bab i pendahuluan · 1 bab i pendahuluan. 1.1. latar belakang public relations (pr) memiliki...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Public relations (PR) memiliki peranan penting baik untuk lembaga maupun
untuk publik eksternal. PR berperan untuk memberikan informasi secara tepat, akurat
sehingga mampu diterima dan dapat dipahami dengan baik oleh publik. Saat
informasi tersebut diterima oleh publik dan sudah dapat dipahami akan membuat
setidaknya ada rasa peduli terhadap suatu lembaga atau program yang mampu
memberikan citra yang positif. PR memiliki peran kunci untuk menciptakan
ketertarikan publik dengan cara menarik simpati melalui strategi dan program PR
secara efektif dan dijalankan sesuai dengan situasi yang ada tentu akan mampu
menciptakan sikap simpati tersebut kepada lembaga atau perusahaan.
Aktivitas PR berkaitan dengan dua hal, yaitu aktivitas yang berhubungan
dengan manajemen dan aktivitas yang berhubungan dengan teknis. Dalam
menjalankan fungsi manajemen, PR menjadi bagian manajemen dari suatu instansi,
lembaga, atau perusahaan yang memiliki tugas untuk menjaga keseimbangan
komunikasi antara pihak internal dan eksternal instansi tersebut.
Oleh karena itu PR dalam instansi pemerintahan juga memiliki kewajiban
untuk membangun hubungan baik, saling pengertian dan kerjasama antar instansi
dengan publiknya agar tercipta iklim organisasi yang baik, maka pada akhirnya PR
2
harus dapat membangun citra instansi yang positif dengan melakukan komunikasi
yang baik dimata publik.
PR harus mampu menjalankan fungsinya sebagai fasilitator yang dapat
menjembatani penyebaran informasi antara pemerintah dengan masyarakat, serta
dengan seluruh stakeholder-nya. Terutama dalam penyebaran informasi kepada
publik atau khalayak tentang program-program pemerintahan yang telah dan akan
dijalankan. Hal itu salah satunya bertujuan untuk mempertahankan citra positif
instansi. Setiap aktivitas dan kegiatan PR dalam membangun hubungan baik dengan
masyarakat akan memiliki pengaruh besar pada peningkatan kepedulian terhadap
instansi dan akan berdampak pada peningkatan reputasi instansi tersebut.
Begitu pula dengan Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (AHU)
yang merupakan salah satu dari lembaga yang bekerja dibawah Kementerian Hukum
dan HAM yang bertugas secara umum untuk memberikan pelayanan publik. Sebagai
sebuah lembaga instansi pemerintahan, Ditjen AHU selalu berupaya memberikan
pelayanan yang terbaik untuk masyarakat. Beragam upaya selalu dilakukan untuk
meningkatkan kepuasan publik kepada pelayanan lembaga pemerintahan, khususnya
Ditjen AHU yang memang bertugas dan berinteraksi langsung dengan publik.
Apa lagi selama ini masih ada yang beranggapan bahwa pelayanan di instansi
pemerintahan masih kurang baik, dan pelayanan yang terkesan berbelit. Disinilah
tantangan PR Ditjen AHU untuk menambah pengetahuan masyarakat mengenai
pelayanan hukum. PR harus merancang sebuah program atau strategi untuk
menyampaikan informasi dengan jelas, menarik, dan menyenangkan, serta bisa
dikemas dengan baik.
3
Fungsi PR di berbagai instansi pemerintah mungkin masih terbilang kalah
jauh jika dibandingkan dengan humas di perusahaan atau organisasi bisnis lainnya.
Pekerjaan humas pemerintah dianggap pekerjaan yang mudah. Namun, tugas humas
pemerintah tidaklah kalah penting dengan humas disebuah perusahaan. Humas di
instansi pemerintah dituntut untuk mampu merespon cepat setiap perubahan yang
tejadi terkait dengan reputasi di instansi pemerintahan. Selain itu, memberikan
pelayanan yang baik kepada masyarakat dan menyebarkan informasi yang cepat demi
memberikan pelayanan yang optimal juga merupakan suatu hal yang penting.
Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum bagian Hubungan
Masyarakat (Humas) mempunyai salah satu kegiatan humas yang nyata dengan
tujuan untuk meningkatkan pelayanan publik seperti kepengurusan notaris, badan
hukum, legalisasi, kewarganeraan serta parpol melalui kegiatan mal pelayanan
publik. Mal pelayanan publik sendiri merupakan mal yang berisikan berbagai
pelayanan publik yang dibuat untuk kemudahan dalam mengurus berbagai keperluan
yang berhubungan dengan administrasi kepemerintahan.
Hal tersebut membuat penulis ingin mengetahui lebih dalam seputar kegiatan
humas yang dilaksanakan oleh humas Ditjen AHU. Laporan Tugas Akhir ini nantinya
akan mendeskripsikan lebih dalam mengenai kegiatan apakah yang dilakukan oleh
humas Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum untuk meningkatkan
pelayanannya terhadap masyarakat.
Dari uraian latar belakang penelitian tersebut, maka judul Tugas Akhir ini adalah
:“Strategi Humas Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum dalam
Meningkatkan Pelayanan Publik melalui Mal Pelayanan Publik”
4
1.2. Maksud dan Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maksud dan tujuan dalam penulisan Tugas
Akhir ini adalah sebagai berikut :
1.2.1. Maksud
Maksud dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memahami strategi
humas Direktorat Jendral Administrasi Hukum Umum dalam meningkatkan
pelayanan publik. Selain itu, maksud dari penelitian ini adalah untuk
mengembangkan wawasan serta pengalaman penulis tentang dunia kehumasan serta
memperdalam kajian mengenai strategi dan taktik yang digunakan dalam kegiatan
humas di kantor Ditjen AHU.
1.2.2. Tujuan
Tujuan penulis dalam penyusunan dan pelaksanaan penulisan tugas akhir ini
adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Diploma Tiga program
studi Hubungan Masyarakat Akademi Komunikasi BSI Jakarta.
1.3. Metode Penelitian
1.3.1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian program Humas
Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum dalam meningkatkan pelayanan
publik oleh penulis adalah dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, studi
pustaka, dan dokumentasi.
5
Pengumpulan data atau informasi penelitian kualitatif yang penulis lakukan
secara langsung dengan menggunakan teknik penelitian, sebagai berikut :
1. Observasi
Menurut Ardianto dalam Mayasari & Angguntiara (2018:26) mendefinisikan
observasi adalah “kemampuan seseorang untuk melakukan pengamatannya melalui
hasil kerja panca indra mata serta dibantu dengan panca indra yang lainnya”.
Menurut Spradley dalam Djaelani (2013:85) mengungkapkan bahwa “tujuan
dari observasi adalah memahami pola, norma dan makna perilaku yang diamati, serta
penulis belajar dari informan dan orang yang diteliti”.
Menurut Nawawi dalam Prianto & Suhartini (2015:56) mengatakan bahwa:
Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan percatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.Observasi langsung dilakukan terhadap obyek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observer berada bersama obyek yang diselidikinya. Sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki. Misalnya, peristiwa tersebut diamati melalui film, rangkaian slide atau rangkaian foto. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi tidak langsung, karena
peneliti tidak langsung mengamati di tempat berlangsungnya kegiatan, melainkan
mengamati melalui rangkaian foto.
2. Wawancara
Menurut Krisyanto dalam Baskoro (2018:18) menyatakan bahwa :
Wawancara adalah percakapan antara (periset) seseorang yang berharap mendapatkan informasi dan (informan) seorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek. Wawancara merupakan
6
metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.
Primantoro & Muhsin (2015:367) mengemukanan bahwa wawancara secara
garis besar dibagi 2 (dua), yaitu wawancara tak terstruktur dan wawancara
terstruktur.
a. Wawancara tak terstruktur sering disebut dengan wawancara mendalam,
wawancara intensif, wawancara kualitatif dan wawancara terbuka.
wawancara tak terstruktur digunakan untuk menemukan informasi yang
bukan baku dan sifatnya lebih bebas dan mendalam. Subjek biasanya
terdiri atas orang-orang yang terpilih karena sifatnya yang
khas.Pertanyaan biasanya tidak disusun lebih dahulu dan disesuaikan
dengan keadaan serta ciri-ciri yang unik dari informan. Pelaksanaan tanya
jawab antara pewawancara dengan subjek seperti percakapan dalam
sehari-hari.
b. Wawancara terstruktur sering disebut juga dengan wawancara baku yang
susunan pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya (biasanya tertulis)
dengan pilihan jawaban yang juga sudah disediakan. Wawancara
terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri
masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara ini
dilakukan jika sejumlah subjek ditanyai dengan pertanyaan yang sama.
Semua subjek dipandang mempunyai kesempatan yang sama untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan.
7
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode wawancara tak terstruktur
karena peneliti melakukan wawancara dengan pihak Key Informan yaitu bapak Andri
Irwan selaku kepala bagian Humas Direktorat Jendral Administrasi Hukum Umum
secara lebih bebas dan mendalam dan Informan yaitu Bapak Moh.Nabawy seorang
advokat.
3. Studi Pustaka
Menurut Nazir dalam Mayasari & Angguntiara (2018:27) pengertian studi
kepustakaan adalah “teknik pengumpulan data dengan dengan mengadakan studi
penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan dan laporan-laporan yang
ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan”.
Penulis menggunakan metode studi pustaka dalam penelitian ini untuk
memberikan deskripsi teoritis terhadap variabel yang diteliti. Diperlukan adanya
kajian-kajian yang mendalam. Bahan-bahan kajian pustaka yang penulis angkat ialah
dari berbagai sumber seperti, buku, jurnal penelitian, disertasi, tesis, skirpsi, laporan
penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar dan diskusi ilmiah serta terbitan-
terbitan resmi pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya.
4. Dokumentasi
Menurut Riyanti dalam Ilmiyah & Ati (2013:6) metode dokumentasi berarti
“cara pengumpulan data dengan cara mencatat data-data yang sudah ada”.
Sedangkan menurut Basrowi & Suwandi dalam Alvizuhra, dkk (2018:93)
mengemukakan bahwa metode dokumentasi adalah “suatu cara pengumpulan data
8
yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan
perkiraan”.
Moleong dalam Mayasari & Angguntiara (2018:27) membagi dokumen atas
dua, yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi, antara lain :
a. Tindakan, pengalaman dan kepercayaan. Diantaranya buku harian, surat
pribadi dan otobiografi.
b. Dokumen resmi, dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang
secara tertulis tentang berbagai atas dokumentasi internal dan dokumen
eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan
suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam karangan sendiri.
Sedangkan dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan
oleh suatu lembaga sosial, misalnya majalah, buletin, pernyataan dan berita
yang disiarkan kepada media massa.
Pada dasarnya dokumen tertulis atau tercetak dapat digunakan sebagai suatu
bukti sebagai keterangan tertulis. Bentuk dari dokumen bisa berupa surat, akta
penting, piagam penghargaan dan rekam foto atau elektronik dan lain sebagainya.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan dokumentasi terhadap rekaman
wawancara, kegiatan saat peneliti melakukan penelitian, dan juga dokumentasi
berupa surat-surat keperluan penelitian sebagai bukti bahwa peneliti telah benar-benar
9
melakukan penelitian serta foto-foto kegiatan yang penulis dapatkan dari Key
Informan.
1.3.2. Metode Analisa Data
1. Penelitian Kualitatif
Menurut David William dalam Yuniani (2017:64) mendefinisikan penelitian
kualitatif adalah “pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan
metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah”.
Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor dalam Purwanti (2018:66)
mengemukakan bahwa metode kualitatif adalah “prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati”.
Karakteristik penelitian kualitatif merupakan suatu unggulan. Menurut
Daymon dan Holloway dalam Baskoro (2018:18) karakteristik metode penelitian
sebagai berikut :
a. Kata-kata atau kalimat
b. Keterlibatan peneliti
c. Sudut pandang partisipan
d. Studi skala kecil
e. Fokus pada holistic
f. Fleksibilitas
g. Procedural
10
h. Pengaturan alami
i. Induktif kemudian deduktif.
2. Metode Deskriptif
Menurut sugiyono dalam Giantika (2016:48) menyatakan bahwa metode
deskriptif adalah “suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan
yang lebih luas”.
Sedangkan menurut Hasan dalam Suherman (2018:134) menyatakan bahwa
metode deskriptif yaitu “melakukan penelitian dengan melukiskan secara sitematis
fakta atau karakteristik tertentu secara aktual dan cermat”.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati dengan menggunakan tipe metode deskriptif.
Metode deskriptif bertujuan untuk mendiskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di
dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi sekarang ini terjadi.
Dari definisi penelitian kualitatif deskriptif yang telah dijabarkan oleh
beberapa ahli, memungkinkan penelitian kualitatif deskriptif ini dapat amat
mendalam dan tepat sasaran dikarenakan kedalama data yang menjadi pertimbangan
dalam penelitian model ini. Tentunya hal ini disebabkan karena waktu yang
11
dibutuhkan oleh peneliti relatif lebih lama untuk mencapai maksud dan tujuan
penelitian tersebut.
Dengan pendekatan kualitatif deksriptif pada penelitian untuk tugas akhir ini
diharapkan penulis mampu menggambarkan mengenai proses kegiatan humas
Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum secara objektif, terbuka, dan wajar.
1.3.3. Waktu Penelitian
Penulis melakukan penelitian pada 30 April hingga 30 Mei 2018. Penelitian
dilakukan di gedung Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum yang beralamat
di Gedung Sentra Mulia, jalan. HR. Rasuna Said kav, x-6/8, RT 16/RW 4 Karet
Kuningan, Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
1.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembahasan pada Tugas Akhir yang dilakukan penulis
berfokus kepada program humas Ditjen AHU dalam meningkatkan pelayanan publik.
Strategi yang digunakan melalui kegiatan Mal Pelayanan Publik yang mempermudah
masyarakat dalam melakukan pelayanan.
Adapun konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Definisi
Humas, Tugas dan Fungsi Humas, Peran Humas, Ruang Lingkup Humas, Strategi
Humas, Humas Pemerintahan, Pelayanan Publik, Event/Kegiatan Humas, Publik
Eksternal.
12
1.5. Permasalahan Pokok
Permasalahan yang penulis angkat dalam Tugas Akhir ini adalah bagaimana
strategi humas Ditjen AHU dalam meningkatkan pelayanan publik melalui kegiatan
mal pelayanan publik?
Permasalahan diatas didasari oleh latar belakang yaitu masih banyak
masyarakat yang merasa pelayanan di instansi pemerintahan terlalu berbelit dan
terkadang bisa memakan waktu yang lama, serta banyaknya masyarakat yang kurang
tertarik dengan kegiatan Ditjen AHU dalam meningkatkan pelayanan publik.
1.6. Sistematiika Penulisan
Sistematika dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini, dengan tujuan untuk
mendapatkan suatu gambaran yang lebih jells mengenai isi dari pembahasan laporan
Tugas Akhir ini serta mempermudah pembaca, maka dalam laporran Tugas Akhir ini
penulus membagi materi yang ada kedalam bentuk beberapa bab pembahasan seperti
dibawah ini :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang kegiatan penulis dalam memilih judul
“STRATEGI HUMAS DIREKTORAT JENDERAL
ADMINISTRASI HUKUM UMUM DALAM MENINGKATKAN
PELAYANAN PUBLIK MELALUI MAL PELAYANAN PUBLIK”,
maksud dan tujuan dari penulisan laporan Tugas Akhir, metode
13
penelitian yang digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan dan
menganalisa data yang telah penulis dapatkan, ruang lingkup dari
penulisan Tugas Akhir ini, permasalahan pokok yang menjadi garis
besar laporan Tugas Akhir ini dibuat serta sistematika penulisan
laporan Tugas Akhir.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisi landasan teori hubungan masyarakat pada umumnya. Memuat
hal-hal umum yang berkaitan dengan hubungan masyarakat,
pengertian hubungan masyarakat dan peranannya dalam suatu
perusahaan, organisasi atau institusi. Pada bab ini juga berisi studi
literatur yang berkaitan dengan pengertian, konsep, dan teori yang
berkaitan dengan judul dan masalah yang penulis angkat, serta
memberikan jawaban secara teoritis tentang permasalahan yang
dibahas.
BAB III PEMBAHASAN
Berisi tentang tinjauan perusahaan, mulai dari sejarah dan
perkembangan Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum, logo
dan makna Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum, visi dan
misi Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum, struktur
organisasi, struktur bagian hubungan masyarakat Direktorat Jenderal
Administrasi Hukum Umum serta tugas dan fungsinya. Pada bab ini
14
juga berisi proses kerja hubungan masyarakat yang memuat
pembahasan masalah yang diangkat sesuai ruang lingkup
permasalahan. Serta menjabarkan langkah-langkah penulis
mendapatkan data, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,
hingga kendala dan pemecahannya.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan yang ada. Serta memuat
saran yang ditulis oleh penulis yang ditujukan kepada tempat
observasi atau riset berkaitan dengan permasalahan yang yang
diobservasikan.