bab 3 metode penelitianrepository.ub.ac.id/139468/4/bab_3_metode_penelitian.pdf · 82 bab iii...
TRANSCRIPT
82
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tahapan Penelitian
Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian
INPUT
PROSES
OUT PUT
Rumusan masalah
Pengumpulan data (survey primer)
� Observasi kemampuan lahan di sepanjang Sub Sungai Cisadane Kelurahan Kebon Pedes
� Wawancara dan kuisoner dilakukan terhadap masyarakat yang berada di bantaran Sungai Cisadane di Kelurahan Kebon Pedes serta intansi yang terkait
� Foto Mapping
Kondisi permukiman di bantaran Sub Sungai Cisadane
Telaah Kepustakaan
Pengumpulan data (survey sekunder)
� RTRW Kota Bogor � Master plan Drainase Kota Bogor � Peta administrasi Kota Bogor � Peta TGL Kota Bogor � Peta topografi Kota Bogor � Peta garis 1:1000 � Peta DAS Cisadane Hulu � Data debit Sungai Cisadane � Dimensi Sungai Cisadane
ANALISIS � Analisis tingkat kekumuhan permukiman � Analisis Karakteristik Sub Sungai Cisadane � Analisis aspek kerawanan bencana � Analisis Faktor (Arahan Penataan)
Analisis tingkat kekumuhan permukiman
� Permukiman kumuh Karakteristik social ekonomi
� Sarana dan prasaran
Analisis Karakteristik Sub Sungai Cisadane
� Frekuensi Curah Hujan Sungai Cisadane
� Kapasitas Debita Air Sungai Cisadane
� Klasifikasi Lahan
Analisis aspek kerawanan bencana
� Super impose Topografi Potensi Erosi Potensi banjir Kondisi Drainase
Konsep Arahan penataan permukiman di sepanjang Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Analisis Faktor � Faktor yang berpengaruh
pada arahan penataan permukiman Fisik dan Non Fisik
� Akar Masalah
83
3.2. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang dipergunakan adalah penulisan deskriptif.
Bentuk penelitian deskriptif berusaha untuk menguraikan secara menyeluruh
dan teliti tentang suatu keadaan, dengan tujuan menguraikan karakteristik suatu
keadaan, mengidentifikasikan masalah-masalah dan berusaha untuk
menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data.
Penelitian ini mengumpulkan atau mencari informasi mengenai kondisi
permukiman yang ada di DAS Cisadane yang kemudian menganalisis kondisi
yang ada nantinya akan digunakan sebagai arahan rencana penataan
permukiman yang ada di DAS Cisadane.
3.3. Tahapan-Tahapan Penelitian
Tahapan – tahapan yang dilakukan dalam penelitian di RW 01, RW 06,
RW 10, RW 11, RW 12 dan RW 13 di Kelurahan Kebon Pedes antara lain
sebagai berikut :
A. Pengamatan Pendahuluan
Mengetahui gambaran awal keadaan masyarakat sebagai masukan bagi
pembuatan perencanaan. Pengamatan tersebut yaitu dengan mencari data lokasi
serta mengamati keadaan dan wawancara dengan aparatur pemerintahan pada
wilayah studi yaitu aparat pemerintahan di Kelurahan Kebon Pedes. Setelah itu
menyiapkan surat ijin yang diperlukan dalam penelitian selanjutnya.
B. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapangan, penyebaran
kuisioner pada sampel, wawancara dan survei instansi.
C. Analisis Data
Data yang telah dilakukan kemudian dianalisis sesuai dengan metode
analisis yang digunakan. Dalam studi ini akan dilakukan analisis karakteristik
pemukiman di Sub DAS Cisadane Kelurahan Kebon Pedes Kota Bogor.
Analisis karakteristik ini akan diperoleh dari jawaban kuisioner dan observasi
di lapangan.
84
D. Perencanaan
Dari hasil analisis akan muncul rencana – rencana program penataan
yang telah terpilih. Rencana resettlement tersebut disesuaikan dengan aspirasi
dan di cross checkkan dengan kondisi yang ada sekarang. Aspirasi masyarakat
yang dijaring melalui kuisioner belum tentu bisa diterapkan, karena ada
beberapa faktor yang mengakibatkan pilihan tersebut susah sekali untuk
diwujudkan.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam studi ini meliputi:
1. Survei Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati
dan dicatat untuk pertama kalinya (Marzuki, 1983:55). Jenis data yang
diperoleh secara langsung ini adalah data yang berupa subyek atau obyek fisik
yang diamati langsung oleh peneliti. Untuk memperoleh data primer dapat
dilakukan beberapa teknik pengambilan data yaitu ;
◘ Observasi Lapang
Pengumpulan data melalui survey lapang yaitu melihat secara
langsung lokasi studi mengenai :
� Melihat fisik lingkungan permukiman setempat
� Mengadakan pendataan/setting pada lokasi yang diteliti
� Mengadakan pemotretan pada bagian-bagian yang penting
� Mengadakan tanya jawab dengan penduduk setempat dengan
membuat daftar isian/kuisioner
◘ Kuisioner
Kuisioner adalah salah satu alat pengambilan data secara
langsung dari responden. Responden akan diberikan kuisioner yang
berisi pertanyaan-pertanyaan yang sudah disediakan jawabannya
85
(kuisioner tertutup) mengingat responden adalah penduduk bantaran
yang masih minim tingkat pendidikannya.
◘ Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui pendapat, persepsi maupun
opini tentang semua yang berhubungan dengan kawasan permukiman seperti
kondisi sosial, ekonomi dan fisik untuk kemudian di cross check dengan data
sekunder. Wawancara dilakukan ke penduduk yang menjadi panutan atau
mempunyai wawasan yang luas dan benar-benar mengerti tentang wilayah
studi seperti ketua RW, ketua RT, masyarakat lainnya. Wawancara dilakukan
kepada pihak Kelurahan Kebon Pedes, Ketua RW (karena terdiri dari 13 RW
maka dilakukan pada 13 Ketua RW), Ketua RT yang dapat memberikan
gambaran secara umum mengenai keadaan masyarakat setempat yang nantinya
dapat digunakan sebagai pertimbangan ataupun asumsi dalam analisa lebih
lanjut.
2. Survei Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti atau data yang berasal dari tangan kedua, ketiga
dan seterusnya (Marzuki,1983:56). Data sekunder dapat diperoleh dari instansi
pemerintah/swasta, studi literatur, makalah-makalah seminar dan informasi
dari media cetak dan elektronik yang berhubungan dengan materi penelitian.
◘ Survey Instansi
Pengumpulan data-data sekunder dari instansi pemerintah yaitu
Bappeda Kota Bogor, Kecamatan Tanah Sareal dan Kelurahan
Kebon Pedes serta Dinas lain seperti Kimpraswil, BPN, Dinas
Pengairan, BP DAS Cisadane - Ciliwung.
◘ Studi Literatur
Studi literatur/kepustakaan dilakukan untuk menghimpun
pengetahuan dan informasi dari berbagai buku, hasil penelitian,
artikel-artikel baik internet dan media massa maupun thesis. Studi
literatur ini nantinya akan berguna pada saat pemberian dasar-dasar
86
pertimbangan dalam penelitian parameter kualitas lingkungan pada
tahap awal analisa.
Kondisi suatu lingkungan permukiman sesuai dengan indikator-
indikator aspek lingkungan dapat diperoleh dari berbagai sumber.
Sumber pertama adalah data primer yang didapat dari hasil
pengamatan di lapangan. Sumber lain yang tidak diamati diperoleh
dari data sekunder dari instansi-instansi yang berhubungan dengan
aspek-aspek lingkungan seperti laporan-laporan kelurahan
(monografi kelurahan atau desa), monografi kecamatan, dan data
lain yang sesuai.
Data-data yang dibutuhkan pada studi ini dapt dilihat pada tabel desain
survey (tabel 3.3).
3.4.1 Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian akan disebarkan kuisioner ke penduduk untuk
mendapatkan data yang sesuai dengan kondisi real di lapangan kerena
keterbatasan waktu dan dana tidak memungkinkan untuk disebar ke seluruh
penduduk. Oleh karena itu akan diambil beberapa responden sebagai sampel
yang nantinya dapat mewakili seluruh penduduk di wilayah studi. Dalam
menentukan jumlah sampel akan dihitung dengan rumus (Slove, dalam
Conselo G. Sevilla, 1993), sebagai berikut :
n = N
N (d2) + 1
Dimana :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = derajat kepercayaan 10 %
Pada wilayah studi jumlah bangunan adalah 4156, dengan derajat kepercayaan
10 % maka didapatkan jumlah sampel sebesar 97 sampel. Pengambilan sampel
dilakukan dengan cara pembagian blok sesuai dengan tipologi keadaan
permukiman kumuh (Kondisi fisik, kondisi ekonomi, penyebab kumuh)
87
Setelah diperoleh jumlah sampel sebagai wakil dari populasi
langkah selanjutnya adalah pengambilan sampel. Metode pengambilan sampel
yang digunakan adalah metode proportional sample dan accidental sampling
yaitu pemilihan subyek sampel dengan cara sembarang, mengingat jumlah
sampel yang besar dan wilayah studi untuk pengambilan sampel sangat luas.
Setelah sampel diketahui akan diberikan kuisioner yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang sudah disediakan jawabannya. Masyarakat yang
menjadi responden tinggal mengisikan kuisioner tersebut.
Tabel 3. 1 Sampel Yang Akan Diambil
No. Blok Lokasi Jumlah
Bangunan Presentase
(%) Sampel
1. Blok 01 Sempadan Sungai Cisadane 478 12 12 2. Blok 02 RW 01, RW 03, RW 04, RW 06 858 22 22 3. Blok 03 RW 10 435 10 10 4. Blok 04 RW 12 253 6 6 5. Blok 05 RW 09 270 6 6 6. Blok 06 RW 02, RW 07, RW 08 454 11 10 7. Blok 07 RW 05, RW 11, RW 13 765 18 18 8. Blok 08 Semapadan Rel Kreta Api 643 15 13
Total 4156 100 97 Sumber : Hasil Perhitungan berdasarkan Peta Garis 1:1000 Tahun 2007
3.5 Metode Analisis Data
Penelitian secara umum akan menggunkan metode analisis kualitatif
dan kuantitatif. Dalam metode analisis kualitatif akan menjabarkan atau
menggambarkan keadaan dari obyek penelitian melalui uraian-uraian serta
penggambaran lainnya (diagram/bagan alir, peta, foto dan lain-lain).
Sedangkan metode analisis kuantitatif dilakukan dengan menyajikan data
dalam bentuk prosentase dalam tabel atau grafik. Teknik analisis data yang
dilakukan dengan tema penelitian ini antara lain:
3.5.1. Metode Analisis Deskriptif
Analisis identitas kawasan ini adalah metode yang digunakan untuk
melakukan kajian sesuai dengan salah satu identifikasi permasalahan yang
telah dibahas pada bab terdahulu, yakni dilakukan dengan menggunakan
pendekatan deskriptif, yakni menjelaskan kondisi-kondisi struktur identitas
88
pada kawasan pada saat ini, untuk kemudian dilakukan penilaian sesuai dengan
pendekatan teori yang digunakan.
1. Karakteristi Permukiman Kelurahan Kebon Pedes disub DAS Cisadane
a. Analisis Karakteristik Sosial Ekonomi � Tingkat pendidikan. Yaitu untuk mengetahui seberapa banyak
pengetahuan masyarakat ditinjau dari pendidikannya atau kualitas
SDM.
� Jenis pekerjaan digunakan untuk mengetahui mayoritas mata
pencaharian masyarakat di bantaran Sungai Cisadane.
� Tingkat pendapatan digunakan untuk mengetahui kemampuan
masyarakat dalam mencukupi segala kebutuhannya.
Dalam penelitian ini akan diketahui adanya kecenderungan
karakterestik dinamika masyarakat terhadap aspek ekonomi sebagai dasar
adanya arahan adanya relokasi bangunan yang ada di bantaran Sungai Cisadane
agar terhindar dari bahaya banjir dan longsor.
b. Analisis Struktur Bangunan � Klasifikasi luas
� Intensitas bangunan (KDB, KLB,TLB)
� Pencahayaan bangunan
� Penghawaan bangunan
� Struktur banguna
� Lantai bangunan
Dalam penelitian ini akan diketahui karakteristik mengenai struktur
bangunan yang termasuk dalam penilaian kondisi permukiman kumuh di
Kelurahan Kebon Pedes
c. Analisis Karakteristik Sarana dan Prasarana
Karakteristik utilitas akan menggambarkan kondisi dan tingkat
pelayanan prasarana yang ada di lokasi penelitian ditinjau dari aspek :
89
� Sarana yang meliputi pola persebaran dan tingkat pelayanan antara
lain perdagangan, jasa, peribadatan, pendidikan, kesehatan dan
pemerintahan.
� Air bersih yaitu darimana penduduk mendapatkan air bersih untuk
keperluan memasak dan MCK.
� Sanitasi lingkungan yang meliputi keberadaan kamar mandi dalam
hunian, kelengkapan fasilitas jamban keluarga (ada tidaknya septic
tank) serta kegiatan sanitasi lain (mencuci dan membuang hajat)
yang dilakukan oleh penduduk di lokasi penelitian.
� Persampahan yaitu berapa besar tingkat pelayanan pembuangan
sampah penduduk.
d. Karakteristik Daerah Aliran Sub Sungai Cisadane
� Kondisi Fisik Sungai Cisadane
Kondisi fisik Sungai Cisadane yang sesuai dengan datapada wilayah
penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut :
o Morfologi Sungai Cisadane yang ada di dalam Kota Bogor pada
wilayah penelitian
o Debit air Sungai Cisadane Maksimal, rata – rata, dan minimal debit air
sungai
� Frekuensi Curah Hujan Sungai Cisadane
Pertumbuhan penduduk yang pesat berpadu dengan pengelolaan
sumberdaya yang kurang efektif sehingga dapat menyebabkan timbulnya
banjir di sepanjang aliran Sungai Cisadane. Daerah hulu sungai yang
seharusnya berupa hutan yang berfungsi sebagai tangkapan kelebihan air
sudah diubah menjadi padang rumput atau menjadi lahan pertanian,
sehingga lembah penampung air itu menjadi jauh berkurang dayanya untuk
menahan air yang datang. Tanah yang kini tidak lagi terikat oleh akar-akar
pepohonan jadi mudah longsor, menambah resiko bencana ganda dan
tebing-tebing sungai yang dahulu dipenuhi tumbuhan sebagai pengaman
daerah sekitarnya telah gundul menyebabkan tanah erosi dan longsor,
90
sehingga air sungai lebih mudah mengalir ke arah yang tingginya sama atau
lebih rendah dari sungai. Banjirpun menjadi makin sering, makin
mendadak dan makin parah dampaknya.
dapat dipakai hitungan tinggi rata rata dengan analisa curah hujan
didapatkan, mengambil nilai rata rata hitung (arithmetic mean) atau
pengukuran hujan dengan memakai pos penakar hujan didalam areal
tersebut ;
Dengan persamaan.
n
RnRRRR
++++⇒
............321
Dimana;
R = Tinggi curah hujan rata rata
R1,R2,R3..Rn = tinggi curah Hujan Pada pos penakar
N = jumlah pos penakar hujan
� Kapasitas Debit Air Sungai Cisadane
Kapasitas debit air Sungai Cisadane dilakukan dengan cara pengukuran
dilapangan yaitu di lokasi yang pernah terjadi banjir dan pada stasiun
kontrol pengamatan yang direncanakan. Data pengukuran Sungai Cisadane
diperoleh dari PSDA sehingga dapat diketahui debit, bentuk aliran, serta
luas .
5
nanDebitAndal ⇒
� Klasifikasi lahan
Klasifikasi lahan juga memiliki klasifikasi yang dalam penentuannya
menggunakan metode pemberian bobot pada klasifikasi kemampuan lahan
dengan melakukan pengamatan pada peta. Satuan klasifikasi lahan yang
dianalisis meliputi aspek-aspek geologi umum, daya dukung tanah,
morfologi tanah, serta aspek bencana alam
91
II. Analisis Penilaian Kondisi Permukiman dengan Nilai Pembobotan
Permukiman kumuh yang ada di Kelurahan Kebon Pedes dapat dianalisa
tentang tingakat kekumuhan permukiman kumuh itu sendiri melalui
penilaian – penilaian yang meyangkut kondisi fisik (rumah), kondisi
prasarana dasar lingkungan, aspek kependudukan dan kondisi sosial
ekonomi , yang menghasilkan kriteria tertentu sehingga sustu kawasan
permukiman dapat dapat digolongkan menjadi lingkungan kumuh atau
tidak kumuh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.2
Tabel 3. 2 Parameter Tingkat Kekumuhan
No VARIABEL INDIKATOR
1. Lokasi
• Legalitas Tanah • Status Penguasaan Bangunan • Frekuensi Bencana Kebakaran • Frekuensi Bencana Banjir • Frekuensi Bencana Tanah Longsor
2. Kependudukan
• Tingkat Kepadatan Penduduk • Rata-rata Anggota Rumah Tangga • Jumlah KK Per Rumah • Tingkat Pertambahan Penduduk • Angka Kematian Kasar • Status Gizi Balita • Angka Kesakitan Malaria • Angka Kesakitan Demam Berdarah • Angka Kesakitan Ispa
3. Kondisi Bangunan • Tingkat Kualitas Struktur Bangunan • Tingkat Kesehatan dan Kenyamanan Bangunan • Tingkat Penggunaan Luas Lantai
4. Kondisi Prasarana dan Sarana Dasar Lingkungan
• Tingkat Pelayanan Air Bersih • Kondisi Sanitasi Lingkungan • Kondisi Persampahan • Kondisi Saluran Air Hujan • Kondisi Jalan • Besarnya Ruang Terbuka Hijau
5. Kondisi Sosial Ekonomi
• Tingkat Kemiskinan • Tingkat Pendidikan • Tingkat Pendapatan • Tongkat Keamanan
Sumber : Dirjen Perumahan dan Permukiman Departemen Kimpraswil, 2002
Beberapa hal yang menyebabkan suatu permukiman dapat dikatakan kumuh
antara lain (http://mitra-bisnis.biz/newsview.php?id=342) :
1. Kondisi rumah yang tidak memungkinkan penghuninya bergerak leluasa
92
2. Di rumah tersebut tidak atau kurang terdapat sirkulasi udara
3. Tidak memiliki fasilitas MCK sendiri.
4. Permukiman itu tidak memiliki akses jalan yang memadai dan saluran
tempat pembuangan air yang memenuhi syarat. Sedangkan menurut
program KIP Komprehensif II 2003, standarisasinya pada tabel 3.2.
Tabel 3.3 Standarisasi Penilaian Kondisi Permukiman Kumuh dengan
Nilai Pembobotan (skoring)
Kriteria Penilaian Kondisi Permukiman Kumuh Variabel dan Sub
Variabel Sangat Kumuh
Nilai : 3
Kumuh
Nilai : 2
Tidak Kumuh
Nilai : 1
A. Kondisi Fisik
Bangunan Rumah
1. Dinding, Atap
2. Lantai
3. Ventilasi
4. Genangan Air Hujan /
Air Kotor
5. Kepadatan Bangunan
6. Pembagian Ruang
7. Jumlah Penghuni
Tidak Permanen
Tanah, lembab
Tidak ada jendela
Seluruh halaman tergenang,
lama surut
Diatas 70% halaman
terbangun
Tidak ada pembagian ruang
Diatas 6 orang/rumah
Semi permanen
Sebagian diplester
Jendela hanya satu
sisi untuk setiap
ruangnya
Sebagian halaman
tergenang, cepat surut
Antara 60-70%
halaman terbangun
Ada ruang serba guna,
R. Tamu = R. Tidur
Antara 4 s/d 6
Permanen
Seluruh lantai diplester
Ada jendela di kedua sisi
ruangnya
Tidak ada genangan
Kurang ari 60% halaman
terbangun
Ada pembagian ruang
Kurang dari 4
B. Prasarana Dasar
8. Air Bersih
9. Sanitasi/MCK
10. Sampah
Tidak ada sumur, Mandi
Cuci di Sungai
MCK di sungai, tidak ada
septictank / dibuang ke
sungai
Tidak ada tempat sampah,
sampah tidak terkelola
Tidak ada got
Tidak ada sumur,
Mandi Cuci sumur
bersama
Ada MCK
umum/ponten
Ada tempat sampah,
tidak terwat, terangkut
sebagian
Ada sumur pribadi untuk masak,
minum, mandi dan cuci
KM/WC ada pada tiap-tiap rumah
Tempat sampah ada di setiap
rumah dan selalu terangkut
Ada got, air got mengalir, bersih
Diperkeras, terawat
93
11. Drainase/got
12. Jalan Lingkungan
Tanah, tidak diperkeras,
becek
Ada got tetapi tidak
mencukupi
Diperkeras, tidak
terpelihara, rusak
Sumber : KIP Komprehensif II, 2003
a. Analisis Klasifikasi Kesesuaian Lahan (super impose)
Analisis klasifikasi kemampuan lahan dilakukan untuk mengidentifikasi
kesesuaian peruntukan lahan yang ada di sepanjang bantaran Sungai Cisadane
Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. Kemudian
untuk mengetahui kemampuan lahan pada wilayah penelitian dapat dilakukan
dengan cara teknik overlay peta yang diuraikan sebagai berikut :
Dalam mengklasifikasikan kemampuan lahan digunakan teknik overlay
peta dengan metode Ordinal Cobination With Gray Level (menggabungkan
peta penggunaan lahan yang terdiri dari beberapa faktor variabel pada setiap
satuan lahan) agar mempermudah dalam penentuan kelas-kelas kemampuan
lahan. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Memasukkan peta raster hasil gabungan dari peta topografi dan peta
tata guna lahan.
2. Pembagian segmen Satuan Penggunaan Lahan (SPL) berdasarkan peta
topografi dan peta tata guna lahan sehingga memudahkan dalam survey
kemampuan lahan di bantaran Sungai Cisadane.
3. Pengumpulan data atribut yang meliputi faktor tekstur tanah,
kecuraman lereng, kerusakan erosi, kedalaman tanah, serta kondisi
drainase.
4. Penyajian dalam bentuk peta klasifikasi kelas kemampuan lahan.
b. Analisis garis sempadan sungai menurut Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum No.63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai
• Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan
ditetapkan sekurang-kurangnya 5 meter disebelah luar sepanjang
kaki tanggul
94
• Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan
ditetapkan sekurang-kurangnya 3 meter disebelah luar sepanjang
kaki tanggul
• Garis sempadan sungai tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan
pada sungai besar ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter
sedangkan pada sungai kecil sekurang-kurangnya 50 meter dihitung
dari tepi sungai pada waktu yang ditetapkan.
• Untuk sungai yang tidak bertanggul dengan kedalaman tidak lebih
dari 3 meter, garis sempadan sungai ditetapkan sekuang-kurangnya
15 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu yang ditetapkan.
Tabel 2. 5 Kriteria Penetapan Garis Sempadan Sungai
Diluar kawasan perkotaan
Didalam kawasan perkotaan
No. Tipe Sungai Kriteria
Sempadan sekurang-kurangnya
Kriteria Sempadan sekurang-kurangnya
Pasal
1. Sungai bertanggul (diukur dari kaki tanggul sebelah luar
- 5 m 3 m Pasal
6
Sungai besar (luas DPS > 500 km2)
100 m Kedalaman
>20 m 30 m
Pasal 7 & 8
Kedalaman > 3 m – 20
m 15 m
Pasal 7 & 8
2. Sungai tak bertanggul
Sungai kecil (luas DPS < 500 km2)
50 m Kedalaman
sampai dengan 3 m
10 m Pasal 7 & 8
3.
Danau/waduk (diukr dari titik pasang tertinggi ke arah darat)
- 50 m - 50 m Pasal
10
4. Mata air (sekitar mata air)
- 200 m - 200 m Pasal
10
5.
Sungai yang terpengaruh pasang surut air laut (dari tepi sungai)
- 100 m - 100 m Pasal
10
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.63/PRT/1993
95
G. Perencanaan Pengamanan Bahaya Banjir
Sungai sebagai saluran pembuang terbentuk secara alamiah dan
berfungsi sebagai saluran penampung air hujan diatas permukaan bumi dan
mengalirkannya ke laut atau ke danau-danau. Disaat terjadinya hujan yang
lebat, sungai-sungai menampung volume air yang besar dan segera
mengalirkannya menuju laut atau danau-danau tersebut, kadang-kadang air
banjir meluap keluar sungai, karena volume air melebihi daya tampung
normalnya. Apabila banjir tidak begitu besar, maka gangguan terhadap
kehidupan penduduk tidak seberapa, tetapi banjir yang besar sering
menimbulkan kerusakan harta benda penduduk yang dilandanya. Seyogyanya
air sungai baik yang mengalir secara normal maupun yang mengalir dalam
bentuk banjir dapat diatur melalui perencanaan pengamanan bahaya banjir :
(Sosrodarsono, 1994:6)
1. Perencanaan perbaikan dan pengaturan sungai.
Dalam perencanaan perbaikan dan pengaturan sungai yang diutamakan
adalah konsep pengaliran sungai secara aman, guna mencegah
terjadinya luapan-luapan yang dapat menyebabkan terjadinya bencana
banjir. Dengan demikian usaha yang penting adalah membuat dan
kemudian mempertahankan penampang basah yang cukup memadai
sesuai dengan kapasitas pengaliran rencananya, yakni dengan konsep
pencegahan sedimentasi di dasar sungai dan mengatur alur sungai agar
senantiasa dalam keadaaan stabil.
Tujuan ini kiranya tidaklah mungkin dapat dicapai, apabila sedimen dan
daerah pegunungan memasuki alur sungai dalam jumlah yang besar.
Karenanya diperlukan adanya rencana pengendalian erosi yang
memadai dengan pembuatan: (Sosrodarsono, 1994:21-31)
� Bendung-bendung pengendalian pasir, guna mengendalikan
masuknya sedimen kedalam alur sungai utama. Bendung-
bendung penahan pasir berfungsi sebagai penampung dan
pengatur aliran yang masuk kedalam alur utama tersebut.
96
� Penanganan pertemuan sungai, apabila beberapa sungai yang
berbeda baik ukuran maupun sifatnya mengalir berdampingan
dan kemudian bertemu, maka pada titik pertemuannya dasarnya
akan berubah secara sangat intensif. Akibat perubahan-
perubahan tersebut, maka aliran banjir pada salah satu atau
semua sungai mungkin akan terhalang. Lebar sungai utama pada
pertemuan dengan anak sungai cenderung untuk bertambah,
sehingga sering membentuk gosong-gosong pasir dan merubah
arah arus sungai. Sehingga perbaikan yang dilakukan adalah
dengan pembuatan tanggul berpisah atau pada lokasi pertemuan
dua buah sungai diusahakan formasi pertemuannya membentuk
garis singgung.
� Sudetan. Pada ruas sungai yang belokan-belokannya sangat
tajam atau meandernya sangat kritis, maka tanggul yang akan
dibangun biasanya akan lebih panjang. Selain itu pada ruas
sungai yang demikian, gerusan pada belokan luar sangat
meningkat dan akan terjadi kerusakan tebing sungai yang
akhirnya mengancam kai tanggul. Sebaliknya pada belokan
dalamnya terjadi pengendapan yang intensif pula.
Jadi alur sungai menjadi lebih panjang dan dapat mengggangu
kelancaran aliran banjir. Guna mengurangi keadaan yang kurang
menguntungkan tersebut, maka pada ruas sungai tersebut perlu
dipertimbangkan pembuatan alur baru, agar pada ruas tersebut
alur sungai mendekati garis lurus dan lebih pendek. Saluran
baru semacam ini disebut sudetan.
2. Perencanaan pemanfaatan air.
Perencanaan pemanfaatan air adalah perencanaan untuk meningkatkan
kemampuan sungai dalam menyediakan air, khususnya di musim
kemarau, karena di musim kemarau sungai tidak dapat diandalkan
hanya pada resim hirologinya. Jadi air yang berlimpah-limpah di musim
hujan sebagian haruslah sementara ditampung dengan cara tertentu dan
97
dimanfaatkan pada saat diperlukan. Kadang-kadang pemanfaatan air
juga digunakan merencanakan pengurangan debit banjir sehingga
perencanaannya diadakan bersama-sama dengan perencanaan
pengendalian banjir dan menghasilkan rencana pengembangan sungai.
� Pengaturan air dengan waduk adalah menyimpan kelebihan air
banjir di musim hujan dan menyalurkannya kembali pada
musim kemarau. Cara ini biasanya dikaitkan pula dengan
rencana pengendalian banjir, jadi merupakan waduk yang
bersifat serba guna.
� Pengembangan danau alam. Danau adalah waduk alam yang
berfungsi sebagai sumber air ilmiah. Guna lebih meningkatkan
fungsi danau tersebut, maka daya tampungnya dapat
ditingkatkan dengan membangun bendung gerak dimulut danau
tersebut yang berfungsi pula sebagai bangunan sadap. Dalam
rangka pemanfaatan air danau ini, harus pulalah diperhatikan
kemungkinan pemanfaatan lainnya seperti perikanan dan
pengamanan terhadap luapan banjir disekeliling danau, drainase
ditempat-tempat yang rendah dan menjaga agar kualitas air
tidak menurun.
Apabila pemanfataan air didaerah pengaliran ditingkatkan, maka perlu
diperhatikan pula kemungkinan mempersiapkan daerah rekreasi yang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara bebas.
3. Perbaikan lingkungan sungai.
Perbaikan lingkungan sungai akan bertambah penting setelah
dilaksanakan kegiatan perbaikan dan pengaturan sungai serta
pengembangan sungai yang disebabkan jumlah penduduk dan
peningkatan harta benda milik masyarakat di daerah pengaliran sungai
tersebut. inti dari perbaikan lingkungan sungai ini meliputi konservasi
kualitas air sungai serta konservasi dan pengaturan sungai menjadi
ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi
penduduk kota. Dengan terjadinya penambahan jumlah penduduk yang
98
disebabkan oleh urbanisasi, maka daerah-daerah pusat pemukiman
kualitas air semakin menurun. Hal ini menimbulkan pengaruh yang
tidak didinginkan terhadap sumber air dan lingkungan sekitarnya. Oleh
sebab itu kualitas air harus dipelihara agar tidak menurun melampaui
batas-batas yang diizinkan. Karena itu perbaikan sistem pembuangan
air kotor dan pembuangan limbah industri pada dasarnya diperlukan
dan bersamaan dengan itu pula dipertimbangkan pengamanan terhadap
sungainya sendiri seperti perbaikan hidrologi, pembersihan air buangan
yang akan dialirkan ke sungai dan pengerukan lumpur.
4. Eksploitasi dan pemeliharaan sungai-sungai yang sudah ditangani dan
semua bangunan yang sudah dibangun, agar bangunan-bangunan
tersebut senantiasa dalam keadaan lestari dan dapat berfungsi selama
umur efektifnya.
Perencanaan pengamanan terhadap banjir disebut juga perencanaan
pengendalian banjir yang akan digunakan sebagai landasan yang penting dalam
menetapkan berbagai pekerjaan sipil yang seharusnya dilaksanakan dalam
rangka usaha pengamanan terhadap banjir tersebut. pekerjaan-pekerjaan poko
dalam rangka pengamanan banjir dapat dibagi menjadi : (Sosrodarsono,
1985:7-8)
� Pembangunan sistem pengamanan dan pengendalian banjir.
� Pekerjaan non sipil.
Pekerjaan sipil adalah usaha pencegahan bahaya banjir dengan suatu
sistem pengamanan banjir yang terdiri dari tanggul, normalisasi sungai
termasuk sudetan dan lain-lain dengan sutau sistem pengendalian banjir yang
terdiri dari retarding basin, waduk pengendalian banjir dan lain-lain. Kadang-
kadang kedua sistem tersebut digabung menjadi satu kesatuan. Sebaliknya
pekerjaan non sipil adalh usaha pencegahan banjir dengan pengaturan-
pengaturan yang dilandasi undang-undang, guna mengurangi tingkat kerugian
yang mungkin terjadi. Apabila terjadi banjir antara lain dengan menggunakan
pengaturan penggunaan tanah didaerah bantaran sungai, mendirikan bangunan
yang tanah terhadap genangan air, asuransi banjir, dan kegiatan-kegiatan
99
pengamanan terhadap kemungkinan terjadinya bencana banjir (Sosrodarsono,
1985:8).
Pekerjaan sipil sepenuhnya akan mampu menjamin pencegahan
bencana banjir pada tingkat dibawah banjir rencananya, akan tetapi tidak akan
mampu mencegah banjir besar yang melampaui debir banjir rencana tersebut,
yang menyebabkan rusaknya sistem pengamanan dan pengendalian banjir dan
terjadilan bencana banjir yang biasanya cukup besar. Sebaliknya pekerjaan non
sipil adalah usaha-usaha guna mengurangi kerusakan sampai pada tingkat yang
paling minimum dengan mengarahkan genangan-genangan pada daerah yang
tidak penting, mengadakan usaha-usaha pemberitahuan dini dan mencegah
terjadinya tanah longsor (Sosrodarsono, 1985:8).
H. Pencegahan Erosi Pada Lereng Sungai
Pada dinding hulu suatu lembah, air permukaan atau air rembesan
berkumpul pada bagian hulu dinding tersebut. Kemudian mengalir menggerus
lereng-lereng dan terjadi erosi alur yang bergerak ke arah hulu. Selanjutnya
dengan adanya aliran air yang terus-menerus, maka dasar alur-alur yang terjadi
akan terus-menerus turun. Sehingga lereng dikanan kiri alur tersebut menjadi
semakin labil dan secara keseluruhan lereng dinding hulu lembah menjadi labil
pula (Sosrodarsono, 1985:336).
Tetapi pada dinding-dinding kanan kiri lembah, karena daerah
pengalirannya kecil, erosi alur hampir tidak dapat terjadi. Walaupun demikian
erosi permukaan selalu akan terjadi akibat hempasan-hempasan titik-titik air
hujan yang menimpa dinding-dinding lembah dan sedimern bergerak secara
lambat menuju kaki-kaki dinding-dinding tersebut untuk kemudian memasuki
lembah. Maka parit-parit erosi terbentuk pada permukaan dinding-dinding
lembah dan proses tersebut dinamakan erosi permukaan (surface erostion).
Walaupun dari proses erosi permukaan tersebut tidak terlalu banyak
mengahasilkan sedimen, akan tetapi proses erosi itu sendiri, baik yang
berbentuk erosi permukaan maupun erosi alur akan merusak dan
menghanyutkan tanaman yang baru mulai tumbuh. Lebih-lebih pada proses
erosi alur yang semakin lama semakin dalam yang diikuti dengan runtuhnya
100
tebing-tebing di kanan kiri alur akan merusak bangunan yang ada diatasnya.
Karenanya untuk menghindari terjadinya kerusakan-kerusakan yang lebih
parah pada lereng-lereng tersebut, maka proses erosi tersebut haruslah sedini
mungkin dikendalikan (Sosrodarsono, 1985:336).
Konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukannya dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi
kerusakan tanah.konservasi tanah mempunyai hubungan yang erat dengan
konservasi air. Jadi pekerjaan pengendalian erosi pada lereng-lereng diperlukan
untuk mengendalikan timbulnya berbagai erosi dengan cara sebagai berikut :
(Sosrodarsono, 1985:336)
1. Membuat lereng-lereng menjadi lebih landai dari kemiringan kritisnya.
2. Mencegah terbentuknya proses erosi alur dengan memperpendek lereng
dan mengurangi kedalaman alur-alur erosi.
3. Meningkatkan daya tahan lereng terhadap terpaan titik-titik hujan dan
terhadap daya tarik aliran air dengan uasaha penanaman tumbuh-
tumbuhan penutup.
3. 5.2 Metode Analisa Evaluatif
Data yang di analisis adalah jenis gejala dan masalah yang bersifat
kualitatif. Ketentuan analisanya didasarkan atas logika dan hukum logika untuk
numeric kesimpulan hasil penelitian secara logis (Sumaatmadja:1988). Dalam
metodelogi penelitian kualitatif tidak ada prosedur standart tentang bagaimana
membuat data-data yang terkumpul cukup tinggi akurasinya.
Informasi yang dituangkan dalam bentuk gambar, bagian diagram dan
peta sangat membantu analisa kualitatif. Analisa perbandingan relasi, interelasi
dan interaksi, dilakukan berdasarkan kategori-kategori kualitatif data, fakta dan
kenyataan yang terkumpul. Hasil analisa yang berupa model-model verbal
yang bersifat kualitatif (Nursid:hal 144).
Metode ini di gunakan untuk menganalisa variable-variabel yang
ditemukan untuk membantu memecahkan masalah pendorong timbulnya
pemukiman kumuh di KelurahanKebon Pedes.
101
A. Metode analisis faktor
Analsis faktor dilakukan untuk mengetahui faktor – faktor penyebab
ketidak sesuaian dalam pemaanfatan ruang dan pengendalian pada lokasi
penelitian dan presepsi masyarakatserta penegak hukum.
A. Statistik yang dipergunakan dalam penelitian.
Statistik yang dipergunakan dalam analsis faktor pada penelitian ini
adalah analsisi Kaiser – Mayer – Olkin (KMO) Measure Of Sampling
adeguacy dengan bantuan SPSS 13.0 for Windows. KMO adalah suatu
indeks yan dipergunakan untuk meneliti ketepatan analisis faktor.
B. Tahapan analisis faktor
Langakah analisis faktor dalam penelitian dapat dilihat pada gambar 3.2
Gambar. 3.2 Tahapan Analsis Faktor
1. Merumuskan masalah
Rumusan masalah meliputi beberapa hal ;
a. Tujuan analisis faktor dalam penelitian adalah menetukan faktor –
faktor penyebab terjadinya ketidaksesuaian dalam pemaanfatan
ruang dan pengendalian paa lokasi penelitian.
b. Pengukuran variabel berdasarkan likert
Mengingat input data yang diukur merupakan presepsi responden
masyarakat di lokasi penelitia sebanyak 97 Unit Bangunan berupa
pertanyaan yang diajukan skala likert yang dipergunakan
Rumusan masalah
Bentuk matriks kolerasi
Tentukan metode analisis faktor
Penentuan banyaknya faktor
Lakukan rotasi
Kenamaan faktor
102
dijabarkan menjadi indikator variabel bebentuk pertanyaan.
Jawaban setiap pertanyaan yang diajukan memiliki gradiasi dari
tertinggi sampai pada terendah. Banyaknya gradiasi dalam setiap
variabel pada penelitian ini didasarkan pada dalil Strogert yang
dirumuskan sebagai berikut :
Lebih jelasnya skala likert untuk setiap variabel ketidaksesuaian
dalam pemaanfaatan ruang dan pengendalian dapat dilihat pada
tabel 3.4
Tabel 3. 4 Skala Likert yang di Pergunakan Dalam Penelitian
Skala Likert Keterangan
1 Sangat tidak setuju
2 Tidak setuju
3 Ragu – ragu
4 Setuju
5 Sangat setuju
2. Menentukan bentuk matrik kolerasi
Proses analisis didasarkan pada matrik kolerasi agar variabel
pendalaman yang berguna bisa diperoleh di penelitian ini agar
analisis faktor bisa tepat digunakan maka variabel – variabel yang
akan di analisis harus berkolerasi. Adapun matrik kolerasi dapat
dilihat pada tabel 3.5
Tabel 3.5 Matrik Kolerasi
Variabel X1 X5 X6 X9
X1
X5
K = 1+ 3,3 log n K = 1+ 3,3 (log 86) K = 1+ 3,3 (1,934) K = 7,38 ~ 7
(3-4)
103
X6
X9
3. Menentukan metode analisis faktor
Metode yang dipergunakan dalam analisis faktor pada penelitian
yaitu principal component analysis
4. Penentuan banyak faktor
Kriteria yang dipergunakan untuk menetukan banyaknya faktor
dalam penelitian yaitu :
a. Akar ciri (eigenvalues)
b. Presentase keragaman (presentage of variances)
c. Scree plot
5. Melakukan rotasi
Metode rotasi yang digunakan adalah varimax procedure. Proses ini
merupakan metode ortogonal yang berusaha meminimalkan
banyaknya variabel dengan muatan tinggi pada suatu faktor, dengan
demikian memudahkan pembuatan interprestasi.
6. Menginterprestasikan faktor
Interprestasi faktor dapat dilihat pada output SPSS melalui Total
Variance Explained yang menunjukan kemampuan faktor – faktor
yang digunakan dalam menjelaskan suatu defenisi atau variabel dan
component matrix yang diperlihatkan faktor – faktor dimensi yang
merupakan faktor dalam suatu variabel.
B. Analisis Akar Masalah
Teknik analisis masalah sering disebut sebagai analisis akar masalah
atau pohon masalah karena melalui teknik ini, dapat dilihat “akar” dari suatu
masalah. Hasil dari teknik ini kadang-kadang mirip pohon dengan akar banyak.
Analisis akar masalah sering dipakai dengan masyarakat karena sangat visual
dan dapat melibatkan banyak orang dengan waktu yang sama. Teknik ini dapat
dipakai dengan situasi yang berbeda, tetapi lebih penting dari itu, dapat dipakai
dimana saja ada masalah tetapi penyebab masalah tersebut kurang jelas.
104
Melalui teknik ini, orang yang terlibat dalam pemecahan suatu masalah
dapat melihat penyebab yang sebenarnya, yang mungkin belum bisa dilihat jika
masalah hanya dapat dilihat secara sepintas. Teknik analisis akar masalah dapat
melibatkan orang setempat yang mengerti secara mendalam tentang masalah
yang ada. Analisis akar masalah bertujuan untuk mengetahui masalah-masalah
utama pada permukiman Kelurahan Kebon Pedes di Sub DAS Cisadane yang
mengakibatkan permukiman kumuh. Untuk menganalisanya dilakukan dengan
meninjau ulang analisis-analisis sebelumnya. Dari permasalahan yang ada pada
permukiman Kelurahan Kebon Pedes akan ditarik masalah utama dan
penyebab masalah untuk mendapat pemecahan masalah pada pembahasan
selanjutnya.
105
Gambar 3.3 Diagram Analisis
Karakteristik Permukiman Kelurahan Kebon Pedes di Sub Bantaran Sungai
Cisadane Analisis Karakter Sosial Ekonomi Masyarakat Analisis Struktur Bangunan Analisis Sarana dan Prasarana Kondisi Fisik Sungai Cisadane Frekuensi Curah Hujan Sungai Cisadane Kapasitas Debit Air Sungai Cisadane Klasifikasi lahan
Analisis Penilaian Kondisi Permukiman Kumuh dengan Nilai Pembobotan
(Standart KIP)
Analisis Aspek Kerawanan Bencana Super Impose Garis Sempadan Bangunan
Analisis Faktor yang Berpengaruh Pada Arahan Penataan Permukiman di
Kelurahan Kebon Pedes)
Prsepsi Penghuni dan ahli yang Menyebabkan Kekumuhan Akar Masalah
Penataan Permukiman Kelurahan Kebon Pedes di Sub DAS CIsadane
Penataan Prasarana sarana lingkungan Penataan Bangunan Penanganan Bencana Penataan Non Fisk
INPUT PROSES
OUTPUT
106
Tabel 3.6 Desain Survey
No Tujuan Variabel Sub Variabel Data Sumber Data Metode Survey
Metode Analisis Output
� Karakteristik Sosial ekonomi
� Tingkat pendidikan
� Jenis pekerjaan � Tingkat
pendapatan � Aktivitas
masyarakat di wilayah Sungai Cisadane
� Kualitas dan Kuantitas SDM
� Aktivitas masyarakat
� Mayoritas mata pencaharian masyarakat
� Kemampuan masyarakat dalam mencukupi kebutuhan
� Analisis deskriptif (Analisis terhadap karakteristik sosial ekonomi)
1. Mengidentifikasi tingkat kekumuhan kawasan permukiman di Sub Daerah Aliran Sungai Cisadane Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor
� Karaktristik Stuktur Bangunan
� Klasifikasi luasan bangunan
� Intensitas banguann
� Pencahayaan � Penghawaan � Struktur
bangunan � Lantai bangunan
� Mayoritas besar bangunan rumah
� KDB, KLB, GSB � Ada tidaknya
ventilasi baik udara maupun cahaya disuatu rumah
� Kondisi suhu udara dalam rumah
� Struktur bangunan meliputi atap, dinding bangunan rumah masyarakat
� Lantai rumah apakah masih berupa tanah ataukah sudah diperkeras
� Masyarakat Permukiman Sub Sungai Cisadane
� Survei primer (kuisoner) dan observasi
� Analisis deskriptif (Analisis terhadap struktur bangunan)
� Teridentifikasinya lingkungan permukiman yang ada di bantaran Sungai Cisadane Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor dinyatakan sebagai daerah permukiman kumuh.
107
No Tujuan Variabel Sub Variabel Data Sumber Data Metode Survey
Metode Analisis Output
� Karakteristik sarana
� Perdagangan � Jasa � Peribadatan � Pendidikan � Kesehatan � Jalan
� Persebaran dan tingkat pelayanan
� Karakteristik prasarana
� Air bersih � Sanitasi
lingkungan � Persampahan � Jalan � Drainase
� Kebutuhan air bersih
� Kepemilikan MCK dan septic tank
� Tingkat pelayanan pembuangan sampah
� Tingkat pelayanan jalan
� Kondisi drainase
� Analisis deskriptif (Analisis persebaran sarana, analisis jaringan air bersih, analisis sanitasi dan sampah, serta analisis jaringan jalan)
� Karaktristik fisik sungai
� Morfologi Sungai Cisadane
� Kondisi topografi
� Debit Sungai Cisadane
� RTRW Kota Bogor � Master Plan
Drainase Kota Bogor
� Bappeda Kota Bogor
� Survei sekunder
� Analisis deskriptif (Analisis karaktristik Sungai Cisadane)
2. Mengidentifikasi Karakteristik Sub Daerah Aliran Sungai Cisadane Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor.
� Frekuensi Curah Hujan
� Kapasitas Debita Air Sungai Cisadane
� Karakter lahan � Menentukan
Curah Hujan � Mengetahui
Debit Andalan
� Data debit Sungai Cisadane rata – rata setengah bulanan
� Debita Andalan Sungai Cisadane
� Master Plan Drainase Kota Bogor
� PSDA � Dinas
Pengairan
� Survei sekunder
� Survei primer (observasi)
� Analisis deskriptif evaluatif (Analisis Perhitingan Debit rata – rata dan Debit Andalan)
� Teridentifikasinya elevasi muka air ketika terjadi banjir serta dapat diketahui kemampuan Sungai Cisadane dalam menampung kapasitas debit banjir terhadap bangunan di Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor sehingga dapat diketahui aliran sungai Cisadane.
108
No Tujuan Variabel Sub Variabel Data Sumber Data Metode Survey
Metode Analisis Output
3. Memberikan alternatif arahan penataan permukiman di Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor.
� Kondisi Fisik Permukiman
� Kondisi Non Fisik Permukiman
� Perdagangan � Jasa � Peribadatan � Pendidikan � Kesehatan � Jalan � Air bersih � Sanitasi
lingkungan � Persampahan � Jalan � Drainase � Tingkat
pendidikan � Jenis pekerjaan � Tingkat
pendapatan � Aktivitas
masyarakat di wilayah Sungai Cisadane
� Hasil analisis Deskriftif
� Masyarakat Permukiman Kelurahan Kebon Pedes
� Survei sekunder
� Survei primer (observasi)
� Analisi Evaluatif (analsis faktor, analisi potensi maslah dan akar masalah)
� Memberikan alternatif arahan penataan di Sub DAS Cisadane Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor.
79