bab i pendahuluan 1.1. latar belakangrepository.helvetia.ac.id/1196/2/bab i-iii 1515194015.pdf ·...

26
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh manusia, dan mempunyai daya protektif terhadap pengaruh luar. kulit sangat mendukung penampilan seseorang sehingga perlu dirawat, dipelihara, dan dijaga kesehatannya. dengan perawatan dan pemeliharaan, maka penampilan kulit akan terlihat sehat, terawat, serta senantiasa memancarkan kesegaran.Proses perusakan kulit yang ditandai oleh munculnya keriput, sisik, kering, dan pecah-pecah lebih banyak disebabkan oleh radikal bebas. selain tampak kusam dan bekerut, kulit menjadi tampak lebih cepat tua dan muncul flek-flek hitam(1). Salah satu penangkap efek buruk dari radikal bebas adalah senyawa antioksidan. Radikal bebas adalah atom atau molekul dengan elektron yang tidak lengkap atau tidak berpasangan sehingga bersifat tidak stabil dan kecendrungan kuat untuk berpasangan. Secara normal radikal bebas dalam sistem biologi penting untuk mempertahankan karena pengaruh atmosfer yang berisi oksigen sehingga terbentuk radikal bebas molekul oksigen dan molekul aktif.Antioksidan adalah zat yang dapat menetralisirkan radikal bebas sehingga atom dengan elektron yang tidak berpasangan mendapatkan pasangan elektron sehingga tidak liar lagi.Daun katuk (Sauropus androgynus L.Merr.) diketahui memiliki kandungan antioksidan yang tinggi. kadar antioksidan yang tinggi pada daun katuk dapat menghambat radikal bebas. pada daun katuk terkandung

Upload: others

Post on 27-Dec-2019

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh manusia, dan

mempunyai daya protektif terhadap pengaruh luar. kulit sangat mendukung

penampilan seseorang sehingga perlu dirawat, dipelihara, dan dijaga

kesehatannya. dengan perawatan dan pemeliharaan, maka penampilan kulit akan

terlihat sehat, terawat, serta senantiasa memancarkan kesegaran.Proses perusakan

kulit yang ditandai oleh munculnya keriput, sisik, kering, dan pecah-pecah lebih

banyak disebabkan oleh radikal bebas. selain tampak kusam dan bekerut, kulit

menjadi tampak lebih cepat tua dan muncul flek-flek hitam(1).

Salah satu penangkap efek buruk dari radikal bebas adalah senyawa

antioksidan. Radikal bebas adalah atom atau molekul dengan elektron yang

tidak lengkap atau tidak berpasangan sehingga bersifat tidak stabil dan

kecendrungan kuat untuk berpasangan. Secara normal radikal bebas dalam sistem

biologi penting untuk mempertahankan karena pengaruh atmosfer yang berisi

oksigen sehingga terbentuk radikal bebas molekul oksigen dan molekul

aktif.Antioksidan adalah zat yang dapat menetralisirkan radikal bebas sehingga

atom dengan elektron yang tidak berpasangan mendapatkan pasangan elektron

sehingga tidak liar lagi.Daun katuk (Sauropus androgynus L.Merr.) diketahui

memiliki kandungan antioksidan yang tinggi. kadar antioksidan yang tinggi pada

daun katuk dapat menghambat radikal bebas. pada daun katuk terkandung

2

beberapa senyawa kimia seperti alkaloid papaverin, protein, lemak, mineral,

flavonoid, tanin, saponin, dan vitamin C (2).

Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan

pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital

bagian luar) atau gigi, dan membran mukosa mulut, terutama untuk

membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan atau memperbaiki bau

badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (3). kosmetika

wajah tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, salah satunya dalam bentuk

masker. bentuk sediaan masker yang banyak di pasaran adalah bentuk pasta atau

serbuk, sedangkan sediaan masker bentuk gel masih jarang dijumpai, padahal

masker gel mempunyai beberapa keuntungan diantaranya penggunaannya yang

mudah, serta mudah dibilas dan dibersihkan (1).

Gel merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang terbuat dari

partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh

suatu cairan(4).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Desy Natalia)

bahwa daun katuk dengan pelarut etanol memiliki aktivitas antibakteri yang

mampu menghambat bakteri E.coli dengan diameter zona bening sebesar 15 mm,

sedangkan pada bakteri S.aureus dengan diameter zona bening sebesar 19 mm (5).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Cut Fatimah Zuhra dkk)

menyatakan bahwa aktivitas antioksidan flavonoid dari daun katuk memiliki nilai

IC 50 yang diperoleh sebesar 80,81(2).

3

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti ingin

memformulasikan dalam bentuk sediaan Gel dan melakukan beberapa uji

parameter yaitu uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji organoleptis,uji waktu

sediaan mengering dan uji iritasi dengan konsentrasi blanko %, 1%, 3%, 5% dan

kontrol positif (masker gel aloevera sebagai pembanding).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian yaitu

Apakah daun katuk (Sauropus androgynus L.Merr.) dapat diformulasikan dalam

bentuk masker gel.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun katuk (Sauropus androgynus

L.Merr.) dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan masker gel ?

1.4. Manfaat Penelitian

Memberikan informasi apakah ekstrakdaun katuk (Sauropus androgynus

L.Merr.) dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan masker gel

1.5. Hipotesa

Formulasi sediaan masker gel dari daun katuk (Sauropus androgynus

L.Merr.) dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan masker gel.

4

1.6. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Gambar 1.1. Kerangka Konsep

- Uji Homogenitas

(Ada tidaknya

partikel kasar)

- Uji pH (Keasaman

dan kebasaan)

- Uji Daya sebar

- Uji Organoleptis

(Warna, bau, tekstur)

- Uji daya kering

- Uji Iritasi (Iritasi

pada kulit, gatal dan

perkasaran)

Ekstrak etanol daun

katuk dengan

konsentrasi

0%,1%,3%,5% dan

kontrol positif

(masker gel

aloevera)

Formulasi Sediaan

Masker Gel Ektrak

Etanol DaunKatuk

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Tanaman (Sauropus androgynus L.Merr.)

Sosok tanaman katuk berupa perdu yang tumbuh menahun. karena

berkesan ramping, katuk sering ditanam beberapa batang sekaligus sebagai tanam

pagar. tinggi tanaman sekitar 1-2 m. batangnya tumbuh tegak. saat masih muda,

batang berwarna hijau. setelah tua, warna batang menjadi kelabu keputihan.

batang berkayu dengan percabangan jarang. daunnya merupakan daun majemuk

yang berjumlah genap. bunganya berbentuk unik dan berwarna putih semu

kemerahan. kelopaknya keras. buahnya berbentuk bulat, berukuran kecil, seperti

kancing, dan berwarna putih. bijinya beruang empat(6).

2.1.1. Sistematika Tumbuhan

Klasifikasi daun katuk (Sauropus androgynus L.Merr.) (5).

Kingdom :Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malpighiales

Famili : Phyllanthaceae

Genus : Sauropus

Spesies :Sauropus androgynus

6

2.1.2. Morfologi tumbuhan

a. Batang

tanaman katuk merupakan tanaman sejenis tanaman perdu yang menahun.

sosoknya berkesan ramping sehingga sering ditanam sebagai tanaman

pagar. tingginya sekitar 3-5 m dengan batang tumbuh tegak, berkayu, dan

bercabang jarang. batangnya berwarna hijau saat masih muda dan menjadi

kelabu keputihan saat sudah tua.

b. Daun

Daun katuk merupakan daun majemuk genap, berukuran kecil, berwarna

hijau gelap dengan panjang lima sampai 6 cm. kandungan zat gizi pada

daun katuk lebih tinggi dari pada daun pepaya dan daun singkong. daun

katuk juga kaya vitamin (A, B1, dan C). selain itu daun dan akar katuk

mengandung saponin, flavonoida, dan tanin.

c. Bunga

Katuk merupakan tanaman yang rajin berbunga. bunganya kecil-kecil

berwarna merah gelap sampai kekuning-kuningan, dengan bintik-bintik

merah. bunga tersebut akan menghasilkan buah berwarna putih yang di

dalamnya terdapat biji berwarna hitam.

d. Buah

Buah katuk berbentuk bulat, berukuran kecil-kecil seperti kancing,

berwarna putih dan berbiji 3 buah.

e. Akar

Tanaman katuk berakar tunggang dan berwarna putih kotor (7).

7

Gambar 2.1.Daun katuk (Sauropus androgynus L.Merr.)

2.1.3. KandunganKimia

Daun daun katuk (Sauropus androgynus L.Merr.)mengandung senyawa

saponin dan tanin(8).

Tabel 2.1.Kandungankimiapada daun katuk (Sauropus androgynus L.Merr.) (9).

Kandungan kimia pada daun katukper

100 Gram

Energi (kkal)

Protein (gr)

Lemak (gr)

Karbohidrat (gr)

Serat pangan (gr)

Abu (gr)

Aalsium (mg)

Fosfor( mg)

Besi (mg)

Vitamin A (SI)

Vitamin C (mg)

Vitamin B1 (mg)

Air (gr)

59

4,8

1,0

11,0

1,5

1,7

204

83

2,7

10.370

239

0,1

81

2.1.4. Khasiat Tanaman Daun Katuk (Sauropus androgynus L.Merr.)

Katuk keperluan konsumsi , sebagai sayuran dan obat-obatan. di Indonesia

daun katuk digunakan untuk melancarkan air susu ibu (ASI), obat borok, bisul,

8

demam, dan darah kotor. dan juga untuk penyakit frambusia dan susah kencing

(6).

2.2. Kulit

2.2.1. Pengertian Kulit

Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh manusia yang

terletak paling luar dan mempunyai permukaan yang paling luas. Karena bagian

yang paling luar, kulit selalu dipandang yang pertama kali, oleh karena itu kulit

perlu dirawat, dipelihara, dan dijaga (10).Warna kulit bermacam-macam,

misalnya warna terang (fairskin), pirang, kuning, sawo matang dan hitam, merah

muda, pada telapak kaki dan tangan, serta kecokelatan pada genitalia eksterna

organ dewasa.

Demikian pula dalam kelembutannya kulit bervariasi, tebal, tipis, dan

elastisnya. Kulityang elastik dan longgar terdapat pada kelopak mata, bibir, dan

prepusium. Kulit yang tebal terdapat pada telapak kaki. Kulit yang kasar terdapat

pada skrotum (kantong buah zakar) dan labia mayor (bibir kemaluan besar),

sedangkan kulit yang halus terdapat disekitar mata dan leher (11).

2.2.2. Anatomi Kulit

Kulit terdiri atas tiga bagian besar dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu

lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit jangat (dermis) dan lapisan hypodermis

(subkutan).

1. Epidermis (kulit ari)

Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki

tebal yang berbeda-beda: 400-600 m untuk kulit tebal (kulit pada telapak

9

tangan dan kaki) dan 75-150 m untuk kulit tipis (kulit selain telapak

tangan dan kaki, memiliki rambut). Epidermis yang paling tipis yaitu

dikelopak mata dan yang paling tebal adalah pada bagian yang paling

banyak digunakan (telapak kaki dan tangan).

2. Dermis (kulit jangat)

Dermis yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang

bervariasi tergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di

daerah punggung. Lapisan ini menjadi ujung saraf perasa. Keberadaan

ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat memungkinkan membedakan

berbagai rangsangan dari luar. Masing-masing saraf perasa memiliki

fungsi tertentu seperti saraf mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan,

panas dan dingin.

3. Hipodermis

Pada bagian bawah dermis, terdapat suatu jaringan ikat longgar yang

disebut jaringan hipodermis atau subkutan yang mengandung sel lemak

yang bervariasi. Lapisan subkutan adalah lapisan paling bawah pada

struktur kulit. Fungsi lapisan ini adalah membantu melindungi tubuh dari

benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh. Di lapisan ini juga

terdapat banyak sel liposit yang memproduksi jaringan lemak. Lemak yang

terdapat pada lapisan ini berfungsi sebagai stok energi tubuh yang siap

dibakar pada saat diperlukan. Lapisan lemak ini juga membentuk postur

tubuh dan memberikan kehangatan pada tubuh.

10

Gambar 2.2.StrukturKulit

2.2.3. Fungsi kulit

Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan dengan

lingkungan. Adapun fungsi utama kulit adalah :

1. Sebagai Pelindung (proteksi)

Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan-

jaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari gangguan

pengaruh luar seperti luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari

kulit ari diselubungi dengan lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit

tahan air. Kulit dapat menahan suhu tubuh, menahan luka-luka kecil,

mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalau

rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari.

2. Sebagai Perabu atau Alat Komunikasi

Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsangan sensorik yang

berhubungan dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan

getaran. Kulit sebagai alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf

sensasi. Kulit merasakan sentuhan, rasa nyeri, perubahan suhu, dan

tekanan kulit dari jaringan subkutan, dan ditransmisikan melalui saraf

11

sensoris ke medula spinalis dan Otak, juga rasa sentuhan yang disebabkan

oleh rangsangan pada ujung saraf didalam kulit berbeda-beda menurut

ujung saraf yang dirangsang.

3. Sebagai Alat Pengatur Panas (termoregulasi)

Suhu tubuh seseorang adalah tetap, meskipun terjadi perubahan suhu

lingkungan. Suhu normal (sebelah dalam) tubuh, yaitu suhu visera dan

otak ialah 36°C, suhu kulit sedikit lebih rendah. Ketika terjadi perubahan

pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan penyesuaian

seperlunya dalam fungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah salah

satu fungsi kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan

hilang dengan penguapan keringat.

4. Sebagai Tempat Penyimpanan

Kulit bereaksi sebagai alat penampung air dan lemak, yang dapat

melepaskannya bilamana diperlukan. Kulit dan jaringan dibawahnya

bekerja sebagai tempat penyimpanan air, jaringan adiposa dibawah kulit

merupakan tempat penyimpanan lemak yang utama pada tubuh.

5. Sebagai Alat Absorbsi

Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam

lemak dapat diserap ke dalam kulit. Penyerapan terjadi melalui muara

kandung rambut dan masuk ke dalam saluran kelenjar palit (sebecea),

merembes melalui dinding pembuluh darah ke dalam peredaran darah

kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya. Kulit juga dapat mengabsorbsi

12

sinar Ultraviolet yang bereaksi atas prekusor vitamin D yang penting bagi

pertumbuhan dan perkembangan tulang.

6. Sebagai Ekskresi

Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar

keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa

garam, yodium dan zat kimia lainnya. Air juga dikeluarkan melalui kulit

tidak saja disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air

transepidermis sebagai pembentukan keringat yang tidak disadari. Zat

berlemak, air dan ion-ion, seperti Na+, diekskresi melalui kulit. Produksi

kelenjar lemak dan keringat di kulit menyebabkan keasaman kulit pada pH

5-6,5.

7. Penunjang Penampilan

Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak

halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan. Fungsi lain dari

kulit yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit

memerah, pucat maupun konstraksi otot penegak rambut (11).

2.3. Kosmetik

Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan

pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,rambut,kuku,bibir,dan oran genital

bagian luar), atau gigi, dan membran mukosa mulut, terutama untuk

membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan,dan/atau memperbaiki bau

badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (3).

13

2.4. Masker gel

Masker merupakan sediaan topikal yang digunakan pada wajah untuk

mendapatkan efek mengencangkan dan membersihkan dari kotoran yang

menempel. Biasanya masker gel digunakan pada wajah dan leher dengan cara

mengoleskan dengan kuas, dibiarkan sampai mengering sehingga masker

mengeras dan terasa ketat dikulit. Setelah dibiarkan masker diangkat atau dilepas

(peel-off) (12).Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang terbuat

dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi

oleh suatu cairan (4).

2.5. Radikal Bebas dan Antioksidan

2.5.1. Radikal bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul dengan elektron yang tidak

lengkap atau tidak berpasangan sehingga bersifat tidak stabil dan kecendrungan

kuat untuk berpasangan. Radikal bebas memperoleh elektron dari atom lain.

Secara normal radikal bebas dalam sistem biologi penting untuk mempertahankan

karena pengaruh atmosfer yang berisi oksigen sehingga terbentuk radikal bebas

molekul oksigen dan molekul aktif (13).

2.5.2. Antioksidan

Antioksidan adalah zat yang dapat menetralisirkan radikal bebas sehingga

atom dengan elektron yang tidak berpasangan mendapatkan pasangan elektron

sehingga tidak liar lagi.

Diketahui bahwa masuknya antioksidan berasal dari makanan, seperti

sayur mayur antara lain bayam,brokoli dan wortel dan berbagai buah buahan

14

antara lain, apel, pisang, jambu. selain itu rempah-rempah antara lain adalah

bawang. Membantu mempetahankan keutuhan tubuh dari gangguan kesehatan,

baik yang berasal dari dalam maupun luar tubuh serta dapat menanggulangi

berbagai penyakit termasuk kanker, disamping membantu kebugaran badan dan

membuat awet serta menghambat proses penuaan(13).

2.6. Ekstraksi

2.6.1. Pengertian Ekstraksi

Ektraksi adalah suatu cara untuk memperoleh sediaan yang mengandung

senyawa aktif dari suatu bahan alam menggunakan pelarut yang sesuai.

Tujuan ekstraksi adalah menarik atau memisahkan senyawa dari

campurannya atau simplisia(14).

Ekstrak adalah sediaan cair, kental atau kering yang merupakan hasil

proses ekstraksi atau penyarian suatu matriks atau simplisia menurut cara yang

sesuai. Ekstrak cair diperoleh dari ekstrak yang masih mengandung sebagian besar

cairan penyari. Ekstrak kental akan didapat apabila sebagian besar cairan penyari

sudah diuapkan, sedangkan ekstrak kering akan diperoleh jika sudah tidak

mengandung cairan penyari (15).

2.6.2. Metode-metode Ekstraksi

Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi menjadi

2 cara, yaiu cara panas dan dingin :

15

1. Ekstraksi Cara Dingin

a. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada

temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi

dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.

Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-

menerus).

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna (exhaustive ekstraction) yang umumnya dilakukan pada

temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahap pengembangan bahan,

tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya

(penetesan/penampungan ekstrak), terus-menerus sampai diperoleh

ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

2. Ekstraksi Cara Panas

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik

didihnya selama waktu tertentu dan jumlahnya pelarut terbatas yang

relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan

pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga

dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

16

b. Soxhlet

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi

kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya

pendingin balik.

c. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu

secara umum dilakukan pada temperatur 40 – 50oC.

d. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur

terukur 96– 98oC) selama waktu tertent (15-2 menit).

e. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30oC) dan

temperatur sampai titik didih air.(14).

2.7. Komponen Basis Masker Gel

1. Polivinilalkohol (PVA)

Pemerian : Serbuk, putih.

Kelarutan : Larut dalam air, tidak untuk dalam pelarut organik.

Fungsi : Gelling agent dan filming agent

17

2. Hidroxyl Propyl Methyl Cellulose (HPMC)

Pemerian : Cairan, tidak berwarna, kekuningan atau kemerahan,

berbau khas dan rasa seperti gandapura.

Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzen, mudah larut

dalam etanol dan eter, larut dalam air mendidih, agak

sukar larut dalam kloroform.

Fungsi : Peningkat viskositas

3. Gliserin

Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis,

hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak)

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut

dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan

dalam minyak menguap.

Fungsi : Humektan.

4. Trietanolamina (TEA)

Pemerian : Cairan agak higroskopik kental, tidak berwarna sampai

kuning muda, bau amoniak.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, larut

dalam kloroform.

Fungsi : Sebagai surfaktan

18

5. Metil paraben

Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur,putih,

tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit

rasa terbakar.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon

tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam eter.

Fungsi : Agen anti mikroba dalam pembuatan gel

6. Propilparaben

Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,

dan dalam eter,sukar larut dalam air mendidih

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,

dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih.

Fungsi : sebagai pengawet (4).

19

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimental. eksperimental

adalah penelitian uji coba yang memanipulasi atau melakukan intervensi terhadap

salah satu variabel penelitian (16).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Institut Kesehatan

Helvetia Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan Juni sampai Agustus 2018.

3.3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah dari daun katuk (Sauropus androgynus

L.Merr.)yang diambil dari pasar pagi tanjung rejo (Sumatera Utara)

3.4. Alat dan Bahan

3.4.1. Alat-alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : cawan porselin,

erlenmeyer, gelas ukur 25 dan 50ml (pyrex), pipet tetes, spatula, beakerglass

100ml (pyrex), pH meter, alu dan lumpang, blender(miyako), objek glass,

vacumrotary evaporator, kain flanel, dan wadah.

20

3.4.2. Bahan-Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : ekstrak bayam

merah, aquadest, etanol 96 %, polivinil alkohol, HPMC, gliserin, TEA, metil

paraben.

3.5. Prosedur Kerja

3.5.1. Pengambilan Bahan Tanaman

Bahan tumbuhan yang digunakan adalah daun katuk (Sauropus

androgynus L.Merr.)

3.5.2. Pengumpulan Sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa

membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain, bagian tumbuhan

yang digunakan adalah daun katuk (Sauropus androgynus L.Merr.) yang diambil

di pajak pagi tanjung rejo (Sumatera Utara)

3.5.3. Pengelolaan Sampel

Sebanyak 5 kg daun katuk (Sauropus androgynus L.Merr.) segar yang

akan diteliti ditimbang dan dicuci bersih dengan air, dikeringkan dengan cara

diangin-anginkan (tanpa terkena sinar matahari langsung). Daun katuk yang telah

kering kemudian dihaluskan menggunkan blender hingga menjadi serbuk,

ditimbang kemudian diayak dengan menggunakan mesh 30 hingga diperoleh

serbuk halus sebanyak 200 g.

21

3.5.4. Pembuatan Ekstrak

Pada penelituan ini simplisia daun katuk di ektraksi dngan menggunakan

pelarut etanol 96%. Pembuatan ektrak dilakukan dengan metode maserasi yaitu

sebanyak 600 gram serbuk simplisia dimasukkan kedalam sebuah bejana, tuangi

1500 ml etanol 96%, ditutup dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya

sambil sering diaduk lalu diperas. Setelah 5 hari ampas dicuci dengan 96% bagian

etanol. Pindahkan kedalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk terlindung dari

cahaya selama 2 hari, kemudian disaring filtratnya dipekatkan dengan penangas

air hingga diperoleh ektrak kental (17).

3.6. Formula Sediaan Masker Gel

Sediaan masker gel akan dibuat sebanyak 50 g. Dengan menggunakan

formula standart sebagai berikut (1).

R/ PVA 10

HPMC 1

Gliserin 12

TEA 2

Metil paraben 0,2

Propilparaben 0,05

Parfum 2 tts

Aquadestad 50 ml

22

Masker dibuat dalam 4 formula yang dibedakan oleh konsentrasi ekstrak

daun katuk. Masing-masing masker gel mengandung ekstrak daun katuk dengan

konsentrasi yang bervariasi yaitu 0%, 1%, 3%,5% masing-masing sebanyak 50 g

dalam komposisi basis yang sama (1).

Perhitungan :

F0% = Blanko

F1% = = 0.5 g

F3% = 50 = 1.5 g

F5% = = 2.5 g

Tabel 3.1. Formulasi Sediaan Masker Gel Ekstrak Daun Katuk

Komposisi

Konsentrasi

F 0

(0%) F I

(1%) F 2

(3%) F 3

(5%)

Ekstrak Daun Katuk 0 g 0.5g 1.5g 2.5g

Basis Masker Gel Ad 50 Ad 50 Ad 50 Ad 50

Cara pembuatan :

1. Dalam cawan masukkan Polivinil Alkohol, lalu tambahkan Aquadest

secukupnya, kemudian dipanaskan diataspenangas air pada suhu 80o

C

hingga mengembang sempurna, kemudian diaduk (massa 1).

2. Di cawan lainnya dikembangkan pula HPMC dalam Aquadest dingin

hingga mengembang sempurna.

3. Di cawan lainnya gliserin, Metil paraben dan Propilparaben dilarutkan

dalam Aquadest panas (massa 2).

4. Di dalam lumpang yang bersih masukkan massa 1 dan massa 2, HPMC,

serta TEA secara berturut-turut dan diaduk hingga homogen.

23

5. Setelah itu ditambahkan ekstrak yang telah ditimbang lalu diaduk hingga

homogen lalu di ad kan dengan aquadest 50 ml.

Tabel 3.2. Formulasi Sediaan Masker Gel Ekstrak Daun Katuk

Komposisi

Konsentrasi

F 0

(0%) F I

(1%) F 2

(3%) F 3

(5%)

Ekstrak Daun Katuk 0 g 0.5g 1.5g 2.5g

Basis Masker Gel Ad 50 Ad 50 Ad 50 Ad 50

3.6.1. Evaluasi Sediaan Masker Gel

1. PengujianHomogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan kaca objek.

Pengujian ini dilakukan dengan cara menggunakan 2 kaca objek. Sediaan

diperiksa homogenitasnya dengan cara dioleskan pada kaca objek dan kemudian

diratakan dengan kaca objek lainnya lalu diamati. Pengamatan dilakukan dengan

melihat ada tidaknya partikel yang belum tercampur secara homogen(18).

Tabel 3.3.Perencanaan Uji Pemeriksaan Homogenitas

Formula Homogenitas

F0

F1

F2

F3

Masker gel aloe vera

Keterangan : F0 = Formulasi tanpa ektrak daun katuk

F1 = Formulasi dengan ekstrak daun katuk 1%

F2 = Formulasi dengan ekstrak daun katuk 3%

F3 = Formulasi dengan ekstrak daun katuk 5%

Maker gel aloevera : pembanding

24

2. Pengujian pH

Pengujian pH dilakukan dengan cara mencelupkan pH meter kedalam

sediaan masker gel ekstrak etanol daun katuk, sebanyak 1 gram sediaan dilarutkan

dalam air dengan volume 10 ml, kemudian diukur pH menggunakan pH meter

(18).

Tabel 3.4.Perencanaan Uji pH

Formula pH

F0

F1

F2

F3

Masker gel aloevera

Keterangan : F0 = Formulasi tanpa ektrak daun katuk

F1 = Formulasi dengan ekstrak daun katuk 1%

F2 = Formulasi dengan ekstrak daun katuk 3%

F3 = Formulasi dengan ekstrak daun katuk 5%

Maker gel aloevera : pembanding

3. Uji Daya Sebar

Pengujian daya sebar dilakukan dengan cara gel ditimbang sebanyak 0,5

gram diletakkan ditengah kaca dan ditimpa dengan pemberat transparan lain

(digunakan cawan petri) kemudian didiamkan selama 1 menit dan diukur

diameternya (19).

Tabel 3.5. Perencanaan Uji Daya Sebar

Formula Daya Sebar (cm)

F0

F1

F2

F3

Masker gel aloevera

Keterangan : F0 = Formulasi tanpa ektrak daun katuk

F1 = Formulasi dengan ekstrak daun katuk 1%

F2 = Formulasi dengan ekstrak daun katuk 3%

F3 = Formulasi dengan ekstrak daun katuk 5%

Maker gel aloevera : pembanding

25

4. PengujianOrganoleptis

Dilakukan dengan mengamati perubahan perubahan bentuk, warna, dan

bau dari sediaan masker gel (18).

Tabel 3.6. Perencanaan Uji Organoleptis

Formula Parameter

Bentuk Warna Aroma

F0

F1

F2

F3

Masker gel

aloevera

Keterangan : F0 = Formulasi tanpa ektrak daun katuk

F1 = Formulasi dengan ekstrak daun katuk 1%

F2 = Formulasi dengan ekstrak daun katuk 3%

F3 = Formulasi dengan ekstrak daun katuk 5%

Maker gel aloevera : pembanding

5. Pengujian waktu sediaan mengering

Sebanyak 1gr gel masker dioleskan pada kulit lengan dengan panjang 7cm

dan lebar 7 cm. Kemudian dihitung kecepatan mengering gel hingga membentuk

lapisan film dari masker gel dengan menggunakan stop watch (18).

6. Uji Iritasi

Uji iritasi dilakukan dengan pengujian dengan uji tempel tertutup pada

kulit manusia. Sediaan masker gel diambil 1 gram, kemudian dioleskan pada

lengan atas bagian dalam dengan diameter 2 cm, ditutup dengan perban dan

diplester dibiarkan selama 24 jam, diamati gejala yang timbul seperti kemerahan

dan gatal-gatal dan kasar pada kulit. Uji iritasi ini dilakukan terhadap 12 penelis

(18).

26

Tabel 3.7. Perencanaan Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Pernyataan Sukarelawan

I II III IV V VI VII VIII IX X

Kulit

kemerahan

Kulit gatal

Kulit kasar

Keterangan : + : gatal

++ : kemerahan

+++ : bengkak

- : tidak terjadi iritasi

3.6.2. Perhitungan Bahan Ekstrak Daun Katuk yang diambil

1. PVA : 10= = 5 gr

2. HPMC : 1 = =0.5 gr

3. Gliserin : 12 = 50 = 6 gr

4. Tea : 2 = = 1 gr

5. MetilParaben : 0,2 =

6. Parfum : 2 tts

7. PropilParaben : 0,05 =