bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/38960/2/bab 1.pdfpengembangan potensi desa...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengelolaan sumber daya sering mendapat sorotan, yakni fenomena
termarginalkannya masyarakat lokal untuk memperoleh manfaat dari sumber daya
yang ada di destinasi pariwisata. Untuk itu, agar terjamin implementasi pariwisata
berbasis masyarakat pada destinasi pariwisata diperlukan upaya untuk
mengedepankan peran serta dan tanggung jawab masyarakat setempat. Masyarakat
sebagai salah satu pemangku kepentingan (stakeholders) harus dilibatkan dalam
pengelolaan berbagai sumber daya pariwisata diwilayah mereka. Menurut Ascherson,
masyarakat local memiliki hak asasi untuk menginterpretasikan dan mengelola
sumber daya yang mereka miliki (Prasiasa, 2013:51).
Bukit Brukoh sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai tempat wisata,
dengan adanya Ide Kepala Desa Bajang membangun Bukit Brukoh untuk dijadikan
sebagai pariwisata mampu meningkatkan ekonomi masyarakat. Ide Kepala Desa
Bajang dimusyawarahkan dalam sebuah forum di desa yang biasa dilaksanakan
secara rutin menyangkut perencanaan pembangunan desa yaitu dalam forum
MUSRENBANGDES (musyawarah rencana pembangunan desa) dimana
MUSRENBANGDES menyetujui atas ide dari kepala desa tersebut serta memberi
masukan dan pendapat dalam forum tersebut untuk pembangunan wisata Bukit
Brukoh, setelah disepakati bersama kemudian dibuatkan RKP (Rencana Kerja
Pembangunan) kemudian mokri dan salah satu masyarakat desa Bajang survey lokasi
2
ke Bukit Brukoh dan dari hasil survey langsung ditindak lanjuti pembangunan fisik
Bukit Brukoh. pihak desa menggandeng arsitek untuk merancang pembangunan fisik
Bukit Brukoh, setelah itu RKP yang telah disusun sebelumnya diajukan kepada pihak
kecamatan dan pihak kecamatan menyetujui dan menandatangani RKP tersebut
setelah itu dibuatkan RAB (Rencana Anggaran Biaya) untuk diajukan ke pusat.
Destinasi pariwisata sebagai bagian dari industri pariwisata tidak dapat
terlepas dari aktor utama yang ada dibalik destinasi pariwisata untuk dapat
menghasilkan produk yang berdaya saing. Pengungkapan aktor utama merupakan isu
yang strategis karena dari aktor inilah kontribusi yang sangat signifikan bermula.
Dalam pengelolaan destinasi pariwisata, ada sejumlah aktor utama yang diidentifikasi
dapat memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap destinasi pariwisata,
antara lain kementerian kebudayaan dan pariwisata(Kemenbudpar), pemerintah
daerah (provinsi, kabupaten/ kota), asosiasi profesi pariwisata, usaha pariwisata,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), perguruan tinggi, masyarakat, investor, media
massa, dan lintas departemen.
Isu pengelolaan, komodifikasi, koordinasi, dan aktor utama dalam
pengelolaan, destinasi pariwisata perlu memperoleh penanganan yang serius dan
holistik. Harapannya adalah hadirnya destinasi pariwisata yang memberikan manfaat
secara berkelanjutan dari sisi budaya, lingkungan, dan ekonomi. Untuk mendukung
pencapaian tersebut , perlu dibarengi dengan peningkatan kualitas pengalaman
wisatawan di destinasi pariwisata, pengembangan sumber daya manusia, melakukan
survey terkait dengan produk di destinasi pariwisata, menghindari dampak negatif
3
terhadap masyarakat local dan lingkungan, menciptakan lingkungan usaha yang lebih
baik melalui visi pengembangan yang jelas, kerja sama dengan pemangku
kepentingan, sosialisasi kebijakan dan mentaati peraturan yang terkait tata ruang
serta zooning (Prasiasa, 2012:39-40),
Bukit Brukoh menjadi suatu destinasi pariwisata karena kreatifitas dari
pemimpin Desa Bajang dan hasil dari musyawarah desa untuk menjadikan Bukit
Brukoh menjadi suatu pariwisata dengan harapan mampu meningkatkan ekonomi
masyarakan dan menciptakan solidaritas yang tinggi khususnya masyarakat Bajang.
Kepala Desa Bajang mampu merubah Bukit Brukoh menjadi suatu pariwisata yang
indah dan banyak disukai pengunjung. Yang awalnya hanya sebagai bukit biasa yang
kesannya negatif karena sering dijadikan tempat mesum dan tempat asusila oleh
orang-orang, maka dari itu kepala desa dan tokoh masyarakat sepakat untuk
membangun Bukit Brukoh karena Bukit Brukoh dianggap sumber daya alam yang
berpotensi untuk peningkatan ekonomi masyarakat sehingga perlu adanya
pengembangan agar lebih optimal. Maka dari itu adanya destinasi pariwisata ini di
dukung oleh pemerintah dan masyarakat untuk lebih dikembangkan lagi dan menjadi
pariwisata yang berkelanjutan.
Hakikat pariwisata Indonesia bertumpu pada keunikan dan kekhasan budaya
alam serta hubungan manusia. Kepariwisataan adalah keseluruhan peroses kegiatan
yang dilakukan dan keluaran yang dihasilkan oleh masyarakat, pengusaha dan
pemerintah dan keterkaitannya satu dengan lainnya dalam mengembangkan
pariwisata yang di dasarkan dan memperhatikan nilai-nilai agama, pelestarian sumber
4
daya alam dan budaya, kepentingan politik, ekonomi, sosial serta pertahanan
keamanan. Untuk itu, pembangunan kepariwisataan Indonesia tetap menempatkan
kebhinekaan, sebagai suatu yang hakiki dalam bingkai Negara kesatuan republik
Indonesia (Sedamaryanti, 2014:16).
Mokri selaku Kepala Desa Bajang mengungkapkan bahwa Bukit Brukoh
sebelum dibangun dijadikan sebagai objek wisata biasanya sering dijadikan sebagai
tempat mesum oleh masyarakat, orang –orang datang ke Bukit Brukoh biasanya
hanya dijadikan sebagai tempat asusila, tidak sedikit masyarakat sekitar Bukit Brukoh
yang sering menemui orang berbuat mesum di Bukit Brukoh, tidak heran jika Bukit
Brukoh dijadikan sebagai tempat mesum karena memang tempatnya sepi dan
dikelilingi semak-semak, maka dari itu Kepala Desa Bajang dan tokoh masyarakat
berinisiatif untuk menjadikan Bukit Brukoh sebagai Pariwisata. Semenjak Bukit
Brukoh dibangun dan dijadikan sebagai destinasi pariwisata baru banyak perubahan
dari segala aspek mulai dari fisik Bukit Brukoh hingga perekonomian masyarakat
sekitar dan solidaritas pemuda desa yang semakin kuat.
Kehadiran wisatawan ke daerah-daerah, Pedesaan, Hutan, atau wilayah
terpencil sudah berlangsung sejak lama, fenomena petualangan di alam hutan atau
alam terbuka memberikan nuansa wisata. Petualangan yang alamiah yang penuh
nuansa budaya tradisional mungkin sulit ditemukan dikehidupan perkotaan atau
modern. Konsepsi mengembangkan desa wisata dapat dimulai dari daya tarik wisata
desa dan lingkungannya. Kegiatan wisata haruslah memberikan manfaat atau nilai
tambah yang berkelanjutan, nilai tambah itu menjadi intesif untuk pengelolaan yang
5
lebih baik, yang memenuhi standart jasa wisata. Dalam hal ini, wisata telah menjadi
kegiatan ekonomi telah menghasilkan manfaat kesejahteraan (social banefit)
sebagaimana konsep sustainable tourism yang menekankan kepada kegiatan wisata
yang berkelanjutan (Iwan &Purnawan, 2015:6-11).
Destinasi pariwisata Bukit Brukoh tersebut juga melibatkan masyarakat
terutama pemuda desa untuk mengelola potensi desa yang ada yaitu berupa Bukit
Brukoh. Ekonomi masyarakat Desa Bajang mulai meningkat khususnya yang ada di
Dusun Brukoh karena dengan adanya pengembanagan potensi desa melalui wisata
Bukit Brukoh masyarakat bisa berjualan di area wisata Bukit Brukoh dan
mengembangkan kreatifitasnya misalkan menjual hasil kerajinan dengan tema khas
Brukoh serta para pemuda desa ikut terlibat dalam pengembangan dan pelestarian
wisata Bukit Brukoh untuk keberlanjutan wisata Bukit Brukoh. upaya pengelolaan
suatu lahan menjadi pariwisata baru merupakan suatu hal untuk pelestarian alam dan
budaya masyarakat,adanya pengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh
selain mampu melestarikan potensi alam yang ada juga mampu menciptakan
solidaritas yang kuat, apalagi di dukung oleh adanya panorama yang indah di Bukit
Brukoh sehingga mampu memberikan keunikan dan ciri khas dari Bukit Brukuh
tersebut yang mampu meningkatkan ketertarikan wisatawan. Suasana dan
pemandangan di Desa Bajang khususnya di Bukit Brukoh jarang ditemui di perkotaan
maka tidak heran jika masyarakat kota berlomba-lomba untuk berkunjung ke wisata
Bukit Brukoh.
6
Pengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh ini, dibangun
karena aktor utama dalam pengembangan potensi desa ini sadar bahawa Bukit
Brukoh sangat berpotensi untuk dijadikan tempat wisata. dengan adanya
pengembanagan wisata tersebut akan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat.
keterlibatan masyarakat dalam wisata ini mulai dari kepengurusan hingga staf dan
usaha mandiri masyarakat dan mampu mengurangi pengangguran khususnya di Desa
Bajang dan masyarakat juga bisa membuka usaha mandiri seperti halnya pedagang
kaki lima.
Perekrutan staff dan pengelola wisata Bukit Brukoh diatur dalam peraturan
Desa Bajang. sesuai dengan peraturaan Desa Bajang Kecamatan Pakong Kabupaten
Pamekasan Nomor: 001 tahun 2016 tentang pembentukan Badan Usaha Milik Desa
(BUMDES) pada BAB IV keanggotaan pasal 6 dijelaskan bahwa anggota BUMDES
“Wisata Alam-BRUKOH HILL” terdiri dari Masyarakat yang berdomisili di Desa
Bajang atau yang berdomisili di luar desa sebagaimana disebut, dapat menjadi
anggota BUMDES, bilamana telah memenuhi persyaratan, ketentuan dan prosedur
menjadi anggota sesuai dengan keputusan lembaga dan untuk pertama kali syarat
keanggotaan BUMDES adalah setiap masyarakat desa yang telah memenuhi
ketentuan kelayakan usaha dan memenuhi persyaratan pengajuan modal usaha secara
berkelompok dan dinyatakan lolos verivikasi oleh pengurus BUMDES.
7
dijelaskan juga mengenai hak dan kewajiban anggota pada BAB IV pasal 7
bahwa anggota BUMDES “Wisata Alam Bukit Brukoh-BRUKOH HILL” mempu
nyai hak yaitu yang pertama untuk menjadi pengurus atau pengawas BUMDES,
kedua memberikan suaranya dalam pemungutan suara, ketiga Mengeluarkan
pendapat, keempat memperoleh manfaat dan perlindungan hukum dalam pelaksanaan
hak dan kewajiban, kelima memberikan masukan pengembangan program kepada
pengurus. Dan dilanjut pada pasal 9 seluruh anggota dan kelompok masyarakat
berkewajiban untuk turut serta dalam memajukan BUMDES “Wisata Alam Bukit
Brukoh –BRUKOH HILL” baik secara langsung maupun tidak langsung, menghadiri
rapat-rapat yang dipandang perlu diadakan oleh pengurus mengikuti secara aktif
program BUMDES “Wisata Alam Bukit Brukoh –BRUKOH HILL” terutama dalam
peningkatan sumber daya dan mematuhi dan melaksanakan semua peraturan dan
beban yang menjadi tanggung jawabnya (Peraturan Desa Bajang No:1,2016).
Tokoh masyarakat meminta kepada Kepala Desa Bajang untuk menutup
semua aktifitas di wisata Bukit Brukoh pada jam 17.00 WIB, semua pengunjung
wajib turun pada jam 17.00 WIB dan Kepala Desa Bukit Brukoh menyiapkan mobil
keliling untuk mengecek wisata Bukit Brukoh pada jam 17.00 WIB dengan harapan
agar wisata Bukit Brukoh tidak dijadikan tempat mesum lagi. wisata Bukit Brukoh
buka jam 07.00 WIB dan tutup jam 17.00 WIB untuk karcis masuk Rp. 5000,- per
sepeda motor. Hasil dari penjualan karcis masuk wisata Bukit Brukoh di gunakan
untuk 20% untuk pemupukan modal kerja, 20% untuk cadang umum/modal usaha
kerja, 30% untuk dana kesejahteraan karyawan, 10% untuk biaya operasional
8
pengelolaan,pembinaan dan pelatihan, 10% untuk jasa TVRI, 20% untuk dana
pembangunan desa, 10% untuk dana sosial.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalahnya adalah bagaimana
pengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui lebih jauh tentang pengembangan potensi desa melalui
wisata Bukit Brukoh.
1.4 Manfaat penelitian
Sebuah penelitiah akan lebih sempurna jika penelitian tersebut memiliki
manfaat dan menjadi sebuah program yang berkelanjutan, dari penelitian ini ada dua
manfaat yang dapat dikelompokkan, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis:
1.4.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian tersebut diharapkan mampu menjadi salah satu informasi
dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam pemberdayaan masyarakat
yang ada hubungannya dengan Sosiologi. Serta kajian tentang destinasi pariwisata
Bukit Brukoh.
1.4.2 Manfaat praktis
a. Manfaat bagi pemerintah
Hasil penelitian ini tentang pengembangan potensi desa melalui wisata Bukit
Brukoh di Desa Bajang, Kecamatan Bajang, Kabupaten Pamekasan diharapkan
mampu untuk menjadi pertimbangan bagi pemerintah desa, pemerintah kecamatan
9
dan pemerintah kabupaten untuk pengembangan potensi desa agar menjadi sebuah
pariwisata dan Program yang berkelanjutan dan pembangunan dari segi ekonomi
masyarakat setempat dan solidaritas untuk masyarakat Desa Bajang.
b. Manfaat bagi Civitas Academika
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi baru bagi mahasiswa
maupun dosen, mengenai kajian tentang pengembangan potensi desa khusunya dalam
kajian destinasi wisata Bukit Brukoh.
c. Manfaat bagi Masyarakat Desa Bajang
Hasil penelitian tentang “Pengembangan potensi desa melalui wisata Bukit
Brukoh” di Desa Bajang ini di harapkan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat
Desa Bajang melalui adanya wisata Bukit Brukoh ini dan menciptakan solidaritas
yang tinggi antara masyarakat untuk menjaga Bukit Brukoh agar tidak dijadikan
tempat mesum lagi, serta pemuda desa diharapkan mampu berinisiatif lebih
cemerlang untuk mengembangkan dan mempertahankan wisata alam ini melalui
pengembangan potensi desa.
1.5 Definisi Konsep
1.5.1 Pengembangan Potensi Desa
Potensi dalam tulisan ini adalah daya, kekuatan, kesanggupan dan
kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan (Depdikbud,
1989) Jadi pengembangan potensi desa adalah daya, kekuatan, kesanggupan dan
kemampuan yang dimiliki oleh suatu desa yang mempunyai kemungkinan untuk
dapat dikembangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara
garis besar potensi desa dapat dibedakan menjadi dua; Pertama adalah poteni fisik
10
yang berupa tanah, air, iklim, lingkungan geografis, binatang ternak, dan sumber daya
manusia. Kedua adalah potensi non-fisik berupa masyarakat dengan corak dan
interaksinya, lembaga-lembaga sosial, lembaga pendidikan,dan organisasi sosial desa,
serta aparatur dan pamong desa (Abdurokhman, 2014:3)
1.5.2 Pariwisata
Secara Sosiologis John Urry menyebutkan bahwa pariwisata mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut:
Pariwisata adalah aktifitas bersantai atau aktivitas waktu luang. Perjalanan
wisata bukanlah suatu „kewajiban‟ dan umumnya dilakukan pada saat seseorang
bebas dari pekerjaan yang wajib dilakukan, yaitu pada saat mereka cuti atau libur.
Dalam perkembangan selanjutnya, berwisata dapat diidentikkan dengan „berlibur di
daerah lain‟. berlibur di daerah lain, atau memanfaatkan waktu luang dengan
melakukan perjalanan wisata, dewasa ini merupakan salah satu ciridari masyarakat
modern (Pitana & Gayatri, 2005:45-47).
1.5.3 Bukit Brukoh
Bukit Brukoh merupakan suatu bukit yang terletak di Desa Bajang Kecamatan
Pakong Kabupaten Pamekasan, bukit ini awalnya terkenal sebagai tempat mesum tapi
karena pembangunan yang direncanakan dan direalisasikan untuk menjadi sebuah
pariwisata yang mampu meningkatkan ekonomi masyarakat dan sekarang sudah tidak
ada lagi bukit mesum tapi diganti bukit pariwisata yaitu „Wisata Bukit Brukoh‟
(wawancara dengan kepala Desa Bajang).
11
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositifisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menenkankan makna dari pada
generalisasi (Sugiono, 2014:9).
Sedangkan menurut Haris Herdiansyah penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bertujuan memahami realitas sosial, yaitu melihat dunia apa adanya, bukan
dunia yang seharusnya, maka seorang peneliti kualitatif harus orang yang memiliki
sifat open minded. Karenanya melakukan penelitian kualitatif dengan baik dan benar
berarti telah memiliki jendela untuk memahami dunia Psikologi dan realitas sosial.
(Herdiansyah, 2010:vii)
Pendekatan penelitian kualitatif releven untuk menjabarkan permasalahan
yang di angkat oleh peneliti yaitu tentang pengembangan potensi desa melalui wisata
Bukit Brukoh di Desa Bajang Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan, akan
mampu dijabarkan secara menyeluruh dan mendalam sesuai karakteristik dari
penelitian kualitatif yaitu berlandaskan pada filsafat positifisme dimana peneliti harus
mampu melakukan penelitian secara mendalam dan menyeluruh.Penelitian ini
12
bersifat kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui latar belakang,
permasalahan,kondisi dan dampak dari terbentuknya pengembangan potensi desa
melalui wisata Bukit Brukoh secara mendalam dan menyelurh yang dibentuk oleh
aktor utama yaitu pemimpin Desa Bajang .
Sedangkan Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung
pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan
orang-orang tersebut dalam bahasannya dan peristilahannya (Sudarti, 1995:62).
1.6.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di Bukit Brukoh desa Bajang Kecamatan Pakong
Kabupaten Pamekasan. Karena wisata Bukit Brukoh ini membawa dampak positif
antara lain mampu meningkatkan ekonomi masyarakat. Karena ide kreatif kepala
desa Bajang mampu merubah Bukit Brukoh ini menjadi sebuah pariwisata yang
awalnya hanya sebatas Bukit biasa yang sering ditempati sebagai tempat mesum
sekarang berubah menjadi pariwisata yang mampu meningkatkan ekonomi
masyarakat desa serta mampu menciptakan solidaritas yang tinggi khususnya untuk
masyarakat Desa Bajang. Penelitian ini dilakukan di wisata Bukit Brukoh untuk bisa
langsung mengetahui aktifitas masyarakat dalam mengembangkan potensi desa
tersebut.
13
1.6.3 Teknik Penentuan Subjek Penelitian
Dalam penelitian kualitatif penentuan subjek penelitian merupakan suatu hal
yang penting karena sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Penentuan subjek
penelitian yang tepat akan mampu menghasilkan data dan informasi yang valid
karena subjek penelitian merupakan salah satu sumber dalam penelitian kualitatif.
Teknik penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang
dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai
penguasa sehingga akan memudahkan penelitian menjelajahi objek atau situasi social
yang diteliti (sugiono:2014, 219-219).
Dalam penelitian ini ada beberapa subjek penelitian yang dipilih
menggunakan teknik purposive sampling yaitu:
a. Kepala Desa Bajang (Moh.Mokri). Peneliti memilih subjek tersebut karena
kepala Desa Bajang (Moh. Mokri) merupakan tokoh masyarakat yang mempunyai
ide pertama untuk membangun Bukit Brukoh menjadi pariwisata dengan
memberdayakan masyarakan
b. Sekertaris Desa Bajang (Dulzaki), peneliti memilih subjek ini karena beliau
selaku sekertaris desa mengetahui data tentang profil desa dan sejarah Desa
Bajang serta realita Bukit Brukoh sebelum di bangun dan juga beliau ikut serta
dalam mendirikan Bukit Brukoh untuk dijadikan pariwisata.
14
c. Manager Brukoh Hill (Zainollah), peneliti memilih subjek ini karena beliau
menjabat sebagai Manager wisata Bukit Brukoh jadi semua tentang wisata Bukit
Brukoh mulai dari awal berdirinya wisata Bukit Brukoh, AD/ART hingga sampai
saat ini beliau mengetahui tentang perkembangan Bukit Brukoh dan program
wisata Bukit Brukoh kedepannya.
d. Pedagang kaki lima dan staf wisata Bukit Brukoh selaku masyarakat yang
diberdayakan.
e. Masyarakat karena dalam pengembangan potensi desa melalui wisata Bukit
Brukoh tersebut masyarakat juga ikut berpartisipasi.
1.6.4 Sumber Data
Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok klasifikasi sumber data yang
diperoleh yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti tanpa
melalui sumber lainnya. Data primer diperoleh sesuai dengan teknik penentuan
subjek yang dipilih oleh penenliti sebelumnya, data primer ini diperoleh melalui
pengamatan atau observasi langsung di wisata Bukit Brukoh Desa Bajang Kecamatan
Pakong Kabupaten Pamekasan dan wawancara terhadap subjek yang telah ditentukan
sebelumnya.
15
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh penelitian secara tidak langsung misal
melalui perantara media atau sumber lainnya dalam penelitian ini data sekunder yang
diperoleh yaitu dari hasil penelitian terdahulu, jurnal, buku, foto dan juga dokumen
resmi dari desa maupun instansi yang terlibat di dalamnya yang berkaitan deng an
pengembangan potensi desa melalui wisat Bukit Brukoh di Desa Bajang Kecamatan
Pakong Kabupaten Pamekasan.
1.6.5 Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk
memberikan suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan
suatu kesimpulan atau diagnosis. Inti dari observasi adalah adanya perilaku yang
tampak dan adanya tujuan yang ingin dicapai. Perilaku yang tampak dapat berupa
perilaku yang dapat dilihat langsung oleh mata, dapat dihitung, dapat di dengar dan
dapat diukur (Herdiansyah, 2010:131-132).
Dalam penelitian ini menggunakan observasi secara langsung dimana peneliti
terjun langsung ke lokasi penelitian dengan mengamati peristiwa yang terjadi di
wisata Bukit Brukoh serta juga mengamati aktivitas masyarakat dalam
pengembanagan wisata Bukit Brukoh ini, misalkan pedagang kaki lima, staf
kebersihan, penjaga parkir dan loket atau pintu masuk Bukit Brukoh.
16
b. Wawancara
Menurut Moleong wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban
atas pertanyaan tersebut. Dalam penelitian kualitatif, wawancara menjadi metode
pengumpulan data yang utama, sebagaian besar data diperoleh melalui wawancara.
untuk itu penguasa teknik wawancara sangat mutlak diperlukan (Herdiansyah,
2010:131-132).
Dalam penelitian ini wawancara yang dilakukan peneliti kepada subjek yang
telah ditentukan sebelumnya dengan harapan mampu mendapatkan informasi yang
sebenar-benarnya. Informan yang dimaksud yaitu kepala desa, sekertaris desa,
manager dari wisata Bukit Brukoh dan masyarakat Desa Bajang yang ikut
berpartisipasi dalam wisata Bukit Brukoh ini. Wawancara ini dilakukan secara tidak
terstruktur agar pertanyaan mengalir sesuai pembicaraan yang dilakukan dan juga
agar mampu membangun hubungan yang baik dengan masyarakat sehingga
masyarakat tidak merasa ada perbedaan atau tingkatan antara peneliti dengan
informan.
17
c. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan , gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalkan catatan
harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan,
dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain
(Sugiono, 2014:240).
Teknik pengumpulam data dengan dokumentasi dari penelitian ini yaitu
berupa foto-foto wisata Bukit Brukoh dan dokumen resmi tentang profil desa,
peraturan desa dan AD/ART wisata Bukit Brukoh sera data-data dan berbagai hal
berhubungan dengan pengembangan potensi desa melalui wisata Bukit Brukoh.
1.6.6 Teknik Analisa Data
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan model analisis interaktif yang diperkenalkan oleh Miles dan Huberman
yang terdiri dari tahapan analisis yaitu:
18
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang
yang tidak perlu. Dengan demikian, data yang direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencari yang bila diperlukan kembali.
b. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data merupakan langkah selanjutnya setelah tahap reduksi data.
Data yang telah direduksi kemudian disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori dan sejenisnya. Penelitian Pada penelitian kualitatif,
termasuk penelitian ini, penyajian data difokuskan dengan menggunakan teks yang
bersifat naratif. Adapun bentuk penyajian data yang lain hanya sebagai pendukung.
c. Kesimpulan (Conclusion)/Verifikasi
Tahap ketiga dalam analisis data ialah penarikan kesimpulan atau verifikasi.
kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat guna mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yanag dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel (Sugiono, 2012:335-345).
19
Gambar 1.1 komponen analisis data(interaktif model) Miles & Huberman
1.6.7 Uji Keabsahan Data (validitas data)
Validitas data adalah suatu bagian yang sangat penting dalam penelitian untuk
mengetahui kebenaran atau keabsahan data yang peneteliti temukan, dalam penelitian
ini menggunakan teknik trianggulasi data. Trianggulasi data dalam penelitian ini
ialah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain,
diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
itu. Teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui
sumber lainnya (Moleong, 2017:330)
Trianggulasi dengan sumber yaitu menyesuaikan dan mengecek antara derajat
kepercayaan informasi yang diperoleh menggunakan dua alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif (Patton dalam Moleong, 2017:330-331).
Hal tersebut dapat dicapai dengan cara:
Pengumpulan data Penyajian data/display
data
Reduksi data Penarikan kesimpulan
20
a. Membandingkan antar data hasil pengamatan dengan data yang diperoleh pada
saat wawancara wawancara
b. Membandingkan antara apa yang dikatakan secara pribadi dengan apa yang
dikatakan orang lain
c. Membandingkan antara tanggapan seseorang mengenai situasi penelitian dengan
apa yang dikatakan peneliti.
d. Membandingkan antara perspektif dan keadaan seseorang dengan pendapat dan
pandangan orang lain seperti masyarakat biasa, orang yang berpendidikan tinggi
maupun menengah, orang kaya maupun orang pemerintahan.
e. Membandingkan antara hasil wawancara dengan isi dokumen atau berkas-berkas
yng ada (Moleong, 2017:331).