bab i pendahuluan i.1. latar belakang...

18
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan sebuah wilayah di Indonesia yang terkenal sebagai daerah tujuan wisata, bahkan merupakan daerah tujuan wisata utama khususnya di Pulau Jawa. Yogyakarta sebagai sebuah daerah istimewa mempunyai daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung. Yogyakarta mempunyai beragam objek wisata, diantaranya seperti wisata alam, budaya, sejarah, dan kuliner yang dapat menjadi pilihan wisatawan ketika berkunjung. Menurut survey “2014 Traveller’s Choice” yang dilakukan oleh situs resmi TripAdvisor, Yogyakarta termasuk dalam 10 besar destinasi terpopuler di Indonesia 1 . Jumlah kunjungan wisatawan ke Yogyakarta, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara mengalami perubahan yang positif dari tahun ke tahun. Dalam Statistik Kepariwisataan 2012 yang diterbitkan oleh Dinas Pariwisata Yogyakarta, jumlah wisatawan menunjukkan peningkatan dalam kurun waktu tahun 2008-2012 yaitu tahun 2008 sejumlah 1.284.757 orang, tahun 2009 sejumlah 1.426.057 orang, tahun 2010 sejumlah 1.456.980 orang, tahun 2011 sejumlah 1.607.694 orang, dan tahun 2012 sejumlah 2.360.173 orang. Selama tahun 2013, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta 1 http://www.tripadvisor.co.id/TravelersChoice-Destinations. Diakses pada Sabtu, 6 September 2014 pukul 19:17 WIB.

Upload: trinhdung

Post on 17-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78633/potongan/S1... · berguna untuk memberikan masukan dan bagi perusahaan dalam . ... daya tarik

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Yogyakarta merupakan sebuah wilayah di Indonesia yang terkenal sebagai

daerah tujuan wisata, bahkan merupakan daerah tujuan wisata utama khususnya di

Pulau Jawa. Yogyakarta sebagai sebuah daerah istimewa mempunyai daya tarik

tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung. Yogyakarta mempunyai beragam

objek wisata, diantaranya seperti wisata alam, budaya, sejarah, dan kuliner yang

dapat menjadi pilihan wisatawan ketika berkunjung. Menurut survey “2014

Traveller’s Choice” yang dilakukan oleh situs resmi TripAdvisor, Yogyakarta

termasuk dalam 10 besar destinasi terpopuler di Indonesia1.

Jumlah kunjungan wisatawan ke Yogyakarta, baik wisatawan domestik

maupun wisatawan mancanegara mengalami perubahan yang positif dari tahun ke

tahun. Dalam Statistik Kepariwisataan 2012 yang diterbitkan oleh Dinas

Pariwisata Yogyakarta, jumlah wisatawan menunjukkan peningkatan dalam kurun

waktu tahun 2008-2012 yaitu tahun 2008 sejumlah 1.284.757 orang, tahun 2009

sejumlah 1.426.057 orang, tahun 2010 sejumlah 1.456.980 orang, tahun 2011

sejumlah 1.607.694 orang, dan tahun 2012 sejumlah 2.360.173 orang. Selama

tahun 2013, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta

1http://www.tripadvisor.co.id/TravelersChoice-Destinations. Diakses pada Sabtu, 6 September 2014 pukul 19:17 WIB.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78633/potongan/S1... · berguna untuk memberikan masukan dan bagi perusahaan dalam . ... daya tarik

2

mencapai 3.810.000 orang2. Hal ini membuktikan bahwa jumlah kunjungan

wisatawan ke Yogyakarta cenderung selalu meningkat hingga tahun 2013.

Salah satu aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan dan di sisi lain juga

telah menjadi budaya sebagian wisatawan ketika berwisata adalah membeli

cinderamata/oleh-oleh. Oleh-oleh biasanya berupa suatu barang yang khas dari

suatu daerah tujuan wisata yang dibeli wisatawan ketika berwisata sebagai

kenang-kenangan ataupun bukti seseorang telah berkunjung ke daerah wisata

tersebut. Toko oleh-oleh merupakan salah satu sektor pendukung terselenggaranya

kegiatan wisata baik di negara/tempat asal wisatawan, sepanjang rute transit,

maupun di negara/tempat tujuan wisata (Leiper, 1990 via Pitana, 2009: 22).

Bentuk dari oleh-oleh dapat beragam mulai dari barang/pernak-pernik

khas hingga kuliner. Di Yogyakarta sendiri terdapat beragam bentuk oleh-oleh

berupa barang yang khas diantaranya meliputi kain batik, kerajinan tangan, hingga

kerajinan perak. Menurut hasil laporan akhir Analisa Karakteristik dan Belanja

Wisatawan DIY 2013 (Dinas Pariwisata DIY, 2013: V-29), batik menempati

urutan tertinggi sebagai jenis cinderamata yang paling banyak disukai wisatawan

nusantara yaitu memperoleh persentase sebesar 33,48%. Peringkat kedua

terfavorit adalah kaos yaitu memperoleh persentase sebesar 26,99%, kemudian

peringkat ketiga terfavorit disusul oleh lukisan yaitu memperoleh persentase

sebesar 15,02%. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.

2http://yogyakarta.bps.go.id/flipbook/2014/Statistik%20Daerah%20Istimewa%20Yogyakarta%202014/HTML/files/assets/basic-html/page72.html. Diakses pada Rabu, 14 Januari 2015 pukul 11:33 WIB.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78633/potongan/S1... · berguna untuk memberikan masukan dan bagi perusahaan dalam . ... daya tarik

3

Tabel 1

Cinderamata yang Diminati Wisatawan Berdasarkan Provinsi Asal

Sumber: Dinas Pariwisata DIY (2013: V-30)

Selain berupa barang, juga terdapat oleh-oleh berbentuk kuliner khas.

Seiring dengan perkembangan jaman dan berkembangnya industri kreatif, ragam

oleh-oleh di bidang kuliner semakin banyak bermunculan, salah satunya

berbentuk cokelat, yaitu Cokelat Monggo yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Cokelat sebagai produk oleh-oleh khas Yogyakarta merupakan suatu hal yang

baru, mengingat cokelat bukanlah makanan asli dari Yogyakarta. Produk cokelat

oleh-oleh menjadi produk kuliner yang terkesan lebih modern dibanding makanan

khas Yogyakarta lain yang sudah terlebih dahulu menguasai pangsa pasar oleh-

oleh, seperti gudeg atau bakpia yang merupakan makanan tradisional. Sebagai

Page 4: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78633/potongan/S1... · berguna untuk memberikan masukan dan bagi perusahaan dalam . ... daya tarik

4

produk yang terbilang cukup baru, diperlukan strategi pemasaran yang efektif

dalam menghadapi persaingan bisnis oleh-oleh tersebut.

Persaingan produk cokelat semakin ketat dalam kancah bisnis oleh-oleh.

Merek cokelat yang mengatasnamakan diri sebagai oleh-oleh khas Yogyakarta

semakin banyak bermunculan, diantaranya seperti Cokelat nDalem, Soklat’e

Jogja, Cokelat Sejati Joyo, dan Java Chocolate. Hal ini tentu saja akan menjadi

kendala bagi perusahaan produsen Cokelat Monggo yaitu CV Anugrah Mulia

apabila tidak diiringi dengan strategi yang efektif di bidang pemasaran. Apalagi

produk cokelat sebagai oleh-oleh khas Yogyakarta belum dapat melampaui

ketenaran bakpia maupun gudeg yang sudah terlebih dahulu menguasai pasar

oleh-oleh kuliner khas Yogyakarta. Dengan demikian penerapan strategi

pemasaran yang efektif pada produk CV Anugrah Mulia yaitu Cokelat Monggo

sangat penting demi menguasai persaingan pasar dan mencapai tujuan perusahaan

sehingga nantinya dapat menjadi produk oleh-oleh unggulan khas Yogyakarta.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka dapat

dirumuskan permasalahan penelitian yang akan dibahas, yaitu bagaimana analisis

pemasaran Cokelat Monggo sebagai produk oleh-oleh unggulan khas Yogyakarta?

I.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, dapat

diidentifikasi tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk

Page 5: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78633/potongan/S1... · berguna untuk memberikan masukan dan bagi perusahaan dalam . ... daya tarik

5

menganalisis pemasaran Cokelat Monggo sebagai produk oleh-oleh unggulan

khas Yogyakarta.

I.4. Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap

ilmu pariwisata, dan dapat dijadikan sebagai bahan kajian mengenai pemasaran

produk yang berkaitan dengan industri pariwisata, yaitu produk oleh-oleh khas

suatu daerah tujuan wisata, sehingga dapat bersaing di tengah maraknya

pertumbuhan industri oleh-oleh.

b. Manfaat praktis

Dalam hal praktis hasil dari penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan

acuan bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan di bidang kepariwisataan,

selain itu juga dapat menjadi rujukan bagi pihak CV Anugrah Mulia sehingga

berguna untuk memberikan masukan dan feedback bagi perusahaan dalam

meningkatkan daya saing produk cokelat Monggo di pasaran serta

mengembangkan produknya menjadi produk oleh-oleh unggulan khas Yogyakarta

sebagai salah satu daerah tujuan wisata.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78633/potongan/S1... · berguna untuk memberikan masukan dan bagi perusahaan dalam . ... daya tarik

6

I.5. Tinjauan Pustaka

Penelitian-penelitian yang berhubungan dengan topik penelitian ini telah

banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Salah satunya adalah penelitian

berupa tesis dengan judul “Analisis Pemasaran Bakpia di Kelurahan Gampilan

Kecamatan Ngampilan Yogyakarta” (2006) oleh Yelfiarita. Penelitian ini

dilakukan untuk menganalisis produksi dan juga pemasaran industri bakpia

sebagai salah satu makanan khas Yogyakarta. Bakpia yang terkenal sebagai oleh-

oleh khas Yogyakarta memerlukan suatu strategi produksi dan pemasaran yang

tepat dan efektif, apalagi industri yang dimaksud tergolong ke dalam industri

rumahan.

Dalam memasarkan produk baik barang ataupun jasa diperlukan suatu

strategi, salah satunya adalah strategi pemasaran dengan konsep bauran

pemasaran (marketing mix). Penelitian terdahulu mengenai penggunaan konsep

bauran pemasaran jasa 7P telah banyak dilakukan, salah satunya oleh Ayla Dewi

Anggraini dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran

(7P) pada Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Apartemen Fountain Park Jakarta”

(2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bauran pemasaran 7P

pada kepuasan pelanggan dan mengetahui positioning Apartemen Fountain Park.

Hasil dari penelitian ini adalah bauran pemasaran 7P berpengaruh sangat

signifkan terhadap kepuasan pelanggan.

Penelitian yang berkaitan dengan Cokelat Monggo sendiri pernah

dilakukan oleh Patrisia Luki Primaningtyas dalam skripsinya yang berjudul

“Representasi Multikulturalisme dalam Brand Monggo (Analisis Semiotik Brand

Page 7: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78633/potongan/S1... · berguna untuk memberikan masukan dan bagi perusahaan dalam . ... daya tarik

7

Cokelat Monggo)” (2014). Penelitian ini mencoba memaparkan mengenai

pentingnya melakukan inovasi terhadap konsep brand suatu produk seiring

dengan perkembangan dunia industri. Dengan metode semiotik, peneliti mengkaji

lebih jauh mengenai keberagaman budaya yang terkandung dalam elemen brand

Monggo itu sendiri. Kultur budaya Jawa khususnya Yogyakarta sangat kuat

direpresentasikan dalam brand Monggo tersebut.

Penelitian yang khususnya berkaitan dengan kemasan Cokelat Monggo

juga sudah pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, antara lain oleh

Noviana Putri Respati melalui skripsinya yang berjudul “Pengaruh Tingkat

Ketertarikan Pada Desain Kemasan Cokelat Monggo Terhadap Minat Beli

Konsumen” (2012). Penelitian ini membahas tentang pengaruh tingkat

ketertarikan desain kemasan cokelat Monggo terhadap minat beli. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tujuan menjelaskan pengaruh antar

variabel, sedangkan data diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 82

pengunjung pusat oleh-oleh Mirota Batik Yogyakarta. Pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yang mensyaratkan

responden yang telah melihat desain kemasan Cokelat Monggo. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa berdasarkan tingkat ketertarikan pada dimensi visual, praktis

dan informasi, desain kemasan cokelat Monggo termasuk ke dalam kategori

tinggi.

Penelitian lain yang berkaitan dengan Cokelat Monggo, yaitu khususnya

berhubungan dengan kafe berjudul “Desain Interior Kafe Monggo di Surabaya

Town Square dengan Tema Cokelat” (2010) pernah ditulis oleh Miranti Sari

Page 8: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78633/potongan/S1... · berguna untuk memberikan masukan dan bagi perusahaan dalam . ... daya tarik

8

Rahma. Masalah yang melatarbelakangi penelitian ini yaitu keberadaan cokelat

Monggo yang kurang diketahui keberadaannya di Surabaya mengingat target

penjualan Cokelat Monggo lebih kepada para wisatawan lokal maupun

mancanegara, sehingga hanya bisa didapatkan di kota-kota wisata seperti

Yogyakarta dan Bali, serta Jakarta sebagai kota metropolitan. Melalui masalah

tersebut penulis mencoba memaparkan perancangan kafe Cokelat Monggo di

Surabaya Town Square untuk nantinya dapat memberikan pengalaman yang

berbeda kepada konsumen yang dinamis dalam setiap menikmati cokelat, yaitu

dengan informasi berupa media galeri.

I.6. Landasan Teori

Menurut UU No. 10 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (5) yang dimaksud dengan

daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan

nilai yang berupa keanaekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan

manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Hari Karyono

(1997: 28) menjelaskan supaya suatu daerah tujuan wisata mempunyai daya tarik,

di samping harus ada objek dan atraksi wisata, suatu DTW (daerah tujuan wisata)

harus mempunyai tiga syarat daya tarik, yaitu sebagai berikut:

1. Ada sesuatu yang bisa dilihat (something to see);

2. Ada sesuatu yang bisa dikerjakan (something to do); dan

3. Ada sesuatu yang bisa dibeli (something to buy).

Produk Cokelat Monggo yang akan dibahas dalam penelitian ini termasuk

ke dalam unsur something to buy dimana terkait dengan oleh-oleh khas yang dapat

Page 9: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78633/potongan/S1... · berguna untuk memberikan masukan dan bagi perusahaan dalam . ... daya tarik

9

dibeli wisatawan sebagai kenang-kenangan ketika mengunjungi daerah tujuan

wisata, yaitu Yogyakarta. Selain berbentuk cinderamata barang, oleh-oleh sebagai

buah tangan yang dapat dibeli wisatawan bisa juga meliputi kuliner/makanan khas

yang menjadi ciri suatu destinasi wisata. Menurut UU No. 10 Tahun 2009 Pasal 1

Ayat (6) daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata

adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif

yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata,

aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya

kepariwisataan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)3, kata “unggul” yang

merupakan kata dasar dari “unggulan” mempunyai arti: lebih tinggi (pandai, baik,

cakap, kuat, awet, dsb); dan utama (terbaik, terutama). Sedangkan definisi kata

“unggulan” merupakan sesuatu yang diunggulkan, sehingga penelitian ini

dimaksudkan untuk menganalisis pemasaran Cokelat Monggo yaitu sebagai

produk oleh-oleh unggulan, yang berarti terbaik serta diunggulkan dan menjadi

ciri khas Yogyakarta.

Dalam mengembangkan Cokelat Monggo menjadi produk oleh-oleh

unggulan dan menguasai pasar, diperlukan adanya strategi pemasaran yang

efektif. Menurut Kotler dan Armstrong (1997: 3) pemasaran adalah sebuah proses

sosial dan manajerial yang dengannya individu-individu dan kelompok-kelompok

memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan

saling mempertukarkan produk-produk dan nilai satu sama lain. Sedangkan

3 http://www.kbbi.web.id/unggul. Diakses pada Sabtu, 6 September 2014 pukul 19:32 WIB.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78633/potongan/S1... · berguna untuk memberikan masukan dan bagi perusahaan dalam . ... daya tarik

10

manajemen pemasaran menurut Kotler (1993: 16) adalah proses perencanaan dan

pelaksanaan konsepsi, penentuan harga, promosi, dan distribusi ide-ide, barang-

barang, dan jasa-jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-

tujuan individu dan tujuan-tujuan organisasi.

Anggraeni (2011: 25) menyebutkan bahwa suatu pemasaran strategi yang

modern dapat diterapkan melalui pemasaran STP, yang terdiri dari: Segmentasi

(segmenting), penentuan target pasar (targeting), dan memposisikan produk

(positioning). Kotler (2012: 73) menjabarkan positioning sebagai “Arranging for

a product to occupy a clear, distinctive, and desirable place relative to competing

products in the minds of target consumers”. Positioning adalah mengatur produk

untuk menempati tempat yang jelas, unik, dan diinginkan dibandingkan dengan

produk pesaing pada benak target konsumen. Menurut Cravens, 2009 via

Anggraeni, 2011, dengan melakukan strategi positioning sesuai dengan persepsi

konsumen, akan menambah nilai perusahaan di mata konsumen dan langkah yang

diambil perusahaan akan menjadi tepat sasaran dalam menentukan positioning

produk yang diimplementasikan melalui bauran pemasaran sehingga dapat

meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan. Implementasi strategi

positioning ditempuh dengan melakukan kajian bauran pemasaran.

Dalam pemasaran pariwisata, produk menjadi konsep utama sebagai

pemberi kepuasan atas keinginan, kebutuhan maupun permintaan pasar. Menurut

Kotler, Bowen, dan Makens (2002: 290), manajer pariwisata perlu menempatkan

produk pada empat level: produk inti, produk untuk mempermudah, produk

Page 11: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78633/potongan/S1... · berguna untuk memberikan masukan dan bagi perusahaan dalam . ... daya tarik

11

pendukung, dan produk gabungan. Berikut merupakan penjelasan dari masing-

masing level produk tersebut:

1. Produk inti

Merupakan produk yang merupakan jawaban bagi pertanyaan: apa yang

sebenarnya dibeli pembeli? Produk inti yang akan dibahas dalam penelitian ini

adalah cokelat, yang merupakan produk inti dari CV Anugrah Mulia sebagai

perusahaan Cokelat Monggo.

2. Produk untuk mempermudah

Produk untuk mempermudah adalah barang atau jasa yang harus disajikan

kepada tamu saat tamu tersebut menggunakan produk inti. Hotel kelas satu

misalnya harus memiliki layanan check-in dan check-out, telepon, restoran, dan

layanan di bidang busana.

3. Produk pendukung

Produk pendukung merupakan produk ekstra yang diadakan untuk

menambah nilai produk inti dan membedakannya dari pesaing. Pada hotel dan

perusahaan, pusat bisnis atau spa dengan layanan lengkap adalah produk

pendukung yang dapat membantu menarik pelanggan ke hotel (Kotler, Bowen,

dan Makens, 2002: 291).

4. Produk gabungan

Produk gabungan mencakup kemudahan akses, suasana, interaksi

pelanggan dengan organisasi jasa, partisipasi pelanggan, dan interaksi antar

sesama pelanggan. Kesemua elemen itu bila digabung dengan produk inti, produk

untuk mempermudah, dan produk pendukung akan menjadi produk gabungan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78633/potongan/S1... · berguna untuk memberikan masukan dan bagi perusahaan dalam . ... daya tarik

12

(Kotler, Bowen, dan Makens, 2002: 292). Dalam penelitian ini, keseluruhan

produk yang menjadi produk gabungan tersebut kemudian dianalisis dengan

menggunakan konsep bauran pemasaran 7P.

Dalam bidang pemasaran, konsep pemasaran yang banyak dikenal yaitu

bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran merupakan seperangkat

variabel pemasaran yang dapat dikendalikan dan dipadukan perusahaan untuk

menghasilkan tanggapan yang diinginkan di dalam pasar sasaran (Kotler, 1997:

47). Kotler (1997: 47) mengklasifikasikan bauran pemasaran ke dalam 4

kelompok variabel yang dikenal sebagai 4P yaitu product (produk), price (harga),

place (tempat), dan promotion (promosi).

Dalam perkembangannya saat ini 4P tersebut dapat dimodifikasi dengan

ditambah berbagai variabel P, sesuai dengan strategi yang disusun untuk mencapai

tujuan pemasaran yang diinginkan. Pemasaran Cokelat Monggo sebagai produk

oleh-oleh dalam lokasi penelitian yaitu di showroom Kotagede selain mengacu

pada strategi penjualan produk inti yaitu berupa cokelat, juga mengacu pada

produk gabungan yang didalamnya terdapat produk intangible atau jasa, salah

satunya mencakup pelayanan pengunjung. Dengan demikian konsep diatas

diperluas dengan variabel yang berhubungan dengan pemasaran jasa sehingga

menjadi konsep bauran pemasaran jasa 7P. Variabel-variabel yang ditambahkan

yaitu people, process, dan physical evidence (Booms dan Bitner, 1981 via Blythe,

2009: 70). Berikut merupakan deskripsi dari masing-masing variabel tersebut:

Page 13: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78633/potongan/S1... · berguna untuk memberikan masukan dan bagi perusahaan dalam . ... daya tarik

13

1. Product (Produk)

Produk menurut Kotler dan Armstrong (2012: 75) didefinisikan sebagai

“The goods and services combination the company offers to the target market”.

Produk merupakan kombinasi barang maupun jasa yang ditawarkan oleh

perusahaan kepada target pasar.

2. Price (Harga)

Harga menurut Kotler dan Armstrong (2012: 76) yaitu “The amount of

money costumers must pay to obtain the product”. Harga merupakan sejumlah

uang yang harus dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan produk. Dalam

penetapan harga diperlukan pertimbangan bagi keuntungan yang didapat

perusahaan, selain itu juga agar nilai suatu produk dapat sesuai dengan persepsi

pembeli.

3. Place (Tempat/distribusi)

Definisi menurut Kotler dan Armstrong (2012: 76) mengenai

tempat/distribusi adalah “Place includes company activities that make the product

available to target consumers”. Tempat meliputi kegiatan perusahaan dalam

membuat produk agar tersedia bagi konsumen.

4. Promotion (Promosi)

Definisi promosi menurut Kotler dan Armstrong (2012: 76) adalah

“Activities that communicate the merits of the product and persuade target

customers to buy it”. Promosi merupakan kegiatan yang mengkomunikasikan

kebaikan produk dan mempengaruhi target pasar untuk membelinya.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78633/potongan/S1... · berguna untuk memberikan masukan dan bagi perusahaan dalam . ... daya tarik

14

5. People (Orang)

Zeithaml dan Bitner (1996: 26) mendeskripsikan people sebagai “All

human actors who play a part in service delivery and thus influence the buyer’s

perceptions; namely, the firm’s personnel, the customer, and other customers in

the service environment”. Orang merupakan seluruh pelaku manusia yang

mengambil bagian dalam penyampaian jasa dan dengan demikian mempengaruhi

persepsi pembeli; yaitu karyawan perusahaan, konsumen, dan konsumen lain di

dalam lingkungan jasa tersebut.

6. Process (Proses)

Proses menurut Zeithaml dan Bitner (1996: 27) yaitu “The actual

procedures, mechanisms, and flow of activities by which the service is delivered-

the service delivery and operating systems”. Proses mengarah pada bagaimana

cara perusahaan melayani permintaan konsumen mulai dari pemesanan hingga

produk sampai di tangan konsumen.

7. Physical Evidence (Bukti fisik)

Bukti fisik menurut Zeithaml dan Bitner (1996: 26) yaitu “The

environment in which the service is delivered and where the firm and consumer

interact, and any tangible components that facilitate performance or

communication of the service”. Bukti fisik merupakan lingkungan dimana jasa

disampaikan dan dimana perusahaan dan konsumen berinteraksi, dan seluruh

komponen nyata yang memfasilitasi penyelenggaraan atau komunikasi jasa

tersebut. Dibawah ini terdapat jabaran komponen bauran pemasaran 7P yang

digunakan penulis dalam melakukan penelitian:

Page 15: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78633/potongan/S1... · berguna untuk memberikan masukan dan bagi perusahaan dalam . ... daya tarik

15

Tabel 2

Komponen Bauran Pemasaran 7P

Sumber: Zeithaml, Bitner, dan Gremler (2009: 25)

Page 16: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78633/potongan/S1... · berguna untuk memberikan masukan dan bagi perusahaan dalam . ... daya tarik

16

I.7. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan membuat deskripsi atas

suatu fenomena sosial/alam secara sistematis, faktual, dan akurat (Wardiyanta,

2006: 5).

I.7.1. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan

sekunder. Data primer diperoleh melalui metode wawancara dan pengamatan

langsung di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh melalui metode studi

pustaka dalam rangka menguatkan teori-teori maupun menguatkan analisis untuk

mempertegas hasil penelitian. Peneliti melakukan pengumpulan data yang

berkaitan dengan topik penelitian menggunakan studi pustaka melalui internet,

perpustakaan, dan jurnal ilmiah.

Metode wawancara dilakukan dengan perwakilan dari divisi pemasaran,

staf showroom dan beberapa pengunjung showroom Cokelat Monggo Kotagede.

Wawancara dengan perwakilan dari divisi pemasaran untuk mengetahui hal-hal

yang berkaitan dengan pemasaran disesuaikan dengan metode analisis data yang

digunakan serta mengenai data-data lain yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan

penelitian. Wawancara dengan staf showroom Cokelat Monggo Kotagede sebagai

pihak yang secara langsung berhadapan dengan konsumen untuk mengetahui hal-

hal yang berkaitan dengan bagaimana pelayanan dilakukan terhadap konsumen.

Sedangkan wawancara dengan beberapa pengunjung showroom untuk mengetahui

Page 17: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78633/potongan/S1... · berguna untuk memberikan masukan dan bagi perusahaan dalam . ... daya tarik

17

bagaimana aspek pemasaran yang telah diterapkan Cokelat Monggo dipandang

dari perspektif konsumen.

Penulis melakukan observasi/pengamatan langsung ke kantor perusahaan

CV Anugrah Mulia. Metode observasi dilakukan dalam rangka pengumpulan data

mengenai lingkungan fisik perusahaan, pengamatan hal-hal yang berkaitan dengan

wujud riil dari aspek pemasaran, serta data-data yang dibutuhkan kemudian dalam

mendukung penelitian ini. Penulis juga melakukan observasi di showroom pusat

Cokelat Monggo Kotagede untuk mengetahui situasi showroom, mengetahui

proses produksi, dan mengenal jenis-jenis produk Cokelat Monggo.

I.7.2. Metode Analisis Data

Data-data yang telah berhasil dikumpulkan dari hasil wawancara, studi

pustaka, dan pengamatan langsung di lapangan akan dikelompokkan sesuai

kebutuhan, lalu hasil pengelompokan tersebut akan dihubungkan dengan data-data

lainnya menggunakan metode analisis data tertentu. Metode analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan konsep marketing mix

(bauran pemasaran) 7P. Strategi marketing mix merupakan kombinasi variabel

yang merupakan inti dari sistem pemasaran yang dapat dikendalikan oleh

perusahaan untuk mempengaruhi konsumen. Konsep marketing mix yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah konsep 7P yang didalamnya meliputi

variabel product, price, place, promotion, people, process, dan physical evidence.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78633/potongan/S1... · berguna untuk memberikan masukan dan bagi perusahaan dalam . ... daya tarik

18

I.8. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun menjadi empat bab dengan fokus pembahasan yang

berbeda pada setiap bab dan diharapkan dapat menjadi satu kesatuan sehingga

dapat menjelaskan secara menyeluruh mengenai penelitian yang dilakukan.

Bab I adalah pendahuluan, berisi deskripsi alasan penulis dalam

pengambilan tema dan lokasi penelitian; Bab II adalah gambaran umum mengenai

perusahaan Cokelat Monggo serta deskripsi produk Cokelat Monggo; Bab III

adalah pembahasan/isi, berisi analisis mengenai pemasaran Cokelat Monggo

sebagai produk oleh-oleh wisata unggulan; dan Bab IV berisi kesimpulan dari

serangkaian hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis. Selain itu juga

terdapat saran yang membangun untuk pengembangan pemasaran Cokelat

Monggo menjadi produk oleh-oleh unggulan khas Yogyakarta sebagai daerah

tujuan wisata. Diharapkan dari hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi

nyata sehingga Cokelat Monggo mampu meningkatkan daya saing ditengah

ketatnya persaingan bisnis industri oleh-oleh, khususnya produk kuliner cokelat.