bab 2 (tipus+pembahasan)

8
BAB 2 ISI 2.1. Boraks Boraks atau dalam nama ilmiahnya dikenal sebagai sodium tetraborate decahydrate merupakan bahan pengawet yang dikenal masyarakat awam untuk mengawetkan kayu, antiseptik kayu dan pengontrol kecoa. Tampilan fisik boraks adalah berbentuk serbuk kristal putih. Boraks tidak memiliki bau jika dihirup menggunakan indera pencium serta tidak larut dalam alkohol. Indeks keasaman dari boraks diuji dengan kertas lakmus adalah 9,5, ini menunjukkan tingkat keasaman boraks cukup tinggi (Bambang, 2008). Asam borat atau boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan. Boraks adalah senyawa kimia dengan rumus Na2B4O7 10H2O berbentuk kristal putih, tidak berbau dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat (Syah, 2005). Boraks adalah senyawa dengan nama kimia natrium tetraborat (NaB4O7). berbentuk padat, jika terlarut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3). Dengan demikian bahaya boraks identik dengan bahaya asam borat (Khamid, 1993) Senyawa- senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut : jarak lebur sekitar 171o C. Larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter. Kelarutan dalam air bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tartrat. Mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada suhu 1000 C yang secara perlahan berubah menjad asam metaborat (HBO2). Asam borat merupakan asam lemah dengan garam alkalinya bersifat basa,

Upload: alifia-sidhi

Post on 15-Nov-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

majakah

TRANSCRIPT

TRIBUNJOGJA.COM - Sebuah perayaan Festival Musim Semi berakhir tragis untuk satu keluarga di Provinsi Shaanxi, ketika tiga bersaudara keracunan setelah makan roti kukus yang telah terkontaminasi dengan boraks.

BAB 2

ISI

2.1. Boraks

Boraks atau dalam nama ilmiahnya dikenal sebagai sodium tetraborate decahydrate merupakan bahan pengawet yang dikenal masyarakat awam untuk mengawetkan kayu, antiseptik kayu dan pengontrol kecoa. Tampilan fisik boraks adalah berbentuk serbuk kristal putih. Boraks tidak memiliki bau jika dihirup menggunakan indera pencium serta tidak larut dalam alkohol. Indeks keasaman dari boraks diuji dengan kertas lakmus adalah 9,5, ini menunjukkan tingkat keasaman boraks cukup tinggi (Bambang, 2008). Asam borat atau boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan. Boraks adalah senyawa kimia dengan rumus Na2B4O7 10H2O berbentuk kristal putih, tidak berbau dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat (Syah, 2005).

Boraks adalah senyawa dengan nama kimia natrium tetraborat (NaB4O7). berbentuk padat, jika terlarut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3). Dengan demikian bahaya boraks identik dengan bahaya asam borat (Khamid, 1993) Senyawa-senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut : jarak lebur sekitar 171o C. Larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter. Kelarutan dalam air bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tartrat. Mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada suhu 1000 C yang secara perlahan berubah menjad asam metaborat (HBO2). Asam borat merupakan asam lemah dengan garam alkalinya bersifat basa, mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk halus kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak manis (Khamid, 2006)

2.1.1 Fungsi Boraks yang Sebenarnya

Baik boraks ataupun asam borat memiliki khasiat antiseptika (zat yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme). Pemakaiannya dalam obat biasanya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut, bahkan juga untuk pencuci mata. Boraks juga digunakan sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu dan antiseptik kayu (Khamid, 2006). Asam borat dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat atau klorida pada boraks. Larutannya dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci mata yang dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung dan salep luka kecil. Tetapi bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada bekas luka luas, karena beracun bila terserap oleh tubuh (Winarno dan Rahayu, 1994).

2.1.2. Penyalahgunaan Boraks

Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai pengawet makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan pangsit. Selain bertujuan untuk mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan makanan (Vepriati, 2007). Boraks ditambahkan ke dalam makanan untuk memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus. Bakso mengandung boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging. Bakso yang mengandung boraks sangat renyah dan disukai dan tahan lama (Anonima , 2009). Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa senyawa asam borat ini didapati pada lontong agar teksturnya menjadi bagus dan kebanyakan pada bakso. Banyak juga disalahgunakan dalam pemuatan mie basah, bakso dan lontong yang menggunakan boraks apabila dipegang akan terasa sangat kenyal sedangkan kerupuk merasa sangat renyah (Anonima , 2008 ; Cahyadi, 2006).

2.1.3. Pengaruh Boraks terhadap Kesehatan

Boraks biasanya bersifat iritan dan racun bagi sel-sel tubuh, berbahaya bagi susunan saraf pusat, ginjal dan hati. Jika tertkena dengan kulit dapat menimbulkan iritasi. Dan jika tertelan akan menimbulkan kerusakan pada usus, otak atau ginjal (Himpunan alumni fateta, 2005). Boraks menimbulkan efek racun pada manusia, toksisitas boraks yang terkandung di dalam makanan tidak langsung dirasakan oleh konsumen. Boraks apabila terdapat pada makanan, maka dalam waktu jangka lama walau hanya sedikit akan terjadi akumulasi (penumpukan) dalam otak, hati, ginjal dan jaringan lemak. Pemakaian dalam jumlah banyak dapat menyebabkan demam, depresi, kerusakan ginjal, nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan, kebodohan, kebingungan, radang kulit, anemia, kejang, pingsan, koma bahkan kematian (Khamid, 1993). Penting diketahui bahwa selain lewat mulut, boraks bisa masuk ke dalam tubuh lewat membran mukosa dan permukaan kulit yang luka. Skipworth pernah melaporkan bahwa keracunan asam borat bisa terjadi gara-gara bedak tabur mengandung boraks. Kerena itu disarankan agar bedak tabur untuk anak-anak tidak mengandung asam borat lebih dari 5% (Khamid, 1993). Dalam dosis cukup tinggi dalam tubuh, akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret, kram perut, sianosis, kompulsi. Pada anak kecil dan bayi bila dosis dalam tubuhnya sebanyak 5 gram atau lebih dapat menyebabkan kematian, sedangkan untuk orang dewasa kematian terjadi pada dosis 10-20 gram atau lebih (Winarno dan Rahayu, 1994).

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/17797/Chapter%20II.pdf?sequence=4http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/17273/Chapter%20II.pdf?sequence=42.1.4 Identifikasi Bahaya

Risiko utama dan sasaran organ

Bahaya utama terhadap kesehatan: Iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi mata (4).

Organ sasaran(6) : Darah, ginjal, jantung, sistem saraf pusat, hati, limpa, sistem pencernaan, mata, sistem reproduksi, kulit.

Rute paparan

Paparan jangka pendek

Terhirup

Dapat mengiritasi saluran hidung dan pernapasan. Konsentrasi tinggi dari debu dapat menyebabkan batuk, mimisan, sesak napas. Jika paparan berat atau berkepanjangan dapat menyebabkan efek sistemik dengan muntah dan diare persisten, depresi sirkulasi, ruam kulit dan pernafasan yang buruk pada akhirnya shock dan koma (2).

Kontak dengan kulit

Tidak mengiritasi atau menembus kulit yang utuh. Penyerapan ke dalam aliran darah melalui kulit yang luka mengakibatkan eritema, macular rash, efek saraf pusat terjadi setelah 24 jam (2).

Kontak dengan mata

Iritasi (4) dan konjungtivitis yang bersifat reversible (2).

Tertelan

Mengiritasi saluran pencernaan, dapat menyebabkan mual, muntah, diare, kram perut, dosis yang besar dapat menyebabkan peredaran darah yang buruk, takikardia, sianosis, delirium, kejang-kejang dan koma. Kematian telah dilaporkan kepada terjadi pada orang dewasa dari dosis 5 sampai 20 gram (2).

Paparan jangka panjang

Terhirup

Paparan jangka panjang dapat mengakibatkan efek sistemik, seperti mual dan muntah persisten, dapat terabsorpsi menyebabkan gangguan sistemik, depresi sirkulasi darah, syok, dan koma. (2).

Kontak dengan kulit

Dapat menimbulkan kerusakan kulit lokal dan dermatitis (2).

Kontak dengan mata

Tidak ada data yang tersedia

Tertelan

Pada dosis tinggi dapat mngakibatkan depresi sirkular, takhikardia, sianosis, kejang, hingga koma. Kematian dilaporkan pada orang dewasa pada dosis 5-20 gram (2).

Sumber : http://ik.pom.go.id/v2013/katalog/Asam%20Borat_upload.pdf

2. http://www.caledonlabs.com/upload/msds/2260-1e.pdf (diunduh Juni 2011)

4. http://www.alfa.com/content/msds/USA/33253.pdf (diunduh Juni 2011)

6. http://www.chemicalbook.com/ProductMSDSDetailCB6128144_EN.htm (diunduh Juni 2011)2. Kasus

Tiga bersaudara keracunan setelah makan roti kukus yang telah terkontaminasi dengan boraks saat sebuah perayaan Festival Musim Semi di Provinsi Shaanxi, Cina. Untuk menyambut tahun baru Imlek, nenek menyiapkan beberapa roti kukus untuk keluarganya di desa Liujiagou Shaanxi di Suide County. Tapi karena terburu-buru, akhirnya sang nenek mengira boraks adalah bubuk biasa.

Anak ketiga yang berusia 16 tahun meninggal setelah makan roti meskipun dokter sudah berusaha untuk menyelamatkannya. Sang ayah dan anak lainnya yang berusia 8 tahun juga keracunan roti kukus tersebut. Kondisi sang ayah membaik dan boleh keluar dari rumah sakit, namun anaknya masih harus menjalani perawatan.

Boraks sendiri biasanya digunakan dalam pembuatan detergen, kosmetik, dan insektisida. Bentuknya yang berwara putih mirip dengan bubuk biasa jika dilihat sekilas. Jika mengkonsumsi boraks dalam jumlah yang terlalu banyak akan menyebabkan gangguan pencernaan, mual, muntah dan sakit perut. Zat ini dilarang penggunaannya di China. (mg4)

Sumber : http://jogja.tribunnews.com/2015/02/25/3-bersaudara-keracunan-setelah-makan-roti-dari-sang-nenek

Pembahasan

Asam borat (H3BO3) dianggap relatif jinak dan tidak beracun tetapi merugikan kesehatan manusia jika dikonsumsi berlebihan. Asam borat telah dinyatakan aman oleh Komite Ahli FAO / WHO terutama karena makanan pengawet dalam pandangan alam kumulatif dan yang mungkin digunakan untuk menutupi pembusukan baru[2,3] . Di Inggris, asam borat dilarang sebagai pengawet pada tahun 1925 [3] . Pada tahun 1974, Thailand resmi boraks dilarang sebagai aditif makanan [4] . Banyak lainnya negara, termasuk Malaysia, juga telah melarang menggunakan asam borat dan boraks untuk pengawetan makanan.

Namun, asam borat masih digunakan sebagai makanan pengawet di dalam negeri malaysia. Bahan kimia ini ditambahkan ke beberapa produk makanan untuk mengontrol pati gelatinisasi, meningkatkan warna, tekstur dan rasa. Bahan makanan yang masih menggunakan borat diantaranya adalah mie kuning, diikuti oleh bakso ikan, 'wantan' mie, mie 'koay teow', mie 'lai fun' dan setidaknya dalam 'loh lihat fun' mie. Konsentrasi rata-rata asam borat dalam semua makanan diuji berfluktuasi dan relatif sedikit yaitu 0,2-0,5 mg/100g mie kuning. Penyebab kemungkinan untuk inkonsistensi ini bisa disebabkan tidak adanya standar praktek pengukuran atau kurangnya pengawasan yang tepat pekerja oleh produsen skala kecil ini.Asam borat sekarang dikenal beracun untuk semua sel. Hal ini merusak kesehatan dan penggunaannya tidak dianjurkan. Potensi dosis mematikan biasanya dikutip sebagai 3-6 g total untuk bayi dan 5-20 g total untuk orang dewasa.

Dari kasus di atas dapat kita ketahui bahwa borat bisa dimiliki dan digunakan oleh masyarakat luas. Nenek yang tidak mengetahui bubuk boraks, mengira bubuk tersebut merupakan salah satu bahan campuran pembuat roti kukus. Bubuk yang berwarna putih dan mirip dengan bubuk pembuat roti, tidak membuat nenek curiga kalau penambahan bubuk tersebut berbahaya. Nenek mencampur asam borat dan adonan roti kukus dengan dosis yang tidak aman dikonsumsi yaitu melebihi 5-20 g. Jika dibandingkan dengan dosis yang terdapat dalam mie, kandungan borat yang ada dalam roti kukus jauh lebih banyak dan melebihi ambang batas konsumsi sehingga saat dikonsumsi oleh anggota keluarga yang lainnya menyebabkan keracunan bahkan kematian.

Sumber: Pang-Hung Yiu, Jian See, Amartalingam Rajan dan Choon-Fah J.Bong Fakultas Pertanian dan Ilmu Pangan, Universiti Putra Malaysia Bintulu Campus, Nyabau Road, 97000 Bintulu, Sarawak, Malaysia