bab i pendahuluan a. latar belakang masalah ke … · komunikasi online yang menjadi bagian penting...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat di abad
ke – 21 ini. Teknologi menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam
mempermudah setiap pekerjaan manusia. Salah satunya dalam hal komunikasi.
Mudahnya setiap orang untuk berkomunikasi saat dimana pun dan kapan pun
membawa dampak besar bagi kehidupan. Kehadiran internet membuka jalan
media baru untuk hadir ditengah masyarakat yang memberikan layanan
kemudahan dalam berinteraksi serta berkomunikasi dengan sesama pengguna
membawa pengaruh besar dan kemudian membentuk budaya baru dalam
berkomunikasi.
Dalam konteks komunikasi, media merupakan alat sarana yang digunakan
dalam berlangsungnya proses komunikasi. Dalam beberapa tahun terakhir, dunia
media dimunculkan dengan hadirnya sebuah media baru (new media). Menurut e-
book yang berjudul “The Internet : An Introduction to New Media” menjelaskan
bahwa banyak perubahan yang ditimbulkan oleh media baru dengan adanya media
baru yang berkembang sangat cepat menciptakan sebuah budaya populer (pop
culture). Salah satu efek dari media baru adalah munculnya media sosial seperti
situs jejaring sosial lainnya (Green, 2010 : 3). Media sosial ini adalah suatu media
komunikasi online yang menjadi bagian penting dari membangun, menjalin atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
memantapkan suatu hubungan interpersonal. Jenis – jenis media ini
memungkinkan orang bisa berbicara, berpartisipasi, berbagi dan menciptakan
jejaring secara online.
Tindak komunikasi melalui media sosial secara intensif dapat dilakukan
diantara penggunanya. Disamping tindak komunikasi yang berlangsung secara
intensif, pengguna juga cenderung berkomunikasi secara ekspresif. Orang bisa
merasa lebih nyaman dan terbuka serta kemungkinan lebih jujur dalam
menyampaikan pesan – pesan yang ingin dipertukarkan dengan orang lain.
Bahkan dalam sebuah jurnal Internasional berjudul “Problematic Use of Social
Networking Sites: The Role of Self – Essteem” (Wai & Christy Mei, 2014) yang
meneliti tentang pengguna media sosial dan harga diri seseorang. Menurut Wai &
Christy menjelaskan bahwa seseorang lebih suka menggunakan situs jejaring
sosial untuk berkomunikasi dikarenakan mereka lebih merasa nyaman dan
percaya diri dibandingkan dalam kehidupan nyata.
Berbicara mengenai internet, saat ini internet menjadi kebutuhan manusia
dalam mengkonsumsi media. mulai dari mencari informasi, hiburan, hingga
bersosialisasi. Berkat kemudahan dalam mengakses internet menjadikan social
media user menjadi semakin menjamur. Bahkan media sosial menjadi salah satu
lifestyle trending. Popularitas penggunaan media sosial di kalangan generasi abad
ini tidak terlepas dari fungsinya yang mampu menjadi sarana presentasi diri guna
mendukung eksistensi pribadi sebagai manusia.
Dengan merebaknya pengguna media sosial, kini media sosial hadir dalam
sebuah smartphone. Media sosial sebelumnya yang sempat booming dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
sebuah smartphone yaitu Facebook dan Twitter. Kini pengguna media sosial
dikenalkan dengan media sosial Path yang didirikan pada tahun 2010. Path
merupakan pendatang baru di ranah jejaring sosial yang meraih popularitas dalam
waktu relatif singkat, bahkan kini menjadi sangat trend dikalangan anak muda
hingga dewasa.
Path adalah jurnal sosial pintar interaktif dimana kita bisa mengetahui
kegiatan seseorang sehari – hari melalui timeline kita dan bisa langsung
mengomentari atau memberi emoticon pada aktifitas tersebut. Path hanya dibatasi
dengan 500 pengguna, keeksklusifan dan keprivasian yang dihadirkan dalam Path
juga menjadi daya tarik tersendiri terhadap jejaring sosial. Dengan tagline “The
smart journal that helps you share life with the ones you love” yaitu tentang
hubungan yang bisa dipercaya sepanjang kehidupan seseorang, dalam satu waktu
dimana hubungan dengan orang – orang diluar itu bukan relationship yang
termasuk dekat.
Path merupakan perpaduan fitur – fitur yang sudah ada pada media sosial
lain, seperti Friendster, Foursquare, Instagram, Facebook, Twitter, yang menjadi
satu pada aplikasi media sosial Path ini, fitur yang ditawarkan semakin banyak.
Layaknya Facebook, Foursquare, Instagram dan Twitter, Path dapat berbagi
cerita, musik, foto, video, tempat dan film ke orang – orang terdekat, selain itu
ada fitur sleeping dan awake.
Ada satu lagi yang menarik dari Path, yaitu tersedianya delapan free filter
lenses untuk mempercantik foto atau video yang siap di unggah untuk dibagikan
ke teman terdekat. Hal ini seperti media sosial Instagram yang memiliki layanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
utama sebagai tempat berbagi foto dengan beragam filter lenses. Path juga dapat
dihubungkan dengan media sosial lainnya, seperti Facebook, Twitter, Foursquare
dan Tumblr, setiap aktivitas kita di Path dapat juga dibagikan secara otomatis ke
media sosial tadi dengan menggunakan setting terlebih dahulu untuk
menggunakan fitur sharing ini.
Di samping itu ada beberapa menu yang disediakan, seperti Home
(timeline), Friend List, Activity (notifikasi), Path (laman profil pribadi) dan
setting. Path menyediakan dua template foto atau gambar, yaitu profile picture
dan cover photo pada laman Home (timeline) dan profil pribadi.
Akan tetapi, Path mulai booming di Indonesia pada tahun 2012 hingga
kuartal terakhir tahun 2013, Indonesia dinyatakan sebagai negara dengan user
pengguna Path paling aktif di seluruh dunia. Seperti dilansir oleh merdeka.com,
pendiri Path, Dave Morin menyatakan bahwa “Dari total 20 juta pengguna di
seluruh dunia, 4 juta – nya berada di Indonesia. Indonesia sebagai negara
pengguna Path teraktif nomor 1 sehari – hari di seluruh dunia”
(http:://www.merdeka.com/uang/ceo-path-indonesia-pengguna-path-teraktif-
nomor-1-di-dunia-wawancara-khusus-ceo-path-2.html diakses pada 1 April 2015
pukul 19.00).
Berdasarkan data di tahun 2014, Path adalah jejaring sosial yang selalu
menarik perhatian warga Indonesia. Bahkan pengguna Path di Indonesia telah
mencapai 4 juta lebih. Hal ini tentu menjadikan Indonesia sebagai salah satu
negara pengguna Path terbanyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
(http://www.tempo.co/read/news/2014/02/24/061556984/Path-Klaim-Paling-
Banyak-Pengguna-di-Indonesia diakses pada 1 April 2015 pukul 19.15).
Hal serupa terjadi di tahun 2015, pendiri dan CEO Path, Dave Morin
mengungkapkan bahwa “Angka anggota aktif Path di Indonesia pun ternyata
yang terbesar di dunia, dengan jumlah mencapai kisaran 4 juta orang”. Para
pengguna Path di Indonesia sangat aktif dan setiap harinya menyumbang sekitar
setengah dari keseluruhan aktivitas di Path. Dengan kata lain, 50 persen pengguna
aktif harian Path berasal dari Indonesia. Secara bulanan, Indonesia menyumbang
30 persen trafik internet Path, disusul oleh Amerika Serikat yang sama – sama
menyumbang 30 persen. Negeri Paman Sam ini juga merupakan basis pengguna
Path terbesar kedua di dunia setelah Indonesia. Sisanya sebanyak 40 persen
datang dari negara – negara lain” (http://www.esquire.co.id/article/2015/2/1534-
Pengguna-Path-Terbanyak-Berasal-dari-Indonesia diakses pada 2 April 20.20 ).
Bahkan pengguna Path Indonesia menjadi one of the top di dunia sejak 2012 dan
secara global saat ini pengguna aktif Path mencapai 50 juta orang
(http://www.koran-sindo.com/read/974299/152/unsur-privat-dan-publik-di-path-
1425952919 diakses pada 2 April 2015 pukul 21.00).
Dikarenakan kelebihan Path yang bisa menjadi jurnal pribadi dan bersifat
personal, membuat Path menjadi trend terbaru di masyarakat Indonesia terutama
anak – anak muda. Masyarakat Indonesia yang mengikuti trend penggunaan Path
menunjukkan berbagai aktivitas kesehariannya melalui Path. Aktivitas di Path –
lah yang nantinya menunjukkan karakter dari pengguna Path, dan juga bagaimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
seseorang menggambarkan sosok atau jati diri yang diinginkannya atau yang
dikenal dengan istilah citra diri.
Menurut G. Sach dalam Ardianto dan Soemirat (2012 : 171) citra adalah
pengetahuan mengenai kita dan sikap – sikap terhadap kita yang mempunyai
kelompok – kelompok yang berbeda. Sedangkan menurut Katz dalam Ardianto
dan Soemirat (2012 : 113), citra adalah cara bagaimana pihak lain memandang
sebuah perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas.
Reynold (1973 : 595) mengkonsepsikan citra diri sebagai citra yang dibuat
oleh seseorang untuk menggambarkan sosok atau jati diri yang diinginkannya.
Jadi, citra diri bukan merupakan penampilan sebenarnya jati diri seseorang, tetapi
merupakan sosok yang diinginkan oleh seseorang tentang dirinya.
Pemilik profil di jejaring sosial secara aktif menggunakan profilnya
sebagai ajang mengekspresikan diri (Gearhart & Kang, 2010 : 16). Salah satu
seorang artis, Nikita Mirzani mengekspresikan dirinya dengan menggunggah foto
pose seksi melalui akun Path miliknya. Melihat kejadian yang pernah dilaluinya
membuat publik memberi image Nikita sebagai artis kontroversial dan berani
tampil vulgar.
(http://www.KapanLagi.com_%20Nikita%20Mirzani%20_%20[Foto]%20Pamer
%20Ketiak%20&%20Dada,%20Ini%20Pose%20Seksi%20Favorit%20Nikita%20
Mirzani.html diakses pada 8 Mei 2015 pukul 19.30).
Selain itu, Ben Kasyafani mantan suami Marshanda sering mencurahkan
hatinya dalam Path. Dalam tangkapan layar Path miliknya, statusnya
mengungkapkan isi hatinya yang sulit bertemu dan bersenda gurau dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Sienna, karena tidak diizinkan oleh Caca sapaan akrab Marshanda. Melihat sikap
Ben seperti itu mengundang perhatian para pengguna jejaring sosial. Para
pengguna Path merasa iba atas masalah yang sedang dihadapi oleh Ben, bahkan
tidak sedikit orang menyalahkan atas sikap Marshanda
(http://boomee.co/2014/06/curahan-hati-ben-kasyafani-di-path-undang-perhatian-
linimasa diakses pada 10 Mei 2015 pukul 23.33).
Kesan yang diperoleh seseorang dapat terbentuk cukup dengan melakukan
aktivitas dalam jejaring sosial terutama jejaring sosial Path. Bahkan Jalaludin
Rakhmad dalam Elvinaro dan Soemirat (2012 : 114), mendefinisikan citra sebagai
gambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas, citra adalah
dunia menurut persepsi.
Media sosial memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk menjadi
produsen pesan tanpa melihat latar belakang budaya, usia, status sosial, bahkan
gender. Tidak mengherankan jika media sosial sangat digandrungi di kalangan
remaja. Dari hasil penelitian Nielsen menemukan bahwa mayoritas pengguna
jejaring sosial adalah usia 18 – 34 tahun “boasts the highest concentration of
active visitors among all age groups” (State of The Media: The Social Media
Report, 2011).
Statistik yang dirilis oleh Pew Research Center juga diperoleh bahwa
pengguna jejaring adalah usia 18 – 29 tahun. Terlihat pada gambar 1.1
menerangkan bahwa pengguna jejaring sosial pada usia 18 – 29 tahun tercatat
89cd. Sebelumnya di antara Februari 2005 dan Agustus 2006, pengguna media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
sosial pada usia 18 – 29 tahun mengalami kenaikan yang sangat dratis dari 9%
menjadi 49%. (Pew Research Center, 2014)
Gambar 1.1
Data Pengguna Jejaring Sosial
(Sumber: Pew Research Center, 2014)
Masih sama dari Pew Research Center, menunjukkan hasil data dalam
bentuk persentase menyatakan bahwa “persentase pengguna situs jejaring sosial
pada usia 18 – 29 tahun sebesar 89% tertinggi dibandingkan pada usia 30 – 49
tahun 82%, 50 – 64 tahun 65%, dan untuk usia 65+ sebesar 49%. Terbukti bahwa
pengguna jejaring sosial merupakan usia remaja yang berkisar usia 18 – 29 tahun
(Pew Research Center, 2014).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Gambar 1.2
Persentase Usia Pengguna Internet
(Sumber: Pew Research Center, 2014)
Terdapat beberapa contoh penelitian sebelumnya yang terkait dengan
media sosial Path, antara lain yaitu menurut penelitian dari mahasiswi Universitas
Komputer Indonesia Bandung Ekky Puspika Sari yang berjudul “Perilaku
Komunikasi Para Pengguna Media Sosial Path di Kalangan Mahasiswa Unikom
Kota Bandung” menemukan fakta bahwa pengguna Path dapat menimbulkan
adanya budaya sombong dan copy cats (budaya meniru) pengaplikasian strata
sosial yang terjadi di kalangan mahasiswa Unikom pengguna gadget. Bahkan dari
hasil wawancara dengan para informan, ditemukan bahwa “mereka lebih suka
berinteraksi di Path daripada tatap muka”, walaupun teman – teman mereka di
Path pun hampir seluruhnya adalah teman – teman dekat mereka dan yang mereka
kenal, mengobrol di Path lebih menyenangkan daripada mengobrol langsung,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
dapat dikatakan bahwa para pengguna media sosial Path melakukan komunikasi
hiperpersonal (Sari, 2013 : 9 – 12).
Berdasarkan data di atas menjelaskan bahwa pengguna jejaring sosial
terbanyak berusia 18 – 29 tahun. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti
menilih mahasiswa terutama mahasiswa Ilmu Komunikasi Reguler Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Angkatan 2014 sebagai obyek
penelitian. Menurut data Pers Ilmu Komunikasi menyebutkan bahwa mahasiswa
Ilmu Komunikasi lebih aktif dalam menggunakan media sosial. Selain itu,
mahasiswa Ilmu Komunikasi Reguler Angkatan 2014 merupakan lulusan dari
Sekolah Menengah Atas menuju Perguruan Tinggi yang dimana akan
menampilkan citra diri baru di lingkungan barunya.
Atas dasar itulah, peneliti ingin mengetahui bagaimana pencitraan diri
mahasiswa Ilmu Komunikasi Reguler Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Sebelas Maret Angkatan 2014 sebagai pengguna Path dalam jejaring sosial
tersebut. Berpijak pada pertanyaan tersebut, maka penlis memilih judul “Media
Sosial Path dan Pencitraan Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Pencitraan Diri Para
Pengguna Media Sosial Path di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Reguler
FISIP UNS Angkatan 2014)” sebagai judul penelitian ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana mahasiswa Ilmu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Komunikasi Universitas Sebelas Maret Reguler Angkatan 2014 membentuk citra
diri dalam Path sebagai pengguna jejaring sosial Path?”
C. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah yang dipaparkan di atas serta agar
penelitian ini nantinya akan lebih terarah, maka ditetapkan suatu tujuan penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui memahami citra diri mahasiswa Ilmu
Komunikasi Reguler Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret
Angkatan 2014 yang ditunjukkan dalam aktivitas di jejaring sosial Path.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
1. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan
memperkaya bahan referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan
di kalangan mahaiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan mengenai perkembangan teknologi komunikasi dan
perkembangan ilmu komunikasi yang terjadi dalam dunia virtual
yang mampu menggeser aturan yang selama ini terjadi di
masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
3. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman kepada para pengguna Path tentang
macam-macam cara orang membentuk citra dirinya dalam jejaring
sosial Path.
E. LANDASAN TEORI
1. Komunikasi
1.1 Pengertian Komunikasi
Secara estimologis istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris
communication berasal dari bahasa latin communication dan bersumber dari kata
communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna
(Effendy, 2003 : 9). Sedangkan secara termologi yaitu penciptaan makna antara
dua orang atau lebih lewat penggunaan simbol – simbol atau tanda – tanda.
Komunikasi disebut efektif bila makna yang tercipta relatif sesuai dengan yang
diinginkan komunikator (Mulyana, 2010 : 49).
Beberapa para ahli mendefinisikan komunikasi menurut sudut pandang
mereka masing – masing. Sebagaimana yang dikatakan oleh Berelson dan Stainer
(1964) yaitu menyatakan bahwa :
“Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,keahlian dan lain – lain. Melalui penggunaan simbol – simbol seperti kata– kata, gambar – gambar, angka – angka dan lainnya” (Fajar, 2009 : 32).
Menurut Bernard Berelson dan Gary A. Steiner yang dikutip oleh Mulyana
(2010 : 68) mengatakan bahwa :
“Komunikasi: transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dansebagainya, dengan menggunakan simbol – simbol, kata – kata, gambar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
figur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yangbiasanya disebut komunikasi”.
Sementara Susanto (1985 : 1) memaknai komunikasi sebagai kegiatan
pengoperan lambang yang mengandung arti atau makna.
Kalau di tarik pengertian secara umum dari pendapat para pakar
komunikasi diatas, maka menurut McQuail & Windahl (1993 : 5) menjelaskan
bahwa komunikasi tersebut berkaitan erat dengan unsur – unsur seperti :
“a sender, a message, a receiver, a relationship between sender andreceiver, an effect, a context in which communication occurs and a rangeof the things to which ‘messages’ refer. Sometimes, communication can beany or all of the following: action on another with others and reaction toother”. (Pengirim pesan, media saluran, pesan – pesan, penerima danterjadi hubungan antara pengirim dan penerima yang menimbulkan efektertentu, atau kaitannya dengan kegiatan komunikasi dan suatu hal dalamrangkaian penyampaian pesan – pesan. Kadang – kadang, komunikasidapat terjadi pada seseorang atau semuanya, mulai dari yang melakukanaksi kepada lainnya, atau terjadi interaksi dan reaksi dari suatu pihakkepada pihak lainnya).
Selain itu, Harold Laswell dalam karyanya “The Structure and Function of
Communication in Society”, Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk
menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: “Who Says
Where in Which Channel to Whom with What Effect? (siapa mengatakan apa
dengan saluran apa kepada siapa dengan efek bagaimana).
Jadi berdasarkan paradigma Laswell dalam Effendy (2003 : 10),
komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
1.2 Fungsi Komunikasi
Menurut Effendy (2003 : 55) terdapat empat fungsi komunikasi, yaitu:
1. Menyampaikan informasi (to inform)
Dengan komunikasi, komunikator dapat menyampaikan
informasi kepada komunikan. Serta terjadi pertukaran informasi
antara komunikator dan komunikan.
2. Mendidik (to educate)
Komunikasi sebagai sarana untuk mendidik, dalam arti
bagaimana secara formal maupun informal bekerja untuk
memberikan atau bertukar pengetahuan. Dan kebutuhan akan
pengetahuan dapat terpenuhi. Fungsi mendidik ini dapat juga
ditunjukan dalam bentuk berita dengan gambar maupun artikel.
3. Menghibur (to entertaintment)
Komunikasi menciptakan interaksi antara komunikator dan
komunikan. Interaksi tersebut menimbulkan reaksi interaktif yang
dapat menghibur baik terjadi pada komunikator maupun
komunikan.
4. Mempengaruhi (to influence)
Komunikasi sebagai sarana untuk mempengaruhi, terdapat
upaya untuk mempengaruhi komunikan melalui isi pesan yang
dikirim oleh komunikator. Upaya tersebut dapat berupa pesan
persuasif (mengajak) yang dapat mempengaruhi komunikan.
Komunikator dapat membawa pengaruh positif atau negatif, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
komunikan dapat menerima ataupun menolak pesan tersebut tanpa
ada paksaan.
Keempat tujuan komunikasi di atas, turut mengambil peranan dalam setiap
proses yang terjadi. Mulai dari mengubah sikap seseorang, merubah pendapat dan
pandangan seseorang, merubah perilaku, serta merubah kehidupan sosial
penggunanya.
1.3 Tujuan Komunikasi
Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan dari tujuan
komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan komunikasi adalah mengharapkan
adanya umpan yang diberikan oleh lawan bicara serta semua pesan yang kita
sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi
setelah melakukan komunikasi tersebut.
Menurut Effendy (2003 : 55), tujuan dari komunikasi adalah :
1. Mengubah sikap (to change the attitude)
Seperti telah dikemukakan sebelumnya dalam pembahasan,
fungsi komunikasi adalah mempengaruhi seseorang. Tahap
selanjutnya setelah seseorang terpengaruh ia akan merubah
sikapnya. Inilah salah satu tujuan komunikasi. Mengubah sikap
seseorang menjadi seperti yang diharapkan oleh si pemberi
informasi.
2. Mengubah opini atau pendapat atau pandangan (to change the
opinioni)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Salah satu tujuan komunikasi adalah mengubah pendapat atau
opini seseorang sesuai dengan yang diharapkan oleh pihak tertentu.
3. Mengubah perilaku (to change the behaviour)
Mengubah perilaku seseorang sesuai dengan informasi yang
telah diberikan sehingga berperilaku sesuai yang diharapkan oleh si
pemberi informasi.
4. Mengubah masyarakat (to change the society)
Apabila dalam point di atas perilaku dititikberatkan lebih
kepada individu, dalam point ini, perubahan dititikberatkan pada
suatu kelompok yang bersifat lebih dari satu, bahkan lebih dari
dua. Sehingga perubahan terjadi secara massal.
Jadi dapat disimpulkan tujuan komunikasi itu adalah mengharapkan
perubahan sikap, perubahan pendapat, perubahan perilaku, perubahan sosial. Serta
tujuan utama adalah agar semua pesan yang disampaikan dapat dimengerti dan
diterima oleh komunikan dan menghasilkan umpan balik.
2 Komunikasi Massa
2.1 Pengertian Komunikasi Massa
Istilah “komunikasi massa” yang muncul pertama kali pada akhir tahun
1930-an memiliki banyak pengertian sehingga sulit bagi para ahli untuk secara
sederhana mendefinisikan komunikasi massa. Menurut Gerbner (1967) mengenai
komunikasi, yaitu interaksi sosial melalui pesan. Istilah massa menggambarkan
sesuatu (orang atau barang) dalam jumlah besar, sementara “komunikasi”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
mengacu pada pemberian dan penerimaan arti, pengiriman dan penerimaan pesan.
Salah satu definisi awal komunikasi oleh Janowitz (1960) menyatakan bahwa
komunikasi massa terdiri atas lembaga dan teknik dimana kelompok – kelompok
terlatih menggunakan teknologi untuk menyebarluaskan simbol – simbol kepada
audiens yang tersebar luas dan bersifat heterogen.
Komunikasi massa (mass comunication) adalah komunikasi yang
menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik
(radio, televisi), berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau
orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang
tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan – pesannya bersifat
umum, disampaikan secara cepat, serentak, dan terlintas (khususnya media
elektronik) (Mulyana, 2010 : 83).
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner (Rakhmat, 2003 : 188) dalam buku Elvinaro, Lukiati dan Siti yang
berjudul Komunikasi Massa Suatu Pengantar, yakni :
“Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui mediamassa pada sejumlah besar orang (mass communication is messagescommunicated through a mass medium to a large number of people)”(Elvinaro, Lukiati & Siti, 2007 : 3).
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus
menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada
khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh
ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka
itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
adalah radio siaran dan televisi, keduanya dikenal sebagai media elektronik, surat
kabar dan majalah keduanya disebut sebagai media cetak.
Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli
komunikasi lain yaitu Gerbner, yang dikutip dari bukunya (Rakhmat, 2003 : 188),
komunikasi menurut Gerbner (1967) yaitu :
“Mass comunication is the technologically and institusionally basedproduction amd distribution of the most broadly shared contiuous flow ofmessage industrial societis”. (Komunikasi massa adalah produksi dandistribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yangkontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri)(Elvinaro, Lukiati & Siti, 2007 : 3).
Menurut ahli komunikasi lainnya, definisi komunikasi massa menurut
Meletzke yang dikutip dari bukunya (Rakhmat, 2003 : 188), yaitu:
“Komunikasi massa memperlihatkan sifat dan ciri komunikasi massa yangsatu arah dan tidak langsung sebagai akibat dari penggunaan media massa,juga sifat pesannya yang terbuka untuk semua orang”. Dalam definisiMelezke, komunikasi massa diartikan sebagai setiap bentuk komunikasiyang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaranteknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar.Istilah tersebar menunjukkan bahwa komunikan sebagai pihak penerimapesan tidak berada di satu tempat, tetapi tersebar diberbagi tempat(Ardianto, Lukiati & Siti, 2007 : 3 – 4).
2.2 Karakteristik Komunikasi Massa
Kita sudah mengetahui bahwa definisi – definisi komunikasi massa itu
secara prinsip mengandung suatu makna yang sama, bahkan antara satu definisi
lainnya dapat dianggap saling melengkapi. Melalui definisi itu pula kita dapat
mengetahui karakteristik komunikasi massa. Komunikasi massa berbeda dengan
komunikasi antarpersona dan komunikasi kelompok, perbedaannya terdapat
dalam komponen – komponen yang terlibat di dalamnya dan proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
berlangsungnya komunikasi tersebut (Ardianto, 2004 : 7 – 12). Berikut ini
karakteristik – karakteristik komunikasi massa yaitu :
1. Komunikator terlembagakan
Dalam komunikasi massa, komunikator atau sumber yang
menyampaikan pesan bukanlah secara personal, namun bersifat
melembaga. Lembaga penyampain pesan komunikasi massa inilah
yang dinamakan media massa, seperti televisi, surat kabar, radio
internet.
2. Pesan bersifat umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi
massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk
sekelompok orang tertentu, oleh karenanya pesan komunikasi
massa bersifat umum. Dengan demikian, maka proses komunikasi
massa bersifat terbuka. Hal ini dikarenakan, komunikan tersebar di
berbagai tempat yang tersebar.
3. Komunikannya anonim dan heterogen
Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan
heterogen. Hal ini dikarenakan komunikasi massa menyampaikan
pesan secara umum pada seluruh masyarakat, tanpa membedakan
suku, ras, agama, serta memiliki beragam karakter psikologi, usia,
jenis kelamin, tempat tinggal, adat budaya, maupun strata sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
4. Media massa menimbulkan keserempakan
Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi
lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang
dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas.
5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan
Salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi
mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan yaitu dimensi isi
menunjukan muatan atau isi komunikasi yaitu apa yang dikatakan,
sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara
mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan
para peserta komunikasi itu.
6. Komunikasi massa bersifat satu arah
Secara singkat, komunikasi massa itu adalah komunikasi
dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui
media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat
melakukan kontak langsung.
7. Stimulasi alat indera terbatas
Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu
kelemahannya adalah stimulasi alat indera terbatas. Pada
komunikasi antarpersona yang bersifat tatap muka, maka seluruh
alat indera pelaku komunikasi, komunikator dan komunikan, dapat
digunakan secara maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
8. Umpan balik tertunda (delayed) dan tidak langsung (indirect)
Komponen umpan balik atau yang lebih popular dengan
sebutan feedback merupakan faktor penting dalam proses
komunikasi antarpersona, kelompok dan massa. Efektivitas
komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang
disampaikan oleh komunikan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari kutipan di atas, bahwa komunikasi
massa menyiarkan informasi yang menyangkut kepentingan umum karena
komunikannya bersifat heterogen. Dengan demikian, proses komunikasi massa
relatif lebih rumit dalam hal pencarian, pengemasan serta penyajian informasi.
Oleh karena itu, sumber daya manusia yang berperan sebagai komunikator harus
handal dan bisa bekerjasama dalam tim untuk memberikan yang terbaik pada
masyarakat. Dengan demikian, komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai
jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audien yang tersebar,
heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang
sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
2.3 Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi komunikasi massa secara umum menurut Effendy (1993) dalam
buku Ardianto, Lukiati dan Siti (2007 : 18), mengemukakakn fungsi komunikasi
massa secara umum adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
1. Fungsi Informasi
Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media
massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar, atau
pemirsa.
2. Fungsi Pendidikan
Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya
(massa education). Karena media massa banyak menyajikan hal –
hal yang sifatnya mendidik, salah satu cara mendidik yang
disajikan media massa melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan
– aturan yang berlaku kepada pemirsan atau pembaca.
3. Fungsi Mempengaruhi
Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit
terdapat pada tajuk atau editorial, features, artikel, dan sebagainya.
Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan – iklan yang ditayangkan
televisi ataupun surat kabar.
Sedangkan fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut
Dommunick (2001) dalam buku Elvinaro, Lukiati & Siti yang berjudul
Komunikasi Massa Suatu Pengantar terdiri dari :
1. Surveillance (pengawasan)
Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk
utama yaitu :
a. Warning or beware surveillance (pengawasan peringatan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa
menginformasikan tentang ancaman dari angin topan,
meletusnya gunung merapi, kondisi yang memprihatinkan,
tayangan inflasi atau serangan militer.
b. Instrumental surveillance (pengawasan instrumental)
Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau
penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat
membantu khalayak dalam kehidupan sehari – hari.
2. Interpretation (penafsiran)
Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan.
Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga
memberikan penafsiran terhadap kejadian – kejadian penting.
3. Linkage (pertalian)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang
beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan
kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.
4. Transmission of Values (penyebaran nilai – nilai)
Fungsi penyebaran nilai tidak kentara, fungsi ini juga disebut
socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana
individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok.
5. Entertaiment (hiburan)
Sulit dibantah lagi bahwa kenyataannya hampir semua media
menjalankan fungsi hiburan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
2.4 Unsur – Unsur Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan proses yang dilakukan melalui media massa
dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada
khalayak luas. Dengan demikian, maka unsur – unsur penting dalam komunikasi
massa adalah :
1. Komunikator
a. Merupakan pihak yang mengandalkan media massa dengan
teknologi informasi modern sehingga dalam menyebarkan
suatu informasi, maka informasi tersebut dengan cepat
ditangkap oleh publik.
b. Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagi
informasi, pemahaman, wawasan, dan solusi – solusi dengan
jutaan massa yang tersebar tanpa diketahui jelas keberadaan
mereka.
c. Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang
mewakili institusi formal yang bersifat mencari keuntungan
dari penyebaran informasi.
2. Media Massa
Media Massa merupakan media komunikasi dan informasi
yang melakukan penyebaran secara massal dan dapat diakses oleh
masyarakat secara massal pula. Media massa adalah institusi yang
berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa. Dalam
menjalankan paradigmanya media massa berperan :
a. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya
sebagai media edukasi.
b. Sebagai media informasi, yaitu media yang setiap saat
menyampaikan informasi kepada masyarakat.
c. Terakhir media massa sebagai media hiburan (Bungin,
2006:85).
3. Informasi Massa
Informasi massa merupakan informasi yang diperuntukan
kepada masyarakat secara massal, bukan informasi yang hanya
boleh dikonsumsi oleh pribadi. Dengan demikian, maka informasi
massa adalah milik publik bukan ditunjukkan kepada individu
masing – masing.
4. Gatekeeper
Merupakan penyeleksi informasi. Sebagaimana diketahui
bahwa komunikasi massa dijalankan oleh beberapa orang dalam
organisasi media massa, mereka inilah yang akan menyeleksi
informasi yang akan disiarkan atau tidak disiarkan.
5. Khalayak
Khalayak merupakan massa yang menerima informasi massa
yang disebarkan oleh media massa, mereka ini terdiri dari publik
pendengar atau pemirsa sebuah media massa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
6. Umpan Balik
Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya mempunyai
sifat tertunda sedangkan dalam komunikasi tatap muka bersifat
langsung. Akan tetapi, konsep umpan balik tertunda dalam
komunikasi massa ini telah dikoreksi karena semakin majunya
teknologi, maka proses penundaan umpan balik menjadi sangat
tradisional (Bungin, 2006 : 71).
3. Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komuikasi
yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Delia. Teori Konstruktivisme
menyatakan bahwa individu melakukan interpretasi dan bertindak menurut
berbagai kategori konseptual yang ada dalam pikirannya. Menurut teori ini,
realitas tidak menunjukkan dirinya dalam bentuknya yang kasar tetapi harus
disaring terlebih dahulu melalui bagaimana cara seseorang melihat sesuatu
(Morissan, 2013 : 166).
Teori konstruktivisme dibangun berdasarkan teori yang ada sebelumnya
yaitu : “konstruksi pribadi” atau “konstruksi personal” (personal construct) oleh
George Kelly yang menyatakan, bahwa orang memahami pengalamannya dengan
cara mengkelompokkan berbagai peristiwa menurut kesamaannya dan
membedakan berbagai hal melalui perbedaannya (Kelly, 1991 : 118 – 120).
Teori konstruktivisme mengakui bahwa konstruksi personal memiliki latar
belakang sosial, dengan demikian konstruksi personal dipelajari melalui interaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dengan orang lain. Karenanya, kebudayaan memiliki peran signifikan dalam
menentukan makna suatu peristiwa. Budaya dapat mempengaruhi bagaimana
tujuan komunikasi ditentukan, bagaimaan tujuan baru harus dicapai sekaligus tipe
konstruksi yang digunakan dalam skema kognitif. Walaupun teori ini mengakui
efek interaksi sosial dan budaya dalam sistem kognitif, namun teori
konstruktivisme lebih mengutamakan pengamatannya pada berbagai perbedaan
individu melalui kompleksitas konstruksi personalnya dan juga strategi yang
digunakan dalam berkomunikasi (Morrisan, 2013 : 167).
Paradigma konstruktivisme ialah paradigma dimana kebenaran suatu realitas
sosial dilihat sebagai hasil konstruksi sosial, dan kebenaran suatu realitas sosial
bersifat relatif. Realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat
digeneralisasikan pada semua orang. paradigma konstruktivisme yang ditelusuri
dari pemikiran Guba dan Lincoln, menilai perilaku manusia secara fundamental
berbeda dengan perilaku alam, karena manusia bertidak sebagai agen yang
mengkonstruksikan dalam realitas sosial mereka, baik itu melalui pemberian
makna ataupun pemahaman perilaku, menerangkan bahwa substansi bentuk
kehidupan di masyarakat tidak hanya dilihat dari penilaian objektif saja,
melainkan dilihat dari tindakan perorangan yang timbul dari alasan – alasan
subjektif (Eriyanto, 2004 : 13).
Menururt Paul Suparno, ada tiga macam konstruktivisme yakni
konstruktivisme radikal, realisme hipotesis, konstruktivisme biasa.
Konstruktivisme radikal hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran
kita, dimana bentuk tersebut tidak selalu menjadi representasi dunia nyata. Kaum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
konstruktivisme radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan
kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran. Pengetahuan bagi mereka tidak
merefleksikan suatu realitas ontologis obyektif, namun sebuah realitas dibentuk
oleh pengalaman seseorang. Dengan kata lain, bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi dari individu yang mengetahui, dan tidak dapat ditransfer kepada
individu lain yang bersifat pasif. Oleh karena itu, konstruksi terhadap suatu
pengetahuan hanya dapat dilakukan oleh individu itu sendiri, sedangkan
lingkungan sarana terjadinya konstruksi tersebut (Bungin, 2011 : 14).
Realisme hipotesis mengungkapkan bahwa pengetahuan adalah sebuah
hipotesis dari struktir realitas yang mendekati realitas dan menuju kepada
pengetahuan yang hakiki. Sedangkan konstruktivisme biasa mengambil semua
konsekuensi konstruktivisme dan memahami pengetahuan sebagai gambaran dari
realitas tersebut, yang kemudian pengetahuan individu dipandang sebagai suatu
gambaran yang dibentuk dari realitas objek dalam dirinya sendiri. Namun dari
ketiga konstruktivisme, terdapat kesamaan di mana konstruktivisme dilihat
sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada,
karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang di
sekitarnya. Selanjutnya Piaget mengatakan, pengetahuan akan dibangun oleh
setiap individu melalui realitas yang dilihat berdasarkan struktur pengetahuan
yang telah ada sebelumnya, yang disebut dengan skema. Dimana kontruktivisme
semacam ini yang menurut Berger dan Luckmann, disebut dengan konstruksi
sosial (Bungin, 2011 : 14).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
4. Internet
4.1 Pengertian Internet
Internet sendiri meruapakan singkatan dari Interconnected Network, berupa
sebuah sistem komunikasi yang menghubungkan jaringan – jaringan di seluruh
dunia. Istilah internet pada mulanya diciptakan oleh para pengembangnya karena
mereka memerlukan kata yang dapat menggambarkan jaringan dari jaringan –
jaringan yang saling terkoneksi yang tengah mereka buat waktu itu. Internet
merupakan kumpulan orang dan komputer di dunia yang seluruhnya terhubung
oleh bermil – mil kabel dan saluran telepon.
“Internet (International Networking) atau Net adalah kumpulan luas darijaringan komputer yang saling terhubung di seluruh dunia, mulai darikomputer kecil (personal computer atau PC) di rumah – rumah sampaikomputer besar di perusahaan – perusahaan” (Darmawan, 2012 : 97).
“Definisi yang lain adalah internet bagaikan sebuah kota elektronik yangsangat besar di mana setiap penduduk memiliki alamat (internet address)yang dapat digunakan untuk berkirim surat atau informasi. Jika pendudukitu ingin memiliki kota elektronik tersebut, cukup dengan menggunakankomputer sebagai kendaraan. Hubungannya bertumpu di atas mediatelekomunikasi, inilah yang disebut seagai “Global Village” atau“perkampungan sejagat” (Darmawan, 2012 : 97).
Sedangkan menurut Budi Sutejo Dharma Oetomo dalam Sutejo (2002 : 52)
menjelaskan bahwa :
“Internet adalah sebuah jaringan komputer yang sangat besar yang terdiridari jaringan – jaringan kecil yang saling terhubung yang menjangkauseluruh dunia”.
Maka dalam hal ini internet dapat dirumuskan sebagai “a large collection
of computer in networks that are tied together so that many users can share their
vast resources”. Tampaklah bahwa pengertian internet tidak hanya terbatas pada
aspek perangkat keras berupa seperangkat komputer yang saling berhubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
satu sama lain dan memiliki kemampuan untuk mengirimkan data, baik berupa
teks, pesan, grafis, maupun suara. Dengan kemampuannya dapat dikatakan bahwa
suatu jaringan komputer yang saling terkoneksi dengan jaringan komputer lainnya
ke seluruh dunia (Munir, 2008 : 195).
4.2 Sejarah Internet
Di era perang dingin 60 – an, pemerintah Amerika ingin mengembangkan
satu sarana yang memungkinkan saluran komunikasi tetap terbuka jika terjadi
serangan nuklir. Metode yang ada pada saat itu memerlukan titik – titik tertentu
untuk pengiriman pesan serta pusat – pusat kendali untuk mengelolanya. Jika
salah satu titik di bom, keseluruhan jaringan bisa tidak berfungsi. Maka Advanced
Research Projects Agency (US Defense ARPA) datang dengan usulan jaringan
komputer “kedap bom” tanpa harus ada pusat kendali. Jika bila satu bagian dari
sambungan jaringan terganggu dari serangan musuh, informasi yang melalui
sambungan itu secara otomats dipindahkan ke sambungan lainnya. Setelah itu
internet digunakan oleh kalangan akademis (UCLA) untuk keperluan penelitian
dan pengembngan teknologi. Baru pada awal 90 – an, sebagian dari jaringan
ARPA tersebut berubah menjadi internet yang bisa diakses masyarakat umum
sampai sekarang (https://www.academia.edu/5948580/Sejarah_Internet, diakses
pada tanggal 1 April 2015 pukul 18.55.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
4.3 Fungsi Internet
Menurut Munir (2008 : 196 – 200), setidaknya ada enam fungsi internet
yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari – hari, yaitu:
1. Fungsi alat komunikasi
Internet berfungsi sebagai alat komunikasi, karena internet
dapat kita gunakan sebagai sarana komunikasi kemana saja secara
cepat. Komunikasi yang dimaksud dapat berupa e-mail, atau
berdiskusi melalui chatting maupun mailing list.
2. Fungsi akses informasi
Seseorang dapat mengakses berbagai referensi, baik yang
berupa hasil penelitian, maupun artikel hasil kajian dalam berbagai
bidang. Tidak lagi harus secara fisik pergi ke perpustakaan untuk
mencari berbagai referensi sebab internet merupakan perpustakaan
terbesar dari perpustakaan yang ada dimanapun.
3. Fungsi pendidikan dan pembelajaran
Perkembangan teknologi internet sangat pesat dan merambah
ke seluruh penjuru dunia telah dimanfaatkan oleh berbagai negara,
institusi, dan ahi untuk berbagai kepentingan termasuk didalamnya
untuk pembelajaran. Pembelajaran melalui internet dapat diberikan
dalam beberapa format diantaranya adalah:
a. Electronic mail (delivery of course materials, sending in
assignments, getting and giving feedback, using a course
listserv.,i.e., electronic discussion group)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
b. Bulletin boards/newsgroups for discussion of special group
c. Downloading of course materials or tutorials
d. Interactive tutorials on the Web
e. Real time, interactive conferencing using MOO (Multiuser
Object Oriented) system or Internet Relay Chat.
4. Fungsi Tambahan
Dikatakan berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila
peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan
memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak.
Sekalipun sifatnya hanya opsional, peserta didik yang
memanfaatkan tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau
wawasan.
5. Fungsi pelengkap
Internet berfungsi sebagai komplemen (pelengkap), apabila
materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi
materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas.
4.4 Fasilitas dalam Internet
Menurut Hariningsih (2005 : 138), ada 3 fasilitas/aplikasi utama dari
TCP/IP (Transmission Control Protokol/Internet Protokol) adalah sebagai
berikut:
1. Elektronik mail/e-mail messaging
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Elektonik mail atau surat elektronik adalah fasilitas yang paling
sering digunakan di internet. Dengan fasilitas ini seseorang dapat
membuat dan mengirimkan pesan tertulis kepada seseorang atau
sekelompok orang lain yang juga terdaftar di internet.
2. Remote Login
Dengan fasilitas ini seseorang dapat mengakses
program/aplikasi di komputer lain. Misalnya seseorang peserta
didik di sekolah A dapat menjalankan aplikasi komputer yang
terdapat di sekolah B tanpa harus datang ke sekolah B apabila
komputer di sekolah A dan B berhubungan menggunakan TCP/IP
(Tansmission Control Protokol/Internet Protokol).
3. File Transfer
Fasilitas ini memungkinkan terjadinya pengiriman file dari satu
komputer ke komputer lain. Sebuah file dapat berisi dokumen,
grafik, program komputer, bahkan video maupun suara yang
terekam secara digital.
Menurut Sutejo (2002 : 54 – 55), ada fasilitas dalam internet, yaitu:
1. E-Mail
e-mail adalah surat yang dikirim secara elektonis melalui
internet maupun jaringan komputer seperti komputer kantor,
Universitas, sekolah, dan lain – lain. Pada dasarnya, e-mail
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
menyediakan fungsi yang sama dengan surat pos biasa, yaitu untuk
saling berkirim surat melalui internet atau jaringan.
2. Internet Relay Chat (Chatting)
Aplikasi ini semacam konferensi berbasis teks yang dapat
dilakukan secara real time dari berbagai tempat diseluruh dunia.
Dalam chatting, komunikasi hanya dilakukan dengan menampilkan
teks di layar komputer dimana setiap orang yang mengikuti group
chatting dapat membaca topik dan ikut serta dalam forum itu.
3. USENET
Usenet merupakan BBS (Buletin Board Service) berbasis pesan
yang sangat besar yang mengizinkan setiap pemakai atau
pelanggan Internet berpartisipasi.
4. Newsgroup
Newsgroup merupakan sarana konferensi elektronik jarak jauh
bagi para pemakai, seperti alt, gopher, alt.Internet, service, dan lain
– lain. Newsgrup ini ibaratnya papan komunikasi dimana setiap
orang bebas mencari informasi yang dibutuhkan dan juga
memberikan informasi yang dimilikinya. Setiap orang bebas
memberikan komentar terhadap suatu masalah yang ada dan
komentar itu juga akan terbaca oleh sekian banyak pengguna
newsgroup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
5. File Transfer Protokol (FTP)
FTP adalah suatu protokol yang memungkinkan pemakai
berkomunikasi secara interaktif dengan komputer lain yang
terhubung dalam internet itu. FTP menyediakan fasilitas untuk
menyalinkan file secara elektronik dari satu komputer ke komputer
lain di dalam internet.
6. Telnet
Jika pemakai menghubungkan diri ke internet, maka pemakai
tersebut dapat menghubungi komputer lain yang berada di dalam
jaringam tersebut. Jadi Telnet memiliki fasilitas yang
memungkinkan pemakai terhubung ke komputer lain seolah – olah
pemakai tersebut langsung men-dial komputer tersebut.
7. Bulletin Board Service (BBS)
BBS merupakan suatu pusat layanan informasi yang
memanfaatkan jaringan telepon. Sebagai pusat layanan informasi,
BBS menyediakan informasi baik di bidang pendidikan dan
teknologi, bisnis, sosial maupun promosi niaga. Disamping itu,
pelanggan dapat saling berdiskusi untuk memacahkan suatu
masalah atau membicarakan topik tertentu dan juga diberi fasilitas
untuk download atau upload berita pada pemakai lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
8. Layanan Multimedia (WWW)
WWW adalah aplikasi yang paling banyak digunakan dan
merupakan aplikasi yang paling penting. WWW merupakan
dokumen – dokumen internet yang disimpan diseluruh dunia.
Dokumen web dibuat dengan menggunakan format hypertext dan
hypermedia, yaitu Hypertext Markup Language (HTML). Dokumen
yang dibuat dengan HTML dapat memuat teks, gambar, video,
audio dan animasi.
9. Internet Telephony
Internet Telephony memungkinkan pengguna untuk berbicara
melalui internet ke beberapa personal komputer di seluruh dunia
yang dilengkapi dengan peralatan penerima dengan biaya koneksi
internet biasa.
10. Internet Fax
Internet juga dapat digunakan untuk transmisi fax yang
biasanya dilakukan melalui media faksimili. Aplikasi untuk
mengirim fax lewat intenet tersebut mudah digunakan dan biaya
pengiriman fax tersebut dihitung sebagai biaya lokal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
5. Social Media dalam Kajian New Media
5.1 Perbandingan Old Media dan New Media
Media baru telah merombak konsep audien lama yang merupakan para
pengguna pasif dari media menjadi para pengguna aktif. Keaktifan tersebut
ditunjukkan dengan penggunaan media tersebut oleh audien sebagai media untuk
menyampaikan pesan yang telah mereka produksi, edit, dan unggah sendiri.
Konten media tradisional yang sebelumnya one to many didominasi oleh institusi
media tersebut sendiri, maka kini telah dikenal user-generated contents. Artinya
isi media yang dibuat dari, oleh, dan untuk user, alih-alih katakanlah pengelola
website (Swasty, 2011: 41).
No Spesifikasi Old Media New Media1 Pola komunikasi yang banyak
terjadiOne to many Many to many
2 Level/tingkatan interaktivitas Sangat rendah Kuat3 Isi pesan Producer-
generated contentUser-generatedcontent
Local content Global content4 Peran audien secara umum Pasif Aktif5 Konstruksi media secara umum Kurang bersifat
partisipatifMediapartisipatif
Tabel 1.1 Karakteristik old media dan new media (dalam Swasty, 2011: 42)
Temuan-temuan dalam teknologi informasi menyebabkan mobilitas
informasi yang super cepat terjadi dan memberi makna baru bagi konsep
interaktivitas media. Proses timbal balik terjadi, menyebabkan batasan antara
komunikator dan komunikan menghilang. Antara produsen pesan dan penerima
pesan berganti-ganti dengan siklus yang sangat cepat (Swasty, 2011: 42).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
McQuail (2010) seperti dijelaskan Rahardjo dalam Komunikasi 2.0:
Teoritisasi dan Implikasi juga menguraikan ciri-ciri utama yang menandai
perbedaan antara media baru dengan media lama (konvensional) berdasarkan
perspektif pengguna, yaitu:
1) Interactivity : diindikasikan oleh rasio respon atau inisiatif dari
pengguna terhadap ‘tawaran’ dari sumber /pengirim (pesan).
2) Social presence (sociability) : dialami oleh pengguna, sense of personal
contact dengan orang lain dapat diciptakan melalui penggunaan sebuah
medium.
3) Media richness: media (baru) dapat menjembatani adanya perbedaan
kerangka referensi, mengurangi ambiguitas, memberikan isyarat-
isyarat, lebih peka dan lebih personal.
4) Autonomy : seorang penggunan merasa dapat mengendalikan isi dan
menggunakannya dan bersikap independen terhadap sumber.
5) Playfullness : digunakan untuk hiburan dan kenikmatan.
6) Privacy : diasosiasikan dengan penggunaan medium dan/atau isi yang
dipilih.
7) Personalization : tingkatan dimana isi dan penggunaan media bersifat
personal dan unik. (Rahardjo, 2011: 14-15)
5.2 Pengertian Social Media
Berdasarkan pendapat dari Wilbur Schramm bahwa situasi atau
perkembangan media di dunia sangat bergantung kepada evolusi dari kebutuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
antar generasi. Ada empat generasi yang telah berjalan sejauh ini, dan sekarang
dunia sedang mengalami era generasi keempat yang ditandai dengan
ditemukannya komputer dan jaringan internet. Media pada generasi ini berevolusi
menjadi media sosial (social media), tetapi keberadaannya sangat berbeda dengan
media generasi sebelumnya. Media sosial menjadikan pola komunikasi
antarpribadi dan komunikasi massa menjadi terpangkas (Fajar, 2011: 201-202).
Media sosial menurut Utari (2011: 49) adalah sebuah media online dimana
para penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi, dengan mudah berbagi
informasi; menciptakan content/isi yang ingin disampaikan kepada orang lain;
memberi komentar terhadap masukan yang diterimanya dan seterusnya.
Dalam kajian ilmu komunikasi, fenomena media sosial dilihat sebagai suatu
era media baru atau yang dikenal dengan istilah new media (Flew, 2005). Dia
mendefinisikannya “New medias those forms that combine the three Cs:
computing and information technology (IT),communication networks; digitized
media and information content” (dalam Utari, 2011: 51).
Sedangkan Potter (1995), Littlejohn (2008) menyebutnya sebagai the second
media yaitu “a new period in which interactive technologies and network
communications, particularly the internet, would transform society”. Persamaan
definitif tentang konsep new media memerlihatkan banyak kekuatan dalam suatu
media baru itu adalah penguasaan teknologi (terutama internet) yang dapat
membawa perubahan dalam masyarakat (dalam Utari, 2011: 51).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Media sosial sudah barang tentu tidak sama dengan interaksi tatap muka,
namun media sosial memberikan bentuk-bentuk baru dalam interaksi yang
membawa orang kembali ke dalam kontak pribadi dalam cara-cara yang tidak
dapat dilakukan oleh media konvensional.
5.3 Karakteristik Social Media
Secara umum, karakteristik media sosial tidak terlepas oleh karakteristik
new media yang merupakan wadah dimana media sosial berkembang. Terry Flew
dalam Swasty (2011: 40) mengemukakan bahwa karakteristik media baru sangat
dipengaruhi oleh aspek-aspek yang ada di dalamnya.
Secara khusus, sesuai namanya, media sosial memiliki fungsi untuk
mendukung interaksi sosial penggunanya. Dalam konteks ini, media sosial bisa
digunakan untuk mempertahankan/mengembangkan relasi atau interaksi sosial
yang sudah ada dan bisa digunakan untuk mendapatkan teman-teman baru.
Berbagai jenis media sosial mulai bermunculan dan bahkan sudah spesifik ke
bidang-bidang tertentu. Hal ini terlihat dengan adanya media semacam Facebook,
Twitter, Linkedln (mengkhususkan untuk bisnis dan profesional), Wayn dan
CouchSurfing (travelling), Flickr (berbagi foto) dan beberapa lainnya (Luik,
2011: 113).
Menurut Melissa dan Anis (2011: 146-152), media sosial memiliki
karakteristik interaksi yang berbeda dengan interaksi media lain, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
karakteristik ruang dan waktu; ragam syarat simbolis, sasaran komunikasi; dan
dialogis/monologis.
Karakteristik ruang dan waktu. Dalam media sosial, interaksi yang
dihadirkan merupakan interaksi termediasi dan interaksi termediasi semu.
Interaksi ini memiliki pembedaan konteks dan bisa dilakukan pada ruang waktu
yang lebih luas.
Ragam isyarat simbolis. Pada media konvensional, isyarat simbolis yang
dipertukarkan dalam interaksi tatap muka banyak yang tidak tertangkap. Namun
dengan kemunculan media sosial, simbol-simbol verbal yang terkadang sulit
dimengerti bisa tergantikan. Dalam media sosial muncul lingo-lingo atau bahasa
slang yang khusus digunakan dalam interkasi tersebut. Selain itu berkembang juga
fitur emoticons atau icon wajah yang menggambarkan ekspresi tertentu.
Penggunaan emoticons untuk menggantikan isyarat-isyarat non verbal yang
menghilang dari interaksi melalui komputer.
Sasaran komunikasi. Media sosial memberikan kemudahan bagi
penggunanya untuk mengontrol sasaran komunikasinya melalui settingan privacy.
Pengguna dapat memilih siapa saja yang bisa melihat informasi tertentu dalam
profilnya, siapa saja yang bisa mengomentari statusnya, bahkan siapa saja yang
boleh melihat foto-foto yang diunggahnya.
Dialogis/monologis. Secara umum, sebagaian besar aktifitas di Path bersifat
dialofis karena setiap kegiatan yang dilakukan bisa dikomentari atau diberi
emoticon love. Namun hal ini bisa dibuat monolog dengan meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
settingan privacy-nya sehingga hanya si pemilik akun yang dapat membaca
statusnya.
5.4 Pengaruh Social Media
Komunikasi yang dilakukan menggunakan media sosial seperti dijelaskan
Darmastuti (2011: 218-224), akan membawa pengaruh pada pertama,
kepercayaan (beliefs), nilai (values), dan sikap (attitudes). Media sosial mampu
mengubah perilaku masyarakat sehubungan dengan dengan iman dan kepercayaan
mereka. Media sosial juga mengubah nilai-nilai yang dianut masyarakat. Ada
banyak nilai-nilai sosial yang ditanamkan budaya kita dan telah tergantikan
dengan nilai-nilai sosial dari budaya lain. Media sosial juga membawa perubahan
dalam hal sikap, terutama sikap dalam berkomunikasi.
Kedua, pandangan dunia (world view). Hadirnya media sosial mengubah
cara pandang masyarakat yang tidak lagi melihat dunia dengan kacamata yang
sempit, tetapi dengan kacamata yang luas. Orientasi terhadap dunia dan sekitarnya
berubah dari orientasi lokal menjadi orientasi yang global. Beragam informasi
kini bisa didapatkan masyarakat bahkan sebelum kita mencari informasi itu
sendiri.
Ketiga, organisasi sosial (social organization). Organisasi sosial bukan lagi
dipahami sebagai organisasi formal dan nyata seperti yang ada dalam kehidupan
masyarakat selama ini, tetapi lebih dipahami sebagai organisasi sosial yang
sifatnya maya dengan keterikatan yang sangat lemah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Keempat, tabiat manusia (human nature). Tabiat manusia adalah suatu
karakter yang dimiliki manusia itu. Tabiat manusia yang dinampakkan sehari-hari
tidak lepas dari latar belakang budaya yang dimilki. Namun seiring perkembangan
teknologi informasi saat ini dan hadirnya media sosial yang selalu menemani
setiap kegiatan manusia, tanpa disadari tabiat manusia dari yang ramah tamah,
rendah hati dan sopan santun berubah menjadi blak-blakan, apa adanya, serta
menjadikan diri sebagai pusat dari semua kegiatan.
Kelima, orientasi kegiatan (activity orientation). Kegiatan yang dilakukan
dengan menggunakan media sosial memiliki orientasi yang bermacam-macam. Di
satu sisi, mempermudah kegiatan yang dilakukan karena menggunakan media
online dan mempercepat proses penyebaran informasi. Namun di sisi lain,
orientasinya juga cenderung untuk pencitraan.
Dan keenam, persepsi tentang diri dan orang lain (perception of self and
others). Persepsi tentang diri dan orang lain didasari oleh konsep diri mereka.
Interaksi sosial yang dilakukan dan dibangun dengan menggunakan media sosial
mempengaruhi individu ketika memahami siapa dirinya dan bagaimana orang lain
memandangnya.
5.5 Jejaring Sosial
Jejaring sosial seperti dijelaskan Boyd dan Ellison, “a social network can
be defined as a web-based service that allows an individual to create a personal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
profile with information about themselves and their interests within a constrained
system” (Boyd and Ellison, 2007: 211).
Jejaring sosial mampu mengambil alih dunia online ketimbang situs-situs
lainnya. Situs ini dibuat secara spesifik untuk menghubungkan individu dengan
koneksi yang ada atau menyatukan orang asing berdasarkan jenis ketertarikan
yang sama, termasuk pandangan politik, hobi dan lokasi (Boyd & Ellison, 2007:
210). Meskipun istilah jejaring sosial dan media sosial sering tertukar, mereka
memiliki arti yang berbeda. Jejaring sosial pastilah merupakan media sosial,
namun tidak semua media sosial dapat dikatakan jejaring sosial. Jejaring sosial ini
menawarkan ruang yang mampu menghubungkan individu atau teman sejenis,
dan dapat tersaji sebagai “mikroblog” dimana pengguna membagi informasi
melalui update status, foto, film, musik dan tombol “emoticon love dan emoticon
expression” media sosial mencakup dan merujuk pada media tambahan yang
memiliki dua kapabilitas, sebagai blog dan majalah digital.
5.6 Path
Path sebagai salah satu poduk jejaring sosial, menyajikan daftar pengguna
lain yang secara individu terhubung dengan mereka dan memudahkan individu
menavigasi daftar koneksi mereka dengan koneksi yang dimiliki pengguna lain.
Intinya, individu yang menggunakan situs jejaring sosial mampu menciptakan
profil dan menghubungkan profil mereka kepada pengguna lain untuk membentuk
jaringan personal (Melcombe, 2011 : 11).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Path merupakan pendatang baru di ranah jejaring sosial yang meraih
popularitas dalam waktu relatif singkat. Jumlah anggotanya pun meningkat pesat
termasuk di Indonesia. Path sejatinya adalah jejaring sosial yang bersifat personal
(http://ilmuti.org/wp-content/uploads/2014/04/Dela-Putri-Lestari-PATH-
JEJARING-SOSIAL1.pdf diakses pada tanggal 3 Juni 2015 pukul 11.49).
Menurut McCarthy (2010) dalam “A Path the world isn’t meant to see”
menjelaskan bahwa Path juga sebuh aplikasi jejaring sosial pada telepon pintar
yang memungkinkan penggunanya untuk berbagi gambar dan juga pesan.
Path menyediakan fitur – fitur untuk menciptakan profil sesuai dengan
kategori seperti berikut : gambar profil, fitur belanja, fitur mengunggah foto dan
video, mengunggah lokasi, musik, film, buku, mengunggah status, fitur
sleep/awake, fitur emoticon.
Parker (2012) dalam “Path: The ‘Future’ of Social Networking?”
menerangkan keistimewaan dari Path meliputi: (1) Personal – Path sengaja
dirancang khusus untuk orang terdekat dengan batas 500 teman, (2) Minimally
instrusive – dengan penggunaan fitur “awake/sleep”, pemberitahuan kepada
teman – teman apa yang sedang kita lakukan, (3) Exclusively mobile – media
sosial Path hanya terdapat dalam smartphone, sehingga orang – orang dapat
mengakses Path dimana saja dan kapan saja, (4) User centric – Path merupakan
gabungan dari media sosial lainnya seperti Facebook dan Twitter.
Profil Path atau ruang web seseorang yang mendeskripsikan diri mereka
(Gearhat & Kang, 2010 : 3) adalah halaman unik dimana individu dapat “menulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
diri mereka menjadi seseorang” (Boyd & Ellison, 2007 : 3). Profil mencerminkan
citra diri yang ingin ditunjukan seseorang pengguna kepada komunitas online-nya
(Bobkowski, 2008 : 6).
Update moment juga merupakan fitur terpenting dalam profil Path.
Pengguna dapat meng-update moment mereka kapan saja yang menjadikannya
sebagai info menarik. Pembaruan ini dapat dilihat di profil pengguna segera
setelah dipasang. Siapa saja yang telah menjadi teman dapat melihat update
moment yang dibagi ke pengguna lainnya yang masuk dalam jaringan.
Ditambah lagi pengguna dapat mengunggah foto – foto yang ingin mereka
unggah. Pengguna dapat menulis caption dalam masing – masing foto dan
menandai mereka kepada pengguna Path lain yang ada dalam foto. “Menandai”
(tagging) dalam konteks ini akan mengikat nama pengguna ke dalam foto,
menandakan bahwa mereka berada dalam foto tersebut (Smock, 2010 : 6).
6. Pencitraan Diri
6.1 Pengertian Citra Diri
Citra merupakan serangkaian pengetahuan, pengalaman, perasaan (emosi)
dan penilaian yang diorganisasikan dalam sistem kognisi manusia atau
pengetahuan pribadi yang sangat diyakini kebenarannya.
Rahmat dalam bukunya Ardianto berjudul “Metodologi penelitian untuk
public relations”, pengertian citra adalah :
“Citra adalah peta kita tentang dunia. Tanpa citra, kita akan selalu beradadalam suasana yang tidak pasti. Citra adalah gambaran tentang realitas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
tidak harus selalu sesuai dengan realitas. Citra adalah dunia menurutpersepsi kita (Rakhmat, dalam Ardianto, 2009 : 28).
Dari penjelasan di atas menurut Rakhmat sehingga dapat disimpulkan
bahwa gambaran tentang sesuatu yang terekam dalam benak seseorang yang akan
menentukan sikap dirinya terhadap diri sendiri dan orang lain itulah yang disebut
dengan citra.
6.2 Pembentukan Citra Diri
Menurut Ardianto dan Soemirat pada bukunya “Dasar – dasar Public
Relations”, pembentukan citra dipengaruhi oleh empat komponen :
1. Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur
lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan.
Dengan kata lain, individu memberikan makna terhadap rangsang
berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang.
2. Kognisi yaitu suatu keyakinan diri dari terhadap memberi
rangsangan tersebut sehingga individu harus diberikan informasi
yang cukup yang dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya.
3. Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan kegiatan – kegiatan tertentu
guna mencapai suatu tujuan.
4. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan
merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi dan nilai. Sikap bukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
perilaku, tetapi sikap merupakan kecenderungan untuk berperilaku
dengan cara – cara tertentu (2012:116).
6.3 Media Citra Diri
Terdapat berbagai karakteristik yang menjadi konteks media baru. Gane
dan Beer (2008:71) mengulas tentang salah satu karakteristik dari media baru,
yakni archive atau penyimpanan (arsip). Archive dalam media baru harus
dipahami dalam kerangka teknologi komunikasi yang mengubah cara dalam
menghasilkan, mengakses, hingga menaruh informasi itu sendiri. Istilah ini
berbeda dengan arsip yang selama ini dipahami sebagai sebuah kumpulan
dokumen yang memuat informasi tertentu, disimpan di sebuah tempat, bisa
lemari, ruang atau gudang, dan hanya bisa diakses oleh orang tertentu. Arsip
media baru, tidak hanya terdiri dari teks semata, melainkan juga sudah bisa
memuat foto, film, maupun suara. Arsip tersebut dimungkinkan untuk dirubah
seseorang. Arsip yang dimakasud tidak sekedar dipandang sebagai dokumen
resmi tertentu semata yang disimpan, melainkan internet dengan jaringan,
distribusi informasi, dan mediasi antara manusia-mesin menjadi tempat
penyimpan data, yang kebanyakan memuat citra diri.
Penelitian kekinian terhadap komunikasi semestinya sudah merambah
pada perkembangan teknologi komunikasi yang telah menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat dan fokusnya tidak hanya kepada pesan atau konten
semata. Holmes (2005 : 2), melihat bahwa pada kenyataanya setiap hari individu
selalu bersentuhan dengan teknologi dan saat ini kita hidup dalam masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
informasi. CITs (Communication and Information Technologies) menjadi
fenomenal dan pada level tertentu merubah cara pandang individu terhadap
‘objek’ sehingga pada akhirnya membawa perubahan ‘rasa’ terhadap objek pada
saat relasi itu terbangun.
Hubungan secara fisik atau interface antar individu di era media baru ini
tidak lagi mendominasi, melainkan telah diwakili oleh perangkat teknologi
komunikasi. Bahkan dalam perkembangan dunia maya saat ini, kehadiran
individu sebagai objek bisa diwakili dengan animasi (avatar) sesuai dengan
keinginan individu tersebut. Di dalam internet, siapapun bisa menjadi siapa atau
apa saja yang diinginkannya, itulah pencitraan dirinya secara virtual.
Fase pertemanan dalam SNS (Social Networking Sites) menghadirkan citra
diri yang lebih kompleks dari dunia nyata. Pencitraan diri SNS dikonsumsi oleh
teman-temannya yang berasal dari berbagai konteks. Dengan demikian, akan
banyak tafsir mengenai teman virtual tersebut berdasarkan konstruksi citra
dirinya. Terkadang dalam kehidupan nyata non virtual, sesorang yang sangat
pendiam dalam kesehariannya, tetpi tidak ketika di dunia virtual, mereka aktif
bersiul dan komentar di sana-sini.
Mengacu kepada Jones (1990 : 215), terdapat beberapa strategi dalam
konstruksi citra diri yang diperoleh dari eksperimennya melalui Komunikasi
Interpersonal. Strategi tersebut diantaranya adalah :
1. Ingratiation berupa pendapat mengenai hal positif tentang orang
lain atau mengataan sedikit hal-hal negatif tentang diri sendiri,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
untuk menyatakan kesederhanaan, keakraban dan humor dengan
tujuan agar ia disukai oleh orang lain.
2. Competence berupa citra diri berupa karateristik umum meliputi
pengakuan tentang kemampuan, prestasi, kinerja, dan kualifikasi
yang bertujuan agar dianggap terampil dan berkualitas.
3. Intimidation berupa status dengan karakteristik umum yang
memuat ancaman, pernyataan kemarahan, dan kemungkinan
ketidaksenangan dengan tujuan untuk memperoleh kekuasaan.
4. Exemplification yang meliputi komitmen ideologis atau militansi,
pengorbanan diri, dan kedisiplinan diri yang bertujuan agar
dianggap memiliki standar moral yang lebih tinggi.
5. Supplication yaitu konstrusi citra diri berupa status memohon
bantuan dan rendah diri dengan tujuan agar diperhatikan atau
tampak tidak berdaya sehingga orang lain akan datang untuk
membantu. Strategi-strategi tersebut di atas digunakan oleh
pengguna dalam memodifikasi citra diri SNSnya.
F. KERANGKA BERPIKIR
Untuk mempermudah dalam penyelesaian ini akan dibutuhkan kerangka
pikir untuk membantuk menyelesaikannya. Penelitian ini mengacu kepada proses
pembentukan citra diri (Ardianto dan Soemirat, 2012 : 116) akan membahas
bagaimana proses pembentukan citra diri yang dibuat oleh mahasiswa Ilmu
Komunikasi Reguler Angkatan 2014 didalam media sosial Pathnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Pada dasarnya, setiap orang menginginkan citra yang sesuai dengan
harapannya. Oleh karenanya, realitas tidak menghadirkan dirinya dalam bentuk
kasar, namun disaring melalui cara seseorang melihat sesuatu. Konstruksi sosial
selalu dihubungkan dengan pengaruh sosial dalam individu. Kemudian
diasumsikan bahwa realitas adalah konstruksi sosial (Ngangi, 2011 : 1 – 4). Hal
ini dimaksud dengan istilah teori kontruktivisme. Dalam penjelasan Deddy N
Hidayat, bahwa ontologi paradigma konstruktivis memandang realitas sebagai
konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu (Hornby, 1995 : 317). Seseorang
mengkonstruksikan dirinya sehingga membentuk sebuah citra diri.
Path dalam penelitian ini menjadi wadah pengguna dan profil menjadi
sarana untuk mengekspresikan diri, penciptaan citra diri dan interaksi. Peneliti
akan meneliti bagaimana mahasiswa Ilmu Komunikasi Reguler Angkatan 2014
melakukan pencitraan diri didalam akun Pathnya ditinjau dari kelima fitur dalam
Path yang terdiri dari : fitur lokasi; fitur foto; fitur lagu, film, dan buku; fitur tidur
– bangun, dan fitur status. Konstruksi citra diri mereka didalam profil Path masing
– masing yang kemudian akan dianalisis secara deskriptif oleh penelitian. Analisis
deskriptif akan dilakukan dari segi persepsi, kognisi, motivasi dan sikap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
G. METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis dan Metode Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan termasuk dalam kategori penelitian
deskriptif–kualitatif. Deskriptif berarti penulis berusaha mendeskripsikan,
menggambarkan, atau melukiskan fakta-fakta secara sistematis dan akurat dan
tidak hanya terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data tetapi meliputi
analisa dan interpretasi tentang arti data secara kualitatif (Nasir, 1998: 63).
Sementara penelitian deskriptif diharapkan untuk melakukan pengukuran terhadap
fenomena sosial tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah: pertama, untuk
mengetahui frekuensi suatu aspek fenomena sosial tertentu. Kedua, untuk
mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu. Tidak bermaksud
menguji hipotesa, sekedar menggambarkan persoalan yang terjadi.
Pengguna MediaSosial Path
Media SosialPath
Persepsi
Kognisi
Motivasi
Sikap
Foto
Musik, Lagu,Film
Status
Tidur -Bangun
Lokasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Pawito (2007: 35) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif berfokus pada
mengemukakan gambaran dan/atau pemahaman mengenai bagaimana dan
mengapa suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi. Karena hanya memberikan
gambaran mengenai sebuah fenomena, maka metode penelitian yang digunakan
adalah deskriptif. Menurut Rakhmat (1999: 24), penelitian deskriptif hanya
memaparkan situasi suatu peristiwa, penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan
hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat suatu prediksi.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Ilmu
Komunikasi UNS Reguler Angkatan 2014 yang aktif menggunakan Path dan
melakukan tindakan pencitraan diri mereka melalui profil akun Path masing –
masing. Penulis memilih lima informan yang dianggap mampu memberikan data
yang valid dan dapat dipercaya. Penulis juga memilih informan dengan kota
tempat tinggal yang berbeda-beda. Adapun profil Path yang akan diteliti
merupakan update profil yang dilakukan informan dalam kurun waktu bulan
September 2014 hingga Juni 2015. Hal ini dikarenakan pada bulan September
2014 mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UNS Reguler Angkatan 2014 hingga
Juni 2015 melakukan aktivitasnya sebagai mahasiswa baru.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, artinya bahwa
penentuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat
terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel lima mahasiswa jurusan
Ilmu Komunikasi UNS Reguler Angkatan 2014 dengan kriteria aktif
menggunakan situs jejaring sosial Path dan menjadi teman dari peneliti. Aktif
disini mengacu pada aktivitas penggunaan Path (terutama update moment,
location, status, dan unggah gambar) yang dilakukannya.
Sumber data didapat dari wawancara kepada informan dan observasi atau
pengamatan. Dari total calon informan yang telah diselidiki oleh penulis,
sebanyak 106 orang jumlah mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UNS Reguler
Angkatan 2014 ditandai ke dalam note berisi interview question / topic guide
untuk mengetahui awal mula penciptaan dan motif mereka dalam menggunakan
selama dua minggu sejak catatan ini, sebanyak delapan belas orang yang
memberikan respon dan menjawab pertanyaan dalam interview question / topic
guide tersebut. Para informan yang menjawab, berasal dari usia, gender dan kota
tempat tinggal yang berbeda. Dari delapan belas informan tersebut, penulis
mengambil lima orang secara purposive yang dianggap mengetahui dan dapat
dipercaya menjadi sumber data yang relevan dan mengetahui permasalahan secara
mendalam.
Adapun kriteria bertujuan memilih informan yang valid sebagai berikut :
a. Memiliki account Path
b. Setiap hari selalu menyempatkan online Path
c. Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UNS Reguler Angkatan 2014
d. Minimal 450 moment dalam akun Path-nya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber data pertama
atau tangan pertama di lapangan. Sumber data primer penelitian ini
adalah hasil observasi peneliti terhadap jejaring sosial Path milik
mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UNS Reguler Angkatan
2014.
2. Data Sekunder, adalah data yang mendukung data primer dan
merupakan sumber data yang diperoleh melalui studi kepustakaan
yaitu dari wawancara, buku, karya ilmiah, arsip, serta jurnal atau
dokumen resmi yang relevan dengan penelitian terkait pencitraan
diri dalam media sosial.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
sebagai berikut:
1) Wawancara
Teknik wawancara ini dilakukan dengan struktur yang tidak
ketat atau informal guna menanyakan pendapat informan tentang
situasi dan kondisi tertentu. merupakan percakapan dengan maksud
tertentu. Untuk memudahkan dalam mengajukan pertanyaan, maka
penulis mTenggunakan daftar pertanyaan (interview guide). Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
penelitian ini, penulis mewawancarai informan-informan yang telah
ditentukan kriterianya dengan mengajukan pertanyaan yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti. Pertanyaan yang diajukan
dapat berkembang dan tidak terpaku pada daftar pertanyaan yang
disiapkan penulis. Informan yang diwawancarai adalah mahasiswa
jurusan Ilmu Komunikasi UNS Reguler Angkatan 2014 yang
menggunakan situs Path serta menjelaskan mengapa mereka
melakukan pencitraan diri dalam profil media sosial.
2) Observasi
Data hasil observasi dikumpulkan dengan menelaah dan
mengkaji bahan penelitian yang relevan dengan topik yang diteliti.
Dalam penelitian ini, data hasil observasi diambil dengan merekam
segala aktivitas yang dilakukan informan dalam profil Path, baik dari
segi teks maupun gambar.
6. Teknik Analisis Data
Menurut Pawito (2007 : 101), analisis data dalam penelitian komunikasi
kualiatatif pada dasarnya dikembangkan dengan maksud hendak memberikan
makna (making sense of) terhadap data, menafsirkan (interpretating), atau
mentransformasikan (transforming) data ke dalam bentuk – bentuk narasi yang
kemudian mengarah pada temuan yang bernuansakan proposisi – proposisi ilmiah
(thesis) yang akhirnya sampai pada kesimpulan – kesimpulan final. Data yang ada
berasal dari hasil wawancara dengan narasumber dan pengumpulan data – data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
melalui dokumen dan sebagainya yang nantinya akan dianalisis. Data yang ada
berasal dari observasi penulis dalam pengamatan sehari – hari yang dilakukannya
terhadap sumber informasi.
Pada penellitian ini penulis menggunakan teknik analisa data dari Miles
dan Huberman yaitu interactive modle. Pada teknik analisa data ini terdiri tiga
komponen yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan
penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions)
(Punch, 1998 : 202 – 204 dalam Pawito, 2007 : 104). Adapun gambar ataupun
model dari teknik analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah
sebagai berikut :
Bagan 1.1. Teknik Analisis Data Miles dan Huberman (Pawito, 2007 : 105)
7. Validitas Data
Dalam menguji validitas data dalam penelitian, penulis menggunakan
teknik triangulasi. Penulis mengarah kepada triangulasi sumber data. Triangulasi
sumber data merupakan penggalian informasi tertentu melalui berbagai metode
dan sumber data, seperti melalui wawancara, observasi atau dokumen tertulis.
PengumpulanData
PengumpulanData
PenyajianData
Penarikan /pengujian
kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Masing – masing cara dapat menghasilkan data yang berbeda sehingga dapat
memberikan pandangan yang berbeda mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai
pandangan itu dapat menciptakan keluasan pengetahuan untuk memperoleh
kebenaran handal.