bab i pendahuluan 1.1 latar belakang wacana yang sedang
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana yang sedang](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022102822/5877691a1a28abe36c8b848a/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wacana yang sedang hangat diperbincangkan saat ini adalah terus
meningkatnya kelas menengah (middle class) di Indonesia berdasarkan data BPS,
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diwakili oleh PDB adalah 5,8% (2009 –
2010). Sindonews.com. menyebutkan bahwa perkembangan kelas menengah
Indonesia tumbuh pesat dalam satu dekade terakhir dan dipandang sebagai
penopang kinerja ekonomi nasional. Hal itu dinilai mampu memperkokoh
fundamental perekonomian nasional. "Dalam laporan Asian Development Bank
(ADB) The Rise of Asia‟s Middle Class beberapa waktu lalu, menunjukkan
indikasi kebangkitan ekonomi Asia dengan indikasi perkembangan jumlah kelas
menengah termasuk di Indonesia," ungkap Pengamat Ekonomi Universitas
Indonesia (UI), Rizal Edi Halim kepada wartawan di Depok, Jumat
(24/08/12). Tentu dengan semakin meningkatnya pendapatan akan di ikuti
dengan meningkatnya daya beli. middle class berpendapatan di kisaran 2 juta
sampai dengan 11 juta per bulan terdiri dari 2 anak (4 anggota). Banerjee and
Duflo (2007).
Peningkatan middle class ini ditandai dengan jumlah mal dikota-kota
besar di Indonesia yang terus bertambah. Jarang mendapati mal yang sepi,
terlebih ketika weekend. Hal lain yang tak luput dari perhatian adalah semakin
banyaknya lokasi area di mal yang digunakan sebagai tempat nongkrong (dalam
bentuk kafe atau food court). Peluang tersebut tak di lewatkan oleh peritel besar
![Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana yang sedang](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022102822/5877691a1a28abe36c8b848a/html5/thumbnails/2.jpg)
sekelas PT Mitra Adiperkasa untuk expansi pasar dan semakin membenahi diri
untuk semakin memuaskan konsumennya. Salah satunya adalah Starbucks cofee.
Starbucks mendulang sukses di Indonesia pada tahun 2008 starbucks sudah
mempunyai gerai sebanyak 60 gerai yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia.
Sesuai yang dilansir oleh (Kompas, Kamis 8/11) Anthony Cottan, Food and
Beverage Concepts PT Mitra Adiperkasa Tbk mengungkapkan, Starbucks sudah
buka di Jakarta (termasuk Tangerang, Bogor dan Depok), Bandung, Surabaya,
Bali, Medan dan Yogyakarta. Pada tahun 2011 gerai starbuck mencapai 109
urutan 8 pangsa pasarnya se Asia Pasipic (laporan tahunan Starbucks).
Laporan peningkatan store starbukcks
Sumber
http://www.telegraph.co.uk/finance/newsbysector/retailandconsumer/8505866/For
ty-years-young-A-history-of-Starbucks.ht
![Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana yang sedang](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022102822/5877691a1a28abe36c8b848a/html5/thumbnails/3.jpg)
Pengembangan cabang tersebut merupakan cerminan bagaimana
kesuksesan yang di capai starbucks dan tercermin didalam profit starbucks
sendiri. Hal tersebut terjadi tidak lepas dari kepuasan yang dirasakan konsumen
sehingga berujung kepada loyalitas konsumen, yang akhirnya membuat starbucks
yakin dan percaya diri untuk semakin mengembangkan pasarnya.
Tentunya itu merupakan langkah sigap yang dilakukan Starbucks dalam
membaca pasar, membaca perilaku konsumen dan perekonomian di Indonesia.
Dengan meningkatnya kalangan middle class maka akan semakin tinggi juga
keinginan konsumen untuk mendapatkan kepuasaan. Menurut (Yuswohady
2012:61) dalam bukunya Consumer 3000 menyebutkan bahwa kalangan middle
class mengejar experience atau di sebut juga experiencer. Jadi tidak hanya sebuah
produk yang menjadi tujuan utama konsumen dalam mengkonsumsi. tetapi
pengalaman dalam mendapatkannya, menikmati suasana tempatnya sampai pada
setelah konsumen mengkonsumsi sebuah produk itu menjadi penting untuk
menghasilkan sebuah kepuasan. Didalam buku tersebut Yuswohadi juga
menyatakan bahwa “ untuk survive di tengah kemacetan kota besar seperti jakarta
dan bandung, sering kali langkah kompromi dilakukan dengan mencari tempat
meeting yang flexibel. Jadilah starbucks sebagai alternatif yang menjanjikan,
mereka bisa 3-4 kali seminggu meeting di starbucks” ( Yuswohady 2012:1).
Kepuasaan menjadi isu yang selalu hangat untuk diperbincangkan, karena setiap
konsumen menuntut kepuasaan dari setiap produk ataupun jasa yang di
konsumsinya tetapi tingkat kepuasaan dari setiap konsumen pasti berbeda
meskipun produk yang dikonsumsi sama. termasuk salah satunya konsumen
![Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana yang sedang](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022102822/5877691a1a28abe36c8b848a/html5/thumbnails/4.jpg)
Starbucks. Dalam beberapa penelitian Starbucks memuaskan dengan berbagai
pengalaman yang diberikan kepada konsumen. Menurut Anthony Cottan, Food
and Beverage Concepts PT Mitra Adiperkasa Tbk kamis (8/11) minat orang
Indonesia pada kopi Starbucks antara lain karena Starbucks memiliki kopi yang
berkualitas, lokasinya aman untuk keluarga dan perempuan lajang serta area tidak
merokok, serta pelayanan staf yang sangat bersahabat. “Banyak alasan mengapa
orang suka Starbucks. Salah satunya pasti suka dengan atmosfernya. (Kompas) R
Adhi Kusumaputra.
Produk yang ditawarkan oleh Starbucks adalah kopi Arabian Mocha,
Caffe Verona, Christmas Blend, Decaf Espresso sampai Sumatra Coffee. Selain
itu Starbucks juga tidak hanya menjual produk melainkan menawarkan experience
pada konsumen, seperti suasana ruangan yang dibuat nyaman dengan sofa-sofa
import, kayu-kayu alus disekitar ruangan, alunan musik-musik jazz yang diputar
dan dilantunkan oleh dewa-dewa jazz kelas dunia, misalnya dari John Coltrane,
Art Blakey, Ella Fitzgerald, Bud Powell, Mel Torme, Thelonius Monk, Aretha
Franklin sampai ke Kenny G. juga bau khas kopi dari starbuck sendiri yang
membuat konsumen berani membayar lebih untuk secangkir kopi saja. (Bayu
Winarko: Republika, 27 November 2002). Tentunya hal- hal tersebut akan
berimbas pada penghasilan Starbucks pada tahun 2010 saja sekitar US$ 346,6
juta ada kenaikan di tahun 2009 sekitar US$241,5 juta. ( IMQ , Jakarta kamis
27/1)
Kepuasaan konsumen di dapat dari berbagai pelayanan dan fasilitas yang
diberikan Starbucks. Setiap bulan starbucks selalu melakukan evalusi dengan
![Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana yang sedang](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022102822/5877691a1a28abe36c8b848a/html5/thumbnails/5.jpg)
jalan mengisi kuesioner di web Starbuks, setelah itu konsumen tersebut akan
diberikan minuman gratis sebagai insentifnya. Beberapa isi dari kuesionernya
berhubungan dengan kepuasaan konsumen. Menurut Rudi (2012) menyatakan
bahwa overall satisfaction Starbucks sebesar 86% dalam bagian highly
satisfaction. Highly to return sebesar 100%, friendlinness of employees sebesar
71%, taste of beverage 71%, speed of service 71%, teste of food 68%, overall
cleanliness 71%, knowledge of of whole bean, focus on your need 100%,
genuinely welcome you to the store 100%, engage your personally in conversation
100%, overall value for the price you paid 86%.
Dari hasil riset yang dilakukan Starbucks setiap bulan bisa dilihat bahwa
konsumen puas sehingga minat untuk kembali ke store pun tinggi, tentunya hal ini
didapet karena konsumen mempunyai pengalaman yang positif sebelumnya
(puas), maka konsumen akan kembali ke store. Riset tersebut tentunya akan
sangat berguna bagi Starbucks untuk melakukan perbaikan- perbaikan di store nya
agar konsumen tetap dan bertambah puas sehingga akan menimbulkan loyalitas.
Salah satunya strategi yang digunakan starbuks yang bertujuan dalam
memuaskan konsumen adalah strategi Experiential marketing (Ikhwan Fahri
2009:3). Experiential Marketing menurut (Bernd Schmitt dalam Amir Hamzah
2007:22) menyatakan bahwa pemasar menawarkan produk dan jasanya dengan
merangsang unsur – unsur emosi konsumen yang menghasilkan berbagai
pengalaman bagi konsumen.
Jadi disini Starbucks tidak hanya menawarkan unsur manfaatnya saja
tetapi pengalaman yang ditawarkan. Karena aspek feature dan benefit saja
![Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana yang sedang](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022102822/5877691a1a28abe36c8b848a/html5/thumbnails/6.jpg)
terkadang belum cukup untuk membuat konsumen puas, karena pesaing bisa saja
meniru atau bahkan menyamai produk, untuk itu dengan experiential marketing
perusahaan bisa mendeferensiasikan produknya dengan menyentuh sisi
emosionalnya.
Selain itu Starbucks adalah salah satu contoh kasus perusahaan yang
mengunakan experiential marketing. Tanpa bantuan iklan TV, atau kartu pos
yang mempromosikan toko kopi mereka, Starbucks telah tumbuh menjadi
perusahaan sukses di seluruh dunia sekarang ini. (Robert johnston:2012).
Tetapi dibalik suksesnya starbucks dengan berbagai kepuasaan yang
diberikannya menurut survey yang dilakukan Brandkeys (2007), starbucks
mengalami penurunan kepuasan dari konsumennya yang sangat srastis
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Meskipun ditahun 2006 terjadi
kenaikan peringkat kembali tetapi ada penurunan dalam profit yang didapatkan.
Peringkat starbucks dalam Survey kepuasan pelanggan oleh Brandkeys
Tahun Peringkat
2006 92
2005 129
2004 29
2003 6
Starbucks sendiri membukukan penurunan laba sebesar 5% pada kuartal IV
tahun 2006. Selama periode 13 minggu berakhir 1 oktober 2006, starbucks
mencatat pendapatan bersih mereka pada periode yang sama di tahun 2005 yaitu
![Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana yang sedang](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022102822/5877691a1a28abe36c8b848a/html5/thumbnails/7.jpg)
sebesar $123,7 juta.karena penurunan dalam peringkat kepuasan konsumen
berakibat pula pada penurunan laba di starbucks.
Selain itu ada beberapa sumber yang menyatakan ketidak puasaan
konsumen terhadap Starbucks yaitu:
No Nama Keluhan Sumber
1. Franky
Nathanael
Promo Starbucks yang mengecewakan.
Promo mengumpulkan stamps setiap kali
pembelian 1 cup kopi bila terkumpul 26
stamps dapat ditukar dengan agenda
planner yang menarik. Ternyata hadiah
tidak ada.
Surat pembaca
detik.com
2. Rendy
maulana
Perlakuan karyawan yang sangat tidak
sopan, sehingga mencederai image
Starbucks sebagai perusahaan yang
mengedepankan layanan salah satunya
dengan keramah tamahan karyawannya.
Rendymaulana
.blogspot.com
3. Konsumen
Starbucks
Protes konsumen di twitter Starbuks
terhadap kecerobohan admin Starbuks.
http://media-
ide.bajinglonc
at.com/2011/0
6/05/kalau-
brand-
menyakiti-
konsumen-di-
twitter/
![Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana yang sedang](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022102822/5877691a1a28abe36c8b848a/html5/thumbnails/8.jpg)
Keluhan-keluhan tersebut sangat bertolak belakang dengan image yang
selama ini ditanamkan Starbucks sebagai perusahaan yang sangat mengedepankan
kepuasan konsumen dengan layanannya dan berbagai experience yang
ditawarkannya. karena starbucks menggunakan strategi Experiential marketing.
Experiential marketing menurut (Schmitt dalam Amir Hamzah 2007:22 )
menyatakan bahwa pemasar menawarkan produk dan jasanya dengan merangsang
unsur – unsur emosi konsumen yang menghasilkan berbagai pengalaman bagi
konsumen. Dengan meransang unsur sense, feel, think, act, related cara inilah
yang digunakan Starbucks untuk menarik konsumen dalam memberikan
kepuasan dan meransang minat ulang beli konsumen. Pernyataan ini di dukung
oleh Garbarino & Johnson (1999,10) „‟kepuasan secara keseluruhan berdasarkan
pada pembelian dan pengalaman mengkonsumsi barang dan jasa‟‟. Oleh karena
itu saya tertarik untuk meneliti Pengaruh Experiential Marketing Terhadap
Consumer Satisfaction (studi kasus Starbucks) .
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, bahwa experiantial marketing
merupakan strategi pemasaran yang dapat menimbulkan keunggulan bersaing,
maka penulis akan membahas permasalahan yang berhubungan dengan
experiential marketing, namun karena banyaknya permasalahan experiential
marketing, untuk itu penulis batasi dengan identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tanggapan konsumen terhadap experiential marketing yang meliputi
(sense,feel,think,act,related) yang diterapkan di Starbucks?
![Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana yang sedang](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022102822/5877691a1a28abe36c8b848a/html5/thumbnails/9.jpg)
2. Bagaimana tingkat kepuasaan konsumen Starbucks?
3. Bagaimana pengaruh experiential marketing terhadap kepuasaan konsumen?
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh
manakah experiential marketing berpengaruh terhadap kepuasaan konsumen.
Selain itu penelitian ini merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk menempuh
ujian sidang dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen
Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama Bandung, sedangkan
tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan experiential marketing di Starbucks.
2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kepuasaan konsumen yang berkunjung ke
Starbucks.
3. Mengetahui seberapa efektivitas experiential marketing terhadap consumer
satisfaction starbucks.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan memberikan hasil yang
bermanfaat sejalan dengan penelitian ini.
a. Bagi pihak perusahaan, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan
dalam memecahkan masalah dan dapat menetapkan kebijaksanaan yang tepat
dalam melaksanakan experiential marketing sehingga dapat menimbulkan
kepuasaan konsumen.
![Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana yang sedang](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022102822/5877691a1a28abe36c8b848a/html5/thumbnails/10.jpg)
b. Bagi pihak lain, tambahan informasi dan bahkan perbandingan bagi peneliti lain
yang meneliti pada bidang usaha yang sama . masukan untuk mengembangkan
wawasan ilmiah khususnya dalam bidang marketing maupun khalayak umum
menambah pengetahuannya.
c. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang konsep
pemasaran, khususnya experiential marketing, serta dapat membandingakan teori-
teori yang didapat dari perkuliahaan dengan praktek sesungguhnya didalam
sebuah perusahaan.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Sebelum membahas Experiential marketing lebih lanjut, terdapat definisi
experientialmarketing menurut (http://pioneer.netserv.chula.ac.th/~ckieatvi/Fatho
m_Exp_Marketing.htm)
„‟ Experiential marketing is a new approach for the branding and information
age. It deals with customer experiences and is quite different from traditional
forms of marketing, which focus on functional features and benefits of products‟‟
Kutipan di atas menyatakan bahwa experiential marketing merupakan
sebuah pendekatan baru untuk memberikan informasi mengenai merek dan
produk. Hal ini terkait erat dengan pengalaman pelanggan dan sangat berbeda
dengan sistem pemasaran tradisional yang berfokus pada fungsi dan keuntungan
sebuah produk.
![Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana yang sedang](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022102822/5877691a1a28abe36c8b848a/html5/thumbnails/11.jpg)
Sedangkan menurut Bernd Schmitt, a pioneer in experiential marketing
adalah:
"Customers no longer judge a product from its appearance or its feature and
benefit but they will take account of the consumption atmosphere in its entirety"
Filosofi ini mengasumsikan bahwa konsumen sekarang tidak lagi melihat
bagaimana fungsi, feature sebuah produk tetapi mempertimbangkan suasana
mengkonsumsi secara keseluruhan.
Experiential marketing adalah proses untuk memenangkan persaingan
produk atau layanan yang ditawarkan harus menghasilkan sensasi yang tidak
terlupakan/ memorandum experience kepada konsumen‟‟. (Hermawan kertajaya).
Keistimewaan dari experiential marketing adalah merangsang semua panca indera
konsumen, membangun merek dengan menyentuh sisi emosi, men-drive promosi
dari mulut ke mulut, pengkomunikasian pesan promosi yang kompleks, dan dapat
merubah perilaku pembelian terhadap penjualan. (Ikhwan Fahri, 2009:4). Tujuan
utamanya tentu saja adalah membuat konsumen puas dengan semua aspek yang
ditawarkan perusahaan termasuk pada saat konsumen mengkonsumsi produk.
Garbarino & Johnson (1999,10).
Menurut (Bernd Schmitt dalam Fransisca Andreani 2007) strategi
experiential marketing dibagi dua bagian besar, strategic experiential modules
dan experiential provider. Yang pertama meliputi:
1. Panca indra (Sense),
„Sense‟ Merupakan tipe experience yang muncul untuk menciptakan pengalaman
panca indera melalui mata, telinga, kulit, lidah dan hidung berkaitan dengan gaya
![Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana yang sedang](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022102822/5877691a1a28abe36c8b848a/html5/thumbnails/12.jpg)
(styles) dan simbol-simbol verbal dan visual yang mampu menciptakan keutuhan
sebuah kesan. Untuk menciptakan kesan yang kuat, baik melalui iklan, packaging
ataupun website, seorang pemasar perlu memilih warna yang tepat sejalan dengan
karakteristik company profile. Seperti pemilihan warna haruslah yang menarik
konsumen.
2. Perasaan (Feel)
Feel ditujukan terhadap perasaan dan emosi konsumen dengan tujuan
mempengaruhi pengalaman yang dimulai dari suasana hati yang lembut sampai
dengan emosi yang kuat terhadap kesenangan dan kebanggaan. Perasaan di sini
sangatlah berbeda dengan kesan sensorik karena hal ini berkaitan dengan suasana
hati dan emosi jiwa seseorang. Ini bukan sekedar menyangkut keindahan, tetapi
suasana hati dan emosi jiwa yang mampu membangkitkan kebahagiaan atau
bahkan kesedihan.
3. Berfikir (Think)
Merupakan tipe experience yang bertujuan untuk menciptakan kognitif,
pemecahan masalah yang mengajak konsumen untuk berfikir kreatif. Dengan
berpikir (think) dapat merangsang kemampuan intelektual dan kreativitas
seseorang.
![Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana yang sedang](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022102822/5877691a1a28abe36c8b848a/html5/thumbnails/13.jpg)
4. Tindakan (Act)
Act adalah salah satu cara untuk membentuk persepsi pelanggan terhadap produk
dan jasa yang bersangkutan. Hal ini berhubungan dengan bagaimana membuat
orang berbuat sesuatu dan mengekspresikan gaya hidupnya (lifestyle & physical
body).
5. Hubungan (Related)
Related adalah salah satu cara membentuk atau menciptakan komunitas
pelanggan dengan komunikasi dan penggabungan aspek sebelumnnya. Related
berkaitan dengan budaya seseorang dan kelompok referensinya yang dapat
menciptakan identitas sosial (generasi, kebangsaan, etnis).
Yang ke dua Experience providers
Communications: iklan, public relations, laporan tahunan, brosur, newsletters dan
magalogs.
Visual/ verbal identity: nama merek, logo, signage, kendaraan sebagai
transportasi.
Product presense: desain produk, packaging, point-of-sale displays.
Co-branding: event marketing, sponsorships,alliances & partnership (kemitraan),
licencing (hak paten), iklan di TV atau bioskop.
Environments: retail and public spaces, trade booths, corporate buildings, interior
kantor dan pabrik.
Web sites and electronic media: situs perusahaan, situs produk dan jasa, CD-
ROMs, automated emails, online advertising, intranets.
![Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana yang sedang](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022102822/5877691a1a28abe36c8b848a/html5/thumbnails/14.jpg)
People: salespeople, customer service representtatives, technical support/repair
providers (layanan perbaikan), company spokepersons.
Jika suatu perusahaan menginginkan konsumennya puas dengan produk
yang ditawarkannya tentunya perusahaan harus mempunyai strategi khusus untuk
membuat konsumen puas. Salah strategi pemasarannya yaitu experiential
marketing, karena dengan experiential marketing akan menyentuh sisi emosional
dari konsumen sehingga tidak diperlukan lagi iklan besar-besaran. Karena
perusahaan langsung mendapat timbal balik dari konsumen.
Membuat konsumen puas merupakan tujuan dari setiap perusahaan,
terutama perusahan yang bergerak dibidang food and beverage. Harus
memuaskan konsumen mulai dari produknya sampai ke desain interior ruangan,
agar konsumen merasakan kepuasan secara keseluruhan.
Adapun beberapa definisi tentang kepuasan konsumen yang di ungkapkan
oleh beberapa ahli
(Mittal and Lassar, 1998; Oliver, 1997) Satisfaction is traditionally
considered as an overall affective response resulting from the use of a product or
service It is believed to have a direct influence on customer loyalty and
repurchase behaviors.
Konsumen yang puas merupakan modal dasar bagi perusahaan dalam
membentuk loyalitas konsumen. Maka dari itu memberikan pelayanan terbaik
melalui pengalaman konsumen adalah langkah yang baik. Pendapat ini didukung
(Kottler, 2006) yaitu:
![Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana yang sedang](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022102822/5877691a1a28abe36c8b848a/html5/thumbnails/15.jpg)
„‟Consumer Satisfaction adalah dimana tingkat perpormance perusahaan lebih
besar dari tingkat expektasi konsumen‟‟.
Maka dari itu penulis akan menggambarkan proses bagan kerangka
pemikiran experiential marketing terhadap kepuasan konsumen pada gambar 1.1
sebagai berikut:
Gambar 1.1
Bagan kerangka pemikiraan
Diagram diatas dapat terlihat bahwa experiential marketing dilakukan
agar terciptanya kepuasaan pada konsumen. Kepuasaan tersebut tercipta jika
kinerja yang diusahaan oleh perusahaan sesuai dengan harapan konsumen atau
melebihi harapan konsumen. Jika konsumen sudah puas maka hal yang dilakukan
oleh konsumen adalah melakukan pembelian ulang yang akan berimbas pada
loyalitas. Sesuai dengan teori yang menyebutkan tujuan utama experiential
marketing adalah membuat konsumen puas dengan semua aspek yang ditawarkan
perusahaan termasuk pada saat konsumen mengkonsumsi produk. Garbarino &
Johnson (1999,10). Selain itu kelebihan experiential marketing dapat merangsang
semua panca indera konsumen, membangun merek dengan menyentuh sisi emosi,
men-drive promosi dari mulut ke mulut, pengkomunikasian pesan promosi yang
Memorable
experience
terbentuk dari
1. Sense
2. Feel
3. Think
4. Act
5. Related
Kepuasaan
![Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana yang sedang](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022102822/5877691a1a28abe36c8b848a/html5/thumbnails/16.jpg)
kompleks, dan dapat merubah perilaku pembelian terhadap penjualan. (Ikhwan
Fahri, 2009:4). Hal tersebut akan menghasilkan kepuasan dari aspek-aspek
experiential marketing yaitu sense, feel, think, act, related. Garbarino & Johnson
(1999,10) „‟kepuasan secara keseluruhan berdasarkan pada pembelian dan
pengalaman mengkonsumsi barang dan jasa‟‟.
1.5.2 Hipotesis
Sejalan dengan pemikiran diatas maka dalam melakukan penelitian ini
penulis menuliskan hipotesis sebagai berikut:
„‟Experiential marketing berpengaruh terhadap kepuasaan konsumen
Starbucks coffe‟‟.
1.5.3 Batasan Masalah
Ada beberapa batasan yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian
ini adalah dari segi perilaku konsumen dalam mendapatkan produk,
mengkonsumsi produk sampai pada setelah mengkonsumisi produk berdasarkan
pengalaman yang ditangkap dan menghasilkan sebuah kepuasan. Jadi batasan
yang pertama adalah Akibat experiential marketing dan kepuasaan konsumen.
1.6 Metode Penelitian
Dalam menyusun skripsi ini metode penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif. Menurut Nazir(2003:63) metode deskriftif adalah suatu metode
dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu
sistem pemikiran ataupun sekelompok kelas peristiwa pada masa sekarang.
![Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana yang sedang](https://reader038.vdocuments.mx/reader038/viewer/2022102822/5877691a1a28abe36c8b848a/html5/thumbnails/17.jpg)
Teknik penarikan sample pada penelitian ini dipilih secara nonprobability
sampling (Nonrandom Sampling Method), yaitu tidak semua subjek atau individu
dapat dijadikan anggota sample.
1.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan di area kampus widyatama dengan target konsumen
starbucks dan secara online. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2012
sampai Januari 2012.