bab 2 tinjauan pustaka 2.1 konsep dukungan emosional … 2.pdf · 2018. 11. 6. · bab 2 tinjauan...
TRANSCRIPT
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dukungan Emosional Keluarga
2.1.1 Pengertian Dukungan Emosional
Dukungan adalah informasi verbal maupun nonverbal yang bersifat
saran, bantuan yang nyata maupun tingkah laku yang diberikan
oleh sekelompok orang yang dekat dan akrab dengan subjek
didalam lingkungan sosial, selain itu sesuatu hal yang dapat
memberi keuntungan emosional yang berpengaruh pada tingkah
penerimanya. Bentuk dukungan yang dapat diberikan adalah
kepedulian, keberadaan, kesediaan, serta sikap menghargai dan
menyayangi. Kuntjor (2001) dalam Nisak (2017). Dukungan
sangat diperlukan untuk membantu seseorang yang sedang
mengalami masalah karena dukungan merupakan suatu keadaan
yang sangat bermanfaat bagi individu yang memperoleh dukungan
dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu
bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan
mencintai. (Amin, 2014)
Menurut Chaplin (2002) dalam Safaria (2009) merumuskan emosi
sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup
perubahan- perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dan
perubahan prilaku. Emosi cenderung terjadi dalam kaitannya
dengan prilaku yang mengarah (approach) atau menyingkir
(avoidance) terhadap sesuatu perilaku tersebut pada umumnya
disertai dengan adanya ekspresi kejasmanian sehingga orang lain
dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi.
10
Dukungan emosional adalah pengalaman emosional individu dan
kepuasan berhubungan dengan keadaan. Dukungan emosional
keluarga merupakan social support yang sangat penting dalam
membantu pasien dalam menghadapi stressor atau masalah yang
sedang dihadapinya (Setiawan,2015). Dukungan emosional
merupakan fungsi afektif keluarga yang harus ditetapkan kepada
seluruh anggota keluarga dalam memenuhi kebutuhan psikososial
anggota keluarga dengan saling mengasihi, cinta kasih,
kehangatan, dan saling mendukung dan menghargai antar anggota
keluarga. Dukungan emosional merupakan bentuk dukungan yang
dapat memberikan rasa aman, cinta kasih, membangkitkan
semangat, mengurangi keputusasaan, rasa rendah diri, rasa
keterbatasan sebagai akibat ketidakmampuan fisik dan kelainan
yang dialaminya. Friedman, Bowden, dan Jones (2010).
Menurut Sarafino (2010) dukungan emosional terdiri dari ekspresi
seperti perhatian, empati, dan turut prihatin kepada seseorang.
Dukungan ini akan menyebabkan penerima dukungan merasa
nyaman, tentram kembali, merasa dimiliki dan dicintai ketika dia
mengalami stres, memberi bantuan dalam bentuk semangat,
kehangatan personal, dan cinta. Dukungan emosional, mencakup
ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang
bersangkutan. Dukungan emosional merupakan ekspresi dari
afeksi, kepercayaan, perhatian, dan perasaan didengarkan.
Kesediaan untuk mendengarkan keluhan seseorang akan
memberikan dampak positif sebagai sarana pelepasan emosi,
mengurangi kecemasan, membuat individu merasa nyaman,
tenteram, diperhatikan, serta dicintai saat menghadapi berbagai
tekanan dalam hidup mereka. Dari berbagai macam bentuk-bentuk
dukungan, dukungan emosional menjadi dukungan yang penting
11
karena dukungan emosional memberikan kenyamanan dan
perasaan dicintai bagi orang yang mendapatkannya
Disimpulkan dari beberapa definisi diatas, dukungan emosional
adalah dukungan yang diberikan keluarga kepada seseorang saat
seseorang sedang mengalami masalah dan membutuhkan dukungan
untuk mengatasi emosi yang dialaminya seperti dalam bentuk
ungkapan empati, kepedulian, perhatian terhadap orang yang
bersangkutan, kesediaan untuk mendengarkan keluhan seseorang,
mengurangi kecemasan, membuat individu merasa nyaman,
tenteram, diperhatikan, serta dicintai saat menghadapi berbagai
tekanan atau pun masalah yang sedang dihadapinya.
2.1.2 Aspek-Aspek Dukungan Emosional
Menurut Sarafino (2007) dalam Nadhiroh (2016) dukungan
emosional meliputi beberapa dukungan sebagai berikut :
2.1.2.1 Empathy
Yaitu merasakan seperti apa yang dirasakan oleh orang
lain sehingga seolah- olah juga mengalami hal yang sama
seperti yang dialaminya. Rasa empati ini hanya ikut
merasakan tanpa ada tindak lanjut yang dapat
meringankan beban.
2.1.2.2 Caring
Merupakan sikap dan tindakan menghargai apa yang
dibutuhkan orang lain, sikap ini merupakan tindakan
langsung yang diberikan pada orang yang sedang
mengalami permasalahan.
2.1.2.3 Concern
Adalah sikap positif untuk memfokuskan diri pada orang
lain. Sikap ini ditunjukan hanya sebatas perhatian yang
diberikan pada orang lain. Sikap ini ditunjukan hanya
12
sebatas perhatian yang diberikan kepada yang mengalami
nya.
2.1.2.4 Positive Regard
Merupakan penghargaan positif berupa kehangatan,
penghargaan, penerimaan, pengagungan dan cinta dari
orang lain. Sikap yang ditunjukan seperti memberikan
kasih sayang, cinta, pujian, atau persetujuan dari orang
lain. Sikap yang ditunjukan seperti memberikan kasih
sayang, cinta, pujian, atau persetujuan dari orang lain dan
kecewa jika mendapat celaan dan kurang mendapatkan
kasih sayang.
2.1.2.5 Encouragement Toward The Person
Sikap mendorong, mengarahkan orang lain agar fokus
dalam mencapai tujuannya sehingga orang yang
mendapatkan permasalahan merasa tertolong dan
nyaman.
2.1.3 Pemberian Dukungan Emosional
Menurut Penelitian Missiyanti et al. (2015). Keberhasilan bukan
tergantung pada seseorang yang menerima dukungan emosional,
tetapi keberhasilan tergantung pada kemampuan seseorang untuk
memberikan dukungan emosional. Dukungan emosional yang
diberikan sering akan menjadi faktor penentu keberhasilan atau
kegagalan. Memahami kebutuhan emosi yang berlainan merupakan
dasar bagi pemberian dukungan yang lebih efektif.
2.1.4 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Emosional.
Menurut (Reis Dalam Nisak, 2017) ada tiga faktor yang
mempengaruhi dukungan emosional pada individu yaitu sebagai
beikut :
13
2.1.4.1 Keintiman
Dukungan emosional merupakan bagian dari dukungan
sosial lebih banyak diperoleh dari keintiman dari pada
aspek lain dalam interaksi sosial, semakin intim
seseorang maka dukungan yang diperoleh semakin besar.
2.1.4.2 Harga Diri
Individu dengan harga diri memandang, bantuan dari
orang lain merupakan suatu bentuk penurunan harga diri
karena dengan menerima bantuan orang lain diartikan
bahwa individu yang bersangkutan tidak mampu lagi
berusaha.
2.1.4.3 Keterampilan Sosial
Individu dengan pergaulan yang luas akan memiliki
keterampilan sosial yang tinggi, sehingga akan memiliki
jaringan sosial yang luas. Sedangkan individu yang
memiliki jaringan individu yang kurang luas memiliki
keterampilan sosial rendah.
2.1.5 Konsep Keluarga
2.1.5.1 Definisi Keluarga
Menurut Duval dalam Harnilawati (2013) keluarga adalah
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional
dan sosial dari tiap anggota keluarga. Keluarga Adalah
kumpulan dari ras, dengan kata lain keluarga adalah
anggota dari lingkungan yang terdiri dari beberapa orang
yang masih memiliki hubungan darah.(Sunaryo, 2015).
14
Keluarga adalah unit terkecil dari satuan masyarakat,
tidak akan ada masyarakat jika tidak ada keluarga, dengan
kata lain masyarakat merupakan sekumpulan keluarga-
keluarga. Hal ini bisa di artikan baik buruknya suatu
masyarakat tergantung pada baik buruknya masyarakat
kecil itu. Setiadi (2004) dalam Anhaira (2014).
Disimpulkan dari beberapa definisi, keluarga yaitu salah
satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup
bersama sebagai satu kesatuan unit masyarakat terkecil
dan terikat oleh hubungan darah ataupun ikatan hubungan
perkawinan, tinggal bersama dalam satu rumah yang
dipimpin oleh kepala rumah tangga.
2.1.5.2 Ciri-Ciri Keluarga
Ciri-ciri keluarga adalah diikat dalam satu tali
perkawinan, ada hubungan darah, ada ikatan batin, ada
tanggung jawa masing-masing anggota, ada pengambil
keputusan, kerjasama diantara anggota keluarga,
komunikasi interaksi antar anggota keluarga dan tinggal
dalam satu rumah. Ciri keluarga indonesia secara
menyeluruh adalah sebagai berikut mempunyai ikatan
yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong
royong, dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran dan
umumnya dipimpin oleh suami meskipun keputusan
dilakukan secara musyawarah (Dion dan Betan,2013)
15
2.1.5.3 Struktur Keluarga
Menurut Harnilawati (2013: 8) struktur keluarga terdiri
dari bemacam- macam diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana
hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah suami.
e. Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang
menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami atau istri.
2.1.5.4 Tipe Keluarga
Menurut Harnilawati (2013:4) keluarga dibedakan
menjadi dua tipe, sebagai berikut:
a. Secara Tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi 2
yaitu :
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga
yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang
16
diperoleh dari keturunan atau adopsi atau
keduanya.
2) Keluarga Besar (Extended Family) adalah
keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang
masih mempunyai hubungan darah (Kakek,
nenek, paman, bibi).
b. Secara modern (Berkembangnya peran individu dan
meningkatnya rasa individualism) maka
pengelompokan tipe keluarga selain diatas adalah :
1) Traditional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam
satu rumah ditetapkan oleh sanksi- sanksi legal
dalam suatu ikatan perkawinan, salah satu atau
keduanya dapat bekerja diluar rumah.
2) Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/ istri, tinggal dalam
pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya,
baik itu bawaan dari pekawinan lama maupun
hasil dari perkawinan baru, satu/ keduanya dapat
bekerja diluar rumah.
3) Middle Age/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah
kedua-duanya bekerja dirumah, anak-anak
meninggalkan rumah karena sekolah/
perkawinan/meniti karier.
4) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak
mempunyai anak yang keduanya atau salah satu
bekerja dirumah.
17
5) Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau
kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat
tinggal dirumah atau diluar rumah.
6) Dual carier
Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan
tanpa anak.
7) Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan
tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya
saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
8) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri
dengan tidak adanya keinginan untuk kawin
9) Three Generation
Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu
rumah.
10) Institutional
Yaitu anak-anak atau orang- orang dewasa
tinggal dalam suatu panti- panti.
11) Communal
Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih
pasangan yang monogami dengan anak-
anaknya dan bersama- sama dalam penyediaan
fasilitas.
12) Group Marriage
Yaitu suatu perumahan terdiri dari orang tua dan
keturunannya didalam suatu kesatuan keluarga
dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain
dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
18
13) Unmaried Parent and Child
Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak
dikehendaki, anaknya diadopsi.
14) Cohibing Couple
Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal
bersama tanpa kawin.
15) Gay and lesbian family
Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan
yang berjenis kelamin sama.
2.1.5.5 Fungsi Pokok keluarga
Menurut Friedman dalam Harnilawati (2013: 9) secara
umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain.
b. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan
tempat melatih anak untuk berkehidupan social
sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain diluar rumah.
c. Fungsi Refroduksi
Untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
Adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu dalam
19
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
e. Fungsi Perawatan kesehatan
Yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan
kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi.
2.1.5.6 Tahap- Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Duval dalam Harnilawati (2013: 18) keluarga
terbagi dalam 8 tahap perkembangan, yaitu :
a. Keluarga Baru (Bergaining Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Menetapkan tujuan bersama
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman
dan kelompok sosial.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua
6) Memahami Prenatal care.
b. Keluarga dengan anak pertama <30 bulan (Chid
Bearing). Masa ini merupakan transisi menjadi orang
tua yang akan menimbulkan krisis keluarga.
1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran,
interaksi, seksual dan kegiatan)
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan
dengan pasangan.
3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana
peran orang tua terhadap bayi dengan memberi
sentuhan dengan kegiatan.
20
4) Bimbingan orang tua tentang perubahan dan
perkembangan anak.
5) Konseling KB post partum 6 minggu.
c. Keluarga dan anak prasekolah
Tugas perkembangan adalah menyesuaikan pada
kebutuhan pada anak pra-sekolah (sesuai dengan
tumbuh kembang proses belajar dan kontak sosial)
dan merencanakan kelahiran berikutnya. Tugas
perkembangan keuarga pada saat ini adalah :
1) Pemenuhan anggota keluarga
2) Membantu anak bersosialisasi
3) Mempertahankan hubungan didalam maupun
diluar keluarga.
4) Pembagian waktu individu, pasangan dan anak.
5) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi
tumbuh dan kembang anak.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan
diluar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas.
2) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan
daya intelektual.
3) Menyediakan aktivitas untuk anak.
4) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk
biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Pengembangan terhadap remaja.
2) Memelihara komunikasi terbuka.
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga
21
4) Mempersiapkan perubahan system peran dan
peraturan anggota keluarga untuk memenuhi
kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa (anak 1 meninggalkan
rumah). Tugas perkembangan keluarga
mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerima kepergian anaknya, menata kembali
fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga,
berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek. Tugas
perkembangan keluarga saat ini adalah :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman.
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga
baru dimasyarakat.
4) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada
pada keluarga.
5) Berperan suami- istri kakek dan nenek.
6) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat
menjadi contoh bagi anak- anaknya.
g. Keluarga usia pertengahan (Midle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan
dalam mengolah minat sosial dan waktu santai.
2. Memulihkan hubungan generasi muda tua
3. Keakraban dengan pasangan
4. Persiapan masa tua/ pensiunan.
h. Keluarga lanjut usia
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1. Penyesuaian terhadap masa pensiun dengan cara
merubah hidup.
22
2. Menerima kematian pasangan, kawan dan
mempersiapkan kematian.
3. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling
merawat.
2.1.5.7 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Menurut Setyowati dan Murwani (2008) sesuai dengan
fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai
tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga, merupakan
keutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena
tanpa kesehatan segala sesuatu akan tidak berarti dan
karena kesehatan lah kadang seluruh kekuatan sumber
daya dan dana keluarga habis.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi
keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang
utama utnuk mencari pertolongan yang tepat sesuai
dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa
diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk tindakan keluarganya.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan. Seringkali keluarga telah mengambil
tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh
keluarga sendiri jika demikian, anggota keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh
tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang
lebih parah tidak dapat terjadi.
23
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin
keluarga yang sehat. Yaitu keluarga mampu
memodifikasi lingkungan bagi anggota keluarganya.
e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan disekitarnya bagi
keluarga. Yaitu keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas yang ada disekitar yang dekat dengannya.
2.1.5.8 Dukungan Keluarga
Friedman (2010) mengatakan bahwa dukungan
keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap klien yang sakit. Anggota keluarga
memandang bahwa orang yang mendukung selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
Sistem terapi dukungan dapat digunakan pada segala
pencegahan (primer, sekunder, dan tersier).
Niven (2002) dalam Yuliana (2015) mengatakan
dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi ketidakpatuhan. Keluarga dapat
membantu menghilangkan godaan pada ketidakpatuhan
dan keluarga seringkali menjadi kelompok pendukung
untuk kepatuhan.
Menurut sarafino (2006) dalam Indriyatmo (2015)
mengatakan terdapat beberapa komponen-komponen
dukungan keluarga yaitu :
a. Dukungan Informasi
Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi
dan tanggung jawab bersama, termasuk didalamnya
memberikan solusi dari masalah, memberikan
nasihat, pengarahan, saran, atau umpan balik
24
tentang apa yang dilakukan oleh seseorang.
Keluarga dapat menyediakan informasi dengan
menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi
dirinya, dan tindakan spesifik bagi individu untuk
melawan stressor. Individu yang mengalami depresi
dapat keluar dari masalahnya dan memecahkan
masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan
menyediakan feed back. Pada dukungan informasi
ini keluarga sebagai penghimpun informasi dan
pemberian informasi.
b. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan
umpat balik, membimbing dan memecahkan
masalah serta sebagai sumber validator identitas
anggota keluarga, diantaranya memberikan support,
pengakuan, penghargaan dan penilaian.
c. Dukungan Instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan
praktis dan konkrit, diantaranya yaitu memberikan
bantuan langsung dari orang yang diandalkan dalam
keluarga memberikan bantuan langsung seperti
memberikan bantuan materi, tenaga atau sarana.
Dukungan ini akan membantu individu dalam
melaksanakan misi atau tujuan nya.
d. Dukungan Emosional
Dukungan emosional dalam keluarga adalah peran
keluarga untuk menciptakan suasana aman dan
damai serta membantu antar anggota keluarga
dalam mengendalikan emosi. Dukungan emosional
memberikan individu perasaan nyaman, merasa
dicintai saat mengalami masalah, bantuan dalam
25
bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian
sehingga individu yang menerimanya merasa
berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga
menyediakan tempat istirahat dan memberikan
semangat.
2.1.6 Dukungan Emosional Keluarga
Dukungan emosional keluarga merupakan faktor yang penting
dalam mengurangi efek stres yang dapat berasal dari teman,
anggota keluarga bahkan pemberi perawatan ketika menghadapi
suatu masalah, Seseorang yang mendapat dukungan emosional
keluarga yang lebih tinggi akan menjadikan seseorang berfikir
positif dan jika kurang mendapat dukungan emosional akan
menyebabkan peningkatan emosional yang negative (Sugiarto,
2017).
Menurut Friedman (2010) dukungan emosional keluarga
merupakan dukungan berupa tempat yang aman dan damai untuk
bersitirahat dan pemulihan serta membantu dalam penguasaan
terhadap emosi yang diterima dari keluarga. Dukungan emosional
keluarga ini berupa dukungan rasa empati, kepedulian, perhatian,
terhadap anggota keluarga yang mengalami penyakit. Dukungan
emosional yang diberikan keluarga akan membuat individu tidak
merasa menanggung beban sendirian, tetapi masih ada keluarga
yang mau mendengarkan segala keluh kesah yang dihadapinya.
Menurut (Cohen dan Mc Kay dalam setiawan, 2015) dukungan
emosional keluarga yaitu dukungan yang memberikan pasien
perasaan nyaman, merasa dicintai meskipun saat mengalami
masalah, bantuan ini akan membuat penerima merasa berharga,
Dukungan emosional ini dapat mengurangi stres dan meningkatkan
26
kesejahteraan fisik sesseorang, sehingga dukungan ini merupakan
social support yang sangat penting dalam meningkatkan kepatuhan
pasien gagal ginjal kronik dalam menjalani hemodialisa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dukungan emosional keluarga
adalah dukungan emosional yang didapatkan dari keluarga berupa
dukungan ungkapan rasa simpati, pemberian perhatian, kasih
sayang, penghargaan dan kebersamaan. Adanya dukungan
emosional keluarga akan membuat individu merasa nyaman, aman,
dicintai, diperhatikan, dan menjadi bagian dari keluarga yang
selalu diperhatikan ketika berada dalam situasi yang tidak
menyenangkan. Dukungan ini sangat penting diberikan pada
individu dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat
dikontrol. Sumber terdekat dukungan emosional adalah keluarga
dan pemberian dukungan emosional dari keluarga sangat
mempengaruhi terhadap status alam perasaan dan motivasi diri
pasien dalam menjalani program terapi pembatasan asupan cairan
pasien tersebut.
2.1.7 Hubungan Dukungan Emosional Keluarga dengan Pembatasan
Asupan Cairan Pasien GGK.
Dukungan emosional merupakan faktor penting yang dapat
mengurangi efek stres yang dapat berasal dari teman, anggota
keluarga bahkan pemberi perawatan ketika menghadapi suatu
masalah. Seseorang yang memiliki dukungan emosional yang lebih
akan menjalankan perilaku sehat yang positif dan kurangnya
dukungan berhubungan dengan peningkatan emosi yang negative.
(Sugiarto, 2017). Seseorang yang mendapat dukungan akan merasa
diperhatikan, merasa berharga, percaya diri dan menumbuhkan rasa
yakin sehingga pasien mampu mentaati aturan yang harus
dijalani, dan hal itu akan lebih mendukung pasien dalam
27
melakukan pembatasan asupan cairan. Andriani (2013) dalam
Nadi (2014). Dukungan dari keluarga dapat menumbuhkan rasa
yakin sehingga pasien mampu mentaati aturan yang harus dijalani.
Kedekatan pasien dengan orang-orang disekitarnya juga dapat
menimbulkan ikatan emosional diantara keduanya. Ikatan
emosional tersebut dapat dirasakan oleh pasien sebagai dukungan
dari keluarga dan menjadi sebuah pengaruh tersendiri bagi pasien
yang sekaligus dapat mempengaruhi kepatuhan dalam pembatasan
asupan cairan (Nadi, 2014).
2.2 Konsep Pembatasan Asupan Cairan
2.2.1 Asupan Cairan
Hipotalamus diotak adalah suatu pusat pengendali rasa haus.
Stimulus fisiologis utama terhadap pusat rasa haus adalah
peningkatan konsentrasi plasma dan penurunan volume darah. Sel-
sel reseptor yang disebut osmoreseptor secara terus menerus
memantau osmolalitas. Pusat rasa haus diaktifkan dan dideteksi
oleh osmoreseptor saat tubuh kekurangan cairan terlalu banyak.
Akibatnya, seseorang akan merasa haus. Air juga diperoleh dari
asupan makanan seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan daging,
serta oksidasi bahan makanan selama proses pencernaan. Sekitar
220 ml air juga diproduksi setiap hari selama metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak berlangsung (Potter dan Perry, 2006
dalam Atikah, 2016).
Asupan cairan pasien penyakit gagal ginjal kronik harus
disesuaikan dengan batas asupan cairan yang sudah ditentukan,
rasa haus yang dialami pasien menyebabkan terjadinya fenomena
kelebihan cairan pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa.
Berat badan harian merupakan parameter penting yang dipantau,
selain catatan yang akurat mengenai asupan dan keluaran.
28
Kenaikan BB diantara waktu hemodialisa yaitu Intradyalitic
Weight Gain (IDWG)< 5% BB kering. Menurut (Almatsier, 2006
dalam Atikah 2016). Sebelum dan sesudah hemodialisis berat
badan pasien ditimbang secara rutin dan IDWG diukur dengan cara
menghitung selisih antara berat badan setelah HD pada periode
hemodialisis pertama dikurangi berat badan pasien sebelum pre
HD kedua dibagi berat badan setelah HD pada periode
hemodialisis pertama dikalikan 100%. Misalnya BB pasien post
HD ke 1 adalah 54 kg, BB pasien pre HD ke 2 adalah 58 kg,
prosentase IDWG (58 -54) : 58 x 100% = 6,8 %.
Mempertahankan keseimbangan cairan yaitu dengan mengukur
masukan dan haluaran cairan. Asupan cairan diberikan sesuai
dengan pengukuran yang disesuaikan dengan kebutuhan dalam 24
jam. Kebutuhan pasien akan air dapat dilakukan melalui
pengukuran urin yang dikeluarkan dalam 24 jam menggunakan
gelas silinder dan ditambah air 500 ml. Jumlah ini akan mengganti
jumlah air yang hilang dari dalam tubuh (volume urin+500 cc).
Kegiatan yang dilakukan dalam upaya mengatur keseimbangan
cairan, dilakukan kegiatan memonitor penambahan berat badan
setiap hari, mencatat asupan dan keluaran cairan secara akurat,
memonitor distensi vena leher, bunyi ronchi pada paru, adanya
edem, membatasi dan mengatur asupan cairan dan melakukan
dialysis. (Tjokoprawiro, dkk., 2007; Syamsiyah, 2011 dalam
Atikah 2016).
2.2.2 Haluaran Urin
Menurut (Smeltzer & Bare, 2002 dalam Atikah, 2016) cairan
dikeluarkan melalui organ-organ tubuh sebagai berikut :
2.2.2.1 Ginjal
29
Ginjal memiliki peran penting, yaitu secara normal ginjal
menyaring 170 liter plasma setiap hari pada orang
dewasa. Sementara pada saat yang sama ginjal
mengekskresikan urin 1,5 liter, selain itu ginjal berfungsi
untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
2.2.2.2 Paru-paru
Paru-paru berfungsi mempertahankan homeostatis.
Melalui ekshalasi, paru-paru membuang kira-kira 300 ml
air setiap hari.
2.2.2.3 Kelenjar pituitary
Hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh
hipotalamus yang disimpan dalam kelenjar pituitary
posterior dan dilepaskan jika diperlukan. ADH disebut
juga hormon penyimpanan air, mempertahankan tekanan
osmotik sel dengan mengendalikan retensi atau ekskresi
oleh ginjal dan mengatur volume darah.
2.2.2.4 Kelenjar adrenal
Kelenjar ini mempunyai pengaruh dalam keseimbangan
cairan. Peningkatan aldosterone menyebabkan retensi
natrium dan kehilangan kalium.
2.2.3 Pembatasan Asupan Cairan
Pembatasan cairan merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan pasien dengan
hemodialisa. Diantara semua manajemen yang harus dipatuhi
dalam terapi hemodialisa, pembatasan cairan yang paling sulit
untuk dilakukan dan paling membuat pasien stres serta depresi,
terutama jika mereka mengkonsumsi obat-obatan yang membuat
membran mukosa kering seperti diuretik, sehingga menyebabkan
rasa haus dan pasien berusaha untuk minum (Iacono, 2008).
30
Pembatasan cairan pada pasien penyakit ginjal kronik sangat perlu
dilakukan untuk mencegah terjadinya edema dan komplikasi
kardiovaskular. Air yang masuk kedalam tubuh harus seimbang
dengan air yang keluar, baik melalui urin maupun insensible water
loss (IWL). Pembatasan asupan cairan bergantung pada haluaran
urine. Berasal dari insensible water loss ditambah dengan haluaran
urin per 24 jam yang diperbolehkan untuk pasien dengan penyakit
ginjal kronik yang menjalani dialysis. Asupan cairan pasien
penyakit ginjal kronik harus disesuaikan dengan batas asupan
cairan yang sudah ditentukan, rasa haus yang dialami pasien
menyebabkan terjadinya fenomena kelebihan cairan pada klien
yang menjalani terapi hemodialisis. Berat badan harian merupakan
parameter penting yang dipantau, selain catatan yang akurat
mengenai asupan dan keluaran. Kenaikan BB diantara waktu HD
(IDWG)< 5% BB kering. (Almatsier, 2006; Smeltzer & Bare, 2008
dalam Rahman, 2014). Sebagai contoh seorang yang mengeluarkan
urin 300 cc/ 24 jam, maka cairan yang boleh dikonsumsi adalah :
600 cc + 300 cc = 900 cc/ 24 jam.
Perawat harus menjelaskan alasan pembatasan asupan cairannya,
banyaknya asupan cairan yang diperbolehkan dan menjelaskan
bahwa potongan es, dan es krim adalah cairan. Sehingga setelah
diberi informasi. Klien harus membantu dan memutuskan
pembagian jumlah total cairan yang boleh dikonsumsi setiap
makan, diantara waktu makan, sebelum tidur, dan saat meminum
obat. Makanan-makanan cair dalam suhu ruang (agar agar, sop
dan eskrim) dianggap cairan yang masuk. Pasien GGK yang
mendapatkan terapi hemodialisa harus mengatur asupan cairan,
sehingga berat badan yang diperoleh tidak lebih dari 1,5 kg
diantara waktu dialysis (Lewis et al.,2010).
31
Mengontrol asupan cairan merupakan salah satu masalah bagi
pasien yang mendapatkan terapi dialysis, karena dalam kondisi
normal manusia tidak bertahan lebih lama tanpa asupan cairan
dibandingkan dengan makanan. Namun bagi penderita penyakit
gagal ginjal kronik harus melakukan pembatasan asupan cairan
untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Ginjal sehat melakukan
tugasnya menyaring dan membuang limbah dan racun ditubuh kita
dalam bentuk urin 24 jam, apabila fungsi ginjal terganggu maka
terapi HD yang menggantikan tugas tersebut. Mayoritas pasien
yang mendapatkan terapi HD di Indonesia dilakukan dialysis
dengan 2 kali perminggu, dan 4-5 jam perkali dialysis. Itu Artinya
tubuh harus menanggung kelebihan cairan diantara dua waktu
terapi (YGDI,2008).
Penilaian umum mengenai berat badan bersih adalah penting untuk
mempermudah perawat dan pasien dalam mengurangi kelebihan
cairan selama pelaksananaan dialysis. 1 kg BB sebanding dengan 1
liter cairan, artinya berat badan klien adalah metode yang
sederhana dan akurat untuk menilai pertambahan maupun
pengurangan berat badan (Mortone & Fontaine 2009). Cara
pengontrolan asupan cairan yang masuk kedalam tubuh dapat
dilakukan dengan memperhatikan jumlah cairan yang di minum
harus seimbang dengan jumlah urin yang dikeluarkan. Pasien harus
mengurangi konsumsi garam dan makanan yang mengandung
garam seperti makanan kaleng, makanan olahan dan fast food.
Yang harus diingat adalah bahwa bukan hanya air yang dianggap
sebagai cairan melainkan juga kaldu, susu, buah- buahan, sayur-
mayur dan agar- agar. Selain itu pasien juga diharapkan mengikuti
petunjuk yang diberikan oleh dokter mengenai jumlah cairan yang
boleh diminum, dengan memperhitungkan cairan yang ada didalam
makanan dan air yang dikonsumsi.
32
Menurut Fatmawati (2011) dalam Risdayanti (2014) ada produk
sisa didalam darah yang tidak dapat terbuang dengan sempurna,
oleh karena itu harus dibatasi jumlah konsumsinya dalam makanan
sehari-hari sehingga tidak terjadi akumulasi didalam tubuh yang
dapat membahayakan kesehatan. Produk sisa tersebut didalamnya
adalah fosfor, kalium dan natrium. Beberapa tips untuk membatasi
atau mengontrol asupan cairan :
2.2.3.1 Hindari makanan yang terlalu asin dan pedas karena akan
membuat haus, untuk itu batasi konsumsi makanan yang
mengandung terlalu banyak sodium dan pedas.
2.2.3.2 Berhati-hatilah terhadap makanan yang mengandung
cairan. Cairan tidak hanya apa yang kita minum namun
juga apa yang dimakan. Beberapa makanan seperti
semangka dan beberapa buah lainnya seperti, sup, es
cream, mengandung kadar cairan yang tinggi.
2.2.3.3 Usahakan lebih banyak mengkonsumi minuman yang
dingin dibandingkan dengan minuman yang panas.
2.2.3.4 Gunakan makanan sebagai pengganti minuman untuk
menelan obat-obatan.
2.2.3.5 Hindari bibir kering, bibir kering dapat menimbulkan
ketidaknyamanan yang menimbulkan keinginan untuk
minum . Banyak cara agar mulut tidak kering antara lain
dengan kumur-kumur, menggosok gigi, menghisap
permen atau mengolesi bibir dengan es batu atau
mengkonsumsi satu potong jeruk dingin.
2.2.3.6 Apabila pasien mempunyai penyakit diabetes, pastikan
kadar gula darah tetap terjaga. Kadar glukosa darah yang
tinggi akan mengakibatkan haus.
2.2.3.7 Jangan terlalu lama berada ditempat yang berhawa panas.
2.2.3.8 Mandi dengan air dingin.
33
Adapun cara untuk mengetahui bila cairan tubuh terlalu banyak
dan melihat secara objektif mengenai pasien dalam melakukan
pembatasan asupan cairan adalah dengan melihat ada tidaknya
pembengkakan edema disekitar mata, tangan, kaki, perut,
mengalami kenaikan berat badan secara drastis, tekanan darah yang
lebih tinggi dari biasanya walau sudah minum obat, dan banyak
yang terjadi keluhan susah bernafas atau mengalami sesak dan sulit
tidur. Selain itu dengan mengetahui melalui medical chek up kadar
ureum maka kita akan tahu bahwa asupan cairan kita terkontrol
atau tidak. (Fatmawati, 2011 dalam Risdayanti,2014).
2.2.4 Kepatuhan
Kepatuhan berasal dari kata patuh, yaitu berarti disiplin dan taat
Menurut Sacket dalam Niven (2012) Kepatuhan adalah sejauh
mana prilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh
professional kesehatan. Kepatuhan juga bisa dikatakan sebagai
tingkat prilaku pasien yang tertuju terhadap instruksi atau petunjuk
yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik
diet, latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan
dokter. Stanley (2007) dalam Muhibbudin (2013).
Kepatuhan ini dibedakan menjadi dua yaitu kepatuhan (total
compliance) dimana dalam kondisi ini penderita yang menjalani
hemodialisa patuh secara bersungguh-sungguh terhadap diet, dan
penderita yang tidak patuh (non-compliance) dimana pada keadaan
ini penderita tidak melaksanakan diet yang disarankan. Smet
(2010) dalam Muhibbudin (2013).
2.2.4.1 Pengukuran Kepatuhan
Menurut Carpenito (2000) dalam Risdayanti 2014) patuh
adalah sikap positif yag ditunjukan dengan adanya
34
perubahan secara berarti sesuai tujuan pengobatan yang
ditetapkan. Kepatuhan dalam pengobatan meliputi :
a. Kontrol teratur, yaitu apabila penderita datang berobat
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, tahu
keadaan emergency yang memerlukan pengobatan
diluar jadwal control.
b. Berperilaku sesuai aturan, yaitu penderita mau
melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan kesehatan sesuai aturan yang telah ditetapkan ,
misalnya minum obat, makan-makanan yang boleh
dimakan, membatasi cairan, mengurangi aktivitas,
dan sebagainya.
Kepatuhan pasien terhadap aturan pengobatan
prakteknya sulit dianalisa karena kepatuhan sulit
diidentiifikasikan, sulit diukur dengan teliti dan
tergantung banyak faktor, pengkajian yang akurat
terhadap individu yang tidak patuh merupakan suatu
tugas yang sulit. Metode-metode yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana seseorang dalam mematuhi
nasihat dari tenaga kesehatan yang meliputi laporan data
dari orang itu sendiri, laporan tenaga kesehatan,
perhitungan jumlah pil dan botol, tes darah dan urine,
alat-alat mekanis, observasi langsung dari hasil
pengobatan (Niven, 2012).
Menurut Niven (2012) pengukuran kepatuhan
dikategorikan menjadi :
a. Patuh yaitu bila prilaku pasien sesuai dengan
ketentuan yang diberikan oleh professional
kesehatan.
35
b. Tidak patuh yaitu bila pasien menunjukan
ketidaktaatan terhadap instruksi yang diberikan
2.2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan.
Menurut Niven (2012) ada beberapa faktor yang dapat
mendukung sikap patuh pasien, diantaranya :
a. Pendidikan, pendidikan dapat meningkatkan
kepatuhan pasien sepanjang pendidikan tersebut
merupakan pendidikan yang aktif, seperti
penggunaaan buku oleh pasien secara mandiri.
b. Akomodasi, suatu usaha harus dilakukan untuk
memahami ciri kepribadian pasien yang dapat
mempengaruhi kepatuhan. Pasien yang lebih mandiri,
harus dilibatkan secara aktif dalam program
pengobatan sementara pasien yang tingkat cemasnya
tinggi menghadap sesuatu harus diturunkan terlebih
dahulu tigkat ansietasnya. Tingkat cemas yang terlalu
tinggi, akan membuat kepatuhan berkurang.
c. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial, membangun
dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman
sangat penting. Kelompok pendukung dapat dibentuk
untuk membantu memahami kepatuhan terhadap
program pengobatan.
d. Perubahan model terapi, program pengobatan dapat
dibuat sederhana mungkin dan pasien terlibat aktif
dalam pembuatan program tersebut.
e. Meningkatnya interaksi professional kesehatan
dengan pasien adalah suatu hal yang penting untuk
memberikan umpan balik pada pasien setelah
memperoleh informasi diagnosis.
36
f. Pengetahuan, merupakan hasil tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
objek tertentu, dari pengalaman dan penelitian
terbukti bahwa penelitian yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih baik dari pada yang tidak
didasari oleh pengetahuan.
g. Usia, yaitu semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan,
masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya
daripada orang yang belum cukup tinggi
kedewasaannya.
h. Dukungan keluarga, Dukungan keluarga dapat
menjadi faktor yang dapat berpengaruh dalam
menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu
serta menentukan program pengobatan yang akan
diterimanya. Keluarga juga memberikan dukungan
dan membuat keputusan mengenai perawatan anggota
keluarga yang sakit. Derajat dimana seseorang
terisolasi dari pendampingan orang lain.
Menurut (Notoatmodjo,2012; kamerrer,2007 dalam
Yuliana 2015) terdapat faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kepatuhan pembatasan cairan antara lain:
a. pendidikan
b. pengetahuan
c. Sikap
d. Dukungan keluarga
e. Lama Menjalani hemodialisis.
37
2.2.5 Komplikasi Tidak Membatasi Asupan Cairan
Menurut (Brunner & Suddarth,2002 dalam Sari, 2014) Pasien
gagal ginjal kronis perlu mengontrol dan membatasi jumlah asupan
cairan yang masuk dalam tubuh. Pembatasan tersebut penting agar
pasien tetap merasa nyaman pada saat sebelum, selama dan
sesudah terapi hemodialisis. Apabila pasien tidak membatasi
jumlah asupan cairan akan menyebabkan terjadinya beberapa
komplikasi sebagai berikut :
2.2.5.1 Cairan akan menumpuk di dalam tubuh dan akan
menimbulkan edema paru dan edema disekitar tubuh
seperti tangan, kaki dan muka.
2.2.5.2 Ascites yaitu penumpukan cairan terjadi di rongga perut.
2.2.5.3 Tekanan darah meningkat
2.2.5.4 Sesak nafas yaitu diakibatkan karena penumpukan cairan
yang masuknya kedalam paru-paru.
2.2.5.5 Peningkatan berat badan, pasien yang tidak membatasi
asupan cairan tentunya akan mengalami peningkatan
berat badan yang cukup tajam, mencapai lebih dari berat
badan normal.
2.2.5.6 Kematian mendadak.
2.3 Konsep Penyakit gagal Ginjal Kronik
2.3.1 Pengertian
Gagal ginjal kronis (GGK) atau penyakit renal tahap akhir
merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan kesimbangan cairan serta elektrolit menyebabkan
terjadinya uremia yaitu adanya urea dan produk buangan nitrogen
lain dalam jumlah berlebihan dalam darah. Penurunan fungsi ginjal
progresif mengarah pada penyakit tahap akhir dan kematian
(Smeltzer & Bare, 2002 dalam Padila, 2012).
38
Menurut Muttaqin (2011: 166) Gagal ginjal kronis adalah
kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta
keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal
yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit
(toksik uremik) di dalam darah. Menurut Sudoyo et al. (2010
:1035) penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis
dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi
ginjal yang progresif.
2.3.2 Penyebab gagal Ginjal
Menurut Muttaqin (2011 : 166) penyakit gagal gijal kronis dapat
disebabkan karena :
2.3.2.1 Penyakit dari ginjal
Penyakit pada saringan (Glomelurus), infeksi kuman,
batu ginjal, keganasan pada ginjal, sumbatan, tumor.
2.3.2.2 Penyakit umum luar ginjal
Penyakit sistemik, diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol
tinggi, dyslipidemia, infeksi di badan dan obat-obatan.
2.3.3 Patofisiologi
Menurut Muttaqin (2011: 167) secara ringkas patofisiologi gagal
ginjal kronis dimulai pada fase awal gangguan, keseimbangan
cairan, penanganan garam, serta penimbunan zat-zat sisa masih
bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai
fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal, manifestasi gagal
ginjal kronis mungkin minimal karena nefron- nefron sisa yang
sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang
tersisa meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsorpsi, dan sekresinya,
serta mengalami hipertropi. Seiring makin banyak nefron yang
mati, maka nefron yang tersisa menghadapi tugas yang semakin
berat sehingga nefron- nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya
39
mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan
dengan tuntutan pada nefron- nefron yang ada untuk meningkatkan
reabsorpi protein. Pada saat penyusunan progresif nefron-nefron,
terjadi jaringan parut dan aliran darah ginjal kebelakang. Pelepasan
renin akan meningkat bersama- sama dengan kelebihan beban
cairan sehingga dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi akan
memperburuk kondisi ginjal, dengan tujuan agar meningkatkan
filtrasi protein-protein plasma. Kondisi ini akan bertambah buruk
dengan semakin banyak terbentuk jaringan parut sebagai respon
dari kerusakan nefron dan secara progresif fungsi ginjal menurun
drastis dengan manifestasi penumpukan metabolit- metabolit yang
harus dikeluarkan dari siklus sehingga akan terjadi sindrom uremia
berat yang memberikan banyak manifestasi pada setiap organ
tubuh.
2.3.4 Manifestasi
Beberapa gejala penyakit ginjal kronik menurut Alam & Hadibroto
(2007) dalam Atikah (2016) sebagai berikut :
2.3.4.1 Perubahan frekuensi kencing, sering ingin berkemih pada
malam hari.
2.3.4.2 Pembengkakan pada bagian pergelangan kaki.
2.3.4.3 Kram otot pada malam hari
2.3.4.4 Lemah dan lesu, kurang berenergi.
2.3.4.5 Nafsu makan turun, mual dan muntah.
2.3.4.6 Sulit tidur
2.3.4.7 Bengkak seputar mata pada waktu bangun pagi hari atau
mata merah dan berair ( uremic red eye ) karena deposit
garam kalsium fosfat yang dapat menyebabkan iritasi
hebat pada selaput lendir mata.
2.3.4.8 Kulit gatal dan kering.
40
2.3.5 Gambaran Klinis Penyakit Ginjal Kronik
Menurut Lemone et al., (2016) gambaran klinis perjalanan
penyakit gagal ginjal kronik dapat dilihat melalui hubungan antara
kebersihan kreatinin dan glomelurus filtrate rate (GFR) terhadap
kreatinin serum dan kadar urea darah dengan rusaknya masa nefron
secara progresif oleh penyakit gagal ginjal kronik. Pejalanan klinis
penyakit ginjal kronik dapat dibagi menjadi 5 stadium, yaitu :
2.3.5.1 Stadium I
Stadium I dinamakan penurunan cadangan ginjal. Secara
perlahan akan terjadi penurunan fungsi nefron yang
progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea
dan kreatinin serum. Sampai pada GFR ≥ 90 mL/
menit/1,73 m2. klien masih belum merasakan keluhan,
tetapi telah terjadi peningkatan urea dan kreatinin serum.
2.3.5.2 Stadium II
Pada derajat ini klien akan mengalami kerusakan ginjal
dengan glomelurus fitrate rate (GFR) mengalami
penurunan ringan, dimana GFR sebesar 60- 89
mL/menit/1,73 m2.
2.3.5.3 Stadium III
Pada derajat ini klien akan mengalami kerusakan ginjal
dengan glomelurus filtrate rate (GFR) mengalami
penurunan sedang, dimana GFR 30- 59 mL/ menit/ 1,73
m2.
2.3.5.4 Stadium IV
Pada derajat ini klien akan mengalami kerusakan ginjal
dengan glomelurus filtrate rate (GFR) mengalami
penurunan berat, pada stadium ini GFR sebesar 15- 29
mL/ menit/ 1,73 m2.
41
2.3.5.5 Stadium V
Pada stadium akhir GFR dibawah <15 mL/ menit/ 1,73
m2. Akan terjadi tanda dan gejala komplikasi yang lebih
serius yaitu gagal ginjal dengan azotemia dan uremia
yang nyata, pada tahap ini klien sangat memerlukan terapi
pengganti ginjal, seperti dialysis ataupun transplantasi
ginjal.
2.3.6 Psikologis pasien gagal ginjal
Menurut Muttaqin (2011: 17) adanya perubahan fungsi struktur
tubuh dan adanya tindakan dialisa akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Lama perawatan,
banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan, gangguan konsep diri dan gangguan peran
pada keluarga.
2.3.7 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi
ginjal dan homeostatis selama mungkin. (Atikah,2016). Adapun
penatalaksanaan nya sebagai berikut :
2.3.7.1 Diet rendah kalori dan protein
Diet rendah kalori dan protein (20-40 g/hari) dan tinggi
kalori menghilangkan gejala anoreksia dan nausea dan
uremia, menyebabkan penurunan ureum dan perbaikan
gejala hindari masukan berlebihan dari kalium dan garam.
2.3.7.2 Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan
garam biasanya di usahakan hingga tekanan vena juga
harus sedikit meningkat.
2.3.7.3 Kontrol Hipertensi
Bila tidak terkontrol dapat terakselerasi dengan hasil
akhir gagal ginjal kiri pada klien hipertensi dengan
42
penyakit gagal ginjal, keseimbangan garam dan cairan
diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah, sering
diperlukan diuretic loop, selain obat anti hipertensi.
2.3.7.4 Kontrol ketidakseimbangan elektrolit.
Yang sering ditemukan adalah hyperkalemia dan asidosis
berat. Untuk mencegah hyperkalemia, dihindari masukan
kalium yang besar (batasi hinggal 60 mmol/hari), diuretik
hemat kalium, obat-obatan yang berhubungan dengan
ekskresi kalium (misalnya penghambat ACE dan obat anti
infalamasi nonsteroid), asidosis berat atau kekurangan
garam yang menyebabkan pelepasan kalium dari sel dan
ikut dalam kaliuresis. Deteksi melalui kadar kalium
plasma dan EKG. Gejala-gejala asidosis baru jelas bila
bikarbonat kurang dari 15 mmol/liter biasanya terjadi
pada klien yang sangat kekurangan garam dan dapat
diperbaiki secara spontan dengan dehidrasi, namun
perbaikan yang cepat dapat berbahaya.
2.3.7.5 Deteksi dini dan terapi infeksi
Klien uremia harus di terapi seagai klien imunosupresif
dan diterapi lebih ketat.
2.3.7.6 Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal
Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosis nya
karena metabolitnya toksis dan dikeluarkan oleh ginjal.
Misalnya digoksin, aminoglikosid, analgesik opiate,
amfoterisin, dan alupurinol juga obat- obatan yang
meningkatkan metabolisme dan ureum darah, misalnya
tetrasiklin, kortikostiroid, dan sitostatik.
2.3.7.7 Deteksi dan terapi komplikasi
Awasi dengan ketat kemungkinan ensefelopati uremia,
pericarditis, neuropati perifer, hyperkalemia yang
meningkat, kelebihan cairan yang meningkat, infeksi
43
yang mengancam jiwa, kegagalan untuk bertahan,
sehingga diperlukan dialisa.
2.3.7.8 Kontrol asupan cairan
Asupan cairan berhubungan kelengkapan nutrisi yang
seimbang pengontrolan nya, karena itulah pembatasan
asupan cairan yang sangat berhubungan dengan
monitoring nutrisi. Ginjal yang sehat mampu menjaga
keseimbangan cairan di dalam tubuh dengan dengan cara
mengeluarkan kelebihan air didalam darah. Bila ginjal
tidak berfungsi dengan baik, cairan akan menumpuk
didalam tubuh, pada penyakit gagal ginjal kronik ginjal
tidak mampu lagi melakukan fungsi ini, sehingga asupan
cairan kedalam tubuh harus sangat terkontrol.
2.3.7.9 Program Transplantasi Ginjal
Ketika strategi penatalaksanaan farmakologi dan diet
tidak lagi efektif untuk mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit serta mencegah uremia, dialisa atau
transplantasi ginjal akan dipertimbangkan.
2.3.7.10 Persiapan dialisa
Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik terdeteksi.
Indikasi dilakukan dialisa biasanya adalah gagal ginjal
dengan klinis yang jelas meski telah dilakukan terapi
konservatif atau terjadi.
2.4 Konsep Hemodialisa
2.4.1 Definisi
Hemodialisa dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengubahan
komposisi solute darah oleh larutan lain (cairan dialisat) melalui
membran semi permeabel (membran dialisa). Tetapi pada
prinsipnya, hemodialisa adalah suatu proses pemisahan atau
penyaringan atau pembersihan darah melalui suatu membrane
44
semipermeabel yang dilakukan pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal baik akut maupun kronik (Suhardjono, 2014).
Menurut (Mary, 2008) Hemodialisa adalah pengendalian darah
pasien dari tubuhnya melalui dializer yang terjadi secara difusi dan
ultrafiltrasi, kemudian darah kembali lagi kedalam tubuh klien.
Hemodialisa memerlukan akses ke sirkulasi darah klien, suatu
mekanisme untuk membawa darah klien ke dan dari dializer
(tempat terjadi pertukaran cairan, elektrolit, dan zat sisa tubuh)
serta dializer. Sedangkan menurut Marlene (2016) hemodialisa
merupakan suatu metode untuk mempebaiki ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit, mengeluarkan toksin, dan produk sisa
metabolisme, serta me ngontrol tekanan darah.
2.4.2 Tujuan Hemodialisa
Menurut Mokodimpit (2015) dalam Meistatika (2017) Tujuan
hemodialisa adalah sebagai berikut :
2.4.2.1 Membuang produk metabolisme protein seperti urea,
kreatinin dan asam urat.
2.4.2.2 Mempertahankan keseimbangan sistem buffer dalam
tubuh.
2.4.2.3 Mempertahankan keseimbangan kadar elektrolit dalam
tubuh.
2.4.2.4 Membuang kelebihan air dalam tubuh.
2.4.3 Prinsif Hemodialisa
Menurut Muttaqin (2011) ada tiga prinsif hemodialisa yaitu :
2.4.3.1 Proses disfusi adalah proses berpindahnya zat karena
adanya perbedaan kadar didalam darah, makin banyak
yang berpindah ke dialisat.
45
2.4.3.2 Proses osmosis adalah proses berpindahnya air karena
tenaga kimiawi yaitu perbedaan osmolasitas dan dialisat.
2.4.3.3 Proses ultrafiltrasi adalah proses berpindahnya air karena
tanaga kimiawi yaitu perbedaan hidrostaltik didalam
darah dan dialisat.
2.4.4 Kepatuhan Hemodialisa
Kepatuhan terapi pada penderita hemodialisa merupakan hal
penting untuk diperhatikan, karena jika klien tidak patuh akan
terjadi penumpukan zat zat berbahaya dari tubuh hasil dari
metabolisme dalam darah. Sehingga penderita merasa sakit pada
seluruh tubuh dan jika hal tersebut dibiarkan dapat menyebabkan
kematian. Pada dasarnya penderita gagal ginjal baik akut maupun
kronik sangat tergantung pada terapi hemodialisa yang berfungsi
menggantikan sebagai fungsi ginjal (Sunarni, 2009 dalam
wulandari, 2013).
Dalam Penelitian (Huraida, 2016) kepatuhan gagal ginjal kronik
dalam menjalani hemodialisa perlu dilakukan untuk menghindari
beberapa dampak yang dapat terjadi bila kien tidak patuh terhadap
jadwal hemodialisa yaitu :
2.4.4.1 Hilangnya jadwal rutin hemodialisa apabila klien telah
membolos jadwal hemodialisa sebanyak 3x kunjungan
secara berturut- turut dan untuk mendapatkan kembali
jadwal rutin hemodialisa harus menunggu cukup lama
karena harus menunggu jadwal sampai kosong.
2.4.4.2 Klien dapat mengalami kondisi kesehatan yang
memburuk bahkan sakit sehingga perlu biaya yang lebih
besar lagi untuk perawatan dirumah sakit selain biaya
hemodialisa.
46
2.4.4.3 Apabila klien dalam kondisi kesehatan memburuk
sedangkan hemodialisa tidak bisa segera dilaksanakan
dapat mengakibatkan kematian.
2.4.5 Lama Hemodialisa
KDOQI (Kidney Disease Outcome Quality Initiative)
merekomendasikan bahwa pasien dengan residual kidney function
rendah (kurang dari 2 ml/ menit) harus menjalani hemodialisa tiga
kali seminggu dengan durasi 3 jam setiap kali hemodialisis.
(Rocco, 2015).
Menurut penelitian Dewi (2015) Lama hemodialisa dibagi menjadi
3 kategori yaitu :
2.4.5.1 Baru : < 12 bulan
2.4.5.2 Sedang : 12- 24 bulan
2.4.5.3 Lama : > 24 Bulan.
2.4.6 Komplikasi Hemodialisa
Menurut Marlene (2016: 400) ada beberapa komplikasi dilakukan
nya hemodialisa, sebagai berikut :
2.4.6.1 Hipotensi (paling sering)
2.4.6.2 Perdarahan diarea setelah hemodialisa yang diinduksi
oleh antikoagulasi.
2.4.6.3 Infeksi ditempat akses vena.
2.4.6.4 Alergi terhadap heparin memerlukan larutan pengganti
yang memiliki kandungan anti-pembekuan (Natrium
sitrat).
2.4.6.5 Depresi dengan ide bunuh diri.
2.4.6.6 Kegagalasan akses dialisa: sebagian besar akses dialisa
“tersumbat” (mengalami thrombosis).
47
2.5 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Bebas Variabel Terikat
Dukungan Keluarga
Dukungan informasi
Dukungan Penilaian
Dukungan Instrumental
Dukungan Emosional
Tipe Keluarga
Secara Tradisional
1. Keluarga Inti (Nuclear Family)
2. Keluarga Besar (Extended Family)
Keterangan : Variabel bebas = Dukungan emosional keluarga
Variabel terikat = Pembatasan asupan cairan pasien GGK
Diteliti =
Tidak diteliti =
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Pembatasan Asupan
Cairan Pasien GGK
48
2.6 Hipotesis
Ada hubungan antara dukungan emsional keuarga dengan pembatasan
asupan cairan pada pasien penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani