bab i pendahuluan a. latar belakang...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada tanggal 15 Agustus 2005, bangsa Indonesia khususnya umat islam
dikagetkan oleh suatu peristiwa yang memilukan sekaligus memalukan yang
berdimensi agama. Adalah peristiwa penyerangan dan pengepungan kampus Al–
Mubarok di parung Bogor. Sebuah tempat yang berfungsi sebagai lembaga
pendidikan tinggi (Universitas ) dan kantor pusat milik salah satu organisasi
Islam Ahmadiyah. Sekitar pukul 13.30 WIB, setelah shalat Jum’at, sekelompok
orang yang berjumlah sekitar 1500 orang mengepung dan melakukan aksi
demonstrasi di depan kantor tersebut.1 Aliansi yang merupakan gabungan dari
berbagai elemen berbagai gerakan, Majlis pengajian, dan Organisasi
kemasyarakatan yang tergabung dalam Gerakan Islam Lurus atau Gerakan
Pemurnian Akidah yang memiliki visi ingin mengajak umat islam kepada garis
yang telah ditentukan syariat dan sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.2
Ada satu tugas besar bagi Ahmadiyah yang seharusnya segera merespon,
mengklarifikasi yang secara serius, dan pro aktif untuk memberikan jawaban
yang dapat menjelaskan kepada publik mengenai gerakannya sehingga
pemahaman dan arah gerakannya dapat difahami oleh khalayak publik.
1. Fajar Kurniawan,Teologi Kenabian Ahmadiyah, ( Jakarta; RMBooks,2006) hal.1 2. Berita ini diambil dalam www.detik.com. Detiknews tanggal 15 juli 2005.
1
2
Sebenarnya beberapa upaya telah dilakukan oleh Ahmadiyah untuk menjawab
pertanyaan tersebut. Banyak buku-buku, buletin, majalah dan media lain yang
diterbitkan sebagai jawaban atas berbagai kritikan dan pertanyaan, baik yang
ditulis oleh Ahmadiyah atau buku yang ditulis oleh para Ilmuwan. Ada beberapa
pokok jawaban yang disampaikan Ahmadiyah kepada publik yang selama ini
dipertanyakan.3
Pertama Ahmadiyah sebenarnya sama seperti umat islam yang lain
dalam hal rukun islam dan rukun iman. Semua ajaran Ahmadiyah didasarkan
kepada Al-Quran dan Al-hadist Rasulullah SAW. Namun demikian, ada
beberapa hal yang menarik untuk dikaji secara lebih mendalam, yaitu Aplikasi
pemahaman terhadap Al-Quran dan Al-Hadist yang dilakukan Ahmadiyah yang
kemudian menjadi paradigma teologis doktriner bagi jemaahnya. Hasil yang
sangat berbeda dengan mainstream umat islam selama ini, khusunya Ahlus-
sunnah wal jama’ah, termasuk dalam konteks keindonesiaan.4
Kedua, Ahmadiyah mempunyai pandanagan yang berbeda dengan umat
islam pada umumnya, khususnya pada ranah teologis. Beberapa perbedaan
tersebut antara lain terletak pada kewafatan Nabi Isa as, Pintu kenabian belum
tertutup khusus pada permasalahan tafsir ayat khotaman Nabiyyin dan Mirzam
Gulaman Ahmad sebagai imam mahdi dan masih mau tiga permasalahan penting
3 Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia,(Yogyakarta:LKIS,2006) Hal.20-
40 4 Ihsan Ilahi Dzahir, Ahmadiyah Qodiyaniyah sebuah kajian Analitis,(Jakarta ; Balai
Pengembangan Agama, 2008)
3
ini sebenarnya berangkat dari keyakinan atau basis akidah Ahmadiyah yang
menjadi kesatuan dan paralel dengan teologi paradigmatis doktoriner yang
lainnya, yaitu syariat jihad, wahyu, sistem kholifah dan konsep kenabian dalam
pandangan Ahmadiyah yang juga banyak berbeda dengan umat islam pada
umumnya. Ketigat tadzkiroh secara umum umat islam khususnya yang di
indonesia selama ini menganggap tadzkiroh sebagai kitab suci bagi Ahmadiyah. 5
Dewasa ini umat muslim di Indonesia digemparkan dengan
bermunculannya berbagai aliran keagamaan yang di cap “sesat” oleh sebagaian
kelompok lain. Dalam hal ini Majelis Ulama Indonesia dalam Rakernas tanggal 6
November 2007, mengeluarkan fatwa tentang Kriteria Aliran Sesat yaitu :
1. Mengingkari salah satu dari rukun iman dan rukun Islam
2. Meyakini dan atau mengakui aqidah yang tidak sesuai dengan dalil
syari’at (al-Quran dan al-Sunnah)
3. Meyakini adanya wahyu pasca al Quran
4. Mengingkari otensitas al-Quran
5. Melakukan penafsiran al-Quran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir
6. Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam
7. Menghina, melecehkan atau merendahkan para Nabi dan Rasul
8. Mengingkari Nabi Muhamad Saw sebagai Nabi dan Rasul terakhir
9. Merubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang
telah ditetapkan oleh syari’ah, seperti shalat, haji dan sebagainya. 5 Ibit, Fajar Kurniawan,hal 6-7
4
10. Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i, seperti
mengkafirkan muslim hanya bukan bagian dari kelompoknya.6
Dalam fatwa tersebut dinyatakan tentang kriteria bagaimana kelompok
atau aliran tersebut di nilai sesat, diantaranya mengingkari rukun iman yang telah
disepakati oleh umat Islam, mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan syari’at
Islam, mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syara dan masih banyak lagi.
MUI menyatakan bahwa Ahmadiyah misalnya dikatakan sebagai
penodaan terhadap agama Islam, hal ini dikarenakan bahwa dalam salah satu
doktrin ahmadiyah terdapat penyimpangan seperti pengakuan atas kerasulan
Mirza Ghulam Ahmad ini termasuk bagian dari penodaan terhadap agama Islam,
karena di dalam keyakinan Ahli Sunnah wal Jammah Nabi Muhammad sebagai
Nabi terakhir dan tidak ada lagi Nabi sesudahnya.
Akan tetapi komunitas Jemaah Ahmadiyah tidak sertamerta, dalam
mengklaim kenabian Mirza Ghulam, mereka tentunya melalui proses penafsiran
terhadap al-Quran, kalaupun dalam penafsirannya itu keliru, akan tetapi bukan
kapasitas kita untuk memaksakan pendapat kita agar diadopsi oleh mereka,
dengan kata lain hendak untuk menyeragamkan penafsiran.7
Disinilah penulis melihat bahwa perlunya perbandingan pemahaman
Ahmadiyah dengan aliran-aliran terutama Ahli Sunnah Wal Jama’ah seperti
halnya dalam teologis yaitu adanya perbedaannya penafsiran dan pemahaman
6 MUI Pusat, MUI Mengawal Aqidah Umat tentang Aliran Sesat, Jakarta, 2007. Hal.2 7 Www.Detik.com, Mengenai masalah Ahmadiyah dari Pandangan HAM. 2005
5
tentang kenabian begitu juga dalam fiqih ada juga perbedaana baik dalam segi
praktek ibadah maupun bacaan, mulai dari shalat, wuhdu, tharah dan lain-lain.
Dalam hal ini apakah dikalangan Ahmadiyah baik itu shalat, wuhdu dan tharah
mempunyai rukun dan syarat sebagaimana telah dijelaskan di kalangan Ahli
Sunnah Waljama’ah. Maka berangkat dari sini, Penulis tertarik untuk melakukan
penelitian,kajian dan analisis dengan mengangkat judul “PERBANDINGAN
ANTARA ALIRAN AHMADIYAH DENGAN AHLI SUNNAH WAL-
JAMA’AH DARI SEGI TEOLOGI DAN FIQIH (Study Kasus Ahmadiyah di
Masjid Al-Hidayah Kebayoran Lama)”
B. Rumusan dan Pembatasan Masalah
Setelah melihat uraian (latar belakang masalah) di atas, selanjutnya penulis
mencoba merumuskan beberapa masalah sebagai upaya memudahkan pemahaman
yang lebih komprehensif.
Adapun rumusan masalahnya diformulasikan dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut:
1. Bagaimana Perbandingan aliran Ahmadiyah dengan ahli Sunnah wal
Jamaah dalam fiqih dan teologis?
2. Apa saja dalam kegiatan jamaah Ahmadiyah, baik itu aktifitas sehari-
hari maupun pratek ibadah, khususnya Ahmadiyah di Masjid Al-
hidayah Kebayoran lama?
3. Bagaimana tanggapan MUI Bogor menggenai aliran Ahmadiyah?
6
4. Menganalisis dalil-dalil yang digunakan Ahmadiyah dengan dalil
menurut Ahli sunnah Wal jamaah yaitu di wakili PBNU ?
5. bagaiman perbedaan penasiran yang digunakan Jamaah Ahmadiyah
dengan dalil yang digunakan Ahli Sunnah?
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap fakta sejarah Ahmadiyah
sebagai gerakan keagamaan di Indonesia, dan juga kronoogis factor-faktor
timbulnya airan sesat Ahmadiyah di Parung Bogor.
Hasil dari penelitian ini diharapkan diantaranya:
1. Dapat menjadi sumber yang relative, konfrehensip dan ukuran tentang
Ahmadiyah khususnya di kampus al-Mubarok Bogor.
2. Dapat mengungakap fakta-fakta sejarah baru mengenai dinamika gerakan
keagamaan dan pemikiran.
3. Dapat dipergunakan sebagai penyempurnaan terhadap penelitian sejenis yang
telah dilakukan sebelum dan dapat dijadikan modal penelitian sejenis
baik dalam masalah yang sama maupun berbeda.
Dalam kegunna penelitian dibagi dua:
1. kegunaan Terapan
7
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan solusi, pemecahan masalah
yang terjadi di masyarakat dan di kalangan ilmuan dalam menetapkan kreteria
aliran sesat yang sebagaimana ditetapkan MUI.
2. Kegunaan Ilmiah
Sekripsi ini diharapkan dapat memberi kontribusi pemikiran yang berarti
bagi kajian Islam secara teoritis, khususunya dalam masalah Perbandingan
aliran Ahmadiyah dengan Ahli Sunnah Wal-Jama’ah dan bisa menafsirkan
Al-qur’an dan Sunah dalam menganalisanya dalam kodivikasi terhadap
perkembangan aliran. 8
D. Kerangka Tiori
Dasar Hukum yang Digunakan Berkaitan dengan masalah kriteria Majelis
Ulama Indonesia (MUI) dalam menetapkan suatu fatwa didasarkan pada al-
Quran, as-Sunnah, Ijmas, dan Qiyas. Karena keempat hal tersebut merupakan
sumber hukum syara’ yang disepakati oleh jumhur Ulama. Sedangkan yang
lainnya seperti Ihtisan, Sadz al-Dzari’ah dan sebagainya masih dalam tataran
khilafiyah (diperselisihkan) oleh jumhur ulama. Meskipun demikian. Dalam
pendekatan manhajaliran sesat, MUI menetapkan hukumnya berlandaskan al-
Quran dan as-Sunnah. Dalil yang digunakan MUI adalah sebagai berikut :
8Skripsi berjudul SIKAP POLITIK FUNGSIONARIS PARTAI BULAN BINTANG
TENTANG KEBEBASAN BERAGAMA, di sesun oleh Fauzi Rahman NIM : 1040405201500, Konsentrasi Ketatanegaraan Islam Program Study Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 M /1430 H.hal.7
8
1. Al-Quran pada Al-Ahzab ayat 40 :
⌧ ☺
⌧ ⌧ ☺
)40 : 33 / األحزاب(“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara
kamu., tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah
Maha mengetahui segala sesuatu”9
Sedangkan hadist Nabi saw yang digunakan MUI adalah sebagai
berikut :
)البخري رواه (بعدي نبي ال : وسلم عليه اهللا صلى اهللا رسول قال
“Rasulullah bersabda : Tidak ada Nabi sesudahku” (HR. Bukhari)
نبي وال بعدي رسول فال انقطعت قد والنبوة ةالرسال ان : وسلم عليه اهللا صلى اهللا رسول قال
)الترمذي رواه(
“Rasulullah bersabda : Kerasulan dan Kenabian telah terputus, karena itu
tidak ada rasul dan nabi sesudahku.” (HR. Turmudzi)10
Dasar yang berkaitan dengan Akidah atau Teologis, Ibadah dan Fiqih
Pertama, kesesatan yang berkaitan dengan Akidah atau Teologis, dalam
hal ini banyak ayat Al-Quran yang mengungkapkan tetang penyimpangan dan
kesesatan yang berhubungan dengan akidah. Ini merupakan penjelasan dari
kalangan Ahli Sunnah. Salah satu ayat yang berkaitan dengan hal ini terdapat
dalam surat Al-Nisa ayat 136 yang berbunyi sebagai berikut :
9 Dukumen MUI tentang Ahamadiyah.2007 Hal. 4
10 Ibit Dukumen MUI.2007, hal 13
9
)136 : 4 / النساء ( ⌧
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab
yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian,
Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
Ayat ini menegaskan kepada kita untuk tetap beriman dan teguh dalam
keimanan tersebut. Orang mukmin diperintahkan untuk tetap beriman kepada
Allah, Rasul, kitabullah. Kemudian Allah melarang orang beriman untuk berbuat
kekafiran dengan menegaskan bahwa siapa yang kufur terhadap Allah, para
malaikat, kitabullah dan rasul-rasul-Nya dan hari kiamat berarti mereka telah
berada dalam kesesatan yang jauh.11
Kedua, kesesatan yang berkaitan dengan ibadah dan Fiqih merupakan
kesesatan yang berkenaan dengan manifestasi kepercayaan seseorang. Beberapa
ayat Al-Quran dikemukakan di sini telah mensinyalir kesesatan tersebut.12
11 Aibdi Rahmat, Kesesatan dalam Persepektif al- Qur’an, Kajian Tematik terhadap
Istilah “Dalal” dalam al- Qur’an, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.1997.hal.119 12 Zurinal, Fiqih: Lembaga Penelitian UIN Jakarta , Jakarta, 2008.hal.4-9
10
Pada tahun 1901, Mirza Ghulam Ahmad mengaku dirinya sebagai Nabi
dan Rasul, hal ini dapat dilihat dalam karya-karyanya juga tulisannya diberbagi
media massa. Diantaranya adalah :
Mirza Ghulam Ahmad dalam Daafi’ Al-Bala’ :
قاديان في رسوله أرسل الذي الحق له الإ هو
“Dan Dia-lah Tuhan yang haq yang telah mengutus rasul-Nya di Qodiyan”
Mirza Ghulam Ahmad dalam Haqiqat Al-Wahyi :
نبيا وسمانى أرسلنى أنه بيده نفسى والذى
“Demi diriku yang ada di tangan-Nya, sesungguhnya Dia telah
mengutusku dan menyebutku sebagai Nabi”
Mirza Ghulam Ahmad dalam Nuzul Al-Masih :
والنبوة المحمدية للصورة آامل انكاس فيها مرأة الكاملة الظلية عتبار با أنبى اى , نبي و رسول انا
المحمدية
“Saya adalah Nabi dan Rasul, artinya saya bayangan yang sempurna,
sebagaimana kaca yang menampakan gambaran yang sempurna, dari
Muhammad dan kenabian Muhammad”
Mirza Ghulam Ahmad dalam koran Akhbar ‘Am tanggal 26 Mei 1908:
العقيده هذه على أنا جحوده لى يمكن فكيف نبيا اهللا سمانى وإذ ,أثما أآون جحدته ولو اهللا حكم حسب نبي أنا
االدنيا هذه من أرحل
“Saya adalah seorang Nabi sebagaimana telah ditetapkan Allah, sekiranya
saya menolaknya saya akan berdosa. Jika Allah menyebutku Nabi maka
11
bagaimana mungkin aku menolaknya. Dan saya akan tetap meyakini hingga saya
meninggal dunia” 13(MUI, 2007: 21-23)
Hampir semua tulisan karya Mirza Ghulam Ahmad dipenuhi oleh
pengakuan-pengakuannya sebagai Al-Mahdi, Al-Masih dan Nabi. Selain itu,
karyaa-karyanya dipenuhi oleh kutipan Al-Quran dengan tambahan teks tertentu
yang diakuinya sebagai wahyu dari Allah.
Dalam kasus kesesatan Ahmadiyah ini oleh salah seorang Peneliti LPPI,
Hartono Ahmad Jaiz disebutkan bahwa dalam kitab Tadzkirah konon
menjadi pegangan utama pengikut Ahmadiyah-- banyak selewengkan
ayat-ayat Al-Qurán. Berdasarkan bukti-bukti ajaran Mirza Ghulam Ahmad,
sebagaimana tertuang dalam berbagai tulisannya, maka dapat disimpulkan bahwa
ajaran yang di bawa oleh Mirza Ghulam Ahmad adalah sesat.14
E. Langkah-langkah Penelitian
Untuk memperoleh data yang lengkap dan dapat di pertanggungjawabkan
secara ilmiah maka dalam penelitian ini, penulis mengambil langkah-langkah
penelitian sebagai berikut:
1. Metode Penelitian
Metode penilitian adalah gambaran bagaimana penelitian itu akan
ditempuh atau dilaksanakan . Metode yang digunakan dalam penelitian ini
13. Artikel MUI, 2007: 21-23
14. Hartono Ahmad Jaiz, Peneliti LPPI,1999. Hal 42
12
adalah metode penelitian content analysis atau analisis isi karena penelitian
ini meneliti atau mencari data dari buku-buku, teks al-Qur’an, al-Hadits,
Artikel, serta hasil wawancara dari Aliran Ahmadiyah, MUI dan PBNU.
2. Jenis Data
Jenis data yang dihimpun dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang
datanya diperoleh dari wawancara dan literatur, adapun data yang dihimpun
adalah :
a. Data tentang kegiatan jejak Ahmadiyah masa lalu
b. Data tentang kajian MUI Bogor
c. Data dari Aliran Ahmadiyah di Masjid Al-Hidayah Kebayoran Lama.
d. Data dari PBNU
3. Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini terbagi kedalam dua bagian:
a. Sumber Data Primer
Kitab Taskiroh dan Data kajian MUI Bogor.
b. Sumber Data Sekunder
Sedangkan sumber data sekundernya adalah kitab-kitab atau buku-
buku tulisan Ahmadiyah maupun karangan diluar Ahmadiyah, skripsi
yang mendukung dalam pembahasan ini termasuk artikel, makalah,
majalah, tabloid serta berita harian yang memuat tentang masalah aliran
sesat
13
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Wawancara (interview)
Wawancara dilakukan oleh penulis dengan salah satu anggota
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia yakni K.H, KhaerulYunus (MUI
Bogor) dan Dr.H, Cholil Nafis Lc, M.A. (PBNU) sebagai penjelas. Dan
Tokoh Ahmadiyah sebagai pelaku aliran.
b. Studi literatur (literature review)
Dengan teknik ini, penulis mencari data tentang konsep ajaran
Ahmadiyah kemudian di bandingkan dengan pendapat-pendapat Ahli
sunnah , menurut MUI, dan PBNU menggunakan metode literatur atau
kepustakaan, berupa buku-buku yang diberikan MUI dan PBNU sebagai
acuan serta buku-buku, artikel, tabloid dan sebagainya yang berkaitan.
5. Analisis Data
Dalam penelitan kualitatif, analisis data yang digunakan adalah secara
Induktif. Proses data dimulai dengan penyeleksian data yang telah
dikumpulkan, kemudian diklasifikasikan menurut katagori tertentu. Tahap
kedua, hasil pengklaifikasian tersebut dihubungkan dengan teks suci sebagai
rujukan utama aspek metodologi dalam memahami teks tersebut.
Adapun langkah-langkah oprasionalnya adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan hasil-hasil peneliatian dalam bentuk kronologis.
14
2. Dari data yang sudah tersusun, kemudian diklasifikaskan untuk dijadikan
sebagai dasar pijakan dalam menyelesaikan dan pemberian jawaban atas
persoalan yang diteliti, yakni sebab timbulnya aliran sesat baik dari segi
pilitik, ekonmi, budaya dan dipengaruhi oleh kurangnya ilmu pengehuan.
3. Interpretasi data, yaitu mengumpulkan seluruh data yang diperoleh baik
dari data primer maupun data sekunder.
4. Menarik kesimpulan terhadap persoalan yang sedang penulis teliti.
F. Review Study Terdahulu
Sebagai study review terdahulu saya mengambil dari skripsi- skripsi yang
relevan dengan judul saya, yang pertama yang berjudul SIKAP POLITIK
FUNGSIONARIS PARTAI BULAN BINTANG TENTANG KEBEBASAN
BERAGAMA ( Kasus Pelarangan Penyebaran Ahmadiyah) di sesun oleh Fauzi
Rahman NIM : 1040405201500, Konsentrasi Ketatanegaraan Islam Program
Study Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2009 M /1430 H. Diantara Pembahasannya :
a. bagaimana pandangan Fungsionaris Partai Bulan Bintang terhadap
kebebasan beragama.
b. Pandangan Fungsionaris Partai Bulan Bintang terhadap SKB3 Menteri bagi
penganut ajaran Ahmadiyah.
c. Pandangan Fungsionaris Partai Bulan Bintang tentang paham Ahmadiyah.
15
d. Kosep yangh ditawarkan Fungsionaris Partai Bulan Bintang atas persoalan
eksisfensi ajaran Ahmadiyah di Indonesia
Kedua saya mengambil judul skripsi METODE IJTIHAD MAJELIS
ULAMA INDONESIA MENETAPKAN FATWA ( Study Kasus Terhadap
Terhadap Fatwa MUI Tentang Aliran Ahmadiyah) yang di susun oleh Yanto
NIM ;10104312245 Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas
Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2006 M /1427 H. Diantara
Pembahasannya;
a. Bagaimana metode Ijtihad MUI dalam menetapkan Aliran sesat.
b. Pro-kontra Fatwa MUI Tentang aliran Ahmadiyah
c. Efektivitas fatwa di tengah-tengah masyarakat.
d. Bagaimana cara MUI menetapkan aliran Ahmadiyah dan apa dasar
dalilnya.
e. Bagaiman sebab timbulnya aliran sesat.
Ketiga saya mengambil judul skripsi ANALISA TERHADAP DUA
PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MENGENAI ALIRAN-ALIRAN SESAT
(Studi Kasus Putusan Tehadap Ahmad Mushadeq dan Lia Eden ) disusun oleh
Eri Setiawan ditulis pada tahun 2009 M / 1430 H. Pada tulisan yang telah ada
diskripsi beliau hanya membahas :
a. Menguraikan analisa hukuman yang terdapat dua pelaku yang hukumannya
berbeda padahal dalam kasus yang sama yaitu penodaan terhadap agama.
16
b. Dasar hukum yang sama namun beda penerapan antara kedua.
c. Bagaimana analisis Pengadilan Negeri terhadap putusan yang telah
ditetapkan.
d. Sejarah dan identitas keduanya yaitu Ahmad Mushadeq dan Lia Eden.
Sedangkan saya mengambil judul skripsi “PERBANDINGAN
ANTARA ALIRAN AHMADIYAH DENGAN AHLI SUNNAH DARI SEGI
TEOLOGI DAN FIQIH (Study Kasus Ahmadiyah di Masjid Al-Hidayah
Kebayoran Lama)”. Sepengetahun saya judul ini belum perna di bahas dan
sudah beberapa kali konsultasi ke dosen pembimbing.
G. Sistematika Penulisan
Untuk sistematika penulisan , seluruh skripsi ini terdiri dari lima bab,
Adapun sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I. Pendahuluan Berisikan latar belakang masalah, pembatasan masalah,
perumusan masalah, tujuan masalah, dan manfaat penelitian, kerangka
tiori, metode penelitian review study terdahulu, dan sistematika
penelitian.
BAB II. Pandangan umum tentang Ahmadiyah yang membahas diantaranya;
Sejarah lahirnya aliaran Ahmadiyah,Perkembangan dan penyebaran
aliran Ahmadiyah, keberadaan Ahmadiyah di Indonesia dan kebijakan
pemerintah terhadap jamaah Ahmadiyah di Indonesia.
17
BAB III. Objek pembahasan yaitu Sekilas aliran Ahmadiyah dan Ahli sunnah
wal jama’ah :
A. Maksud Aliran Ahmadiyah
B. Kitab Taskirah dan Buku-Buku Ahmadiyah
C. Ajaran-Ajaran Ahmadiyah
D. Maksud Aliran Ahlus Sunnah Wal-jamaah
E. Kitab-Kitab Ahlus Sunnah Wal-jamaah
F. Ajaran-Ajaran Ahlus Sunnah Wal-jamaah
BAB IV. Isi pembahasan yaitu : Perbandingan antara aliran Ahmadiyah dengan
Ahli Sunnah Wal jamaah dari Teologi dan Fiqih di Masjid Al-Hidayah
Kebayoran Lama,
A. Keyakinan : rukun Iman
B. Masalah kenabian
C. Masalah kitab
D. Dalam fiqih pandangan Ahmadiyah dalam rukun Islam,
E. Pandangan Ahmadiyah dalam sholat
F. pandangan Ahmadiyah dalam zakat.
BAB V. Penutup yaitu
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB II
PANDANGAN UMUM TENTANG AHMADIYAH
A. Sejarah Lahirnya Ahmadiyah
Terbentuknya sekte Ahmadiyah seiring dengan “kenabian” Mirza Ghulam
Ahmad. Mirza lahir di Qadian, India. Pada tanggal 15 Februari 1835 M dan
meninngal tanngal 26 Mei 1908.1 Sejarah Ahmadiyah lahir di India pada Akhir
abad ke-19 di tengah suasana kemunduran umt islam di bidang agama, politik.,
sosial, politik, ekonomi, dan bidang kehidupan lainnya. Terutama setelah
pecahnya revolusi India tahun 1857 yang terakhir dengan kemenangan East India
Company yang menjadikan India sebagai salah satu koloni Inggris terpenting di
Asia.
Sebenarnya, kesadaran umat islam untuk mencari solusi atas
keterbelakangannya dalam segala bidang, termasuk bidang agama, telah muncul
pada pertengahan abad ke-18 yang dimotori oleh seorang ulama yang terkenal.
Syeikh Walyullah. Kemudian diteruskan oleh pengikutnya, termasuk Ahmad
Khan. Dialah yang pertama yang memunculkan ide-ide pembaruan untuk
kemajuan umat islam.
Di tengah-tengah kondisi umat islam seperti itu, Ahmadiyah lahir.
Kelahiran Ahmadiyah jiga berorientasi pada pembaruan pemikiran. Di sini Mirza
Ghulam Ahmad yang mengaku telah diangkat Tuhan sebagai Al-Mahdi dan Al-
1 Wawan H.Purwanto, Menusuk Ahmadiyah, (Jaktim: CMB Pres. 2008, hal.14)
18
19
Masih merasa mempunyai tanggung jawab moral untuk memajukan Islam dengan
memberikan interpretasi batu terhadap ayat-ayat Al-Qur’an sesuai tuntunan
zaman dan “Ilham” Tuhan kepadanya. Motif Mirza Ghulam Ahmad ini
tampaknya didorong oleh gencarnya serangan kaum misionaris Kristen dan
propaganda Hindu terhadap umat Islam pada saat itu.2
Jemaat Ahmadiyah didirikan pada tahun 1889 M dan bertepatan tahun
1306 menurut aliran dari Qadiyan. Hal ini di dasarkan pada permulaan
pembai’atan yang dilakukan banyak orang terhadap Mirza Ghulam Ahmad.
Sedangkan dari aliran Lahore berpendapat bahwa Ahmaiyah berdiri tahu 1888 M.
karena berdasarka ilham yang diterimanya untuk mendirikan bahtera dan
melakukan bai’at kepada Mirza Ghulam Ahmad.3
Jemaat berarti kumpulan individu yang bersatu padu dan bekerja untuk
suatu program bersama. Ahmadiyah adalah nama dari ajaran islam, jadi
Ahmadiyah adalah suatu perkumulan, himpunan atau organisasi yang bersatu
padu dan bekerja untuk suatu program yang sama yaitu Islam.4 Ahmadiyah
diambil dari salah satu nama Rasulullah SAW. Yang diinformasikan kepada Nabi
2 Iskandar Zulkarnaen, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, (Yogyakarta: LKIS 2005), cet.
1. h 58 3 Saleh A.Nahdi, Ahmadiyah Selayang Pandang, (Jakarta: Yayasan Raja Pena, 2001).
Cet. IV.h.5 4Muslim Fathoni, Faham Mahdi Syiah dan Ahmadiyah Dalam Presfektif, (Jakarta:: PT.
Raja Grafindo, 1994), h. 53
20
Isa a.s. dalam surat ash-shaf ayat 6 yang menyatakan bahwa akan dating seorang
naabi dan rasul bernama Ahmad.5
Tujuan Ahmadiyah didirikan adalah untuk memperbaiki kehidupan
beragama Islam dan mepersatukan Islam. Tujuan tersebut sejalan dengan tugas
yang dibawa oleh Mirza Ghulam Ahmad bahwa kehadirannya untuk memajukan
agam islam dan menegakkan Syari’at Islam.6 Selain itu juga mempunyai tujuan
yuhyiddyna wayuqiymus-syariah yaitu menghidupkan kembali agama islam, dan
menegakkan kembali syari’at Qura’niah dalam arti yang mendalam adalah
menghimbau umat manusia kepada Allah SWT. Dan menciptakan perdamaian
serta persatuan antara berbagai kalangan manusia.7
Sebagai himpunan atau golongan, Ahmadiyah mengklaim dan
menyatakan diri bahwa jemaatnya merupakan pengikut dari Mirza Ghulam
Ahmad atau mereka sering menyebutnya dengan gelar Hadhrat.8
Aliran Ahmadiyah meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam
Mahdi, Al-Masih Ma’ud, dan Nabi. Namun demikian kenabian yang diyakini
tidaklah membawa syari’at baru dan hanya mengikuti syari’at yang telah ada
yaitu syari’at Nabi Muhammad SAW. Dalam hal ini Mirza Ghulam Ahmad hanya
sebagai pelangsung dari ajaran yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.9
5Maulana Muhammad Ali, Mirza Ghulam Ahmad of Qadian: his life and mission,
(Lahore: Ahmadiyah Anjuman Isha’at Islam, 1959_. H. 12 6 Saleh A. Nahdi Ahmadiyah Selayang Pandang. H. 14-15 7Wawan H. Purwanto, Menusuk Ahmadiyah , h. 1 8Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah, Kami Orang Islam. Bogor: JAI. 1964. h. 6 9A. Fajar Kurniawan, Teologi Kenabian Ahmadiyah, (Jakarta: RMBooks, 2006), h.15
21
Tetapi oleh sebagian umat islam, pandangan ini dinilai sebagai permulaan
perdebatan dan berakhir dengan permusuhan antara Ahmadiyah dengan mayoritas
umat islam, karena menurut sebagian umat islam, Ahmadiyah telah masuk ke
dalam wilayah prinsipil dan sudah tidak ditawar lagi pemaknaannya.10
Sejak tahu 1872 H, Mirza Ghulam Ahmad sudah giat membela islam
membalas serangan-serangan dari kelompok Hindu khusunya Arya Samai dan
Brahmu Samaj. Beliau banyak menulis artikel-artikel berkenaan dengan itu di
berbagai media masa. Antara lain jurnal Manshur Muhammadi yang terbit dari
Bangalore, Maysore, India Selatan, setiap 10 hari sekali. Wakil, Safir Hind,
Widya Prakash, dan Riaz Hind. Demikian pula pada Brother Hind (Lahore).
Aftab Punjab (Lahore), Wazir Hind (Sailkot), Nur Afshan (Ludhiana) dan
Isyaatus-Sunnah (Batala), begitu juga pada Akbar-e aam (Lahore).
Melihat serangan terhadap islam makin menjadi-jadi, dan tidak ada upaya
yang berarti yang dilakukan oleh pemuka-pemuka islam, berdasarkan bimbingan
Allah SWT. Mirza menulis buku Baraahin Ahmadiyya. Jilid 1 dan 2 diterbitkan
pada tahun 1880; jilid 3 terbit pada tahun 1882; dan jilid 4 pada tahun 1884.
intinya ia memaparkan bukri-bukti keunggulan dan hidupnya agama island serta
ketinggian kemuliaan Kitab suci Al-Qur’an dan Rasulullah SAW sebagai
perbandingan dengan agama Hindu, Kristen, dan Agama-agam lainnya.
Pada jilid pertama beliau memfokuskan pada balasan serangan terhadap
ajaran Arya Samaj yang menghina Rasulullah SAW, Nabi Isa a.s, dan Nabi Musa
10 Ibid. hal. 5
22
a.s. serta yang menuduh kitab-kitab suci para nabi tersebut adalah palsu. Selain itu
Mirza menyerang akidah Arya Samaj yang menyatakan bahwa ruh tidak
diciptakan oleh Tuhan, melainkan telah ada dengan sendirinya.
Jilid kedua masih berkenaan dengan akidah-akidah Arya Samaj kemudian
mengenai kedudukan dan perlunya wahyu mengenai keunggulan Kitab Suci Al-
Qur’an atas kitab-kitab agama lainnya. Juga ia menekankan kaidah dasar
pembuktian kebenaran suatu agama yang harus berdasarkan pada kitab suci yang
diakui oleh agama itu sendiri. Pada kilid ketiga Mirza merinci keindahan dan
kemuliaan Al-Qur’an. Beliau menjawab serangan-serangan yang ditujukan
kepada Al-Qur’an. Mirza menyatakan telah menerima wahyu-wahyu dari Allah
SWT. Dan beliau bersedia untuk membuktikan kebenarannya.
Pada jilid keempat Mirza membahas tentang bentuk asli bahasa umat
manusia; tentang kedudukan mukjizat dan pentingnya nubuatun-nubuatun /
Khabar Ghaib seorang Nabi berkenaan masa mendatang. Beliau memaparkan
konsep-konsep Agama Budha, Kristen, dan Hindu Arya Samaj tentang Tuhan,
dan membuktikan keunggulan ajaran agama islam. Kitab-kitab Yahudi pun beliau
paparkan sebagai perbandingan Al-qur’an.
Salah satu aspek yang sangat ia tekankan dan ia tampilkan sebagai bukti
tetap hidupnya agama islam hingga hari kiamat adalah adanya hubungan
komunikasi yang hidup antara Tuhan dengan hamba-hamba-Nya. Mirza paparkan
23
sendiri pengalaman-pengalaman rohaniyahnya dalam bentuk wahyu, ilham,
rukya-rukya.11
Dalam rangka merealisasikan ide pembaruannya. Pada bulan Desember
1888 Mirza Ghulam Ahmad secara terang-terangan menyatakan diri mendapat
perintah Tuhan melalui ilham Ilahi untuk menerima bai’at dari para pengikutnya
Wahyu berbahasa Arab yang ia terimaa berbunyi :
“Jika kamu sudah putuskan dalam hatimu maka bertawakallah pada
Allah; dan buatlah bahtera di bawah tilikan dan wahyu Kami. Orang-orang yang
melakukan bai’at dengan engkau. Mereka sebenarnya melakukan bai’at dengan
Allah. Tangan Tuhan berada di atas tangan mereka”
Perintah Tuhan dalam wahyu tersebut menurut Mirza Ghulam Ahmad
untuk melakukan dua hal. Pertama, menerima bai’at dari pengikutnya; kedua,
membuat bahtera, yakni membuat wadah untuk menghimpun suatu kekuatan yang
dapat menopang misi dan cita-cita kemahdiannya guna menyerukan islam ke
seluruh dunia. Perintah Tuhan untuk menerima bai’at belum dilaksanakan oleh
Mirza Ghulam Ahmad dengan mendirikan Ahmadiyah. Oleh karena itu, pada
tahun 1888 oleh Ahmadiyah Lahore di anggap sebagai tahun berdirinya
Ahmadiyah.
Pembai’atan baru dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 1889 di kota
Ludhiana di rumah Mia Ahmad Jaan. Orang yang melakukan bai’at pertama
adalah Maulana Nuruddin sahib yang sekaligus menyatakan bahwa Mirza
11 Wawan H. Purwanto, Menusuk Ahmadiyah, h. 24-26
24
Ghulam Ahmad sebagai pendiri faham ini. Setelah itu, diikuti oleh sekelompok
kecil, antara lain Mir Abbas Ali, Mian Muhammad Husain Murodabadi, dan M.
Abdullah Sanauri. Pelaksanaan pembai’atan tidak dilakukan di kota Qadian.
Tempat kelahiran Ghulam Ahmad, tetapi di ludhiana. Menurut A.R. Dard.
Ludhiana adalah sebuah kota yang jauh lebuh penting disbanding Qadian, karena
merupakan pusat aktivitas misionaris Kristen dan merupakan tempat penerbitan
jurnal Kristen Noor Afshan 9pertama terbit pada bulan Maret 1873). Di samping
itu, Ludhiana merupakan salah satu tempat sekolah atas bagi misionaris (Mission
High School) tertua di India dan tempat para tokoh Islam, seperti Maulana abdul
Qadir dan Abdul Azis dan Muhammad yang aktif ambil peran dalam
pemberontakan 1875 melawan Inggris.
Pembai’atan terhadap para pengikutnya tesebut dilakukan setelah Mirza
Ghulam Ahmad menerima wahyu (berbahasa urdu) pada akhir tahun 1980, wahyu
itu menegaskan bahwa Nabi Isa a.s. telah wafat dan Mirza Ghulam Ahmad adalah
Al-Masih yang dijanjikan. Wahyu itu berbunyi :
“Masih Ibnu Maryam, Rasul allah telah meninggal. Sesuai dengan janji,
engkau meyandang dengan warnanya” Sejak menerima wahyu, Mirza Ghulam
Ahmad menyatakan dirinya sebagai Al-Masih yang dijanjikan sebagai sekaligus
Al-Mahdi. Akan tetapi, hal itu baru diumumkan pada awal tahun 1891. menurut
Ahmadiyah Qadian, setelah diadakan pembai’atan tahun 1889 Mirza Ghulam
Ahmad mengorganisasi para pengikutnya menjadi suatu faham baru yang
25
merupakan bagian dari gerakan baru dalam islam dengan nama gerakan
Ahmadiyah. Tahun terbit dinyatakan sebagai berdirinya Ahmadiyah.12
Pada tahun 1900, Mauluvi Abdul Karim, seorang khatib shalat Jum’at.
Menyampaikan khutbahnya dengan menggunakan kata-kata Nabi dan Rasulullah
untuk Mirza Ghulam Ahmad. Kejadian ini sangat menyakitkan Mauluvi Sayyid
Muhammad Ahsan Amrohawai. ketika Mauluvi Abdul Karim mengetahui hal ini.
Dalam khutbahnya yang lain, ia meminta Mirza agar mencabut pernyataannya.
Kalau ia salah dalam membuat pengakuan Nabi. Setelah selesai sholat Jum’at.
Mauluvi Abdul Karin memegang pakaian Mirza serta meminta untuk
membenarkan keyakinannya yang keliru. Mirza kemudian berbalik dan
mengatakan bahwa ia juga memiliki keyakinan yang sama.
Sementara itu Mauluvi Muhammad Ahsan sangat gusar denga isi khutbah
itu dan dengan kemarahan langsung melangkah ke atas masjid. Ketika Mauluvi
Abdul Karim kembali, ia mulai terlibat adu mulut dengannya. Ketika suara
mereka terdengar keras, Mirza keluar dari rumahnya dan membacakan ayat Al-
Qur’an :
⌧
⌧ ☺ ) 2 : 49 / تراجحال (
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu
melebihi suara Nabi” (QS. Al-Hujurat/49 : 2)
12 Iskandar Zulkarnaen. Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, hal. 63-65
26
Khutbah Mauluvi Abdul Karim menandakan sebuah fase fase dalam karir
Mirza Ghulam Ahmad. Khutbah ini memberikan keyakinan yang amat ia
butuhkan bahwa para pengikutnya telah mempunyai keyakinan tak tergoyahkan
kepada dirinya sehingga mereka akan menerima klaim apapun yang ia
kemukakan. Anaknya sendiri, Mirza Bashiruddin Mahmood, telah
menggambarkan perkembangan ini dengan menyatakan bahwa Mirza memang
mengklaim bahwa dirinya telah dikaruniai beberapa sifat yang hanya didapatkan
dalam diri Nabi
Ketika ia sadar akan ketidak konsistennya dan mulai menyadari bahwa
sifat-sifat itu adalah sifat kenabian, ia mulai menyatakan kenabiannya.
Bashiruddin Mahmood menuliskan :
“Pendeknya sejak awal mula Isa Al-Masih (Mirza) meyakini bahwa
definisi Nabi adalah seseorang yang membawa syari’ah baru; atau yang
menghapuskan beberapa perintah agama, atau seseorang yang langsung
ditunjuk oleh Tuhan; jadi, meskipun semua sifat dan karakter yang dibutuhkan
oleh seorang NAbi ada pada dirinya, ia masih menolak untuk menunjuk dirinya
sebagai Nabi. Tetapi kemudian, ketika ia mulai sadar bahwa sifat pengakuannya
adalah pengakuan kenabian, ia mulai menyatakan dirinya sebagai Nabi:.
Namun, apakah Mirza menahan diri dari menyatakan bawha ia adalah
Nabi hingga keraguannya hilang dan kemudian telah diperintahkan Tuhan untuk
menyatakan kenabiannya, atau ia sedang menunggu saat yang tepat untuk
membuat pernyataanny. Tidak diragukan lagi bahwa pada akhirnya ia
27
menyatakan kenabiannya. Dan ia merupakan konsekuensi logis dari sejumlah
klaim yang ia buat sebelumnya.
Masalah kenabian akhirnya telah diputuskan pada tahun 1901 dan Mirza
Ghulam Ahmad mulai menulis mengenai hal itu secara ekplisit dalam tulisannya.
Kumpulan artikel yang disebut Arba’in penuh dengan pernyataan dan uraian
tentang misi barunya. Pada tahun 1902, ia menulis sebuah buku berjudul Tuhfat
an-Nadwah yang ditujukan kepada para Ulama yang ikut andil dalam ”Konfrensi
Nadwah” yang diselenggarakan di Amritsar pada 1902. dalam buku tersebut, ia
menuliskan :
“Seperti yang aku katakana berkali-kali bahwa apa yang aku bacakan
kepadamu adalah benar-benar kalam Allah, sebagaimana Al-Qur’an dan Taurat
adalah kalam Allah dan Bahwa aku adalah seorang nabi Zilli dan setiap Muslim
harus mematuhiku dalam masala-masalah agama. Dan siapa saja yang
mengetahui kabar tentang diriku, tetapi tidak menjadikanku sebagai hakim dalam
memutuskan masalahnya, ataupun tidak mengakui wahyu yang aku terima dari
Tuhan, ia akan mendapa azab di akhirat karena ia telah menolak apa yang
seharusnya ia terima. Aku tidak hanya mengatakan bahwa aku menghendaki
kematiansekiranya aku adalah pembohong; aku juga mengatakan bahwa aku
adalah orang yang benar bahkan sebagaimana Musa dan Isa dan Muhammas.
Dan bahwa Tuhan telah menunjukan lebih dari sepuluh ribu tanda untuk
menguatkan pernyataanku. Rasulullah telah beraksi dan para Nabi sebelumnya
telah menunjukan zaman kemunculanku, yaitu zaman sekarang ini. Al-Qur’an
28
juga telah menunjukan masa tugasku pada zaman ini. Langit dan bumi pun telah
beraksi untuk mendukungku. Dan tak ada seorang nabi pun yang tidak beraksi
untuk membelaku”.
Jadi wahai orang-orang dari umat Muhammad. Akulah satu-satunya yang
telah menerima bagian besar dari wahyu Tuhan dan pengetahuan tentang alam
ghaib. Tak seorang pun dari orang suci sebelumku yang diberi karunia seperti
ini. Atas dasar ini, aku telah diplih sebagai seorang nabi dan tak akan ada lagi
yang berhak menyandang gelar ini.
Seluruh tulisan Mirza selanjutnya, penuh dengan uraian tentang klaim
kenabiannya. Terlalu banyak untuk disebutkan dalam buku itu. Bagi mereka yang
tertarik untuk mengetahui secara lebih detail, maka harus mempelajari bukunya
Haqiyat al-wahyu. Dan buku yang ditulis Bashiruddin Mahmood Haqiyyat al-
Nabuwwah.13
B. Perkembangan dan Penyebaran Ahmadiyah
Khalifah Masih I , yaitu Hz.MIv.Hafiz Hakim Nuruddin ra. Pertablighan
Islam dan perkembangan misi Ahmadiyah ke Eropa sudah mulai pada masa
beliau ini. Khalifah masih I wafat pada tahun 1914 dan digantiak oleh Khalifatul
Mash II. Yaitu Hz Mirza Bashiruddin Ahmad ra. Pertablighan Islam dan
pengembagan misi Ahmadiyah keseluruh dunia lebih terorganisir.
13 Sayid Abul Hasan Ali Nadwi, Tikaman Ahmadiyah Terhadap Islam. Penerjemah
Tubagus Mundzir, Jakarta : Fadlindo Media Utama, 2005 cet. 1, hal. 67-71
29
Pengorganisasian itu beliau mewujudkan pada tahun 1935 dalam bentuk suatu
gerakan yang dikenal dengan nama Tahrik Jadid (Gerakan Baru). Di dalam
gerakan ini beliau menghimpun dana sukarela dari para anggota dan
mengumpulkan tenaga-tenaga sukarela yang mewakafkan diri mereka untuk
pengembangan Islam ke seluruh dunia.
Para Khalifatul Masih II ini Ahmadiyah telah berkambang di Asia, Eropa,
Afrika dan Amerika.14 Kemudian setelah Ahmadiyah muncul dan berkembang di
India, bebrapa waktu kemudian disusul dengan menyebarnya Ahmadiyah hamper
ke seluruh dunia, dengan mendirika masjid-masjid di berbagai Negara seperti
London, di kota Zurich (Switzerlad), di Den Haag (Belanda) di kota Frankurt dan
Hambrug (Jerman) dan masih Negara-negara lain termasuk di Benua Afrika.15
Konfrensi organisasi-organisasi Islam se dunia pada tanggal 6-10 April
1974, dibawah anjuran Rabitah Al-Alam Al-islami, merekomendasikan
antaralain:
1) setiap lembaga islam harus mengelokasikan kegiatan kelompok
Qadiyani dalam tempat ibadah, sekolah, panti, dan semua tempat kagiatan mereka
yang distruktif. 2) menyatakan sekte Ahmadiyah kafir dan keluar dari Islam. 3)
memutuskan segala hibungan bisnis dan melaksanakan pemboikotan ekonomi,
social dan budaya terhadap mereka. 4) mendesak pemerintah-pemerintah islam
untuk melarang segala kegiatan pengikut Mirza Ghulam Ahmad dan menganggap
14 Wawan H. Purwanto, Menusuk Ahmadiyah, hal. 33 15 Ahmadiyah, kami Orang Islam, Jamaat Ahmadiyah Indonesia. 1989. cet IV, Hal.20
30
mereka sebagai minoritas non Islam serta melarang mereka memangku jabatan
yang penting dalam Negara. 5) Menyiarkan salinan semua penerbitan yang
dijadika sekte ini sebagai tempat penyelewengan ayat-ayat Al-qur’an. 6) semua
golongan yan menyelewengkan islam diperlukan sama seperti Qadiyani.16
Karena ditetang di Pakistan, para pengikut Ahmadiyah mengalami banyak
penganiayaan. Mereka dikucikkan tidak boleh menjadi makmu dalam jamah atau
dlam dalam shalat Jum’at, mesjid-masjidnya dirisak dan dibakar, bahkan
mengalami pemumbunuhan sangat kejam dari umat Islam fanatik di Pakistan.
Karena itu, gerakan Ahmadiyah hijerah ke Inggris dan menyabar ke negara-negar
Eropa barat.
Misi dan pusat pertablighan jamaah ahmadiyah selain didapati di Pakistan,
India dan Bangladesh tersebar pula di Amerika dengan masjid-masjidnya dan
bebrapa kota di Kanada.17
Di Benua Afrika misi Ahmadiyah telah banyak membangun proyek
pendidikan dan kesehatan. Seperti di Negeria, Ghana, Sierea Leon dan lain-lain.
Demikian pula terdapt pusat misi dan masjid di Guyana, Trinidad, Sureiname,
Kep. Fiji, Srilangkan, Malaisia, Singapura, Filipina, Jepang dan lain-lain.18
16 H. A. Hafizh Anshari AZ. Dkk. Enseklopedia Islam. (Jakarta: Iehtiar Baru Van Hoeve,
1999), h. 82 17 A. Fajar Kurniawan, Teologi Kenabian Ahmadiyah, H, 8 18 Ibid, hal, 23
31
Pengikut masing-masing golongan mendirikan masjid sebagai pusat
kegiatan, menerjemahkan Al-quran dengan komentarnya ke dalam bahasa asing.
Selain mereka juga menerbitkan buku-buku tentang islam.19
Gerakan Ahmadiyah mendirikan berbagai pendidikan dan pusat-pusat
kesehatan di berbagai kawasan Afrika dan Asia, termasuk Indonesia.20 Dengan
melihat perkembangan Ahmadiyah yang pesat, slah satu organisasi Islam yang
mempunyai jaringan teluas adalah ahmadiyah. Kemajuan organusasi ini telah
hampir keseluruh dunia dan kantornya berada disekitar 200 Negara. Jamaah
Ahmadiyah telah berkembang dan tersebar di 185 Negara di seluruh Benua di
Dunia. Sebagai organisasi yang hanya berkiprah dalam bidang kerohanian dan
sama sekali tidak memeliki tujuan-tujuan politik, jamaah Ahmadiyah telah
berhasil menyebarluaskan dakwah Islam di daratan Eropa, Australia dan Amerika
dengan menderikan masjid-masjid dan pusat-pusat dakwah.21
Khalifah yang ke 4 yang bermaskas di London Hadhrat Mirza Taher
Ahmad, bagi semua anggota Ahmadiyah di seluruh dunia wajib tunduk dan taat
tampe reserve kepad perintah dia.22 Pada tanggal 27 Januari 1986 khaifah
mendirikan bagian bahasa arab dalam jamaah Islam Ahmadiyah salah satu yang
penting dari tujuan-tujuan seksi bahasa arab ini adalah berhubungan dengan
orang-orang Ahmadi Arab dan menyarahkan bantuan yang dibutuhkan mereka
19 Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah Di Indonesia, h. 74 20 Ibid, Hal, 74-75 21 Munasir Sidik, Dasar-dasarHukum dan Legalitas Jamaah Ahmadiyah di Indonesia.
Hal. 19 22 Hatono Ahmah Jaiz, aliran dan Faham sesat di Indonesia, (Jak-tim: Pustaka Al-
kautsar, 2008 ), h, 61 s
32
dalam menyabarluaskan akidah-akidah Ahmadiayah di dalam Negara-negara
Arab atau di luarnya sesuai denngan direncanakan oleh khalifah dan langsung
dibawah pengarahannya.23
Wajib kepada setiap pembai’at yang masuk kepada Ahmadiyah baik laki-
laki maupun perempuan untuk menandatangani perjanjian dari sepuluh syarat
yang paling akhir adalah berjanji untuk mentaati Mirza Ghulam Ahmad dan
khalifah sesudahnya, dalam setiap perkara kebaikan yang diperintahkannya pada
mereka. Dengan mentaatinya setiap orang Ahmadiyah harus menyarahkan paling
sedikit 6% dari penghasilannya, dan menyerahkan 10% jika orang Ahmadiyah
tersebut ingin Mushi.24
Namun betapa luasnya penyebaran anggota Ahmadiyah tak luput dari
larangan dari berbagai Negara. Seperti misalnya Malaysia telah melarang ajaran
Ahmadiyah di seluruh Malaysia tanggal 18 Juli 1975, Berunai Darussalam,
selanjutnya pemerintah kerajaan Arab Saudi telah mengeluarkan keputusan
bahwa Ahmadiyah adalah kafir dan tidak boleh pergi haji ke Makkah. Pemerintah
Pakistan telah mengeluarkan keputusan bahwa Ahmadiyah golongan minoritas
non Muslim. Rabitah al-Alm al-Islami yang bekedudukan di Makkah telah
mengeluarkan fatwa bahwa Ahmadiayh adalahh kafir dan keluar dari Islam.25
23 Hasan bin Mahmud Audha, Ahmadiyah Kepercayaan dan Pengamalan-pengamlan,
(Jakarta: LPPI, 2006), h, 81 24 Ibid, h, 121-122. 25 Hatono Ahmah Jaiz, aliran dan Faham sesat di Indonesia, h, 64
33
Tak terkecuali di Indonesia, MUI pada tahun 1980 mengeluarkan fatwa
bahwa Ahmadiyah adalah jamaah diluar Islam dan menyasatkan. Fatwa-fatwa
sesat itu berdasarkan pada hasil kajian MUI tehadap fakta dan data yang
ditemukan dalam sembilan buku tentang Ahmadiyah, dalam menghadapi
persoslan Ahmadiyah, murkernas merekomendasikan agara MUI selalu
berhubungan dengan pemetintah. Dan yang terakhir pelarangan bagi Ahmadiyah
di Indonesia adalah dengan di keluarkannya SKB 3 Menteri.26 Demikian
perkembangan pesat JAI tidak sepesat jamaah Ahmadiyah secara internasional di
seluruh duinia. Walaupun demikian, perkembangan JAI tetap luarbiasa
dibandingkan masa lalu. Kemajuan jamaah Ahmadiyah Indonesia menjadi makin
pesat setiap tahun.27
C. Keberadaan Ahmadiyah di Indonesia
Pada masa Khalifah Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, jemaat
Ahmadiyah mulai mengembangkan pahaamnya ke berbagai negara,termasuk
Indonesia. Ahmadiyah Lahore adalah yang pertama masuk ke Indonesia, yang di
bawa oleh seorang mubaligh Khawajah Kamaluddin pada tahun 1922.28
Ada karakteristik yang berbeda antara kedua aliran tersebut dalam
penyebaran pergerakannya. Aliran Lahore banyak menggunakan cara
penyebarannya melalui pengiriman mubaligh-mubalighnya ke berbagai
26 Wawan H. Purwanto, Menusuk Ahmadiyah, hal. 69-70 27 Ibid, h, 42-43 28 M. Amin Djamaluddin, Ahmadiyah dan Pembajakan Al-qur’an,h. 197.
34
negarameskipun tanpa undangan dari negara yang dituju.29 Sementara aliran
Qadian menyebarkan sayap gerakannya di Indonesia melalui para santri yang
belajar di pesantren Sumatera Thawalib dan melanjutkan sekolah ke Qadian
kemudian kembali ke Indonesia dan menyebarkan ajaran Ahmadiyah30 atas
permohonan mereka, seorang mubaligh Ahmadiyah bernama Maulana Rahmat
Ali diutus ke Indonesia pada tahun 1925.31
Pada awalnya, Jemaat Ahmadiyah di Indonesia di beri nama Anjuman
Ahmadiyah Qasian Departemen Indonesia, kemudian diganti nama dengan
Jemaay Ahmadiyah Indonesia (JAI). JAI adalah bagian Jemaat Ahmadiyah yang
semula berpusat di Qadian, India, tetapi sesudah tahun 1947 berpusat di Rabwah,
Pakistan . Jemaat Ahmadiyah Indonesia berdiri tahun sedangkan Gerakan
Ahmadiyah Lahore Indonesia, yang disingkat GAI berdiri tanggal 28 September
1929.32
Aliran Qadian datang ke Indonesia berawal dari keberangkatan dua santri
Sumatera Thawalib ke India yaitu Abu Bakar Ayyub dan Ahmad Nuruddin. Atas
saran dan nasehat Ibrahim Musa Parabek seorang ulama terkenal di Bukit Tinggi
agar melanjutkan sekolah ke Hindustan, karena sudah banyak santri yang
melanjutkan ke Timur Tengah dan pada waktu itu kualitas pendidikan di
29 A. Fajar Kurniawan, Teologi Kenabian Ahmadiyah, h. 24 30 Ibid, h. 24 31 M. Amin Djamaluddin, Ahmadiyah dan pembajakan Al-Qur’an, h. 198 32 Ibid. h. 198
35
Hindustan menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan dan pendidikan yang
bermutu tinggi serta memiliki para tokoh intelektual yang ternama.33
Akhirnya pada tahun 1922 M mereka berangkat ke India dengan tujuan
Lucknow dan bertemu dengan seorang ulama besar bernama Abdul Bari Anshari,
kemudian mereka di sarankan belajar di sekolah Nizamiyah yang dipimpinnya. Di
kota tersebut mereka menjadi bertiga karena salah seorang temannya bernama
Zaini Dahlan yang baru datang dari Padang Panjang bergabung dengan mereka.
Setelah dua bulan, mereka memutuskan untuk meninggalkan sekolah tersebut
karena mereka mengetahui ternyata gurunya adalah seorang yang menyembah
kuburan seorang Kiyai. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke Lahore dan
di kota inimereka mulai mengenal Ahmadiyah. Mereka juga mengenal beberapa
tokoh Ahmadiyah yang pernah datang ke Indonesia seperti Maulana Abdullah
Malabari, Maulana Syaikh Abdul Khalid, dan Maulana Taqi yang waktu itu
sengaja datang ke Lahore untuk berdebat dengan pimpinan Anjuman Ahmadiyah
Lahore. Maulana Muhammad Ali. Melalui ketiga gurunya mereka mengenal
Ghulam Ahmad pendidi Ahmadiyah yang dimakamkan di Qadian.34
Setelah menetap selama enam bulan di Lahore, tepatnya tahun 1923 M
mereka pergi menuju Qadian untuk menemui Bashiruddin Mahmud Ahmad yang
menjabat sebagai Khalifah II Ahmadiyah Qadian, putera dari Ghulam Ahmad
untuk belajar agama, kemudian mereka berbai’at kepada Khalifah II. Setelah itu,
33 Iskandar Zullkarnaen, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, h. 11 34 Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Riwayat Hidup Maulana Rahmat Ali, Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, 1996, h. 30
36
mereka mengirimkan informasi perkembangan belajarnya di Qadian yang sangat
positif kepada keluarga, para guru,, dan teman-temannya di Indonesia. Khususnya
mengenai biaya hidup dan beasiswa yang mereka terima secara gratis. Melalui
informasi itu, pada tahun 1926 M, banyak pelajar Indonesia yang tertarik untuk
belajar ke Qadian mengikuti jejak teman-temannya pada tahun 1926 M.
Mubaligh Maulana Rahmat Ali Haot yang ketika itu secara khusus diutus
oleh pimpinan Ahmadiyah Internasional membawa Ahmadiyah masuk ke wilayah
Indonesia melalui kota Tapaktuan, Aceh pada tanggal 2 Oktober 1925 M.35
kemudian ia tinggal di Tapaktuan di rumah mantan pelajar Indonesia yang belajar
di Qadian yaitu Muhammad Samin. Kegiatan pengajian dan ceramah ke berbagai
pelosok desa di Tapaktuan yang dilakukan Maulana Rahmat Ali telah menarik
banyak orang untuk masuk Ahmadiyah. Apalagi materi yang disampaikannya
seputar Mirza Ghulam Ahmad dan Imam Mahdi. Kewafatan Isa bin Maryam
+pintu kenabian, dan lain-lainnya. Banyakanya orang yang tertarik dengan
Ahmadiyah sampai akhirnya berdirilah cabang Ahmadiyah di Tapaktuan. Setahun
kemudian ia berangkat ke Padang, kota yang sangat ramai dan pusat perdagangan.
Kedatangannya mengundang banyak reaksi dari ulama yang ada di Bukit TInggi
dan Padang Panjang, sampai akhirnya harus dibuat sebuah “komite mencari hak”
pimpinan Tahar Sutan Marajo, tetapi pertemuan yang direncanakan dengan tujuan
35 Munasir Sidik, Dasar-dasar Hukum dan Jemaat Ahmadiyah Indonesia, h. 20
37
akan dilakukan diskusi antara kedua belah pihak akhirnya gagal terlaksana karena
para ulama tersebut tidak datang.36
Reaksi keras pun datang dari Dr. H. Karim Amrullah yang mengecam
bahwa Ahmadiyah adalah di Luar Islam, sesat dan kafir. Bahkan ejekan dan
penghinaan menjadi warna setiap hari dari kegiatan dakwah mubaligh
Ahmadiyah. Banyak orang yang ternyata juga tertarik dengan Ahmadiyah dari
berbagai kalangan dan latar belakang social di Padang. Tidak lama kemudian
datang yang sudah lulus belajar di Qadian di PAdang. Dengan demikian,
sebenarnya Maulana Rahmat Ali dan para pemuda Indonesia yang belajar di
Qadian adalah orang yang membawa ajaran Ahmadiyah Qadian ke Indonesia dan
sebagai perintis Ahmadiyah di Indonesia.37 Dari sana Jemaat Ahmadiyah
berkembang ke wilayah Sumatera Barat dan pada tahun 1931 masuk ke Batavia
(sekarang Jakarta). Pada tahun 1932. jemaat Ahmadiyah telah berkembang di
wilayah Jakarta dan Bogor.38
Kepengurusan organisasi Jemaat Ahmadiyah di kedua wilayah itu pun
ketika itu terbentuk yakni pengurus Jemaat Ahmadiyah Betawi dan Jemaat
Ahmadiyah Bogor. Dari wilayah Betawi dan Bogor Jemaat Ahmadiyah kemudian
berkembang ke wilayah pulau Jawa lainnya seperti Tanggerang, Cianjur,
Sukabumi, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Karawang, dan lain-lain.
36 JAI. Riwayat Hidup Maulana Ali, Bogor : JAI, h. 40 37 Ibid, h. 44-45 38 Munasir Sidik, Dasar-dasar Hukum dan Legalitas Jemaat Ahmadiyah Indonesia, h. 20
38
Setelah Jemaat Ahmadiyah tersebar dan kepengurusannya terbentuk di
beberapa kota si Sumatera dan hamper di seluruh bagian pulau Jawa, maka pada
tahun 1935 Jemaat Ahmadiyah Indonesia membentuk Hoofdbesiur atau pengurus
besar. Dan pada tanggal 12-13 Juni 1937. Jemaat Ahmadiyah di Indonesia
menyelenggarakan kongres yang pertama di Masjid Hidajath. Jl. Balikpapan 1/10
Jakarta di wakili oleh wakil-wakil Ahmadiyah dari cabang-cabang yang ada
ketika itu untuk membahas AD dan ART emaat Ahmadiyah Indonesia dengan
nama AADI yaitu Anjuman Ahmadiyah Departemen Indonesia. Ahmadiyah
Indonesia atau yang ketika itu bernama AADI kembali menyelenggarkan kongres
di Jakarta pada tanggal 9 s/d 11 Desember 1949 yang di hadiri oleh cabang-
cabang AADI. Kongres tersebut menyetujui AD dan ART yang baru dan
menyetujui penggantian nama Anjuman Departemen Indonesia atau AADI
menjadi Jemaat Ahmadiyah Indonesia.39
Pada akhir tahun 1952, pengurus Besar Jemaat Indonesia mengajukan
surat kepada Pemerintah Republik Indonesia yaitu surat permohonan pengesahan
AD dan ART Jemaat Ahmadiyah untuk diakui sebagai badan hokum. Dan pada
tanggal 13 Maret 1953 Menteri Kehakiman RI Indonesia melalui surat keputusan
no. JA 5/23/131 menetapkan, bahwa perkumpulan atau organisasi Jemaat
Ahmadiyah Indonesia diakui sebagai sebuah badan Hukum. Surat keputusan
39 Ibid, h. 20
39
menteri kehakiman tersebut dimuat dalam tambahan berita negara RI tanggal 31
Maret 1953 No. 2640
Berbeda dengan Ahmadiyah Lahore yang tidak terlalu structural pada
awal berdirinya, hanya saja inisiatif dari Djojosugito dan Muhammad Husni yang
ingin membuat wadah untuk berdiskusi dan berkumpul bersama. Tepatnya pada
tahun1982 M. mereka mendirikan Gerakan Ahmadiyah Indonesia Centrum
Lahore dan secara resmi mendapatkan badan hokum pada tahun 1929 M. dengan
nama Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI ) Lahore sampai sekarang.41
Aliran Lahore yang berdiri tanggal 28 September 1029 di Yogyakarta
Pedoman besar GAI pada saat didirikan adalah di ketuai oleh, R. Ng. H.
Minhadjurrahman djojosugito, wakil ketua oleh KH. A. Sya’rani. Penulis dan
bendahara Muhammad Husni, penulis II di jabat oleh R. Soedewo PK. Anggota;
Muhammad Irsyad, Muhammad Sabitun, Muhammad Kafi, Muhammad Idris L.
Latjuba, KH. Abdurrahman, S. Hardjo Subroto dan R. Suparalo.
Cabang-cabang GAI yang dibentuk kemudian : 5 cabang yang pertama:
Purwekerto, diketuai oleh Kiyai Ma’ruf. Purbalingga diketuai oleh KH. A.
Sya’rani, Pliken diketuai oleh KH. Abdurrahman, Yogyakarta oleh R.
Supratolodan, Surakarta R. Ng. Muhammad Kusban. Setelah itu menyusul
40 Munasir Sidik, Dasar-Dasar Hukum dan Legalitas Ahmadiyah Jemaat Indonesia. H.
21 41 Gerakan Ahmadiyah Lahore dan Qadian, Buku kenang-kenangan 50 Tahun, hal.85.
lihat juga S. yasir Ali dan Yatimin, 100 tahun Ahmadiyah , Yogyakarta : Pedoman Besar GAI Bagian Tablih dan Tarbiyah, h.35
40
cabang-cabang; Sukabumi, Malang, Madiun, Bandung, Jakarta, cirebon,
Wonosobo, dan Magelang.
Nama pergerakan ini telah beberapa kali mengalami perubahan yaitu, pada
zaman koloial Belanda bernama “Gerakan Ahmadiyah Indonesia” (Centrum
Lahore)”. Pada zaman kemerdekaan sampai tahun 1973 bernama “Gerakan
Ahmadiyah Lahore (Aliran Lahore)”. Sejak tahun 1975-1974 bernama “Gerakan
Ahmadiyah Lahore Indonesia” dan sejak 1994 sampai sekarang bernama
“Gerakan Ahmadiyah Indonesia” disingkat GAI. Alamat GAI mula-mula di jalan
A.M Sangaji (Jetis Pasiraman) rumah Bapak Djojosugito, lalu pindah ke Jl.
Suroto No.2, di rumah Bapak Bachrum, dan sekarang di Jl. Kemuning No.14
sebelumnya Jl. Kemuning No.1, semuanya di kota yogyakarta.42
D. Kebijakan Pemerintah terhadap keberadaan Jamaah Ahmadiyah Indonesia
MUI mendesak Pemerintah membubarkan secara resmi ajaran Ahmadiyah di
Indonesia. Desakan tersebut disampaikan MUI dengan cara menyerahkan fatwa
sesat Ahmadiyah ke Kejaksaan Agung, Jum’at (28/12/07). “Jaksa Agung pernah
mengatakan belum pernah menerima fatwa sesat Ahmadiyah dari MUI, jadi hari
ini kami serahkan fatwa itu,” kata ketua MUI KH. Kholil Ridwan di gedung
kejakgung.43
42 Amin Djamaluddin, Ahmadiyah dan Pembajakan Al-Qur’an, h. 198-199 43 Amin djamaluddin, Sejarah Kelam Perjalanan Hidup Sang Pendeta Agama,
Penghianatan Negara Mirza Ghulam Ahmad Qadiyani dan Fakta Penghinaan Ahmadiyah Terhadap Agama. (Jakarta LPPI, 2009). Cet ke-1. h. 189
41
Di antara pernyataan dan argumentasi MUI yang memutuskan
Ahmadiyah sesat dan berada di luar Islam adalah seperti yang disampaikan oleh
Ketua Majlis Ulama Indonesia (MUI) KH. Kholil Ridwan :
1. Masalah Ahmadiyah sudah sangat lama menjadi duri dalam daging
dalam tubuh umat islam. Salah satu criteria aliran sesat yang
ditetapkan MUI dalam Rakernas bulan November 2007 uang lalu
ialah, mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul
terakhir. Dengan criteria ini, maka Ahmadiyah secara otomatis masuk
kategori aliran sesat, sebab mengimani Mirza Ghulam Ahmad sebagai
Nabi.
2. Fatwa MUI tentang Ahmadiyah tahun 2005, menjadikan keputusan
Majma’ al-Fiqih al-Islami Organisasi Konferensi Islam (OKI), yang
diputuskan tahun 1985 . oleh sebab itu, Menteri Agama Maftuh Basuni
pernah menyarankan agar Ahmadiyah membuat agama baru, di luar
Islam. Kalau MUI memfatwakan sesat terhadap Ahmadiyah,
sebenarnya MUI sekedar menjalankan tugas dalam melindungi umat
dari ajaran luar Islam yang akan merusak Islam. Tidak ada
hubungannya dengan Hak Asasi Manusia (HAM). MUI sama sekali
tidak memasung siapapun untuk memeluk agama apapun, kebebasan
beragama adalah hak asasi setiap manusia, “Lakum dinukum
waliyadin,” bagimu agamu dan bagiku agamaku. Jangan menanam
alang-alang di kebun keluarga, tanamlah di lahan kosong yang masih
42
sangat luas. Kebebasan memeluk agama bukan kebebasan merusak
agama.44
Dalam penjelasan Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia (PB JAI)
tentang pokok-pokok keyakinan dan kemasyarakatan warga Jamaah Ahmadiyah
Indonesia tercantum 12 butir pernyataan :
1. Kami warga Jamaah Ahmadiyah sejak semula meyakini dan
mengucapkan dua kalimah syahadat sebagaimana yang diajarkan oleh
Yang Mulia Nabi Muhammad SAW, yaitu Asyhaduanlaailaaha
illallahu wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullaj, artinya : aku
bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan aku
bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah Rasulullah.
2. Sejak semula kami warga jamaah Ahmadiyah meyakini bahwa
Muhammad Rasulullah adalah Khataman Nabiyyin (Nabi penutup).
3. Di antara keyakinan kami bahwa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad
adalah seorang guru, mursyid., pembawa berita dan peringatan serta
pengemban mubasysyirat., pendiri dan syiar Islam yang dibawa oleh
Nabi Muhammad SAW.
4. Untuk memperjelas bahwa kata Rasulullah dalam 10 syaraat bai’at
yang harus dibaca oleh setiap calon anggota jamaah Ahamadiyah
44 Kholil Ridwan. “Antara Islam dan Ahmadiyah” artikel dialses tanggal 10 Januari 2009
dari http: republika.co.id/kolom detail.asp?id=319032&kat id=16.sabtu, 10 Januari 2009.
43
bahwa yang dimaksud adalah Nabi Muhammad SAW adalah sumber
ajaran Islam yang kami pedomani.
5. Kami warga Ahmadiyah meyakini bahwa tidak ada wahyu syariat
setelah Al-Qur’anul Karim yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW adalah sumber
ajaran Islam yang kami pedomani.
6. Buku Tadzkirah bukanlah kitab suci Ahmadiyah, melainkan catatan
pengalaman rohani Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad yang dikumpulkan
dan dibukukan serta diberi nama Tadzkirah oleh pengikutnya pada
1935, yakni 27 tahun setelah beliau wafat (1908).
7. Kami warga Jamaah Ahmadiyah tidak pernah dan tidak akan
mengafirkan orang Islam di luar Ahmadiyah, baik dengan kata
maupun perbuatan.
8. Kami warga Jamaah Ahmadiyah tidak pernah dan tidak akan
menyebut Masjid yang kami bangun dengan Masjid Ahmadiyah.
9. Kami menyatakan bahwa setiap masjid yang dibangun dan dikelola
oleh Jamaah Ahmadiyah selalu terbuka untuk seluruh umat Islam dari
golongan manapun.
10. Kami warga Jamaah Ahmadiyah sebagai muslim melakukan
pencatatan perkawinan di Kantor Urusan Agama dan mendaftarkan
perkara perceraian dan perkara lainnya berkenan dengan itu ke kantor
Pengadilan Agama sesuai dengan perundang-undangan.
44
11. Kami warga Jamaah Ahmadiyah akan terus meningkatkan silaturahim
dan bekerja sama dengan seluruh kelompok/golongan umat Islam dan
masyarakat dalam perkhidmatan social kemasyarakatan untuk
kemajuan Islam, Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
12. Dengan penjelasan ini, kami pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah
mengharapkan agar warga Jemaat Ahmadiyah khususnya dan umat
Islam umumnya serta masyarakat Indonesia dapat memahaminya
dengan Ukhuwah Islamiyah, serta persatuan dan kesatuan bangsa.45
MUI menegaskan Ahmadiyah masih tetap dalam kesesatan. Ahmadiyah
tidak mengubah sikap dan keyakinan awalnya dan memberikan keterangan yang
tidak benar atau mengandung kebohongan. Untuk itu pemerintah diminta segera
menyelesaikan kesesatan Ahmadiyah dengan keimanan yang benar dan
masyarakat diminta untuk tenang dan tidak melakukan tindakan yang melanggar
hukum.46
Selusin butir penjelasan PB JAI telah diterbitkan. Bakorpakem sudah
mengamininya. Tapi ketua komisi fatwa MUI KH. Ma’aruf Amin menanggapinya
bak lagu lama: Engkau masih seperti yang dulu. Selusin butir itu, memang ibarat
45 Wawasan H. Purwanto, Menusuk Ahmadiyah, h. 85-87 46 M. Amin Djamaluddin, Sejarah Kelam Perjalanan Hidup Sang Pendusta Agama,,
Penghianatan Negara Mirza Ghulam Ahmad Qadiyani dan Fakta Penghinaan Ahmadiyah Terhadap Agama, h. 192
45
lagu lama yang diaransemen baru. Apapun aramsemennya ya tetap itu-itu juga.
“Ahmadiyah belum kembali ke jalan yang benar.”47
Dengan 12 butir pernyataan itu, Badan Koordinasi Pengawasan
Kepercayaan Masyarakat (Bakorpakem) yang terdiri atas Kejaksaan Agung, Polri,
dan BIN memutuskan untuk tidak melarang aliran Ahmadiyah dan memberi
kesempetan jemaah aliran tersebut untuk melakukan perbaikan. Saat itu
Bakorpakem dapat memahami penjelasan tertulis Ahmadiyah dan akan terus
memantau dan mengevaluasi. Oleh karena itu masyarakat diharapkan bisa
memahami ‘itikad baik Jemaat Ahmadiyah dengan tidak melakukan tindakan
anarkis.48
Keputusan Bakorpakem itu terjadi pada bulan Februari 2008. namun pada
April 2008 Bakorperkam memutuskan ajaran Ahmadiyah menyimpang dari
pokok ajaran Islam yang di anut di Indonesia dan memperingatkan kepada
pengikut ajaran Ahmadiyah untuk menghentikan seluruh aktifitas dari ajaran
mereka. Bakorpakem merekomendasikan dibuatnya SKB 3 Menteri yakni
Menteri Agama, Jaksa Agung, dan menteri Dalam Negeri terkait keputusan
Bakorpakem tersebut, dan jika tidak dilaksanakan maka bakorpakem akan
merekomendasikan agar ajaran Ahmadiyah dibubarkan.
Keputusan itu berkaitan dengan tiga bulan kesempatan yang diberikan
sekaligus berdasarkan pantauan terhadap Jamaah Ahmadiyah. Namun mereka
47 Ibid 48 Wawasan H. Purwanto, Menusuk Ahmadiyah, h. 89
46
tidak menaati kesempatan yang dibuat tanggal 14 Januari 2008 lalu. Dalam masa
tersebut pengikut ajaran Ahmadiyah tetap tidak mengakui Nabi Muhammad SAW
sebagai nabi penutup. Kondisi ini ole Bakorpakem dianggap telah menimbulkan
keresahan di tengah masyarakat.49
Hingga pecan pertama bulan Juni 2008, surat keputusan bersama Menteri
Dalam Negeri, Menteri Agama dan Jaksa Agung soal Ahmadiyah sudah dibahas
dan tinggal dikeluarkan. Wakil Presiden Jusuf Kalla memberi jaminan, SKB
mengenai Ahmadiyah yang akan dikeluarkan akan sejalan dengan undang-undang
dan Undang-Undang Dasar 1945. Jaksa Agung Hendarman Supandji menyatakan,
konsep SKB tentang Ahmadiyah sudah selesai. Ia berharap surat keputusan
bersama itu dapat secepatnya diterbitkan. Menurut Hendarman, sesuai Undang-
Undang Nomor 1 PNPS tahun 1965 tentang pencegahan penyalahgunaan dan
penodaan agama. SKB itu berisi peringatan bagi Jemaat Ahmadiyah Indonesia.
Sementara kelompok anti Ahmadiyah, seperti Ketua Majelis Ulama Idonesia
Pusat Kholil Ridwan menginginkan Presiden mengeluarkan keputusan Presiden
untuk membubarkan Ahmadiyah.
Mengenai SKB pembubaran Ahmadiyah, pemerintah memang dalam
posisi dilematis karena tak menjamin konflik di antara penentang dan pendukung
Ahmadiyah sehingga mereka tak lagi berteriak unjuk rasa menuntut pembubaran.
49 Ibid, h. 91
47
Namun, keluarnya SKB juga dapat memancng reaksi penentangan dari kalangan
uang selama ini mendukung Ahmadiyah dan menentang keluarnya SKB.50
Dalam keputusan bersama itu, pemerintah memerintahkan kepada Jemaah
Ahmadiyah Indonesia (JAI) untuk menghentikan syiar, yakni penyebaran,
penafsiran, dan kegiatan yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama
Islam. “Penyebaran faham yang mengakui adanya nabi dengan segala ajarannya
setelah Nabi Muhammad SAW,” kata Menag Muhamad Maftuh Basuni
Menjelaskan SKB nomor 3 tahun 2008, KEP-033/A/IA/6/2008 dan nomor 199
Tahun 2008.51
50 Ibid, h. 158-159 51 M. Amin Djamaluddin, Sejarah Kelam Perjalanan Hidup Sang Pendusta Agama,,
Penghianatan Negara Mirza Ghulam Ahmad Qadiyani dan Fakta Penghinaan Ahmadiyah Terhadap Agama, h. 197
BAB III
SEKILAS TEORI ALIRAN AHMADIYAH
DAN AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH
A. Maksud Aliran Ahmadiyah
Sejarah Ahmadiyah lahir di India pada akhir abad ke-19 di tengah suasana
kemunduran umat Islam di bidang agama, politik., sosial, politik, ekonomi, dan
bidang kehidupan lainnya. Terutama setelah pecahnya revolusi India tahun 1857
yang terakhir dengan kemenangan East India Company yang menjadikan India
sebagai salah satu koloni Inggris terpenting di Asia.
Di tengah-tengah kondisi umat Islam seperti itu, Ahmadiyah lahir.
Kelahiran Ahmadiyah juga berorientasi pada pembaruan pemikiran. Di sini Mirza
Ghulam Ahmad yang mengaku telah diangkat Tuhan sebagai Al-Mahdi dan Al-
Masih merasa mempunyai tanggung jawab moral untuk memajukan Islam dengan
memberikan interpretasi batu terhadap ayat-ayat Al-Qur’an sesuai tuntunan
zaman dan “Ilham” Tuhan kepadanya. Motif Mirza Ghulam Ahmad ini
tampaknya didorong oleh gencarnya serangan kaum misionaris Kristen dan
propaganda terhadap umat Islam pada saat itu.1 Jemaat Ahmadiyah didirikan pada
tahun 1889 M dan bertepatan tahun 1306 menurut aliran dari Qadiyan. Hal ini di
dasarkan pada permulaan pembai’atan yang dilakukan banyak orang terhadap
1 Iskandar Zulkarnaen, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, (Yogyakarta: LKIS 2005),
cet. 1. h 58
48
49
Mirza Ghulam Ahmad.Sedangkan dari aliran Lahore berpendapat bahwa
Ahmadiyah berdiri tahu 1888 M. karena berdasarkan ilham yang diterimanya
untuk mendirikan bahtera dan melakukan bai’at kepada Mirza Ghulam Ahmad.2
Jemaat berarti kumpulan individu yang bersatu padu dan bekerja untuk
suatu program bersama. Ahmadiyah adalah nama dari ajaran Islam, jadi
Ahmadiyah adalah suatu perkumulan, himpunan atau organisasi yang bersatu
padu dan bekerja untuk suatu program yang sama yaitu Islam.3 Ahmadiyah
diambil dari salah satu nama Rasulullah SAW. Yang diinformasikan kepada Nabi
Isa a.s. dalam surat ash-shaf ayat 6 yang menyatakan bahwa akan datang seorang
nabi dan rasul bernama Ahmad.4
Dalam Perkembangan dan Penyebaran Ahmadiyah tidak terlepas dari
Khalifah Masih I , yaitu Hz.MIv.Hafiz Hakim Nuruddin ra. Pertablighan Islam
dan perkembangan misi Ahmadiyah ke Eropa sudah mulai pada masa beliau ini.
Khalifah Masih I wafat pada tahun 1914 dan digantikan oleh Khalifatul Masih II.
Yaitu Hz Mirza Bashiruddin Ahmad ra. Pertablighan Islam dan pengembagan
misi Ahmadiyah keseluruh dunia lebih terorganisir. Pengorganisasian itu beliau
mewujudkan pada tahun 1935 dalam bentuk suatu gerakan yang dikenal dengan
nama Tahrik Jadid (Gerakan Baru). Di dalam gerakan ini beliau menghimpun
dana sukarela dari para anggota dan mengumpulkan tenaga-tenaga sukarela yang
2 Saleh A.Nahdi, Ahmadiyah Selayang Pandang, (Jakarta: Yayasan Raja Pena, 2001). Cet. IV.h.5
3 Muslim Fathoni, Faham Mahdi Syiah dan Ahmadiyah Dalam Presfektif, (Jakarta:: PT. Raja Grafindo, 1994), h. 53
4 Maulana Muhammad Ali, Mirza Ghulam Ahmad of Qadian: his life and mission, (Lahore: Ahmadiyah Anjuman Isha’at Islam, 1959_. H. 12
50
mewakafkan diri mereka untuk pengembangan Islam ke seluruh dunia. Para
Khalifatul Masih II ini Ahmadiyah telah berkembang di Asia, Eropa, Afrika dan
Amerika.5 Kemudian setelah Ahmadiyah muncul dan berkembang di India,
beberapa waktu kemudian disusul dengan menyebarnya Ahmadiyah hampir ke
seluruh dunia, dengan mendirikan masjid-masjid di berbagai Negara seperti
London, di kota Zurich (Switzerlad), di Den Haag (Belanda) di kota Frankurt dan
Hambrug (Jerman) dan masih Negara-negara lain termasuk di Benua Afrika.6
B. Kitab Taskiroh dan Buku-buku Ahmadiyah
Buku Tazkirah ini, bukan ditulis oleh Pendiri Jemaat Ahmadiyah Hadrat
Mizra Ghulam Ahmad, as. {1835-1908}, tetapi himpunan ilham/wahyu, kasyaf,
dan rukya Pendiri Jemaat Ahmadiyah ini yang beliau terima dari Allah yang Maha
Perkasa, Al-Mutakallim, yang dihimpun dan disusun oleh: Maulana Muhammad
Ismail, Syekh Abdul Qodir dan Maulwi Rasyid dari buku-buku, selebaran-
selebaran dan catatan-catatan harian dari Pendiri Jemaat Ahmadiyah Hadhrat
Mizra Ghulam Ahmad, ‘alaihissalam.
Ilham/wahyu, kasyaf dan rukya di dalam buku tazkhirah ini terdiri dari
bahasa Arab, Urdu, Farsi, Inggris dan Punjabi. Terjemah/penjelasan/tafsir utama
yang terdapat didalam buku tazkhirah ini adalah Terjemah/penjelasan/tafsir yang
dikemukakan oleh Hadhrat Mizra Ghulam Ahmad, ‘alaihissalam sebagai yang
5 Wawan H. Purwanto, Menusuk Ahmadiyah, hal. 33 6 Ahmadiyah, kami Orang Islam, Jamaat Ahmadiyah Indonesia. 1989. cet IV, Hal.20
51
terdapat di dalam tulisan-tulisan beliau. Adapun terjemahan lain-lainnya,
dilakukan oleh Tim Penyusun Buku Tazkhirah. Ada juga yang dikutip dari
terjemahan editor surat kabar dan atau majalah terbitan Jemaat yang sebelum
menerbitkannya, mereka memohon pendapat Hadhrat Mizra Ghulam Ahmad,
‘alaihissalam terbitan dahulu. Untuk lebih rincinya, dapat dibaca pada
“Pendahuluan” buku Tazkhirah.
Penerbit buku Tazkhirah, pertama kali dilakukan oleh Book Depot Ta’lif
wa Isyaa’at Qadian pada tahun 1935, yang terdiri dari 664 halaman, sedangkan
penerbitan kedua tahun 1956 dan ketiga tahun 1969 diselenggarakan oleh As-
Syirkatul Islamiyah Limited Rabwah, Pakistan—masing-masing terdiri atas 840
dan 818 halaman.7
Isi Kitab At tazkirah ini yang resumenya sebagai berikut :
1. Tadzkirah merupakan buah mimpi dari Mirza Ghulam Ahmad.
2. Pernyataan tersebut dilukiskan dalam sebuah mimpi dan dituangkan
dalam kitab Taskirah.
3. Pernyataan Mirza Ghulam Ahmad, ditafsirkan oleh murid-muridnya
dalam bahasa Urdu dengan Intisari: 1. Membenarkan, memberikan
Justifikasi tentang Kenabian Ahmad (Mirza Ghulam Ahmad) 2.
Seruan dan Pujian Allah kepada Ahmad 3. Kedekatan dengan Allah.
4. Isyarat Kerosulannya 5. Doa-doanya 6. Seruan kepada janji
7 Abdul Basit, Klarifikasi Atas Tela’ah Kitab Tadzkiroh : Jemaat Ahmadiyah
Indonesia,2003,hal.3-4
52
Allah tentang kebenaran Ahmadiyah dan keberuntungan bagi yang
mendapatkannya. 7. Mengafirkan orang yang mengingkarinya.8
Buku-buku Ahmadiyah diantaranya:
1. Buku Hazrat Mirza Ghulam Ahmad bukan Nabi Hakiki yang ditulis
oleh Susmojo Djojosugito, salah satu putera Minhadjurrahman
Djojosugito pendiri gerakan Ahmadiyah Lahore Indonesia (GAI).
Buku ini ditulis di Yogyakarta tahun 1984 dengan tebal 15 halaman.
Buku ini khusus membicarakan tentang Mirza Ghulam Ahmad selaku
pendiri gerakan Ahmadiyah yang bukan Nabi Hakiki. Di dalam buku
ini, penulis menguraikan tentang nabi hakiki dan nabi bukan hakiki.9
2. Tafsir The Holy Quran Maulana Muhammad Ali yang diterjemahkan
dalam bahasa jawa dengan judul Tafsir Qur'an Sutji Jarwa Jawi.
Penerjemahan ini dilakukan bersama M. Mufti Sjarif selama 12 tahun,
dimulai pada tahun 1936 dan selesai tahun 1948. Al-Qur'an terjemahan
ini telah diterbitkan oleh Gerakan Ahmadiyah Indonesia (Aliran
Lahore) di Yogyakarta tahun 1958.
3. Buku kenang-kenangan 50 tahun Gerakan Ahmadiyah Lahore
Indonesia (GAI). Buku ini diterbitkan oleh Gerakan Ahmadiyah lahore
Indonesia pada tahun 1979 di Jakarta dengan tebal 217 halaman ini
antara lain kegiatan-kegiatan Ahmadiyah Lahore selama 50 tahun dari
8 Hasil Wawan cara Dengan Tokoh Ahmadiyah pada hari senin tanggal 7- Afril - 2010 9 Susmojo Djojosugito, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad Bukan Nabi Hagigi : Pedoman
Besar Gerakan Ahmadiyah Lahore Indonesia,Jakarta, 1984,hal.1-10
53
tahun 1929 sampai tahun 1979 termasuk kepengurusan sejak periode
pertama (periode Djojosugito). Selain itu, juga memuat sejarah dan
perjuangan Gerakan Ahmadiyah Lahore Indonesia, Yayasan Perguruan
Islam Republik Indonesia (PIRI) serta Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga.
4. Buku Wasiat Masih Mau'ud Nubuwatan Bagi Kemenangan Islam.
Buku ini disusun oleh Abdul Razaq pada tahun 1996 di Yogyakarta.
Abdul Razaq adalah seorang guru dikalangan Ahmadiyah dan
sekaligus seorang penulis. Tulisan yang tebalnya hanya 20 halaman ini
berisi tentang wasiat Mirza Ghulam Ahmad yang mengacu pada Al-
Wasiat, sebuah buku karya Mirza Ghulam Ahmad yang ditulis pada
tahun 1905. tulisan ini berisi wasiat Mirza Ghulam Ahmad bahwa
sebagai Masih Mau'ud, ia menegaskan kembali akan adanya Nabi
sesudah Nabi Muhammad Saw. Dan ia adalah Nabi ummati – nabi
yang terikat dengan kenabian Muhammad SAW. Dan tidak membawa
syariat karena kenabian bersyariat telah tertutup pada diri Nabi
Muhammad SAW.10
10 Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia : LKIS, Cetakan Ke-II,
Jakarta,2006. hal20-25
54
C. Ajaran-ajaran Ahmadiyah
Ajaran-ajaran Ahmadiyah sengat banyak dan berbeda dengan aliran lain
terutama aliran Ahli Sunnah Wal-Jamaah, Diantaranya:
a. Pemikiran Mirza terhadap dalil ini berkisar seputar dua pion yang sederhana.
Pertama, pemikiran mengenai”tanasukh” (inkarnasi) setelah ia
memberikan pernik baru. Dia misalnya mengaku bahwa sebenarnya dia-lah
Muhammad itu atau Nabi Muhammad SAW. Telah dipersiapkan kembali
untuk menyatu di dalam diri Mirza Ghulam Ahmad. Apabila Muhammad
SAW telah dipersiapkan kembali untuk menjadi seorang nabi, tentu hal ini
tidak menafikan tertutupnya pintu kenabian. Sebab Muhammad telah menutup
pintu kenabian pada saat menjadi nabi untuk pertama kalinya di tengah-tengah
masyarakat Qadian di India. Jadi, di sana tidak terdapat dua sosok, melainkan
hanya satu sosok saja yang telah menutup pintu kenabian.
Kedua. Pemikiran yang dijadikan pijak, oleh Mirza adalah bahwa
makna Muhammad sebagai penutup para nabi adalah ia telah diberikan syarat-
syarat dan karakteristik sebagai nabi penutup. Dengan demikian hanya beliau
pula yang berhak memberikan syarat karakteristik itu kepada umatnya yang
dikehendakinya. Barang siapa yang diberikan kenabian secara abstrak oleh
beliau, orang itu pun menjadi seorang nabi tanpa menyalahi akidah tentang
nabi akhir zaman. Ini apabila kita telah memahami prinsip nabi penutup dalam
55
artian bahwa beliau memiliki syarat dan karakteristik nabi penutup, lalu syarat
dan kritik itu diberikan kepada salah seorang umatnya yang kehendaki.11
b. Mirza Ghulam Ahmad mengaku dirinya sebagai Nabi dan Rasul, Hal ini dapat
dilihat dalam karya-karyanya yang tulis diberbagi media massa. Diantaranya
adalah :
Mirza Ghulam Ahmad dalam Daafi’ Al-Bala’ :
هواال له الحق الذي أرسل رسوله في قاديان
“Dan Dia-lah Tuhan yang haq yang telah mengutus rasul-Nya di
Qodiyan”
Mirza Ghulam Ahmad dalam Haqiqat Al-Wahyi :
والذى نفسى بيده أنه أرسلنى وسمانى نبيا
“Demi diriku yang ada di tangan-Nya, sesungguhnya Dia telah
mengutusku dan menyebutku sebagai Nabi” (Haqiqatul-Wahyi, Qodiyan,
1934,halaman 68).12
Mirza Ghulam Ahmad dalam Nuzul Al-Masih :
والنبوة اى أنبى با عتبار الظلية الكاملة مرأة فيها انكاس آامل للصورة المحمدية , انا رسول ونبي
المحمدية
“Saya adalah Nabi dan Rasul, artinya saya bayangan yang sempurna,
sebagaimana kaca yang menampakan gambaran yang sempurna, dari
Muhammad dan kenabian Muhammad”. (MUI, 2007: 21)
11 Hasil wawancara sama Tokoh Ahmadiyah ( Faeel Mujeeb) pada tanggal 1 Maret, 2010 12 Mengawal Aqidah Ummat Fatwa MUI Tentang Aliran-Aliran Sesat Di
Indonesia,Sekretariat MUI, Jakarta.1997.hal.24
56
Mirza Ghulam Ahmad dalam koran Akhbar ‘Am tanggal 26 Mei 1908 :
Hampir semua tulisan karya Mirza Ghulam Ahmad di penuhi oleh
pengakuan-pengakuannya sebagai al-Mahdi,al-Masih dan Nabi.13
Ada perbedaan ayat antara Ahmadiyah dengan Rosam Usmani
Sebagian kecil buktiI Mirza Ghulam Ahmad dengan Ahmadiyahnya Telah
berbeda ayat dan jumlahnya Al-qur’an dalam Tadzkirah milik Ahmadiyah
1.Q.S.Yasin 36: ayat 1 – 3 Semulanya :
☺ ☺
Di halaman 658 - 659 berubah menjadi
☺
☺
Telah hilang ayat yang sangat penting yaitu
Risalah ini merupakan bagai suntikan samawi yang dipersiapkan bagi
jemaatku berkaitan dengan wabah ta'un.14
c. Menurut Keyakinan Ahmadiyah orang yang di beri Nama Isa Ibnu Maryam
di masa sekarang adalah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s., untuk
13 Ibid MUI Sekteriat 2000. Hal 78 14 Dekumen MUI Bogor dan hasil penelitian pada tanggal 22 Januari 2010
57
memperkuatkan Argumentasinya adalah dengan menggunakan Dalilnya,
diantaranya 15
d. Mirza Ghulam Ahmad as, sebagai Khalifatullah.Sesuai dengan surat An-Nur
ayat 56, pada zaman sekarang ini hanya Hadrat Mirza Ghulam Ahmad as,
berserta Jemaat beliau yang percaya bahwa dalam agama sistem khilafa masih
terus berjalan hingga kini. Pada zaman sekarang hanya Hadrat Mirza Ghulam
Ahmad as, yang menda’wakan diri sebagai Isa Al-Masih dan Imam Mahdi
telah memperoleh wahyu dari Allah SWT. Seperti tertera berikut ini sampai 13
kali banyaknya. اردت ان استخل فخلقت ادم Artinya ; aku telah beriradah untuk
menegakkan khalifah-ku pada zaman ini, maka aku ciptakan
Adam.(Tadzkirah, Al-Syirkatul Islaminyah, 1969,hal.665).16
e. Tidak Bermakmum Di Belakang Non Ahmadiyah Karena Ahmadiyah
menggap yang tidak percaya pada Mirza Ghulam Ahmad adalah Kafir dan
tidak sah Sholot di belakang orang Non Ahmadiyah. Sebagaimana kata Hadrat
Masih Mau’ud a/s. Bersabda : ’’ Orang-orang yang tergesa-gesa berburuk
sangka terhadap Jemaat ini berarti tidak mengindahkan Allah. Sesuai dengan
15Abdul Razak, Kami Meyakini Turunan Imam Mahdi Dan Nabi Isa a.s Sebagai Bukti
Kesetian Kepada Islam dan Nabi Muhammad s.aw : Jemaat Ahmadiyah Indonesia,Parung.2007.hal.20
16 Ahmad Cheema, Sy,Khalifat Telah Berdiri,; Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Parung.2007.hal.3-4
58
Firman Allah : “Allah Ta’ala hanya menerima sholat dari orang-orang yang
Muttaqin’’17
f. Mirza Ghulam Ahmad, sabagai pembaharuan dalam Islam.
Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang artinya ; Abu Hurairah ra.
meriwayatkan. Rasulullah SWT : Bersabda sesungguhnya Allah Swt. akan
tahun seorang Mujaddid (pembaharu) yang akan memperbaiki agamanya” (
Abu Daud dan Misykat hal.36)
Sesuai dengan hadist ini, berdasarkan petunjuk-petunjuk dari Allah
SWT. Hadrat Mirza Ghulam Ahmad as,(Imam Mahdi dan Masih Mauud )
telah menda’wakan diri sebagai mujaddid pada akhir abad ke-13 untuk ribuan
terakhir masa dunia ini.18 Ahmadiyah ada kitab lain selain a-quran yaitu Kitab
Tadzkirah yang merupakan kumpulan wahyu-wahyu yang di dapatkan oleh
Mirza Ghulam Ahmad. 19
g. Orang Ahmadiyah mempunyai perhitungan tanggal, bulan dan tahun sendiri.
Nama-nama bulan Ahmadiyah adalah 1. Suluh, 2.Tabligh, 3.Aman,
4.Syahadah, 5.Hijrah, 6.Ihsan, 7.Wafa, 8.Zuhur, 9.Tabuk, 10.Ikha,
11.Nubuwah, dan bulan 12. Fatah. Dan tahun Ahmadiyah saat penelitian ini
dibuat 1994M/1414H adalah tahun 1373 HS. Kewajiban menggunakan
17. Abdul Razak, Memahami Alasan Tidak Bermakmum Di Belakang Non Ahmadiyah:
Jemaat Ahmadiyah Indonesia,Parung.2007.hal.6-7 18 Ahmad Cheema, Sy,Khalifat Telah Berdiri,; Jemaat Ahmadiyah Indonesia,
Parung.2007.hal.7-8 19 Abdul Basit, Klarifikasi Atas Tela’ah Kitab Tadzkiroh,hal.5-8
59
tanggal, bulan dan tahun Ahmadiyah tersendiri tersebut di atas adalah
pemerintah khalifah Ahmadiyah yang kedua yaitu Basyiruddin Mahmud
Ahmad.20
h. Tadzkirah : Wahyu dan Alquran
Menurut Jemaaat Ahmadiyah bahwa Mirza Ghulam Ahmad berpegang
teguh pada Alqur’an suci 30 juz dan sunnah Rasulullah SAW (PB JAI, 1984 :
17), Kitab Syari’at Mirza Ghulam Ahmad adalah kitab Syari’at Nabi
Muhammad SAW, yaitu Al-qur’an suci berisi 114 surat dan terbagi 30 juz.
Ahmadiyah tidak mempunyai Kitab lain selain Al-Qur’anul Hakim ( Syafi R.
Batuah, 1980 :9 ). Namun, selain wahyu yang telah dibukukan (Al-Qur’an)
juga diakui masih banyak turun wahyu kepada Mirza Ghulam Ahmad; yang
kemudian dituliskan dalam berbagai buku karyanya yang berjumlah lebih dari
86 buku dalam Bahasa Urdu, Arab dan Persi (PB JAI, 1984 : 17 & 24).
Tuhan menghubungi manusia dengan perantaraan wahyu. Hubungan itu
bermacam-macam menurut keasaan dan menurut si penerimanya. Dari semua
hubungan yang suci itu yang paling sempurna, yang paling melingkupi ialah
Al-Qur’an Suci. Menurut Ahmadiyah bahwa Al-Qur’an Suci telah ditaqdirkan
untuk ada selama-lamanya dan tidak dapat diungguli oleh wahyu-wahyu
terdahulu dan sesudahnya (PB JAI, 1984 : 28).21
20 Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat ; Buku Islam Utama,Jakarat, 2009.61 21 Amin Djamuluddin, Ahmadiyah dan pembajakan Al-Qur’an : Lembaga Penelitian dan
Pengkajian Islam, Cet. Ke 5, Jakarta 2005. hal 209
60
D. Maksud Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah
Arti Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah ialah pengikut Nabi, arti Wal-Jama’ah
ialah penganut i’itiqad jama’ah sahabat-sahabat Nabi. Kaum Ahlus Sunnah Wal-
Jamaah ialah kaum yang menganut keyakinan yang dianut oleh Nabi Muhammad
SAW dan Sahabat-Sahabat Nabi yang termaktub dalam al-qur’an dan dalam
Sunnah rasul secara terpencar-pencar,22 belum tersusun secara rapi dan teratur,
tetapi kemudian dikumpulkan dan dirumuskan dengan rapi oleh Syeik Abu Hasan
Ali al-Asy’ari dan Syeik Abu Mansur Al-Maturidi.23
Term ahli Sunnah dan Jama’ah ini kelihatannya timbul sebagai reaksi
terhadap paham-paham golongan Mu’tazilah yang telah dijelaskan sebelumnya
dan terhadap sikap mereka dalam menyiarkan ajaran-ajaran itu. Mulai dari Wasil,
usaha-usaha telah dijalankan untuk menyebarkan Ajaran-ajaran itu, di samping
usaha-usaha yang di jalankan dalam menentang serangan musuh-musuh Islam.24
Bagaimanapun, yang dimaksud dengan Ahli Sunnah dan Jama’ah di
dalam lapangan Teologi Islam adalah Kaum Asy’ariah dan kaum Maturidi. Abu
hasan’Ali Ibn Isma’il-Asy’ari lahir di Basrah di tahun 873 M dan wafat di
Bagdad pada tahun 935 M. Pada mulanya ia adalah murid al-jubbai dan salah
22 Sahlun A. Nasir, Pengantar Ilmu Kalam : CV.Rajawali, Jakarta,1991.hal.153 23 Sirajuddi Abbas, I’tiqad Ahlus Sunnah Wal-Jamaah : Pustaka Tarbiyah Baru, Cetakan
Ke-8, Jakarta, 2008.hal.2 24 A.Hanafi Pengantar Theologi Islam : PT. Al-Husna Zikra, Cetakan Ke-6 Jakarta.
1995. hal.104
61
seorang terkemuka dalam golongan al-jubba’i berani mempercayakan perdebatan
dengan lawan kepadanya.25
Sudah menjadi kebiasaan dalam dunia Islam, bahwa hukum-hukum
agama yang digali dari Qur’an dan Hadits oleh seseorang Imam, maka hukum itu
dinamai “madzhab”. Hasil ijtihad Imam hanafi dinamai Madzhab Hanafi, hasil
ijtihad Imam Maliki dinamai Madzhab Maliki, hasil ijtihad Imam Syafi’i dinamai
Madzhab Syafi’i, hasil ijtihad Imam Ahmad bin Hanbal dinamai Madzhab
Hanbali, walaupun pada hakikatnya semuanya adalah agama Allah yang
termaktub secara tersurat atau tersirat di dalam Al-Qur’an dan Hadits. Begitu
juga dalam soal-soal i’tiqad. Hasil galian dari Qur’an dan Hadits oleh Imam Abu
Hasan Al-Asy’ari dinamai “Madzhab Asy’ari” atau “Faham Asy’ari”, walaupun
pada hakikatnya Imam Abu Hasan Al-Asy’ari hanya menggali, merumuskan,
menfatwakan, menyiarkan, mempertahankan apa yang sudah ada dalam Qur’an
dan Hadits juga, apa yang sudah di i’tiqadkan oleh Nabi Muhammad Saw. Dan
sahabat-sahabat beliau.26
E. Kitab-Kitab Ahli Sunnah Wal-Jama’ah
Dalam hal kitab Ahli Sunnah Wal-jama’ah sangat bayak terutama mazhab
yang empat dan pengikut hingga kini tetap mengarang kitab. Diantara kitab :
a. Kitab dan dasar-dasar madzhab Abu Hanifah
25 Harun Nasution, TEOLOGI ISLAM-Aliran – Aliran Sejarah Analisa Perbandingan:
Universitas Indonesia., jakarta. 2002.hal.65-66 26 Ibid, Sirajuddi Abbas, I’tiqad Ahlus Sunnah Wal-Jamaah,hal. 5-6
62
Abu Hanifah adalah seorang imam yang terkemuka dalam bidang qiyas
dan istihsan. Beliau mempergunakan qiyas dan istihsan apabila beliau tidak
memperoleh nash dalam Kitabullah, Sunnatur Rasul atau ijma. 27 Dengan kita
memperhatikan cara-cara yang ditempuh Abu Hanifah untuk beristinbath,
nyatalah bahwa dasar – dasar hukum Fiqh dalam madzhabnya, ialah : Al-
Kitab, As-Sunnah, Al-Ijma’, Al-Qiyas dan Al-Istihsan.
Sedangkan kitab-kitabnya ada enam buah, yaitu : Al-Mabsuth, Al
Jami’ul Kabir, Al-Jamiush Shagir, As-Siyarul Kabir, As-Siyarush Shagir dan
Az-Zidayat.
i. Dasar-dasar Madzhab Maliki
Al-Qadli Iyadl dalam kitab Al-Madarik berkata : “Malik mendahulukan
Kitabullah menurut tertib terang samarnya:. Yakni beliau mendahulukan nash,
kemudian yang dhahir kemudian yang mafhum. Sesudah itu beliau berpegang
kepada As-Sunnah. Dalam hal ini beliau mendahulukan yang mutawatir atas
yang masyhur, yang masyhur atas ahad, sebagaimana beliau mendahulukan
yang nash atas yang dhahir atas yang mafhum. Sesudah pada itu beliau
berpegang kepada Ijma’, baru kemudian beliau berpegang kepada qiyas.
Kitab yang dinisbahkan kepada Imam Maliki adalah al-Muwatho yang
merupakan kitab Hadits tapi juga sekaligus kitab fiqih.28
j. Kitab dan dasar-dasar pemikiran Madzhab Syafi’i
27 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Fiqih : PT Pustaka Rizki Putra,
Semarang,1997. 28 Djazuli, ILMU FIQIH ; Kencana Prenada Media Group, Jakarta.2005. hal.129
63
Madzhab ini dibangun oleh Imam Muhammad ibn Idris Asy-Syafi’i
seorang keturunan Hasyim ibn Abdul Muthalib. Beliau dilahirkan di Ghuzzah,
sebuah wilayah di dalam negeri Syria, dalam tahun 150 Hijriah, bersamaan
dengan tahun wafatnya Abu Hanifah.Dasar-dasar Madzhab Syafi’i, di dalam
Kitab Ar-Risalah beliau menerangkan dasar-dasar tasyri yang dipeganginya,
ialah : Al-Qur’an menurut dhahirnya, As-Sunnah walaupun ahad, Ijma’ dan
Qiyas.
Di antara kitab As-Syafi’i yang terpenting yang sampai kepada kita
ialah : Ar-Risalah, dalam bidang Ushul Fiqh, Al-Umm dalam bidang fiqh,
Mukhtaliful Hadits dan Masnad dalam bidang hadits. Di Mesir Asy-Syafi
menulis kitab-kitabnya baru yang seperti al-Um, al-Amadi dan al-Imlak. 29
k. Kitab dan dasar-dasar pemikiran Madzhab Hanbali
Pembangunan madzhab sunni yang keempat adalah : Al-Imam Abu
Abdillah Ahmad ibn Hanbal ibn Hilal Asy-Syaibani. Beliau dilahirkan di
Baghdad pada tahun 164 H, wafat pada tahun 214 H. Beliau seorang imam
yang selalu melawat ke berbagai kota untuk mencari ilmu dan hadits. Beliau
pernah ke Syiria, Hijaz, Yaman, Kufah dan Bashrah. Dengan usaha yang tidak
kenal payah beliau menghimpun sejumlah 40.000 hadits di dalam kitab
Musnadnya.30
Dasar-dasar Madzhab Hanbali, Madzhab ini didasarkan kepada :
29 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pokok-Pokok Pegangan Imam Mazhab ;
PT Pustaka Rizki Putra, Semarang,1997. Hal.513 30 Ibid,Sirajuddi Abbas, I’tiqad Ahlus Sunnah Wal-Jamaah,hal. 11
64
1. Nash Al-Qur’an atau nash Al-Hadits
Apabila beliau mendapat nash, beliau tidak lagi memperhatikan
dalil-dalil yang lain dan tidak memperhatikan pendapat-pendapat sahabat-
sahabat yang menyalahinya.
2. Fatwa shahabi, apabila tidak memperoleh nash.
Apabila beliau mendapati sesuatu pendapat sahabat yang tidak
diketahuinya bahwa ada yang menentangnya, beliau berpegang kepada
pendapat itu dengan tidak memandang bahwa itu merupakan Ijma’
3. Pendapat sebagian sahabat
Apabila terdapat beberapa pendapat sahabat dalam sesuatu maslah,
maka beliau mengambil mana yang lebih dekat kepada Al-Kitab dan As-
Sunnah. Terkadang beliau tidak mau memberi sesuatu fatwa apabila beliau
tidak memperoleh pentarjih bagi sesuatu pendapat itu
4. hadits mursal atau hadis dla’if, jika tidak berlawanan dengan sesuatu
atsar atau dengan pendapat seseorang shahabat.
5. Qiyas
Apabila beliau tidak memperoleh sesuatu yang diterangkan di atas
maka beliau mempergunakan qiyas.31
31 Ibid,Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy Hal.513
65
F. Ajaran-Ajaran Ahli Sunnah Wal-Jama’ah
Ajaran-ajaran Al-Asy’ari dapat di ketahui dari buku-buku yang ditulisnya,
terutama dari kitab al- luma’fi al-Rad ‘ala Ahl al-Ziagh wa al-Bida’dan al-
Ibanah’an Usul al-Dianah di samping buku-buku yang ditulis oleh para
pengikutnya. Diantara ajarannya :
a. Mustahil kata al-Asy’ari Tuhan mengetahui dengan zat-Nya, karena dengan
demikian zat- Nya adalah pengetahuan dan Tuhan sendiri adalah
pengetahuan. Tuhan bukan pengetahuan (‘Ilm) tetapi yang mengetahui
(‘Alim). Tuhan mengetahui dengan pengetahuan dan pengetahuan-Nya
bukanlah zat- Nya. Demikian pula dengan sifat-sifat seperti sifat hidup,
berkuasa, mendengar dan melihat.
b. Sifat Tuhan, Menurut ajaran Asy’ariyah. Tuhan mempunyai sifat-sifat
sebagaimana disebutkan di dalam Al-Quran, seperti Allah mengetahui dengan
‘Ilmu, berkuasa dengan Qudrat, hidup dengan Hayah dan seterusnya. Sifat-
sifat tersebut adalah azali. Sifat-sifat itu bukanlah Zat Tuhan bukan pulaat-
Nya.32
c. Al-Qur’an, berlainan pula dengan pendapat al-Mu’tazilah, bagi al-Asy’ari
tidaklah diciptakan sebab kalau ia diciptakan, maka sesuai dengan ayat :
Untuk penciptaan itu perlu kata kun, dan untuk terciptanya kun ini perlu pula
kata kun yang lain; begitulah seterusnya sehingga terdapat rentetan kata-
32 Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu Kalam ; CV. Pustaka Setia, Bandung,hal. 77
66
kata kun yang tak berkesudahan. Dan ini tak mungkin. Oleh karena itu Al-
Qur’an tak mungkin diciptakan.
d. Tuhan dapat dilihat di akhirat, demikian pendapat al-asy’ari. Di antara alasan-
alasan yang dikemukakannya, ialah bahwa sifat-sifat yang tak dapat di berikan
kepada Tuhan hanyalah sifat-sifat yang akan membawa kepada arti
diciptakannya Tuhan. Sifat dapatnya Tuhan dilihat tidak membawa kepada hal
ini; karena apa yang dapat dilihat tidak mesti mengandung arti bahwa ia mesti
bersifat diciptakan. Dengan demikian kalau dikatakan Tuhan dapat dilihat, itu
tidak mesti berarti bahwa Tuhan harus bersifat diciptakan.
e. Perbuatan-perbuatan manusia, bagi al-asy’ari, bukanlah di wujudkan oleh
manusia sendiri, sebagai pendapat Mu’tazilah, tetapi diciptakan oleh Tuhan.
Perbuatan kufr adalah buruk, tetapi orang kafir ingin supaya perbuatan kufr itu
sebenarnya bersifat baik. Apa yang dikehendaki orang kafir ini tak dapat di
wujudkannya. Perbuatan iman bersifat baik, tetapi berat dan sulit. Orang
mukmin ingin supaya perbuatan iman itu janganlah berat dan sulit, tetapi apa
yang dikehendakinya itu tak dapat diwujudkannya. Dengan demikian yang
mewujudkan perbuatan kufr bersifat baik, tetapi Tuhan yang mewujudkannya
dan Tuhan memang berkehendak supaya kufr bersifat buruk.33
f. Pelaku Dosa Besar Menurut Asy’ari, seorang muslim yang melakukan
perbuatan dosa besar dan meninggal dunia sebelum sempat bertobat, tetap
33 Harun Nasution, TEOLOGI ISLAM, Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan;
Universitas Indonesia., jakarta. 2002.hal.69-71
67
dihukumi mukmin, tidak kafir, tidak pula berada diantara mukmin dan kafir,
dan di akhirat ada beberapa kemungkinan : Ia mendapat ampunan dari Allah
SWT dengan rahmat-Nya sehingga pelaku dosa besar tersebut memasukannya
ke dalam surga. Dan Ia mendapat Syafa’at dari Nabi Muhammad SAW,
sebagaimana sabdanya, Artinya : Syafa’at adalah untuk umatku yang
melakukan dosa besar”. Dan Allah memberikan hukuman kepadanya dengan
dimasukkan ke dalam siksa neraka sesuai dengan dosa besar yang
dilakukannya, kemudian dia memasukannya ke surga.34
g. Asy’ari berpendapat bahwa Allah menciptakan ketidak adilan (kedzoliman)
karena dia menciptakan keadilan, akan tetapi dalan suatu pertemuan antara
seorang manusia dengan seorang lainnya, manusia mungkin saja
melakukannya pada dirinya sendiri. Dalam kitab al-luma, ia memberikan suatu
jawaban langsung terhadap suatu pertannyaan yang diajukan kepadanya oleh
teman bicaranya (mu’tazilah): tidakkah Allah telah menciptakan kedzoliman
terhadap semua makhluk?. Maka jawab Asy’ari” dia menciptakannya karena
kedzoliman mereka, bukan karena kedzolimannya.dalam maksud pertanyaan
lain, dengan maksud apakah Allah menciptakan kedzoliman, yang tidakkah
dirinya sendiri yang menjadi tidak adil. Jawaban Asy’ari: “seseorang yang
tidak adil itu bukan tidak adil sebab ia menjadikan kedzoliaman karena yang
lain dan bukan karena kedzolimannya. Jika ia tidak adil karena alasan ini, tak
satu pun makhluk yang menjadi tidak adil. Karena itu, seseorang yang tidak
34 Ibid, Muhammad Ahmad Drs,H., Tauhid Ilmu Kalam. Hal 180
68
adil itu bukan tidak adil sebab ia menjadi kezaliman karena kezaliman yang
lain, Allah itu adil sebab Dia menjadikan kezaliman karena kezaliman yang
lain dan bukan karena kezaliman-Nya.35
h. Ahli sunnah wal-jamaah mengajar dalam rukun Islam yatu sahadat, sholat,
puasa, zakat, dan haji merupakan wajib. Dalam sholat wajib sebagaimana
dijelaskan dalam al-qur’an : dalam surat al-baqarah ayat 43:
☺ ⌧ ⌧
)43 : 2/ البقارة ( . Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku'.
Dalam kaidah Ushul fiqih dikatakan bahwa pada dasarnya setiap
pemerintah itu mengandung hukum wajib. Dan dalam Al-quran menjelaskan
janji baik yang di berikan Allah kepada orang-orang yang mendirikan sholat.
Umpamanya firman Allah dalam al-Baqarah ayat 3 sampai 5 :
)5 - 3 : 2 / البقارة (. ☺
35 Majid Khadduri, TEOLOGI KEADILAN PERSPEKTIF ISLAM, Risalah Gusti,
Surabaya.1999.hal.84-85
69
(yaitu) mereka yang beriman[ kepada yang ghaib ]yang mendirikan
shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada
mereka.4. dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah
diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu
serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. 5. mereka Itulah yang
tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang
yang beruntung[36
Dalam Zakat adalah wajib salah satu ibadah pokok dan termasuk salah
satu rukun Islam. Dasar wajibnya. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-
baqarah ayat 43:
☺
⌧ ⌧
)43 : 2/ البقارة (.
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku'
Dan dalam surat Fussilat ayat 7 :
)7 : 41/ الفصالة (. ⌧
orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan
adanya (kehidupan) akhirat.
Adapun harta yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah sebagai berikut :
Binatang ternak, barang tambang berupa emas dan perak, biji-bijian dan buah-
36 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih ; Kencana,Jakarta,2003.hal.21
70
buahan (hasil tanaman),Hasil perniagaan dan barang temuan.37 Pendapat ini
disetujui Abu Hanifah dan Ahmad. Kata malik ; wajib zakat apabila Nishab
pertama pada unta 5 ekor. Dikeluarkan seekor kambing. Pada 10 ekor unta, 2
ekor kambing. pada 15 ekor unta, 3 ekor kambing, pada 20 ekor unta, 4 ekor
kambing.38
Dalil wajib puasa sebagaimana dijelaskan dalam Al-qur’an pada surat
al- baqarah ayat 185 Allah berfirman :
☺
: 2/ البقارة (. ☺ 185(
“Beberapa hari yang ditentukan itu (ialah) bulan Ramadhan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu
hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa
pada bulan itu.....”
Dan juga dalam surat al- baqarah ayat 183 Allah menyebutkan :
☺⌧
37 Slamet, Fiqih Ibadah untuk IAIN,STAIN DAN P TAIS : CV Pustaka Setia, Bandung,
1998.hal.199 38 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqih Islam : PT Pustaka
Rizki Putra, Semarang,2001.hal.126
71
)183 : 2/ البقارة ( . Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertakwa,39
Ahli sunnah telah sepakat bahwa wajib puasa bagi kaum wanita dan
Pria yang telah dewasa, namun perbedaan menggenai orang sudah lanjut usia
dari Fit’ahnya.Dalil wajib haji sebagaiman dijelaskan dalam Al-qur’an, dalam
surat al-Baqarah ayat 196 :
☺ . )196 : 2/ البقارة (
Sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah..
Dan juga disebutkan dalam surat Ali Imran 97:
⌧
)97 : 3/ ل عمران آ (.
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam
Ibrahim; Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia;
mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi)
orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
39 Rahman Ritonga, M.A.,Fiqih Ibadah,:GayaMeDia Pratama,Jakarta, 1997.hal.152
72
Sedang Keputusan Muktamar Nahdlatul Ulama Ke di Surabaya pada
tanggal 13 Rabiuts Tsani 1345 H./21) Oktober1926 M. Menyebutkan bahwa
wajib bagi Ummat Islam Mengikuti salah satu dari empat mazhab.40
40 Sahal Mahfudh, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam : Lembaga Studi dan
Pengembangan, Surabaya.1999M.hal.2
BAB IV
ANALISA PERBANDINGAN ANTARA ALIRAN AHMADIYAH
DENGAN AHLUS SUNNAH WAL-JAMA’AH ; KEYAKINAN DAN FIQIH
A. Dalam Teologi ( Keyakinan ) Masalah Rukun Iman
Dalam Rukun Iman keyakinan Ahmadiyah tidak ada perbedan secara lafas
tetap sama dengan Ahli Sunnah yaitu ada enam rukun. Ahmadiyah percaya
kepada Allah, kepada Malaikat, kepada kitab, kepada Nabi dan rasullah, hari
kiamat, dan qadar baik dan Qadar buruk.1 Namun bagi Ahmadiyah mempunyai
kitab Tazdkirah yang berisi Mimpi dan Wahyu dari Allah SWT kepada Mirza
Gluman Ahmad.2
Tentang Kitab Suci Samawi, menurut keyakinan (keimanan) orang
Ahmadiyah, bahwa jumlah Kitab Suci yang diturunkan Allah ada 5 (lima) buah
yaitu :
a. Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa
b. Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud
c. Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa
d. Kitab Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. 3
1 Mubahalah dan Hakekatnya, Jemaat Ahmadiyah Indonesia : Parung, hal 31 2 Klarifikasi Atas Tela’ah Kitab Tazdkiramh ; Jemaat Ahmadiyah Indonesia,
Parung.2003.hal.5 3 Hanafi , Pengantar Teologi Islam : Al-Husna Baru, Jakarta .2003.hal 99
72
73
e. Kitab Tadzkirah diturunkan kepada Nabi Mirza Ghulam Ahmad (dari
India)
Tentang jumalah para Nabi, kalau dalam keyakinan Ahli Sunnah bahwa
jumlah Nabi dan Rasul yang wajib dipercaya adalah 25 orang (Yaitu dari Nabi
Adam as sampai dengan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi akhirul zaman).
Tetapi dalam keyakinan (keimanan) orang Ahmadiyah bahwa jumlah Nabi
dan Rasul yang wajib dipercayai harus 26 (dua puluh enam) orang, yaitu setelah
Nabi Muhammad SAW masih ada lagi Nabi yaitu Nabi Mirza Ghulam Ahmad
dari India (nabinya orang Ahmadiyah).4 Barang siapa yang tidak percaya kepada
Nabi Mirza Ghulam Ahmad adalah kafir Mutlzak.5 Dan kitabTazdkiroh itu wajib
diyakin bagi kaum Ahmadiyah. Selain itu persamaan juga antara Aliran
Ahmadiyah dengan Ahli Sunnah Wal-Jamaa Ahmadiyah dan tetap meyakini dan
menggunakan al-qur’an dan al-hadist Nabi sebagai dalil dalam kenabian, sebagai
Imam Mahdi dan Isa Masih.6
Sedangan yang menjadi perbedaan dalam keyakinan Ahamadiyah dengan
Ahli Sunnahm, seperti adaanya kitab Tadzkirah yaitu kumpul-kumpul wahyu
yang berisi mimpi yang di alami Mirza Ghulam Ahmad. Dan menyakani
kebenaran kitab tersebut sebagai kitab yang berisi wahyu dan juga Ahmadiyah
4 Amin Djamuluddin, Ahmadiyah dan pembajakan Al-Qur’an : Lembaga Penelitian dan
Pengkajian Islam, Cet. Ke 5, Jakarta 2005. hal 209 5 Sir Muhammad Iqbal, Terjemahan dari Kitab Islam dan Ahmadiyah : Kashmiri Bazar
Lahore, Pakistan, 1991.hal 50 6 Abdul Razak, Kami meyakini Turunnya Imam Mahdi dan Nabi Isa a.s, : Jemaat
Ahmadiyah Indonesia,Parun, !987.hal.3
74
meyakini al-quran juga sebagaimana yang di yakini NU, Muhamdiyah dan lain-
lain.
Namun kalau kitab teliti dan kita perhatikan dari kitab yang dikarang sama
Ahamdiyah banyak mengkutip dari kitab Tadzkirah, ayat al-qur’an dan hadist
nabi Muhammad SAW. Jadi pantas kalau di sebut Ahmdiyah kitab Taskirah
sebagai kitab suci.
B. Masalah Kenabian
Dalam masalah kenabian Ahmadiyah ada perbedaan baik dari segi
definisi kenabian maupun dalam mengartikan ayat Al-quran yang terkait dengan
kenabian.
Pertama perbedaan difinisi Kenabiaan.
Dalam masalah kenabian bagi kaum Ahmadiyah mendefinisikan
kenabian berbeda yang dipaham secara umum terutama Ahlus Sunnah.
Menurut Ahmadiyah definisi Nabi adalah laki-laki baligh, berbudi pekerti baik
di turunkan kepada wahyu. Jika wahyunya mengandung hukum-hukum atau
undang-undang baru yang belum ada pada syariat sebelumnya, ia namakan Nabi
membawa syariat baru dan jika wahyu nya mengulang atau menguatkan wahyu
kitab yang sebelumnya saja dan tidak menambah atau menguranginya maka Nabi
yang demikian dinamakan Nabi pembantu.7
7 Ahmad Nurdin,M. Masalah Kenabian : Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Parun, 1987. hal.
4
75
Ahmadiyah bagi beberapa macam menggenai kenabiaan . Pertama,
Nabi yang membawa syariat (Nabi Tasyri’) pada jenis ini contohnya kita dapati
seperti Nabi Musa as dan Nabi Muhammad saw. Kedua, Nabi yang tidak
membawa syariat (Nabi Ghairu Tasyri’ ) contohnya seperti Nabi Ismail as dan
Nabi Harun as.
Jenis kenabian yang kedua (Nabi Ghairu Tasyri’) ini terbagi atas 2
macam : pertama, Nabi yang tidak terikat dengan nabi sebelumnya yang
membawa syari’at, contohnya Nabi Luth as, Nabi Ismail as dan lain-lain dan
kedua, Nabi yang terikat atau pengikut nabi sebelumnya yang membawa
syari’at.8 Menurut Al-Quran, kenabian yang terikat atau pengikut nabi
sebelumnya yang membawa syari’at masih tetap ada. Ada begitu banyak Ayat
Al-Quran yang mendukung pemahaman tersebut contohnya:
لحيناوالص والشهداء ومن يطع اهللا والرسول فاولئك مع الذين انعم اهللا عليهم من النبين . والصديقين
( لآ مرانع / 3 : 70 )
“Barangsiapa yang ta’at kepada Allah Taala dan Rasul- Nya
(Muhammad saw.), maka mereka itu termasuk golongan orang-orang yang
kepada mereka Allah memberikan nikmat yakni Nabi-nabi, siddiq-siddiq,
syahid-syahid dan solihin- solihin”(Q.3:70).9
Sedangkan Ahli Sunnah wal Jamaah mendifisikan bahwa Nabi adalah
8 Hasil wawancara dengan Tokoh Ahmadiyah (Maulana Yaqub) pada hari Jumaat
tanggal 5 Maret 2010 di Majid Al-hidayah Kebayoran Lama. 9 Artikel Ahmadiyah, Menggenai kenabiaan, 1999.hal. 5
76
seorang laki-laki merdeka yang mendapatkan wahyu dari Allah dengan hukum
syarahuntuk diamalkan sendiri. Sedangkan Rasul Allah adalah seseorang laki-
laki yang merdeka yang mendapatkan wahyu Allah dengan hukum syarah untuk
diamalkan sendiri serta disampaikan kepada umatnya. Kesimpulanya seorang
Nabi mendapatkan wahyu dari Allah SWT untuk diamalkan sendiri. Adapun
Rasul selain untuk diamalkan sendiri juga disiarkan kepada orang lain. Dan, baik
Nabi maupun Rasul harus seorang laki-laki. Sebagaimana ditegaskan Allah SWT
di dalam Al-Qur’an, pada Surat Al-Anbiya ayat 7.
☺ )7 : 21 / االنبيأ (
Kami tiada mengutus Rasul Rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan
beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, Maka
Tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada
mengetahui.10
Kedua Perbedaan dalam penafsiran.
Bagi Ahmadiyah meyakini adanya Nabi lagi sesudah Nabi Muhammad SAW
dan tetep mengakui Nabi Muhammd SAW sebagai Nabi namun bukan terakhir
sebagaimana Ahmadiyah menggunakan dalil Al-quran dan Hadist untuk menyatan
adanya Nabi Baru yakni Mirza Ghulam Ahmad.11 Al-qur’an Dan Al-Hadist itu
untuk memperkuat keyakinan dan Kenabiaannya sebagai contoh dalil yang
10 Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu Kalam : CV. Pustaka Setia, Bandung 2009. hal.81 11 Abdul Basit, Wahyu Ilahi : Jamaat Ahmadiyah Indonesia, Parung, 2008.hal. 17
77
gunakan untuk memperkuat Kenabian Mirza Gluman Ahmad dalam Ayat Al-
Qur’an menyebut; adalah firman Allah dalam surat Al-Ahzab, yaitu :
⌧ ☺
⌧ األحزاب( ☺ ⌧
/33 : 40 (
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara
kamu., tetapi Dia adalah Rasulullah dan Penutup para nabi-nabi”. (QS. Al-Ahzab /
33 : 40)12
Ahmadiyah mengartikan Ayat tersebut :
a. Dengan lafas خاتمdengan tanda kasrah di atas huruf ت berarti stempel
dan bukan berarti menutup, dan stempel di pergunakan untuk
mengabsahkan sesuatu. Jadi, ayat itu berari Nabi Muhammad SAW
adalah stempel bagi para Nabi, sebagaimana13
b. Sesungguhnya “Al-khatam’’ itu artinya bukan “terakhir “ akan tetapi
artinya adalah “lebih utama “ maka pergertian ayat menjadi :
“Muhammad itu Bukanlah bapak salah seorang lelaki di antara kalian
akan tetapi ia adalah utusan Allah dan Nabi yang paling Utama’’ bukan
artinya kenabian itu sudah terhenti dengan kenabian Beliau.
c. Pengertian dari “An-Nabiyyin’’ adalah “pandai atau cerdas” Jadi artinya ia
manusia yang pandai dan dengan kepandaiannya ia menjadi Nabi.
12 Artikel MUI Bogor, Tentang Ahmadiyah, 2006.hal 7 13 Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Da’watul Seruh Kepada Kebenaran :
Majelis Ansharullah, Jakarta,2006.hal.47
78
d. Sedangkan pengertian dari “An-Nabiyyin’’ adalah para nabi -nabi yang
membawa syari’at baru yakni bahwa nabi Muhammd adalah penutup bagi
nabi-nabi yang membawa syari’at seperti Harun bagi Musa as.14
Sedangkan Ahli Sunnah Wal-jamaah dalam kaidah bahasa Arab dan
nash dari Al-qur’an dan Al-Hadist. Pengerti bahwa Nabi Muhammad SAW.
Adalah “penutup para Nabi” itu pulalah yang ditafsirkan oleh para Imam ahli
tafsir :
a. Dalam Tafsir Khazen, jilid V, pagina 218: “ke-Nabi-an telah
tertutup, tak ada lagi setelah beliau”
b. Dalam Tafsir Nafasi, jilid III, pagina 306: “Akhir Nabi, tiada
seorang juga lagi Nabi sesudah beliau beliau”.
c. Dalam Tafsir Jalalain, yang dicetak bersama. Tafsir Shawi jilid III
pagina 263 : “Dengan Nabi Muhammad disudah Nabi-Nabi”.
d. Dalam Tafsir Ibnu katsir, pada jilid III, pagina 493. “Ayat yang
menyatakan dengan terang, bahwa Nabi tidak ada lagi sesudah Nabi
Muhammad Saw. Begitu juga Rasul, lebih-lebih tidak ada lagi”.15
e. Imam Ibnu Jarir At-Thabary mengatakan dibawah ayat ini, “Akan
tetrapi beliau adalah utusan Allah dan khataman nabiyyin yakni
Nabi terakhir”. (Tafsir Ibnu Jarir, juz 22, hlm. 12,).
14 Ihsan Ilahi Dzahir, Ahmadiyah Qodianiyah Sebuah Kajian Analitis ; Balai Penelitian
dan Pengembangan Agama Diklat, Jakarta, 2008.hal 203 15 Sirajuddi Abbas, I’tiqad Ahlus Sunnah Wal-Jamaah : Pustaka Tarbiyah Baru, Cetakan
Ke-8, Jakarta, 2008.hal.396
79
f. Imam Abu Hayyan mengatakan, “Jumhur ulama tafsir membaca
“khatim” yang artinya bahwa beliau menutup para Nabi yakni yang
datang terakhir. Dan ‘Ashim membacanya “Khatam” yang artinya
bahwa para Nabi ditutup dengan kenabian Muhammad”. Kemudian
ia berkata, “Barangsiapa mengatakan bahwa kenabian bisa
diusahakan dan tidak terhenti atau mengatakan bahwa wali lebih
afdhal dari Nabi maka maka ia zindiq yang wajib dibunuh”. (Tafsir
Al-Bahr Al-Muhith, karya Abu Hayyan, juz 7, hlm. 236).16
g. Imam Al-Qurthuby mengatakan, “Cuma ashim saja yang membaca
“Khatam An-Nabiyyin” yang artinya bahwa para Nabi ditutup
dengan kenabian Muhammad saw. Sehingga sudah tertutup.
Sementara ahli qira’at membacanya Khatim An-Nabiyyin yang
artinya Nabi yang datang paling akhir. Ada pula yang mengatakan
bahwa kata Al-Khatim dan Al-Khatam adalah
h. dua bahasa yang berbeda”. (Tafsir Qurthuby, juz 14, hlm. 196, cet.
1)17
Sedangkan menurut para ulama Ahli Bahasa Arab :
a. Majd Ad-Din Al- Fairuzabady didalam kitabnya Al-Qamus
mengatakan, “Akibat dari sesuatu adalah akhirnya, seperti lafadz
16 Ibid, Ihsan Ilahi Dzahir, Ahmadiyah Qodianiyah Sebuah Kajian Analit, hal 205 17 Artikel MU Bogor, Menggenai Ahmadiyah, 2006
80
“Khatamuhu” yang artinya adalah akhir kaum yang merupakan
penutup”. (Al-Qamus Al-Muhith, jilid 4, hlm. 102, cet. 4).
b. Imam Ar-Ragib Al-Ashfahany mengatakan, “Khatamun Nabiyyin
artinya adalah menutup kenabian yaitu menyempurnakannya
dengan kedatangan beliau saw.”. (Al-Mufradat, hlm. 142, cet.
Mesir).
c. tadalah merupakan nama-nama Nabi saw. Yang pertama, yaitu Al-
Khatam adalah isim (kata benda) yang artinya orang yang paling
akhir, dan Al-Khatam adalah isim fa’il (kata pelaku) yang artinya
orang yang mengakhiri atau menutup”. (Msajma’ Al-Bahr, hlm.
330).
d. Dan akhirnya kami sebutkan dari Imam ahli bahasa arab yaitu Ibnu
Manzur Al-Ifriqy Al-Mishry tentang pendapat beliau yang
dijelaskan secara rinci dalam lafadz “Al-Khatam”. Beliau
mengatakan, “Khatam segala sesuasatu artinya adalah
penutupnya, dan akibat dari sesuatu adalah akhirnya, lafadz aku
meng-khatam-kan sesuatu adalah lawan kata dari aku
membukanya; “Khatimatus surah” artinya adalah akhir surat.
Khatamul Qaum adalah yang menutup kaum tersebut, dan khtam
suatu kaum adalah yang terakhir dari suatu kaum. Dari Al-Lihyany
ia mngatakan, ‘Muhammad itu adalah penutup para Nabi’. Dan
dari At-Tahdzib, Al-Khatim dan Al-Khatam adalah bagian dari
81
nama-nama Nabi saw. Di dalam Al-Qur’an dijelaskan yang
artinya: “Muhammad itu bukanlah bapak salah seorang lelaki
diantara kalian, akan tetapi beliau adalah utusan Allah dan Khatam
Nabiyyin yaitu Nabi terakhir”. (Lisan Al-‘Arab, juz 12, hlm. 164,
terbitan beirut). 18
Kalau kita teliti maka ayat ini merupakan ketetapan yang sudah pasti
(nash) yang menjadi dalil dalam masalah ini. Dan ayat ini amat jelas sekali
perngertiannya, tidak memerlukan pentawilan dan penjelasan lebih lanjut,
serta dapat di fahami oleh orang yang mengerti sedikit saja tentang bahasa
arab, bahwanya tidak ada lagi nabi sesudah nabi Muhammad SAW.19 Apabila
pemilihan kata Al-khatman dengan Artinya “yang paling utama dan
meninggalkan arti “yang terakhir “ adalah bertentangan dengan Kaidah bahasa
arab dan juga pendapat para tafsir , ijma (kesepakatan) umat, serta nash-nash
dari Al-qur’an dan Al-Hadits.
Dan menjadi perbedaan juga Ahmadiyah mengartikan
Hadits Nabi yang berbunyi ; “LA NABIYA BA’DI” DAN “AKHIRUL
ANBIYA" Dikatakan orang juga bahwa Rasulullah saw. Bersabda ; خر ا لى ا
ال بعدى ,Aku ini terakhir dari antara nabi-nabi Dan beliau bersabda“ االنبيآ
Tidak ada nabi sesudah aku” Jadi menurut hadis-hadis itu sesudah beliau“ نبى
18 Ibit Ihsan Ilahi Dzahir, Ahmadiyah Qodianiyah Sebuah Kajian Analit, hal 206 19 Hasil Wawancara PBNU Pusat ( Cholil Nafis) Pada Tanggal 2 Maret 2010
82
Akan tetapi di dalam hadis “Muslim” yang berkaitan dengan hadis itu
ada kata-kata yang berbunyi و المسآجد اخر مسجدى “Mesjidku akhir segala
mesjid” (Shahih Muslim, Jilid 1, bab “Fadhilatus Shalat Bainal Masjidain wal
Madinah”) .Apabila االنبيآء خر ا لى ا berarti bahwa sesudah beliau tidak akan
datang nabi macam apapun, maka المسآجد اخر مسجدى pun akan berarti juga
bahwa sesudah Masjid Nabawi tidak akan dapat didirikan suatu mesjid apa
pun. Akan tetapi orang-orang itu juga yang dengan perkataan اخر الى مسجدى
mendasarkan pendiriannya menolak segala corak kenabian. Kendatipun المسآجد
adanya kata-kata المسآجد اخر مسجدىmereka tidak hanya mendirikan mesjid-
mesjid baru bahkan mesjid-mesjid sedang didirikan demikian banyaknya
sehingga dewasa ini di beberapa kota, disebabkan oleh kebanyakannya itu
yang menyebabkan menjadi sunyi. Di beberapa tempat sukar sekali kita dapat
jarak sejauh 20 yard di antara satu mesjid dengan mesjid lain. Apabila
disebabkan oleh kedatangan االنبيآء خر ا tidak seorang manusia pun dapat
menjadi nabi maka sesudah المسآجد اخر mengapakah mesjid-mesjid lainnya
pun terus-menerus didirikan?20
Sedangkan Paham Ahli Sunnah Wal-Jamaah berbeda, Hadits
tersebut االنبيآء خر ا لى , bahwa hadits tersebut , rasullah SAW telah
20 Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Da’warul Amir, Seruan Kepada
kebenaran, penerbit Pucuk pimpinan Majlis Ansharullah, JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA 2006 : hal 48-49
83
Maka dapat di tarikan kesimpulan di antara dua penafsiran yang
berbeda yaitu Ahmadiyah dan kalangan ahli sunni, kalau Ahmadiyah
mengertikan lebih menggunakan akal dan diqiyaskan, sedangkan ahli sunnah
memahami secara teks dan tidak perlu mengunakan Qiyas.22 Dan ahli sunnah
menjelaskan bahwa Hadist menggunakan sebab-sebab nabi mengeluarkan
Hadits tersebut bukan mengunakan akal .
Sementara itu dalam Hadits Rasulullah udah jelas, yang berbunyi:
)البخري رواه ( بعدي نبي ال : وسلم عليه اهللا صلى اهللا سولر قال
“Rasulullah bersabda : Tidak ada Nabi sesudahku” (HR. Bukhari)
نبي وال بعدي رسول فال انقطعت قد والنبوة الرسالة ان : وسلم عليه اهللا صلى اهللا رسول قال
( )لترمذيا رواه
“Rasulullah bersabda : Kerasulan dan Kenabian telah terputus, karena
Itu tidak ada rasul dan nabi sesudahku.” (HR. Turmudzi).23
21 Hasil wawancara dengan Tokoh PBNU Pusat ( Cholil Nafis) pada tanggal 5 Maret
2010 22 Hasil Wawancara Ke PBNU pusat pada Tanggal 2 Maret 2010 23 Artikel MUI Bogor, Menggenai Dalil Kenabian.2005.hal 4
84
Jadi dapat ditarik tashikan bahwa pendapat kalangan Sunni yaitu NU
yang lebih kuat dan juga sesuai dengan hadist tersebut bahwa tidak lagi nabi
sesudah nabi Muhammad SAW.24
C. Masalah Kitab
Menurut Jemaaat Ahmadiyah bahwa Mirza Ghulam Ahmad berpegang
teguh pada Alqur’ansuci 30 juz dan sunnah Rasulullah SAW (PB JAI, 1984 : 17),
Kitab Syari’at Mirza Ghulam Ahmad adalah kitab Syari’at Nabi Muhammad
SAW, yaitu Al-qur’an suci berisi 114 surat dan terbagi 30 juz. Ahmadiyah tidak
mempunyai Kitab lain selain Al-Qur’anul Hakim (Syafi R. Batuah, 1980 : 9 ).25
Namun, selain wahyu yang telah dibukukan (Al-Qur’an) dan juga diakui masih
banyak turun wahyu kepada Mirza Ghulam Ahmad yang kemudian dituliskan
dalam berbagai buku karyanya yang berjumlah lebih dari 86 buku dalam Bahasa
Urdu, Arab dan Persi (PB JAI, 1984 : 17 & 24).
Tuhan menghubungi manusia dengan perantaraan wahyu. Hubungan itu
bermacam-macam menurut keasaan dan menurut si penerimanya. Dari semua
hubunganyang suci itu yang paling sempurna, yang paling melingkupi ialah Al-
Qur’an Suci. Menurut Ahmadiyah bahwa Al-Qur’an Suci telah ditaqdirkan untuk
ada selama-lamanya dan tidak dapat diungguli oleh wahyu-wahyu terdahulu dan
24 Said Aqil Siradj, Adakah Nabi Pasca Muhammad SAW : Lembaga Bahtusul Masail
Nahdlatul Ulama, Cetak 1, Januari 2010. Hal.16 25 Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Al-quran Terjemahan Ahmadiyah :
Parung. 2004, hal 53
85
sesudahnya (PB JAI, 1984 : 28).26 Namun Ahamadiyah ada perbedaan dalam
jumlah ayat yang tetapkan Rosam Usmani. Namun Ahmadiyah tetap memakai
kitab selain al-qura’an yaitu kitab Tazkirah yang berisi Intisarinya ; Membenarkan
dan memberikan Justifikasi tentang Kenabian Ahmad (Mirza Ghulam Ahmad),
seruan dan pujian Allah kepada Ahmad, kedekatan dengan Allah, isyarat
kerosulannya, Doa-doanya, Seruan kepada janji Allah tentang kebenaran
Ahmadiyah dan keberuntungan bagi yang mendapatkannya dan Mengkafirkan
orang yang mengingkarinya.27 Sebagai contoh dalam kitab Tazdzkirah halaman
195 s/d 197. Mirza Ghulam Ahmad mimpi menjadi Allah dan saat bangun dia
melihat bahwa dirinya adalah benar-benar Allah SWT. Pada halaman 195 – 196
disebutkan : Didalam tidur aku (Mirza) bermimpi jadi Allah, dan aku (Mirza)
yakin bahwa diriku adalah Dia (Allah) ……… dan adalah ketuhanan habis
didalam urat-uratku ………dan pada ketika aku ada dalam keadaan ini, aku
berkata : “ Aku ingin peraturan yang baru, langit yang baru dan bumi yang baru,
kemudian aku (Mirza) menciptakan langit dan bumi.28 Dan juga dalam kitab
Tadzkirah halaman 196. : Maka aku (Mirza) melihat bahwa roh-Nya (Allah)
meliputiku dan bersemayam (berada) pada badanku dan mengurungku dalam
lingkungan keberadaan-Nya, sehingga tidak tersisa dariku satu (atom) pun,
sedangkan aku termasuk yang tidak hadir. Dan aku melihat badanku, ternyata
26 Amin Djamuluddin, Ahmadiyah dan pembajakan Al-Qur’an : Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam, Cet. Ke 5, Jakarta 2005. hal 209
27 Hasil Wawancara Dengan Tokoh Ahmadiyah pada hari senin tanggal 7-2- 2010 28 Tidak akan ada seorangpun diantara shahabat bahkan para Nabi sejak Nabi Adam AS
sampai dengan Nabi Muhammad Saw , bahkan sampai kiyamat sekalipun , yang bermimpi menjadi Allah , apalagi yang berkeyakinan bahwa dirinya adalah Allah.
86
anggauta badan-Nya Allah, mataku adalah mata-Nya Allah pula , telingaku
adalah telinga-Nya Allah pula, dan lidahku adalah lidah-Nya Allah pula .
Pengakuan Mirza Ghulam Ahmad yang menganggap dirinya sama dengan
Tuhan / Allah , dalam Kitab Tadzkirah halaman 436 disebutkan : Engkau (Mirza
Ghulam Ahmad ) disisi-Ku (Allah) seperti kedudukan anak-anak-Ku. Engkau dari
Aku dan Aku dari engkau. Mudah-mudahan Tuhan membangkitkan engkau pada
tempat yang terpuji. Karena dengan sangat nyata, Mirza Ghulam Ahmad
menganggap Allah SWT seperti manusia, bahkan disamakan dengan binatang,
bukti sebagai berikut : Dalam bukunya ALBUSYRO halaman 97 Mirza Ghulam
Ahmad mengatakan : Qoola lii Alloohu Innii ushollii wa ashuumu wa ashihhuu
wa anaamu Allah telah berkata kepadaku, bahwa Aku (Allah) melakukan sholat
dan shaum Aku-pun berjaga dan Aku-pun tidur “.29
Sedangkan menurut Ahli Sunnah bahwa Al-quran wajib yakini setiap
orang yang beriman kepada allah dan rasulnya, karena al-qur’an merupakan
mukjizat yang agung, ilmiah, rasional, ajaranya jelas dan membawa cahaya terang
bagi orang-orang yang beriman. 30 dan keyakinan ahlus sunnah bahwa berikan
wahyu kepada hamba dan rasulnya yang suci yaitu muhammad SAW dengan
paling sempurna, firman Allah didalam Surat asy-Syu’ara ayat 192-196) Berikut
ini :
29 Artikel MUI Bogor, Dalam masalah Ahmadiyah, 2005.hal 8 30 Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu Kalam : CV Pustaka Setia, Bandung, 1998. hal. 76
87
☺
) 196-192 : 26 / الشعراء(
Dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan
semesta alam, Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang
memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas. dan Sesungguhnya Al
Quran itu benar-benar (tersebut) dalam Kitab-Kitab orang yang dahulu.31
Maka dapat Tarik kesmpulan bahwa Ahmadiyah mempercayai al-quran dan
kitab Tazdkirah untuk memperkuat dalil tentang kenabian Mirza Ghulam Ahmad.
Maka kalau mempercayai kitab selain yang telah di turunkan allah yaitu Taurat
diturunkan kepada kepada Nabi Musa, Zabur diturunkan kepada Nabi Daud a.s,
Injil diturunkan kepada Nabi Isa.as, Al-qur’an diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW.32 Maka tentulah keyakinan ahamdiyah salah karena ada kitab
lagi sesudah al-qur’an.
D. Dalam Rukun Islam
Ahmadiyah mengamalkan rukun Islam yang lima : Mengucapkan Dua
Kalimah Syahadat (Asyhadu Allaailaaha illallaahu Wa asyahadu anna
Muhamadarrasuulullaah), Mengerjakan Shalat (shalat wajib lima waktu sehari
31 Ibid. Muhammad Ahmad,hal. 78 32 Majlis Amla.Mubahalah dan Hakekatnya : Jemaat Ahmadiyah Indonesia,
Parung,1990.hal 38
88
semalam), Puasa di bulan Ramadhan, Membayar Zakat, dan menunaikan ibadah
Haji ke Baitullah, Mekkah.33 Hal ini sesuai dengan Ahli sunnah wal-jamaah yang
tidak ada perbedaan. Jadi dapat di tarik kesimpulan bahwa Ahmadiyah tetap
mengakui Rukun Islam sebagai mana di sebutkan dalam hadits Nabi bahawa
rukun Rukun Islam ada lima. Namun Ahmadiyah tidak bisa mengerjakan rukun
Islam kelima yaitu mengerjakan Haji ke baitullah karena ada larangan pemerintah
Arab Saudi.34
E. Pandangan Ahmadiyah Dalam Sholat
Ahmadiyah di dalam sholatnya tidak terlalu banyak perbedaan dengan
aliran-aliran lain terutama dengan NU, Muhamadiyah dan lain-lainnya. Dan juga
perbeda seperti di dalam sholat.
Dalam hal sholat Ahmadiyah ada arternatif, seperti bacaan dalam ruku’
ialah salah satu dari empat macam di bawah ini :
العظيم ربي سبحان
Maha suci Tuhanku Yang Maha Besar sekurag-kurangnya 3 kali dan
lebih baik 10 kali (Riwayat Abu Daud, Ibnu Majah dan Al-arimi)
اغفرلي اللهم بحمدك و ربنا اللهم سبحانك
33 Artikel Ahmadiyah, Menggenai kenabiaan, 1999.hal. 1-2 34 Hatono Ahmah Jaiz, aliran dan Faham sesat di Indonesia,Jak-tim: Pustaka Al-kautsar,
2008, hal, 64
89
“Maha suci dan terpujilah engakau ya Allah, Ampunilah dosa-dosaku”
(Riwayat Bukhari dan Muslim).
الروح و الملائكة رب قدوس سبوح
“Maha Suci engkau segala aib lagi mempunyai segala puji. Allah Tuhan
segala Malaikat dan Ruh.” (Muslim).
العظمة و اءالكبري و الملكوت و الجبروت ذى سبحان
“Maha suci Tuhan Allah yang Mempunyai kekuasaan, kerajaan, kebesaran
dan Kemuliaan”. (An-nasai)35
sedangkan NU memakai bacaan ketika ruku : سبحان ربي العظيم karena itu
sudah pasti atau sudah ketetapan Nabi namun boleh di tambah dan tidak boleh di
rubah.36
F. Pandangan Ahmadiyah Dalam Zakat
Hukumnya menurut istilah agama Islam yang lima, fardu ain atas tiap-tiap
orang yang cukup syarat-syaratnya.37 Jenis-jenis harta yang wajib zakat adalah
sebagaimana perak, mas, uang logam, unta, sapi, kerbau, kambing, domba
(jantan maupun betina), semua jenis biji-bijian, kurma, anggur, dan harta niaga.
Nishab38 Zakat Untuk tiap-tiap harta yang kena zakat syariat telah menetapkan
batas dan patokan, jadi, harta yang kurang dari patokan ini tidak diwajibkan
35 Muhammad Sadiq HA bin Barakatullah, Tuntunan Ibadah Sholat : Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1999.hal.35-36
36 Hasil wawancara dengan Tokoh PBNU (Cholil Nafis) pada tanggal 5 Maret 2010 37 H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam : Sinar Baru Algensindo,cetakan ke 40 Bandung,
2007. hal.192 38 Batas minimal nilai atau kuantitas harta yang kena zakat
90
zakat. Tetapi apabila pas atau lebih dari itu maka diwajibkan. Patokan iyu disebut
Nishab. Zakat, kapan wajib dibayarkan? Biji-bijian, anggur, kurma wajib
dibayarkan zakat apabila sudah menghasilkan39. Akan tetapi harta-harta lainnya
baru wajib dibayarkan zakatnya apabila harta itu ada di tangan si pemilik nishab
selama satu tahun. Selain kurma dan anggur hanya satu kali zakat. Kemudian
sampai berapa tahun pun kurma dan anggur tersimpan tidak di wajibkan
membayar zakat. Namun, harta selebihnya selama masih terrsisa, dalam batas
nishbah, tiap tahun wajib dibayar zakatnya. Zakat Perak40 Nishab perak 58 tolah,
4 masyah = 624 gram, syarahnya (proporsinya) adalah 1/40 bagian (2 ½ %). Jadi,
dari 58 tolah, 4 masyah nishab perak atau emas adalah satu tolah, 5 masykah, 4
ratti. Zakat mas.41 Sebenarnya, nishab mas secara syariat adalah 5 auqiyah
yakni dua ratus dirham yang timbangannya, menurut para ahli fiqh dan ulama
ahadist lima puluh dua setengah tolah. Para ulama silsilah Ahmadiyah pun telah
menetapkan patokan seperti itu. Pada than 1953 Hazrat amirul mu’minin
khalifatul Masih II a.t.b.a. telah menyarankan pembentukan sebuah komite yang
bertugas mengadakan penelitian dan riset mengenai masalah zakat. Komite
tersebut di ketuai oleh Komarul Anbiya Hazrat Mirza Bashir Ahmad r.a. dengan
anggota-anggotanya sebagai berikut : Maulvi Abdur Rahim Dard,Maulvi Fazlud
39 Yakni, barang siapa memiliki lahan tanah atau kebun, pada saat memungut hasil
panenan tanah atau kebun ia harus melunasi zakatnya 40 Jika pada perak telah tercampur logam maka hendaklah diperkirakan berapa kadar
perak di dalamnya dan kemudian dikenakan zakat atasnya sesuai dengan itu. 41 Jika pada mas tercampur logam lain maka hendaklah diperkirakan berapa berapa kadar
mas di dalamnya dan kemudia dikenakan zakat sesuai dengan kadar masnya.(Risalah Tasyrikuz Zakat, hlm. 80)
91
Din, Penasihat hokum Sadr Anjuman Ahmadiyah, Maulana Jalaluddin Shams,
Sekretaris Komite, Maulvi Saifur Rahman, Mufti Silsilah, Kadhi Muhamamd
Nashir, Maulvi Muhammad Ahmad Jalil, Maulvi Muhammad Ahmad Tsaqib.42
Nishab mas adalah 8 tolah (= 96 gram). Syarahnya (proporsinya) adalah
1/40 bagian (2 ½ %) jadi dari 8 tolah 4 masyah wajib dibayarkan zakatnya 2
masyah 4 ratti.43
Zakat perhiasan mas dan perak Perhiasan mas dan perak yang biasa
dipakai oleh kaum wanita dan biasa di pinjamkan kepada orang-orang miskin
zakatnya tidak diwajibkan. Seandainya biasa dipakai tetapi tidak biasa
dipinjamkan kepada orang-orang miskin, maka adalah lebih baik kalau zakatnya
dibayarkan, tetapi tidak wajib. Perhiasan yang biasanya tidak dipakai, maka zakat
dikenakan atasnya.
Zakat untuk perhiasan perak dan mas hanya dikenakan menurut
perhitungan timbangannya. Jadi, sebuah perhiasan yang terbuat dari mas sebarat
80 tolah dan jika disatukan dengan upah pembuatannya jadi senilai 100 tolah,
maka zakatnya hanya 2 tolah perak atau uang seharga itu dan bukan2 ½ tolah
perak atau uang seharga itu.
Zakat uang kepingan Uang kepingan, dari logam apapun,zakatnya tidak
dihitung menurut timbangannya melainkan menurut nilai keuangannya. Uang
42 Hasil penelitian komite ini telah diterbitkan dalam bentuk risalah yang berjudul
“Tasyrikus Zakat”. Di dalam risalah itu nishab mas tercantum seperti berikut ; “Nishab mas adalah 5 auqiyah, yakni dua ratus dirham lima puluh dua setengah tolah” (Risalah Tasyrikuz Zakat, hlm. 86)
43 Artikel Ahmadiyah tentang Zakat, terbitan tahun 2006.
92
kertas pun termasuk hitungan uang kepingan. Jadi, siapa yang mempunyai
beberapa pun uang rupiah atau uang pound atau kertas atau paisa atau anna dan
sebagainya yang bernilai keseluruhannya 58 tolah dan 4 masyah akan dianggap
bernishab.
Pada tanggal 20 Desember 1905 Mirza Ghulam Ahmad mencanagkan
gerakan al-washiyyat. Intinya, siapapun yang tergabung menjadi anggota jamah
ini wajib mewahsiatkan 1/10 sampai 1/3 dari harta kekayaan dan pandapatan
bulanannya, disamping bertaqwa, meninggalkan hal-hal yang haram, dan tidak
tidak berbuat syirik. Mereka yang menjadi anggota gerakan al-washiyyat kelak
jika meninggal jenazahnya akan di kuburkan di makam Bahesti Makbarah
(Taman Surga) di Qadian. Penyisihan harata kekayaan dan pendapatan bulanan
sesua dengan janji yang dibuat dalam Chanda Washiyyat.44 Gerakan al-
washuyyat juga dimaksudkan untuk memajukan dan menyebarluaskan islam
keseluruh dunia.45
G. Pratek Fiqih Ahmadiyah di Masjid Al-hidayah Kebayoran Lama
Dalam hal fiqih Ahmadiyah lebih cenderung memakai paham abu hanifiah,
walupun tidak secara langsung menggunakan kitab-kitab karang Imam Abu
44 Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah Di Indonesia, h. 66-67 45 Wawan Purwanto, Menusuk Ahmadiah, H. 32
93
hanifah. Hal ini katakan dari salah seorang tokoh Ahmadiyah (Fazal Mujeeb) asal
Pakistan.46
Dalam pratek fiqih Ahmadiyah tidak terlalu banyak beda dengan aliran
Islam yang lain terutama denaga ahli sunnah wal-jamaah. Perbedaan diantaranya
di dalam masalah jamak dan qasar. Ahmadiyah membolehkan sholat jamak
dalam keadaan ada kegiatan keagamaan seperti keadaan khotaman al-qur’an,
dalam keadan maulud nabi, dalam keadaan hujan dan lain-lain tidak perlu dalam
musafir. Sesuai dengan dalil :
بالمدينة والعشاء والمغرب والعصر الظهر بين -وسلم عليه اهللا صلى- الله رسول جمع قال عباس ابن عن
و المسلم رواه ( أمته يحرج ال أن أراد قال ذلك إلى أراد ما عباس البن فقيل .مطر وال خوف غير من
) النسآئ
Dari Ibnu Abbas R.A. dia berkata:”Pernah rasullullah S.A.W
menjama’Zhuhur dan Ashar,Magrib dan Isya,bukan karena takut dan bukan
pulakarena hujan.Maka Ibnu Abbas ditanya:”Apakah maksud beliu yang
demikian itu?” jawabnya:”Beliu menghendaki agar tidak berat umatnya”.1
Hadist ini di keluarkan oleh Muslim dan Nasaai.47
Sedang pendapat NU menyatakan bahwa sholat boleh dijamakkan kalau
di dalam Musafir, maka di tuntutlah adanya mengerjakan sholat yang empat
raka’at, dua raka’at saja. Mengerjakan sholat yang demikian, bisa di sebut
46 Artikel Fiqih Ahmadiyah.2000. hal 8 47 Abu Daud, terjemahan Dari Kitab Abu Daud. Bairut, hal 2
94
mengqasharkan Sholat.48 Itu di kerjakn pada hari jum’at sesudah sholat jum’at
dan dilaksanakan secara berjama’ah.49
Dalam kegiatan lain Ahmadiyah banyak sekali seperti kegiatan islam
lainnya seperti adannya pengajian kitab-kitab karangan dari ahmadiyah sendiri
maupun dari kitab karang ulam klasik teruama imam abu Hanifah dan kitab hadis
nabi dari kitab Bukri dan kitab Muslim.50
Dalam sholatnya Ahmadiyah secara umum terlihat sama dengan NU atau
Muhammadiyah mulai dari Takbir sampai Salam, namun ada bacaan yang
berbeda dalam sholat atau adanya artarnaif bacan lain dan di bolehkan membaca
yang mana kita suka.51 Disamping itu Ahmadiyah mempunyai kegiatan-kegiatan
keagamaan seperti Mutola’ah kitab-kitab di karang oleh khalifah Ahmadiyah,
adanya peringatan Isro-Mirat Nabi Muhammad Saw.dan ada juga kegiatan kajian-
fiqih bagi anggota Ahmadiyah yang sudah dewasa. Di samping itu Ahmadiyah
mempunyai pengurus organisasi yang tersusun rapi sama halnya oraganisasi
lain.52 Dan bagi Ahmadiyah setiap belajar kitab-kitab yang bukan karangan
Ahmadiyah, harusa minta persetujuan pimpinan pusat Ahmadiyah yang ada di
48 Hasbin Ash Shiddiqi, Pedoman Sholat : Bulan Bintang, Cetakan ke 11 Jakarta,
1983.hal.130 49 Pada tanggal 5 Maret di Masjid Al-hidayah,Jln. Ciputat Raya kebayoran Lama. 50 Hasil wawancara dengan Tokoh Ahmadiyah ( Fazal Mujeeb ) Pada Tanggal 20 meret -
2010 51 Ibid, Muhammad Sadiq HA bin Barakatullah. Hal 6 52 Hasan Bin Mahmud Audah, Ahmadiyah dan kepercaya-Kepercayaan dan
Pengelaman-Pengalaman : Lembaga Penelitan Dan Pengkajian Islam.Jakarta,2006.hal.57- 70
95
Indonesia yaitu Kampus Al-Mubarok Parung. Alasan agar anggota Ahmadiyah
tidak tersesat kepada ajaran-ajaran yang ada. 53
Sedangkan dalam hal khotbah jum’at Ahmadiyah ada persamaan dengan
aliran Islam lainnya terutama dengan NU, Muhammadiyah, dan lain-lain, seperti
adanya mengucap pujian kepada Allah, ada sholawat kepada nabi Muhammad
SAW, adanya ayat al-qur’an, adanya hadist nabi Muhammad SAW, adanya
wasiat untuk mengajak bertaqwa kepada Allah, do’a untuk kaum Muslim wal
muslimat.54 Pendek kata khotbah jum’at Ahmadiyah memenuhi rukun yang tujuh
dalm khotbah jum’at. Namun itu semua harus berdasar penjelasan Mirza Gluman
Ahmad As, atau khalifah yang sudah di pilih oleh jemaat Ahmadiyah. Sebagai
contoh teks yang di pakai dalam khotbah jum’at dari ayat al-qur’an yang di
jelaskan oleh para khalifah Ahmadiyah seperti Hadhrat Masih Mau’ud as
bersabda :
اامآر وارم لغوبال وارم ذاوإ
“jika mereka mendengar ucapan sia-sia berupa pendahuluan dan
mukadimah dari peperangan yang menjurus kepada pertentangan dan
perkelahian, maka berlalulah meraka secara terhormat dan mereka tidak memulai
pertengkaran karena perkara-perkara kecil. Yakni selama tidak menimbulkan
penderitaan besar, mereka tidak merasa pantas untuk bersengketa. Dan dasar
untuk menerapkan sikap rukun yang tepat sesuai keadaan adalah mengabaikan
53 Hasil Wawancara dengan Tokoh Ahmadiyah tanggal 16 Februari 2010 54 Kumpulan-Kumpulan Khutbah : Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Parung, 1995. hal. 1-9
96
perkara-perkara kecil dan bersedia memaafkannya. Dan kata lagw –sia-sia- yang
tertera dalam ayat ini, hendaknya jelas bahwa dalam bahasa Arab kara lagw sia-
sia- itu meneunjukkan kepada perbuatan demikian, misalnya seorang yang karena
naklanya mengatakan kata-kata yang tidak senonoh atau melakukan melakukan
pebuatan dengan mau kerugian dan menyakiti sedangkan pada hakikatnya hal itu
tidak mendatangkan suatu kerugian dan kemudaratan. Jadi tanda hidup rukun
mengabaikan perbuatan-perbuatan menyakiti yang sia-sia itu dan mengamalkan
perilaku yang mulia.55
Sedangan Khotbah bahasa Arab, tidak perbedaan yang mendasar dalam
Mazhab yang empat sebagaimana di lampirkan. Jadi Ahmadiyah kalau di lihat
dari rukun khotbah sudah memenuhi syarat dalam Berkhotbah, seperti puji-
pujian kepada Allah, Bersholawat pada Nabi Muhammad, ada Hadist, ada
ayat, ada wasiat untuk taqwa dan berdoa untuk Muslim wal muslimat.56 Namun
ada penambah an yakni wajib mengeluarkan perkatan dan penjelasan dari Mirza
Ghulam Ahmad atau khalifah-kahalifah yang sudah di pilih.
55 Ahmadiyah Indonesia, Filsafat Ajaran Islam, Ruhani Khazain, Jilid 10, hal. 349 56 Sulaiman, Terjemahan Kitab I’ana Tholibin. Tebitan semarang, 2000. Hal. 43
100
DAFTAR PUSTAKA
Akaha, Abduh Zulfidar A, Debat terbuka ahlu- sunnah Versus Ingkar- Sunnah, Jakarta, Pustaka al- Kautsar,1996.
Al-haq Muhamad Umar Jiaul, Islam Mencermati Aliran-Aliran Sesat Berasarkan al Quran & al Sunnah , Bandung, Bina Baladi Press.2008
Amin, Djmaluddin , (Ahmadiyah Menodai Islam Kumpul-Kumpulan dan Data) : Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam, Jakarta.2007
Cheema, Ahmad, Khilafat Telah Berdiri : Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Parung,1995
Djazuli, A, ILMU FIQIH : Kencana Prenada Media Group,Jakarta,2006
Dzahir, Ihsan Ilahi : Ahmadiyah Qodianiyah ,Jakarta, BPd PA Depertemen Agama, 2008
Hadrat Mirza Tahir Ahmad Khalifah Masih IV, Al-qur’an dengan Terjemahan dan Tafsir Singkat : Yayasan Wisma Damai, Jilid I, Jakarta,2006
Hanafi, A, Pengantar Theologi Islam : PT. Al-Husna Zikra, Cetakan Ke-6 Jakarta. 1995
Hanafi, A. : Pengantar Teologi Islam,Jakarta, Pustaka Al Husna Baru. 2003
Hayee, Abdul , Ahmadiyah dan Inggris : Majelis Ansharullah Cabang Kebayoran, Jakarta, 2009
Hazrat Mirza Tahir Ahmad Atba, Mubahalah dan Hakekatnya : Jemaat Ahmadiyah Indonesia,Parung,1990
Hz Mirza Tahir Ahmad Khalifah Masih IV A.T.B.A. Asmaa Ilahi Berbagai Aspek Makrifat dan Sifat-Sifat Allah Ta’ala, jilid I : Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Cetakan VI Parung,1995
Jaiz Hartono Ahmad : Aliran dan Paham Sesat di Indonesia,Jakarta, Pustaka Al- kautsar.2009.
Jalaludin Rakhmat, Islam dan Pluralisme, akhlaq Qur’an Menyikapi perbedaan PT Serambi Ilmu Semesta,2006.
101
Kamal, Mohamad Hasim, Kebebasan Berpendapat dalam Islam, bandung : Mizan, 1999
Kamali, Muhamad Hashim, Kebebasan Berpendapat dalam Islam : Mizan Bandung,1996.
Kami Orang Islam, Dipersembahkan Kepada yang kami cintai Bangsa Indonesia : Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Cetakan VI Parung,1989
Klarifikasi Atas Tela’ah Buku Tadzkirah : Jemaat Ahmadiyah Indonesia,Parung,2003
Kurniawan, A.Fajar ; Teologis Kenabian Ahmadiyah, Jakarta, BMBooks,2006
M. Amin Djamuluddin, Ahmadiyah dan pembajakan Al-Qur’an : Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam, Cet. Ke 5, Jakarta 2005
Mahzarnamah, Penjelasa atau Pembuktian Akidah Jemaat Ahmadiyah : Islam International Publications, London , 2002
Majalah Gema, Berkhidmat Untuk Kejayaan Islam Edisi Desember , Kiat Sukses Memimpin : Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Parung,2009
Majalah Gema, Berkhidmat Untuk Kejayaan Islam Edisi Oktober, Jihad Yang Sesungguhnya : Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Parung,2009
Majlis Ulama Indonesi,. Mengawal Aqidah Umat tentang Aliran Sesat, Sekertariat Malis Ulama Indonesia Jakarta,.2007,
Mark R. Woodward,. Jalan baru islam, memetakan paradigma mutakhir Islam Indonesia. Bandung, Mizan,1999
Masud Ahmad Khan, Apakah Buddha Seorang Atheis : Jemaat Ahmadiyah Indonesia,Parung,1995
Muhammad Abed al-Jabiri, Nalar Filsafat dan Teologi Islam : IRCISOD, Yagyakarta,1998.
Muhammad Ahmad, Drs, H. Tauhid Ilmu Kalam : CV. Pustaka Setia, Bandung 2009.
Muhammad Sadiq Ha bin Barakatullah, Tuntunan Ibadah Sholot : Jemaat Ahmadiyah Indonesia,Parung,1999
Muhammad, Abdullah Bin : Menyingkap Kesasatan Aqidah Syi’ah. Terjemahan Dari Min Aqaidisy Syi’ah. Jaringan Pembelaan Terhadap Sunnah.
102
Mukhtar Yahya & Fatchurrahman, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islam, Bandung, Al-Ma’arif.1997.
Nurcholish Madjid,. Islam Doktrin dan Peradaban, Sebuah Telaah Kritis Tentang Masalah keimanan, kemanusiaan dan kemoderenan. Jakarta. PT temprint 1995,
Nurdin, Ahmad , Masalah Kenabian : Jemaat Ahmadiyah Indonesia,Parun, !987
Peristiwa Besar ABAD 14 H. Officieel Verslag Bebat Antara Pembela Islam dan Ahmadiyah Qadian ; Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Cetakan Kedua, Parung,1993
Qomaruddin, Shd. Khotbah Jum’at Bulan Suci Ramadhan dan Keistimewaan Ibadur Rahman : Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Parung,2010
Qoyubi wa amirah, Fiqih al mahali, Cetak Semarang
Rahman Ritonga, Fiqih Ibadah : Gaya Media Pratama, Jakarta,19997
Rahmat, Aibdi, Kesesatan dalam Persepektif al- Qur’an, Kajian Tematik terhadap Istilah “Dalal” dalam al- Qur’an, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.1997
Razak , Abdul , Kami Meyakini Turunnya Imam Mahdi dan Nabi Isa a.s Sebagai Bukti Kesetiaan Kepada Islam dan Nabi Muhammad SAW : Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Parung,2007
Razak, Abdul, Memahami Alasan Tidak Bermakmum Di Belakang Non Ahmadiyah : Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Parung,2007
Sabiq, Sayed, Terjamahan Fiqih Sunnah,: Bairut
Shiddiqi, Hasbin Ash, Pedoman Sholat : Bulan Bintang, Cetakan ke 11 Jakarta, 1983
Shihab, M. Quraish ,.Fatwa-fatwa seputar al-Qur’an dan Hadis, Bandung, Mizan. 2000.
Sir Muhammad Iqbal, Terjemahan dari Kitab Islam dan Ahmadiyah : Kashmiri Bazar Lahore, Pakistan, 1991
Siradjuddin Abbas, Itiqad Ahlus Sunnah Wal-Jamaah : Pustaka Tarbiyah Baru, Jakarta.2008
103
Soenarjo, dkk,.Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, Jakarta, Yayasan Penyelenggara, Pentafsir Al-Qur’an. 1971.
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam : Sinar Baru Algensindo, cetakan ke 40 Bandung, 2007
Syaik bin Bas diterjemahkan oleh Ranny Mahmuddin, Syarah Aqidah Ash-Shahihah: Pustaka As-Sunnah, Jakarta.2005
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqih Islam ; PT.Pustaka Rizki Putra, Semarang,2001
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pokok-Pokok Pegangan Imam Mazhab ; PT.Pustaka Rizki Putra, Semarang,1997
Wawan Purwanto, Menusuk Ahmadiyah, Jak-Tim : CMB Press, 2008
Zulkarnain Iskandar : Gerakan Ahmadiyah di Indonesia,Yogyakarta, LKIS, 2005.