

masing-masing. Setelah diklasifikasi kemudian dilakukan analisis

data yaitu pemeriksaan ulang catatan lapangan untuk mencari

keterkaitan antara satu dengan yang lain. Langkah terakhir yaitu

peneliti menuliskan semua hasil analisisnya.

h. Kajian Literatur

Kajian literatur juga digunakan dalam penelitian ini, melalui

buku, artikel, jurnal, tesis, disertasi, koran, majalah, tabloid, foto,

televisi, website, dan lainnya. Kajian literatur digunakan sebagai

pendukung dan penajam guna mendapatkan penggambaran yang

lebih jelas dari data.

2. Analisis Data

Metode analsis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode verstehen (pemahaman). Verstehen adalah suatu

metode penelitian dengan objek nilai-nilai kebudayaan manusia,

Page 31: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

31

simbol, pemikiran-pemikiran, makna bahkan gejala-gejala sosial

yang sifatnya ganda.31 Objek penelitian berupa nilai kebudayaan,

simbol dan pemikiran tidak dapat ditangkap oleh peneliti secara

parsial, esensi yang harus ditangkap adalah makna yang bersifat

nonempiris, holistik, dan tidak dapat ditangkap oleh indrawi.

Melalui gejala-gejala empiris yaitu fenomena-fenomena budaya

manusia, hakikat makna tersebut dapat ditangkap yang kemudian

untuk dianalisis dan dilakukan interpretasi.32 Tahap – tahap

penerapan metode ini adalah :

a) Peneliti menghadapi objek material yang berupa data-data

empiris, baik berupa, kebudayaan manusia, teks, gejala-

gejala sosial budaya atau gejala-gejala psikologi. Pada tahap

pertama, peneliti menangkap objek berupa fenomena-

fenomena pada taraf empiris, misalnya berupa data karya

seni tari, musik, rupa, dan berupa data bahasa seperti

satuan frasa, klausa, kalimat dan wacana. Tahap ini bisa

disebut juga sebagai tahap memahami simbol (tahap

simbolik).33 Dalam penelitian ini, peneliti akan menghadapi

secara empiris objek material berupa data tentang musik

dangdut Madura (teks), kebudayaan dalam komunitas

Madura di Situbondo, wacana dalam komunitas Madura,

gejala sosial budaya dan lainnya.

31

Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, (Yogyakarta:

Paradigma, 2005), 71 32

Kaelan, 2005, 74. 33

Kaelan, 2005, 74.

Page 32: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

32

b) Data yang telah diinventarisir kemudian dipahami dimensi-

dimensinya, unsur-unsurnya serta keterkaitannya dengan

sistem nilai yang ada. Tahap kedua ini adalah tahap

pemberian dan penggalian yang cermat tentang makna yang

terkandung dalam objek.34 Misalnya objek penelitian berupa

musik dangdut dalam industri musik dangdut dalam

komunitas Madura di Situbondo, tidak hanya sekedar

menampilkan nilai-nilai estetis tetapi juga memberikan

ajaran moral, nilai-nilai budaya dan religius, serta nilai-nilai

yang terkandung lainnya.

c) Setelah ditemukan kandungan unsur-unsur yang ada di

dalamnya serta keterkaitannya dengan nilai-nilai yang ada.

Proses dilakukan dengan menghubungkan objek data tadi

dengan pengetahuan dalam diri manusia secara holistik baik

moral, religius, estetis serta nalar. Tahap ini merupakan

tahap awal untuk melakukan interpretasi, sehingga setelah

tahap verstehen ini kemudian dilakukan interpretasi.35

Interpretasi adalah suatu proses menunjuk arti, yaitu

mengungkapkan, menuturkan dan mengatakan sesuatu

yang menunjukkan realitas.36

34

Kaelan, 2005, 75. 35

Kaelan, 2005, 75. 36Kaelan, 2005, 76

Page 33: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

33

G. Sistematika Penulisan

Setiap penulisan ilmiah memiliki sistematika penulisan yang

digunakan dalam penelitiannya. Penulisan ini terbagi kedalam

beberapa bab, tiap bab akan menjelaskan secara keseluruhan

tentang tema berdasarkan judul pada tiap bab. Adapun

sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

Bab I Pengantar. Dalam bab ini dijelaskan mengenai

fenomena-fenomena terkait industri dangdut dan Komunitas

Madura di Situbondo, permasalahan penelitian serta alasan

peneliti mengkaji permasalahan tersebut. Bagian ini terbagi atas

beberapa sub bab, yaitu latar belakang masalah, Rumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,

Landasan Teori, Metode Penelitian dan Sistematika Penelitian.

Bab II. Migrasi Komunitas Madura, Perkembangan Musik

Dangdut Madura di Situbondo, dan Program Siaran Dangdut

Madura di Radio. Bab ini membahas perihal musik dangdut

Madura secrara kontekstual. Terdiri dari 3 sub bab yang

membahas mengenai latar historis migrasi komunitas Madura ke

Kabupaten Situbondo, perkembangan musik dangdut Madura

secara kronologis berdasarkan era-nya, dan program siaran

dangdut Madura di radio.

Bab III. Analisis Linguistis dan Musikologis. Bab ini

membahas perihal musik dangdut Madura secara tekstual.

Pembahasan disertai dengan analisis secara linguistis dan

Page 34: BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/103490/potongan/S2-2016...Dangdut adalah suatu ragam seni musik Nusantara yang berasal dari seni etnis

34

musikologis. Terdiri dari tiga sub bab bahasan yaitu analisis lirik,

analisis melodi vokal, dan idiom musik tradisional dalam lagu

dangdut Madura.

Bab IV. Relasi Antara Musik Dangdut Madura Dengan

Identitas Komunitas Madura di Situbondo. Bab ini mengulas

secara mendalam mengenai relasi antara musik dangdut Madura

dengan identitas komunitas Madura di Situbondo. Melihat

bagaimana ekspresi dan artikulasi komunitas Madura terhadap

identitas kulturalnya melalui musik dangdut. Melalui musik

dangdut Madura akan ditinjau pengalaman, wacana, dan

identitas, dalam kebudayaan di Situbondo, serta bagaimana

komunitas Madura memaknai musik dangdut Madura.

Bab V. Kesimpulan. Bab terakhir ini berisi tentang

ringkasan, dan simpulan dari hasil penelitian. Kesimpulan berisi

beberapa argumen yang menjawab beberapa rumusan masalah

dalam penelitian. Sehingga hasil penelitian dapat memenuhi

tujuan dilakukannya penelitian.