bab i-iii
DESCRIPTION
Proposal Matematika AIRTRANSCRIPT
![Page 1: BAB I-III](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022032122/563db7db550346aa9a8e9a1d/html5/thumbnails/1.jpg)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembaharuan pendidikan haruslah selalu dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan merupakan salah satu hal yang mutlak
diperlukan dalam mengupayakan kemajuan suatu bangsa. Karena melalui
pendidikan, potensi yang dimiliki oleh setiap manusia dapat dikembangkan menjadi
sumber daya yang besar sekali pengaruhnya dalam mengisi pembangunan bangsa
dan negara.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dipelajari pada tiap
jenjang pendidikan, baik jenjang dasar, menengah maupun perguruan tinggi.
Matematika juga merupakan suatu bidang ilmu yang mendasari seluruh ilmu
pengetahuan, sehingga matematika dikatakan sebagai pelayan dan ratunya ilmu
pengetahuan. Matematika sebagai suatu ilmu pengetahuan yang membutuhkan
penalaran, pengertian dan pemahaman tinggi, sehingga matematika itu perlu
disajikan dengan cara yang dapat membawa siswa ke arah belajar bermakna. Namun
pelajaran matematika selalu dianggap sulit dan ditakuti oleh siswa sehingga sangat
berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), matematika
memegang peranan penting karena dalam pembelajaran matematika dituntut untuk
berpikir kritis dan teliti untuk mengelola informasi, memecahkan suatu
persoalan/permasalahan sehingga berguna baik dalam kehidupan sehari-hari serta
sebagai bahasa atau sebagai pengembangan sains dan teknologi.
1
![Page 2: BAB I-III](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022032122/563db7db550346aa9a8e9a1d/html5/thumbnails/2.jpg)
2
Pada umumnya di sekolah-sekolah sering dijumpai siswa-siswa yang tidak
tertarik belajar matematika. Hal ini terjadi karena pada kenyataannya dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika, metode pembelajaran yang ditetapkan masih
konvensional yaitu masih terpusat pada guru.
Guru memberitahukan konsep, siswa menerima bahan jadi. Demikian juga
dalam latihan, dari tahun ke tahun soal yang diberikan adalah soal-soal yang itu-itu
juga dan tidak bervariasi. Untuk mengikuti pembelajaran di sekolah, kebanyakan
siswa tidak siap terlebih dahulu dengan membaca bahan yang akan dipelajari, siswa
datang tanpa bekal pengetahuan seperti membawa wadah kosong.
Berdasarkan informasi dan dialog dengan guru matematika yang berada di
SMA Negeri 1 Gandapura, ternyata masih banyak siswa yang mengalami kesulitan
dalam memahami nilai sukubanyak dan menyelesaikan soal-soal tentang nilai
sukubanyak. Siswa kesulitan dalam menentukan nilai sukubanyak. Dikarenakan
banyak langkah-langkah dalam menyelesaikan permasalahan sukubanyak. Selain itu,
siswa juga masih sulit mengerjakan soal yang sedikit berbeda dengan contoh soal
yang diberikan oleh guru seperti pada soal-soal tentang nilai sukubanyak tersebut.
Kesulitan dalam memahami nilai sukubanyak disebabkan oleh minimnya konsep
awal dari siswa ketika mengikuti pelajaran. Konsep awal yang dimaksud yaitu
sebelum siswa menyelesaikan soal-soal tentang nilai sukubanyak, siswa harus
memahami terlebih dahulu metode subsitusi serta metode skema.
Disamping itu, guru juga tidak melibatkan siswa secara aktif untuk
menemukan sendiri pengetahuannya. Siswa sekedar menerima informasi dari guru,
mencatat, kemudian menghafal rumus-rumusnya, sehingga suasana kelas tidak
![Page 3: BAB I-III](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022032122/563db7db550346aa9a8e9a1d/html5/thumbnails/3.jpg)
3
hidup, karena kreatifitas siswa sangatlah terbatas. Pada akhirnya pembelajaran
membosankan siswa. Siswa cenderung kurang aktif dalam proses belajar mengajar.
Ini sangat berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar siswa.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka peneliti bersama dengan guru
mempertimbangkan menerapkan salah satu model pembelajaran yaitu model
pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR). Model pembelajaran AIR
adalah suatu pembelajaran yang menekankan pada kegiatan belajar siswa dalam
proses belajar mengajar pada saat siswa mendengarkan dan mencatat materi yang
dijelaskan guru juga siswa mampu menggunakan intelektualnya dalam memecahkan
masalah serta repetisi berupa tugas. Model pembelajaran ini berpangkal pada tiga
komponen yaitu auditori (belajar dan mendengarkan), intelektual (belajar dengan
berfikir memecahkan masalah dan melakukan refleksi), dan repetisi (pendalaman
materi).
Seperti yang diungkapkan Meier (2002:41) bahwa: ”Dengan diterapkannya
model AIR hasil belajar siswa meningkat. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,
dimana dalam pembelajarannya guru menjadikan siswa sebagai kreator yaitu pelaku
belajar utama yang melakukan kegiatan belajar dengan memaksimalkan indera baik
auditori maupun intelektual”.
Dari uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan mengajukan judul: “Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
sukubanyak melalui penerapan model pembelajaran Auditory Intellectually
Repetition (AIR) di Kelas II IPA.4 SMA Negeri 1 Gandapura”.
![Page 4: BAB I-III](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022032122/563db7db550346aa9a8e9a1d/html5/thumbnails/4.jpg)
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah penerapan model
pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi sukubanyak di kelas II IPA.4 SMA Negeri 1 Gandapura?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah
untuk “Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Auditory Intellectually
Repetition (AIR) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sukubanyak di
kelas II IPA.4 SMA Negeri 1 Gandapura”.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti: dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan serta sebagai
pengalaman yang berharga dalam melakukan kegiatan penelitian ini.
2. Bagi sekolah: sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan kualitas
belajar.
3. Bagi guru: dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran yang baru.
Untuk penyempurnaan teknik pengajaran demi tercapainya hasil belajar yang
maksimal.
4. Bagi siswa: dapat memberi pengalaman baru dalam pembelajaran.
1.5 Definisi Operasional
Definisi operasional bertujuan untuk memberikan batasan terhadap arti
![Page 5: BAB I-III](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022032122/563db7db550346aa9a8e9a1d/html5/thumbnails/5.jpg)
5
variabel penting penelitian. Adapun variabel-variabel penting yang perlu penjelasan
pada judul penelitian ini adalah:
1. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan
tujuan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
2. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
mengajar. Dalam hal ini hasil belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi
tertentu setelah mengikuti proses belajar mengajar.
3. Model Auditory Intellectually Repetition (AIR) adalah suatu bentuk model
pembelajaran yang menekankan pada kegiatan belajar siswa, pada saat siswa
mendengarkan dan mencatat materi yang dijelaskan oleh guru. Siswa mampu
menggunakan intelektualnya dalam hal menanggapi persoalan yang ada dan
berfikir kritis didalam memecahkan masalah serta repetisi yakni pemahaman
materi pelajaran dengan diberikan tugas atau kuis.
4. Nilai Sukubanyak adalah sub bab dari sukubanyak yang diajarkan di
SMA/MA kelas XI.
![Page 6: BAB I-III](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022032122/563db7db550346aa9a8e9a1d/html5/thumbnails/6.jpg)
6
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan bagian dalam proses pembelajaran di sekolah, dalam hal
ini keberhasilan belajar tidak terlepas dari bagaimana pelaksanaan proses belajar
yang dilakukan pada saat pembelajaran. Oleh karena itu pemahaman tentang arti dan
makna belajar hendaknya perlu diketahui baik oleh guru maupun siswa.
Banyak para ahli mengemukakan berbagai macam pengertian belajar, namun
pada hakikatnya mempunyai dasar dan tujuan yang sama. Untuk lebih jelasnya
pengertian dari belajar berikut ini dikutip dari beberapa definisi yang dikemukakan
oleh beberapa para ahli. Kusmana (2010:11) mengemukakan bahwa: “Belajar
merupakan suatu perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil
latihan atau pengalaman”. Selanjutnya, Gagne (dalam kusuma, 2010:12) menyatakan
bahwa: “Belajar merupakan proses yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah
laku karena adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu, atau karena proses internal
di dalam diri seseorang”.
Menurut Johar, dkk (2006:20) pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu
proses yaitu proses mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar
anak didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan
proses belajar. Pada tahap berikutnya pembelajaran adalah proses memberikan
bimbingan atau bantuan pada anak didik dalam melakukan proses belajar.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikan dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
6
![Page 7: BAB I-III](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022032122/563db7db550346aa9a8e9a1d/html5/thumbnails/7.jpg)
7
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik.
Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sehingga
akibat dari proses tersebut dapat dilihat pada tingkah laku yang diperlihatkan dalam
kehidupan sehari-hari. Perubahan tersebut diperoleh dari pengalaman atau latihan
melalui suatu hubungan stimulus-respon yang diperoleh dari lingkungannya untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan pembelajaran adalah proses untuk
membantu perserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran
dialami sepanjang hayat seorang manusia serta berlaku kapanpun dan dimanapun.
2.2 Hasil Belajar
Kegiatan proses belajar mengajar dapat dikatakan tuntas atau berhasil tidak
dapat dilihat dari hasil usaha yang dilakukan selama proses mengajar berlangsung
melalui suatu evaluasi belajar. Menurut Dimyati (2008:20) evaluasi hasil belajar
merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian
atau pengukuran hasil belajar. Belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme
berubah perilakunya sebagai suatu akibat adanya pengalaman yang merupakan
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi.
Dalam model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) siswa
dituntut untuk berperan secara aktif, sehingga model pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition (AIR) sangatlah tepat untuk mengasah kemampuan siswa
dalam pembelajaran matematika. Peran aktif siswa sangatlah sesuai dengan hasil
![Page 8: BAB I-III](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022032122/563db7db550346aa9a8e9a1d/html5/thumbnails/8.jpg)
8
belajar matematika yang diharapkan. Gagne (dalam Suprijono, 2010:5-6)
menjelaskan bahwa: “hasil belajar berupa: 1) Informasi verbal, 2) Ketrampilan
intelektual, 3) Strategi kognitif, 4) Ketrampilan motorik dan 5) Sikap”. Aktifitas
siswa yang belajar dengan aktif akan menjadi suatu kebiasaan yang baik. Kebiasaan
belajar siswa yang aktif akan menciptakan suatu hasil belajar yang memiliki
keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang bermanfaat. Pada hakekatnya hasil
belajar merupakan perbuatan tingkah laku siswa setelah melakukan belajar yang
biasanya ditunjukan dengan bentuk nilai atau angka. Hasil belajar bisa kita lihat dari
sebuah perkembangan dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak bisa
menjadi bisa. Begitupun setelah siswa belajar matematika, hasil yang didapatkan
pasti mereka dapat memecahkan masalah-masalah yang ada pada soal matematika.
2.3 Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)
Model pembelajar AIR adalah salah satu model pembelajaran kooperatif
(kelompok) yang menekankan pada tiga aspek yaitu Auditory (mendengar),
Intellectually (berpikir), Repetition (pengulangan). Menurut Meier (2002:91)
”pendekatan AIR adalah proses belajar siswa dengan menggabungkan gerakan fisik
dengan aktivitas intelektual serta penggunaan panca indera”.
Menurut (Meier, 2005:8) “model pembelajaran AIR mirip dengan SAVI dan
VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna
pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian
tugas atau quis”. Proses pembelajaran AIR ini dapat berlangsung dengan cepat,
menyenangkan dan memuaskan. Guru dalam mengelola kelas dapat menggunakan
model Auditory Intellectually Repetition (AIR).
![Page 9: BAB I-III](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022032122/563db7db550346aa9a8e9a1d/html5/thumbnails/9.jpg)
9
Teori belajar atau landasan filosifis yang mendukung model pembelajarn AIR
diantaranya aliran psikologi tingkah laku serta pendekatan pembelajaran matematika
berdasarkan aliran konstruktivisme. Tokoh aliran psikologi tingkah laku diantaranya
Ausubel dan Thorndike. Teori Ausubel terkenal dengan belajar bermakna dan
pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai, sedangkan Thorndike dikutip
Suherman (dalam Meirina 2008), menyatakan bahwa The law of exercise (hukum
latihan) yang pada dasarnya menggunakan dasar bahwa stimulus dan respon akan
memiliki hubungan satu sama lain secara kuat jika proses pengulangan sering terjadi.
Semakin banyak kegiatan pengulangan ini dilakukan maka hubungan yang terjadi
akan bersifat otomatis. Sedangkan berdasarkan paham kontruktivisme bahwa belajar
menurut Suherman (dalam Meirina 2008), menyatakan bahwa guru bukan hanya
sebagai pemberi jawaban akhir atas pertanyaan siswa, melainkan mengarahkan
mereka untuk membentuk (mengkontruksi) pengetahuan matematika sehingga
diperoleh struktur matematika.
Menurut Suherman (2004: 20), AIR adalah strategi pembelajaran yang efektif
dengan memperhatikan tiga hal, yaitu :
1. Auditory, yang berarti indra telinga digunakan dalam belajar dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara, mengemukakan pemdapat, menanggapi, presentasi, dan argumentasi.
2. Intellectualy, yang berarti kemampuan berfikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mengkonstruksi, menerapkan gagasan, mengajukan pertanyaan, dan memecahkan masalah.
3. Repetition (pengulangan), yang berarti pemberian kuis, tugas PR agar pemahaman siswa lebih luas dan mendalam.
Dalam pembelajaran matematika guru menempatkan diri sebagai fasilitator
selama dalam proses pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk lebih berperan
aktif yang dituntut peran dan dinamis. Seperti yang diungkapkan Meier (2002:91)
![Page 10: BAB I-III](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022032122/563db7db550346aa9a8e9a1d/html5/thumbnails/10.jpg)
10
model AIR menggabungkan 3 (tiga) komponen yang berpengaruh pada pembelajaran
di kelas. Agar pembelajaran dapat berlangsung secara optimal ketiga komponen
tersebut harus ada dan dilaksanakan secara terpadu. Ketiga komponen itu antara lain
auditori, intelektual dan repetisi.
Adapun langkah-langkah pembelajaran Auditory Intellectually Repetition menurut Suherman (dalam Trisna, 2011:22) adalah sebagai berikut:No Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa AIR1 Pendahuluan Guru menjelaskan
model pembelajaran AIR pada siswa, agar siswa tahu maksud dan tujuan model pembelajaran ini
Siswa mendengarkan dan bertanya
Auditory
2 Kegiatan Inti Guru menjelaskan garis besar materi yang akan disampaikan
Siswa mendengarkan dan bertanya
Auditory
Guru membagi siswa menjadi kelompok belajar yang heterogen berdasarkan tingkat kemampuan dan daya serap siswa
Guru memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi lebih lanjut secara individu maupun kelompok
Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa
Secara individu siswa mempelajari materi kemudian untuk berdiskusi memecahkan masalah bersama-sama
AuditorydanIntellectually
Intellectually
Guru mendampingi siswa
Secara individu siswa membuat ringkasan dan menemukan ide -ide pokok materi didalam kelas.
Secara kelompok siswa
Intellectually
![Page 11: BAB I-III](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022032122/563db7db550346aa9a8e9a1d/html5/thumbnails/11.jpg)
11
mendikusikan atau menghubungkan ide-ide pokok dengan kehidupan nyata atau pelajaran yang pernah dipelajari sebelumnya.
Secara individu (perwakilan kelompok) siswa secara bergantian mempresentasikan tentang materi yang telah mereka pelajari dan siswa yang lain menanggapi
Intellectually
Auditory dan Intellectually
3 Penutup Guru membimbing siswa membuat kesimpulan materi pelajaran
Siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari
AuditorydanIntellectually
Guru memberikan tugas atau kuis
Siswa mengerjakan tugas atau kuis
Repetition
Guru mengakhiri pembelajaran
Siswa mendengarkan guru
Auditory
Sebagai suatu jenis pembelajaran kelompok, maka kelebihan dan kelemahan
pembelajaran ini sama halnya dengan pembelajaran kelompok pada umumnya.
Daryanto (2009: 98), membina, meningkatkan kemampuan kerjasama, sangat cocok
untuk belajar aspek kognitif tingkat tinggi, meningkatkan keterampilan berfikir
secara kreatif dan kooperatif, meningkatkan keterampilan berkomunikasi, dapat
mengembangkan aspek afektif. Kelemahannya, sulit dalam mengatur organisasinya,
banyak timbul masalah karena sikap para anggotanya (keberhasilan seorang anggota
menimbulkan ketidak sukaan bagi anggota lain), kalau masih banyak anggota yang
belum menguasai atau belum mempelajari sumber belajar yang tersedia, maka proses
belajarnya akan tersendat-sendat. Kalau pengelolaannya tidak efektif mengakibatkan
inefisiensi dalam penggunaan waktu.
![Page 12: BAB I-III](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022032122/563db7db550346aa9a8e9a1d/html5/thumbnails/12.jpg)
12
2.4 Nilai Sukubanyak
Sukubanyak dengan derajat n dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi f(x)
berikut ini.
f(x) = an xn + an – 1 xn – 1 + an – 2 xn – 2 + … + a1x + a0
di mana n є bilangan cacah dan an ≠ 0.
Nilai f(x) tersebut merupakan nilai sukubanyak. Untuk menentukan nilai
sukubanyak dapat dilakukan dengan dua cara berikut.
1. Metode Substitusi
Nilai sukubanyak f(x) = an xn + an – 1 xn – 1 + an – 2 xn – 2 + … + a1x + a0 untuk
x=k (k є bilangan real) ditentukan oleh:
f(k) = an k n + an – 1 k n – 1 + an – 2 k n – 2 + … + a1 k + a0
Contoh:
Hitunglah nilai sukubanyak f(x) = x3 + 3x2 - x + 5 untuk x=1.
Penyelesaian:
Untuk x=1, diperoleh:
f(1) = (1)3 + 3(1)2 – (1) + 5 = 1 + 3 – 1 + 5 = 8
Jadi, nilai f(x) untuk x=1 adalah f(1) = 8
2. Metode Bagan/Skema
Untuk mendeskripsikan cara menghitung nilai sukubanyak dengan metode
bagan atau skema, perhatikan sukubanyak f(x) berderajat 4 berikut ini.
f(x) = a4 x 4 + a3x 3 + a2x 2 + a1 x
Dengan metode substitusi, nilai sukubanyak f(x) untuk x = k ditentukan oleh:
f(k) = a4 k 4 + a3k 3 + a2k 2 + a1k
![Page 13: BAB I-III](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022032122/563db7db550346aa9a8e9a1d/html5/thumbnails/13.jpg)
13
Nilai f(k) tersebut dapat disusun secara beruntun dengan menggunakan operasi
perkalian dan operasi penjumlahan seperti berikutu ini.
f(k) = a4k4 + a3k3 + a2k2 + a1k + a0
f(k) = (a4k3 + a3k2 + a2k + a1) k + a0
f(k) = {(a4k2 + a3k + a2) k + a1} k + a0
f(k) = [{(a4k + a3) k + a2} k + a1] k + a0
Bentuk tersebut dapat disajikan dalam bentuk bagan atau skema berikut ini.
x = k a4 a3 a2 a1 a0
+ + + +
a4k a4k2+a3k a4k3+a3k2+a2k a4k4+a3k3+a2k2+ a1k
a4 a4k+a3 a4k2+a3k+a2 a4k+a3k2+a2k+a1 a4k4+a3k3+a2k2+a1k+ a0
Keterangan:
Tanda menyatakan operasi “kalikan dengan k”
2.5 Langkah-Langkah Pembelajaran Materi sukubanyak dengan Menggunakan Model Auditory Intellectually Repetition (AIR)
Proses pembelajaran materi sukubanyak menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
Langkah 1 : Auditory
Guru menjelaskan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition.
Kemudian guru menjelaskan garis besar tentang materi sukubanyak.
Langkah 2: Intellectually
Selanjutnya guru memberi tugas kepada siswa tentang nilai sukubanyak
untuk dipelajari lebih lanjut secara individu maupun kelompok. Kemudian secara
individu maupun kelompom siswa mempelajari materi untuk berdiskusi
![Page 14: BAB I-III](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022032122/563db7db550346aa9a8e9a1d/html5/thumbnails/14.jpg)
14
memecahkan masalah bersama-sama. Secara individu (perwakilan kelompok) siswa
secara bergantian mempresentasikan tentang materi sukubanyak yang telah mereka
dikusi dan siswa yang lain menanggapinya.
Langakah 3: Repetition
Pada langkah akhir, guru memberikan tugas atau kuis. Kemudian guru
mengakhiri pembelajaran.
![Page 15: BAB I-III](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022032122/563db7db550346aa9a8e9a1d/html5/thumbnails/15.jpg)
15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah
pendekatan kualitatif. Ciri-ciri pendekatan kualitatif adalah: (1) menggunakan
lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung, (2) bersifat deskriptif analitik
karena data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk diagram statistik, namun
dalam bentuk kata-kata, (3) lebih menekankan proses dari pada hasil, (4) Analisa
data bersifat induktif karena penelitian tidak dimulai dari deduksi teori tetapi dimulai
dari lapangan dan (5) mengutamakan makna.
Dalam penelitian kualitatif peneliti sebagai instrumen utama, hal ini sesuai
dengan karakteristik yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (dalam Sugiyono
2008:21-22) bahwa:
(1) Penelitian kualitatif dilakukan dalam kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci, (2) Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, (3) Penelitian kualitatif lebih menekan pada proses dari pada hasil atau outcome, (4) Analisis data secara induktif, (5) Penelitian kualitatif lebih menekan makna.
Sedangkan jenis penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas. Menurut
Ebbut (dalam Wiraatmadja, 2005:12) mengemukakan bahwa: “penelitian tindakan
kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan
oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran,
berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil tindakan-tindakan tersebut”. Lebih lanjut
menurut Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2005:11) mengemukakan bahwa:
Pengertian penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif,
15
![Page 16: BAB I-III](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022032122/563db7db550346aa9a8e9a1d/html5/thumbnails/16.jpg)
16
suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
Dengan melihat definisi di atas, maka penelitian tindakan kelas adalah untuk
menentukan suatu tindakan guna memecahkan masalah tertentu dengan perbaikan-
perbaikan dan perubahan. Rancangan pembelajaran yang digunakan didasarkan dari
model penelitian Hopkins yaitu penelitian tindakan kelas yang digambarkan dalam
bentuk spiral yang terdiri empat fase. Keempat fase meliputi perencanaan (planning),
tindakan (action), observasi (observation) dan refleksi (reflection).
3.2 Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian dengan menggunakan teknik populasi
yakni peneliti memilih subyek penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hasil
belajar siswa terhadap pelajaran matematika materi sukubanyak dengan penerapan
model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition, dimana peneliti bertindak
sebagai instrument penelitian yaitu peneliti hadir setiap pembelajaran tersebut dan
mengamati secara langsung proses pembelajaran sehingga peneliti selain sebagai
instrument sekaligus sebagai pengumpul data dari proses penelitian yang dilakukan.
3.3 Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
purposive, artinya tempat penelitian ditentukan secara sengaja oleh peneliti.
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Gandapura. Adapun alasan penelitian
dilakukan di SMA Negeri 1 Gandapura berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
1. Kepala sekolah dan guru mendukung penelitian ini.
![Page 17: BAB I-III](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022032122/563db7db550346aa9a8e9a1d/html5/thumbnails/17.jpg)
17
2. Masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami/mempelajari matematika pada materi-materi tertentu.
3. Belum pernah ada yang melakukan penelitian dengan menggunakan model
pembelajaran Auditory Intelektualy Repitition (AIR) di SMA Negeri 1
Gandapura khususnya nilai sukubanyak.
3.4 Data dan Sumber Data
Data yang diambil dalam penelitian ini berupa data kualitatif. Adapun data
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data tes awal dan tes akhir tindakan.
2. Data hasil observasi kegiatan pembelajaran oleh pengamat dengan
menggunakan lembaran pengamatan.
3. Catatan lapangan dilakukan bersama dengan pengamatan dan wawancara.
4. Wawancara dilakukan pada siswa yang menjadi subjek penelitian untuk
mengetahui kemampuannya dalam memahami materi sukubanyak.
Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah,
guru bidang study dan staf TU serta siswa kelas II IPA.4 SMA Negeri 1 Gandapura.
3.5 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat dipergunakan
peneliti untuk mengumpulkan data. Metode penelitian yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian adalah:
![Page 18: BAB I-III](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022032122/563db7db550346aa9a8e9a1d/html5/thumbnails/18.jpg)
18
1. Tes, tes yang terdiri dari:
a) Tes awal, tes ini diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dan untuk
mengetahui subjek dan untuk mengetahui pengetahuan prasyarat yang telah
dimilik siswa.
b) Tes akhir, yaitu tes yang diberikan setiap tindakan bertujuan untuk
mengetahui peningkatan pemahaman siswa terhadap materi setelah
pemberian tindakan.
2. Wawancara, dilakukan untuk mengetahui secara mendalam tentang kemampuan
siswa dalam memahami materi sukubanyak.
3. Pengamatan (observasi), dilaksanakan pada waktu peneliti melaksanakan
pembelajaran. Pengamatan dilaksanakan oleh orang yang terlibat aktif dalam
pelaksanaan tindakan yaitu guru yang mengajar matematika di kelas tersebut dan
teman sejawat.
4. Catatan lapangan, sebagai data pelengkap untuk mencatat hal-hal yang tidak
terekam melalui lembar observasi dan wawancara, misalnya tentang respon dan
partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah memberikan makna pada data yang tersedia, sehingga
dengan melihat data tersebut orang lain juga dapat mengerti. Tujuan dari analisis data
adalah untuk menyederhanakan agar mudah ditafsirkan. Analisis data merupakan
bagian yang sangat penting dalam penelitian ilmiah kerena dengan menganalisis
suatu data dapat memberikan arti atau makna yang berguna terhadap masalah-
masalah penelitian.
![Page 19: BAB I-III](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022032122/563db7db550346aa9a8e9a1d/html5/thumbnails/19.jpg)
19
Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
penelitian kualitatif, maka data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis
dengan menggunakan metode analisis data kualitatif yaitu model alir (flow model)
yang mengacu pada pendapat Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2008:337)
yang mengatakan bahwa: “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga jenuh”. Aktivitas
dalam analisis data kualitatif meliputi: (1) Reduksi data, (2) Penyajian data, (3)
Menarik kesimpulan.
1) Reduksi data
Reduksi data, yaitu proses kegiatan meyelesaikan dan menyederhanakan semua
data yang telah diperoleh mulai dari awal pengumpulan data sampai penyusunan
laporan penelitian.
2) Penyajian Data
Peyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan hasil reduksi dengan
menyusun sekumpulan informasi yang telah diperoleh dari hasil reduksi sehingga
dapat memberi kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3) Menarik Kesimpulan
Menarik kesimpulan adalah memberikan kesimpulan terhadap hasil penafsiran
dan evaluasi yang disajikan.
3.7 Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan hal yang penting dalam sebuah penelitian
kualitatif. Untuk menguji keabsahan dalam penelitian yang dilakukan peneliti
![Page 20: BAB I-III](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022032122/563db7db550346aa9a8e9a1d/html5/thumbnails/20.jpg)
20
menggunakan beberapa teknik uji kredibilitas diantaranya: (1) Perpanjangan
pengamatan, (2) Meningkatkan ketekunan dan (3) Triangulasi.
1. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali kelapangan melakukan
pengamatan observasi dengan sumber data yang diperoleh. Peneliti merasa perlu
menggunakan perpanjangan pengamatan karena dalam mengetahui hasil belajar
siswa perlu diadakan beberapa kali tindakan. sehingga dapat mengetahui secara
cermat sikap siswa dengan diterapkannya pembelajaran AIR (Auditori, Intelektual
dan Repetisi) dalam mata pelajaran matematika. Selain itu juga untuk menambah
keakraban kepada sumber data seperti kepala sekolah, wakasek kurikulum, guru dan
staf TU sebagai sumber data yang memberikan informasi terhadap penelitian yang
dilakukan.
2. Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara teliti, cermat
dan terus menerus selama kegiatan pembelajaran. Dengan cara ini maka kepastian
data akan diperoleh dengan baik. untuk meningkatkan ketekunan gunna
terlaksananya penelitian ini dan membantu peneliti mempermudah memperoleh data
informasi guna mendapat data -data yang dibutuhkan dalam penelitian.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah suatu tekhnik pemeriksaan keabsahan data dengan
memanfaatkan sumber data luar untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data.
![Page 21: BAB I-III](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022032122/563db7db550346aa9a8e9a1d/html5/thumbnails/21.jpg)
21
Triangulasi dalam pengujian ini diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan cara dan waktu. Peneliti menggunakan tekhnik triangulasi
sumber untuk menguji data dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh
melalui berbagai sumber. Hal ini dimaksudkan agar data atau informasi yang berasal
dari sumber dapat membantu proses penelitian agar terjamin keabsahannya sehingga
penemuan dalam penelitian tersebut memperoleh kepercayaan.
3.8 Tahap-Tahap Penelitian
Ada empat tahapan yang akan dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas
ini. Tahap-tahap tersebut meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan/pengumpulan data dan refleksi.
a. Perencanaan ( Planing)
Tahap ini dibuat sesuai dengan observasi dan pemberian tes awal untuk
menempuh acuan dalam perencanaan kegiatan peneliti bersama guru akan
merancang dan menyusun pembelajaran tindakan tentang materi sukubanyak melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membicarakan persiapan tindakan dan waktu pelaksanaan yang dilakukan pada
pertemuan awal dengan guru pada bidang studi pendidikan matematika setempat.
2. Memberikan tes awal berupa soal-soal nilai sukubanyak untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman dan kemampuan siswa terhadap materi tersebut.
3. Mempersiapkan perangkat pembelajaran, membuat lembar tugas pengajuan soal
tiap kelompok dan lembar pengamatan (observasi).
![Page 22: BAB I-III](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022032122/563db7db550346aa9a8e9a1d/html5/thumbnails/22.jpg)
22
b. Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah
disusun dalam perencanaan. Pelaksaan tindakan ini di bagi dalam 2 siklus dengan
rincian sebagai berikut:
Siklus I : nilai sukubanyak dengan metode substitusi.
Siklus II : nilai sukubanyak dengan metode bagan atau skema.
Siklus I dilaksanakan untuk nilai sukubanyak dengan metode substitusi.
Apabila siklus I tindakan I belum berhasil maka akan dilakukan tindakan II. Jika
sudah berhasil dilanjutkan siklus II yaitu nilai sukubanyak dengan metode bagan atau
skema. Apabila siklus ini tidak berhasil maka akan dilakukan terus menerus sampai
kriteria yang ditetapkan dalam setiap tindakan tercapai.
c. Pengamatan (Observing)
Pengamatan dalam bentuk observasi dilakukan dengan maksud untuk
mendokumentasikan hal-hal yang berkaitan dengan pemberian tindakan kegiatan
guru dan kegiatan tiap kelompok siswa. Pengamatan dilakukan selama proses belajar
mengajar berlangsung.
d. Refleksi (Reflecting)
Tahap ini merupakan tahap yang dilakukan peneliti hasil kegiatan belajar
siswa dari tindakan yang telah dilaksanakan. Peneliti melakukan refleksi dengan cara
mengevaluasi hasil belajar siswa dengan penerapan model AIR yang telah
dilaksanakan. Dengan melakukan refleksi peneliti dapat mengetahui kekurangan
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan peneliti sehingga dapat duigunakan untuk
menentukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Kegiatan refleksi ini
![Page 23: BAB I-III](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022032122/563db7db550346aa9a8e9a1d/html5/thumbnails/23.jpg)
23
digunakan untuk memflasback kegiatan pada siklus I dan hasil pada siklus II
semakin mantap, artinya hanya sedikit kendala yang dihadapi oleh peneliti hal ini
disebabkan siswa telah memahami materi pelajaran yang digunakan oleh guru.
Hasil yang diperoleh pada kegiatan refleksi ini merupakan informasi tentang
apa yang dilakukan selanjutnya yang dapat dijadikan dasar dalam melakukan rencana
berikutnya. Dari hasil refleksi tersebut dapat disimpulkan apakah pemberian tindakan
berkaitan dengan siklus pertama telah berhasil dan apakah siklus tersebut perlu
diulangi. Jika ternyata pemberian tindakan ulang masih juga belum ada perubahan
hasil, maka peneliti perlu melakukan siklus selanjutnya, sehingga siswa benar-benar
mencapai tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan.
3.9 Indikator Keberhasilan
Adapun kriteria ketuntasan menurut Usman (2008:23) “kriteria siklus
berhasil apabila hasil pelaksanaan pembelajaran tercapai dan proses pembelajaran
termasuk katagori baik”. Hasil pelaksanaan pembelajaran dikatakan tercapai bila
85% dari jumlah siswa (subjek penelitian) memperoleh skor akhir ≥ 65. Sedangkan
proses pembelajaran dikatakan baik jika telah mencapai nilai taraf keberhasilan
minimal ≥ 80%.