bab i pendahuluan a. konteks penelitian · 2020. 2. 13. · pendidikan merupakan kebutuhan yang...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat pokok dan mendasar dalam
membentuk kepribadian manusia. Manusia sebagai kholifah di bumi mempunyai
berbagai potensi yang harus dibimbing dan dilatih agar dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Melalui pendidikan, segala norma, etika dan berbagai
macam pengetahuan dapat diajarkan. Oleh sebab itu, pendidikan diharapkan dapat
menghasilkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab dan mampu
mengantisipasi terhadap masa yang akan datang.
Bagi umat Islam menyiapkan generasi penerus yang berkualitas dan
bertanggung jawab lewat upaya pendidikan itu merupakan suatu tuntutan dan
keharusan, sesuai dengan firman Allah Swt dalam Q.S An-Nisa, ayat 9 :
Terjemahnya:
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar.1
Suatu lembaga pendidikan dalam setiap aktifitas, diperlukan adanya
kordinasi dalam setiap gerak langkah, untuk mengkordinasikan semua gerak
langkah tersebut, pimpinan sekolah harus berusaha mengetahui keseluruhan
1Tim Penyusun, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Balai Pustaka Kemenag
Indonesia, 2012), hlm, 210.
2
situasi di sekolahnya dalam segala bidang. Usaha dan guru-guru untuk
mengetahui situasi lingkungan pendidikan dalam segala kegiatannya, disebut
supervisi atau pengawasan pendidikan.2
Dalam konteks sekolah sebagai suatu organisasi pendidikan, supervisi
merupakan bagian dari proses administrasi dan manajemen. Kegiatan supervisi
melengkapi fungsi-fungsi administrasi yang ada di sekolah sebagai fungsi
terakhir, yaitu penilaian terhadap semua kegiatan dalam mencapai tujuan supervisi
mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari semua program.
Supervisi bersangkut paut dengan semua upaya penelitian yang tertuju pada
semua aspek yang merupakan faktor penentu keberhasilan. Dengan mengetahui
kondisi aspek-aspek tersebut secara rinci dan akurat, dapat diketahui dengan tepat
pula apa yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas organisasi yang
bersangkutan.
Dilihat dari kelahirannya, supervisi berasal dari dua kata Bahasa Inggris,
yaitu Super dan Vision. Super yang berarti di atas dan Vision yang berarti
melihat, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan terhadap hal-hal yang ada
di bawahnya. Supervisi merupakan istilah yang dalam rumpun pengawasan tetapi
sifatnya lebih mengarah pada pencapaian tujuan. Di dalam kegiatan supervisi,
pelaksanaan bukan mencarai-cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung
unsur pembinaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui
kekurangannya untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki.3
Dengan supervisi yang intensif kepada guru, secara tidak langsung peserta
didik akan kena dampaknya yaitu ikut terangkat prestasinya. Dalam uraian
tersebut. Selain itu juga supervisi membantu guru dalam melihat secara lebih jelas
dalam memahami keadaan dan kebutuhan peserta didik. Hal ini penting karena
guru memang harus mampu sejauh mungkin memenuhi kebutuhan peserta didik.
Demikian juga bantuan tersebut diberikan kepada guru agar mampu
mengidentifikasi kesulitan individu peserta didik hingga dapat merencanakan
2H. M. Daryanto. Administrasi Pendidikan, (Cet. I. Jakarta: PT. Rieneka Cipta, 1998),
hlm. 169. 3Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, (Cet. I; Jakarta : Rineka Cipta, 2004), hlm. 2.
3
pembelajaran secara lebih tepat melalui analisis kebutuhan dan kondisi yang
dimiliki oleh peserta didik.4
Supervisi pendidikan, bukanlah hanya sebagai pelengkap di dalam
adminstrasi pendidikaan, akan tetapi merupakan hal yang sangat penting untuk
dilaksanakan. Tidak dapat dipungkiri bahwa ada sebagian para guru yang kurang
konsekuen dan kurang memenuhi pra syarat dalam pekerjaannya, serta rendahnya
moral guru yang dapat mengakibatkan hilangnya kewibawaan dan kaburnya
status, serta kurang terampilnya guru dalam menyampaikan pelajaran. Karena itu
sangat diperlukan pengawasan dan pembinaan yang baik. Dengan kata lain bahwa
supervisi sangat diperlukan.
Adapun beberapa alasan penulis dalam memilih judul tersebut adalah
sebagai berikut, 1). Supervisi adalah salah satu komponen yang mempunyai
peranan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Dimana dalam
pelaksanaannya supervisi merupakan pelayanan, pembinaan, bimbingan serta
bantuan kepada para guru agar menjadi guru atau personal yang semakin cakap
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu
pendidikan pada khususnya, dengan harapan agar mampu meningkatkan
efektifitas proses belajar mengajar di sekolah. 2). Melihat Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa
pengawasan pada pendidikan formal dilakukan oleh pengawas pendidikan (pasal
39 ayat 1), sedang untuk pendidikan non formal dilakukan oleh penilik satuan
pendidikan (pasal 40 yat 1). Dan pengawas sekolah itu adalah satu fungsi penting.
3). Guru dalam proses belajar mengajar adalah memegang peranan yang sangat
penting, dengan melihat betapa sangat pentingnya guru dalam prosess belajar
mengajar, maka sangatlah perlu adanya peningkatan terhadap kemampuan
kualitas pendidikan.5
Peran supervisor dalam dunia pendidikan mempunyai fungsi yang sangat
penting demi terciptanya kualitas pendidikan dimana tugas supervisor untuk
4H. M. Daryanto, Administrasi Pendidikan (Cet. V ; Bandung : PT. Rianeka Cipta. 2008),
hlm. 170. 5Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Cet. I, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya 2002). hlm. 25.
4
memantau para pendidik dalam pembelajaran yang disampaikan agar dapat
bermanfaat serta mampu memotivasi peserta didik dalam menggapai hasil belajar
mereka, karena selalu diperhatikan oleh atasan kepada guru, sehingga tercipta
kualitas pembelajaran bagi guru-guru yang ada di Madrasyah Aliyah (MA) Nurul
Ikhlas Ambon.
Hasil observasi yang penulis dapatkan di Madrasyah Aliyah (MA) Nurul
Ikhlas Ambon ternyata kualitas pembelajaran bagi pendidik merupakan faktor
utama seorang supervisor kepada pendidik sehingga ada keseriusan bagi para
pendidik dalam meningkatkan proses pembelajaran bagi para peserta didik.
Dimana dalam supervisi dilakukan seminggu ±2 kali, yaitu berupa penilaian
kepada para pendidik memberikan pembelajaran di kelas kemudian memberikan
nasehat dan doa bersama pada peserta didik sebelum masuk kelas. Dengan
mengamati apa yang telah dilakukan supervisor ini mencerminkan seorang
pemimpin yang baik, dimana meninjauan para pendidik dalam melakukan
pembelajaran di kelas serta mengarahkan peserta didik dalam melakukan hal
terpuji sebelum masuk kelas.6 Beranjak dari fenomena di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul “Peran Kepala Madrasah
Sebagai Supervisor Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah (MA) Nurul Ikhlas Ambon”.
B. Fokus Penelitian
Adapun fokus dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan supervisor
pendidikan dan kualitas pembelajaran Aqidah Akhlak.
C. Rumusan Masalah
Dari gambaran latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
pokok sebagai berikut;
1. Bagaimana kualitas pembelajaran aqidah akhlak di Madrasah Aliyah (MA)
Nurul Ikhlas Ambon ?
6Observasi di MA Nurul Ikhlas Ambon, Tanggal 30 November 2016.
5
2. Bagaimana peran kepala Madrasah sebagai supervisor pendidikan dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran di Madrasah Aliyah (MA) Nurul
Ikhlas Ambon ?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kualitas pembelajaran aqidah akhlak di Madrasah
Aliyah (MA) Nurul Ikhlas Ambon.
2. Untuk mengetahui peran kepala Madrasah sebagai supervisor
pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di Madrasah
Aliyah (MA) Nurul Ikhlas Ambon.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Konsep Dasar Supervisi
a. Pengertian Supervisi
Dilihat dari sudut etimologi “supervisi” berasal dari kata “super” dan
“vision” yang masing- masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi secara
etimologis supervisi berarti penglihatan dari atas. Istilah “melihat” dalam
hubungannya dengan masalah supervisi searti dengan “menilik”, “mengontrol”,
“mengawasi”. Hal ini dapat diartikan bahwa kegiatan supervisi dilakukan oleh
atasan kepada bawahan.7
Sedangkan dari segi istilah atau secara terminologi, telah banyak
dirumuskan oleh para ahli tentang arti yang terkandung dalam istilah supervisi.
1) P. Adams dan Frank G, Dickey : Supervisi adalah program yang berencana
untuk memperbaiki hal belajar dan mengajar. Program itu dapat berhasil
bila supervisor memiliki ketrampilan (skill) dan cara kerja yang efisien
dalam kerjasama dengan orang lain (pendidik dan petugas lainya).
2) Dalam “Dictionary of Education”, Good Carter, memberi pengertian
supervisi sebagai berikut (terjemahan bebas): Supervisi adalah usaha dari
petugas-petugas sekolah dalam memimpin pendidik dan petugas-petugas
lainya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, mrnyeleksi
pertumbuhan jabatan dan perkembangan pendidik dan merevisi tujuan-
ujuan pendidikan, bahan-bahan pengejaran dan metode mengajar dan
evaluasi pengajaran.
3) Boardman: Supervisi adalah suatu usaha menstimulir, mengkoordinir, dan
membimbing secara berlanjut pertumbuhan pendidik baik secara pribadi
maupun kelompok agar lebih memahami dan lebih efektif dalam
mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.8
7Piet A. Sahertian, Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Cet. I, Jakarta; Rineka
Cipta, 2000), hlm. 19. 8Ibid., hlm. 18.
7
Dari pengertian di atas dapat dikemukakan tiga hal penting perlu dipahami
dan diperhatikan bahwa :
1) Supervisi hanya merupakan dan sebatas pemberian bantuan, berarti
pendidik sendiri yang harus menjadi pemeran utama dan aktif, sedangkan
supervisor sebagai pemeran pembantu.
2) Supervisi berorientasi dan berfokus pada pengembangan dan peningkatan
kemampuan profesional unjuk kerja pendidik.
3) Supervisi tidak menilai atau mencari kesalahan, tetapi untuk memperbaiki
kelemahan/kekurangan, dan yang utama adalah untuk menumbuh
kembangkan keterampilan-keterampilan baru sehingga memenuhi
kualifikasi untukmenjadi pendidik profesional.9
Ada bermacam-macam tanggapan tentang fungsi supervisi sesuai dengan
definisi yang telah dikemukakan, namun ada suatu general agreement bahwa
peranan utama dari supervisi adalah ditunjukkan kepada “perbaikan pengajaran”.
Semakin jauh pembahasan tentang supervisi makin nampak bahwa kunci
supervisi bukan hanya membicarakan perbaikan itu sendiri, melainkan supervisi
yang diberikan kepada pendidik, menurut T.H Briggs juga merupakan alat untuk
mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan pendidik. Di sini
nampak dengan jelas implikasi perubahan-perubahan masyarakat yang membawa
konsekuensi dalam cara mengatur langkah-langkah perbaikan pengajaran.
b. Kepala Madrasah Sebagai Supervisor Pembelajaran
Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang memiliki peranan sangat
besar dalam pengembangan mutu pendidikan di sekolah. Oleh karena itu kepala
Madrasah harus mempunyai kepribadian, sifat-sifat dan kemampuan serta
keterampilan-keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan.
Disamping itu, Donni J. Priansa dan R. Somad mengatakan Kepemimpinan kepala
Madrasah yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu memberdayakan
seluruh potensi yang ada di Madrasah dengan optimal, sehingga pendidik, staf,
dan pegawai lainnya merasa ikut terlibat dalam pencapaian tujuan dan sasaran
9Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Cet. I, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya 2002). hlm. 25.
8
yang telah ditetapkan oleh Madrasah, dan juga memberikan kepuasan inspirasi
dan teladan yang baik bagi stakeholders.10
Olehnya itu supervisi pembelajaran bagi kepala Madrasah ialah kegiatan-
kegiatan pengawasan yang ditujukan memperbaiki kondisi-kondisi, baik personil
maupun material yang memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang
lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan.11
Dalam hal ini kepala Madrasah bertugas memberikan bimbingan, bantuan,
pengawasan dan penilaian pada masalah-masalah yang berhubungan dengan
teknis penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan dan pembelajaran yang
berupa perbaikan program dan kegiatan pendidikan pembelajaran untuk dapat
menciptakan situasi belajar mengajar. Tugas ini antara lain :
a. Membimbing pendidik agar mereka dapat memahami secara jelas tujuan-
tujuan pendidikan pengajaran yang hendak dicapai dan hubungan antara
aktivitas pembelajaran dengan tujuan-tujuan.
b. Membimbing pendidik agar mereka dapat memahami lebih jelas tentang
persoalan-persoalan dan kebutuhan kebutuhan peserta didik.
c. Menyeleksi dan memberikan tugas-tugas yang paling cocok bagi setiap
pendidik sesuai dengan minat, kemampuan bakat masing-masing dan
selanjutnya mendorong mereka untuk terus mengembangkan minat, bakat dan
kemampuannya.
d. Memberikan penilaian terhadap prestasi kerja Madrasah berdasarkan standar-
standar sejauh mana tujuan Madrasah itu telah dicapai.12
Sehingga program supervisi bagi kepala Madrasah dalam pembelajaran
adalah rincian kegiatan yang akan dilakukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu proses dan hasil belajar. Kegiatan tersebut menggambarkan
hal- hal apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, fasilitas apa yang
akan diperlukan, kapan dilakukan dan cara untuk mengetahui berhasil tidaknya
10
Priansa, D.J & Somad, R. Manajemen Supervisi Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah,
(Bandung: Alfabeta, 2014), hlm.186. 11
Ibid. 12
Dirawat, dkk, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, (Cet. II, Surabaya: Usaha Nasional
1986), hlm. 31
9
usaha yang dilakukan itu. Sehingga program supervisi kepala Madrasah terdiri
atas, 1). Rencana pelaksanaan pembelajaran, 2). Pengembangan materi
pembelajaran, 3). Meningkatkan materi pembelajaran, 4). Meningkatkan metode
pembelajaran, 5). Meningkatkan model-model pembelajaran, 6). Pelaksanaan
pembelajaran, 7). Mengamati pendidik dalam proses belajar mengajar di kelas, 8).
Mengevaluasi pendidik saat kegiatan belajar mengajar, dan 9). Menambahkan
referensi buku di perpustakaan.13
c. Prinsip-Prinsip Supervisi Pendidikan
Seorang pimpinan pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor dalam
melaksanakan tugasnya hendaknya bertumpu pada prinsip-prinsip supervisi:
1) Ilmiah (Secientific) yang mencakup unsur-unsur:
a) Sistematika artinya dilaksanakan secara teratur, berencana dan kontinyu
b) Obyektif artinya data yang didapat pada observasi yang nyata bukan
tafsiran pribadi.
c) Menggunakan alat (instrumen) yang dapat memberi informasi sebagai
umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar
mengajar.
2) Demokratis, yaitu menjnjung tinggi asas musyawarah, memiliki jiwa
kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima pendapat orang lain.
3) Koopertif, seluruh staf dapat bekerja bersama, mengembangkan usaha
bersama dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
4) Konstruktif, dan kreatif yaitu membina inisiatif guru serta mendorongnya
untuk aktif menciptakan suasana dimana setiap orang merasa aman dan dapat
menggunakan potensi-potensinya.14
Dengan prinsip-prinsip tersebut, diharapkan sikap para pemimpin
pendidikan tidak lagi memaksa bawahannya, menakuti, melumpuhkan semangat
dan kreatifitas guru dan stafnya, akan tetapi sealiknya, yaitu menumbuh
kembangkan semangat dan kreatifitasnya dan dapat menciptakan situasi dan
13
Misra, Pelaksanaan Program Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Guru-Guru, (Jurnal,
Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Untan, Pontianak, 2013 Vol.XXIV). 14
Dirawat, dkk, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, (Cet. II, Surabaya: Usaha Nasional
1986), hlm. 31.
10
relasi, dimana seseorang merasa aman dan tenang dalam mengembangkan
potensinya.
d. Macam Supervisi Pendidikan
Tujuan umum Supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan
kepada pendidik dan staf personil tersebut mampu meningkatkan kwalitas
kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan
proses belajar mengajar. Sasaran supervisi ditinjau dari objek yang disupervisi,
yaitu terfokus pada supervisi akademik.
Supervisi akademik menitikberatkan pengamatan supervisor pada masalah-
masalah akademik, yaitu hal-hal yang berlangsung berada dalam lingkungan
kegiatan pembelajaran pada waktu peserta didik sedang dalam proses
mempelajari sesuatu. Supervisi akademik adalah menilai dan membina guru
dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran agar diperoleh hasil
belajar peserta didik yang lebih optimal. Tujuan supervisi akademik yang
dilakasanakan oleh supervisor Madrasah adalah meningkatkan kemampuan
profesional pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran. Oleh sesbab itu maka sasaran supervisi akademik adalah pendidik
dalam proses pembelajaran.
Dalam melaksanakan supervisi terhadap hal-hal di atas, seorang supervisor
dituntut melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan standar nasional pendidikan
yang meliputi delapan komponen, yaitu : (a) standar isi, (b) standar kompetensi
lulusan, (c) standar proses, (d) standar pendidikan dan tenaga kependidikan, (e)
standar saran dan prasarana, (f) standar pengelolaan, (g) standar pembiayaan, dan
(h) standar penilaian.15
Tujuan supervisi terhadap kedelapan aspek tersebut adalah
agar sekolah terakreditasi dengan baik dan dapat memenuhi standar nasional
pendidikan.
Sedangkan yang dimaksud dengan supervisi pengajaran ialah kegiatan-
kegiatan pengawasan yang ditujukan memperbaiki kondisi-kondisi, baik personil
15
PP. RI., Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan Nasional.
11
maupun material yang memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang
lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan.16
e. Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan
Teknik adalah suatu cara dalam melaksanakan suatu kegiatan untuk
mencapai tujuan tertentu. Suatu teknik terdiri dari berbagai kegiatan yang teratur
dan beraturan atas dasar ketentuan-ketentuan yang berlaku. Teknik hanya
merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan, dan bukan merupakan tujuan.
Sebelum melangkah lebih jauh dalam membahas teknik supervisi
pendidikan, terlebih dahulu penulis jelaskan tentang fungsi dari teknik supervisi
itu sendiri.17
Fungsi teknik adalah sebagai komunikasi dan alat untuk mencapai
tujuan, yakni untuk mengkomunikasikan sesuatu dari supervisor kepada orang
yang disupevisi sebagai bantuan, bimbingan dan dorongan. Makin baik cara-cara
berkomunikasi yang dilaksanakan, makin besar kemungkinan tujuan dapat
tercapai. Dengan kata lain, makin tinggi penguasaan teknik-teknik supervisi,
makin besar pula kemungkinan keberhasilannya.
Banyak sekali teknik-teknik yang dikemukakan para ahli. Dalam
pemahaman ini penulis akan paparkan beberapa teknik supervisi pendidikan.
Adapun teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut :
a) Teknik yang Bersifat Individual
Yaitu cara-cara pelaksanaan bimbingan dan komunikasi terhadap
perorangan. Adapun yang termasuk dalam teknik ini antara lain :
1) Kunjungan kelas
Yaitu kunjungan yang dilakukan oleh kepala sekolah ke dalam kelas,
dimana guru-guru dalam pemecahan masalah.18
Adapun yang menjadi tujuan
percakapan pribadi adalah
a) Untuk saling mengenal lebih baik lagi, yaitu sebagai pribadi dan sebagai
sesama petugas profesional.
16
Ibid. 17
Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 63. 18
Priansa, & Somad, R. Manajemen Supervisi Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah,
(Bandung : Alfabeta, 2014), hlm.186.
12
b) Untuk membantu pendidik mengenal dirinya, dengan adanya percakapan
(dialog), supervisor membantu guru untuk menyadari kemampuan dan
kekurangannya.
c) Membantu pendidik untuk menempatkan dirinya dlam profesi sebagai
anggota yang bernilai.
d) Mengembangkan sikap percaya diri pada para pendidik, sehingga
menimbulkan sikap optimis dan harapan-harapan positif.19
2) Kunjungan Observasa
Pendidik dari satu sekolah sengaja ditugaskan untuk melihat mengamati
seorang pendidik yang sedang mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata
pelajaran tertentu. Kunjungan observasi dapat dilakukan di Madrasah sendiri atau
dengan mengadakan kunjungan ke Madrasah lain. Sebagai demonstran dapat
ditunjukkan seorang pendidik dari Madrasah sendiri atau Madrasah lain yang
dianggap memiliki kecakapan atau keterampilan mengajar sesuai dengan tujuan
kunjungan kelas yang diadakan, atau lebih baik lagi jika sebagai demonstran
tersebut adalah supervisor itu sendiri yaitu kepala Madrasah
3) Membimbing pendidik tentang cara mempelajari peserta didik
Banyak masalah yang dialami pendidik dalam mengatasi kesulitankesulitan
belajar peserta didik. Misalnya peserta didik yang lamban dalam belajar tidak
dapat memusatkan perhatian peserta didik yang nakal, peserta didik yang
mengalami perasaan rendah diri dan kurang dapat bergaul dengan teman-
temannya. Meskipun beberapa Madrasah atau sekolah mungkin telah dibentuk
bagian bimbingan dan konseling, masalah-masalah yang sering timbul didalam
kelas yang disebabkan oleh peserta didik itu sendiri dari pada diserahkan kepada
pendidik bimbingan dan konselor yang mungkin akan memakan waktu yang lebih
lama untuk mengatasinya.20
19
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Anggota IKAPI, 2009),
hlm. 106. 20
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm. 121.
13
b) Teknik yang Bersifat Kelompok
Yaitu suatu teknik yang digunakan untuk dilaksanakan secara bersama-sama
oleh supevisor dengan sejumlah pendidik dalam satu kelompok. Teknik-teknik
tersebut sebagai berikut:
a) Orientasi Bagi Pendidik
Yaitu suatu upaya yang bertujuan mengatur pendidik untuk memasuki
suasana kerja yang baru, tetapi hal ini tidak berlku pada pendidik baru saja,
melainkan untuk seluruh staf pendidik: Adapun orientasi tersebut antara lain:
1) Orientasi personal, yaitu pengenalan terhadap personal pendidik dan
petugas-petugas sekolah lainya
2) Orientasi terhadap program sekolah, yang juga termasuk rencana-rencana
dan dokumen lain.
3) Orientasi terhadap fasilitas, baik sarana maupun prasarana sekolah.
b) Rapat Staf
Rapat staf ada yang menyebutnya sebagai kegiatan rapat guru atau rapat di
sekolah, maksudnya adalah sama yaitu pertemuan antara stafsekolah, tertama para
guru untuk mengembangkan dan meningkatkan proses belajar mengajar. Rapat ini
memamang banyak jenisnya, baik dilihat dari sifat, jenis kegiatan, tujuan maupun
dari orang-orang yang menghadirinya.
Akan tetapi yang dibicarakan disini adalah “staf meeting guru” yaitu rapat
para guru dalam sekolah yang dihadiri oleh seluruh atau sebagian guru dan
stafnya di sekolah. Adapun tujuan umum diadakannya rapat staf atau rapat guru
disuatu sekolah adalah :
a) Menyatukan pandangan-pandangan guru tentang konsep umum, maka
pendidikan dan fungsi sekolah dalam pencapaian tujuan pendidikan yang
menjadi tanggung jawab bersama.
b) Mendorong para guru untuk melaksanakan tugas-tugasnya sebaik-
sebaiknya dan mendorong pertumbuhan mereka.
14
c) Menyatukan pendapat tentang metode-metode kerja yang akan membawa
mereka bersama ke arah pencapaian tujuan pendidikan.21
Jenis-jenis rapat guru atau rapat sekolah ditinjau dari waktu
penyelenggaraan nya adalah:
a) Rapat reguler (teratur) yang diadakan pada waktu tertentu secara teratur
berdasarkan rencana.
b) Rapat okasional ( sewaktu tertentu) yang diadakan tidak menurut jadwal,
tetapi menurut keperluan.
c) Rapat darurat (emergenci), yang diadakan secara tiba-tiba arena keadaan
yang mendadak.
c) Teknik-Teknik Peningkatan
Dalam usaha peningkatan ini, guru yng disupervisi harus aktif dalam
menentukan keberhasilannya. Untuk meningkatkan kemampuan para guru, dapat
ditempuh dengan berbagai cara antara lain :
a) Penataran
Sebutan yang lain adalah kursus , Up grading dan in-service educatio. Pada
dasarnya semuanya mempunyai maksud yang sama, yaitu untuk
meningkatkan efesiensi dan produktifitas dalam melakukan tugas tertentu.
Dalam mengikuti kegiatan diatas, ada dua tujuan, yaitu :
1) Sebagai penyegaran , yaitu suatu upaya untuk menyegarkan kembali dari
suatu kegiatan rutinitas kesituasi yang lebih menggairahkan.
2) Sebagai usaha peningkatan pengetahuan, ketrampilan dengan mengubah
sikap tertentu, sehingga terlihat adanya peningkatan profesi guru.22
b) Diskusi
Yaitu suatu kegiatan dimana sekelompok orang berkumpul, bertatap muka dan
bermusyawarah (bertukar informasi) untuk mencapai suatu keputusan tentang
masalah yang berkaitan dengan belajar mengajar. Pertemuan yang seperti ini
dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan ketrampilan guru. Jenis
diskusi ini banyak sekali macamnya. Dalam hal ini dapat dibagi menjadi dua,
21
Cunningham William G and Paula A Cordeiro. Educational Leadership, A Problem
Based Approach, (Boston: Pearson Education, 2003), hlm. 126. 22
Prasetya, Filsafat pendidikan, (Cet. II ; Jakarta : Pustaka Setia, 2000), hlm. 13.
15
yaitu diskusi yang bersifat informal yang berupa tukar menukar pengalaman
sesama guru, sedangkan diskusi yang bersifat formal seperti seminar dan
sebagainya.23
2. Kualitas Pendidikan
a. Pengetian Kualitas Pendidikan
Istilah kualitas berasal dari bahasa Inggris quality dan sepadan dengan kata
“mutu” dalam bahasa Indonesia, merupakan istilah yang sangat familiar dalam
kehidupan sehari-hari. Secara umum kualitas dapat diartikan “mutu” yaitu
gambaran yang menjelaskan mengenai baik buruknya hasil yang dicapai para
peserta didik dalam proses pendidikan yang sedang dilaksanakan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia disebutkan pula bahwa kualitas memiliki arti tingkat baik
buruknya suatu kadar, derajat, taraf, atau mutu di suatu.24
Sesuai dengan arti kata
di atas secara substantif, menurut Sanusi Uwes mutu itu mengandung dua hal,
pertama sifat dan kedua taraf. Sifat adalah suatu yang menerangkan keadaan
benda, sedangkan taraf adalah suatu menunjukan kedudukan dalam suatu skala.25
Sedangkan secara umum mutu adalah gambaran dan karateristik yang menyeluruh
dari barang atau jasa yang menunjukan kemampuannya di dalam memuaskan
kebutuhan yang dihadapkan atau tersirat.26
Selaras dengan kutipan di atas
Nurhasan juga berpendapat bahwa mutu dapat diartikan kualitas, suatu ganbaran
yang menjelaskan mengenai baik buruknya hasil yang dicapai suatu atau
seseorang dalam melakukan suatu proses.27
Adapun definisi mutu menurut Armai Arif adalah usaha yang dilakukan
oleh seseorang, lembaga (institusi) atau organisasi dalam upaya menyempurnakan
23
Subari, Supervisi Pendidikan dalam Rangka Situasi Belajar, (Jakarta : Bumi Aksara,
1994), hlm. 1. 24
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 603. 25
Uwes, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),
hlm. 27. 26
Umaidi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta: Dirjen Depdiknas,
2001), hlm. 26. 27
Narhasan, Konversi Nasional Pendidikan Indonesia Kurikulum Untuk Abad Ke-21,
(Jakarta: PT Grafindo, 1994), hlm. 390.
16
suatu produk, agar produk tersebut bernilai fungsional dan efisien.28
Jadi mutu
merupakan orientasi utama dari suatu produk sejauhmana suatu produk memenuhi
kriteria, standar atau rujukan.
Dengan demikian dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
mutu/kualitas adalah tingkatan atau kadar suatu, baik berupa benda, manusia atau
yang ainnya. Sedangkan dilihat dari tingkatannya, ada kualitas nomor satu, dua
dan selanjutnya. Adapun dari sisi kadar, dapat dikatakan kualitas baik, kualitas
sedang, kualitas rendah dan sebagainya.
Korelasi mutu dengan pendidikan, sebagaimana pengertian yang
dikemukakan oleh Dzaujak Ahmad dalam Armai Arif bahwa mutu pendidikan
adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efisien
tehadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah sehingga
menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma atau
standar yang berlaku.29
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bicara pendidikan
bukanlah upaya sederhana, melainkan suatu kegiatan dinamis dan penuh
tantangan. Pendidikan selalu berubah seiring dengan perubahan zaman. Oleh
karena itu, pendidikan senantiasa memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan
mutu sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntunan kehidupan
masyarakat.
b. Indikator Kualitas Pendidikan
Indikator atau kriteria yang dapat dijadikan tolok ukur kualitas pendidikan
yaitu:
1) Hasil akhir pendidikan
2) Hasil langsung pendidikan, hasil langsung inilah yang dipakai sebagai titik
tolak pengukuran mutu pendidikan suatu lembaga pendidikan. Misalnya tes
tertulis, daftar cek, anekdot, skala rating, dan skala sikap.
3) Proses pendidikan
4) Instrumen input, yaitu alat berinteraksi dengan raw input (peserta didik)
28
Armai Arif, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD PRESS, 2005), hlm. 22. 29
Ibid., hlm. 24.
17
5) Raw input dan lingkungan.30
Konteks pendidikan, pengertian kualitas dalam hal ini mengacu pada
konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada
setiap kurun waktu tertentu setiap catur wulan, semester, setahun, 5 tahun dan
sebagainya). Prestasi yang dicapai dapat berupa hasil test kemampuan akademis
(misalnya ulangan umum, UN, dan lain-lain), dapat pula prestasi di bidang lain
misalnya dalam cabang olah raga atau seni. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa
kondisi yang tidak dapat dipegang intangible seperti suasana disiplin. Keakraban,
saling menghormati dan sebagainya.
Proses pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input, seperti: bahan ajar
(kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan
guru), sarana sekolah dukungan administrasi dan sarana prasarana, dan sumber
daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Manajemen sekolah,
dukungan kelas mensingkrongkan berbagai input tersebut atau mensinergikan
semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru,
peserta didik dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas, baik konteks
kurikuler maupun ekstra kurikuler, baik dalam lingkup substansi yang akademis
maupun yang non akademis dalam suasana mendukung proses pembelajaran.
Antara proses dan pendidikan yang bermutu saling berhubungan, akan tetapi
agar proses itu tidak salah arah, maka mutu dalam arti hasil output harus
dirumuskan terlebih dahulu oleh sekolah, dan jelas target yang akan dicapai untuk
setiap tahun kurun waktu tertentu. Berbagai input dan proses harus selalu
mengacu pada mutu hasil output yang ingin dicapai.
Adapun instrumental input, yaitu alat berinteraksi dengan raw input (siswa)
seperti guru yang harus memiliki komitmen yang tinggi dan total serta kesadaran
untuk berubah dan mau berubah untuk maju, menguasai ajar dan metode
mengajar yang tepat, kreatif, dengan ide dan gagasan baru tentang cara mengajar
maupun materi ajar, membangun kenerja dan disiplin diri yang baik dan
30
Nurhasan, Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia, Kurikulum Untuk Abad 21,
Indikator Cara Pengukuran Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan, (Jakarta,
Sindo, 1994), hlm. 390.
18
mempunyai sikap positif dan antusias terhadap peserta didik, bahwa mereka mau
diajar dan mau belajar. Kemudian sarana dan prasarana belajar harus tersedia
dalam kondisi layak pakai, bervariasi sesuai kebutuhan, alat peraga sesuai dengan
kebutuhan, media belajar disiapkan sesuai kebutuhan. Biaya pendidikan dengan
sumber dana, budgeting, kontrol dengan pembukuan yang jelas. Kurikulum yang
memuat pokok-pokok materi ajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran,
realistik, sesuai dengan fenomena kehidupan yang sedang dihadapi. Tidak kalah
penting metode mengajar pun harus dipilih secara variatif, disesuaikan dengan
keadaan, artinya guru harus menguasai berbagai metode.
Begitu pula dengan raw input dan lingkungan, yaitu peserta didik itu
sendiri. Dukungan orang tua dalam hal ini memiliki kepedulian terhadap
penyelenggaraan pendidikan, selalu mengingatkan dan peduli pada proses belajar
anak di rumah maupun di sekolah.
c. Langkah-Langkah Peningkatan Kualitas Pendidikan
Upaya perbaikan pada lembaga pendidikan tidak sederhana yang dipikirkan
karena butuh perbaikan yang berkelanjutan, berikut ini langkah-langkah dalam
meningkatkan mutu pendidikan yaitu melalui kurikulum adalah instrumen
pendidikan yang sangat penting dan strategis dalam menata pengalaman belajar
peserta didik, dalam meletakkan landasan-landasan pengetahuan, nilai,
keterampilan,dan keahlian, dan dalam membentuk atribut kapasitas yang
diperlukan untuk menghadapi perubahan-perubahan sosial yang terjadi. Saat ini,
memang telah dilakukan upaya-upaya untuk semakin meningkatkan relevansi
kurikulum dengan melakukan revisi dan uji coba kurikulum berbasis kompetensi
(KBK). Kurikulum uji coba tersebut didasarkan pada pendekatan yaitu:
1) Pengasaan aspek kognitif dalam bentuk kemampuan
2) Penguasaan aspek afektif yang lebih komprehensif, dan
3) Penguasaan aspek keterampilan dalam bentuk kapasitas profesional.
Kompetensi itu hendaknya dapat membentuk suatu kapasitas yang utuh dan
komprehensif sehingga tidak diredusir menjadi keterampilan siap pakai. Michael,
dan Charles Quengly, mengemukakan kompetensi yang berada dalam suatu
keutuhan dan komprehensif dengan kapasitas lainnya. Kompetensi mensyaratkan
19
tiga elemen dasar yaitu basic, knowledge, skill ( intellectual skill, participation
skill), and disposition. Melalui proses pembelajaran yang efektif, dari tiga elemen
dasar ini dapat dibentuk kompetensi dan komitmen untuk setiap keputusan yang
diambil. Kapasitas ini harus menjadi muatan utama kurikulum dan menjadi
landasan bagi pengembangan proses pembelajaran dalam rangka pembentukan
kompetensi.31
d. Peran Pendidik dalam Proses Pembelajaran
Sejak dulu dan sampai sekarang pendidik menjadi panutan masyarakat.
Pendidik tidak hanya diperlukan oleh peserta didik di ruang kelas, tetapi juga
diperlukan oleh masyarakat lingkungannya. Dalam menyelesaikan aneka ragam
permasalahan yang dihadapi masyarakat. Tampaknya masyarakat mendukung
pendidik pada tempat etrhormat dalam kehidupan masyarakat, yakni di depan
memberi suri tauladan, di tengah-tengah membangun dan dibelakang memberikan
dorongan dan motivasi.32
Dengan keprcayaan yang diberikan masyarakat, maka
dipundak pendidik diiberikan tigas yang berat. Namun lebih berat lagi
mengemban tanggung jawab, sebab tanggung jawab itu hanya terbatas di
lingkungan pendidikan tetapi jiga di luar pendidikan. Pembinaan yang harus
diberikan pendidik tidak hanya secara kelompok tetapi juga secara individual. Hal
ini menuntut pendidik agar selalu memperhatikan sikap, tingkah laku dan
perbuatan peserta didiknya tidak hanya di sekolah maupun di luar sekolah.
Peranan pendidik dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal,
Sadirman AM menjelaskan bahwa peranan pendidik sebagai informator,
organisator, motivator, pengarah, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator,
evaluator.33
Sedangkan Piet A. Sahertian mengutip pendapat Watten B,
menjelaskan peranan pendidik sebagai tokoh terhormat dalam masyarakat, penilai,
seorang sumber, membantu, wasit, detektif, objek identitas, penyangga rasa takut,
31
Michael, dan Charles Quengly, Langkah-Langkah Peningkatan Mutu Pendidikan,
http://tukimendotcom.wordpress.com/2013/01/06/Langkah-Langkah-Peningkatan-Mutu-
Pendidikan/. Artikel diakses pada tanggal 09 Oktober 2016. 32
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 1990),
hlm. 7-8. 33
Sadiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2003), hlm. 144-146.
20
orang yang menolong memahami diri, pemimpin kelompok, orang tua/wali orang
yang membina dan memberi layanan, kawan sekerja dan membawa rasa kasih
sayang.34
Menurut Mulyasa dalam Abd. Rahman Getteng, pendidik harus memacu
diri dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh
peserta didik agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal, dan
menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai berikut:
a. Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya
b. Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta
didik
c. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta
didik sesuai minat, dan pendidik sebagai model
d. Kemampuan dan bakatnya
e. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat
mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran
pecahannya,
f. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab,
g. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan dengan orang lain
secara wajar,
h. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antara peserta didik, orang
lain, dan lingkungan
i. Mengembangkan kreativitas
j. Menjadi pembantu ketika diperlukan.35
e. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pembelajaran Aqidah Akhlak
Dalam suatu pembelajaran banyak hal atau faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas pengajaran deorang pendidik, karenanya untuk
menjadikan proses pengajaran yang dilakukan menjadi kualitas seyogyanya harus
ditunjang dengan sebaik-baiknya dan selengkap-lengkapnya agar proses belajar
34
Piet A. Sahertian, Profil Pendidik Profesional, (Jakarta: Andi Ofsit, 1994), hlm. 14. 35
Abd. Rahman Getteng, Menuju Guru Profesional dan Beretika, (Yogyakarta: Grha Guru,
2009), hlm. 38-39.
21
mengajar menjadi lancar dan mencapai tujuan yang diinginkan, adapun hal-hal
yang dapat menunjang proses pembelajaran tersebut antaranya adalah:
1) Kemampuan membuat perencanaan pembelajaran
Sebelum membuat perencanaan belajar mengajar, pendidik terlebih dahulu
harus mengetahui arti dan tujuan perencanaan tersebut dan menguasai secara
teoritis dan praktis unsur-unsur yang terdapat dalam perencanaan pengajaran.
Kemampuan dalam merencanakan program belajar mengajar merupakan muara
dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar, dan pemahaman yang
mendalam tentang obyek belajar dan situasi pengajaran. Keterampilan dalam
menyusun dalam menyusun rencana pengajaran ini adalah merencanakan
pengelolaan kegiatan belajar mengajar, merencanakan pengorganisasian bahan
pengajaran, merencanakan pengelolaan kelas, merencanakan penggunaan alat dan
metode pengajaran dan merencanakan penilaian prestasi peserta didik untuk
kepentingan pengajaran.36
2) Kemampuan dalam menjelaskan
Yang dimaksud dengan keterampilan dalam menjelaskan pengajaran ialah
penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk
menunjukan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Misalnya sebab
dan akibat, definisi dengancontoh atau dengan yang belum diketahui. Pemberian
penjelaskan merupakan salah satu aspek yang amat penting dari kegiatan pendidik
dalam interaksinya dengan peserta didik di dalam kelas.37
3) Kemampuan menggunakan media pengajaran
Alat peraga dalam mengajar memegang peranan yang sangat penting
sebagai alat bantu untuk menciptakan proses pengajaran yang efektif dalam
pencapaian tujuan pengajaran. Peranan alat bantu memegang peranan yang sangat
penting sebab sebagai adanya alat peraga ini bahan dapat dengan mudah dipahami
oleh peserta didik. Media atau alat pembelajaran yang dirancang dengan baik
dapat merangsang timbulnya proses atau dialog mental pada diri peserta didik.
36
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, hlm. 121. 37
Ibid., hlm. 89.
22
Dengan kata lain, terjadi komunikasi antara peserta didik dengan media secara
tidak langsung tentunya antara peserta didik dengan penyaur pesan (pendidik).38
4) Kemampuan menggunakan metode
Metode mengajar ialah cara yang digunakan pendidik dalam menggunakan
hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya pengajaran. Metode
mengajar merupakan salah satu komponen yang harus digunakan dalam kegiatan
pembelajaran maupun dalam upaya membentuk kemampuan peserta didik
diperlukan adanya suatu metode atau cara mengajar yang efektif. Penggunaan
metode mengajar harus dapat terciptakan terjadinya interaksi antara peserta didik
dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan pendidik sehingga
proses pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal.39
5) Kemampuan mengelola kelas
Mengelolaan kelas adalah keterampilan pendidik untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya
proses belajar mengajar. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika
pendidik mampu mengatur peserta didik dan sarana pengajaran serta
mengendalikan dalam suasana yang mengenangkan untuk mencapai tujuan
pengajaran.40
6) Kemampuan mengevaluasi
Untuk dapat menentukan tercapainya tujuan pengajaran perlu dilakukan
usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi. Evaluasi artinya penilaian terhadap
tingkat keberhasilan peserta didik mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
sebuah progaram. Tujuan evaluasi untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah
dicapai oleh peserta didik, untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang
peserta didik dalam kelompok kelasnya, untuk mengetahui sejauh mana peserta
didik telah mendayagunakan kapasitasnya kognitifnya untuk keperluan belajar
38
Sri Anitah W. Dkk, Strategi Pembelajaran di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008),
hlm. 66. 39
Ibid., hlm. 54. 40
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, hlm. 97.
23
dan untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metoda mengajar yang
telah digunakan pendidik dalam proses belajar mengajar.41
Kualitas pendidik dalam mengajar pada hakikatnya merupakan hasil
interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor yang
datangnya dari dalam dan dari luar dirinya. Faktor yang datang dari dalam dirinya
(faktor internal) antara lain adalah faktor kesehatan, potensial, bakat, sikap dan
kepribadian. Sedangkan faktor yang berasal dari luar dirinya (faktor eksternal)
antara lain faktor kepemimpinan kepala sekolah, peserta didik, dan sarana.
Menurut Kartini Kartono terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi
mutu atau kualitas pendidik antara lain adalah faktor dari dalam diri sendiri yang
meliputi kecerdasan, keterampilan, dan kecakapan, bakat, kemampuan dan minat,
motif, kepribadian dan cita-cita. Dan faktor dari luar diri sendiri yang meliputi
lingkungan dan sarana prasarana.42
Kedua faktor tersebut menunjukan bahwa pendidik sebagai ahli pendidikan
dan pengajaran harus mampu memiliki kesadaran, keinginan dan kemampuan
untuk selalu meningkatkan kompetensinya, sehingga diharapkan pendidik menjadi
lebih kompeten dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Selain itu
ditunjang juga dengan upaya-upaya dari luar, seperti sarana dan prasarana serta
kegiatan-kegiatan pengembangan kompetensi pendidik dalam upaya untuk
meningkatkan profesionalisme pendidik dalam pengajaran (pendidikan dan
pelatihan, seminar dan penataran-penataran).
Untuk meningkatkan kualuatas pendidik perlu dipertimbangkan faktor yang
mempengaruhinya baik dari dalam maupun dari luar dirinya. Bagaimanapun
baiknya situasi dan kondisi yang tersedia serta pembinaan yang telah diupayakan
dengan baik oleh kepala sekolah, namun jika pendidik tersebut tidak memiliki
kemauan maka semuanya tidak akan berjalan dengan lancar. Dengan adanya
kamauan kecakapan serta keahlian yang dimiliki oleh seorang pendidik maka
segala kekurangan yang ada akan menjadi pendorong baginya untuk selalu
berusaha meningkatkan kemampuannya.
41
Ibid., hlm. 142. 42
Kartini Kartono, Menyiapkan Dan Memanduh Karir, (Jakarta: CV Rajawali 1995),
hlm. 23.
24
Dengan demikian faktor internal pada pendidik merupakan faktor yang
utama dan mendasar dalam meningkatkan kualitas mengajar pendidik, juga dalam
menentukan keberhasilan dan pencapaian tujuan pendidikan, karena pendidik
merupakan ujung tombak dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran di
sekolah. Namun faktor eksternal juga merupakan penunjang bagi pendidik dalam
meningkatkan kualitas mengajarnya.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh pimpinan pendidikan dalam
menjalankan fungsinya sebagai supervisor untuk meningkatkan kualitas mengajar
pendidik diantaranya adalah membina dalam program pengajaran, membina
dalam pengelolaan pengajaran, membina dalam menyusun evaluasi pengajaran,
meberi kesempatan kepada pendidik untuk melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi. Dengan meningkatkan kualitas mengajar pendidik maka diharapkan dapat
meningkatakan hasil belajar peserta didik sehingga tujuan pendidikan dapat
tercapai.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan dan jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif,
yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa atau kejadian
yang terjadi pada masa sekarang berdasarkan fakta di lapangan. Dalam hal ini
peneliti akan mendeskripsikan bagaimana peran kepala Madrasah sebagai
supervisi pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Aqidah Akhlak
di Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas Ambon.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran penulis dalam penelitian ini untuk meneliti peran kepala
Madrasah sebagai supervisor pendidikan untuk mengetahui kualitas pembelajaran
Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas Ambon.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Nurul
Ikhlas Ambon, sejak tanggal 15 Agustus 2017 sampai dengan 18 September 2017.
4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah data yang diperoleh dari informan,
yaitu 4 orang yang memberikan informasi baik secara primer maupun secara
sekunder. Dalam hal ini kepala Madrasah, wakasek kurikulum, guru Aqidah
Akhlak, dan ketua komite sekolah.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan dengan menggunakan penelitian lapangan (field
reseach). Penelitian lapangan yaitu penulis secara langsung terjun kelapangan
sebagai instrument pengumpulan data.
a. Observasi yaitu pengamatan yang dilakukan secara sengaja dan langsung
keobyek yang diteliti guna memperoleh gambaran yang sebenarnya
terhadap permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini penulis akan
mengobservasikan tentang bagaimana peran kepala Madrasah sebagai
26
supervisi pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Aqidah
Akhlak di Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas Ambon.
b. Wawancara, metode ini digunakan agar mengetahui dan mendapatkan
informasi secara langsung dari obyek penelitian terkait dengan
permaslahan yang dikaji. Yang dimaksud dengan wawancara di sini ialah
terkait dengan wawancara terstruktur dan juga wawancara tidak
terstruktur yaitu untuk bagaimana peneliti mendapatkan informasi terkait
dengan peran kepala Madrasah sebagai supervisi pendidikan dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah
Nurul Ikhlas Ambon.
c. Dokumentasi, yaitu suatu metode pengumpulan data dengan jalan
mencatat secara langsung dokumen yang terdapat pada lokasi
penelitian.43
Dokumentasi di sini terkait dengan foto-foto maupun
trankrip wawancara sebagai bukti bahwa peneliti melakukan penelitian di
Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas Ambon.
6. Analisis Data
Analisis data dapat disefinisikan sebagai proses penguatan dan
pengelompokan data dengan tujuan untuk menyusun hipotesis kerja dan
mengangkatnya menjadi kesimpulan atau teori sebagai temuan.44
Data dalam
penelitian kualitatf terdiri dari deskripsi yang dirinci tentang situasi, interaksi,
peristiwa orang dan peristiwa yang teramati, pikiran, sikap, dan keyakinan, atau
pertikan-pertikan dokumen.
Pendapat lain mengatakan bahwa analisis data adalah upaya mencari dan
menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan
sejenisnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang masalah yang diteliti
dan menjelaskannya sebagai temuan yang dilanjutkan dengan upaya mencari
makna.
43
Nana Saodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung, PT. Remaja
Rosdkarya, 2005), hlm 219. 44
Masykuri Bakri, Metode Penelitian Kualitatif Tinjauan Teoritis dan Praktis, (Malang:
Unisma-Visi Press, 2002), hlm 73-174.
27
a. Tahap Reduksi Data
Pada tahap ini penulis membaca, mempelajari dan menelaah data yang
telah diperoleh dari wawancara yang kemudian direduksi. Reduksi data adalah
suatu bentuk analisis yang mengacu pada proses menajamkan,
menggolongkan, membuang yang tidak perlu dan menggorganisasikan data
mentah yang diperoleh dari lapangan. Semua data yang diperoleh sesuai
dengan kebutuhan untuk menjawab pertanyan penelitian.45
b. Penyajian data
Tahap ini dilakukan dengan mengorganisasikan data yang merupakan
sekumpulan informasi yang terorganisir, memberikan makna, dan
terkategorikan serta menarik kesimpulan tentang proses berfikir masyarakat
dalam hal ini persoalan yang peneliti kaji di lapangan.
c. Menarik kesimpulan
Pada tahap ini penulis berusaha menarik kesimpulan tentang subyek
berdasarkan proses berfikir msyarakat dalam menanggapi pertanyaan dalam
bentuk wawancara yang ditanyakan oleh penulis.46
7. Pengecekan Keabsahan Data
Penelitian kualitatif menghadapi persoalan penting mengenai keabsahan
data. Untuk menetralisir hal tersebut maka diperlukan "triangulasi" yaitu penulis
menggunakan metode penelitian lapangan (field research) dan didukung oleh
penelitian kepustakaan (library reseach). Maka teknik pemeriksaan dengan
menggunakan triangulasi dilakukan dengan menggunakan trianggulasi metode.
8. Tahap-Tahap Penelitian
1. Tahap Perencanaan
Dalam tahap ini peneliti merencanakan penelitian dengan menyusun
pedoman wawancara untuk ditanyakan kepada beberapa informan, selain
itu juga penulis memberitahukan maksud dan tujuan penulis kepada kepala
sekolah, demi kelancaran proses penelitian.
45
Lexy J. Moleong, Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), hlm. 66. 46
Ibid., hlm. 67.
28
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam hal ini penulis melakukan wawancara kepada pengawas, kepala
sekolah dan juga guru pembelajaran aqidah akhlak, untuk mendapatkan
informasi mengenai peran supervisor untuk melihat kualitas pembelajaran.
3. Tahap analisis
Tahap ini dilakukan agar proses wawancara yang sudah penulis lakukan
perlu dianalisis, melalui reduksi data, penyajian data dan menarik
kesimpulan.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dalam bab ini, penulis akan uraikan tentang analisa data yang diperoleh dari
penelitian lapangan terhadap peran kepala Madrasah sebagai supervisor
pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di tahun 2017/2018 yang
penulis batasi pada pelaksanaan supervisi pendidikan untuk Guru Bidang studi
Akidah Akhlak.
1. Kualitas Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah (MA) Nurul
Ikhlas Ambon
Hasil dalam penelitian ini mengacu kepada observasi penelitian dan hasil
wawancara antara penulis dengan subjek yang diteliti yakni yang berkaitan
dengan kualitas pembelajaran, yang termuat dalam wawancara berkaitan dengan
peran kepala Madrasah sebagai supervisor dalam meningkatkan kualitas
pembelajar aqidah akhlak di MA Nurul Iklas Ambon. Dalam penelitian ini
terdapat pengawas, kepala sekolah, wakasek kurikulum, pendidik Aqidah Akhlak,
dan ketua komite sekolah peneliti jadikan sebagai informan.
Berdasarkan hasil penelitian ternyata peran kepala Madrasah sebagai
supervisor dalam meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah Nurul Iklas
Ambon, dimana sosok kekiniannya, seorang supervisor menjadi manusia yang
dinamis dan berpikir ke depan (futuristic) dengan tanda-tanda yang dimilikinya
sifat informatif, modern, bersemangat, dan komitmen untuk mengembangkan
individu maupun bersama-sama, dan yang tak kalah penting, supervisor
diharuskan mampu menguasai ilmu dan teknologi, atau setidak-tidaknya mampu
mengoperasionalkan. Maka, supervisor mempunyai tanggung jawab yang besar
dalam mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik. Baik potensi
kognitif, efektif, psikomotorik dari segala aspek ke arah terbentuknya kepribadian
yang utama.
Supervisor yang professional sangat diperlukan sebagai pemenuhan sumber
daya manusia yang baik memiliki kompetensi yang mendukung tugas dan
30
fungsinya dalam menjalankan proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Disamping peran supervisor dalam meningkatkan kualitas pembelajaran ada
faktor pendukung lainnya yang dapat menentukan kualitas pembelajaran, seperti
sarana dan prasarana, kurikulum dan proses belajar mengajar. Sebagaimana yang
disampaikan oleh kepala Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas Ambon bahwa:
“saya sebagai kepala Madrasah dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran Aqidah Akhlak di sini, untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran para pendidik yang ada di Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas
Ambon seperti, mempersiapkan buku-buku Aqidah Akhlak yang akan
digunakan pendidik dalam proses pembelajaran, kemudian memantau para
guru mempersiapkan spydol, tinta dan juga penghapus, serta
mempersiapkan infokus (apabila dibutuhkan pendidik)”.47
Hasil observasi yang penulis dapatkan di lapangan bahwa buku
pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas Ambon sudah
lengkap, bukan saja buku pendidik yang tersedia, tetapi buku peserta didik juga,
tinggal bagaimana pendidik menjalankan tugas dan perannya di dalam kelas.
Untuk spydol tinta bahkan penghapus sudah dipersiapkan di meja pendidik
sebelum pendidik masuk ke dalam kelas, dan terkait dengan infokus, pendidik
hanya bisa menggunakannya sesuai dengan metode dan model pembelajaran yang
dipakai dalam RPP dan silabus.48
Berdasarkan hasil wawancara dan data observasi di atas dapa disimpulkan
bahwa sebagai pemimpin tertinggi di Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas Ambon,
sudah barang tentu memperhatikan dan memahami keperluan pendidik dan
peserta didiknya, agar pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat mencapai kualitas
pembelajaran yang diinginkan.
Hal ini juga dibenarkan oleh Rukmini wakil kepala Madrasah Madrasah
Aliyah Nurul Ikhlas Ambon bahwa :
47
Hayati, Kepala Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas Ambon, Wawancara, Ambon, Kecamatan
Sirimau Kota Ambon, Tanggal 21 Agustus 2017. 48
Observasi di MA Nurul Ikhlas Ambon, Tanggal 16 Agustus 2017.
31
“peran kepala Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas Ambon sudah bagus, bagus
dalam membimbing anak buahnya untuk sekarang dan kedepannya saya
rasa sudah begitu bagus, terkait dengan usaha kepala Madrasah dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran Aqidah Akhlak yaitu:, menyediakan
buku-buku aqidah akhlak, membentuk karakter peserta didik ke arah yang
lebih baik lagi, serta menyediakan alat berupa spydol, infokus dan
penghapus”.49
Berdasarkan data observasi yang penulis temukan, terkait dengan
pembentukan karakter peserta didik ke arah yang lebih baik, kepala Madrasah
disini memberikan nasehat disaat apel pagi sebelum peserta didik masuk ke kelas
begitu juga dengan sebelum pulang dari sekolah, kepala Madrasah memberikan
nasehat kepada peserta ddiknya, kemudian ruang kelas kosong (tidak ada
pendidik yang masuk) kepala madrasah meluangkan waktu untuk masuk kelas
tersebut, dan yang dilakukan kepala Madrasah yaitu mendidik peserta didik
dengan membaca dan menulis al-Qur’an, ini dilakukan kepala madrasah ketika
tidak adda pendidik di dalam kelas.50
Dari hasil wawancara di atas beserta data observasi menunjukkan bahwa
untuk mencapai kualitas pembelajaran yang diinginkan kepala Madrasah
menerapkan baca tulis al-Qur’an, kepala Madrasah disaat masuk kelas ataupun
pulang sekolah sering menasehati peserta didiknya terkait dengan materi yang
didapatkan di kelas, belajar bukan saja di sekolah, bukan saja dari buku, tetapi
belajar bisa dimana saja dan dari siapa saja, selama ilmu masih bersifat positif, ini
mencerminkan seorang pemimpin yang benar-benar pemimpin.
Hal ini juga disampaikan oleh Nasrun salah satu pendidik pada mata pelajaran
aqidah aklak bahwa,
“untuk meningkatkan kualitas pembelajaran aqidah akhlak di Madrasah
Aliyah Nurul Ikhlas Ambon yang dilakukan pendidik aqidah akhlak adalah
memberikan diskusi kelompok kepada para peserta didik terkait dengan
49
Rukmini, Wakil Kepala Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas Ambon, Wawancara, Ambon,
Kecamatan Sirimau Kota Ambon, Tanggal 21 Agustus 2017. 50
Observasi di MA Nurul Ikhlas Ambon, Tanggal 17Agustus 2017.
32
materi yang diajarkan, memberikan suatu permasalahan kepada peserta
didik agar memecahkan permasalahan itu, memberikan pemahaman
tentang pembentukan karakter peserta didik dalam hal akhlak”.51
Terkait dengan data observasi yang penulis lakukan ternyata guru aqidah
akhlak dalam proses pembelajaran di kelas, memberikan materi dari awal hingga
akhir sesuai dengan RPP dan silabus yang sudah ditanda tangani oleh kepala
Madrasah, memberikan diskusi kelompok, memberikan suatu permasalahan
sesuai dengan strategi dan metode yang dipakai dalam proses pembelajaran.
Memberikan pemahaman tentang pembentukan karakter, dalam arti perilaku
peserta didik, tdak boleh datang terlambat, tidak boleh bolos sekolah, dan alfa,
dan harus menghormati orang yang lebih tua.52
Dari hasil wawancara di atas menunjukkab bahwa seorang pendidik
(pendidik aqidah akhlak) tidak terlalu fokus pada pengetahuan, melainkan
bagaimana meningkatkan akhlak peserta didiknya agar menjadi baik, pendidk
aqidah akhlak dalam proses pembelajaran di kelas selalu memperhatikan peserta
didiknya agar fokus dalam pembelajara.
Selanjutnya dibenarkan oleh Ibrahim Kaisupy, bahwa :
“kalau menurut saya, peran kepala Madrasah dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran aqidah akhlak di Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas Ambon
yaitu membimbing pendidik terkait dengan cara pemuatan RPP dan
silabus, memastikan pendidik aqidah akhlak mampu membaca al-Qur’an
menyediakan buku aqidah akhlak bagi pendidik dan peserta didik,
kemudian menyediakan alat peraga, dalam hal mukena, sajaddah dan al-
Qur’an”.53
Hasil observasi yang penulis dapatkan di lapangan bahwa mukena, sajjadah
dan al-Qur’an bahkan alat-alat peraga lainnya sudah disiapkan sekolah, dan
semuanya berada di lemari perpustakaan dan akan digunakan pendidik dan peserta
51
Nasrun, Guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas Ambon, Wawancara,
Ambon, Kecamatan Sirimau Kota Ambon, Tanggal 22 September 2017. 52
Observasi di MA Nurul Ikhlas Ambon, Tanggal 18 Agustus 2017. 53
Ibrahim Kaisupy, Komite Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas Ambon, Wawancara, Ambon,
Kecamatan Sirimau Kota Ambon, Tanggal 23 September 2017.
33
didik sesuai dengan materi yang diajarkan, buku-buku aqidah akhlak juga sudah
dipersiapkan diperpustakaan, membaca al-Qur’an sudah menjadi tanggung jawab
setiap pendidik yang melangsungkan proses pembelajaran di kelas sudah barang
tentu menyediakan RPP dan silabus agar pembelajarannya terarah.54
Dari hasil wawancara dan observasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
ketua komite adalah salah satu tenaga pendidikan yang mene mempunyai peran
menyiapkan aspirasi dari orang tua peserta didik, kepala lembaga, terkait dengan
uang komite, alat peraga yang berhubungan dengan pembelajaran agama
semuanya sudah tersedia di Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas Ambon dan siap
dipakai oleh peserta didik.
Olehnya itu, bahwa kualitas pembelajaran yang ada di Madrasah Aliyah
Nurul Ikhlas Ambon sudah baik dimana dalam proses pembelajaran aqidah akhlak
terdapat faktor pendukungnya dimana terdapat infokus, buku-buku pembelajaran,
sehingga pembelajaran berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari usaha untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan mengadakan MGMP sekolah,
melakukan supervisi. Dalam sistem ini kepala sekolah bersama kami dewan guru
serta warga sekolah lainnya secara mandiri dan bertanggung jawab melaksanakan
program sekolah mencapai visi, misi dan target mutu yang diamanatkan oleh
setiap pihak yang berkepentingan terhadap pendidikan, karena tugas sebagai
kepala sekolah sudah dilakukan dengan baik melalui proses penilaian, sebagai
tanggung jawab, sebagai bidang administrasi, sebagai suvervisi, dan juga sebagai
pemimpin sekolah tersebut untuk menunjang proses peningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah.
2. Peran Kepala Madrasah sebagai Supervisor dalam Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran di Madrasah Aliyah (MA) Nurul Ikhlas Ambon
Berdasarkan data hasil penelitian di Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas Ambon,
bahwa Kepala Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas Ambon memiliki peran sebagai
pengelola dan pengendali kinerja guru sekaligus bertindak untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran, terutama kompetensinya dalam mengajar. Apabila terdapat
54
Observasi di MA Nurul Ikhlas Ambon, Tanggal 19 Agustus 2017.
34
guru yang kurang profesional dalam menjalankan tugasnya, maka sudah
merupakan kewajiban kepala sekolah untuk membimbing guru tersebut melalui
supervisi pendidikan. Namun, pelaksanaan supervisi di Madrasah Aliyah Nurul
Ikhlas Ambon seringkali masih bersifat umum dan aspek-aspek yang diperhatikan
kurang jelas sehingga pemberian umpan balik kurang mengarah pada aspek-aspek
yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
Menjalankan tugas sebagai supervisor tentu tidak semudah mengatakannya.
Peran sebagai kepala sekolah dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai sepervisor kepala sekolah harus memperhatikan 4 poin yaitu membimbing
guru-guru agar mereka dapat memahami secara jelas tujuan-tujuan pendidikan
pengajaran. Membimbing guru-guru agar mereka dapat memahami lebih jelas
tentang persoalan-persoalan dan kebutuhan kebutuhan. Menyeleksi dan
memberikan tugas-tugas yang paling cocok bagi setiap guru sesuai dengan minat.
Memberikan penilaian terhadap prestasi kerja sekolah berdasarkan standar-standar
sejauh mana tujuan sekolah itu telah dicapai. Tetapi siapa pun yang menjadi
kepala sekolah atau supervisor. Sebagai warga Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas
Ambon sudah pastilah mengharapkan hal yang paling baik dari hasil
kepemimpinan Kepala Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas Ambon, sebagaimana yang
disampaikan oleh Kepala Madrasah bahwa:
“untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di Madrasah Aliyah Nurul
Ikhlas Ambon yang saya lakukan sebagai kepala Madrasah yaitu,
membimbing anak buah saya (pendidik) dan tenaga pendidikan agar
profesional menjalankan tugasnya, kemudian menyediakan bahan ajar
berupa buku-buku bidang studi dan lain-lain, serta menjelaskan bagaimana
cara menggunakan alat-alat yang sudah disediakan, seperti infokus dan
juga komputer.55
Hasil observasi yang penulis lakukan di Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas
Ambon, berupa buku-buku yang tersedia diperpustakaan yang terkait dengan mata
pelajaran sudah banyak seperti pembelajaran aqidah akhlak, pembelajaran al-
55
Nurhayati, Dewan Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas Ambon, Wawancara, Ambon,
Kecamatan Sirimau Kota Ambon, Tanggal 21 Agustus 2017.
35
Qur’an Hadist, SKI, untuk mata pelajaran umum jaga banyak terdapat pegangan
bagi pendidik. Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas Ambon menyediakan i buah infokus
yang siap dipakai pendidik dalam proses pembelajaran di kelas.56
Dari hasil wawancara dan data observasi di atas dapat disimpulkan bahwa
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran kepala Madrasah sebagai
supervisor/pengawas, sudah menjadi kewajiban untuk pendidik dan tenaga
pendidikan untuk profesional dalam tugas yang dibebaninya, menggunakan bahan
ajar dan media yang sudah disediakan dengan baik agar tercapai kualitas
pembelajaran yang diinginkan.
Hal ini juga disampaikan oleh Nasrun salah satu pendidik pada mata pelajaran
aqidah aklak bahwa,
“menurut saya, sebagai pendidik aqidah akhlak, peran kepala Madrasah
sudah begitu bagus, kepala Madrasah menyediakan buku-buku
pembelajaran bagi tiap-tiap pendidik sesuai dengan bidangnya, seain itu
ketua Madrasah adalah seorang pimpinan yang berbudi dan bijaksana
dalam membina anak bauhnya, dalam hal selalu memperhatikan kesulitan
yang pendidik hadapi di saat proses pembelajaran”.57
Sesuai dengan data observasi yang peneliti temikan di lapangan, kepala
Madrasah Nurul Ikhlas Ambon adalah seorang supervisor yang bijaksana, selalu
mengarahkan pendidiknya ke arah perbaikan, jika terdapat pendidik yang
kekurangan buku bidang studi dalam proses pembelajaran kepala Madrasah
memberikan atau menyediakan buku-buku tersebut sesuai keperluan pendidik ini
yang peneliti temukan dilapangan.58
Melalui hasil wawancara dan observasi di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di Madrasah Aliyah Nurul
Ikhlas Ambon, kepala Madrasah sebagai supervisor menjalankan tanggung
jawabnya yaitu memberikan atau menyediakan buku-buku kepada pendidiknya,
agar proses pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan baik tanpa harus
56
Observasi di MA Nurul Ikhlas Ambon, Tanggal 22 Agustus 2017. 57
Nasrun, Guru Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas Ambon, Wawancara,
Ambon, Kecamatan Sirimau Kota Ambon, Tanggal 22 September 2017. 58
Observasi di MA Nurul Ikhlas Ambon, Tanggal 23 Agustus 2017.
36
menunggu buku-buku dari depertemen pendidikan ini adalah bentuk perhatian
dari seorang pimpinan tertinggi di lembaganya.
Selanjutnya dibenarkan oleh Ibrahim Kaisupy, bahwa :
“menurut saya peran kepala Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas Ambon sudah
bagus, kita bisa lihat kinerja kepela Madrasah pada beberapa tahun
terakhir ini, mulai dari fisik Madrasah, perencanaan dan pelaporan
semuanya berjalan lancar”.59
Hasil observasi peneliti menunjukkan bahwa terkait dengan fisik Madrasah
penulis lihaat sudah bagus dan bangunan dikelasnya, sarana dan prasarana yang
digunakan di dalam kelas, nahkan para pendidik yang sedang melangsungkan
proses pembelajaran semuanya terarah dan terkendali.60
Hasil wawancara dan observasi di atas dapat ditari kesimpulan bahwa
sebagai seorang supervisor, kepala Madrasah mempunyai peran yang sangat
penting terhadap lembaga yang dipimpinnya mulai dari peserta didiknya,
pendidiknya, tenaga pendidikannya, saran dan prasarananya semuanya harus
bertanggung jawab agar tercapai kualitas pembelajaran yang diinginkan.
B. Pembahasan
Supervisor merupakan masalah yang berhubungan lansung dengan hidup
dan kehidupan manusia. Supervisi merupakan bagian dari proses administrasi dan
manajemen yang telah dilakukan kepala madrasah, dalam hal membimbing,
melatih, mengajar, dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar yang nantinya
menjadikan guru yang sadar dan rasa memiliki tanggung jawab akan tugas-
tugasnya sebagai pendidik.
Supervisor bagi kepala Madrasah yang secara resmi ditugaskan oleh
pemerintah melaksanakan tugasnya dengan baik apa bila betul-betul mengerti
bantuan apa sebenarnya yang dibutuhkan dalam melaksanakan dan meningkatkan
kualitas profesionalnya. Dalam membangun kembali visi profesionalisme
supervisi untuk meningkatkan kualitas pebelajaran, diperlukan perubahan dan
59
Ibrahim Kaisupy, Komita Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas Ambon, Wawancara, Ambon,
Kecamatan Sirimau Kota Ambon, Tanggal 23 September 2017. 60
Observasi di MA Nurul Ikhlas Ambon, Tanggal 24 Agustus 2017.
37
pengembangan visi pada mutu, kecerdasan siswa, dan paradigma baru tentang
pendidikan kegiatannya menyentuh inti kegiatan belajar mengajar melalui
perbaikan terus menerus sebagai upaya peningkatan kualitas situasi belajar
mengajar.
Kehadiran supervisor yang bermanfaat bagi personel sekolah jika supervisor
dan guru merasa suatu tim yang kompak. Pendidik, memiliki teman untuk curah
pendapat sehingga mereka yakin bahwa yang dikerjakan sudah sesuai dengan
prosedur dan kaidah-kaidah profesionalisme kependidikan. Supervisi merupakan
keharusan bagi pendidik, alasanya menurut Bolla dalam Segala bahwa sulit untuk
memisahkan, merefleksikan dan menyadari tingkah lakunya bila sedang
beriteraksi (penyatuan) dengan peseta didik di kelas.61
Peranan supervisi kepala Madrasah adalah memberikan bimbingan,
bantuan, pengawasan dan penilaian pada masalah-masalah yang berhubungan
dengan teknis penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan pengajaran yang
berupa perbaikan program dan kegiatan pendidikan pengajaran untuk dapat
menciptakan situasi belajar mengajar.
Dalam hal ini Dirawat menyempaikan ada 4 poin yang sangat penting dalam
melakukan supervisor yaitu 1). Membimbing pendidik agar mereka dapat
memahami secara jelas tujuan-tujuan pendidikan pengajaran yang hendak dicapai
dan hubungan antara aktivitas pengajaran dengan tujuan-tujuan. 2). Membimbing
pendidik agar mereka dapat memahami lebih jelas tentang persoalan-persoalan
dan kebutuhan kebutuhan peserta didik. 3). Menyeleksi dan memberikan tugas-
tugas yang paling cocok bagi setiap pendidik sesuai dengan minat, kemampuan
bakat masing-masing dan selanjutnya mendorong mereka untuk terus
mengembangkan minat, bakat dan kemampuannya. 4). Memberikan penilaian
terhadap prestasi kerja sekolah berdasarkan standar-standar sejauh mana tujuan
Madrasah itu telah dicapai.62
61
H. Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam proses pendidikan, (Bandung :
Alfabeta, 2010),, hlm.89 62
Dirawat, dkk, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, (Cet. II, Surabaya: Usaha Nasional
1986), hlm. 31
38
Dari deskripsi hasil penelitian sebelum pembahasan ini, terdapat peran
kepala Madrasah sebagai supervisor yaitu melakukan supervisi terhadap
pendidik yang sedang dalam proses belajar mengajar di kelas. Karena tujuan
supervisi ialah membantu para pendidik yang disupervisi maka supervisi
bersifat terbuka artinya orang yang disupervisi berhak melaksanakan tugas
mengajar di kelas. Peranan supervisor (kepala Madrasah) merupakan kegiatan
yang berhubungan dengan usaha-usaha perbaikan dan peningkatan kualitas
pendidikan pada umumnya dan kualitas pembelajaran pada khususnya kualitas
pembelajaran mencakup kualitas proses dan kualitas dari hasil pembelajaran,
sehingga untuk mengetahui semua hal tersebut maka perlu adanya penilaian yang
dilakukan oleh kepala Madrasah melalui supervisinya di sekolah maupun di kelas,
sehingga akan terlihat kualitas pembelajaran melalui penilaian kepala Madrasah
serta bimbingannya yang terdapat pada supervisi kepala Madrasah tersebut.
Agar pembelajaran dapat mencapai kualitas sebagaimana diharapkan maka
perlu diupayakan peningkatan kinerja pendidik. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran itu adalah dengan meningkatkan kualitas
supervisi. Sedangkan kualitas pelaksanaan supervisi bergantung juga pada
kompotensi dan profesionalisme supervisor. Dengan kata lain pelaksanaan
supervisi yang ditujukan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran
melalui pengembangan kompetensi dan profesionalisme pendidik, seharusnya
dilaksanakan oleh supervisior yang memiliki kompetensi dan profesionalisme di
bidang supervisi. Karena tugas dan tanggung jawab kepala Madrasah sebagai
supervisior adalah membimbing pendidik agar kualitas pembelajaran tersebut
lebih baik, melalui penilaian-penilaian yang diberikan oleh kepala Madrasah
apabilan dalam supervisinya terdapat kurang baik, sehingga proses bimbingan
kepada Madrasah melalui supervisi kepala Madrasah berjalan dengan baik.
Sehingga hasil penelitian yang peneliti dapatkan terkait dengan kualitas
pembelajaran yang ada di Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas Ambon sebagai
pemimpin tertinggi di Madrasah, sudah barang tentu memperhatikan dan
memahami keperluan pendidik dan peserta didiknya, agar pelaksanaan
pembelajaran di kelas dapat mencapai kualitas pembelajaran yang diinginkan,
39
sehingga untuk mencapai kualitas pembelajaran yang diinginkan kepala
Madrasah menerapkan baca tulis al-Qur’an, kepala Madrasah disaat masuk kelas
ataupun pulang sekolah sering menasehati peserta didiknya terkait dengan materi
yang didapatkan di kelas, belajar bukan saja di sekolah, bukan saja dari buku,
tetapi belajar bisa dimana saja dan dari siapa saja, selama ilmu masih bersifat
positif, ini mencerminkan seorang pemimpin yang benar-benar pemimpin. Olenya
itu seorang pendidik tidak terlalu fokus pada pengetahuan, melainkan bagaimana
meningkatkan akhlak peserta didiknya agar menjadi baik, pendidk aqidah akhlak
dalam proses pembelajaran di kelas selalu memperhatikan peserta didiknya agar
fokus dalam pembelajara.
Peran supervisi kepala Madrasah sebagaimana diharapkan, di Madrasah
pertama-tama diakibatkan oleh belum adanya program yang dibuat oleh kepala
Madrasah secara khusus. Padahal pembuatan program supervisi merupakan salah
satu faktor yang sangat penting agar tujuan supervisi yang dilaksanakan dapat
tercapai dengan baik. Hal ini jelas dicantumkan dalam buku kinerja Madrasah
yang disana antara lain dinyatakan sebagai supervisor, seorang kepala Madrasah
harus melakukan pengawasan dan pembinaan kepada pendidik, khususnya
berkaitan dengan kegiatan belajar dan mengajar di kelas, agar dapat berjalan
sesuai dengan rencana dan tujuan serta dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Hal ini juga sebagaimana yang peneliti dapatkan bahwa tidak semua kepala
Madrasah mengerti maksud kepemimpinan, kualitas serta fungsi-fungsi yang
harus dijalankan oleh pemimpin pendidikan dalam hal ini sebagai supervisor.
Setiap orang yang memberikan sumbangan bagi perumusan dan pencapaian tujuan
bersama adalah pemimpin, namun individu yang mampu memberi sumbangan
yang lebih besar terhadap perumusan tujuan serta terhimpunnya suatu kelompok
di dalam kerja sama mencapainya, dianggap sebagai pemimpin yang sebenarnya.
Orang yang memegang jabatan kepala Madrasah adalah pemimpin pendidikan
Kepala Madrasah merupakan kunci dalam peningkatan kualitas
pembelajaran aqidah akhlak di sekolah dan mereka berada pada posisi yang
sangat strategis bagi seluruh upaya reformasi pendidikan yang berorentasi pada
pencapaian kualitas pembelajaran. Posisi kepala Madrasah ini menjadi semakin
40
strategis dalam konteks di Madrasah. Apapun upaya yang dilakukan dalam
peningkatan kualitas pembelajaran dalam sebuah sistem persekolahan akan
menjadi tidak berarti jika tidak disertai oleh adanya peran kepala Madrasah yang
profesioanal.63
Peranan kepala Madrasah sangat berpengaruh bagi perkembangan kualitas
pembelajaran aqidah akhlak di sekolah tersebut, mutu pendidikan harus dilakukan
secara intensif dalam segala aspek, baik di keluarga, sekolah, masyarakat dan lain-
lain. Secara umum untuk meningkatkan kualitas pembelajaran aqidah akhlak
untuk mencapai standar kompetensi harus ditunjang oleh banyak pendukung.
Diantaranya adalah peran kepala Madrasah yang profesional yaitu sebagai salah
satu input pendidikan yang memiliki tugas dan fungsi yang sangat berpengaruh
pada berlangsungnya proses pendidikan. Pendidikan dalam kurikulum Madrasah
harus diberikan secara maksimal untuk mengembangkan kualitas pembelajaran.
Peserta didik harus berpartisipasi dalam sekolah maupun kegiatan di luar jam
pelajaran seperti: kegiatan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), kegiatan
pesantren kilat, tadarus al-Quran, pengajian, hari raya Idul adha, panitia zakat
fitrah dan lain-lain. Serta kegiatan bakat minat peserta didik seperti: olah raga,
pramuka, seni dan musik, drama keterampilan-keterampilan, dan rekreasi, jika
kegiatan-kegiatan tersebut.64
Kepala Madrasah harus mengetahui banyak pengetahuan (akademik,
pedagogik, sosial dan budaya), mampu berpikir kritis, tanggap terhadap setiap
perubahan, dan mampu menyelesaikan masalah. Kepala Madrasah diharapkan
bisa menjadi pemimpin dan agen perubahan, yang mampu mempersiapkan
pendidik dan peserta didik untuk siap menghadapi tantangan global di luar
Madrasah. Kepala Madrasah dalam dimensi kekinian digambarkan sebagai
sebagai sosok manusia yang berakhlak mulia, arif, bijaksana, berkepribadian
stabil, mantap, disiplin, santun, jujur, obyektif, bertanggung jawab, menarik,
empatik, berwibawa dan patut diteladani.65
63
M. Surya, Aspirasi Peningkatan Kemampuan Propesional dan Kesejahteraan Guru,
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 021. 64
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 74. 65
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), hlm. 9.
41
Hal ini juga yang peneliti dapatkan di lokasi penelitian bahwa meningkatkan
kualitas pembelajaran kepala Madrasah sebagai supervisor/pengawas, sudah
menjadi kewajiban untuk pendidik dan tenaga pendidikan untuk profesional dalam
tugas yang dibebaninya, menggunakan bahan ajar dan media yang sudah
disediakan dengan baik agar tercapai kualitas pembelajaran yang diinginkan.
Karena kepala Madrasah sebagai supervisor menjalankan tanggung jawabnya
yaitu memberikan atau menyediakan buku-buku kepada pendidiknya, agar proses
pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan baik tanpa harus menunggu buku-
buku dari depertemen pendidikan ini adalah bentuk perhatian dari seorang
pimpinan tertinggi di lembaganya, sehingga sebagai seorang supervisor, kepala
Madrasah mempunyai peran yang sangat penting terhadap lembaga yang
dipimpinnya mulai dari peserta didiknya, pendidiknya, tenaga pendidikannya,
saran dan prasarananya semuanya harus bertanggung jawab agar tercapai kualitas
pembelajaran yang diinginkan.
42
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Kualitas pembelajaran aqidah akhlak di Madrasah Aliyah (MA) Nurul Ikhlas
Ambon sudah baik karena para pendidik yang ada di Madrasah ditempatkan
sesuai dengan kualifikasi keilmuannya, sehingga untuk mencapai kualitas
pembelajaran aqidah akhlak yang diinginkan kepala Madrasah menerapkan
baca tulis al-Qur’an, kepala Madrasah di saat masuk kelas ataupun pulang
sekolah sering menasehati peserta didiknya terkait dengan materi yang
didapatkan di kelas, belajar bukan saja di sekolah, bukan saja dari buku, tetapi
belajar bisa dimana saja dan dari siapa saja, selama ilmu masih bersifat positif,
ini mencerminkan seorang pemimpin yang benar-benar pemimpin dalam
memperhatikan kualitas pembelajaran yang ada di Madrasah.
2. Peran kepala Madrasah sebagai supervisor pendidikan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran di Madrasah Aliyah (MA) Nurul Ikhlas Ambon adalah
menjalankan tanggung jawabnya yaitu memberikan atau menyediakan buku-
buku kepada pendidiknya, agar proses pembelajaran di kelas dapat berjalan
dengan baik tanpa harus menunggu buku-buku dari depertemen pendidikan ini
adalah bentuk perhatian dari seorang pimpinan tertinggi di lembaganya.
Olehnya itu, sebagai seorang supervisor, kepala Madrasah mempunyai peran
yang sangat penting terhadap lembaga yang dipimpinnya mulai dari peserta
didiknya, pendidiknya, tenaga pendidikannya, saran dan prasarananya
semuanya harus bertanggung jawab agar tercapai kualitas pembelajaran yang
diinginkan.
B. Saran.
Sebagai akhir dari tulisan ini, berikut akan dikemukakan saran-saran sebagai
berikut :
43
1. Kepada sekolah sebagai pelaksana, tidak boleh memaksakan kehendak
sendiri terhadap kelompoknya, harus berusaha memenuhi kehendak dan
kebutuhan kelompoknya. Karena kepala sekolah yang baik harus pandai
membuat dan menyusun perencanaan, sehingga segala sesuatu yang akan
diperbuatnya bukan secara sembarangan saja, tatapi segala tindakan
diperhitungkan dan bertujuan, apabila tidak maka yang terjadi kurangnya
supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah seperti di Madrasah Aliyah
Nurul Ikhlas Ambon.
2. Sebagai guru diperlukan adanya pengawasan dari kepala sekolah sehingga
proses kualitas pembelajaran dapat terpenuhi dengan baik, dengan demikian
proses pembelajaran yang ada di sekolah di Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas
Ambon dapat meningkat dengan baik melalui kualitas pembelajaran guru,
apabila supervisi kepala sekolah dilaksanakan dengan baik.
3. Kurangnya supervisor menjadikan kualitas pembelajaran kurang bermakna
seperti yang ada di Madrasah Aliyah Nurul Ikhlas Ambon.
4. Bagi penulis dengan adanya supervisor tersebut dapat memberi wawasan
kepada penulis untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga penulis
memahami apa itu supervisor dan pembelajaran itu sendiri.
44
DAFTAR PUSTAKA
Arif. Armai, Reformulasi Pendidikan Islam, Jakarta: CRSD PRESS, 2005.
A.M. Sadiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2003.
Anitah W. Sri. Dkk, Strategi Pembelajaran di SD, Jakarta: Universitas Terbuka,
2008. Arikunto Suharsimi, Dasar-Dasar Supervisi, Cet. I; Jakarta : Rineka Cipta, 2004
Bakri. Masykuri, Metode Penelitian Kualitatif Tinjauan Teoritis dan Praktis,
Malang: Unisma-Visi Press, 2002.
Daryanto H. M., Administrasi Pendidikan Cet. V ; Bandung : PT. Rianeka Cipta,
2008
-----------. Administrasi Pendidikan, Cet. I, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998
Dirawat, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Cet. II, Surabaya: Usaha
Nasional, 1986
Kartono, Kartini. Menyiapkan Dan Memanduh Karir, Jakarta: CV Rajawali 1995.
Michael, dan Charles Quengly, Langkah-Langkah Peningkatan Mutu Pendidikan,
http://tukimendotcom.wordpress.com/2013/01/06/Langkah-Langkah-
Peningkatan-Mutu-Pendidikan/. Artikel diakses pada tanggal 09 Oktober
2016.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2000. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Anggota IKAPI, 2009.
Narhasan, Konversi Nasional Pendidikan Indonesia Kurikulum Untuk Abad Ke-
21, Jakarta: PT Grafindo, 1994.
Sahertian. Piet A., Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan, Cet. I,
Jakarta; Rineka Cipta, 2000.
-----------, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Surabaya; Usaha Nasional,
1979
45
Prasetya, Filsafat pendidikan, Cet. II ; Jakarta : Pustaka Setia, 2000
Priansa, & Somad, R. Manajemen Supervisi Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Bandung : Alfabeta, 2014.
Purwanto Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja
Karya, 1987
-----------, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Cet. I, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2002
Sahertian. Piet A., Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan, Cet. I,
Jakarta; Rineka Cipta, 2000.
Subari, Supervisi Pendidikan dalam Rangka Situasi Belajar, Jakarta: Bumi
Aksara, 1994
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R
& D, Bandung, 2012.
Sukmadinata. Nana Saodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, PT. Remaja
Rosdkarya, 2005.
Tim Penysun, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Balai Pustaka Kemenag
Indonesia, 2001.
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Umaidi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta: Dirjen
Depdiknas, 2001.
Usman. Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung, Remaja Rosdakarya,
1990.
Uwes, Sanusi. Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1999.
Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Bandung: Alfabeta, 2012.
William Cunningham and Paula A Cordeiro. Educational Leadership, A Problem
Based Approach, Boston: Pearson Education, 2003.