bab i pendahuluan -...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Tanah merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Dale dan Mc
Laughlin (2000) dalam Tomić, dkk (2006) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi nilai tanah diantaranya adalah faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal menyangkut fisik tanah, sedangkan faktor eksternal
menysangkut lingkungan dan aksesibilitas seperti pembangunan pusat kegiatan
masyarakat. Hal ini mengakibatkan munculnya perbedaan pandangan atas tanah.
Tanah juga digunakan sebagai dasar untuk membangun sarana produksi barang atau
jasa yang memiliki nilai karena adanya harapan untuk mendapat keuntungan di masa
mendatang.
Pembangunan yang sedang berlangsung di Kabupaten Sleman khususnya di
Desa Ambarketawang berkembang dengan sangat pesat. Hal ini ditandai dengan
perubahan penggunaan lahan akibat munculnya berbagai pusat kegiatan masyarakat,
seperti pasar, perguruan tinggi, stasiun kereta api, kompleks pemukiman, rumah sakit
yang berdampak cukup besar terhadap nilai tanah. Desa Ambarketawang juga
memiliki aksesibilas yang baik karena dekat dengan jalan provinsi. Kondisi ini akan
berpengaruh terhadap pola nilai tanah yang berdekatan dengan pusat kegiatan
masyarakat di Desa Ambarketawang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Harjanto (2007) mengenai pengaruh dari faktor, seperti jarak ke pusat kota, lebar
jalan, jarak ke perguruan tinggi, dan pusat kegiatan masyarakat yang terkait dengan
nilai tanah. Selanjutnya nilai tanah tersebut akan digambarkan dalam bentuk Zona
Nilai Tanah (ZNT) agar lebih terstruktur sehingga dapat digunakan untuk berbagai
keperluan.
Berdasarkan surat edaran nomor 1/SE-100/I/2013 tentang pengenaan tarif atas
penerimaan negara bukan pajak, ZNT merupakan dasar perhitungan bagi Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat menghitung besar biaya yang harus dibayar
konsumen kepada negara. Biaya tersebut dicatat oleh PPAT dan dilaporkan kepada
Badan Pertanahan Nasional. Besarannya pun akan berbeda-beda karena sesuai survei
PEMODELAN NILAI TANAH AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PASCA PEMBANGUNANPUSAT KEGIATAN (StudiKasus di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta)ANDRIAN EKA PUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
yang dilakukan di lapangan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 13
tahun 2013. Namun, pada kasus jual beli tanah masih sering terjadi tindak kecurangan
untuk menurunkan nilai tanah agar memperoleh pajak yang minimal. Hal ini tentunya
merugikan daerah karena dapat menurunkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) sehingga
diperlukan acuan nilai tanah yang jelas untuk menghindari kecurangan tersebut. Oleh
karena itu, diperlukan pemodelan nilai tanah di Desa Ambarketawang akibat
pembangunan pusat kegiatan masyarakat yang terjadi saat ini. Model nilai tanah
tersebut ditampilkan dalam bentuk Peta Zona Nilai Tanah (ZNT).
I.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari BKAD (Badan Keuangan dan Aset
Daerah) Kabupaten Sleman memiliki PAD (Pendapatan Asli Daerah) sebesar
52.978.731.000,- pada tahun 2005. Hal ini menyebabkan Sleman menjadi kabupaten
terkaya di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Sleman terdiri atas 17
kecamatan, 86 desa, dan 1212 padukuhan yang sedang berkembang, salah satunya
adalah Desa Ambarketawang. Desa Ambarketawang merupakan salah satu desa di
Kabupaten Sleman yang sedang mengalami pembangunan yang cukup pesat dalam
beberapa tahun terakhir. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai pusat kegiatan,
seperti pasar, perguruan tinggi, stasiun kereta api, kompleks pemukiman, dan rumah
sakit yang dapat mendorong peningkatan pembangunan dalam sektor lain.
Pembangunan tersebut dapat mempengaruhi dan menjadi faktor dari perubahan nilai
dari tanah di sekitarnya, sedangkan PAD ini diperoleh dari pajak yang berlaku pada
masing-masing wilayah dan pajak atas tanah ditentukan berdasarkan nilai tanah yang
melekat pada tanah yang bersangkutan. Namun, pada kasus jual beli tanah sering
terjadi tindak kecurangan untuk menurunkan nilai tanah agar memperoleh pajak yang
minimal. Hal ini tentunya dapat merugikan karena dapat menurunkan pendapatan asli
daerah sehingga diperlukan patokan nilai tanah yang jelas untuk menghindari
kecurangan tersebut. Hal ini diperlukan untuk memberikan nilai pajak yang adil untuk
tiap bidang tanah. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi terkait perubahan nilai tanah
akibat pembangunan pusat kegiatan masyarakat yang ditampilkan dalam bentuk peta
zona nilai tanah guna keperluan perpajakan dan lain sebagainya.
PEMODELAN NILAI TANAH AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PASCA PEMBANGUNANPUSAT KEGIATAN (StudiKasus di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta)ANDRIAN EKA PUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
Berdasarkan dari uraian di atas dapat diambil pokok permasalahan yaitu:
1) Faktor apa saja yang mempengaruhi dalam pemodelan nilai tanah yang baik di
Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.
2) Belum tersedianya peta zona nilai tanah untuk setiap bidang di Desa
Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
3) Perubahan dari pola nilai tanah di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping,
Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2011 dan
2016 belum diketahui.
I.3. CAKUPAN PENELITIAN
Penulis memfokuskan permasalahan utama dalam konteks sebagai berikut:
1) Data spasial yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta batas administrasi,
dan peta tata guna lahan Desa Ambarketawang dari Badan Pertanahan Nasional
(BPN) Kabupaten Sleman dan peta blok PBB dari Dinas Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah.
2) Data non spasial yang digunakan dalam penelitian ini adalah data transaksi jual
beli tanah di Desa Ambarketawang yang diperoleh dari Badan Pertanahan
Nasional (BPN) Kabupaten Sleman.
3) Analisis regresi linier berganda akan digunakan dalam perhitungan model nilai
tanah dari masing-masing periode yaitu tahun 2011 dan 2016 sehingga tiap
periode peta ZNT akan diketahui modelnya.
4) Variabel bebas yang akan diuji untuk menentukan faktor yang mempengaruhi
model nilai tanah dalam penelitian ini diantaranya adalah luas bidang (LB), jarak
bidang ke jalan utama (BDUT), jarak bidang ke pusat kota (BDKO), kelas jalan
(KJ), penggunaan lahan (PL), dan jarak bidang ke pusat kegiatan utama (BDPK).
5) Metode yang akan digunakan dalam pengolahan peta penggunaan lahan pada
penelitian ini adalah metode overlay. Peta penggunaan lahan Desa
Ambarketawang tahun 2011 dioverlay dengan peta penggunaan lahan Desa
PEMODELAN NILAI TANAH AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PASCA PEMBANGUNANPUSAT KEGIATAN (StudiKasus di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta)ANDRIAN EKA PUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
Ambarketawang tahun 2016 untuk menghasilkan peta perubahan penggunaan
lahan antara tahun 2011 dan 2016.
I.4. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1) Menentukan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pemodelan nilai tanah
di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
2) Pemodelan nilai tanah tahun 2016 di Desa Ambarketawang, Kecamatan
Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
I.5. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Manfaat Teoritis
Bagi akademisi lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu
referensi untuk penelitian serupa yang terkait pemodelan nilai tanah akibat
perubahan penggunaan lahan.
2) Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat memaparkan berbagai faktor yang mempengaruhi
dan menjadi penyebab perubahan nilai tanah di Desa Ambarketawang. Hasil
penelitian ini juga dapat digunakan sebagai salah satu referensi dalam
melakukan pemodelan nilai tanah di daerah lainnya.
I.6. TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, faktor lokasi memiliki pengaruh
yang paling kuat terhadap nilai suatu properti. Properti yang memiliki bentuk fisik
yang sama tetapi lokasinya berbeda, maka nilai dari properti tersebut akan berbeda.
Secara umum “Teori Lokasi” menyatakan bahwa semakin jauh letak properti dari
pusat kegiatan maka nilainya akan semakin rendah. Hal tersebut dikarenakan pusat
kegiatan merupakan pusat dari segala aktivitas masyarakat.
PEMODELAN NILAI TANAH AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PASCA PEMBANGUNANPUSAT KEGIATAN (StudiKasus di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta)ANDRIAN EKA PUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
Sudaryono (2003) melakukan penelitian terkait dengan pengaruh lokasi,
kepadatan penduduk, dan kepadatan bangunan terhadap nilai tanah. Penelitian tersebut
dilakukan dengan cakupan tingkat kelurahan untuk setiap bidang. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa kepadatan bangunan berpengaruh positif terhadap nilai
tanah, sedangkan jarak dari CBD atau Perguruan Tinggi memberikan pengaruh negatif
terhadap nilai tanah.
Mudjiono (1997) melakukan penelitian untuk menganalisis variasi harga tanah
di Kotamadya Yogyakarta. Penelitian tersebut menjelaskan variasi harga tanah di
lokasi penelitian disebabkan oleh tingkat pendapatan masyarakat, jarak lokasi bidang
dari pusat kota (Malioboro), dan daya tarik kampus perguruan tinggi di suatu lokasi.
Hidayati dan Harjanto (2003) menjelaskan bahwa faktor lokasi dapat digunakan
untuk menentukan kemudahan aksesibilitas untuk mencapai suatu properti. Properti
yang terdapat di kawasan kota memiliki aksesibilitas yang lebih baik dibandingkan
dengan properti di kawasan luar kota. Hal ini terjadi karena properti di kawasan kota
memiliki sistem pengangkutan dan perhubungan yang baik. Disamping itu, properti
yang mempunyai lokasi di kawasan kota mempunyai infrastruktur dan sarana yang
lebih baik dan lengkap dibanding dengan kawasan luar kota.
Penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti (Haryoto, 1997; Soleh, 1998;
Sudaryono, 2003; Wiratmoko, 2003) mengenai analisis hubungan nilai tanah dengan
faktor-faktor lokasi, menunjukkan bahwa secara umum faktor lokasi mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap perubahan nilai tanah. Hal tersebut berarti bahwa
semakin jauh jarak suatu properti dari pusat kota atau pusat kawasan bisnis/Central
Business District (CBD), maka nilai tanah semakin rendah dan sebaliknya semakin
dekat dengan CBD, maka nilai tanah semakin tinggi.
Endah (2015) melakukan penelitian terkait dengan pengaruh faktor aksesibilitas
berupa jalan utama, luas bidang, kelas jalan, penggunaan lahan, dan pusat kota.
Penelitian tersebut menjelaskan model nilai tanah di lokasi penelitian yang
dipengaruhi oleh faktor jarak dari bidang ke jalan utama dan kelas jalan untuk setiap
bidang. Hal tersebut berarti semakin dekat jarak dari bidang ke jalan utama maka nilai
PEMODELAN NILAI TANAH AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PASCA PEMBANGUNANPUSAT KEGIATAN (StudiKasus di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta)ANDRIAN EKA PUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
tanahnya akan meningkat. Disamping itu, bidang yang memiliki kelas jalan yang lebih
tinggi maka nilai tanahnya juga akan semakin tinggi.
Husnuddin (2004) melakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh
perubahan penggunaan lahan terhadap nilai tanah di lokasi penelitian. Dalam
penelitian tersebut digunakan faktor berupa lokasi, aksesibilitas, waktu transaksi, jenis
data, penggunaan lahan, elevasi, letak obyek, bentuk tanah, dan sumber data. Hasil
dalam penelitian tersebut adalah perubahan penggunaan lahan yang terjadi di lokasi
penelitian berdampak positif untuk wilayah pemukiman. Hal ini berarti bahwa
penggunaan lahan menjadi pemukiman akan meningkatkan nilai tanah di sekitarnya.
Hasil tersebut juga berdampak pada sektor perdagangan dan jasa yang semakin
berkembang sehingga juga meningkatkan nilai tanah di sekitarnya.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya, maka dalam penelitian ini akan
dibuat model penilaian tanah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.
Penelitian dilakukan di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
I.7. LANDASAN TEORI
I.7.1. Pengertian Tanah
Simpson (1976) mengungkapkan tanah tidak bergerak sehingga secara fisik
tidak dapat diserahkan / dipindahkan. Selain itu, tanah juga bersifat abadi. Tanah tidak
dapat diubah dalam tingkatnya sebagai bagian dari bumi itu sendiri, juga tidak dapat
ditambah atau dikurangi atau dirusakkan sebagaimana halnya dengan bentuk - bentuk
kekayaan yang lain.
Menurut Soerianegara (1997), tanah adalah Sumber daya alam yang mempunyai
peranan dalam berbagai segi kehidupan manusia, yaitu sebagai tempat dan ruang untuk
hidup dan berusaha, untuk mendukung vegetasi alam yang manfaatnya sangat
diperlukan oleh manusia. Konsepsi tanah menurut Undang-Undang Pokok Agraria
(UUPA) pasal 4 adalah permukaan bumi yang kewenangan penggunaannya meliputi
tubuh bumi, air dan ruang yang ada diatasnya. Dalam pengertian ini tanah meliputi
tanah yang sudah ada sesuatu hak yang ada diatasnya maupun yang dilekati sesuatu
hak menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Petunjuk teknis Direktorat
Survei dan Potensi Tanah, Pengukuran dan pemetaan BPN RI, 2007: 6).
PEMODELAN NILAI TANAH AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PASCA PEMBANGUNANPUSAT KEGIATAN (StudiKasus di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta)ANDRIAN EKA PUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
I.7.2. Prinsip Penilaian Tanah
Hidayati and Harjanto (2003) mengemukakan bahwa nilai dapat ditafsirkan
sebagai makna dari suatu benda. Nilai tanah adalah suatu pengukuran yang didasarkan
kepada kemampuan tanah secara ekonomis dalam hubungannya dengan produktifitas
dan strategi ekonomisnya. Harga tanah merupakan penilaian atas tanah yang diukur
berdasarkan harga nominal dalam satuan uang untuk satuan luas tertentu melalui
mekanisme pasar tanah (Darmawan M, 2010). Penilaian (Appraisal) adalah perkiraan
nilai yang didukung oleh data. Perkiraan tersebut diperoleh sebagai perkiraan untuk
waktu yang akan datang dalam jangka waktu yang panjang. Hal yang diperlukan
adalah nilai. Besaran dari nilai hanya dapat diperkirakan, yang dapat digunakan
sebagai titik kecenderungan pada kondisi pasar tertentu. Perkiraan yang dihasilkan
seorang penilai memiliki arti penting dan amat berguna karena pada dasarnya untuk
memperoleh perkiraan nilai tersebut seorang penilai telah menyusun fakta dan data
dari pasar yang bersangkutan serta unsur-unsur lainnta. Kemudian menganalisa fakta,
data, dan sebagainya secara logis, sistematis, dan ketat di dalam satu kerangka yang
sistematis untuk memperoleh perkiraan nilai.
Nilai dan Harga tanah mempunyai hubungan yang fungsional, dimana harga
tanah ditentukan oleh nilai tanah atau harga tanah mencerminkan tinggi rendahnya
nilai tanah. Harga merupakan sebagai sejumlah uang yang dibayar untuk mendapatkan
hak milik dari sesuatu benda. Dalam melakukan penilaian tanah, perlu diketahui
beberapa prinsip penilaian. Eckert (1990) mengemukakan empat prinsip penilaian
tanah, yakni penawaran dan permintaan, penggunaan yang tertinggi dan terbaik,
keuntungan produktivitas, prinsip perubahan dan antisipasi.
I.7.3. Faktor Penyebab Perubahan Nilai dan Harga Tanah
Teori yang berhubungan dengan harga tanah baik secara langsung ataupun tidak
langsung selalu berdasarkan pada “ruang”. Teori lokasi yang dikemukakan oleh model
Von Thunen maupun model Christaller dalam (Sidik, 2000), keduanya melandasinya
pada substansi “ruang” karena harga atau nilai tanah merupakan suatu gejala ruang.
Faktor-faktor yang mempengaruhinya juga akan lebih banyak berkaitan dengan gejala
ruang (Sumaatmadja, 1981). Menurut Dale dan McLaughlin (2000), faktor yang
mempengaruhi perubahan nilai tanah adalah Karakteristik fisik : jenis tanah,
PEMODELAN NILAI TANAH AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PASCA PEMBANGUNANPUSAT KEGIATAN (StudiKasus di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta)ANDRIAN EKA PUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
kesuburan, aksesibilitas, topografi, dan Karakteristik legal : pembatasan penggunaan,
jenis hak yang melekat pada tanah, dsb.
Menurut Eckert (1990), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan
nilai tanah antara lain :
1. Faktor ekonomi : Faktor yang bersifat global, regional, lokal ekonomi yang akan
Mempengaruhinya, seperti biaya transaksi dan pusat kegiatan
masyarakat.
2. Faktor sosial : Pola penggunaan tanah dan status sosial yang mempengaruhi
pola penggunaan lahan tersebut.
3. Faktor hukum : Kebijakan penggunaan tanah dan kualitas infrastruktur fasilitas
umum yang akan mempengaruhi nilai tanah
4. Faktor Fisik
a. Lokasi : Luas, topografi, bentuk, dan keadaan fisik pada bidang tanah.
b. Situasi : Terkait dengan lokasi relatif terhadap jalan raya.
I.7.4. Pola dan Struktur Nilai dan Harga Tanah
Yunus, H.S (2011) mengungkapkan bahwa nilai tanah dibagi menjadi nilai tanah
pertanian yang dikaitkan dengan usaha-usaha dalam bidang pertanian dan nilai tanah
spekulatif sebagai akibat adanya derajat antisipasi terhadap perluasan fisik kota yang
meningkat pada areal yang bersangkutan sehingga penentuan besarnya nilai tanah
selalu dikaitkan dengan kepentingan non agraris maka para petani mempunyai
penilaian bahwa nilai tanah yang mendekati kota mempunyai nilai spekulasi yang
semakin tinggi.
Menurut Dale dan Mc Laughlin (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
tanah terbagi atas 2 (dua) yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
antara lain meliputi topografi dari tanah, sifat dasar dari tanah, serta desain dan kondisi
dari bangunan. Adapun faktor-faktor yang disebabkan oleh pengaruh luar meliputi
lingkungan dimana barang milik ditempatkan, tersedianya sarana transportasi serta
berdirinya pusat – pusat kegiatan masyarakat yang baru, seperti berdirinya pabrik,
pusat-pusat perbelanjaan, terminal dan lain-lain.
PEMODELAN NILAI TANAH AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PASCA PEMBANGUNANPUSAT KEGIATAN (StudiKasus di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta)ANDRIAN EKA PUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
I.7.5. Pendekatan Penilaian Tanah
Haryoto (1997) menyebutkan penilaian tanah yang akurat merupakan informasi
yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan suatu kebijakan. Informasi
tersebut diperlukan misalnya untuk perencanaan dan pelaksanaan pembangunan,
inventarisasi ataupun untuk menetapkan objek pajak. Eckert (1990) mengemukakan
bahwa dalam penilaian tanah dikenal beberapa metode pendekatan, yaitu :
1. Pendekatan kapitalisasi pendapatan (Income Approach) adalah metode penilaian
dengan mendasarkan pada tingkat keuntungan yang mungkin akan dihasilkan
oleh suatu properti pada saat ini dan yang akan datang, kemudian dilakukan peng
kapitalisasian untuk mengkonversi aliran pendapatan tersebut dalam nilai
properti. Dalam pendekatan ini dilakukan perhitungan pada seluruh pendapatan
dalam satu tahun obyek yang dinilai dikurangi dengan biaya kekosongan dan
biaya operasional yang selanjutnya dikapitalisasikan dengan suatu tingkat
kapitalisasi tertentu berdasarkan jenis penggunaan obyek.
2. Pendekatan perbandingan harga pasar (Market Data Approach) merupakan
suatu pendekatan penilaian yang dilakukan dengan cara membandingkan antara
properti yang akan dinilai dengan properti-properti pembanding yang telah
diketahui karakteristik dan nilainya. Cara membandingkan data dengan faktor
penyesuaian. Faktor-faktor yang mempengaruhi obyek yang dinilai dianalisis
dan dilakukan perbandingan dengan properti pembanding terhadap faktor-faktor
yang menjadi perbedaan diantara obyek pembandingnya. Faktor yang sering
digunakan adalah faktor lokasi, aksesibilitas, waktu transaksi, jenis data, dan
faktor lain yang relevan.
3. Pendekatan biaya (Cost Approach) biasanya digunakan untuk melakukan
penilaian suatu bangunan. Metode pendekatan biaya adalah proses penilaian
dengan cara melakukan identifikasi terhadap suatu bangunan yang kemudian
dilakukan analisis biaya pembuatan barunya berdasarkan harga standar yang
berlaku pada saat dilakukannya penilaian dan selanjutnya dilakukan penyusutan.
PEMODELAN NILAI TANAH AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PASCA PEMBANGUNANPUSAT KEGIATAN (StudiKasus di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta)ANDRIAN EKA PUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
I.7.6. Metode Penilaian Tanah
Berdasarkan International Association of Assessing Officers (IAAO) Dalam
penilaian tanah dikenal 2 macam metode, yaitu metode penilaian tanah secara massal
dan metode penilaian tanah secara individu.
1. Penilaian secara massal (mass appraisal) merupakan penilaian secara sistematis
pada sekelompok properti pada titik waktu tertentu (tanggal penilaian), dengan
menggunakan prosedur dan tes statistik baku. Subyek pada penilaian properti
secara massal adalah kelompok properti dalam satu area. Pada penilaian secara
massal dilakukan kontrol kualitas dengan menggunakan tes statistik untuk
mengetahui akurasi dan konsistensi dari penilaian. Hasil dari penilaian secara
massal tersebut dapat digunakan pada berbagai institusi seperti kantor pajak.
Pada penilaian masal, sejumlah obyek pajak yang akan dinilai pada saat tertentu
secara sistematis dan bersamaan dilakukan dengan menggunakan prosedur
standar yang disebut Computer Assisted Valuation (CAV). Penilaian massal ini
digunakan jika obyek pajak jumlahnya sangat banyak dan dalam waktu yang
cepat sehingga digunakan teknik tertentu untuk mengurangi biaya penilaian
yang besar, serta para tenaga penilai yang banyak.
2. Penilaian secara individual (single property appraisal) merupakan penilaian
sebuah properti pada titik waktu tertentu dengan menggunakan metode tertentu
pula. Subyek pada penilaian properti secara individu adalah properti
(tanah/bangunan) tunggal. Dalam metode penilaian secara individual tersebut
menggunakan kontrol kualitas yang dilakukan dengan cara membandingkan
properti yang dinilai dengan properti sejenis yang memiliki karakteristik yang
sama. Hasil dari penilaian secara individu tersebut dapat digunakan oleh
masyarakat (individu) dalam transaksi jual beli, maupun institusi seperti bank
dan asuransi.
I.7.7. Zona Nilai Tanah
I.7.7.1. Koreksi data transaksi berdasarkan Surat Edaran SE-55/PJ.6/1999 dapat dilihat
pada tabel 1 hingga tabel 6.
PEMODELAN NILAI TANAH AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PASCA PEMBANGUNANPUSAT KEGIATAN (StudiKasus di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta)ANDRIAN EKA PUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
Tabel 1. Koreksi jenis data transaksi
No. Jenis Data Transaksi Penyesuaian
1 Camat +30%
2 Jual Beli (PPAT) +20 %
3 Penawaran -10%
4 Penjual / Pembeli 0%
5 Data Lapangan 0%
Tabel 2. Penyesuaian waktu transaksi
No. Waktu transaksi Penyesuaian
1 1 – 3 Bulan +2%
2 3 – 6 Bulan +3%
3 6 – 9 Bulan +4%
4 9 – 12 Bulan +5%
5 1 – 2 Tahun +12%
6 2 – 3 Tahun +20%
7 3 – 4 Tahun +28%
8 4 – 5 Tahun +37%
9 5 – 6 Tahun +47%
10 Lebih dari 6 Tahun +57%
Tabel 3. Penyesuaian letak obyek
No. Letak Obyek Penyesuaian
1 Sudut 0 %
2 Tengah-tengah -5 %
PEMODELAN NILAI TANAH AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PASCA PEMBANGUNANPUSAT KEGIATAN (StudiKasus di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta)ANDRIAN EKA PUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
Tabel 4. Penyesuaian aksesibilitas
No. Aksesibilitas (km) Penyesuaian
1 0 – 0.,5 0 %
2 > 0,5 – 1 -5 %
3 > 1 – 2 -10 %
4 > 2 -20 %
Tabel 5. Penyesuaian penggunaan lahan
No. Penggunaan Lahan Penyesuaian
1 Perumahan/pemukiman 0 %
2 Industri -15 %
2 Sawah Irigasi -30 %
3 Kebun -25 %
4 Tegalan -25 %
Tabel 6. Penyesuaian bentuk tanah
No. Bentuk Tanah Penyesuaian
1 Segiempat Beraturan 0 %
2 Segiempat Tak Beraturan -10 %
2 Segitiga -30 %
I.7.7.2. Pengertian zona nilai tanah. Harjanto (2007) mengungkapkan bahwa Zona
Nilai Tanah (ZNT) merupakan area yang menggambarkan nilai tanah yang relatif
sama. Penilaian tanah perlu dianalisis untuk membentuk peta ZNT yang dapat
digunakan sebagai acuan penarikan pajak daerah sehingga dapat meningkatkan PAD
(Pendapatan Asli Daerah).
PEMODELAN NILAI TANAH AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PASCA PEMBANGUNANPUSAT KEGIATAN (StudiKasus di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta)ANDRIAN EKA PUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
I.7.7.3. Peta zona nilai tanah. Peta zona nilai tanah adalah peta tematik yang
menggambarkan besaran nilai tanah dan potensi tanah di suatu wilayah tertentu yang
berfungsi sebagai informasi spasial. Peta Zona Nilai Tanah (ZNT) dibuat dengan skala
10.000 atau lebih kecil dan informasi textual peta ZNT pada saat pembuatannya
memerlukan data harga tanah berdasarkan nilai pasar. Hal ini sejalan dengan
pengertian Peta Zona Nilai Tanah (ZNT) pada Surat Edaran Nomor 1/SE-100/I/2013
BPN RI.
I.7.8. Perubahan Penggunaan Lahan
Dalam Raya (2007), Lille-sand dan Kiefer menyatakan bahwa perubahan lahan
terjadi karena manusia yang mengubah lahan pada waktu yang berbeda. Klasifikasi
penggunaan lahan dapat diartikan sebagai upaya menggolongkan penggunaan tanah
dalam golongan yang lebih kecil atau kelas-kelas yang sama dan masing-masing kelas
memiliki persamaan sifat atas fungsi tertentu. Fungsi utama dari kumpulan yang
majemuk menjadi kelompok-kelompok disebut kelas atau kategori yang dapat
diperlukan sebagi unit-unit seragam untuk keperluan khusus.
Salah satu analisis geografis yang dapat dilakukan untuk mengetahui
perubahan penggunaan lahan adalah tumpang susun (overlay) poligon, yaitu operasi
yang menumpang susunkan satu coverage ke dalam coverage poligon lain sehingga
menghasilkan coverage poligon baru (XueLian dan JingZu, 2010). Analisis overlay
dalam penelitian ini akan menggunakan software sistem informasi geografis. Sistem
Informasi Geografis (SIG) adalah sistem yang terdiri dari pesrangkat keras, perangkat
lunak, data, manusia (brainware), organisasi dan lembaga yang digunakan untuk
mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi-informasi
mengenai daerah-daerah di permukaan bumi (Chrisman, 1997). Sistem informasi yang
digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah,
menganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospasial, untuk
mendukung keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan,
lingkungan transportasi, fasilitas kota dan pelayanan umum lainnya juga merupakan
salah satu manfaat dari penggunaan Sistem Informasi Geografis.
Data mengenai laju perubahan penggunaan lahan dianalisis dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
PEMODELAN NILAI TANAH AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PASCA PEMBANGUNANPUSAT KEGIATAN (StudiKasus di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta)ANDRIAN EKA PUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
𝑣 = 𝑁2−𝑁1
𝑁1𝑋 100%....................................................................................(I.1)
Keterangan :
V = Laju perubahan (%)
N1 = Luas penggunaan lahan tahun pertama (2011) dalam hektar
N2 = Luas penggunaan lahan tahun kedua (2016) dalam hektar
I.7.9. Model Penilaian Tanah
Model penilaian tanah adalah persamaan matematis yang merupakan formulasi
dari faktor yang dapat mempengaruhi nilai tanah. Tujuan pemodelan nilai tanah adalah
untuk mengekspresikan nilai pasar yang diwujudkan sebagai harga jual. Nilai pasar
merupakan perkiraan harga jual yang dihasilkan dengan pertimbangan yang hati-hati
antara penjual dan pembeli dengan data yang lengkap tentang kondisi barang (Dale
dan Mc Laughlin, 2000).
Dalam penelitian ini, faktor yang digunakan sebagai variabel dalam
menentukan nilai tanah adalah : (1) jarak bidang ke pusat kegiatan, (2) jarak bidang ke
pusat kota, (3) jarak bidang ke jalan utama, (4) luas bidang, (5) kelas jalan, dan (6)
penggunaan lahan. Pada dasarnya nilai tanah merupakan hasil dari interaksi antara
faktor penawaran dan permintaan. Sehingga nilai tanah sebagai fungsi dari faktor
penawaran dan permintaan. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
tanah, dapat dirumuskan model dasar dengan menggunakan model fungsional :
NT = f ( BDPK, BDKO, BDUT, LB, KJ, PL ) .....................................(I.2)
Dalam hal ini,
NT = Nilai tanah (Rupiah)
BDPK = Jarak dari bidang ke pusat kegiatan (meter)
BDKO = Jarak dari bidang ke pusat kota (meter)
LB = Luas bidang (meter persegi)
KJ = Kelas lalan
PL = Penggunaan lahan
PEMODELAN NILAI TANAH AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PASCA PEMBANGUNANPUSAT KEGIATAN (StudiKasus di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta)ANDRIAN EKA PUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
I.7.10. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau
lebih variabel bebas dengan variabel terikat. Persamaan regresi linier berganda dapat
ditunjukkan melalui persamaan berikut (Gujarati, 1995):
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + ... + bnXn ...........................................................(I.3)
Keterangan :
Y = Variabel terikat (nilai tanah estimasi)
X1, X2, Xn = Variabel bebas (BDPK, BDUT, BDKO, LB, KJ, PL) yang
mempengaruhi nilai tanah
b1, b2, bn = Koefisien regresi pada masing – masing variabel bebas
a = Koefisien regresi (Intercept)
n = Banyaknya variabel bebas
Dalam penelitian ini, variabel bebas yang digunakan merupakan faktor yang
mempengaruhi nilai tanah di Desa Ambarketawang. Faktor yang mempengaruhi nilai
tanah tersebut adalah luas bidang ke pusat kegiatan utama (BDPK), jarak bidang ke
jalan utama (BDUT), jarak bidang ke pusat kota (BDKO), bidang (LB), kelas jalan
(KJ), penggunaan lahan (PL).
I.7.11. Uji Statistik
Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui derajat hubungan kesesuaian
model dilakukan dengan uji sebagai berikut :
I.7.11.1. Uji koefisien determinasi (R2). Uji tersebut digunakan untuk mengetahui
seberapa besar persentase pengaruh variabel bebas (jarak bidang ke pusat kegiatan,
jarak bidang ke pusat kota, jarak bidang ke jalan utama, luas bidang, kelas jalan,
danpenggunaan lahan) terhadap variabel terikat (nilai tanah estimasi). Nilai
determinasi besarnya 0 sampai 1. Persamaan uji determinasi (R2) dijabarkan dengan
rumus berikut (Gujarati, 1995) :
R2 = 1 −∑(ẏ− ӯ)2
∑(𝑦− ӯ)2...........................................................................................(I.4)
PEMODELAN NILAI TANAH AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PASCA PEMBANGUNANPUSAT KEGIATAN (StudiKasus di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta)ANDRIAN EKA PUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
Keterangan :
R2 = Koefisien determinasi
ẏ = Nilai tanah estimasi (NTE)
y = Nilai tanah dari sampel (NT)
ӯ = Nilai rerata estimasi
I.7.11.2. Uji koefisien regresi secara individu (Uji t). Uji tersebut dilakukan untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Penelitian ini akan
menggunakan variabel bebas berupa jarak bidang ke pusat kegiatan (BDPK), jarak
bidang ke pusat kota (BDKO), jarak bidang ke jalan utama (BDUT), luas bidang (LB),
kelas jalan (KJ), dan penggunaan lahan(PL), sedangkan variabel terikat dalam
penelitian ini menggunakan nilai tanah estimasi. Hipotesisnya apabila |thitung| > ttabel
maka variabel bebas signifikan. Persamaan uji koefisien regresi secara individu (uji t)
dapat dijabarkan dengan persamaan sebagai berikut (Gujarati, 1995) :
t = (𝛽𝑖−0)
𝑆𝑒 =
𝛽𝑖
𝑆𝑒...........................................................................................(I.5)
Keterangan :
βi = Koefisien variabel bebas (BDPK, BDUT, BDKO, LB, KJ, PL) yang
mempengaruhi nilai tanah ke i
Se = Simpangan baku dari masing-masing variabel bebas
I.7.11.3. Uji kriteria asumsi klasik. Pengujian kriteria asumsi klasik dilakukan untuk
mengetahui apakah model yang dihasilkan terdapat gejala multikolinieritas atau tidak.
(Santoso, 2002) menjelaskan bahwa multikolinieritas untuk menguji apakah pada
model regresi yang dihasilkan ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau
tidak. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
bebas. Selanjutnya (Santoso, 2002) menjelaskan bahwa pedoman suatu model regresi
yang bebas multikolinieritas adalah dengan menggunakan besara VIF dan toleransi
sebagai berikut:
1. Besaran VIF (Variance Inflation Factor) yang bebas dari multikolinieritas
berada di sekitar angka 1. Menurut (Gujarati, 1995), rumus VIF adalah sebagai
berikut :
PEMODELAN NILAI TANAH AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PASCA PEMBANGUNANPUSAT KEGIATAN (StudiKasus di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta)ANDRIAN EKA PUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
VIF = 1
1− 𝑟2 .................................................................................................. (I.6)
Dimana,
VIF = Variance of Inflation Factor
r = Koefisien korelasi antar variabel bebas
2. Besaran toleransi yang bebas dari multikolinieritas mempunyai nilai mendekati
1. Perhitungan toleransi menurut (Santoso, 2002) adalah sebagai berikut :
Toleransi = 1
𝑉𝐼𝐹 .............................................................................................. (I.7)
I.7.12. Uji Kualitas Model
Uji kualitas model dilakukan dengan menggunakan Uji COV (Coefficient of
Variation) dan PRD (Price Related Differential).
1. Coefficient of Variation (COV)
Uji COV digunakan untuk menguji tingkat akurasi model dalam
memprediksi nilai tanah. Kualitas model dikatakan baik apabila nilai COV
antara 7% sampai 10% dan sangat baik apabila nilai COV dibawah 5% dengan
rumus COV sebagai berikut (Eckert, 1990) :
COV = (100 𝑥 𝑆𝐷)
𝑀𝑒𝑎𝑛 ...........................................................................................(I.8)
Keterangan :
COV = Coefficient of Variation
SD = Simpangan Baku
Mean = Rata-rata rasio nilai tanah estimasi dengan nilai tanah sampel
Dalam hal ini,
SD = √∑(𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡𝑒𝑑−𝑀𝑒𝑎𝑛)2
(𝑛−1)...........................................................................(1.9)
Keterangan :
SD = Simpangan Baku
Weighted = Rasio nilai tanah ke I hingga nilai tanah ke i
Mean = Rata-rata rasio nilai tanah estimasi dengan nilai tanah sampel
n = Jumlah data sampel
PEMODELAN NILAI TANAH AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PASCA PEMBANGUNANPUSAT KEGIATAN (StudiKasus di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta)ANDRIAN EKA PUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
18
Perhitungan COV akan menggunakan jumlah sampel tertentu agar dapat
menggambarkan keseluruhan informasi. Dalam Raya (2015), Slovin
merumuskan jumlah sampel sebagai berikut :
n = 𝑁
(1+𝑁(𝑒2)) ...............................................................................................(I.10)
Keterangan :
n = Jumlah sampel yang digunakan
N = Jumlah populasi data
e = Batas toleransi kesalahan
2. Price Related Differential (PRD)
Perbedaan harga prediksi digunakan untuk mengukur tingkat keseragaman
prediksi nilai tanah. Nilai PRD hendaknya berkisar antara 0,98 sampai dengan
1,03 (Eckert, 1990). Nilai PRD dihitung dengan rumusan sebagai berikut :
PRD = 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 (ẏ/𝑦)
(𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 ẏ)/Ӯ ...................................................................................(I.11)
Keterangan :
ẏ = Estimasi nilai tanah
Ӯ = Nilai rerata tanah
y = Nilai tanah
PEMODELAN NILAI TANAH AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PASCA PEMBANGUNANPUSAT KEGIATAN (StudiKasus di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta)ANDRIAN EKA PUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/