bab i pendahuluan 1.1. latar belakang -...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jumlah penduduk Indonesia sangat melaju pesat dari tahun ke tahun. Data
sensus penduduk tahun 2010 menyebutkan, jumlah penduduk Indonesia adalah
237.641.326 jiwa dan perkiraan pada tahun 2015 meningkat menjadi 255.461.686
jiwa. Peningkatan jumlah keseluruhan penduduk di Indonesia ini diikuti pula
peningkatan jumlah usia lanjut di Indonesia. Berdasarkan data dari badan pusat
statistik di Indonesia sejak tahun 1980 - 2020 persentase usia lanjut meningkat.
Hal ini terjadi karena semakin meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH)
penduduk yang merupakan salah satu indikator keberhasilan pembanguanan
Nasional dibidang kesehatan sekaligus sebagai tantangan dalam pembangunan
Nasional (BPS, 2011). ©UKDW
2
Grafik 1.1. Persentase Usia lanjut ( >60 tahun ) Indonesia Tahun 1980-
2020
Sumber : Badan Pusat Statistik 2011
Berdasarkan data yang diambil dari World Population Prospect,proyeksi
usia harapan hidup penduduk Indonesia pada tahun 2000-2100 cenderung
meningkat. Hal ini menunjukkan terjadinya penuaan penduduk (ageing
population) yang ditandai dengan terus meningkatnya angka harapan hidup
penduduk Indonesia (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Grafik 1.2. Proyeksi Rata-rata Usia Harapan Hidup Penduduk Indonesia
3.33.8
5.6
7.6 8 8.2 8.5 8.7 9 9.3 9.7 10
0
2
4
6
8
10
12
1980 1990 2000 2010 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
% usia lanjut
Tahun
©UKDW
3
Su
mber: UN, World Population Prospect, the 2012 Revision
Namun, dibalik keberhasilan peningkatan UHH ada tantangan yang harus
dihadapi yaitu salah satunya peningkatan rasio ketergantungan usia lanjut (old age
dependency ratio). Hasil data susenas menunjukkan bahwa angka rasio
ketergantungan penduduk usia lanjut pada tahun 2012 adalah sebesar 11,90. Hal
ini berarti pada tahun 2012 bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif (15-
59 tahun) harus menanggung sekitar 12 orang penduduk usia lanjut (BPS, 2012).
Meningkatnya rasio ketergantungan penduduk usia lanjut akan mengakibatkan
meningkatnya beban keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Untuk itu diperlukan
perhatian dan penanganan khusus dalam menyiapkan usia lanjut yang sehat,
mandiri, dan aktif selama mungkin.
Jumlah penduduk usia lanjut yang bertambah terus-menerus setiap tahun
akan menimbulkan berbagai permasalahan yang tidak sederhana bagi usia lanjut
itu sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat. Proses menua secara alamiah
yang terjadi pada seseorang akan menyebabkan terjadinya perubahan baik dari
©UKDW
4
segi fisik, mental, psikologis dan kejiwaan, yang akan berpengaruh pada aktivitas
sehari-hari, kondisi sosial maupun kondisi ekonominya (Nugroho, 2008).
Perubahan-perubahan yang terjadi mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri
secara terus-menerus. Salah satu perubahan fisik yang terjadi adalah pada sistem
muskuloskeletal yaitu kelemahan fisik. Kondisi ini sekitar 50% lebih banyak
dialami oleh kelompok usia lanjut yang berusia lebih dari 85 tahun dibandingkan
pada kelompok usia lanjut yang berusia lebih dari 65 tahun hanya sekitar 10%
(Muzamil, 2014).
Frailty didefinisikan sebagai “Sindroma Geriatri” yang ditandai dengan
tiga atau lebih dari kriteria antara lain adalah penurunan kekuatan otot,
pembatasan gerakan, ketidakseimbangan tubuh, penurunan fungsi kognitif dan
inkontinensia. Kondisi ini akan menimbulkan risiko terjadinya jatuh, disabilitas
bahkan kematian. Frailty dikaitkan dengan pertambahan usia lansia, usia lanjut
jenis kelamin perempuan, pendidikan rendah, status kesehatan yang buruk dan
sosio-ekonomi rendah. Selain itu kurangnya asupan nutrisi, adanya obesitas,
peradangan pada sendi, diabetes melitus dan aktivitas fisik yang kurang juga
berkaitan dengan terjadinya frailty (Fried, 2001).
Di Indonesia, hasil susesnas tahun 2012 memperlihatkan pendidikan
penduduk usia lanjut yang relatif masih rendah karena tidak/belum pernah sekolah
dan tidak tamat SD lebih dari separuh penduduk usia lanjut (tidak/belum pernah
sekolah 26,84%;tidak tamat SD 32,32%). Rendahnya tingkat pendidikan
penduduk usia lanjut mungkin dapat mempengaruhi kesehatan usia lanjut pada
kemudian hari (Kementrian Kesehatan RI, 2013). Sehingga perlu dilakukannya
©UKDW
5
upaya pencengahan disabilitas dengan identifikasi faktor risiko yang dapat diubah,
penemuan dini pada kasus kelompok usia lanjut yang memiliki risiko tinggi agar
dapat menurunkan risiko morbiditas dan disabilitas serta peningkatan kualitas
hidup kelompok usia lanjut berdasarkan kekuatan fisik, psikologis dan sosial.
Terjadinya Sindrom frailty merupakan multifaktor artinya tidak hanya faktor fisik,
tetapi psikologis, kognitif, dan sosial turut berkontribusi pada perkembangan dan
keparahan sindrom frailty. Sehingga apabila faktor risiko yang dapat diubah
dapat diidentifikasi maka sindrom frailty berpotensi reversibel (Shelley et al,
2011).
Dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ferni pada tahun 2014 “
Hubungan kelemahan fisik dan status mental usia lanjut” dengan metode
penelitian cross-sectional menggunakan kuesioner, pengukuran tubuh dan test
yang sudah terstandar baik secara nasional maupun internasional didapatkan hasil
ada hubungan yang konsisten antara kelemahan fisik dan status mental dengan
aktivitas sehari-hari dengan alat, dan terdapat hubungan yang signifikan antara
tingkat pendidikan dan hasil The Mini Mental State Examination (MMSE). Pada
penelitian kali ini ingin melihat ada atau tidaknya perubahan kondisi fisik, status
mental dan kemandirian dalam IADL dan ADL usia lanjut dibandingkan 2 tahun
sebelumnya di Dusun Gampingan, Kelurahan Pakuncen, Kecamatan Wirobrajan,
Kota Yogyakarta dengan menggunakan kuesioner dan test yang sama dengan
penelitian terdahulu yaitu kondisi fisik ditinjau dari kekuatan berjalan (Get – Up –
and – Go Test), tingkat kelelahan (The Borg Scale) dan keseimbanagan tubuh
(The Berg Balance Test). Untuk mendeteksi adanya penurunan fungsi kognitif
©UKDW
6
digunakan kombinasi antara Mini Mental State Examination (MMSE), Hopkins
Verbal Learning Test (HVLT). Selain itu juga disertakan Activities of Daily Living
(ADL) dan Instrumental Activities of Daily Living (IADL) untuk meninjau
kemandirian dalam aktivitas hidup sehari – hari.
Wilayah Wirobrajan termasuk perkotaan dengan padatnya bangunan
perumahan dan pertokoan serta pusat-pusat bisnis dan pendidikan. Wilayah
Wirobrajan memiliki penduduk yang sangat beragam, bagi dari segi ekonomi,
tingkat pendidikan, asal daerah, dan agama. Di Kecamatan Wirobrajan, terdapat
Puskesmas Induk dan Puskesmas Pembantu. Kecamatan Wirobrajan terdiri dari 3
Kelurahan memiliki 34 RW dan 165 RT yaitu kelurahan Pakuncen, Kelurahan
Wirobjan dan Kelurahan Patangpuluhan. Salah satu kelurahan yang akan
dilakukan penelitian adalah Kelurahan Pakuncen. Kelurahan Pakuncen adalah
sebuah kelurahan yang terletak di Kecamatan Wirobrajan, Daerah Istimewa
Yogyakarta dengan total 3.324 kepala keluarga. Berdasarkan data hasil
Konsolidasi dan Pembersihan Database Kependudukan pada tahun 2015, jumlah
penduduk di Kelurahan Pakuncen adalah 10.674 jiwa dengan rincian jenis
kelamin laki-laki sebanyak 5.203 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sejumlah
5.471 jiwa. Dari data yang diperoleh terdapat 432 jumlah usia lanjut di Kelurahan
Pakuncen. Untuk melakukan pengamatan pada penelitian ini, peneliti akan
melakukan kunjungan ke rumah-rumah warga (Ditjen Kependudukan Pencatatan
Sipil Kemendagri, 2015).
©UKDW
7
1.2. Perumusan Masalah
Seiring meningkatnya jumlah keseluruhan penduduk di Indonesia yang
diikuti pula peningkatan jumlah usia lanjut akan berpengaruh terjadinya penuaan
penduduk (ageing population). Untuk itu diperlukan penanganan dan perhatian
khusus terhadap usia lanjut yang jumlahnya terus bertambah setiap tahun. Proses
penuaan secara alamiah mengakibatkan para usia lanjut mengalami berbagai
permasalahan karena terjadinya perubahan fisik dan mental yang mempengaruhi
kualitas hidup usia lanjut dalam aktivitas fisik sehari-hari. Maka dari itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan di Dusun Gampingan, Kelurahan
Pakuncen, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta tentang ada atau tidaknya
perubahan kondisi fisik, status mental, dan kemandirian usia lanjut dalam
melakukan ADL dan IADL, dari penelitian yang sudah diambil data dua tahun
sebelumnya dan hubungan antara kondisi fisik, status mental dan kemandirian
usia lanjut dalam melakukan ADL dan IADL. Sehingga dibuatlah pertanyaan
penelitian seperti yang tertulis dibawah ini :
1. Apakah ada perubahan kondisi fisik usia lanjut, dibandingkan penelitian dua
tahun sebelumnya di Dusun Gampingan, Kelurahan Pakuncen, Kecamatan
Wirobrajan, Kota Yogyakarta ?
2. Apakah ada perubahan status mental usia lanjut, dibandingkan penelitian dua
tahun sebelumnya di Dusun Gampingan, Kelurahan Pakuncen, Kecamatan
Wirobrajan, Kota Yogyakarta?
©UKDW
8
3. Apakah ada perubahan kemandirian dalam ADL dan IADL usia lanjut,
dibandingkan penelitian dua tahun sebelumnya di di Dusun Gampingan,
Kelurahan Pakuncen, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta ?
4. Apakah ada hubungan antara kondisi fisik dengan status mental pada usia
lanjut di Dusun Gampingan, Kelurahan Pakuncen, Kecamatan Wirobrajan,
Kota Yogyakarta?
5. Apakah ada hubungan antara kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari
(Activities of Daily Living) dan aktivitas sehari-hari dengan instrumen
(Instrumental Activities of Daily Living) dengan kondisi fisik pada usia lanjut
di Dusun Gampingan, Kelurahan Pakuncen, Kecamatan Wirobrajan, Kota
Yogyakarta ?
6. Apakah ada hubungan antara kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari
(Activities of Daily Living) dan aktivitas sehari-hari dengan instrumen
(Instrumental Activities of Daily Living) dengan status mental pada usia lanjut
di Dusun Gampingan, Kelurahan Pakuncen, Kecamatan Wirobrajan, Kota
Yogyakarta ?
1.3. Tujuan Penelitian
Umum :
1. Memberi sumbangan data yang berkesinambungan mengenai masalah-
masalah pada usia lanjut.
2. Memberi sumbangan informasi bagi penanganan masalah-masalah usia
lanjut.
©UKDW
9
3. Menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam penelitian.
Khusus :
Menghimpun data terkait kondisi fisik, status mental, dan kemandirian
dalam ADL dan IADL pada usia lanjut untuk keperluan penelitian lebih
lanjut agar memberi gambaran pada keadaan usia lanjut secara
berkelanjutan di Dusun Gampingan, Kelurahan Pakuncen, Kecamatan
Wirobrajan, Kota Yogyakarta.
1.4. Manfaat Penelitian
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengalaman pembelajaran dibidang penelitian dan
mengembangkan ilmu kedokteran Gerontologi yang telah di pelajari selama
perkuliahan.
2. Bagi Masyarakat
Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi ke masyarakat
untuk dapat mempersiapkan masa tua yang sehat, mandiri, dan aktif selama
mungkin serta dapat meningkatkan perhatian pada kelompok usia lanjut agar
dapat meminimalkan terjadinya sindrom kelemahan akibat penuaan.
3. Bagi Institusi pendidikan
Dapat digunakan sebagai data dasar peneliti selanjutnya.
©UKDW
10
1.5. Keaslian Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penilitian sebelum untuk
melihat perubahan kelemahan fisik, status mental, dan kemandirian dalam IADL
dan ADL usia lanjut di Dusun Gampingan,Kelurahan Pakuncen, Kecamatan
Wirobrajan, Kota Yogyakarta. Berdasarkan pengetahuan peneliti, belum pernah
ada penelitian lanjutan sejenis yang telah dilakukan. Adapun perbedaan dan
persamaan penelitian ini dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya terletak pada variabel, subjek, waktu dan tempat penelitian.
Penelitian yang pernah dilakukan antara lain :
Tabel 1.1. Penelitian Terdahulu yang Serupa
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Metode
Penelitian
Jumlah
Sampel
Hasil Penelitian
Ferni, 2014 Hubungan
kelemahan
fisik dan status
mental usia
lanjut di
Dusun
Gampingan,
Kecamatan
Wirobrajan,
Yogyakarta
Cross-
sectional,
dengan
kuesioner,
pengukuran
tubuh dan test
Go and Get
Up, Borg
Scale, Mini
Mental State
30
orang
Terdapat
hubungan yang
konsisten antara
kelemahan fisik
dan status
mental dengan
aktivitas sehari-
hari dengan alat,
dan terdapat
hubungan yang
©UKDW
11
Examination
(MMSE),
Hopkins Verbal
Learning Test
(HVLT),
Activities of
Daily Living
(ADL),
Instrumental
Activities of
Daily Living
(IADL)
signifikan antara
tingkat
pendidikan dan
hasil MMSE
Eka
Ediawati,
2012
Gambaran
Tingkat
Kemandirian
dalam Activity
of Daily
Living (ADL)
dan resiko
jatuh pada usia
lanjut di panti
sosial tresna
Cross-
sectional,survei
kuantitatif
226
orang
Usia lanjut
dengan tingkat
kemandirian
tinggi memiliki
resiko jatuh
yang tinggi yaitu
sebesar 45%
©UKDW
12
wredha Budi
Mulia 01 dan
03 Jakarta
Timur
Amer, M.S.,
et al, 2014
Ability of
comprehensive
Geriatric
Assessment of
Detect Frailty
Case-control
study dengan
Mini Mental
State
Examination
(MMSE),
Geriatric
Depression
scale (GDS),
Activities of
Daily Living
(ADL),
Instrumental
Activities of
Daily Living
(IADL)
104
orang
Kelemahan fisik
pada usia lanjut
memiliki
hubungan
komorbid yang
lebih besar
dengan hasil
ADL dan IADL
serta memiliki
hubungan
dengan tingkat
depresi dan
gangguan
kognitif
©UKDW
13
Mia et al,
2013
Is a change in
functional
capacity or
dependency in
activities of
daily living
associated
with a change
in mental
health among
older people
living in
residential
care facilities?
Kohort
prospektif
206
orang
Tidak ada
hubungan yang
signifikan antara
perubahan nilai
setelah 3 bulan
antara hasil Berg
Balance Scale
(BBS) dan
Geriatric
Depression
Scale (GDS) (β=
0,026, P= 0,31),
BBS dan
Philadelphia
Geristric Center
Morale Scale
(PGCMS)
(β=0,045,
P=0,14), Activity
of Daily Living
(ADL) dan GDS
(β=1,123,
P=0,06), dan
©UKDW
14
ADL dengan
PGCMS (β=-
0,013, P=0,86)
©UKDW