bab i-iii

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembaharuan pendidikan haruslah selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan merupakan salah satu hal yang mutlak diperlukan dalam mengupayakan kemajuan suatu bangsa. Karena melalui pendidikan, potensi yang dimiliki oleh setiap manusia dapat dikembangkan menjadi sumber daya yang besar sekali pengaruhnya dalam mengisi pembangunan bangsa dan negara. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dipelajari pada tiap jenjang pendidikan, baik jenjang dasar, menengah maupun perguruan tinggi. Matematika juga merupakan suatu bidang ilmu yang mendasari seluruh ilmu pengetahuan, sehingga matematika dikatakan sebagai pelayan dan ratunya ilmu pengetahuan. Matematika sebagai suatu ilmu pengetahuan yang membutuhkan penalaran, pengertian dan pemahaman tinggi, sehingga matematika itu

Upload: muammar-doank

Post on 03-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Proposal Matematika AIR

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I-III

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembaharuan pendidikan haruslah selalu dilakukan untuk meningkatkan

kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan merupakan salah satu hal yang mutlak

diperlukan dalam mengupayakan kemajuan suatu bangsa. Karena melalui

pendidikan, potensi yang dimiliki oleh setiap manusia dapat dikembangkan menjadi

sumber daya yang besar sekali pengaruhnya dalam mengisi pembangunan bangsa

dan negara.

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dipelajari pada tiap

jenjang pendidikan, baik jenjang dasar, menengah maupun perguruan tinggi.

Matematika juga merupakan suatu bidang ilmu yang mendasari seluruh ilmu

pengetahuan, sehingga matematika dikatakan sebagai pelayan dan ratunya ilmu

pengetahuan. Matematika sebagai suatu ilmu pengetahuan yang membutuhkan

penalaran, pengertian dan pemahaman tinggi, sehingga matematika itu perlu

disajikan dengan cara yang dapat membawa siswa ke arah belajar bermakna. Namun

pelajaran matematika selalu dianggap sulit dan ditakuti oleh siswa sehingga sangat

berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), matematika

memegang peranan penting karena dalam pembelajaran matematika dituntut untuk

berpikir kritis dan teliti untuk mengelola informasi, memecahkan suatu

persoalan/permasalahan sehingga berguna baik dalam kehidupan sehari-hari serta

sebagai bahasa atau sebagai pengembangan sains dan teknologi.

1

Page 2: BAB I-III

2

Pada umumnya di sekolah-sekolah sering dijumpai siswa-siswa yang tidak

tertarik belajar matematika. Hal ini terjadi karena pada kenyataannya dalam

pelaksanaan pembelajaran matematika, metode pembelajaran yang ditetapkan masih

konvensional yaitu masih terpusat pada guru.

Guru memberitahukan konsep, siswa menerima bahan jadi. Demikian juga

dalam latihan, dari tahun ke tahun soal yang diberikan adalah soal-soal yang itu-itu

juga dan tidak bervariasi. Untuk mengikuti pembelajaran di sekolah, kebanyakan

siswa tidak siap terlebih dahulu dengan membaca bahan yang akan dipelajari, siswa

datang tanpa bekal pengetahuan seperti membawa wadah kosong.

Berdasarkan informasi dan dialog dengan guru matematika yang berada di

SMA Negeri 1 Gandapura, ternyata masih banyak siswa yang mengalami kesulitan

dalam memahami nilai sukubanyak dan menyelesaikan soal-soal tentang nilai

sukubanyak. Siswa kesulitan dalam menentukan nilai sukubanyak. Dikarenakan

banyak langkah-langkah dalam menyelesaikan permasalahan sukubanyak. Selain itu,

siswa juga masih sulit mengerjakan soal yang sedikit berbeda dengan contoh soal

yang diberikan oleh guru seperti pada soal-soal tentang nilai sukubanyak tersebut.

Kesulitan dalam memahami nilai sukubanyak disebabkan oleh minimnya konsep

awal dari siswa ketika mengikuti pelajaran. Konsep awal yang dimaksud yaitu

sebelum siswa menyelesaikan soal-soal tentang nilai sukubanyak, siswa harus

memahami terlebih dahulu metode subsitusi serta metode skema.

Disamping itu, guru juga tidak melibatkan siswa secara aktif untuk

menemukan sendiri pengetahuannya. Siswa sekedar menerima informasi dari guru,

mencatat, kemudian menghafal rumus-rumusnya, sehingga suasana kelas tidak

Page 3: BAB I-III

3

hidup, karena kreatifitas siswa sangatlah terbatas. Pada akhirnya pembelajaran

membosankan siswa. Siswa cenderung kurang aktif dalam proses belajar mengajar.

Ini sangat berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar siswa.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka peneliti bersama dengan guru

mempertimbangkan menerapkan salah satu model pembelajaran yaitu model

pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR). Model pembelajaran AIR

adalah suatu pembelajaran yang menekankan pada kegiatan belajar siswa dalam

proses belajar mengajar pada saat siswa mendengarkan dan mencatat materi yang

dijelaskan guru juga siswa mampu menggunakan intelektualnya dalam memecahkan

masalah serta repetisi berupa tugas. Model pembelajaran ini berpangkal pada tiga

komponen yaitu auditori (belajar dan mendengarkan), intelektual (belajar dengan

berfikir memecahkan masalah dan melakukan refleksi), dan repetisi (pendalaman

materi).

Seperti yang diungkapkan Meier (2002:41) bahwa: ”Dengan diterapkannya

model AIR hasil belajar siswa meningkat. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,

dimana dalam pembelajarannya guru menjadikan siswa sebagai kreator yaitu pelaku

belajar utama yang melakukan kegiatan belajar dengan memaksimalkan indera baik

auditori maupun intelektual”.

Dari uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan mengajukan judul: “Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

sukubanyak melalui penerapan model pembelajaran Auditory Intellectually

Repetition (AIR) di Kelas II IPA.4 SMA Negeri 1 Gandapura”.

Page 4: BAB I-III

4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka permasalahan dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah penerapan model

pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada materi sukubanyak di kelas II IPA.4 SMA Negeri 1 Gandapura?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk “Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Auditory Intellectually

Repetition (AIR) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sukubanyak di

kelas II IPA.4 SMA Negeri 1 Gandapura”.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti: dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan serta sebagai

pengalaman yang berharga dalam melakukan kegiatan penelitian ini.

2. Bagi sekolah: sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan kualitas

belajar.

3. Bagi guru: dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran yang baru.

Untuk penyempurnaan teknik pengajaran demi tercapainya hasil belajar yang

maksimal.

4. Bagi siswa: dapat memberi pengalaman baru dalam pembelajaran.

1.5 Definisi Operasional

Definisi operasional bertujuan untuk memberikan batasan terhadap arti

Page 5: BAB I-III

5

variabel penting penelitian. Adapun variabel-variabel penting yang perlu penjelasan

pada judul penelitian ini adalah:

1. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan

tujuan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

2. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan

mengajar. Dalam hal ini hasil belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi

tertentu setelah mengikuti proses belajar mengajar.

3. Model Auditory Intellectually Repetition (AIR) adalah suatu bentuk model

pembelajaran yang menekankan pada kegiatan belajar siswa, pada saat siswa

mendengarkan dan mencatat materi yang dijelaskan oleh guru. Siswa mampu

menggunakan intelektualnya dalam hal menanggapi persoalan yang ada dan

berfikir kritis didalam memecahkan masalah serta repetisi yakni pemahaman

materi pelajaran dengan diberikan tugas atau kuis.

4. Nilai Sukubanyak adalah sub bab dari sukubanyak yang diajarkan di

SMA/MA kelas XI.

Page 6: BAB I-III

6

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan bagian dalam proses pembelajaran di sekolah, dalam hal

ini keberhasilan belajar tidak terlepas dari bagaimana pelaksanaan proses belajar

yang dilakukan pada saat pembelajaran. Oleh karena itu pemahaman tentang arti dan

makna belajar hendaknya perlu diketahui baik oleh guru maupun siswa.

Banyak para ahli mengemukakan berbagai macam pengertian belajar, namun

pada hakikatnya mempunyai dasar dan tujuan yang sama. Untuk lebih jelasnya

pengertian dari belajar berikut ini dikutip dari beberapa definisi yang dikemukakan

oleh beberapa para ahli. Kusmana (2010:11) mengemukakan bahwa: “Belajar

merupakan suatu perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil

latihan atau pengalaman”. Selanjutnya, Gagne (dalam kusuma, 2010:12) menyatakan

bahwa: “Belajar merupakan proses yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah

laku karena adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu, atau karena proses internal

di dalam diri seseorang”.

Menurut Johar, dkk (2006:20) pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu

proses yaitu proses mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar

anak didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan

proses belajar. Pada tahap berikutnya pembelajaran adalah proses memberikan

bimbingan atau bantuan pada anak didik dalam melakukan proses belajar.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikan dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan

6

Page 7: BAB I-III

7

yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan

pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik.

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sehingga

akibat dari proses tersebut dapat dilihat pada tingkah laku yang diperlihatkan dalam

kehidupan sehari-hari. Perubahan tersebut diperoleh dari pengalaman atau latihan

melalui suatu hubungan stimulus-respon yang diperoleh dari lingkungannya untuk

mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan pembelajaran adalah proses untuk

membantu perserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran

dialami sepanjang hayat seorang manusia serta berlaku kapanpun dan dimanapun.

2.2 Hasil Belajar

Kegiatan proses belajar mengajar dapat dikatakan tuntas atau berhasil tidak

dapat dilihat dari hasil usaha yang dilakukan selama proses mengajar berlangsung

melalui suatu evaluasi belajar. Menurut Dimyati (2008:20) evaluasi hasil belajar

merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian

atau pengukuran hasil belajar. Belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme

berubah perilakunya sebagai suatu akibat adanya pengalaman yang merupakan

aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi.

Dalam model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) siswa

dituntut untuk berperan secara aktif, sehingga model pembelajaran Auditory

Intellectually Repetition (AIR) sangatlah tepat untuk mengasah kemampuan siswa

dalam pembelajaran matematika. Peran aktif siswa sangatlah sesuai dengan hasil

Page 8: BAB I-III

8

belajar matematika yang diharapkan. Gagne (dalam Suprijono, 2010:5-6)

menjelaskan bahwa: “hasil belajar berupa: 1) Informasi verbal, 2) Ketrampilan

intelektual, 3) Strategi kognitif, 4) Ketrampilan motorik dan 5) Sikap”. Aktifitas

siswa yang belajar dengan aktif akan menjadi suatu kebiasaan yang baik. Kebiasaan

belajar siswa yang aktif akan menciptakan suatu hasil belajar yang memiliki

keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang bermanfaat. Pada hakekatnya hasil

belajar merupakan perbuatan tingkah laku siswa setelah melakukan belajar yang

biasanya ditunjukan dengan bentuk nilai atau angka. Hasil belajar bisa kita lihat dari

sebuah perkembangan dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak bisa

menjadi bisa. Begitupun setelah siswa belajar matematika, hasil yang didapatkan

pasti mereka dapat memecahkan masalah-masalah yang ada pada soal matematika.

2.3 Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)

Model pembelajar AIR adalah salah satu model pembelajaran kooperatif

(kelompok) yang menekankan pada tiga aspek yaitu Auditory (mendengar),

Intellectually (berpikir), Repetition (pengulangan). Menurut Meier (2002:91)

”pendekatan AIR adalah proses belajar siswa dengan menggabungkan gerakan fisik

dengan aktivitas intelektual serta penggunaan panca indera”.

Menurut (Meier, 2005:8) “model pembelajaran AIR mirip dengan SAVI dan

VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna

pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian

tugas atau quis”. Proses pembelajaran AIR ini dapat berlangsung dengan cepat,

menyenangkan dan memuaskan. Guru dalam mengelola kelas dapat menggunakan

model Auditory Intellectually Repetition (AIR).

Page 9: BAB I-III

9

Teori belajar atau landasan filosifis yang mendukung model pembelajarn AIR

diantaranya aliran psikologi tingkah laku serta pendekatan pembelajaran matematika

berdasarkan aliran konstruktivisme. Tokoh aliran psikologi tingkah laku diantaranya

Ausubel dan Thorndike. Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermakna dan

pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai, sedangkan Thorndike dikutip

Suherman (dalam Meirina 2008), menyatakan bahwa The law of exercise (hukum

latihan) yang pada dasarnya menggunakan dasar bahwa stimulus dan respon akan

memiliki hubungan satu sama lain secara kuat jika proses pengulangan sering terjadi.

Semakin banyak kegiatan pengulangan ini dilakukan maka hubungan yang terjadi

akan bersifat otomatis. Sedangkan berdasarkan paham kontruktivisme bahwa belajar

menurut Suherman (dalam Meirina 2008), menyatakan bahwa guru bukan hanya

sebagai pemberi jawaban akhir atas pertanyaan siswa, melainkan mengarahkan

mereka untuk membentuk (mengkontruksi) pengetahuan matematika sehingga

diperoleh struktur matematika.

Menurut Suherman (2004: 20), AIR adalah strategi pembelajaran yang efektif

dengan memperhatikan tiga hal, yaitu :

1. Auditory, yang berarti indra telinga digunakan dalam belajar dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara, mengemukakan pemdapat, menanggapi, presentasi, dan argumentasi.

2. Intellectualy, yang berarti kemampuan berfikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mengkonstruksi, menerapkan gagasan, mengajukan pertanyaan, dan memecahkan masalah.

3. Repetition (pengulangan), yang berarti pemberian kuis, tugas PR agar pemahaman siswa lebih luas dan mendalam.

Dalam pembelajaran matematika guru menempatkan diri sebagai fasilitator

selama dalam proses pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk lebih berperan

aktif yang dituntut peran dan dinamis. Seperti yang diungkapkan Meier (2002:91)

Page 10: BAB I-III

10

model AIR menggabungkan 3 (tiga) komponen yang berpengaruh pada pembelajaran

di kelas. Agar pembelajaran dapat berlangsung secara optimal ketiga komponen

tersebut harus ada dan dilaksanakan secara terpadu. Ketiga komponen itu antara lain

auditori, intelektual dan repetisi.

Adapun langkah-langkah pembelajaran Auditory Intellectually Repetition menurut Suherman (dalam Trisna, 2011:22) adalah sebagai berikut:No Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa AIR1 Pendahuluan Guru menjelaskan

model pembelajaran AIR pada siswa, agar siswa tahu maksud dan tujuan model pembelajaran ini

Siswa mendengarkan dan bertanya

Auditory

2 Kegiatan Inti Guru menjelaskan garis besar materi yang akan disampaikan

Siswa mendengarkan dan bertanya

Auditory

Guru membagi siswa menjadi kelompok belajar yang heterogen berdasarkan tingkat kemampuan dan daya serap siswa

Guru memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi lebih lanjut secara individu maupun kelompok

Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa

Secara individu siswa mempelajari materi kemudian untuk berdiskusi memecahkan masalah bersama-sama

AuditorydanIntellectually

Intellectually

Guru mendampingi siswa

Secara individu siswa membuat ringkasan dan menemukan ide -ide pokok materi didalam kelas.

Secara kelompok siswa

Intellectually

Page 11: BAB I-III

11

mendikusikan atau menghubungkan ide-ide pokok dengan kehidupan nyata atau pelajaran yang pernah dipelajari sebelumnya.

Secara individu (perwakilan kelompok) siswa secara bergantian mempresentasikan tentang materi yang telah mereka pelajari dan siswa yang lain menanggapi

Intellectually

Auditory dan Intellectually

3 Penutup Guru membimbing siswa membuat kesimpulan materi pelajaran

Siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari

AuditorydanIntellectually

Guru memberikan tugas atau kuis

Siswa mengerjakan tugas atau kuis

Repetition

Guru mengakhiri pembelajaran

Siswa mendengarkan guru

Auditory

Sebagai suatu jenis pembelajaran kelompok, maka kelebihan dan kelemahan

pembelajaran ini sama halnya dengan pembelajaran kelompok pada umumnya.

Daryanto (2009: 98), membina, meningkatkan kemampuan kerjasama, sangat cocok

untuk belajar aspek kognitif tingkat tinggi, meningkatkan keterampilan berfikir

secara kreatif dan kooperatif, meningkatkan keterampilan berkomunikasi, dapat

mengembangkan aspek afektif. Kelemahannya, sulit dalam mengatur organisasinya,

banyak timbul masalah karena sikap para anggotanya (keberhasilan seorang anggota

menimbulkan ketidak sukaan bagi anggota lain), kalau masih banyak anggota yang

belum menguasai atau belum mempelajari sumber belajar yang tersedia, maka proses

belajarnya akan tersendat-sendat. Kalau pengelolaannya tidak efektif mengakibatkan

inefisiensi dalam penggunaan waktu.

Page 12: BAB I-III

12

2.4 Nilai Sukubanyak

Sukubanyak dengan derajat n dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi f(x)

berikut ini.

f(x) = an xn + an – 1 xn – 1 + an – 2 xn – 2 + … + a1x + a0

di mana n є bilangan cacah dan an ≠ 0.

Nilai f(x) tersebut merupakan nilai sukubanyak. Untuk menentukan nilai

sukubanyak dapat dilakukan dengan dua cara berikut.

1. Metode Substitusi

Nilai sukubanyak f(x) = an xn + an – 1 xn – 1 + an – 2 xn – 2 + … + a1x + a0 untuk

x=k (k є bilangan real) ditentukan oleh:

f(k) = an k n + an – 1 k n – 1 + an – 2 k n – 2 + … + a1 k + a0

Contoh:

Hitunglah nilai sukubanyak f(x) = x3 + 3x2 - x + 5 untuk x=1.

Penyelesaian:

Untuk x=1, diperoleh:

f(1) = (1)3 + 3(1)2 – (1) + 5 = 1 + 3 – 1 + 5 = 8

Jadi, nilai f(x) untuk x=1 adalah f(1) = 8

2. Metode Bagan/Skema

Untuk mendeskripsikan cara menghitung nilai sukubanyak dengan metode

bagan atau skema, perhatikan sukubanyak f(x) berderajat 4 berikut ini.

f(x) = a4 x 4 + a3x 3 + a2x 2 + a1 x

Dengan metode substitusi, nilai sukubanyak f(x) untuk x = k ditentukan oleh:

f(k) = a4 k 4 + a3k 3 + a2k 2 + a1k

Page 13: BAB I-III

13

Nilai f(k) tersebut dapat disusun secara beruntun dengan menggunakan operasi

perkalian dan operasi penjumlahan seperti berikutu ini.

f(k) = a4k4 + a3k3 + a2k2 + a1k + a0

f(k) = (a4k3 + a3k2 + a2k + a1) k + a0

f(k) = {(a4k2 + a3k + a2) k + a1} k + a0

f(k) = [{(a4k + a3) k + a2} k + a1] k + a0

Bentuk tersebut dapat disajikan dalam bentuk bagan atau skema berikut ini.

x = k a4 a3 a2 a1 a0

+ + + +

a4k a4k2+a3k a4k3+a3k2+a2k a4k4+a3k3+a2k2+ a1k

a4 a4k+a3 a4k2+a3k+a2 a4k+a3k2+a2k+a1 a4k4+a3k3+a2k2+a1k+ a0

Keterangan:

Tanda menyatakan operasi “kalikan dengan k”

2.5 Langkah-Langkah Pembelajaran Materi sukubanyak dengan Menggunakan Model Auditory Intellectually Repetition (AIR)

Proses pembelajaran materi sukubanyak menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut:

Langkah 1 : Auditory

Guru menjelaskan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition.

Kemudian guru menjelaskan garis besar tentang materi sukubanyak.

Langkah 2: Intellectually

Selanjutnya guru memberi tugas kepada siswa tentang nilai sukubanyak

untuk dipelajari lebih lanjut secara individu maupun kelompok. Kemudian secara

individu maupun kelompom siswa mempelajari materi untuk berdiskusi

Page 14: BAB I-III

14

memecahkan masalah bersama-sama. Secara individu (perwakilan kelompok) siswa

secara bergantian mempresentasikan tentang materi sukubanyak yang telah mereka

dikusi dan siswa yang lain menanggapinya.

Langakah 3: Repetition

Pada langkah akhir, guru memberikan tugas atau kuis. Kemudian guru

mengakhiri pembelajaran.

Page 15: BAB I-III

15

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah

pendekatan kualitatif. Ciri-ciri pendekatan kualitatif adalah: (1) menggunakan

lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung, (2) bersifat deskriptif analitik

karena data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk diagram statistik, namun

dalam bentuk kata-kata, (3) lebih menekankan proses dari pada hasil, (4) Analisa

data bersifat induktif karena penelitian tidak dimulai dari deduksi teori tetapi dimulai

dari lapangan dan (5) mengutamakan makna.

Dalam penelitian kualitatif peneliti sebagai instrumen utama, hal ini sesuai

dengan karakteristik yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (dalam Sugiyono

2008:21-22) bahwa:

(1) Penelitian kualitatif dilakukan dalam kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci, (2) Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, (3) Penelitian kualitatif lebih menekan pada proses dari pada hasil atau outcome, (4) Analisis data secara induktif, (5) Penelitian kualitatif lebih menekan makna.

Sedangkan jenis penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas. Menurut

Ebbut (dalam Wiraatmadja, 2005:12) mengemukakan bahwa: “penelitian tindakan

kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan

oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran,

berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil tindakan-tindakan tersebut”. Lebih lanjut

menurut Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2005:11) mengemukakan bahwa:

Pengertian penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif,

15

Page 16: BAB I-III

16

suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.

Dengan melihat definisi di atas, maka penelitian tindakan kelas adalah untuk

menentukan suatu tindakan guna memecahkan masalah tertentu dengan perbaikan-

perbaikan dan perubahan. Rancangan pembelajaran yang digunakan didasarkan dari

model penelitian Hopkins yaitu penelitian tindakan kelas yang digambarkan dalam

bentuk spiral yang terdiri empat fase. Keempat fase meliputi perencanaan (planning),

tindakan (action), observasi (observation) dan refleksi (reflection).

3.2 Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian dengan menggunakan teknik populasi

yakni peneliti memilih subyek penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hasil

belajar siswa terhadap pelajaran matematika materi sukubanyak dengan penerapan

model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition, dimana peneliti bertindak

sebagai instrument penelitian yaitu peneliti hadir setiap pembelajaran tersebut dan

mengamati secara langsung proses pembelajaran sehingga peneliti selain sebagai

instrument sekaligus sebagai pengumpul data dari proses penelitian yang dilakukan.

3.3 Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

purposive, artinya tempat penelitian ditentukan secara sengaja oleh peneliti.

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Gandapura. Adapun alasan penelitian

dilakukan di SMA Negeri 1 Gandapura berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:

1. Kepala sekolah dan guru mendukung penelitian ini.

Page 17: BAB I-III

17

2. Masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam

memahami/mempelajari matematika pada materi-materi tertentu.

3. Belum pernah ada yang melakukan penelitian dengan menggunakan model

pembelajaran Auditory Intelektualy Repitition (AIR) di SMA Negeri 1

Gandapura khususnya nilai sukubanyak.

3.4 Data dan Sumber Data

Data yang diambil dalam penelitian ini berupa data kualitatif. Adapun data

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data tes awal dan tes akhir tindakan.

2. Data hasil observasi kegiatan pembelajaran oleh pengamat dengan

menggunakan lembaran pengamatan.

3. Catatan lapangan dilakukan bersama dengan pengamatan dan wawancara.

4. Wawancara dilakukan pada siswa yang menjadi subjek penelitian untuk

mengetahui kemampuannya dalam memahami materi sukubanyak.

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah,

guru bidang study dan staf TU serta siswa kelas II IPA.4 SMA Negeri 1 Gandapura.

3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat dipergunakan

peneliti untuk mengumpulkan data. Metode penelitian yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam penelitian adalah:

Page 18: BAB I-III

18

1. Tes, tes yang terdiri dari:

a) Tes awal, tes ini diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dan untuk

mengetahui subjek dan untuk mengetahui pengetahuan prasyarat yang telah

dimilik siswa.

b) Tes akhir, yaitu tes yang diberikan setiap tindakan bertujuan untuk

mengetahui peningkatan pemahaman siswa terhadap materi setelah

pemberian tindakan.

2. Wawancara, dilakukan untuk mengetahui secara mendalam tentang kemampuan

siswa dalam memahami materi sukubanyak.

3. Pengamatan (observasi), dilaksanakan pada waktu peneliti melaksanakan

pembelajaran. Pengamatan dilaksanakan oleh orang yang terlibat aktif dalam

pelaksanaan tindakan yaitu guru yang mengajar matematika di kelas tersebut dan

teman sejawat.

4. Catatan lapangan, sebagai data pelengkap untuk mencatat hal-hal yang tidak

terekam melalui lembar observasi dan wawancara, misalnya tentang respon dan

partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah memberikan makna pada data yang tersedia, sehingga

dengan melihat data tersebut orang lain juga dapat mengerti. Tujuan dari analisis data

adalah untuk menyederhanakan agar mudah ditafsirkan. Analisis data merupakan

bagian yang sangat penting dalam penelitian ilmiah kerena dengan menganalisis

suatu data dapat memberikan arti atau makna yang berguna terhadap masalah-

masalah penelitian.

Page 19: BAB I-III

19

Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

penelitian kualitatif, maka data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis

dengan menggunakan metode analisis data kualitatif yaitu model alir (flow model)

yang mengacu pada pendapat Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2008:337)

yang mengatakan bahwa: “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga jenuh”. Aktivitas

dalam analisis data kualitatif meliputi: (1) Reduksi data, (2) Penyajian data, (3)

Menarik kesimpulan.

1) Reduksi data

Reduksi data, yaitu proses kegiatan meyelesaikan dan menyederhanakan semua

data yang telah diperoleh mulai dari awal pengumpulan data sampai penyusunan

laporan penelitian.

2) Penyajian Data

Peyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan hasil reduksi dengan

menyusun sekumpulan informasi yang telah diperoleh dari hasil reduksi sehingga

dapat memberi kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3) Menarik Kesimpulan

Menarik kesimpulan adalah memberikan kesimpulan terhadap hasil penafsiran

dan evaluasi yang disajikan.

3.7 Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan hal yang penting dalam sebuah penelitian

kualitatif. Untuk menguji keabsahan dalam penelitian yang dilakukan peneliti

Page 20: BAB I-III

20

menggunakan beberapa teknik uji kredibilitas diantaranya: (1) Perpanjangan

pengamatan, (2) Meningkatkan ketekunan dan (3) Triangulasi.

1. Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali kelapangan melakukan

pengamatan observasi dengan sumber data yang diperoleh. Peneliti merasa perlu

menggunakan perpanjangan pengamatan karena dalam mengetahui hasil belajar

siswa perlu diadakan beberapa kali tindakan. sehingga dapat mengetahui secara

cermat sikap siswa dengan diterapkannya pembelajaran AIR (Auditori, Intelektual

dan Repetisi) dalam mata pelajaran matematika. Selain itu juga untuk menambah

keakraban kepada sumber data seperti kepala sekolah, wakasek kurikulum, guru dan

staf TU sebagai sumber data yang memberikan informasi terhadap penelitian yang

dilakukan.

2. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara teliti, cermat

dan terus menerus selama kegiatan pembelajaran. Dengan cara ini maka kepastian

data akan diperoleh dengan baik. untuk meningkatkan ketekunan gunna

terlaksananya penelitian ini dan membantu peneliti mempermudah memperoleh data

informasi guna mendapat data -data yang dibutuhkan dalam penelitian.

3. Triangulasi

Triangulasi adalah suatu tekhnik pemeriksaan keabsahan data dengan

memanfaatkan sumber data luar untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data.

Page 21: BAB I-III

21

Triangulasi dalam pengujian ini diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber dengan cara dan waktu. Peneliti menggunakan tekhnik triangulasi

sumber untuk menguji data dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh

melalui berbagai sumber. Hal ini dimaksudkan agar data atau informasi yang berasal

dari sumber dapat membantu proses penelitian agar terjamin keabsahannya sehingga

penemuan dalam penelitian tersebut memperoleh kepercayaan.

3.8 Tahap-Tahap Penelitian

Ada empat tahapan yang akan dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas

ini. Tahap-tahap tersebut meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

pengamatan/pengumpulan data dan refleksi.

a. Perencanaan ( Planing)

Tahap ini dibuat sesuai dengan observasi dan pemberian tes awal untuk

menempuh acuan dalam perencanaan kegiatan peneliti bersama guru akan

merancang dan menyusun pembelajaran tindakan tentang materi sukubanyak melalui

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membicarakan persiapan tindakan dan waktu pelaksanaan yang dilakukan pada

pertemuan awal dengan guru pada bidang studi pendidikan matematika setempat.

2. Memberikan tes awal berupa soal-soal nilai sukubanyak untuk mengetahui sejauh

mana pemahaman dan kemampuan siswa terhadap materi tersebut.

3. Mempersiapkan perangkat pembelajaran, membuat lembar tugas pengajuan soal

tiap kelompok dan lembar pengamatan (observasi).

Page 22: BAB I-III

22

b. Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah

disusun dalam perencanaan. Pelaksaan tindakan ini di bagi dalam 2 siklus dengan

rincian sebagai berikut:

Siklus I : nilai sukubanyak dengan metode substitusi.

Siklus II : nilai sukubanyak dengan metode bagan atau skema.

Siklus I dilaksanakan untuk nilai sukubanyak dengan metode substitusi.

Apabila siklus I tindakan I belum berhasil maka akan dilakukan tindakan II. Jika

sudah berhasil dilanjutkan siklus II yaitu nilai sukubanyak dengan metode bagan atau

skema. Apabila siklus ini tidak berhasil maka akan dilakukan terus menerus sampai

kriteria yang ditetapkan dalam setiap tindakan tercapai.

c. Pengamatan (Observing)

Pengamatan dalam bentuk observasi dilakukan dengan maksud untuk

mendokumentasikan hal-hal yang berkaitan dengan pemberian tindakan kegiatan

guru dan kegiatan tiap kelompok siswa. Pengamatan dilakukan selama proses belajar

mengajar berlangsung.

d. Refleksi (Reflecting)

Tahap ini merupakan tahap yang dilakukan peneliti hasil kegiatan belajar

siswa dari tindakan yang telah dilaksanakan. Peneliti melakukan refleksi dengan cara

mengevaluasi hasil belajar siswa dengan penerapan model AIR yang telah

dilaksanakan. Dengan melakukan refleksi peneliti dapat mengetahui kekurangan

kegiatan belajar mengajar yang dilakukan peneliti sehingga dapat duigunakan untuk

menentukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Kegiatan refleksi ini

Page 23: BAB I-III

23

digunakan untuk memflasback kegiatan pada siklus I dan hasil pada siklus II

semakin mantap, artinya hanya sedikit kendala yang dihadapi oleh peneliti hal ini

disebabkan siswa telah memahami materi pelajaran yang digunakan oleh guru.

Hasil yang diperoleh pada kegiatan refleksi ini merupakan informasi tentang

apa yang dilakukan selanjutnya yang dapat dijadikan dasar dalam melakukan rencana

berikutnya. Dari hasil refleksi tersebut dapat disimpulkan apakah pemberian tindakan

berkaitan dengan siklus pertama telah berhasil dan apakah siklus tersebut perlu

diulangi. Jika ternyata pemberian tindakan ulang masih juga belum ada perubahan

hasil, maka peneliti perlu melakukan siklus selanjutnya, sehingga siswa benar-benar

mencapai tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan.

3.9 Indikator Keberhasilan

Adapun kriteria ketuntasan menurut Usman (2008:23) “kriteria siklus

berhasil apabila hasil pelaksanaan pembelajaran tercapai dan proses pembelajaran

termasuk katagori baik”. Hasil pelaksanaan pembelajaran dikatakan tercapai bila

85% dari jumlah siswa (subjek penelitian) memperoleh skor akhir ≥ 65. Sedangkan

proses pembelajaran dikatakan baik jika telah mencapai nilai taraf keberhasilan

minimal ≥ 80%.