bab i ilmu pengetahuan dan penelitian 1.1. dasar dan

52
BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan Sumber Penelitian Dalam bagian ini akan dibicarakan dasar-dasar pengetahuan yang menjadi ujung tombak berpikir ilmiah. Dasar-dasar pengetahuan itu ialah sebagai berikut : 1.1.1. Penalaran Yang dimaksud dengan penalaran ialah Kegiatan berpikir menurut pola tertentu, menurut logika tertentu dengan tujuan untuk menghasilkan penegtahuan. Berpikir logis mempunyai konotasi jamak, bersifat analitis. Aliran yang menggunakan penalaran sebagai sumber kebenaran ini disebut aliran rasionalisme dan yang menganggap fakta dapat tertangkap melalui pengalaman sebagai kebenaran disebut aliran empirisme. 1.1.2. Logika (Cara Penarikan Kesimpulan) Ciri kedua ialah logika atau cara penarikan kesimpulan. Yang dimaksud dengan logika sebagaimana didefinisikan oleh William S.S ialah “pengkajian untuk berpikir secara sahih (valid). Logika ada dua macam yaitu logika induktif dan deduktif. Contoh menggunakan logika ini ialah model berpikir dengan silogisma, seperti contoh dibawah ini : Silogisma Premis mayor : semua manusia akhirnya mati Premis minor : Amir manusia Kesimpulan : Amir akhirnya akan mati

Upload: trankhanh

Post on 12-Jan-2017

227 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

BAB I

ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN

1.1. Dasar dan Sumber Penelitian

Dalam bagian ini akan dibicarakan dasar-dasar pengetahuan

yang menjadi ujung tombak berpikir ilmiah. Dasar-dasar

pengetahuan itu ialah sebagai berikut :

1.1.1. Penalaran

Yang dimaksud dengan penalaran ialah Kegiatan berpikir

menurut pola tertentu, menurut logika tertentu dengan tujuan

untuk menghasilkan penegtahuan. Berpikir logis mempunyai

konotasi jamak, bersifat analitis. Aliran yang menggunakan

penalaran sebagai sumber kebenaran ini disebut aliran

rasionalisme dan yang menganggap fakta dapat tertangkap

melalui pengalaman sebagai kebenaran disebut aliran

empirisme.

1.1.2. Logika (Cara Penarikan Kesimpulan)

Ciri kedua ialah logika atau cara penarikan kesimpulan. Yang

dimaksud dengan logika sebagaimana didefinisikan oleh

William S.S ialah “pengkajian untuk berpikir secara sahih

(valid). Logika ada dua macam yaitu logika induktif dan

deduktif. Contoh menggunakan logika ini ialah model berpikir

dengan silogisma, seperti contoh dibawah ini :

Silogisma

Premis mayor : semua manusia akhirnya mati

Premis minor : Amir manusia

Kesimpulan : Amir akhirnya akan mati

Page 2: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

2

1.2. Kriteria Kebenaran dan Kerangka Ilmiah

Sumber pengetahuan dalam dunia ini berawal dari sikap

manusia yang meragukan setiap gejala yang ada di alam

semesta ini. Manusia tidak mau menerima saja hal-hal yang

ada termasuk nasib dirinya sendiri. Rene Descarte pernah

berkata “DE OMNIBUS DUBITANDUM” yang mempunyai arti

bahwa segala sesuatu harus diragukan. Persoalan mengenai

kriteria untuk menetapkan kebenaran itu sulit dipercaya. Dari

berbagai aliran maka muncullah pula berbagai kriteria

kebenaran.

Salah satu kriteria kebenaran adalah adanya konsistensi

dengan pernyataan terdahulu yang dianggap benar. Sebagai

contoh ialah kasus penjumlahan angka-angka dibawah ini

3 + 5 = 8

4 + 4 = 8

6 + 2 = 8

Semua orang akan menganggap benar bahwa 3 + 5 = 8, maka

pernyataan berikutnya bahwa 4 + 4 = 8 juga benar, karena

konsisten dengan pernyataan sebelumnya.

Beberapa kriteria kebenaran diantaranya ialah :

1.2.1. Teori Koherensi (Konsisten)

Yang dimaksud dengan teori koherensi ialah bahwa suatu

pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren

dan konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang

dianggap benar. Contohnya ialah matematika yang bentuk

penyusunannya, pembuktiannya berdasarkan teori koheren.

Page 3: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

3

1.2.2.Teori Korespondensi (Pernyataan sesuai kenyataan)

Teori korespondensi dipelopori oleh Bertrand Russel. Dalam

teori ini suatu pernyataan dianggap benar apabila materi

pengetahuan yang dikandung berkorespondensi dengan objek

yang dituju oleh pernyataan tersebut. Contohnya ialah apabila

ada seorang yang mengatakan bahwa ibukota Inggris adalah

London, maka pernyataan itu benar. Sedang apabila dia

mengatakan bahwa ibukota Inggris adalah Jakarta, maka

pernyataan itu salah; karena secara kenyataan ibukota Inggris

adalah London bukan Jakarta.

1.2.3. Teori Pragmatis (Kegunaan di lapangan)

Tokoh utama dalam teori ini ialah Charles S Pierce. Teori

pragmatis mengatakan bahwa kebenaran suatu pernyataan

diukur dengan criteria apakah pernyataan tersebut bersifat

fungsional dalam kehidupan praktis. Kriteria kebenaran

didasarkan atas kegunaan teori tersebut. Disamping itu aliran

ini percaya bahwa suatu teori tidak akan abadi, dalam jangka

waktu tertentu itu dapat diubah dengan mengadakan revisi.

1.3. Pendekatan Ilmiah dan Non Ilmiah

1.3.1. Manusia Mencari Kebenaran

Manusia mencari kebenaran dengan menggunakan akal sehat

(common sense) dan dengan ilmu pengetahuan. Letak perbedaan

yang mendasar antara keduanya ialah berkisar pada kata

“sistematik” dan “terkendali”. Ada lima hal pokok yang

membedakan antara ilmu dan akal sehat. Yang pertama, ilmu

pengetahuan dikembangkan melalui struktur-stuktur teori, dan

Page 4: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

4

diuji konsistensi internalnya. Dalam mengembangkan

strukturnya, hal itu dilakukan dengan tes ataupun pengujian

secara empiris/faktual. Sedang penggunaan akal sehat biasanya

tidak. Yang kedua, dalam ilmu pengetahuan, teori dan

hipotesis selalu diuji secara empiris/faktual. Halnya dengan

orang yang bukan ilmuwan dengan cara “selektif”. Yang

ketiga, adanya pengertian kendali (kontrol) yang dalam

penelitian ilmiah dapat mempunyai pengertian yang

bermacam-macam. Yang keempat, ilmu pengetahuan

menekankan adanya hubungan antara fenomena secara sadar

dan sistematis. Pola penghubungnya tidak dilakukan secara

asal-asalan. Yang kelima, perbedaan terletak pada cara

memberi penjelasan yang berlainan dalam mengamati suatu

fenomena. Dalam menerangkan hubungan antar fenomena,

ilmuwan melakukan dengan hati-hati dan menghindari

penafsiran yang bersifat metafisis. Proposisi yang dihasilkan

selalu terbuka untuk pengamatan dan pengujian secara ilmiah.

1.3.2 . Terjadinya Proses Sekularisasi Alam

Pada mulanya manusia menganggap alam suatu yang sakral,

sehingga antara subyek dan obyek tidak ada batasan. Dalam

perkembangannya sebagaimana telah disinggung diatas terjadi

pergeseran konsep hukum (alam). Hukum didefinisikan sebagai

kaitan-kaitan yang tetap dan harus ada diantara gejala-gejala.

Kaitan-kaitan yang teratur didalam alam sejak dulu

diinterpretasikan ke dalam hukum-hukum normative. Disini

pengertian tersebut dikaitkan dengan Tuhan atau para dewa

sebagai pencipta hukum yang harus ditaati. Menuju abad ke-

16 manusia mulai meninggalkan pengertian hukum normative

Page 5: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

5

tersebut. Sebagai gantinya muncullah pengertian hukum sesuai

dengan hukum alam. Pengertian tersebut berimplikasi bahwa

terdapat tatanan di alam dan tatanan tersebut dapat

disimpulkan melalui penelitian empiris. Para ilmuwan saat itu

berpendapat bahwa Tuhan sebagai pencipta hukum alam

secara berangsur-angsur memperoleh sifat abstrak dan

impersonal. Alam telah kehilangan kesakralannya sebagai ganti

muncullah gambaran dunia yang sesuai dengan ilmu

pengetahuan alam bagi manusia modern dengan kemampuan

ilmiah manusia mulai membuka rahasia-rahasia alam.

Ilmu pengetahuan dan teknologi, yang merupakan bagian dari

pengetahuan manusia pada masa lalu berkembang karena adanya

filsafat. Dengan lahimya ilmu pengetahuan (termasuk teknologi)

modem, filsafat masih tetap diperlukan untuk meningkatkan

pemahaman manusia akan alam semesta dengan segala isinya,

sehingga mendorong keingintahuan manusia untuk terus menerus

mencoba menyingkap rahasia alam semesta. Usaha-usaha

menyingkap keingintahuan manusia ini mendorong manusia

untuk secara sistematis dan terarah melakukan kegiatan penelitian

ilmiah. Kebenaran yang diperoleh melalui penelitian disebut

kebenaran ilmiah.

Penemuan Kebenaran tanpa melalui penelitian disebut kebenaran

Non Ilmiah, kebenaran ini diperoleh :

o Secara Kebetulan

o Secara Akal Sehat

o Secara Intuitif

o Secara Trial & Error

o Secara Spekulasi

Page 6: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

6

o Melalui Wahyu

o Karena Kewibawaan

1.3.3. Berbagai Cara Mencari Kebenaran

Dalam sejarah manusia, usaha-usaha untuk mencari kebenaran

telah dilakukan dengan berbagai cara seperti :

1.3.3.1 Secara kebetulan

Ada cerita yang kebenarannya sukar dilacak mengenai kasus

penemuan obat malaria yang terjadi secara kebetulan. Ketika

seorang Indian yang sakit dan minum air dikolam dan

akhirnya mendapatkan kesembuhan. Dan itu terjadi berulang

kali pada beberapa orang. Akhirnya diketahui bahwa disekitar

kolam tersebut tumbuh sejenis pohon yang kulitnya bisa

dijadikan sebagai obat malaria yang kemudian berjatuhan di

kolam tersebut. Penemuan pohon yang kelak dikemudian hari

dikenal sebagai pohon kina tersebut adalah terjadi secara

kebetulan saja.

1.3.3.2. Trial And Error

Cara lain untuk mendapatkan kebenaran ialah dengan

menggunakan metode “trial and error” yang artinya coba-coba.

Metode ini bersifat untung-untungan. Salah satu contoh ialah

model percobaan “problem box” oleh Thorndike. Percobaan

tersebut adalah seperti berikut: seekor kucing yang kelaparan

dimasukkan kedalam “problem box”—suatu ruangan yang

hanya dapat dibuka apabila kucing berhasil menarik ujung tali

dengan membuka pintu. Karena rasa lapar dan melihat

makanan di luar maka kucing berusaha keluar dari kotak

Page 7: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

7

tersebut dengan berbagai cara. Akhirnya dengan tidak sengaja

si kucing berhasil menyentuh simpul tali yang membuat pintu

jadi terbuka dan dia berhasil keluar. Percobaan tersebut

mendasarkan pada hal yang belum pasti yaitu kemampuan

kucing tersebut untuk membuka pintu kotak masalah.

1.3.3.3 Melalui Otoritas

Kebenaran bisa didapat melalui otoritas seseorang yang

memegang kekuasaan, seperti seorang raja atau pejabat

pemerintah yang setiap keputusan dan kebijaksanaannya

dianggap benar oleh bawahannya. Dalam filsafat Jawa dikenal

dengan istilah „Sabda pendita ratu” artinya ucapan raja atau

pendeta selalu benar dan tidak boleh dibantah lagi.

1.3.3.4. Berpikir Kritis/Berdasarkan Pengalaman

Metode lain ialah berpikir kritis dan berdasarkan pengalaman.

Contoh dari metode ini ialah berpikir secara deduktif dan

induktif. Secara deduktif artinya berpikir dari yang umum ke

khusus; sedang induktif dari yang khusus ke yang umum.

Metode deduktif sudah dipakai selama ratusan tahun semenjak

jamannya Aristoteles.

1.3.3.5. Melalui Penyelidikan Ilmiah

Menurut Francis Bacon Kebenaran baru bisa didapat dengan

menggunakan penyelidikan ilmiah, berpikir kritis dan induktif.

Catatan :

Selanjutnya Bacon merumuskan ilmu adalah kekuasaan. Dalam

rangka melaksanakan kekuasaan, manusia selanjutnya terlebih

dahulu harus memperoleh pengetahuan mengenai alam dengan

cara menghubungkan metoda yang khas, sebab pengamatan

Page 8: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

8

dengan indera saja, akan menghasilkan hal yang tidak dapat

dipercaya. Pengamatan menurut Bacon, dicampuri dengan

gambaran-gambaran palsu (idola): Gambaran-gambaran palsu

(idola) harus dihilangkan, dan dengan cara mengumpulkan

fakta-fakta secara telilti, maka didapat pengetahuan tentang

alam yang dapat dipercaya. Sekalipun demikian pengamatan

harus dilakukan secara sistematis, artinya dilakukan dalam

keadaan yang dapat dikendalikan dan diuji secara

eksperimantal sehingga tersusunlah dalil-dalil umum. Metode

berpikir induktif yang dicetuskan oleh F. Bacon selanjutnya

dilengkapi dengan pengertian adanya pentingnya asumsi

teoritis dalam melakukan pengamatan serta dengan

menggabungkan peranan matematika semakin memacu

tumbuhnya ilmu pengetahuan modern yang menghasilkan

penemuan-penemuan baru, seperti pada tahun 1609 Galileo

menemukan hukum-hukum tentang planet, tahun 1618 Snelius

menemukan pemecahan cahaya dan penemuan-penemuan

penting lainnya oleh Boyle dengan hukum gasnya, Hygens

dengan teori gelombang cahaya, Harvey dengan penemuan

peredaran darah, Leuwenhock menemukan spermatozoide, dan

lain-lain.

1.4. Pengertian Penelitian

Ada beberapa definisi penelitian menurut para ahli, diantaranya :

o Penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai

jenis masalah , dan pemecahannya memerlukan pengumpulan

dan penafsiran fakta-fakta. (David H. Penny)

Page 9: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

9

o Penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu

pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta

atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati serta sistematis (J.

Suprapto, MA)

o Penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan

dan menguji kebenaran suatu pengetahuan (Sutrisno Hadi, MA)

o Resarch is a careful study to discover correct information (Drs.

Sapri I. Asyari)

Kata penelitian atau riset dipergunakan dalam pembicaraan sehari-

hari untuk melingkup spektrum arti yang luas, yang dapat

membuat bingung mahasiswa, terutama mahasiswa pascasarjana

yang harus mempelajari arti kata tersebut dengan tanda-tanda atau

petunjuk yang jelas untuk membedakan yang satu dengan yang

lain. Dapat saja, sesuatu yang dulunya dikenali sebagai penelitian

ternyata bukan, dan beberapa konsep yang salah tentunya harus

dibuang dan diganti konsep yang benar.

Pada dasarnya, manusia selalu ingin tahu dan ini mendorong

manusia untuk bertanya dan mencari jawaban atas pertanyaan itu.

Salah satu cara untuk mencari jawaban adalah dengan

mengadakan penelitian. Cara lain yang lebih mudah, tentunya,

adalah dengan bertanya pada seseorang atau “bertanya” pada

buku—tapi kita tidak selalu dapat mendapat jawaban, atau kita

mungkin mendapatkan jawaban tapi tidak meyakinkan.

Pengertian penelitian sering dicampuradukkan dengan

pengumpulan data atau informasi, studi pustaka, kajian

dokumentasi, penulisan makalah, perubahan kecil pada suatu

produk, dan sebagainya. Kata penelitian atau riset sering

Page 10: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

10

dikonotasikan dengan bekerja secara eksklusif menyendiri di

laboratorium, perpustakaan, dan lepas dari kehidupan sehari-hari.

Menjadi tujuan bab ini untuk menjelaskan pengertian penelitian

dan membedakannya dengan hal-hal yang bukan penelitian.

Pengertian penelitian yang disarankan oleh Leedy (1997: 3) sebagai

berikut: Penelitian (riset) adalah proses yang sistematis meliputi

pengumpulan dan analisis informasi (data) dalam rangka

meningkatkan pengertian kita tentang fenomena yang kita minati

atau menjadi perhatian kita.

Mirip dengan pengertian di atas, Dane (1990: 4) menyarankan

definisi sebagai berikut: Penelitian merupakan proses kritis untuk

mengajukan pertanyaan dan berupaya untuk menjawab

pertanyaan tentang fakta dunia. Seperti disebutkan di atas,

mungkin di masa lalu, kita mendapatkan banyak konsep

(pengertian) tentang penelitian, yang sebagian daripadanya

merupakan konsep yang salah. Untuk memperjelas hal tersebut, di

bawah ini dikaji pengertian yang “salah” tentang penelitian

(menurut kita—kaum akademisi).

Secara umum, berdasara konsep-konsep yang “salah” tentang

penelitian, maka perlu digarisbawahi empat pengertian sebagai

berikut:

1. Penelitian bukan hanya mengumpulkan informasi (data)

2. Penelitian bukan hanya memindahkan fakta dari suatu

tempat ke tempat lain

3. Penelitian bukan hanya membongkar-bongkar mencari

informasi

4. Penelitian bukan suatu kata besar untuk menarik perhatian.

Page 11: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

11

Lebih lanjut kesalahan pengertian tersebut dijelaskan di bawah ini.

1. Penelitian bukan hanya mengumpulkan informasi (data)

Pernah suatu ketika, seorang mahasiswa mengajukan usul

(proposal) penelitian untuk “meneliti” sudut kemiringan sebuah

menara pemancar TV di kotanya. Ia mengusulkan untuk

menggunakan peralatan canggih dari bidang keteknikan untuk

mengukur kemiringan menara tersebut. Meskipun peralatannya

canggih, tetapi yang ia lakukan sebenarnya hanyalah suatu

survei (pengumpulan data/informasi) saja, yaitu mengukur

kemiringan menara tersebut, dan survei itu bukan penelitian

(tapi bagian dari suatu penelitian). Para siswa suatu SD kelas 4

diajak gurunya untuk melakukan “penelitian” di perpustakaan.

Salah seorang siswa mempelajari tentang Columbus dari

beberapa buku. Sewaktu pulang ke rumah, ia melapor kepada

ibunya bahwa ia baru saja melakukan penelitian tentang

Columbus. Sebenarnya, yang ia lakukan hanya sekedar

mengumpulkan informasi, bukan penelitian. Mungkin gurunya

bermaksud untuk mengajarkan keahlian mencari informasi dari

pustaka (reference skills).

2. Penelitian bukan hanya memindahkan fakta dari suatu tempat

ke tempat lain

Seorang mahasiswa telah menyelesaikan sebuah makalah tugas

“penelitian” tentang teknik -teknik pembangunan bangunan

tinggi di Jakarta. Ia telah berhasil mengumpulkan banyak

artikel dari suatu majalah konstruksi bangunan dan secara

sistematis melaporkannya dalam makalahnya, dengan disertai

teknik acuan yang benar. Ia mengira telah melakukan suatu

penelitian dan menyusun makalah penelitian. Sebenarnya, yang

Page 12: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

12

ia lakukan hanyalah: mengumpulkan informasi/data, merakit

kutipan-kutipan pustaka dengan teknik pengacuan yang benar.

Untuk disebut sebagai penelitian, yang dikerjakannya kurang

satu hal, yaitu: interpretasi data. Hal ini dapat dilakukan

dengan cara antara lain menambahkan misalnya: “Fakta yang

terkumpul menunjukkan indikasi bahwa faktor x dan y sangat

mempengaruhi cara pembangunan bangunan tinggi di Jakarta”.

Dengan demikian, ia bukan hanya memindahkan

informasi/data/fakta dari artikel majalah ke makalahnya, tapi

juga menganalis informasi/data/fakta sehingga ia mampu

untuk menyusun interpretasi terhadap informasi/data/fakta

yang terkumpul tersebut.

3. Penelitian bukan hanya membongkar-bongkar mencari

informasi

Seorang Menteri menyuruh stafnya untuk memilihkan empat

buah kotamadya (di wilayah Indonesia bagian timur) yang

memenuhi beberapa kriteria untuk diberi bantuan

pembangunan prasarana dasar perkotaan. Stafnya tersebut

berpikir bahwa ia harus melakukan “penelitian”. Ia kemudian

pergi ke Kantor Statistik, membongkar arsip/dokumen statistik

kotamadya -kotamadya yang ada di wilayah IBT tersebut.

Dengan membandingkan data statistik yang terkumpul dengan

kriteria yang diberi oleh Menteri, ia berhasil memilih empat

kotamadya yang paling memenuhi kriteria-kriteria tersebut.

Staf tersebut melaporkan hasil “penelitiannya” ke Menteri.

Sebenarnya yang dilakukan oleh staf tersebut hanyalah mencari

data (data searching, rummaging) dan mencocokknnya (matching)

dengan kriteria , dan itu bukan penelitian.

Page 13: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

13

4. Penelitian bukan suatu kata besar untuk menarik perhatian

Kata “…penelitian” sering dipakai oleh surat kabar, majalah

populer, dan iklan untuk menarik perhatian (“mendramatisir”).

Misalnya, berita di surat kabar: “Presiden akan melakukan

penelitian terhadap Pangdam yang ingin „mreteli‟ kekuasaan

Presiden”. Contoh lain: berita “Semua anggota DPRD tidak

perlu lagi menjalani penelitian khusus (litsus)”. Contoh lain lagi:

“Produk ini merupakan hasil penelitian bertahun-tahun”

(padahal hanya dirubah sedikit formulanya dan namanya

diganti agar konsumen tidak bosan).

Pengertian yang benar tentang penelitian sebagai berikut,

menurut Leedy (1997: 5): Penelitian adalah suatu proses untuk

mencapai (secara sistematis dan didukung oleh data) jawaban

terhadap suatu pertanyaan, penyelesaian terhadap

permasalahan, atau pemahaman yang dalam terhadap suatu

fenomena.

Proses tersebut, yang sering disebut sebagai metodologi

penelitian, mempunyai delapan macam karakteristik:

1. Penelitian dimulai dengan suatu pertanyaan atau permasalahan.

2. Penelitian memerlukan pernyataan yang jelas tentang tujuan.

3. Penelitian mengikuti rancangan prosedur yang spesifik.

4. Penelitian biasanya membagi permasalahan utama menjadi sub-

sub masalah yang lebih dapat dikelola.

5. Penelitian diarahkan oleh permasalahan, pertanyaan, atau

hipotesis penelitian yang spesifik.

6. Penelitian menerima asumsi kritis tertentu.

Page 14: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

14

7. Penelitian memerlukan pengumpulan dan interpretasi data

dalam upaya untuk mengatasi permasalahan yang mengawali

penelitian.

8. Penelitian adalah, secara alamiahnya, berputar secara siklus;

atau lebih tepatnya,

Seperti dijelaskan di atas, penelitian berkaitan dengan pertanyaan

atau keinginan tahu manusia (yang tidak ada hentinya) dan upaya

(terus menerus) untuk mencari jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan tersebut. Dengan demikian, tujuan terujung suatu

penelitian adalah untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan

menemukan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan penelitian

tersebut. Tujuan dapat beranak cabang yang me ndorong penelitian

lebih lanjut. Tidak satu orangpun mampu mengajukan semua

pertanyaan, dan demikian pula tak seorangpun sanggup

menemukan semua jawaban bahkan hanya untuk satu pertanyaan

saja. Maka, kita perlu membatasi upaya kita dengan cara membatasi

tujuan penelitian. Terdapat bermacam tujuan penelitian, dipandang

dari usaha untuk membatasi ini, yaitu:

1) eksplorasi (exploration)

2) deskripsi (description)

3) prediksi (prediction)

4) eksplanasi (explanation) dan

5) aksi (action).

Penjelasan untuk tiap macam tujuan diberikan di bawah ini. Tapi

perlu kita ingat bahwa penentuan tujuan, salah satunya,

dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan yang terkait dengan

permasalahan yang kita hadapi (“state of the art”). Misal, bila masih

“samar-samar”, maka kita perlu bertujuan untuk menjelajahi

Page 15: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

15

(eksplorasi) dulu. Bila sudah pernah dijelajahi dengan cukup, maka

kita coba terangkan (deskripsikan) lebih lanjut.

1. Eksplorasi

Seperti disebutkan di atas, bila kita ingin menjelajahi

(mengeksplorasi) suatu topik (permasalahan), atau untuk mulai

memahami suatu topik, maka kita lakukan penelitian eksplorasi.

Penelitian esplorasi (menjelajah) berkaitan dengan upaya untuk

menentukan apakah suatu fenomena ada atau tidak. Penelitian

yang mempunyai tujuan seperti ini dip akai untuk menjawab

bentuk pertanyaan “Apakah X ada/terjadi?”. Contoh penelitian

sederhana (dalam ilmu sosial): Apakah laki-laki atau wanita

mempunyai kcenderungan duduk di bagian depan kelas atau

tidak? Bila salah satu pihak atau keduanya mempunyai kecend

erungan itu, maka kita mendapati suatu fenomena (yang

mendorong penelitian lebih lanjut). Penelitian eksplorasi dapat

juga sangat kompleks. Umumnya, peneliti memilih tujuan

eksplorasi karena tuga macam maksud, yaitu: (a) memuaskan

keingintahuan awal dan nantinya ingin lebih memahami, (b)

menguji kelayakan dalam melakukan penelitian/studi yang lebih

mendalam nantinya, dan (c) mengembangkan metode yang akan

dipakai dalam penelitian yang lebih mendalam. Hasil penelitian

eksplorasi, karena merupakan penelitian penjelajahan, maka sering

dianggap tidak memuaskan. Kekurang-puasan terhadap hasil

penelitian ini umumnya terkait dengan masalah sampling

(representativeness)—menurut Babbie 1989: 80. Tapi perlu kita sadari

bahwa penjelajahan memang berarti “pembukaan jalan”, sehingga

setelah “pintu terbuka lebar-lebar” maka diperlukan penelitian

Page 16: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

16

yang lebih mendalam dan terfokus pada sebagian dari “ruang di

balik pintu yang telah terbuka” tadi.

2. Deskripsi

Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengkajian fenomena secara

lebih rinci atau membedakannya dengan fenomena yang lain.

Sebagai contoh, meneruskan contoh pada bahasan penelitian

eksplorasi di atas, yaitu misal: ternyata wanita lebih cenderung

duduk di bagian depan kelas daripada laki-laki, maka penelitian

lebih lanjut untuk lebih memerinci: misalnya, apa batas atau

pengertian yang lebih tegas tentang “bagian depan kelas”? Apakah

duduk di muka tersebut berkaitan dengan macam mata pelajaran?

tingkat kemenarikan guru yang mengajar? ukuran kelas? Penelitian

deskriptif menangkap ciri khas suatu obyek, seseorang, atau suatu

kejadian pada waktu data dikumpulkan, dan ciri khas tersebut

mungkin berubah dengan perkembangan waktu. Tapi hal ini

bukan berarti hasil penelitian waktu lalu tidak berguna, dari hasil-

hasil tersebut kita dapat melihat perkembangan perubahan suatu

fenomena dari masa ke masa.

3. Prediksi

Penelitian prediksi berupaya mengidentifikasi hubungan

(keterkaitan) yang memungkinkan kita berspekulasi (menghitung)

tentang sesuatu hal (X) dengan mengetahui (berdasar) hal yang lain

(Y). Prediksi sering kita pakai sehari-hari, misalnya dalam

menerima mahasiswa baru, kita gunakan skor minimal tertentu—

yang artinya dengan skor tersebut, mahasiswa mempunyai

kemungkinan besar untuk berhasil dalam studinya (prediksi

Page 17: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

17

hubungan antara skor ujian masuk dengan tingkat keberhasilan

studi nantinya).

4. Eksplanasi

Penelitian eksplanasi mengkaji hubungan sebab-akibat diantara

dua fenomena atau lebih. Penelitian seperti ini dipakai untuk

menentukan apakah suatu eksplanasi (keterkaitan sebab-akibat)

valid atau tidak, atau menentukan mana yang lebih valid diantara

dua (atau lebih) eksplanasi yang saling bersaing. Penelitian

eksplanasi (menerangkan) juga dapat bertujuan menjelaskan,

misalnya, “mengapa” suatu kota tipe tertentu mempunyai tingkat

kejahatan lebih tinggi dari kota-kota tipe lainnya. Catatan: dalam

penelitian deskriptif hanya dijelaskan bahwa tingkat kejahatan di

kota tipe tersebut berbeda dengan di kota-kota tipe lainnya, tapi

tidak dijelaskan “mengapa” (hubungan sebab-akibat) hal tersebut

terjadi.

5. Aksi

Penelitian aksi (tindakan) dapat meneruskan salah satu tujuan di

atas dengan penetapan persyaratan untuk menemukan solusi

dengan bertindak sesuatu. Penelitian ini umumnya dilakukan

dengan eksperimen tidakan dan mengamati hasilnya; berdasar

hasil tersebut disusun persyaratan solusi. Misal, diketahui

fenomena bahwa meskipun suhu udara luar sudah lebih dingin

dari suhu ruang, orang tetap memakai AC (tidak mematikannya).

Dalam eksperimen penelitian tindakan dibuat berbagai alat bantu

mengingatkan orang bahwa udara luar sudah lebih dingin dari

udara dalam. Ternyata dari beberapa alat bantu, ada satu yang

Page 18: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

18

paling dapat diterima. Dari temuan itu disusun persyaratan solusi

terhadap fenomena di atas.

Penelitian berfungsi membantu manusia meningkatkan

kemampuannya untuk menginterpretasikan fenomena alam,

membantu manusia dalam memenuhi hasrat ingin tahu akan

kebenaran ilmiah. Penelitian dapat mengungkap Rahasia Alam

dan dapat menjadi Bencana.

Penelitian merupakan proses yang berkesinambungan, karena

hasilnya tidak akan pemah final yang tidak dapat diganggu gugat

lagi. Penelitian merupakan kegiatan pencarian, penyelidikan dan

percobaan secara ilmiah dalam bidang tertentu untuk

mengungkapkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang

bertujuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.

1.5. Tolok Ukur Kadar Ilmiah Suatu Penelitian :

o Understanding (mampu memberikan pengertian; sehingga

masalah menjadi lebih jelas)

o Predictive Power (mampu meramalkan)

Sedangkan faktor penentu kualitas penelitian adalah :

1. Kemampuan Akademik (Scientific Methode)

Kualitas penelitian sering juga dikaitkan dengan kemampuan

akademik peneliti, kemampuan ini dapat diperoleh melalui

pendidikan formal, non formal, dan pengalaman. Pendidikan

formal belum tentu menjamin seseorang akan tertarik kepada

profesi meneliti atau berhasil sebagai peneliti. Meneliti harus

dengan motivasi yang dapat memberikan kepuasan individual

serta jalan hidup seseorang.

Page 19: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

19

2. Fasilitas/Peralatan (Validity, Reliability)

Kualitas penelitian sering juga dikaitkan dengan ketersediaan

dan kepresisian peralatan yang digunakan, sehingga sering

ketidaklengkapnya peralatan dijadikan alasan untuk tidak

melaksanakan penelitian, padahal tidak jarang terjadi bahwa

hasil penelitian yang mengejutkan diperoleh dengan

menggunakan peralatan yang relatif tradisional, dan bukan alat-

alat canggih dan modem.

Validitas data dan keakuratan pengukuran memang tergantung

kepada peralatan yang tersedia di laboratoriu, tetapi pengadaan

peralatan haruslah mempertimbangkan efisiensi penggunaan-

nya, dan ketidaktersediannya alat dapat diatasi melalui sharing

resources dengan payung kerjasama.

3. Dana (Opportunity)

Permasalahan nasional dalam menumbuhkan budaya meneliti

terletak pada ketersediaan dana, tetapi jumlah dana yang relatif

besar juga tidak menjamin hasil penelitian sesuai dengan tujuan

yang diharapkan. Tetapi dukungan dana yang memadai akan

membuat penelitian yang berkualitas dapat dilaksanakan.

Bahkan beberapa peneliti dapat menjadikan bidang penelitian

sebagai prefesi, karena penelitian dapat menjadi sarana

memenuhi kepuasan dan sekaligus sebagai sumber income.

4. Iklim Ilmiah (Quantity, Quality)

Iklim ilmiah berkontribusi besar dalam melahirkan penelitian-

penelitian yang berkualitas, dan iklim ilmiah dapat

ditumbuhsuburkan melalui :

Pemberian penghargaan kepada peneliti

Page 20: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

20

Keterbukaan akademik, melalui diskusi proposal,

seminar, dan forum ilmiah lainnya

Pengelolaan kelembagaan penelitian yang efisien,

transparan, dan komunikatif

Penyebarluasan informasi tentang publikasi ilmiah,

program-program penelitian, dan sumber-sumber

dana penelitian.

Dengan berkembangnya iklim ilmiah maka fungsi lembaga

penelitian diharapkan juga ditingkatkan dalam bidang :

Perencanaan Kegiatan dan Prioritas penelitian

Pengelolaan sumber daya:dosen, peralatan dan dana.

Pengawasan dan pengendalian kegiatan penelitian.

Page 21: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

BAB II

RAGAM PENELITIAN

2.1. Ragam dan Proses Penelitian

Sudah sejak lama para ahli berusaha mengelompokkan jenis-jenis

penelitian ilmiah, yang biasanya didasarkan atas kegunaannya,

metodenya, dan tujuan perancangannya. Jenis penelitian menurut

metodanya dapat dikelompokkan menjadi: penelitian filsafat,

penelitian sejarah, penelitian observasi, dan penelitian

eksperimental. Jenis penelitian berdasarkan tujuan perancangannya

mencakup: penelitian eksploratif dan formulatif, dan penelitian

deskriptif, sedangkan menurut kegunaannya penelitian dapat

dekelompokkan menjadi: penelitian dasar dan penelitian terapan.

Penelitian dasar biasanya dilaksanakan oleh para peneliti tanpa

memikirkan penerapannya dalam waktu dekat, bahkan biasanya

akhir penerapan tersebut tidak dibayangkan sama sekali oleh

peneliti. Para peneliti hanya berusaha melakukan pemecahan

masalah dalam bidang ilmunya, sehingga dapat dihasilkan

pengetahuan, theori-theori, pengertian tentang gejala alam serta

hukum-hukumnya..

Penelitian terapan selalu berorientasi pada pemecahan masalah

nyata dalam kehidupan, hasil penelitian tidak harus sesuatu yang

betul-betul baru, tetapi mungkin hanya merupakan penerapan

baru dari hasil penelitian yang telah ada. Pada dasamya para

peneliti bidang terapan selalu ingin memperoleh hasil yang segera

dapat dimanfaatkan (quick-yielding), sehingga selalu berorientasi

kepada pasar. Bahkan di negara industri maju jenis penelitian ini

Page 22: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

22

banyak ditangani oleh kelembagaan swasta, sehingga hasil

penelitian dapat diperjualbelikan sebagai komoditas pasar melalui

transaksi tertentu yang berkaitan dengan “patent” dan “royalti”,

sehingga akan terlihat perbedaan “reward” dengan penelitian

dasar yang biasanya berupa pengakuan otoritas keilmuan,

sedangkan dalam penelitian terapan ditambah dengan

penghargaan materi dari “royalti”(Umar,1991).

Penelitian itu bermacam-macam ragamnya, maka dalam bab ini

ragam (variasi) penelitian dilihat dari:

1. macam bidang ilmu

2. macam pembentukan ilmu

3. macam bentuk data

4. macam paradigma keilmuan yang dianut

5. macam strategi (esensi alamiah data, proses pengumpulan dan

pengolahan data)

6. lain-lain.

Ragam Penelitian menurut Bidang Ilmu

Secara umum, ilmu-ilmu dapat dibedakan antara ilmu-ilmu

dasar dan ilmu-ilmu terapan. Termasuk kelompok ilmu dasar,

antara lain ilmu-ilmu yang dikembangkan di fakultas-fakultas

MIPA (Mathematika, Fisika, Kimia, Geofosika), Biologi, dan

Geografi.

Kelompok ilmu terapan meliputi antara lain: ilmu-ilmu

teknik, ilmu kedokteran, ilmu teknologi pertanian. Ilmu-ilmu dasar

Page 23: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

23

dikembangkan lewat penelitian yang biasa disebut sebagai

“penelitian dasar” (basic research), sedangkan penelitian terapan

(applied research) menghasilkan ilmu-ilmu terapan. Penelitian

terapan (misalnya di bidang fisika bangunan) dilakukan dengan

memanfaatkan ilmu dasar (misal: fisika). Oleh para perancang

teknik, misalnya, ilmu terapan dan ilmu dasar dimanfaatkan untuk

membuat rancangan keteknikan (misal: rancangan bangunan).

Tentu saja, dalam merancang, para ahli teknik bangunan tersebut

juga mempertimbangkan hal-hal lain, misalnya: keindahan, biaya,

dan sentuhan budaya. Catatan: Suriasumantri (1978: 29)

menamakan penelitian dasar tersebut di atas sebagai “penelitian

murni” (penelitian yang berkaitan dengan “ilmu murni”,

contohnya: Fisika teori).

Pada perkembangan keilmuan terbaru, sering sulit

menngkatagorikan ilmu dasar dibedakan dengan ilmu terapan

hanya dilihat dari fakultasnya saja. Misal, di Fakultas Biologi

dikembangkan ilmu biologi teknik (biotek), yang mempunyai ciri-

ciri ilmu terapan karena sangat dekat dengan penerapan ilmunya

ke praktek nyata (perancangan produk). Demikian juga, dulu Ilmu

Farmasi dikatagorikan sebagai ilmu dasar, tapi kini dimasukkan

sebagai ilmu terapan karena dekat dengan terapannya di bidang

industri. Karena makin banyaknya hal-hal yang masuk

pertimbangan ke proses perancangan/perencanaan, selain ilmu-

ilmu dasar dan terapan, produk-produk perancangan/perencanaan

dapat menjadi obyek penelitian. Penelitian seperti ini disebut

sebagai penelitian evaluasi (evaluation research) karena mengkaji

dan mengevaluasi produk-produk tersebut untuk menggali

pengetahuan/teori “yang tidak terasa” melekat pada produk-

Page 24: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

24

produk tersebut (selain ilmu-ilmu dasar dan terapan yang sudah

ada sebelumnya).

Bila tidak melihat apakah penelitian dasar atau terapan, maka

macam penelitian menurut bidang ilmu dapat dibedakan langsung

sesuai macam ilmu. Contoh: penelitian pendidikan, penelitian

keteknikan, penelitian ruang angkasa, pertanian, perbankan,

kedokteran, keolahragaan, dan sebagainya (Arikunto, 1998: 11).

Ragam Penelitian menurut Pembentukan Ilmu

Ilmu dapat dibentuk lewat penelitian induktif atau

penelitian deduktif. Diterangkan secara sederhana, penelitian

induktif adalah penelitian yang menghasilkan teori atau hipotesis,

sedangkan penelitian deduktif merupakan penelitian yang menguji

(mengetes) teori atau hipotesis (Buckley dkk., 1976: 21). Penelitian

deduktif diarahkan oleh hipotesis yang kemudian teruji atau tidak

teruji selama proses penelitian. Penelitian induktif diarahkan oleh

keingintahuan ilmiah dan upaya peneliti dikonsentrasikan pada

prosedur pencarian dan analisis data (Buckley dkk., 1976: 23).

Setelah suatu teori lebih mantap (dengan penelitian deduktif)

manusia secara alamiah ingin tahu lebih banyak lagi atau lebih

rinci, maka dilakukan lagi penelitian induktif, dan seterusnya

beriterasi sehingga khazanah ilmu pengetahuan semakin

bertambah lengkap. Secara lebih jelas, penelitian deduktif

dilakukan berdasar logika deduktif, dan penelitian induktif

dilaksanakan berdasar penalaran induktif (Leedy, 1997: 94-95).

Logika deduktif dimulai dengan premis mayor (teori umum); dan

berdasar premis mayor dilakukan pengujian terhadap sesuatu

(premis minor) yang diduga mengikuti premis mayor tersebut.

Page 25: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

25

Misal, dulu kala terdapat premis mayor bahwa bumi berbentuk

datar, maka premis minornya misalnya adalah bila kita berlayar

terus menerus ke arah barat atau timur maka akan sampai pada

tepi bumi. Kelemahan dari logika deduktif adalah bila premis

mayornya keliru.

Kebalikan dari logika deduktif adalah penalaran induktif.

Penalaran induktif dimulai dari observasi empiris (lapangan) yang

menghasilkan banyak data (premis minor). Dari banyak data

tersebut dicoba dicari makna yang sama (premis mayor)—yang

merupakan teori sementara (hipotesis), yang perlu diuji dengan

logika deduktif.

Ragam Penelitian menurut Bentuk data (kuantitatif atau

kualitatif)

Macam penelitian dapat pula dibedakan dari “bentuk”

datanya, dalam arti data berupa data kuantitatif atau data

kualitatif. Data kuantitatif diartikan sebagai data yang berupa

angka yang dapat diolah dengan matematika atau statistik,

sedangkan data kualitatif adalah sebaliknya (yaitu: datanya bukan

berupa angka yang dapat diolah dengan matematika atau statistik).

Meskipun demikian, kadang dilakukan upaya kuantifikasi

terhadap data kualitatif menjadi data kuantitatif. Misal, persepsi

dapat diukur dengan membubuhkan angka dari 1 sampai 5.

Penelitian yang datanya berupa data kualitatif disebut

penelitian kuantitatif. Dalam penelitian seperti itu, sering dipakai

statistik atau pemodelan matematik. Sebaliknya, penelitian yang

mengolah data kualitatif disebut sebagai penelitian kualitatif.

Berkaitan dengan macam paradigma (positivisme, rasionalisme,

Page 26: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

26

fnomenologi) yang dibahas di bagian berikut, macam penelitian

dapat dikombinasikan, misal: penelitian rasionalisme kuantitatif,

penelitian rasionalisme kualitatif (misal: penelitian yang mengkait

pola kota atau pola desain bangunan).

Ragam Penelitian menurut Paradigma Keilmuan

Menurut Muhajir (1990), terdapat tiga macam paradigma

keilmuan yang berkaitan dengan penelitian, yaitu: (1) positivisme,

(2) rasionalisme, dan (3) fenomenologi. Ketiga macam penelitian ini

dapat dibedakan dalam beberapa sudut pandang (a) sumber

kebenaran/teori, dan (2) teori yang dihasilkan dari penelitian. Dari

sudut pandang sumber kebenaran, paradigma positivisme percaya

bahwa kebenaran hanya bersumber dari empiri sensual, yaitu yang

dapat ditangkap oleh pancaindera, sedangkan paradigma

rasionalisme percaya bahwa sumber kebenaran tidak hanya empiri

sensual, tapi juga empiri logik (pikiran: abstraksi, simplifikasi), dan

empiri etik (idealisasi realitas). Paradigma fenomenologi

menambah semua empiri yang dipercaya sebagai sumber

kebenaran oleh rasionalisme dengan satu lagi yaitu empiri

transcendental (keyakinan; atau yang berkaitan dengan Ke-Tuhan-

an). Dari pandangan teori yang dihasilkan, penelitian dengan

berbasis paradigma positivisme atau rasionalisme, keduanya

menghasilkan sumbangan kepada khazanah ilmu nomotetik

(prediksi dan hukum-hukum dari generalisasi). Di lain pihak,

penelitian berbasis fenomenologi tidak berupaya membangun ilmu

dari generalisasi, tapi ilmu idiografik (khusus berlaku untuk obyek

yang diteliti). Sering ditanyakan manfaat dari ilmu yang berlaku

local dibandingkan ilmu yang berlaku umum (general). Keduanya

Page 27: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

27

saling melengkapi, karena ilmu lokal menjelaskan kekhasan obyek

dibandingkan yang umum. Misal, kini sedang berkembang ilmu

tentang ASEAN (ASEAN studies). Manfaat dari ilmu semacam ini

dapat dicontohkan sebagai berikut: di negara barat, banyak orang

ingin berdagang di ASEAN; agar berhasil baik, mereka perlu

mempelajari tatacara/kebiasaan/kultur berdagang di ASEAN,

maka mereka mempelajari ilmu lokal yang menjelaskan perbedaan

tatacara perdagangan di kawasan tersebut dibanding tatacara

perdagangan yang umum di dunia.

Untuk lebih menjelaskan perbedaan antar ketiga macam

penelitian berbasis tiga macam paradigma yang berbeda tersebut,

di bawah ini (lihat Tabel Ragam-1)satu per satu dibahas lebih

lanjut, terutama dari (a) kerangka teori sebagai persiapan

penelitian, (b) kedudukan obyek dengan lingkungannya, (c)

hubungan obyek dan peneliti, dan (d) generalisasi hasil—sumber:

Muhadjir (1990).

Buckley dkk. (1976: 23) menjelaskan arti metodologi,

strategi, domain, teknik, sebagai berikut:

1) Metodologi merupakan kombinasi tertentu yang meliputi strategi,

domain, dan teknik yang dipakai untuk mengembangkan teori

(induksi) atau menguji teori (deduksi).

2) Strategi terkait dengan sifat alamiah yang esensial dari data dan

proses data tersebut dikumpulkan dan diolah.

3) Domain berkaitan dengan sumber data dan lingkungannya.

4) Teknik terkait dengan alat pengumpulan dan pengolahan data.

Teknik dibedakan dua macam, yaitu:

Page 28: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

28

a) Teknik “formal” merupakan teknik yang diterapkan secara

obyektif dan menggunakan data kuantitatif.

b) Teknik “informal” merupakan teknik yang diterapkan secara

subyektif dan menggunakan data kualitatif.

Secara lebih sederhana, dapat dikatakan bahwa strategi berkaitan

dengan “cara” kita melakukan pengembangan atau pengujian

teori. Berkaitan dengan strategi, ragam penelitian dapat dibedakan

menjadi empat, yaitu penelitian: (1) opini, (2) empiris, (3)

kearsipan, dan (4) analitis.

1) Penelitian Opini

Bila peneliti mencari pandangan atau persepsi orang-orang

terhadap suatu permasalahan, maka ia melakukan penelitian opini.

Orang-orang tersebut dapat merupakan kelompok atau

perorangan (jadi domain-nya dapat berupa kelompok atau

individual). Terdapat banyak ragam metode/teknik yang dapat

dipakai untuk penelitian opini perorangan, salah satunya yang

populer dan formal adalah: metode penelitian survei (survey

research)1. Selain itu, penjaringan persepsi perorangan yang

informal dapat dilakukan dengan teknik wawancara. Untuk

mengumpulkan opini kelompok, secara formal, dapat dipakai

metode Delphi. Metode ini dilakukan terhadap kelompok pakar,

untuk mengembangkan konsensus—atau tidak adanya

konsensus—dengan menghindari pengaruh opini antar pakar2.

Teknik informal untuk menggali opini kelompok dapat dilakukan

antara lain dengan curah gagas (brainstorming)3. Cara ini dilakukan

dengan (a) menfokuskan pada satu masalah yang jelas, (b) terima

Page 29: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

29

semua ide, tanpa disangkal, tanpa melihat layak atau tidak, dan (c)

katagorikan ide-ide tersebut.

2. Penelitian Empiris

Empiris terkait dengan observasi atau kejadian yang dialami

sendiri oleh peneliti. Penelitian empiris dapat dibedakan dalam

tiga macam bentuk, yaitu: studi kasus, studi lapangan, dan studi

laboratorium. Ketiga macam penelitian ini dapat dibedakan dari

dua sudut pandang, yaitu: (a) keberadaan rancangan eksperimen,

dan (b) keberadaan kendali eksperimen.

Teknik observasi merupakan teknik yang dapat dipakai untuk

ketiga macam penelitian empiris di atas. Selain itu, untuk studi

lapangan dapat dipakai teknik studi waktu dan gerak (time and

motion study), misal dibantu dengan peralatan kamera video, TV

sirkuit rertutup, atau alat “penangkap” kejadian (sensor) dan

perekam yang lain. Untuk studi laboratorium dapat dilakukan

antara lain dengan simulasi (misal dengan komputer).

3. Penelitian Kearsipan

“Arsip”, dalam hal ini, diartikan sebagai rekaman fakta yang

disimpan. Kita bedakan tiga tipe arsip, yaitu: (1) primer, (2)

sekunder, dan (3) fisik. Dua tipe yang pertama berkaitan dengan

arsip tertulis, tape, dan bentuk -bentuk lain dokumentasi. Arsip

primer adalah rekaman fakta langsung oleh perekamnya (misal:

data perkantoran), sedangkan arsip sekunder merupakan hasil

rekaman orang/pihak lain. Tipe ketiga, yaitu arsip fisik, dapat

Page 30: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

30

berupa batu candi, jejak kaki, dan sebagainya. Teknik informal

dalam penelitian ini berupa antara lain: scanning dan observasi.

Teknik formal untuk arsip tertulis primer dapat dilakukan dengan

metode analisis isi (content analysis). Terhadap arsip sekunder dapat

dilakukan teknik sampling, sedangkan terhadap arsip fisik dapat

dilakukan antara lain dengan pengukuran erosi dan akresi (untuk

penelitian arkeologi).

4. Penelitian Analitis

Terdapat problema penelitian yang tidak dapat dipecahkan dengan

penelitian opini, empiris atau kearsipan. Penelitian tersebut perlu

dipecahkan secara analitis, yaitu dilakukan dengan cara memecah

problema menjadi sub-sub problema (atau variabel-variabel) dan

dicari karakteristik tiap sub problema (variabel) dan keterkaitan

antar sub problema (variabel). Penelitian analitis

sangatmenggantungkan diri pada logika internal penelitinya,

sehingga subyektivitas peneliti perlu dihindari. Untuk itu,

penelitian analitis perlu mendasarkan diri pada filsafat atau logika.

Terdapat berbagai teknik formal dalam penelitian analitis, antara

lain: logika matematis, pemodelan matematis, dan teknik

organisasi formal (flowcharting, analisis jaringan, strategi

pengambilan keputusan, algoritma, heuristik). Catatan: Riset

operasi merupakan pengembangan dari penelitian analitis. Teknik

informal untuk penelitian analitis meliputi antara lain: skenario,

dialektik, metode dikotomus, metode teralogis—lihat Buckley dkk.

(1976: 27).

Page 31: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

31

Jenis Penelitian Menurut Metodenya :

1. Penelitian Historis

2. Penelitian Filosofis

3. Penelitian Observasional

4. Penelitian Eksperimental

5. Jenis Penelitian Menurut Permasalahannya

6. Penelitian Historis

7. Penelitian Deskripsi

8. Penelitian Perkembangan

9. Penelitian Kasus / Lapangan

10. Penelitian Korelasional

11. Penelitian Hubungan Sebab-akibat

12. Penelitian Tindakan

13. Penelitian Eksperimental

2.2. Penelitian Bidang Ilmu Teknik

Metode penelitian merupakan serangkaian kegiatan sistematik

yang diarahkan untuk menemukan jawaban dari suatu pertanyaan

yang belum diketahuhi jawabannya, sehingga ditemukan suatu

kebenaran ilmiah.

Metode penelitian yang sering digunakan pada bidang teknologi

adalah sebagai berikut :

2.2.1. Penelitian Teoritik

Pada masa lalu, teknologi dikembangkan berdasarkan pengalaman

dan coba-coba yang dilakukan oleh para inovator jauh sebelum

ilmu pengetahuan modem lahir. Pada saat ini dan dimasa-masa

Page 32: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

32

mendatang hal tersebut sulit dilakukan, tanpa sebelumnya

dilakukan penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan alam,

terutama berkaitan dengan penelitian teoritik / fundamental.

Teknologi radar yang dikembangkan pada masa perang dunia

kedua, tuntutan pengembangan bioteknologi, nanoteknologi,

teknologi fotonik, superkonduktivitas bahan dan lain sebagainya

memerlukan upaya yang bersifat teoritik. Langkah-langkah dalam

penelitian teoritik dapat diungkapkan sebagai berikut :

1. Identifikasi Masalah, yaitu mengidentifikasi fenomena yang

akan diteliti.

2. Penentuan landasan/kerangka analisis, sehingga dihasilkan

hipotesa/model/teori yang harus diuji

3. Rumusan matematik, dalam berbagai bentuk seperti: persamaan

differensial, integral, dan atau persamaan aljabar.

4. Perhitungan/penyelesaian matematik yang dapat dilakukan

dengan metode analisis dan atau metode numerik.

5. Penafsiran dan evaluasi hasil.

2.2.2. Penelitian Eksperimental

Penelitian eksperimental bertujuan untuk mendapat pengetahuan

atau informasi tentang suatu sistem melalui eksperimen. Informasi

yang dimaksud menyangkut hubungan atau interaksi antar

komponen dalam sistem, serta hubungan antara sifat-sifat

komponen dengan perilaku sistem secara keseluruhan.

Langkah-langkah dalam penelitian eksperimental :

1. Identifikasi Masalah, dan merumuskan masalah

2. Penelusuran Kepustakaan

3. Merumuskan Hipotesis

Page 33: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

33

4. Merancang cara pengumpulan data/informasi

5. Mengumpulkan data/informasi

6. Menyusun, mengolah dan mengalisis data/informasi yang

diperoleh dalam rangka menguji hipotesis

7. Membuat laporan hasil penelitian dan mempublikasikannya.

2.2.3. Penelitian Rekayasa

Penelitian rekayasa (engineering) adalah suatu kegiatan

perancangan (design) yang tidak rutin, sehingga di dalamnya

terdapat kontribusi baru, baik dalam bentuk proses maupun

produk/prototip.

Pada penelitian rekayasa, pembahasan kegiatan perancangan di

dalamnya melibatkan hal-hal yang relatif baru, apabila kegiatan

perancangan tersebut mengacu pada standar atau kode rancang

bangun tertentu, maka kegiatan itu bukan kegiatan penelitian

bidang rekayasa.

Tahapan-tahapan utama dalam penelitian rekayasa :

1. Idea-idea dan kejelasan tugas

2. Konseptual rancangan

3. Susunan, geometri, kefungsian

4. Rancangan detail

5. Pembuatan prototipe/model

6. Pengujian

Hasil-hasil akhir diperoleh dari penelitian ini dapat digunakan

untuk perbaikan dalam metode maupun prosedur pengujian dan

perbaikan dalam kegiatan perancangan itu sendiri.

Page 34: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

34

2.2.4. Penelitian Kualitatif

Penelitian Kualitatif seringkali dipergunakan dalam penelitian-

penelitian ilmu sosial, karena fenomena sosial kerapkali tidak bisa

ditunjukkan secara kuantitatif. Dalam lingkup ilmu-ilmu rekayasa,

penelitian kualitatif sering digunakan dalam pengkajian Planologi,

dan Arsitektur.

Biasanya penelitian kualitatif dimulai dengan suatu pertanyaan

penelitian mengenai suatu hal, misalnya mengapa terjadi

kemacetan lalu lintas disuatu bagian kota tertentu; mengapa

perkembangan wilayah tertentu jauh lebih lambat bila

dibandingkan dengan wilayah lainnya; atau mengapa penduduk

melakukan migrasi dari desa ke kota.

Page 35: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

BAB III

PERMASALAHAN

3.1. Masalah Sebagai Pemicu Kegiatan Penelitian

Kira-kira 2000 tahun yang lalu Arkhimedes diperintah rajanya

untuk menyelidiki tanpa merusak, apakah mahkota sang raja

benar-benar dibuat dari emas mumi, ataukah sudah dicampur

dengan logam yang lebih murah. Perintah itu menimbulkan

masalah yang dipikirkannya terus menerus, juga ketika ketika ia

mandi (di Yunani orang mandi dengan berendam dalam bak). Dari

sinilah Arkhimedes mendapatkan ide bahwa volume suatu benda

padat sama dengan volume cairan yang terpindahkan kalau benda

padat itu dicelupkan ke dalamnya. Tahulah ia bagaimana cara

menguji apakah mahkota rajanya itu terbuat dari emas mumi,

ataukah sudah dicampuri dengan loyang.

Juru-juru ukur tanah di Mesir kuno sudah tahu bagaimana

mendapatkan sudut siku dengan menggunakan seutas tali yang

terbagi menjadi tiga bagian dengan panjangnya berbanding 3:4:5.

Nisbah sisi-sisi segitiga yang membentuk sudut siku ini sudah

mereka ketahui dari pengalaman. Akan tetapi baru Pythagoras

yang dapat membuktikan secara umum bahwa pada setiap segitiga

siku, kuadrat panjang sisi miringnya sama dengan jumlah kuadrat

panjang kedua sisi lain segitiga itu.

Baik Arkhimedes maupun Pythagoras telah menemukan suatu

pengetahuan baru karena dipicu oleh munculnya suatu masalah

yang memerlukan jawaban. Pada Arkhimedes masalah itu berupa

perintah raja untuk meneliti apakah pandai emasnya telah bekerja

Page 36: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

36

jujur. Pada Pythagoras masalah timbul, karena ia ingin tahu apakah

hanya nisbah 3:4:5 saja yang dapat menghasilkan segitiga siku.

Keduanya menggunakan pengalaman untuk mendapatkan

jawaban terhadap masalah yang dihadapi.

3.2. Masalah Penelitian yang dapat Ditangani

Memilih suatu masalah yang akan dijawab lewat kegiatan

penelitian bukan hal yang mudah. Masalah tersebut tidak dapat

diperoleh oleh seorang pemula dengan cara ―grasp from the air‖,

tetapi merupakan suatu proses yang berkesinambungan dalam

rangka penalaran deduktif oleh seseorang.

Suatu masalah penelitian disebut ―managable / researchable‖ bila

dipenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Lingkup masalah dan cara pemecahannya masih dalam

lingkup bidang yang mampu ditangani peneliti

2. Masalah dan cara pemecahannya dalam batas

kemampuan ilmiah peneliti.

3. Kebutuhan akan fasilitas / peralatan penelitian sudah

tersedia atau dapat disediakan oleh peneliti.

4. Dana yang diperlukan dapat disediakan oleh peneliti

atau penyandang dana lain.

5. Penelitian tersebut dapat diselesaikan sesuai rencana

dalam batas waktu yang diminta / disediakan.

3.3. Sumber dan Langkah Penemuan Masalah

Sumber Masalah :

1. Gap antara pengalaman dengan kenyataan

2. Gap antara rencana dengan realita

Page 37: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

37

3. Kegagalan

4. Kebutuhan yang belum terpenuhi

5. Ada pengaduan

6. Ada kompetisi / tantangan

Setelah peneliti menentukan bidang penelitian (problem area) yang

diminatinya, kegiatan berikutnya adalah menemukan

permasalahan (problem finding atau problem generation). Penemuan

permasalahan merupakan salah satu tahap penting dalam

penelitian. Situasinya jelas: bila permasalahan tidak ditemukan,

maka penelitian tidak perlu dilakukan. Pentingnya penemuan

permasalahan juga dinyatakkan oleh ungkapan: ―Berhasilnya

perumusan permasalahan merupakan setengah dari pekerjaan

penelitian‖.

Penemuan permasalahan juga merupakan tes bagi suatu bidang

ilmu; seperti diungkapkan oleh Mario Bunge (dalam : Buckley

dkk., 1976, 14) dengan pernyataan: ―Kriteria terbaik untuk

menjajagi apakah suatu disiplin ilmu masih hidup atau tidak

adalah dengan memastikan apakah bidang ilmu tersebut masih

mampu menghasilkan permasalahan . . . . Tidak satupun

permasalahan akan tercetus dari bidang ilmu yang sudah mati‖.

Permasalahan yang ditemukan, selanjutnya perlu dirumuskan ke

dalam suatu pernyataan (problem statement).

Kegiatan untuk menemukan permasalahan biasanya didukung

oleh survai ke perpustakaan untuk menjajagi perkembangan

pengetahuan dalam bidang yang akan diteliti, terutama yang

diduga mengandung permasalahan. Perlu dimengerti, dalam hal

ini, bahwa publikasi berbentuk buku bukanlah informasi yang

Page 38: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

38

terbaru karena penerbitan buku merupakan proses yang memakan

waktu cukup lama, sehingga buku yang terbit—misalnya hari ini—

ditulis sekitar satu atau dua tahun yang lalu. Perkembangan

pengetahuan terakhir biasanya dipublikasikan sebagai artikel

dalam majalah ilmiah; sehingga suatu (usulan) penelitian

sebaiknya banyak mengandung bahasan tentang artikel-artikel

(terbaru) dari majalah-majalah (jurnal) ilmiah bidang yang diteliti.

Kegiatan penemuan permasalahan, seperti telah disinggung di

atas, didukung oleh survai ke perpustakaan untuk mengenali

perkembangan bidang yang diteliti.

Pengenalan ini akan menjadi bahan utama deskripsi ―latar

belakang permasalahan‖ dalam usulan penelitian. Permasalahan

dapat diidentifikasikan sebagai kesenjangan antara fakta dengan

harapan, antara tren perkembangan dengan keinginan

pengembangan, antara kenyataan dengan ide. Sutrisno Hadi (1986,

3) mengidentifikasikan permasalahan sebagai perwujudan

―ketiadaan, kelangkaan, ketimpangan, ketertinggalan, kejanggalan,

ketidakserasian, kemerosotan dan semacamnya‖. Seorang peneliti

yang berpengalaman akan mudah menemukan permasalahan dari

bidang yang ditekuninya; dan seringkali peneliti tersebut

menemukan permasalahan secara ―naluriah‖; tidak dapat

menjelaskan bagaimana cara menemukannya. Cara-cara

menemukan permasalahan ini, telah diamati oleh Buckley dkk.

(1976) yang menjelaskan bahwa penemuan permasalahan dapat

dilakukan secara ―formal‘ maupun ‗informal‘. Cara formal

melibatkkan prosedur yang menuruti metodologi tertentu,

sedangkan cara informal bersifat subjektif dan tidak ―rutin‖.

Dengan demikian, cara formal lebih baik kualitasnya dibanding

cara informal. Rincia n cara-cara yang diusulkan Buckley dkk.

Page 39: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

39

dalam kelompol formal dan informal terlihat pada gambar di

bawah ini.

Bukley dkk., (1976:16-27) menjelaskan cara-cara penemuan

permasalahan—baik formal maupun informal—sebagai diuraikan

di bagian berikut ini. Setelah permasalahan ditemukan, kemudian

perlu dilakukan pengecekan atau evaluasi terhadap permasalahan

tersebut— sebelum dilakukan perumusan permasalahan.

Cara-cara formal (menurut metodologi penelitian) dalam rangka

menemukan permasalahan dapat dilakukan dengan alternatif-

alternatif berikut ini:

1) Rekomendasi suatu riset. Biasanya, suatu laporan penelitian

pada bab terakhir memuat kesimpulan dan saran. Saran

(rekomendasi) umumnya menunjukan kemungkinan penelitian

lanjutan atau penelitian lain yang berkaitan dengan kesimpulan

Page 40: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

40

yang dihasilkan. Saran ini dapat dikaji sebagai arah untuk

menemukan permasalahan.

2) Analogi adalah suatu cara penemuan permasalahan dengan

cara ―mengambil‖ pengetahuan dari bidang ilmu lain dan

menerapkannya ke bidang yang diteliti. Dalam hal ini,

dipersyaratkan bahwa kedua bidang tersebut haruslah sesuai

dalam tiap hal-hal yang penting. Contoh permasalahan yang

ditemukan dengan cara analogi ini, misalnya: ―apakah Proses

perancangan perangkat lunak komputer dapat diterapkan pada

proses perancangan arsitektural‖ (seperti diketahui

perencanaan perusahaan dan perencanaan arsitektural

mempunyai kesamaan dalam hal sifat pembuatan

keputusannya yang Judgmental).

3) Renovasi. Cara renovasi dapat dipakai untuk mengganti

komponen yang tidak cocok lagi dari suatu teori. Tujuan cara

ini adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kemantapan

suatu teori. Misal suatu teori menyatakan ―ada korelasiyang

signifikan antara arah pengembangan bangunan rumah tipe

tertentu dalam perumahan sub – inti dengan tipe bangunan

rumah asal penghuninya‖ dapat direnovasi menjadi

permasalahan ―seberapa korelasi antara arah pengembangan

bangunan rumah tipe tertentu dalam perumahan sub – inti

dengan tipe bangunan rumah asal penghuninya dengan tingkat

pendidikan penghuni yang berbeda‖. Dalam contoh di atas,

kondisi yang ―umum‖ diganti dengan kondisi tingkat

pendidikan yang berbeda.

4) Dialektik, dalam hal ini, berarti tandingan atau sanggahan.

Dengan cara dialektik, peneliti dapat mengusulkan untuk

Page 41: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

41

menghasilkan suatu teori yang merupakan tandingan atau

sanggahan terhadap teori yang sudah ada.

5) Ekstrapolasi adalah cara untuk menemukan permasalahan

dengan membuat tren (trend) suatu teori atau tren

permasalahan yang dihadapi.

6) Morfologi adalah suatu cara untuk mengkaji kemungkinan-

kemungkinan kombinasi yang terkandung dalam suatu

permasalahan yang rumit, kompleks.

7) Dekomposisi merupakan cara penjabaran (pemerincian) suatu

pemasalahan ke dalam komponen-komponennya.

8) Agregasi merupakan kebalikan dari dekomposisi. Dengan cara

agregasi, peneliti dapat mengambil hasil-hasil peneliti atau

teori dari beberapa bidang (beberapa penelitian) dan

―mengumpulkannya‖ untuk membentuk suatu permasalah

yang lebih rumit, kompleks.

Cara-cara Informal Penemuan Permasalahan

Cara-cara informal (subyektif) dalam rangka menemukan

permasalahan dapat dilakukan dengan alternatif-alternatif berikut

ini:

1) Konjektur (naluriah). Seringkali permasalahan dapat

ditemukan secara konjektur (naluriah), tanpa dasar-dasar yang

jelas. Bila kemudian, dasar-dasar atau latar belakang

permasalahan dapat dijelaskan, maka penelitian dapat

diteruskan secara alamiah. Perlu dimengerti bahwa naluri

merupakan fakta apresiasi individu terhadap lingkungannya.

Page 42: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

42

Naluri, menurut Buckley, dkk., (1976, 19), merupakan alat yang

berguna dalam proses penemuan permasalahan.

2) Fenomenologi. Banyak permasalahan baru dapat ditemukan

berkaitan dengan fenomena (kejadian, perkembangan) yang

dapat diamati. Misal: fenomena pemakaian komputer sebagai

alat bantu analisis dapat dikaitkan untuk mencetuskan

permasalahan – misal: seperti apakah pola dasar pendaya –

gunaan komputer dalam proses perancangan arsitektural.

3) Konsensus juga merupakan sumber untuk mencetuskan

permasalahan. Misal, terdapat konsensus bahwa kemiskinan

bukan lagi masalah bagi Indonesia, tapi kualitas lingkungan

yang merupakan masalah yang perlu ditanggulangi (misal hal

ini merupakan konsensus nasional).

4) Pengalaman. Tak perlu diragukan lagi, pengalaman merupakan

sumber bagi permasalahan. Pengalaman kegagalan akan

mendorong dicetuskannya permasalahan untuk menemukan

penyebab kegagalan tersebut. Pengalaman keberhasilan juga

akan mendorong studi perumusan sebab-sebab keberhasilan.

Umpan balik dari klien, misal, akan mendorong penelitian

untuk merumuskan komunikasi arsitek dengan klien yang

lebih baik.

3.4. Identifikasi masalah

Penelitian dimulai dari pertanyaan yang belum dapat dijawab oleh

seorang peneliti. Untuk ini diperlukan adanya motivasi yang

berupa rasa ingin tahu untuk mengembangkan dan menerapkan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk melihat dengan jelas

tujuan dan sasaran penelitian, perlu diadakan identifikasi masalah

Page 43: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

43

dan lingkungan masalah itu. Masalah penelitian selanjutnya dipilih

dengan kriteria, antara lain apakah penelitian itu dapat

memecahkan permasalahan, apakah penelitian itu dapat diteliti

dari taraf kemajuan pengetahuan, waktu, biaya maupun

kemampuan peneliti sendiri, dan lain-lain. Permasalahan yang

besar biasanya dibagi menjadi beberapa sub-masalah. Substansi

permsalahan diidentifisikasikan dengan jelas dan konkrit.

Pengertian-pengertian yang terkandung didalamnya dirumuskan

secara operasional. Sifat konkrit dan jelas ini, memungkinkan

pertanyaan-pertanyaan yang diteliti dapat dijawab secara eksplisit,

yaitu apa, siapa, mengapa, bagaimana, bilamana, dan apa tujuan

penelitian. Dengan identifikasi yang jelas peneliti akan mengetahui

variabel yang akan diukur dan apakah ada alat-alat untuk

mengukur variabel tersebut.

Permasalahan yang telah ditemukan selalu perlu dicek apakah

permasalahan tersebut dapat (patut) untuk diteliti (researchable).

Pengecekan ini, biasanya, didasarkan pada tiga hal: (i) faedah, (ii)

lingkup, dan (iii) kedalaman. Pengecekan faedah ditelitinya suatu

permasalahan dikaitkan dengan pengembangan ilmu pengetahuan

dan atau penerapan pada praktek (pembangunan). Ditanyakan:

apakah penelitian atas permasalahan tersebut akan berfaedah

untuk ilmu pengetahuan, misal dapat merevisi, memperluas,

memperdalam pengetahuan yang ada, atau menciptakan

pengetahuan baru. Dicek pula: apakah penelitian tersebut

mempunyai aplikasi teoritikal dan atau praktikkal. Suatu

penelitian agar dapat diterima oleh pemberi dana atau pemberi

―nilai‘ perlu mempunyai faedah yang jelas (penjelasan faedah

diharapkan bukan hanya bersifat ―klise‖).

Page 44: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

44

Peneliti yang belum berpengalaman sering mencetuskan

permasalahan yang berlingkup terlalu luas, yang memerlukan masa

penelitian yang sangat lama (di luar jangkauan). Misal: penelitian

untuk ―menemukan cara terbaik pelaksanaan pembangunan

rumah tinggal‖ akan memerlukan waktu yang ―tak terhingga‖

karena harus membandingkan semua kemungkinan cara

pelaksanaan pembangunan rumah tinggal. Lingkup penelitian,

biasanya, cukup sempit, tapi diteliti secara mendalam. Faktor

kedalaman penelitian juga merupakan salah satu yang perlu dicek.

Penelitian, bukan sekedar mengumpulkan data, menyusunnya dan

memprosesnya untuk mendapatkan hasil, tetapi diperlukan pula

adanya interpretasi (pembahasan) atas hasil. Penelititan perlu

dapat menjawab: apa ―arti‖ semua fakta yang terkumpul. Dengan

pengertian ini, suatu pengukuran kemiringan menara pemancar

teve belum dianggap mempunyai kedalaman yang cukup (hanya

merupakan pengumpulan data dan pelaporan hasil pengukuran).

Tetapi, penelitian tentang ―pengaruh kemiringan menara pemancar

teve terhadap kualitas siaran‖ merupakan penelitian karena

memerlukan interpretasi tehadap persepsi pirsawan atas kualitas

siaran yang dipengaruhi oleh kemiringan.

Indikasi permasalahan yang belum merupakan permasalahan

penelitian ditunjukkan oleh Leedy (1997: 46-48), yaitu:

1) yang bersifat hanya pengumpulan informasi yang bertujuan

untuk mengerti lebih banyak tentang suatu topik;

2) yang jawabnya ya atau tidak; pembandingan dua set data

tanpa intepretasi;

3) pengukuran koefisien korelasi antara dua set data.

Page 45: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

45

3.5. Perumusan Masalah

Setelah menetapkan berbagai aspek masalah yang dihadapi,

peneliti mulai menyusun informasi mengenai masalah yang mau

dijawab atau memadukan pengetahuannya menjadi suatu

perumusan. Untuk itu, diperlukan perumusan tujuan penelitian

yang jelas, yang mencakup pernyataan tentang mengapa penelitian

dilakukan, sasaran penelitian, maupun pikiran penggunaan dan

dampak hasil penelitian. Permasalahan yang masih samar-samar

dan diragukan mulai dipertegas dalam bentuk perumusan yang

fungsional. Verbalisasi gagasan-gagasan dapat dirumuskan agar

orang lain dapat memahaminya. Pandangan-pandangan teori

diuraikan secara jelas, sehingga mudah diteliti dan dapat dijadikan

titik tolak penelitian. Perumusan masalah dapat dilakukan dengan

pembuatan model. Hipotesis merupakan salah satu bentuk konkrit

dari perumusan masalah. Dengan adanya hipotesis, pelaksanaan

penelitian diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis.

Pada umumnya hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan

yang menguraikan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas

dan tak bebas gejala yang diteliti. Hipotesis mempunyai peranan

memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, dan

memandu ke arah penyelesaiannya secara lebih efisien. Hipotesis

yang baik akan menghindarkan penelitian tanpa tujuan, dan

pengumpulan data yang tidak relevan. Tidak semua penelitian

memerlukan hipotesis.

Proses penelitian selalu dimulai dengan adanya masalah yang

ingin diketahui. Seringkali berbagai gejala dan fenomena yang

terlihat pada suatu persoalan tidak mudah diidentifikasi. Apabila

gejala pada pengamatan permulaan belum dapat diidentifikasi,

Page 46: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

46

maka interpretasi dan antisipasi kita pada gejala tadi belum dapat

ditentukan. Oleh karena itu suatu gejala atau masalah dalam proses

penelitian harus dirumuskan terlebih dahulu sehingga bisa menjadi

masukan pada awal kegiatan penelitian.

Penelitian adalah suatu proses berdaur tertutup yang bermula dari

adanya gejala yang terlihat, timbul pertanyaan, kemudian ada

perumusan tujuan dengan perumusan masalah mengawali

rangkaian dalam proses penelitian. Objek penelitian dapat ditemui

dengan berbagai cara, ada yang dapat ditemui secara pasif, ada

yang kita cari secara aktif. Contoh objek penelitian yang ditemui

secara pasif adalah penelitian yang datang berdasarkan autoritas,

misalnya permintaan penelitian yang datang dari pimpinan suatu

lembaga penelitian, atau penelitian pesanan dari suatu sponsor.

Untuk hal semacam irtu masalah penelitian sudah ada dengan

sendirinya, sehingga sebagai peneliti kita tinggal merumuskan

objeknya dan meneruskan tahap-tahap penelitian selanjutnya.

Suatu masalah hendaknya terumuskan dalam suatu pertanyaan

yang jelas. Merumuskan masalah bukanlah suatu yang mudah,

seringkali apa yang kita lihat sebagai masalah bukanlah masalah

itu sendiiri, melainkan hanya gejala dari suatu masalah yang belum

kita pahami. Yang kita lihat itu adalah gejala, dan bila kita

memproses penyelesaiannya maka yang kita hasilkan adalah

penyelesaian suatu gejala, bukan penyelesaian masalah. Dengan

demikian dalam kita merumuskan masalah pertama kali yang

harus dilakukan adalah mendalami apa sebenamya masalah yang

harus diteliti, apakah ia merupakan pokok masalah atau gejala

suatu masalah. Masalah utama sebelum orang dapat bergerak

Page 47: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

47

mengadakan penelitian bukanlah bagaimana melaksanakan langkah-

langkah penelitian, melainkan apa permasalahan yang akan diteliti.

Masalah penelitian dirumuskan dengan jelas dan ringkas sehinga

semua pembaca dapat mengerti masalah yang dikemukakan.

Masalah penelitian hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat

tanya. Rumusan hendaknya memberi petunjuk tentang

kemungkinannya dalam mengumpulkan data.

Rumusan Masalah yang Baik :

1. Masalah harus Feasible

2. Masalah harus jelas

3. Masalah harus signifikan

4. Masalah bersifat etis

Bentuk-bentuk Masalah Penelitian :

1. Permasalahan Deskriptif, (Variabel mandiri, tanpa

perbandingan)

2. Permasalahan Komparatif, (membandingkan keberadaan

suatu variabel pada dua sampel atau lebih)

3. Permasalahan asosiatif, (bersifat menghubungkan dua

variabel atau lebih: hub. Simetris, kausal, interaktif)

Pertimbangan dalam memilih masalah

1. Pertimbangan dari arah masalah, berapa besar kontribusinya

terhadap pengembangan iptek dan pemecahan masalah-

masalah praktis di lapangan

2. Pertimbangan dari arah peneliti, kelayakan diteliti dari aspek

biaya, waktu, peralatan yang tersedia, kemampuan peneliti,

serta penguasaan metode penelitian yag diperlukan

Page 48: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

48

3.6. Hipotesis

Secara etimologi hypotesis berasal dari hypo berarti kurang dari,

dan these artinya pendapat, maka Hypotesis adalah pendapat atau

kesimpulan yang masih bersifat sementara, dan belum benar-benar

berstatus sebagai tesis. Hypotesis masih memiliki kekurangan,

belum final, dan masih memerlukan pembuktian. Hipotesis

merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang akan

diteliti, dalam hipotesis dikemukakan teori-teori (yang hendak

diuji) mengenai kaitan antara variabel. Jika hipotesis tidak ada,

maka bagian ini diganti dengan pertanyaan penelitian, yaitu

pertanyaan tentang masalah yang akan dijawab dengan penelitian

tersebut.

Kegunaan Hipotesa

1. Agar penelitian lebih terarah, karena variabel yang akan

dibuktikan sudah diketahui.

2. Mensiagakan peneliti kepada kondisi dan hubungan antar

fakta

3. Memfokuskan fakta dalam satu kesatuan yang terintegrasi

4. Sebagai panduan dalam pengumpulan data dan pengujian.

Page 49: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

BAB IV

PENELUSURAN KEPUSTAKAAN

Penelitian dimulai dengan penelusuran pustaka yang berhubungan

dengan subyek penelitian tersebut. Penelusuran pustaka merupakan

langkah pertama untuk mengumpulkan informasi yang relevan untuk

penelitian. Penelusuran pustaka dapat menghindarkan duplikasi

pelaksanaan penelitian. Dengan penelusuran pustaka dapat diketahui

penelitian yang pernah dilakukan dan dimana hal itu dilakukan.

Bagi seorang peneliti membaca hasil penelitian orang lain, selain mutlak

harus dilakukan untuk membantu mengorientasikan dirinya, juga akan

memberikan berbagai keuntungan. Karena hal itu akan memberi

informasi tentang kegiatan yang pernah dikerjakan orang dan

menunjukkan batas perkembangan yang dicapai ilmu. Kepustakaan akan

memberikan daerah yang belum diketahui ilmu.

Pada penelusuran kepustakaan peneliti melakukan uji awal, atas

gagasan-gagasan awalnya, atas formulasi awalnya untuk menyelesaikan

masalah penelitian. Pada saat ini, (hampir) tidak mungkin ada salah satu

masalah dalam cabang ilmu tertentu yang belum pemah diteliti sama

sekali. Selalu akan dijumpai, penelitian-penelitian terdahulu yang

sejalan/sejenis/dekat dengan penelitian yang sedang dilakukan. Oleh

karena itu peneliti harus sangat hati-hati menempatkan penelitiannya

pada 'jalur' yang tepat sehingga tidak terjadi duplikasi.

Pada penelusuran kepustakaan diuraikan secara sistematik semua

keterangan yang diperoleh dari pustaka. Perlu diperhatikan bahwa

'pendapat pribadi' tentang penelitian yang sedang dilakukan tidak boleh

diikutkan dalam tinjauan pustaka, kecuali kalau 'pendapat pribadi' itu

diacu dari peneliti terdahulu.

Page 50: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

50

Setelah masalah dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah mencari

teori-teori, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang dapat dijadikan

landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan. Landasan ini perlu

ditegakkan agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan

sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Untuk mendapatkan

informasi mengenai berbagai hal yang disebutkan di atas itu orang harus

melakukan penelahaan kepustakaan. Memang, pada umumnya lebih dari

lima puluh persen kegiatan dalam seluruh proses penelitian itu adalah

membaca. Karena itu sumber bacaan merupakan bagian penunjang yang

esensial.

Secara garis besar, sumber bacaan itu dapat dibedakan menjadi dua

kelompok, yaitu (a) sumber acuan umum, dan (b) sumber acuan khusus.

Teori-teori dan konsep-konsep pada umumnya dapat diketemukan dalam

sumber acuan umum, yaitu kepustakaan yang berwujud buku-buku teks,

ensiklopedia, monograp, dan sejenisnya. Generalisasi-generalisasi dapat

ditarik dari laporan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan bagi

masalah yang sedang digarap. Hasil-hasil penelitian terdahulu itu pada

umumnya dapat diketemukan dalam sumber acuan khusus, yaitu

kepustakaan yang bersifat jurnal, buletin penelitian,. tesis, disertasi, dan

lain-lain sumber bacaan yang memuat laporan hasil penelitian. Dua

kriteria yang biasa digunakan untuk memilih sumber bacaan adalah (a)

prinsip kemutakhiran (recency), dan (b) prinsip relevansi (relevance).

Dari teori-teori atau konsep-konsep umum dilakukan pemerincian atau

analisis melalui penalaran deduktif, sedangkan dari hasil-hasil penelitian

dilakukan pemaduan atau sintesis dan generalisasi melalui penalaran

induktif. Proses deduksi dan deduksi itu dilakukan secara interaktif, dan

dari deduksi dan induksi yang berulang-ulang itu diharapkan dapat

dirumuskan jawaban terhadap masalah yang telah dirumuskan, yang

Page 51: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

51

paling mungkin dan paling tinggi taraf kebenarannya. jawaban inilah

yang dijadikan hipotesis penelitian.

Seperti telah sebutkan dimuka, sebagian besar kegiatan dalam

keseluruhan proses penelitian adalah membaca, dan membaca itu hampir

seluruhnya terjadi pada langkah penelahaan kepustakaan ini. Orang

harus membaca dan membaca, dan menelaah yang dibaca itu setuntas

mungkin agar dia dapat menegakkan landasan yang kokoh bagi langkah-

langkah berikutnya. Membaca merupakan keterampilan yang harus

dikembangkan dan dipupuk. Untuk ini kegemaran membaca harus dibuat

membudaya; membaca harus merupakan kegemaran, pada akhirnya

harus merupakan kebutuhan.

Penyusunan landasan teoritis tidak akan produktif sebelum bahannya

cukup banyak. Karena itu perlu lebih dahulu dibaca banyak-banyak

sumber-sumber bacaan, baru kemudian ditelaah, dibanding-bandingkan,

lalu diambil kesimpulan-kesimpulan teoritis. Supaya hasil pembacaan itu

dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, perlulah hal tersebut direkam

(dicatat) dengan cara yang mudah pemanfaatannya. Informasi nama yang

perlu dicatat, tidak ada aturan umumnya. Sementara orang menganggap

informasi minimal, yaitu informasi yang berisi hal-hal seperti yang tertulis

dalam katalog di perpustakaan, telah cukup, sementara orang-orang yang

lain menganggap bahwa catatan itu perlu memuat intisari atau garis-garis

besar isi bacaan. Untuk Indonesia, kiranya pendapat yang ke dua itulah

yang lebih sesuai, karena pada umumnya sumber bacaan sangat terbatas,

sehingga ada kemungkinan sumber yang pernah dibaca tidak lagi tersedia

di perpustakaan sewaktu diperlukan kembali.

Dari informasi-informasi yang telah terkumpul sebagai hasil kegiatan

membaca itulah peneliti melakukan penelahaan lebih lanjut terhadap

masalah yang digarapnya. Dengan deduksi dia berusaha melakukan

Page 52: BAB I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1.1. Dasar dan

52

pemerincian atau pengkhususan, dengan induksi dia melakukan

pemaduan dan pembuatan generalisasi-generalisasi, dan akhirnya

meramu kesemua bahan itu ke dalam suatu sistem yang berupa

kesimpulan-kesimpulan teoritis, yang akan menjadi landasan bagi

penyusunan hipotesis penelitian. Di dalam kesimpulan-kesimpulan

teoritis itu peneliti harus mengidentifikasikan hal-hal atau faktor-faktor

utama yang akan digarap dalam penelitiannya. Faktor-faktor inilah yang

akan menjadi variabel-variabel yang akan digarap dalam penelitiannya.

Peramuan ini penting, karena di situlah letak mutu sistem pemikiran

teoritis si peneliti. Penyatuan hasil-hasil bacaan secara kronologis dan

kompilatif saja tidak cukup. Hasil-hasil itu harus diramu berdasarkan

suatu garis pemikiran yang konsisten. Garis pemikiran inilah yang

melandasi kesimpulan-kesimpulan teoritis yang menjadi dasar hipotesis

penelitian.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa penelusuran kepustakaan :

1. Bertujuan untuk mendapatkan landasan yang kokoh dalam

merumuskan masalah diperlukan studi pendahuluan

2. Sebagai indikator kemajuan yang diperoleh dibandingkan dengan

laju kepesatan perkembangan iptek secara universal.

3. Pangkalan bertolak dan berlabuh

4. Sebagai acuan dalam pengajuan dana untuk mendapatkan

informasi mutakhir yang diperlukan demi kesempumaan

penelitian.

5. Sebagai sarana untuk merumuskan Kajian Teori dan Kerangka

Konseptual