bab 3 metode penelitianrepository.ub.ac.id/139468/4/bab_3_metode_penelitian.pdf · 82 bab iii...

28
82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES OUT PUT Rumusan masalah Pengumpulan data (survey primer) Observasi kemampuan lahan di sepanjang Sub Sungai Cisadane Kelurahan Kebon Pedes Wawancara dan kuisoner dilakukan terhadap masyarakat yang berada di bantaran Sungai Cisadane di Kelurahan Kebon Pedes serta intansi yang terkait Foto Mapping Kondisi permukiman di bantaran Sub Sungai Cisadane Telaah Kepustakaan Pengumpulan data (survey sekunder) RTRW Kota Bogor Master plan Drainase Kota Bogor Peta administrasi Kota Bogor Peta TGL Kota Bogor Peta topografi Kota Bogor Peta garis 1:1000 Peta DAS Cisadane Hulu Data debit Sungai Cisadane Dimensi Sungai Cisadane ANALISIS Analisis tingkat kekumuhan permukiman Analisis Karakteristik Sub Sungai Cisadane Analisis aspek kerawanan bencana Analisis Faktor (Arahan Penataan) Analisis tingkat kekumuhan permukiman Permukiman kumuh Karakteristik social ekonomi Sarana dan prasaran Analisis Karakteristik Sub Sungai Cisadane Frekuensi Curah Hujan Sungai Cisadane Kapasitas Debita Air Sungai Cisadane Klasifikasi Lahan Analisis aspek kerawanan bencana Super impose Topografi Potensi Erosi Potensi banjir Kondisi Drainase Konsep Arahan penataan permukiman di sepanjang Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Analisis Faktor Faktor yang berpengaruh pada arahan penataan permukiman Fisik dan Non Fisik Akar Masalah

Upload: others

Post on 18-Jan-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

82

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tahapan Penelitian

Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian

INPUT

PROSES

OUT PUT

Rumusan masalah

Pengumpulan data (survey primer)

� Observasi kemampuan lahan di sepanjang Sub Sungai Cisadane Kelurahan Kebon Pedes

� Wawancara dan kuisoner dilakukan terhadap masyarakat yang berada di bantaran Sungai Cisadane di Kelurahan Kebon Pedes serta intansi yang terkait

� Foto Mapping

Kondisi permukiman di bantaran Sub Sungai Cisadane

Telaah Kepustakaan

Pengumpulan data (survey sekunder)

� RTRW Kota Bogor � Master plan Drainase Kota Bogor � Peta administrasi Kota Bogor � Peta TGL Kota Bogor � Peta topografi Kota Bogor � Peta garis 1:1000 � Peta DAS Cisadane Hulu � Data debit Sungai Cisadane � Dimensi Sungai Cisadane

ANALISIS � Analisis tingkat kekumuhan permukiman � Analisis Karakteristik Sub Sungai Cisadane � Analisis aspek kerawanan bencana � Analisis Faktor (Arahan Penataan)

Analisis tingkat kekumuhan permukiman

� Permukiman kumuh Karakteristik social ekonomi

� Sarana dan prasaran

Analisis Karakteristik Sub Sungai Cisadane

� Frekuensi Curah Hujan Sungai Cisadane

� Kapasitas Debita Air Sungai Cisadane

� Klasifikasi Lahan

Analisis aspek kerawanan bencana

� Super impose Topografi Potensi Erosi Potensi banjir Kondisi Drainase

Konsep Arahan penataan permukiman di sepanjang Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Analisis Faktor � Faktor yang berpengaruh

pada arahan penataan permukiman Fisik dan Non Fisik

� Akar Masalah

Page 2: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

83

3.2. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang dipergunakan adalah penulisan deskriptif.

Bentuk penelitian deskriptif berusaha untuk menguraikan secara menyeluruh

dan teliti tentang suatu keadaan, dengan tujuan menguraikan karakteristik suatu

keadaan, mengidentifikasikan masalah-masalah dan berusaha untuk

menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data.

Penelitian ini mengumpulkan atau mencari informasi mengenai kondisi

permukiman yang ada di DAS Cisadane yang kemudian menganalisis kondisi

yang ada nantinya akan digunakan sebagai arahan rencana penataan

permukiman yang ada di DAS Cisadane.

3.3. Tahapan-Tahapan Penelitian

Tahapan – tahapan yang dilakukan dalam penelitian di RW 01, RW 06,

RW 10, RW 11, RW 12 dan RW 13 di Kelurahan Kebon Pedes antara lain

sebagai berikut :

A. Pengamatan Pendahuluan

Mengetahui gambaran awal keadaan masyarakat sebagai masukan bagi

pembuatan perencanaan. Pengamatan tersebut yaitu dengan mencari data lokasi

serta mengamati keadaan dan wawancara dengan aparatur pemerintahan pada

wilayah studi yaitu aparat pemerintahan di Kelurahan Kebon Pedes. Setelah itu

menyiapkan surat ijin yang diperlukan dalam penelitian selanjutnya.

B. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapangan, penyebaran

kuisioner pada sampel, wawancara dan survei instansi.

C. Analisis Data

Data yang telah dilakukan kemudian dianalisis sesuai dengan metode

analisis yang digunakan. Dalam studi ini akan dilakukan analisis karakteristik

pemukiman di Sub DAS Cisadane Kelurahan Kebon Pedes Kota Bogor.

Analisis karakteristik ini akan diperoleh dari jawaban kuisioner dan observasi

di lapangan.

Page 3: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

84

D. Perencanaan

Dari hasil analisis akan muncul rencana – rencana program penataan

yang telah terpilih. Rencana resettlement tersebut disesuaikan dengan aspirasi

dan di cross checkkan dengan kondisi yang ada sekarang. Aspirasi masyarakat

yang dijaring melalui kuisioner belum tentu bisa diterapkan, karena ada

beberapa faktor yang mengakibatkan pilihan tersebut susah sekali untuk

diwujudkan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam studi ini meliputi:

1. Survei Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati

dan dicatat untuk pertama kalinya (Marzuki, 1983:55). Jenis data yang

diperoleh secara langsung ini adalah data yang berupa subyek atau obyek fisik

yang diamati langsung oleh peneliti. Untuk memperoleh data primer dapat

dilakukan beberapa teknik pengambilan data yaitu ;

◘ Observasi Lapang

Pengumpulan data melalui survey lapang yaitu melihat secara

langsung lokasi studi mengenai :

� Melihat fisik lingkungan permukiman setempat

� Mengadakan pendataan/setting pada lokasi yang diteliti

� Mengadakan pemotretan pada bagian-bagian yang penting

� Mengadakan tanya jawab dengan penduduk setempat dengan

membuat daftar isian/kuisioner

◘ Kuisioner

Kuisioner adalah salah satu alat pengambilan data secara

langsung dari responden. Responden akan diberikan kuisioner yang

berisi pertanyaan-pertanyaan yang sudah disediakan jawabannya

Page 4: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

85

(kuisioner tertutup) mengingat responden adalah penduduk bantaran

yang masih minim tingkat pendidikannya.

◘ Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui pendapat, persepsi maupun

opini tentang semua yang berhubungan dengan kawasan permukiman seperti

kondisi sosial, ekonomi dan fisik untuk kemudian di cross check dengan data

sekunder. Wawancara dilakukan ke penduduk yang menjadi panutan atau

mempunyai wawasan yang luas dan benar-benar mengerti tentang wilayah

studi seperti ketua RW, ketua RT, masyarakat lainnya. Wawancara dilakukan

kepada pihak Kelurahan Kebon Pedes, Ketua RW (karena terdiri dari 13 RW

maka dilakukan pada 13 Ketua RW), Ketua RT yang dapat memberikan

gambaran secara umum mengenai keadaan masyarakat setempat yang nantinya

dapat digunakan sebagai pertimbangan ataupun asumsi dalam analisa lebih

lanjut.

2. Survei Sekunder

Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri

pengumpulannya oleh peneliti atau data yang berasal dari tangan kedua, ketiga

dan seterusnya (Marzuki,1983:56). Data sekunder dapat diperoleh dari instansi

pemerintah/swasta, studi literatur, makalah-makalah seminar dan informasi

dari media cetak dan elektronik yang berhubungan dengan materi penelitian.

◘ Survey Instansi

Pengumpulan data-data sekunder dari instansi pemerintah yaitu

Bappeda Kota Bogor, Kecamatan Tanah Sareal dan Kelurahan

Kebon Pedes serta Dinas lain seperti Kimpraswil, BPN, Dinas

Pengairan, BP DAS Cisadane - Ciliwung.

◘ Studi Literatur

Studi literatur/kepustakaan dilakukan untuk menghimpun

pengetahuan dan informasi dari berbagai buku, hasil penelitian,

artikel-artikel baik internet dan media massa maupun thesis. Studi

literatur ini nantinya akan berguna pada saat pemberian dasar-dasar

Page 5: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

86

pertimbangan dalam penelitian parameter kualitas lingkungan pada

tahap awal analisa.

Kondisi suatu lingkungan permukiman sesuai dengan indikator-

indikator aspek lingkungan dapat diperoleh dari berbagai sumber.

Sumber pertama adalah data primer yang didapat dari hasil

pengamatan di lapangan. Sumber lain yang tidak diamati diperoleh

dari data sekunder dari instansi-instansi yang berhubungan dengan

aspek-aspek lingkungan seperti laporan-laporan kelurahan

(monografi kelurahan atau desa), monografi kecamatan, dan data

lain yang sesuai.

Data-data yang dibutuhkan pada studi ini dapt dilihat pada tabel desain

survey (tabel 3.3).

3.4.1 Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian akan disebarkan kuisioner ke penduduk untuk

mendapatkan data yang sesuai dengan kondisi real di lapangan kerena

keterbatasan waktu dan dana tidak memungkinkan untuk disebar ke seluruh

penduduk. Oleh karena itu akan diambil beberapa responden sebagai sampel

yang nantinya dapat mewakili seluruh penduduk di wilayah studi. Dalam

menentukan jumlah sampel akan dihitung dengan rumus (Slove, dalam

Conselo G. Sevilla, 1993), sebagai berikut :

n = N

N (d2) + 1

Dimana :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = derajat kepercayaan 10 %

Pada wilayah studi jumlah bangunan adalah 4156, dengan derajat kepercayaan

10 % maka didapatkan jumlah sampel sebesar 97 sampel. Pengambilan sampel

dilakukan dengan cara pembagian blok sesuai dengan tipologi keadaan

permukiman kumuh (Kondisi fisik, kondisi ekonomi, penyebab kumuh)

Page 6: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

87

Setelah diperoleh jumlah sampel sebagai wakil dari populasi

langkah selanjutnya adalah pengambilan sampel. Metode pengambilan sampel

yang digunakan adalah metode proportional sample dan accidental sampling

yaitu pemilihan subyek sampel dengan cara sembarang, mengingat jumlah

sampel yang besar dan wilayah studi untuk pengambilan sampel sangat luas.

Setelah sampel diketahui akan diberikan kuisioner yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang sudah disediakan jawabannya. Masyarakat yang

menjadi responden tinggal mengisikan kuisioner tersebut.

Tabel 3. 1 Sampel Yang Akan Diambil

No. Blok Lokasi Jumlah

Bangunan Presentase

(%) Sampel

1. Blok 01 Sempadan Sungai Cisadane 478 12 12 2. Blok 02 RW 01, RW 03, RW 04, RW 06 858 22 22 3. Blok 03 RW 10 435 10 10 4. Blok 04 RW 12 253 6 6 5. Blok 05 RW 09 270 6 6 6. Blok 06 RW 02, RW 07, RW 08 454 11 10 7. Blok 07 RW 05, RW 11, RW 13 765 18 18 8. Blok 08 Semapadan Rel Kreta Api 643 15 13

Total 4156 100 97 Sumber : Hasil Perhitungan berdasarkan Peta Garis 1:1000 Tahun 2007

3.5 Metode Analisis Data

Penelitian secara umum akan menggunkan metode analisis kualitatif

dan kuantitatif. Dalam metode analisis kualitatif akan menjabarkan atau

menggambarkan keadaan dari obyek penelitian melalui uraian-uraian serta

penggambaran lainnya (diagram/bagan alir, peta, foto dan lain-lain).

Sedangkan metode analisis kuantitatif dilakukan dengan menyajikan data

dalam bentuk prosentase dalam tabel atau grafik. Teknik analisis data yang

dilakukan dengan tema penelitian ini antara lain:

3.5.1. Metode Analisis Deskriptif

Analisis identitas kawasan ini adalah metode yang digunakan untuk

melakukan kajian sesuai dengan salah satu identifikasi permasalahan yang

telah dibahas pada bab terdahulu, yakni dilakukan dengan menggunakan

pendekatan deskriptif, yakni menjelaskan kondisi-kondisi struktur identitas

Page 7: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

88

pada kawasan pada saat ini, untuk kemudian dilakukan penilaian sesuai dengan

pendekatan teori yang digunakan.

1. Karakteristi Permukiman Kelurahan Kebon Pedes disub DAS Cisadane

a. Analisis Karakteristik Sosial Ekonomi � Tingkat pendidikan. Yaitu untuk mengetahui seberapa banyak

pengetahuan masyarakat ditinjau dari pendidikannya atau kualitas

SDM.

� Jenis pekerjaan digunakan untuk mengetahui mayoritas mata

pencaharian masyarakat di bantaran Sungai Cisadane.

� Tingkat pendapatan digunakan untuk mengetahui kemampuan

masyarakat dalam mencukupi segala kebutuhannya.

Dalam penelitian ini akan diketahui adanya kecenderungan

karakterestik dinamika masyarakat terhadap aspek ekonomi sebagai dasar

adanya arahan adanya relokasi bangunan yang ada di bantaran Sungai Cisadane

agar terhindar dari bahaya banjir dan longsor.

b. Analisis Struktur Bangunan � Klasifikasi luas

� Intensitas bangunan (KDB, KLB,TLB)

� Pencahayaan bangunan

� Penghawaan bangunan

� Struktur banguna

� Lantai bangunan

Dalam penelitian ini akan diketahui karakteristik mengenai struktur

bangunan yang termasuk dalam penilaian kondisi permukiman kumuh di

Kelurahan Kebon Pedes

c. Analisis Karakteristik Sarana dan Prasarana

Karakteristik utilitas akan menggambarkan kondisi dan tingkat

pelayanan prasarana yang ada di lokasi penelitian ditinjau dari aspek :

Page 8: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

89

� Sarana yang meliputi pola persebaran dan tingkat pelayanan antara

lain perdagangan, jasa, peribadatan, pendidikan, kesehatan dan

pemerintahan.

� Air bersih yaitu darimana penduduk mendapatkan air bersih untuk

keperluan memasak dan MCK.

� Sanitasi lingkungan yang meliputi keberadaan kamar mandi dalam

hunian, kelengkapan fasilitas jamban keluarga (ada tidaknya septic

tank) serta kegiatan sanitasi lain (mencuci dan membuang hajat)

yang dilakukan oleh penduduk di lokasi penelitian.

� Persampahan yaitu berapa besar tingkat pelayanan pembuangan

sampah penduduk.

d. Karakteristik Daerah Aliran Sub Sungai Cisadane

� Kondisi Fisik Sungai Cisadane

Kondisi fisik Sungai Cisadane yang sesuai dengan datapada wilayah

penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut :

o Morfologi Sungai Cisadane yang ada di dalam Kota Bogor pada

wilayah penelitian

o Debit air Sungai Cisadane Maksimal, rata – rata, dan minimal debit air

sungai

� Frekuensi Curah Hujan Sungai Cisadane

Pertumbuhan penduduk yang pesat berpadu dengan pengelolaan

sumberdaya yang kurang efektif sehingga dapat menyebabkan timbulnya

banjir di sepanjang aliran Sungai Cisadane. Daerah hulu sungai yang

seharusnya berupa hutan yang berfungsi sebagai tangkapan kelebihan air

sudah diubah menjadi padang rumput atau menjadi lahan pertanian,

sehingga lembah penampung air itu menjadi jauh berkurang dayanya untuk

menahan air yang datang. Tanah yang kini tidak lagi terikat oleh akar-akar

pepohonan jadi mudah longsor, menambah resiko bencana ganda dan

tebing-tebing sungai yang dahulu dipenuhi tumbuhan sebagai pengaman

daerah sekitarnya telah gundul menyebabkan tanah erosi dan longsor,

Page 9: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

90

sehingga air sungai lebih mudah mengalir ke arah yang tingginya sama atau

lebih rendah dari sungai. Banjirpun menjadi makin sering, makin

mendadak dan makin parah dampaknya.

dapat dipakai hitungan tinggi rata rata dengan analisa curah hujan

didapatkan, mengambil nilai rata rata hitung (arithmetic mean) atau

pengukuran hujan dengan memakai pos penakar hujan didalam areal

tersebut ;

Dengan persamaan.

n

RnRRRR

++++⇒

............321

Dimana;

R = Tinggi curah hujan rata rata

R1,R2,R3..Rn = tinggi curah Hujan Pada pos penakar

N = jumlah pos penakar hujan

� Kapasitas Debit Air Sungai Cisadane

Kapasitas debit air Sungai Cisadane dilakukan dengan cara pengukuran

dilapangan yaitu di lokasi yang pernah terjadi banjir dan pada stasiun

kontrol pengamatan yang direncanakan. Data pengukuran Sungai Cisadane

diperoleh dari PSDA sehingga dapat diketahui debit, bentuk aliran, serta

luas .

5

nanDebitAndal ⇒

� Klasifikasi lahan

Klasifikasi lahan juga memiliki klasifikasi yang dalam penentuannya

menggunakan metode pemberian bobot pada klasifikasi kemampuan lahan

dengan melakukan pengamatan pada peta. Satuan klasifikasi lahan yang

dianalisis meliputi aspek-aspek geologi umum, daya dukung tanah,

morfologi tanah, serta aspek bencana alam

Page 10: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

91

II. Analisis Penilaian Kondisi Permukiman dengan Nilai Pembobotan

Permukiman kumuh yang ada di Kelurahan Kebon Pedes dapat dianalisa

tentang tingakat kekumuhan permukiman kumuh itu sendiri melalui

penilaian – penilaian yang meyangkut kondisi fisik (rumah), kondisi

prasarana dasar lingkungan, aspek kependudukan dan kondisi sosial

ekonomi , yang menghasilkan kriteria tertentu sehingga sustu kawasan

permukiman dapat dapat digolongkan menjadi lingkungan kumuh atau

tidak kumuh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.2

Tabel 3. 2 Parameter Tingkat Kekumuhan

No VARIABEL INDIKATOR

1. Lokasi

• Legalitas Tanah • Status Penguasaan Bangunan • Frekuensi Bencana Kebakaran • Frekuensi Bencana Banjir • Frekuensi Bencana Tanah Longsor

2. Kependudukan

• Tingkat Kepadatan Penduduk • Rata-rata Anggota Rumah Tangga • Jumlah KK Per Rumah • Tingkat Pertambahan Penduduk • Angka Kematian Kasar • Status Gizi Balita • Angka Kesakitan Malaria • Angka Kesakitan Demam Berdarah • Angka Kesakitan Ispa

3. Kondisi Bangunan • Tingkat Kualitas Struktur Bangunan • Tingkat Kesehatan dan Kenyamanan Bangunan • Tingkat Penggunaan Luas Lantai

4. Kondisi Prasarana dan Sarana Dasar Lingkungan

• Tingkat Pelayanan Air Bersih • Kondisi Sanitasi Lingkungan • Kondisi Persampahan • Kondisi Saluran Air Hujan • Kondisi Jalan • Besarnya Ruang Terbuka Hijau

5. Kondisi Sosial Ekonomi

• Tingkat Kemiskinan • Tingkat Pendidikan • Tingkat Pendapatan • Tongkat Keamanan

Sumber : Dirjen Perumahan dan Permukiman Departemen Kimpraswil, 2002

Beberapa hal yang menyebabkan suatu permukiman dapat dikatakan kumuh

antara lain (http://mitra-bisnis.biz/newsview.php?id=342) :

1. Kondisi rumah yang tidak memungkinkan penghuninya bergerak leluasa

Page 11: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

92

2. Di rumah tersebut tidak atau kurang terdapat sirkulasi udara

3. Tidak memiliki fasilitas MCK sendiri.

4. Permukiman itu tidak memiliki akses jalan yang memadai dan saluran

tempat pembuangan air yang memenuhi syarat. Sedangkan menurut

program KIP Komprehensif II 2003, standarisasinya pada tabel 3.2.

Tabel 3.3 Standarisasi Penilaian Kondisi Permukiman Kumuh dengan

Nilai Pembobotan (skoring)

Kriteria Penilaian Kondisi Permukiman Kumuh Variabel dan Sub

Variabel Sangat Kumuh

Nilai : 3

Kumuh

Nilai : 2

Tidak Kumuh

Nilai : 1

A. Kondisi Fisik

Bangunan Rumah

1. Dinding, Atap

2. Lantai

3. Ventilasi

4. Genangan Air Hujan /

Air Kotor

5. Kepadatan Bangunan

6. Pembagian Ruang

7. Jumlah Penghuni

Tidak Permanen

Tanah, lembab

Tidak ada jendela

Seluruh halaman tergenang,

lama surut

Diatas 70% halaman

terbangun

Tidak ada pembagian ruang

Diatas 6 orang/rumah

Semi permanen

Sebagian diplester

Jendela hanya satu

sisi untuk setiap

ruangnya

Sebagian halaman

tergenang, cepat surut

Antara 60-70%

halaman terbangun

Ada ruang serba guna,

R. Tamu = R. Tidur

Antara 4 s/d 6

Permanen

Seluruh lantai diplester

Ada jendela di kedua sisi

ruangnya

Tidak ada genangan

Kurang ari 60% halaman

terbangun

Ada pembagian ruang

Kurang dari 4

B. Prasarana Dasar

8. Air Bersih

9. Sanitasi/MCK

10. Sampah

Tidak ada sumur, Mandi

Cuci di Sungai

MCK di sungai, tidak ada

septictank / dibuang ke

sungai

Tidak ada tempat sampah,

sampah tidak terkelola

Tidak ada got

Tidak ada sumur,

Mandi Cuci sumur

bersama

Ada MCK

umum/ponten

Ada tempat sampah,

tidak terwat, terangkut

sebagian

Ada sumur pribadi untuk masak,

minum, mandi dan cuci

KM/WC ada pada tiap-tiap rumah

Tempat sampah ada di setiap

rumah dan selalu terangkut

Ada got, air got mengalir, bersih

Diperkeras, terawat

Page 12: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

93

11. Drainase/got

12. Jalan Lingkungan

Tanah, tidak diperkeras,

becek

Ada got tetapi tidak

mencukupi

Diperkeras, tidak

terpelihara, rusak

Sumber : KIP Komprehensif II, 2003

a. Analisis Klasifikasi Kesesuaian Lahan (super impose)

Analisis klasifikasi kemampuan lahan dilakukan untuk mengidentifikasi

kesesuaian peruntukan lahan yang ada di sepanjang bantaran Sungai Cisadane

Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. Kemudian

untuk mengetahui kemampuan lahan pada wilayah penelitian dapat dilakukan

dengan cara teknik overlay peta yang diuraikan sebagai berikut :

Dalam mengklasifikasikan kemampuan lahan digunakan teknik overlay

peta dengan metode Ordinal Cobination With Gray Level (menggabungkan

peta penggunaan lahan yang terdiri dari beberapa faktor variabel pada setiap

satuan lahan) agar mempermudah dalam penentuan kelas-kelas kemampuan

lahan. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Memasukkan peta raster hasil gabungan dari peta topografi dan peta

tata guna lahan.

2. Pembagian segmen Satuan Penggunaan Lahan (SPL) berdasarkan peta

topografi dan peta tata guna lahan sehingga memudahkan dalam survey

kemampuan lahan di bantaran Sungai Cisadane.

3. Pengumpulan data atribut yang meliputi faktor tekstur tanah,

kecuraman lereng, kerusakan erosi, kedalaman tanah, serta kondisi

drainase.

4. Penyajian dalam bentuk peta klasifikasi kelas kemampuan lahan.

b. Analisis garis sempadan sungai menurut Keputusan Menteri

Pekerjaan Umum No.63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai

• Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan

ditetapkan sekurang-kurangnya 5 meter disebelah luar sepanjang

kaki tanggul

Page 13: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

94

• Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan

ditetapkan sekurang-kurangnya 3 meter disebelah luar sepanjang

kaki tanggul

• Garis sempadan sungai tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan

pada sungai besar ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter

sedangkan pada sungai kecil sekurang-kurangnya 50 meter dihitung

dari tepi sungai pada waktu yang ditetapkan.

• Untuk sungai yang tidak bertanggul dengan kedalaman tidak lebih

dari 3 meter, garis sempadan sungai ditetapkan sekuang-kurangnya

15 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu yang ditetapkan.

Tabel 2. 5 Kriteria Penetapan Garis Sempadan Sungai

Diluar kawasan perkotaan

Didalam kawasan perkotaan

No. Tipe Sungai Kriteria

Sempadan sekurang-kurangnya

Kriteria Sempadan sekurang-kurangnya

Pasal

1. Sungai bertanggul (diukur dari kaki tanggul sebelah luar

- 5 m 3 m Pasal

6

Sungai besar (luas DPS > 500 km2)

100 m Kedalaman

>20 m 30 m

Pasal 7 & 8

Kedalaman > 3 m – 20

m 15 m

Pasal 7 & 8

2. Sungai tak bertanggul

Sungai kecil (luas DPS < 500 km2)

50 m Kedalaman

sampai dengan 3 m

10 m Pasal 7 & 8

3.

Danau/waduk (diukr dari titik pasang tertinggi ke arah darat)

- 50 m - 50 m Pasal

10

4. Mata air (sekitar mata air)

- 200 m - 200 m Pasal

10

5.

Sungai yang terpengaruh pasang surut air laut (dari tepi sungai)

- 100 m - 100 m Pasal

10

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.63/PRT/1993

Page 14: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

95

G. Perencanaan Pengamanan Bahaya Banjir

Sungai sebagai saluran pembuang terbentuk secara alamiah dan

berfungsi sebagai saluran penampung air hujan diatas permukaan bumi dan

mengalirkannya ke laut atau ke danau-danau. Disaat terjadinya hujan yang

lebat, sungai-sungai menampung volume air yang besar dan segera

mengalirkannya menuju laut atau danau-danau tersebut, kadang-kadang air

banjir meluap keluar sungai, karena volume air melebihi daya tampung

normalnya. Apabila banjir tidak begitu besar, maka gangguan terhadap

kehidupan penduduk tidak seberapa, tetapi banjir yang besar sering

menimbulkan kerusakan harta benda penduduk yang dilandanya. Seyogyanya

air sungai baik yang mengalir secara normal maupun yang mengalir dalam

bentuk banjir dapat diatur melalui perencanaan pengamanan bahaya banjir :

(Sosrodarsono, 1994:6)

1. Perencanaan perbaikan dan pengaturan sungai.

Dalam perencanaan perbaikan dan pengaturan sungai yang diutamakan

adalah konsep pengaliran sungai secara aman, guna mencegah

terjadinya luapan-luapan yang dapat menyebabkan terjadinya bencana

banjir. Dengan demikian usaha yang penting adalah membuat dan

kemudian mempertahankan penampang basah yang cukup memadai

sesuai dengan kapasitas pengaliran rencananya, yakni dengan konsep

pencegahan sedimentasi di dasar sungai dan mengatur alur sungai agar

senantiasa dalam keadaaan stabil.

Tujuan ini kiranya tidaklah mungkin dapat dicapai, apabila sedimen dan

daerah pegunungan memasuki alur sungai dalam jumlah yang besar.

Karenanya diperlukan adanya rencana pengendalian erosi yang

memadai dengan pembuatan: (Sosrodarsono, 1994:21-31)

� Bendung-bendung pengendalian pasir, guna mengendalikan

masuknya sedimen kedalam alur sungai utama. Bendung-

bendung penahan pasir berfungsi sebagai penampung dan

pengatur aliran yang masuk kedalam alur utama tersebut.

Page 15: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

96

� Penanganan pertemuan sungai, apabila beberapa sungai yang

berbeda baik ukuran maupun sifatnya mengalir berdampingan

dan kemudian bertemu, maka pada titik pertemuannya dasarnya

akan berubah secara sangat intensif. Akibat perubahan-

perubahan tersebut, maka aliran banjir pada salah satu atau

semua sungai mungkin akan terhalang. Lebar sungai utama pada

pertemuan dengan anak sungai cenderung untuk bertambah,

sehingga sering membentuk gosong-gosong pasir dan merubah

arah arus sungai. Sehingga perbaikan yang dilakukan adalah

dengan pembuatan tanggul berpisah atau pada lokasi pertemuan

dua buah sungai diusahakan formasi pertemuannya membentuk

garis singgung.

� Sudetan. Pada ruas sungai yang belokan-belokannya sangat

tajam atau meandernya sangat kritis, maka tanggul yang akan

dibangun biasanya akan lebih panjang. Selain itu pada ruas

sungai yang demikian, gerusan pada belokan luar sangat

meningkat dan akan terjadi kerusakan tebing sungai yang

akhirnya mengancam kai tanggul. Sebaliknya pada belokan

dalamnya terjadi pengendapan yang intensif pula.

Jadi alur sungai menjadi lebih panjang dan dapat mengggangu

kelancaran aliran banjir. Guna mengurangi keadaan yang kurang

menguntungkan tersebut, maka pada ruas sungai tersebut perlu

dipertimbangkan pembuatan alur baru, agar pada ruas tersebut

alur sungai mendekati garis lurus dan lebih pendek. Saluran

baru semacam ini disebut sudetan.

2. Perencanaan pemanfaatan air.

Perencanaan pemanfaatan air adalah perencanaan untuk meningkatkan

kemampuan sungai dalam menyediakan air, khususnya di musim

kemarau, karena di musim kemarau sungai tidak dapat diandalkan

hanya pada resim hirologinya. Jadi air yang berlimpah-limpah di musim

hujan sebagian haruslah sementara ditampung dengan cara tertentu dan

Page 16: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

97

dimanfaatkan pada saat diperlukan. Kadang-kadang pemanfaatan air

juga digunakan merencanakan pengurangan debit banjir sehingga

perencanaannya diadakan bersama-sama dengan perencanaan

pengendalian banjir dan menghasilkan rencana pengembangan sungai.

� Pengaturan air dengan waduk adalah menyimpan kelebihan air

banjir di musim hujan dan menyalurkannya kembali pada

musim kemarau. Cara ini biasanya dikaitkan pula dengan

rencana pengendalian banjir, jadi merupakan waduk yang

bersifat serba guna.

� Pengembangan danau alam. Danau adalah waduk alam yang

berfungsi sebagai sumber air ilmiah. Guna lebih meningkatkan

fungsi danau tersebut, maka daya tampungnya dapat

ditingkatkan dengan membangun bendung gerak dimulut danau

tersebut yang berfungsi pula sebagai bangunan sadap. Dalam

rangka pemanfaatan air danau ini, harus pulalah diperhatikan

kemungkinan pemanfaatan lainnya seperti perikanan dan

pengamanan terhadap luapan banjir disekeliling danau, drainase

ditempat-tempat yang rendah dan menjaga agar kualitas air

tidak menurun.

Apabila pemanfataan air didaerah pengaliran ditingkatkan, maka perlu

diperhatikan pula kemungkinan mempersiapkan daerah rekreasi yang

dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara bebas.

3. Perbaikan lingkungan sungai.

Perbaikan lingkungan sungai akan bertambah penting setelah

dilaksanakan kegiatan perbaikan dan pengaturan sungai serta

pengembangan sungai yang disebabkan jumlah penduduk dan

peningkatan harta benda milik masyarakat di daerah pengaliran sungai

tersebut. inti dari perbaikan lingkungan sungai ini meliputi konservasi

kualitas air sungai serta konservasi dan pengaturan sungai menjadi

ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi

penduduk kota. Dengan terjadinya penambahan jumlah penduduk yang

Page 17: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

98

disebabkan oleh urbanisasi, maka daerah-daerah pusat pemukiman

kualitas air semakin menurun. Hal ini menimbulkan pengaruh yang

tidak didinginkan terhadap sumber air dan lingkungan sekitarnya. Oleh

sebab itu kualitas air harus dipelihara agar tidak menurun melampaui

batas-batas yang diizinkan. Karena itu perbaikan sistem pembuangan

air kotor dan pembuangan limbah industri pada dasarnya diperlukan

dan bersamaan dengan itu pula dipertimbangkan pengamanan terhadap

sungainya sendiri seperti perbaikan hidrologi, pembersihan air buangan

yang akan dialirkan ke sungai dan pengerukan lumpur.

4. Eksploitasi dan pemeliharaan sungai-sungai yang sudah ditangani dan

semua bangunan yang sudah dibangun, agar bangunan-bangunan

tersebut senantiasa dalam keadaan lestari dan dapat berfungsi selama

umur efektifnya.

Perencanaan pengamanan terhadap banjir disebut juga perencanaan

pengendalian banjir yang akan digunakan sebagai landasan yang penting dalam

menetapkan berbagai pekerjaan sipil yang seharusnya dilaksanakan dalam

rangka usaha pengamanan terhadap banjir tersebut. pekerjaan-pekerjaan poko

dalam rangka pengamanan banjir dapat dibagi menjadi : (Sosrodarsono,

1985:7-8)

� Pembangunan sistem pengamanan dan pengendalian banjir.

� Pekerjaan non sipil.

Pekerjaan sipil adalah usaha pencegahan bahaya banjir dengan suatu

sistem pengamanan banjir yang terdiri dari tanggul, normalisasi sungai

termasuk sudetan dan lain-lain dengan sutau sistem pengendalian banjir yang

terdiri dari retarding basin, waduk pengendalian banjir dan lain-lain. Kadang-

kadang kedua sistem tersebut digabung menjadi satu kesatuan. Sebaliknya

pekerjaan non sipil adalh usaha pencegahan banjir dengan pengaturan-

pengaturan yang dilandasi undang-undang, guna mengurangi tingkat kerugian

yang mungkin terjadi. Apabila terjadi banjir antara lain dengan menggunakan

pengaturan penggunaan tanah didaerah bantaran sungai, mendirikan bangunan

yang tanah terhadap genangan air, asuransi banjir, dan kegiatan-kegiatan

Page 18: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

99

pengamanan terhadap kemungkinan terjadinya bencana banjir (Sosrodarsono,

1985:8).

Pekerjaan sipil sepenuhnya akan mampu menjamin pencegahan

bencana banjir pada tingkat dibawah banjir rencananya, akan tetapi tidak akan

mampu mencegah banjir besar yang melampaui debir banjir rencana tersebut,

yang menyebabkan rusaknya sistem pengamanan dan pengendalian banjir dan

terjadilan bencana banjir yang biasanya cukup besar. Sebaliknya pekerjaan non

sipil adalah usaha-usaha guna mengurangi kerusakan sampai pada tingkat yang

paling minimum dengan mengarahkan genangan-genangan pada daerah yang

tidak penting, mengadakan usaha-usaha pemberitahuan dini dan mencegah

terjadinya tanah longsor (Sosrodarsono, 1985:8).

H. Pencegahan Erosi Pada Lereng Sungai

Pada dinding hulu suatu lembah, air permukaan atau air rembesan

berkumpul pada bagian hulu dinding tersebut. Kemudian mengalir menggerus

lereng-lereng dan terjadi erosi alur yang bergerak ke arah hulu. Selanjutnya

dengan adanya aliran air yang terus-menerus, maka dasar alur-alur yang terjadi

akan terus-menerus turun. Sehingga lereng dikanan kiri alur tersebut menjadi

semakin labil dan secara keseluruhan lereng dinding hulu lembah menjadi labil

pula (Sosrodarsono, 1985:336).

Tetapi pada dinding-dinding kanan kiri lembah, karena daerah

pengalirannya kecil, erosi alur hampir tidak dapat terjadi. Walaupun demikian

erosi permukaan selalu akan terjadi akibat hempasan-hempasan titik-titik air

hujan yang menimpa dinding-dinding lembah dan sedimern bergerak secara

lambat menuju kaki-kaki dinding-dinding tersebut untuk kemudian memasuki

lembah. Maka parit-parit erosi terbentuk pada permukaan dinding-dinding

lembah dan proses tersebut dinamakan erosi permukaan (surface erostion).

Walaupun dari proses erosi permukaan tersebut tidak terlalu banyak

mengahasilkan sedimen, akan tetapi proses erosi itu sendiri, baik yang

berbentuk erosi permukaan maupun erosi alur akan merusak dan

menghanyutkan tanaman yang baru mulai tumbuh. Lebih-lebih pada proses

erosi alur yang semakin lama semakin dalam yang diikuti dengan runtuhnya

Page 19: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

100

tebing-tebing di kanan kiri alur akan merusak bangunan yang ada diatasnya.

Karenanya untuk menghindari terjadinya kerusakan-kerusakan yang lebih

parah pada lereng-lereng tersebut, maka proses erosi tersebut haruslah sedini

mungkin dikendalikan (Sosrodarsono, 1985:336).

Konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara

penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan

memperlakukannya dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi

kerusakan tanah.konservasi tanah mempunyai hubungan yang erat dengan

konservasi air. Jadi pekerjaan pengendalian erosi pada lereng-lereng diperlukan

untuk mengendalikan timbulnya berbagai erosi dengan cara sebagai berikut :

(Sosrodarsono, 1985:336)

1. Membuat lereng-lereng menjadi lebih landai dari kemiringan kritisnya.

2. Mencegah terbentuknya proses erosi alur dengan memperpendek lereng

dan mengurangi kedalaman alur-alur erosi.

3. Meningkatkan daya tahan lereng terhadap terpaan titik-titik hujan dan

terhadap daya tarik aliran air dengan uasaha penanaman tumbuh-

tumbuhan penutup.

3. 5.2 Metode Analisa Evaluatif

Data yang di analisis adalah jenis gejala dan masalah yang bersifat

kualitatif. Ketentuan analisanya didasarkan atas logika dan hukum logika untuk

numeric kesimpulan hasil penelitian secara logis (Sumaatmadja:1988). Dalam

metodelogi penelitian kualitatif tidak ada prosedur standart tentang bagaimana

membuat data-data yang terkumpul cukup tinggi akurasinya.

Informasi yang dituangkan dalam bentuk gambar, bagian diagram dan

peta sangat membantu analisa kualitatif. Analisa perbandingan relasi, interelasi

dan interaksi, dilakukan berdasarkan kategori-kategori kualitatif data, fakta dan

kenyataan yang terkumpul. Hasil analisa yang berupa model-model verbal

yang bersifat kualitatif (Nursid:hal 144).

Metode ini di gunakan untuk menganalisa variable-variabel yang

ditemukan untuk membantu memecahkan masalah pendorong timbulnya

pemukiman kumuh di KelurahanKebon Pedes.

Page 20: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

101

A. Metode analisis faktor

Analsis faktor dilakukan untuk mengetahui faktor – faktor penyebab

ketidak sesuaian dalam pemaanfatan ruang dan pengendalian pada lokasi

penelitian dan presepsi masyarakatserta penegak hukum.

A. Statistik yang dipergunakan dalam penelitian.

Statistik yang dipergunakan dalam analsis faktor pada penelitian ini

adalah analsisi Kaiser – Mayer – Olkin (KMO) Measure Of Sampling

adeguacy dengan bantuan SPSS 13.0 for Windows. KMO adalah suatu

indeks yan dipergunakan untuk meneliti ketepatan analisis faktor.

B. Tahapan analisis faktor

Langakah analisis faktor dalam penelitian dapat dilihat pada gambar 3.2

Gambar. 3.2 Tahapan Analsis Faktor

1. Merumuskan masalah

Rumusan masalah meliputi beberapa hal ;

a. Tujuan analisis faktor dalam penelitian adalah menetukan faktor –

faktor penyebab terjadinya ketidaksesuaian dalam pemaanfatan

ruang dan pengendalian paa lokasi penelitian.

b. Pengukuran variabel berdasarkan likert

Mengingat input data yang diukur merupakan presepsi responden

masyarakat di lokasi penelitia sebanyak 97 Unit Bangunan berupa

pertanyaan yang diajukan skala likert yang dipergunakan

Rumusan masalah

Bentuk matriks kolerasi

Tentukan metode analisis faktor

Penentuan banyaknya faktor

Lakukan rotasi

Kenamaan faktor

Page 21: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

102

dijabarkan menjadi indikator variabel bebentuk pertanyaan.

Jawaban setiap pertanyaan yang diajukan memiliki gradiasi dari

tertinggi sampai pada terendah. Banyaknya gradiasi dalam setiap

variabel pada penelitian ini didasarkan pada dalil Strogert yang

dirumuskan sebagai berikut :

Lebih jelasnya skala likert untuk setiap variabel ketidaksesuaian

dalam pemaanfaatan ruang dan pengendalian dapat dilihat pada

tabel 3.4

Tabel 3. 4 Skala Likert yang di Pergunakan Dalam Penelitian

Skala Likert Keterangan

1 Sangat tidak setuju

2 Tidak setuju

3 Ragu – ragu

4 Setuju

5 Sangat setuju

2. Menentukan bentuk matrik kolerasi

Proses analisis didasarkan pada matrik kolerasi agar variabel

pendalaman yang berguna bisa diperoleh di penelitian ini agar

analisis faktor bisa tepat digunakan maka variabel – variabel yang

akan di analisis harus berkolerasi. Adapun matrik kolerasi dapat

dilihat pada tabel 3.5

Tabel 3.5 Matrik Kolerasi

Variabel X1 X5 X6 X9

X1

X5

K = 1+ 3,3 log n K = 1+ 3,3 (log 86) K = 1+ 3,3 (1,934) K = 7,38 ~ 7

(3-4)

Page 22: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

103

X6

X9

3. Menentukan metode analisis faktor

Metode yang dipergunakan dalam analisis faktor pada penelitian

yaitu principal component analysis

4. Penentuan banyak faktor

Kriteria yang dipergunakan untuk menetukan banyaknya faktor

dalam penelitian yaitu :

a. Akar ciri (eigenvalues)

b. Presentase keragaman (presentage of variances)

c. Scree plot

5. Melakukan rotasi

Metode rotasi yang digunakan adalah varimax procedure. Proses ini

merupakan metode ortogonal yang berusaha meminimalkan

banyaknya variabel dengan muatan tinggi pada suatu faktor, dengan

demikian memudahkan pembuatan interprestasi.

6. Menginterprestasikan faktor

Interprestasi faktor dapat dilihat pada output SPSS melalui Total

Variance Explained yang menunjukan kemampuan faktor – faktor

yang digunakan dalam menjelaskan suatu defenisi atau variabel dan

component matrix yang diperlihatkan faktor – faktor dimensi yang

merupakan faktor dalam suatu variabel.

B. Analisis Akar Masalah

Teknik analisis masalah sering disebut sebagai analisis akar masalah

atau pohon masalah karena melalui teknik ini, dapat dilihat “akar” dari suatu

masalah. Hasil dari teknik ini kadang-kadang mirip pohon dengan akar banyak.

Analisis akar masalah sering dipakai dengan masyarakat karena sangat visual

dan dapat melibatkan banyak orang dengan waktu yang sama. Teknik ini dapat

dipakai dengan situasi yang berbeda, tetapi lebih penting dari itu, dapat dipakai

dimana saja ada masalah tetapi penyebab masalah tersebut kurang jelas.

Page 23: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

104

Melalui teknik ini, orang yang terlibat dalam pemecahan suatu masalah

dapat melihat penyebab yang sebenarnya, yang mungkin belum bisa dilihat jika

masalah hanya dapat dilihat secara sepintas. Teknik analisis akar masalah dapat

melibatkan orang setempat yang mengerti secara mendalam tentang masalah

yang ada. Analisis akar masalah bertujuan untuk mengetahui masalah-masalah

utama pada permukiman Kelurahan Kebon Pedes di Sub DAS Cisadane yang

mengakibatkan permukiman kumuh. Untuk menganalisanya dilakukan dengan

meninjau ulang analisis-analisis sebelumnya. Dari permasalahan yang ada pada

permukiman Kelurahan Kebon Pedes akan ditarik masalah utama dan

penyebab masalah untuk mendapat pemecahan masalah pada pembahasan

selanjutnya.

Page 24: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

105

Gambar 3.3 Diagram Analisis

Karakteristik Permukiman Kelurahan Kebon Pedes di Sub Bantaran Sungai

Cisadane Analisis Karakter Sosial Ekonomi Masyarakat Analisis Struktur Bangunan Analisis Sarana dan Prasarana Kondisi Fisik Sungai Cisadane Frekuensi Curah Hujan Sungai Cisadane Kapasitas Debit Air Sungai Cisadane Klasifikasi lahan

Analisis Penilaian Kondisi Permukiman Kumuh dengan Nilai Pembobotan

(Standart KIP)

Analisis Aspek Kerawanan Bencana Super Impose Garis Sempadan Bangunan

Analisis Faktor yang Berpengaruh Pada Arahan Penataan Permukiman di

Kelurahan Kebon Pedes)

Prsepsi Penghuni dan ahli yang Menyebabkan Kekumuhan Akar Masalah

Penataan Permukiman Kelurahan Kebon Pedes di Sub DAS CIsadane

Penataan Prasarana sarana lingkungan Penataan Bangunan Penanganan Bencana Penataan Non Fisk

INPUT PROSES

OUTPUT

Page 25: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

106

Tabel 3.6 Desain Survey

No Tujuan Variabel Sub Variabel Data Sumber Data Metode Survey

Metode Analisis Output

� Karakteristik Sosial ekonomi

� Tingkat pendidikan

� Jenis pekerjaan � Tingkat

pendapatan � Aktivitas

masyarakat di wilayah Sungai Cisadane

� Kualitas dan Kuantitas SDM

� Aktivitas masyarakat

� Mayoritas mata pencaharian masyarakat

� Kemampuan masyarakat dalam mencukupi kebutuhan

� Analisis deskriptif (Analisis terhadap karakteristik sosial ekonomi)

1. Mengidentifikasi tingkat kekumuhan kawasan permukiman di Sub Daerah Aliran Sungai Cisadane Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor

� Karaktristik Stuktur Bangunan

� Klasifikasi luasan bangunan

� Intensitas banguann

� Pencahayaan � Penghawaan � Struktur

bangunan � Lantai bangunan

� Mayoritas besar bangunan rumah

� KDB, KLB, GSB � Ada tidaknya

ventilasi baik udara maupun cahaya disuatu rumah

� Kondisi suhu udara dalam rumah

� Struktur bangunan meliputi atap, dinding bangunan rumah masyarakat

� Lantai rumah apakah masih berupa tanah ataukah sudah diperkeras

� Masyarakat Permukiman Sub Sungai Cisadane

� Survei primer (kuisoner) dan observasi

� Analisis deskriptif (Analisis terhadap struktur bangunan)

� Teridentifikasinya lingkungan permukiman yang ada di bantaran Sungai Cisadane Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor dinyatakan sebagai daerah permukiman kumuh.

Page 26: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

107

No Tujuan Variabel Sub Variabel Data Sumber Data Metode Survey

Metode Analisis Output

� Karakteristik sarana

� Perdagangan � Jasa � Peribadatan � Pendidikan � Kesehatan � Jalan

� Persebaran dan tingkat pelayanan

� Karakteristik prasarana

� Air bersih � Sanitasi

lingkungan � Persampahan � Jalan � Drainase

� Kebutuhan air bersih

� Kepemilikan MCK dan septic tank

� Tingkat pelayanan pembuangan sampah

� Tingkat pelayanan jalan

� Kondisi drainase

� Analisis deskriptif (Analisis persebaran sarana, analisis jaringan air bersih, analisis sanitasi dan sampah, serta analisis jaringan jalan)

� Karaktristik fisik sungai

� Morfologi Sungai Cisadane

� Kondisi topografi

� Debit Sungai Cisadane

� RTRW Kota Bogor � Master Plan

Drainase Kota Bogor

� Bappeda Kota Bogor

� Survei sekunder

� Analisis deskriptif (Analisis karaktristik Sungai Cisadane)

2. Mengidentifikasi Karakteristik Sub Daerah Aliran Sungai Cisadane Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor.

� Frekuensi Curah Hujan

� Kapasitas Debita Air Sungai Cisadane

� Karakter lahan � Menentukan

Curah Hujan � Mengetahui

Debit Andalan

� Data debit Sungai Cisadane rata – rata setengah bulanan

� Debita Andalan Sungai Cisadane

� Master Plan Drainase Kota Bogor

� PSDA � Dinas

Pengairan

� Survei sekunder

� Survei primer (observasi)

� Analisis deskriptif evaluatif (Analisis Perhitingan Debit rata – rata dan Debit Andalan)

� Teridentifikasinya elevasi muka air ketika terjadi banjir serta dapat diketahui kemampuan Sungai Cisadane dalam menampung kapasitas debit banjir terhadap bangunan di Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor sehingga dapat diketahui aliran sungai Cisadane.

Page 27: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

108

No Tujuan Variabel Sub Variabel Data Sumber Data Metode Survey

Metode Analisis Output

3. Memberikan alternatif arahan penataan permukiman di Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor.

� Kondisi Fisik Permukiman

� Kondisi Non Fisik Permukiman

� Perdagangan � Jasa � Peribadatan � Pendidikan � Kesehatan � Jalan � Air bersih � Sanitasi

lingkungan � Persampahan � Jalan � Drainase � Tingkat

pendidikan � Jenis pekerjaan � Tingkat

pendapatan � Aktivitas

masyarakat di wilayah Sungai Cisadane

� Hasil analisis Deskriftif

� Masyarakat Permukiman Kelurahan Kebon Pedes

� Survei sekunder

� Survei primer (observasi)

� Analisi Evaluatif (analsis faktor, analisi potensi maslah dan akar masalah)

� Memberikan alternatif arahan penataan di Sub DAS Cisadane Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor.

Page 28: BAB 3 METODE PENELITIANrepository.ub.ac.id/139468/4/BAB_3_METODE_PENELITIAN.pdf · 82 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Gambar. 3.1 Tahapan Penelitian INPUT PROSES

79