bab 3 yang waktu tempat dan 4.3 galifu

14
3. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu 3.1.1 Tempat Lokasi kegiatan lapangan (Field Trip) matakuliah Analisis Lansekap Terpadu, Sistem Informasi Sumberdaya Lahan, Tanah-tanah Pertanian Utama di Indonesia adalah Propinsi Jawa Timur. Wilayah yang dikunjungi dalam rangka Field Trip ini meliputi 6 Kabupaten dari 29 Kabupaten yang ada di Jawa Timur, yaitu: Malang, Jombang, Lamongan, Gresik, Probolinggo, dan Lumajang. Daerah Malang: merupakan dataran antar pegunungan yang tertoreh sedang. Terdaoat pengaruh pengaruh Gunung Kawi dan Gunung Anjasmoro; Daerah Jombang: merupakandataran alluvial, relief datar termasuk aliran air sungai Kali Konto atau Kali Brantas; Daerah Lamongan: merupakan dataran banjir Bengawan Solo dan bagian dari landform tektonik dan struktural; Daerah Gresik: merupakan dataran pasang surut, terbentuk karena pembelokan alur Bengawan Solo ke arah utara. Selanjutnya daerah project kami yaitu Daerah Lumbang: merupakan kipas volkan yang berasal dari Bromo, dengan bahan induk lahar, tuf, breksi gunungapi, dan runtuhan batuan gunungapi. 3.1.2 Waktu Pelaksanaan

Upload: norman-hart

Post on 08-Nov-2015

298 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

galifu

TRANSCRIPT

3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

3.1.1 TempatLokasi kegiatan lapangan (Field Trip) matakuliah Analisis Lansekap Terpadu, Sistem Informasi Sumberdaya Lahan, Tanah-tanah Pertanian Utama di Indonesia adalah Propinsi Jawa Timur. Wilayah yang dikunjungi dalam rangka Field Trip ini meliputi 6 Kabupaten dari 29 Kabupaten yang ada di Jawa Timur, yaitu: Malang, Jombang, Lamongan, Gresik, Probolinggo, dan Lumajang.Daerah Malang: merupakan dataran antar pegunungan yang tertoreh sedang. Terdaoat pengaruh pengaruh Gunung Kawi dan Gunung Anjasmoro; Daerah Jombang: merupakandataran alluvial, relief datar termasuk aliran air sungai Kali Konto atau Kali Brantas; Daerah Lamongan: merupakan dataran banjir Bengawan Solo dan bagian dari landform tektonik dan struktural; Daerah Gresik: merupakan dataran pasang surut, terbentuk karena pembelokan alur Bengawan Solo ke arah utara. Selanjutnya daerah project kami yaitu Daerah Lumbang: merupakan kipas volkan yang berasal dari Bromo, dengan bahan induk lahar, tuf, breksi gunungapi, dan runtuhan batuan gunungapi.

3.1.2 Waktu PelaksanaanPelaksanaan kegiatan Field Trip berlangsung selama 3 hari dengan rincian Hari 1: Jumat, 8 Mei 2015 ; Hari 2: Sabtu, 9 Mei 2015 ; dan Hari 3: Minggu, 10 Mei 2015

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 AlatGPS Garmin: Menentukan titik koordinat lokasi pengamatan daerah LumbangAlat tulis: Mencatat semua informasi yang ada di peta Spidol OHP:Mencatat informasi koordinat lokasi pengamatan daerah Lumbang

3.2.2 Bahan

Peta Administrasi:Peta Landuse :Peta Lereng:Peta Ketinggian Tempat:Peta Bentuk Lahan:Peta Mosaic Foto Udara:Peta Geologi:Peta Jenis Tanah:

4.3 Kondisi Tanah di Lokasi Project

4.3.1 Fisiografi Lahan

Dari hasil fisiografi lahan yang diamati pada lokasi project, dapat diketahui bahwa hasilnya sebagai berikut

Lokasi :Desa Purut, Kecamatan Lumbang, Kabupaten ProbolinggoVegetasi:Jati, singkong, pisang, randu, jagung, rumput gajah, sengon, asamBahan induk : VulkanikRelief: ( )Lereng: 14 %Arah Lereng: ( )Aliran Permukaan: SedangErosi: Percik, alur, kelas RinganDrainase: Sedang Batuan: -Permeabilitas: LambatGenangan/banjir: JarangSumber Air: Tadah HujanSistem Irigasi: Tadah HujanPenggunaan Lahan : TegalanSistem Penanaman: Tumpangsari

4.3.2 Pengelolaan Lahan (Pengolahan Tanah dan Pengelolaan Air)

Pengolahan tanah di lokasi project menggunakan system pengolahan yang tradisional namun intensif. Pengelolaan tradisional yang dimaksud adalah dengan menggunakan peralatan sederhana seperti cangkul, sabit, dan juga tugal. Kemudian untuk pengelolaan airnya adalah dengan menggunakan tadah hujan atau sumber air terbesar berasal dari air hujan. Selain memanfaatkan air hujan, pengelolaan air disana juga memasang pipa saluran pada tempat penampung air hujan untuk mengalirkan air ke area lahan tegalan. 4.3.3 Morofologi dan Karakteristik Tanah di Lokasi Project

Kenampakan minipitKedalaman horison (cm)Simbol horisonUraian morfologi

0-25cm

7,5 YR 3/3 (Very dark brown) baur ombak; pasir berlempung; gumpal membulat; kecil ;basah agak lekat agak plastis; lembab gembur; pori halus biasa sedang banyak kasar banyak; akar halus, sedang, biasa;

25-35cm

7,5 YR 3/2 (Very dark brown) baur rata; lempung berpasir; gumpal membulat; sedang ;basah agak lekat agak plastis lembab teguh; pori halus biasa sedang biasa kasar banyak; akar halus sedang banyak;

35-57cm

7,5 YR 3/2 (Very dark brown) baur ombak; lempung liat berpasir; gumpal membulat; sedang ;basah lekat agak plastis lembab teguh; pori halus sedikit sedang biasa kasar biasa; akar halus sedang sedikit;

57-70cm 7,5 YR 2,5/2 (..), lempung berpasir; gumpal membulat; sedang; basah agak lekat agak plastis lembab teguh; pori halus sedikit, sedang kasar banyak; akar halus sedang sedikit.

Dari hasil morfologi tanah pada minipit yang telah dibuat, dapat diketahui bahwa ditemukan 4 horizon. Ketebalan solumnya adalah >70 cm dan tebal top soil adalah 57 cm. pada horizon 1, memiliki warna tanah 7,5 YR 3/3, batas kejelasannya baur, batas topografinya ombak, dan teksturnya pasir berlempung. Ciri cirri tanah yang bertekstur pasir berlempung menurut Rayes (2006) adalah kasar, membentuk bola yang mudah hancur, dan agak lekat. Kemudian strukturnya gumpal membulat dan ukurannya kecil, konsistensi basah agak lekat agak plastis dan konsistensi lembab adalah gembur. Lalu jumlah pori halus biasa, pori sedang banyak, dan pori kasar banyak, perakaran halus, sedang, biasa.Sedangkan pada horizon 2, memiliki cirri morfologi warna tanah 7,5 YR 3/2, batas kejelasannya baur, batas topografinya rata, dan teksturnya lempung berpasir Ciri-ciri batas topografi berombak pada saat dilapang adalah terdapat bagian cekungan yang lebih lebar dan kemudian ciri ciri batas topografi rata adalah datar dan sedikit ada yang tidak teratur. Hal tersebut sesuai dengan Rayes (2006) bahwa batas topografi berombak ciri-cirinya bagian cekungan lebih lebar dari kedalamannya dan batas topografi rata memiliki ciri datar dengan tanpa atau terdapat sedikit kenampakan yang tidak beraturan.

Macam-macam batas topografi berdasarkan Rayes (2006)

Tabel 1. Batas Topografi

Rata( r ) Batas Horizon datar dengan tanpa atau terdapat sedikit kenampakan yang tidak beraturan.

Berombak ( o )Batas berombah dengan bagian cekungan lebih lebar dari kedalamannya

Tidak Beraturan ( ta )Batas dengan bagian cekungan lebih dalam dari lebarnya

Terputus( p )Satu atau kedua horizon/lapisan dipisahkan oleh batas yang tidak bersambung dan batas terputus

Gambar 1. Macam macam Batas TopografiCiri-ciri tanah yang bertekstur lempung berpasir menurut Rayes (2006) adalah agak kasar, membentuk bola agak kukuh, tapi mudah hancur dan melekat. Kemudian strukturnya gumpal membulat dan ukurannya sedang, konsistensi basah agak lekat agak plastis dan konsistensi lembab adalah teguh. Lalu jumlah pori halus biasa, pori sedang biasa, dan pori kasar banyak, perakaran halus, sedang, banyak.Pada horizon ke 3, memiliki cirri morfologi warna tanah 7,5 YR 3/2, batas kejelasannya baur, batas topografinya ombak, dan teksturnya lempung liat berpasir. Menurut Rayes (2006) menyatakan bahwa batas horizon kejelasan ketentuannya sebagai berikut

Gambar 2. Batas horizonCiri-ciri tanah yang bertekstur lempung liat berpasir menurut Rayes (2006) adalah agak kasar, membentuk pita agak kukuh dan lekat. Kemudian strukturnya gumpal membulat dan ukurannya sedang, konsistensi basah lekat agak plastis dan konsistensi lembab adalah teguh. Lalu jumlah pori halus sedikit, pori sedang biasa, dan pori kasar biasa, perakaran halus, sedang, sedikit.Pada horizon ke 4, memiliki cirri morfologi warna tanah 7,5 YR 2,5/2, teksturnya lempung berpasir. Ciri cirri tanah yang bertekstur lempung menurut Rayes (2000) adalah agak kasar, membentuk bola agak kukuh, tapi mudah hancur dan melekat. Kemudian strukturnya gumpal membulat dan ukurannya sedang, konsistensi basah agak lekat agak plastis dan konsistensi lembab adalah teguh.

Berikut ini adalah sketsa struktur tanah menurut (Schoeneberger et.al, 2002)

Gambar 3. Sketsa Struktur Tanah

Lalu jumlah pori halus sedikit, pori sedang banyak, dan pori kasar banyak, perakaran halus, sedang, sedikit.

4.3.4 Klasifikasi Tanah di Lokasi Project

Tanah di Lokasi Desa Purut

Klasifikasi Tanah

Rezim suhuIsohyperterrmik

Rezim kelembabanUdik

EpipedonUmbrik

EndopedonKambik

OrdoInceptisols

Sub OrdoUdepts

GroupHumudepts

Sub GroupPachic Humudepts

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa penciri utama ordo tanah Inceptisol adalah terdapat horizon kambik. Ciri-ciri dari horizon kambik menurut Soil Survey Staff (2014) adalah mengalami perkembanga struktur tanah ditandai dengan adanya proses eluviasi liat serta kandungan pasir cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman tanah. Biasanya horison endopedon khusus untuk semua pedon tanah kering dan tegalan memiliki horison kambik karena sesuai dengan syarat ordo Inceptisol yang mengalami pengaruh aktivitas manusia.Sub ordo yang ditemukan adalah udept yang merupakan ordo tanah Inceptisol yang mempunyai rezim kelembaban udik. Kemudian untuk sub grubnya adalah Humudepts yang merupakan sub ordo udept yang memiliki horizon umbrik atau mollik. Pada hasil pengamatan, epipedon yang ditemukan adalah umbrik. Lalu pada sub grubnya adalah Pachic Humudepts yang merupakan grub Humudepts yang memilki ketebalan epipedon mollik atau umbrik 50 cm atau lebih. Pada hasil pengamatan, epipedon umbrik yang ditemukan tebalnya >50 cm.

Secara umum, terjadi perbedaan sifat morfologi, kimia serta klasifikasi tanah pada tanah kering, tanah kering yang disawahkan dan tegalan. Perubahan secara morfologi dan fisik meliputi susunan horison tanah, struktur, konsistensi serta bobot isi tanah. Perubahan-perubahan tersebut disebabkan oleh adanya proses pengolahan tanah yang dilakukan sebelum ditanami komoditas tanaman pangan.Proses pengolahan dan pelumpuran yang dilakukan menyebabkan hancurnya struktur tanah pada tanah yang disawahkan. Tanah kering mempunyai struktur granuler sanpai gumpal, sedangkan pada tanah yang tisawahkan tidak berstruktur (massif). Pelumpuran dilakukan dengan pengolahan tanah dalam keadaan tergenang, ketika tanah dibajak kemudian digaru yang masing-masing proses sekurang-kurangnya memerlukan dua kali sehingga agregat tanah hancur menjadi lumpur yang sangat lunak. (Hardjowigeno, 2005).Pada tingkat grup hasil pengamatan peta, tanah yang kering dikategorikan ke dalam grup Dystrusdepts dengan sub grup Typic. Hal ini dikarenakan, pedon tanah kering mempunyai kejenuhan basa kurang dari 60% pada keseluruhan horison diantara kedalaman 25 cm dan 75 cm serta mengandung karbonat bebas. Sementara itu, berdasarkan pengamatan langsung sub grup menunjukkan Pahchic Humudepts karena syarat utama Humudepts mempunyai kontak litik kedalaman 50 cm. Sesuai dengan klasifikasi tanah di lokasi Lumbang yang mempunyai epipedon umbrik maka subgrup termasuk Pachic Humudepts berdasarkan (Soil Survey Staff, 2014). Jadi pengamatan peta tidak sama dengan pengamatan lapangan dikarenakan faktor alam yang mempengaruhi seperti perubahan iklim, cuaca dan bahan induk.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Bogor. Pusat Penelitian Tanah dan AgroklimatHardjowigeno, S dan M. Luthfi Rayes. 2005. Tanah Sawah. Karakteristik, Kondisi dan Permasalahan Tanah Sawah di Indonesia. Bayumedia Publishing Anggota IKAPI Jatim: Malang.Rayes, M.L. 2006. Deskripsi Profil Tanah di Lapangan. Malang. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Schoeneberger, P.J., D.A. Wysocki., E.C. Benhan dan W.D. Broderson. 2002. Field Book for Describing and Sampling Soils. National Soil Survey Center, NRCS, USDA.Soil Survey Staff. 2014. Keys to Soil Taxonomy. Twelfth Edition. United States Department of Agriculture: New York.