bab 2 tinjauan pustaka 2.1 kajian pustaka 2.1.1 lansia 2.1...

12
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Lansia Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun, baik pria maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya(Maryam, 2011 ; Nugroho, 2008). 2.1.1.1 Klasifikasi Lansia Klasifikasi lansia dalam Darmojo, 2009 dibagi menjadi 5, yaitu : 1. Pralansia (Prasenile) adalah seseorang yang berusia antara 4559 tahun. 2. Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. 3. Lansia Resiko Tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dan bermasalah dengan kesehatannya, seperti menderita rematik, demensia, mengalami kelemahan dan lainlain. 4. Lansia Potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan / kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa. 5. Lansia Tidak Potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. 2.1.1.2 Perubahan Proses Menua Maryam, 2008 menyebutkan pada lansia akan mengalami perubahan yang meliputi perubahan fisik, sosial, dan psikologis. 1. Perubahan fisik Perubahan fisik yang dapat ditemukan pada lansia adalah : a. Sistem saraf pusat (otak) dan saraf otak Meningen menebal, giri dan sulci otak berkurang kedalamannya. Pada pembuluh darah terjadi penebalan inti akibat proses aterosklerosis dan tunika media berakibat terjadi gangguan vaskularisasi otak yang dapat menyebabkan stroke dan demensia vaskuler sedangkan pada daerah hipotalamus menyebabkan terjadinya gangguan saraf otak akibat pengaruh berkurangnya berbagai neurotransmitter (Martono,2009). b. Kardiovaskuler : kemampuan memompa darah menurun, elastis pembuluh darah menurun, meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.

Upload: others

Post on 07-Jul-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Lansia 2.1 ...repository.stikespantiwaluya.ac.id/103/3/Bab 2.pdf · 2.1.2.3.4 Pendekatan Humanistik-Eksistensial Teori humanistik dan

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Lansia

Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun, baik pria

maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya

untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk menghidupi

dirinya(Maryam, 2011 ; Nugroho, 2008).

2.1.1.1 Klasifikasi Lansia

Klasifikasi lansia dalam Darmojo, 2009 dibagi menjadi 5, yaitu :

1. Pralansia (Prasenile) adalah seseorang yang berusia antara 45–59 tahun.

2. Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3. Lansia Resiko Tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dan bermasalah

dengan kesehatannya, seperti menderita rematik, demensia, mengalami kelemahan dan

lain–lain.

4. Lansia Potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan / kegiatan

yang dapat menghasilkan barang/jasa.

5. Lansia Tidak Potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga

hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

2.1.1.2 Perubahan Proses Menua

Maryam, 2008 menyebutkan pada lansia akan mengalami perubahan yang meliputi perubahan

fisik, sosial, dan psikologis.

1. Perubahan fisik

Perubahan fisik yang dapat ditemukan pada lansia adalah :

a. Sistem saraf pusat (otak) dan saraf otak

Meningen menebal, giri dan sulci otak berkurang kedalamannya. Pada pembuluh darah

terjadi penebalan inti akibat proses aterosklerosis dan tunika media berakibat terjadi

gangguan vaskularisasi otak yang dapat menyebabkan stroke dan demensia vaskuler

sedangkan pada daerah hipotalamus menyebabkan terjadinya gangguan saraf otak

akibat pengaruh berkurangnya berbagai neurotransmitter (Martono,2009).

b. Kardiovaskuler : kemampuan memompa darah menurun, elastis pembuluh darah

menurun, meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah

meningkat.

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Lansia 2.1 ...repository.stikespantiwaluya.ac.id/103/3/Bab 2.pdf · 2.1.2.3.4 Pendekatan Humanistik-Eksistensial Teori humanistik dan

5

c. Respirasi : elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas

lebih berat, dan terjadi penyempitan bronkus.

d. Persyarafan : saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat

dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stres.

e. Muskuloskeletal : cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis),

bungkuk (kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku.

f. Gastrointestinal : esofagus membesar, asam lambung menurun, lapar menurun, dan

peristaltik menurun.

g. Vesika urinaria : otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan retensi urine.

h. Kulit : keriput serta kulit kepala dan rambut menipis, elastisitas menurun, vaskularisasi

menurun, rambut memutih (uban), dan kelenjar keringat menurun.

(Nugroho, 2011)

2. Perubahan sosial

Perubahan fisik yang dialami lansia seperti berkurangnya fungsi indera pendengaran,

penglihatan, gerak fisik, dan sebagainya menyebabkan gangguan fungsional atau bahkan

kecacatan pada lansia, sehingga sering menimbulkan keterasingan. Keterasingan ini akan

menyebabkan lansia semakin depresi, menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain

(Darmojo, 2009).

3. Perubahan psikologis

Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi, kesepian, takut

kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi, dan

kecemasan (Maryam, dkk, 2008).

2.1.2 Depresi

Depresi merupakan gangguan suasana hati atau mood yang dalam edisi DMS (Dignostic and

Statistical Manual of Mental Disorders) yang dikenal sebagai gangguan afektif

(Kaplan&Sadock,2010).Depresi merupakan perubahan fungsi psikososial yang sering terjadi

pada lansia. Para gerontologis telah mengembangkan teori untuk menjelaskan fenomena

depresi pada lansia, mereka menemukan terminologi terbaru untuk depresi, yakni depresi

akhir kehidupan (late life depression) (Miller, 2004).

2.1.2.1 Tanda dan Gejala Depresi

PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III) dalam penelitian

Trisnapati (2011) yang menyebutkan depresi gejala menjadi utama dan lainnya seperti

dibawah ini:

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Lansia 2.1 ...repository.stikespantiwaluya.ac.id/103/3/Bab 2.pdf · 2.1.2.3.4 Pendekatan Humanistik-Eksistensial Teori humanistik dan

6

Gejala utama :

1. Perasaan depresif atau perasaan tertkan

2. Kehilangan minat dan semangat

3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah

Gejala lain meliputi :

1. Konsentrasi dan perhatian berkurang

2. Perasaan bersalah dan tidak berguna

3. Tidur terganggu

4. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

5. Perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri

6. Pesimistik

7. Nafsu makan berkurang

2.1.2.2 Tingkat Depresi

Berpedoman pada PPDGJ III dalam penelitian Trisnapati (2011) dijelaskan bahwa,depresi

digolongkan sebagai berikut,yaitu:

1. Ringan, sekurang–kurangnya harus ada dua dari tiga gejala depresi ditambah dua dari

gejala diatas ditambah dua darigejala lainnya namun tidak boleh ada gejala berat

diantaranya.Lama periode depresi sekurang–kurangnya selama dua minggu.Hanya

sedikit kesulitan kegiatan sosial yang umum dilakukan.

2. Sedang,sekurang–kurangnya harus ada dua dari tiga gejala utama depresi seperti pada

episode depresi ringan ditambah tiga atau empat dari gejala lainnya. Lama episode

depresi minimum dua minggu serta menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan

kegiatan sosial.

3. Berat, tanpa gejala psikotik yaitu semua tiga gejala utama harus ada ditambah sekurang-

kurangnya empat dari gejala lainnya. Lama episode sekurang–kurangnya dua minggu

akan tetapi apabila gejala sangat berat dan onset sangat cepat maka dibenarkan untuk

menegakkan diagnosa dalam kurun waktu dalam dua minggu. Orang sangat tidak

mungkin akan mampu meneruskan kegiatan sosialnya.

Faktor yang mempengaruhi depresi seperti psikodinamik, psikososial,dan biologis semuanya

berperan penting dalam pengendalian impuls (Kaplan&Sadock, 2011).

2.1.2.3 Penyebab Depresi

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) dalam Azizah, 2011, faktor penyebab depresi adalah:

2.1.2.3.1 Faktor Predisposisi

a. Faktor genetik

b. Teori agresi menyerang ke dalam, bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Lansia 2.1 ...repository.stikespantiwaluya.ac.id/103/3/Bab 2.pdf · 2.1.2.3.4 Pendekatan Humanistik-Eksistensial Teori humanistik dan

7

ditujukan kepada diri sendiri

c. Teori kehilangan obyek, bahwa depresi terjadi akibat perpisahan traumatika individu

dengan benda atau yang sangat berarti

d. Teori organisasi kepribadian, bahwa depresi terjadi akibat konsep diri yang negatif dan

harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang terhadap

stresor

e. Model kognitif, depresi merupakan masalah kognitif yang didominasi oleh evaluasi

negatif seseorang terhadap diri seseorang, dunia seseorang, dan masa depan seseorang.

f. Model ketidakberdayaan yang dipelajari, menunjukkan bahwa bukan semata–mata trauma

menyebabkan depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali

terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang respon

yang tidak adaptif.

g. Model perilaku, penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam

berinteraksi dengan lingkungan

h. Model biologik, perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama depresi, termasuk

defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin, hipersekresi kortisol, dan variasi periodik

dalam irama biologis.

2.1.2.3.2 Stresor Pencetus

Ada 4 sumber utama stresor yang dapat mencetuskan gangguan alam perasaan menurut Stuart

dan Sundeen (1998) dalam Azizah, 2011, yaitu :

a. Kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri.

b. Peristiwa besar dalam kehidupan yang mempunyai dampak terhadap masalah-masalah

yang dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah

c. Peran dan ketegangan peran, terutama pada wanita

d. Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik.

2.1.2.3.3 Penyebab Depresi pada lanjut usia

Depresi pada lansia merupakan permasalahan kesehatan jiwa yang serius dan kompleks, tidak

hanya dikarenakan aging process tetapi juga faktor-faktor lain yang saling terkait. Menurut

Samiun (2006) dalam Azizah (2011) ada 5 pendekatan yang menjelaskan terjadinya depresi

yaitu:

2.1.2.3.1 Pendekatan Psikodinamik

Salah satu kebutuhan manusia adalah kebutuhan mencintai dan dicintai, rasa aman dan

terlindungi, keinginan untuk dihargai, dihormati, dan lain-lain. Menurut Hawari (1996),

seseorang yang kehilangan akan kebutuhan afeksional tersebut (loss of love object) dapat jatuh

ke dalam kesedihan yang dalam.

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Lansia 2.1 ...repository.stikespantiwaluya.ac.id/103/3/Bab 2.pdf · 2.1.2.3.4 Pendekatan Humanistik-Eksistensial Teori humanistik dan

8

2.1.2.3.2 Pendekatan Perilaku Belajar

Salah satu hipotesis untuk menjelaskan depresi pada lansia adalah individu yang kurang

mendapatkan hadiah (reward) dan hukuman (punishment) yang lebih banyak dibandingkan

individu yang tidak depresi (Lewinsohn, 1974; Libet & Lewinsohn, 1977; Samiun, 2006).

Dampak dari kurang hadiah dan hukuman yang lebih banyak ini mengakibatkan lansia

merasakan kehidupan yang kurang menyenangkan, kecenderungan memiliki self-esteem

yang kurang dan mengembangkan self-concept yang rendah.

2.1.2.3.3 Pendekatan Kognitif

Menurut Beck (1967; 1976); Samiun (2006), seseorang yang mengalami depresi karena

memiliki kemapanan kognitif yang negatif (negative cognitive sets) untuk

menginterpretasikan diri sendiri, dunia dan masa depan mereka. Akibat dari persepsi yang

negatif, individu akan memiliki self concept sebagai orang yang gagal, menyalahkan diri,

merasa masa depannya suram dan penuh dengan kegagalan.

2.1.2.3.4 Pendekatan Humanistik-Eksistensial

Teori humanistik dan eksistensial berpendapat bahwa depresi terjadi karena adanya

ketidakcocokan antara reality self dan ideal self . Individu yang menyadari jurang yang

dalam antara reality self dan ideal self dan tidak dapat dijangkau, sehingga menyerah

dalam kesedihan dan tidak berusaha mencapai aktualisasi diri.

2.1.2.3.5 Pendekatan Fisiologis

Teori fisiologis menerangkan bahawa depresi terjadi karena aktifitas neurologis yang rendah

(neurotransmitter noreepinefrin dan serotonin) pada sinaps-sinaps otak yang berfungsi

mengatur kesenangan. Neurotransmitter ini memainkan peranan yang penting dalam fungsi

hipotalamus, seperti mengontrol tidur, selera makan, seks, dan tingkah laku motor (Sachar,

1982; Samiun, 2006), sehingga seringkali seseorang mengalami depresi disertai dengan

keluhan-keluhan tersebut.

2.1.2.4 Skala Pengukuran Depresi pada lanjut usia

Pentingnya mendeteksi depresi semakin disadari apalagi depresi yang terjdi pada lansia sulit

diketahui.Untuk itu alat pendeteksi depresi dibuat untuk memudahkan professional kesehatan

mendeteksi gejala depresi. Nama instrument pendeteksi ini adalah Geriatric Depression

Scale yang terdiri dari 30 pertanyaan untuk melihat screening oleh Sherry A.Greenberg,

PhD(c), MSN, GNP-BC, Harthford Institute for Geriatric Nursing, NYU College of Nursing.

Skala GD Sini awalnya sudah diuji dan digunakan secara intensiv oleh populasi sebelumnya

oleh Yessevageet.All.

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Lansia 2.1 ...repository.stikespantiwaluya.ac.id/103/3/Bab 2.pdf · 2.1.2.3.4 Pendekatan Humanistik-Eksistensial Teori humanistik dan

9

GDS menggunakan format laporan sederhana yang diisi sendiri dengan menjawab “ya”

atau “tidak” setiap pertanyaan, yang memrlukan waktu sekitar 5-10 menit untuk

menyelesaikannya. GDS merupakan alat psikomotorik dan tidak mencakup hal-hal somatic

yang tidak berhubungan dengan pengukuran mood lainnya. Skor 0-10 menunjukkan tidak

ada depresi, nilai 11-20 menunjukkan depresi ringan dan skor 21-30 termasuk depresi

sedang/berat yang membutuhkan rujukan guna mendapatkan evaluasi psikiatrik terhadap

depresi secara lebih rinci, karena GDS hanya merupakan alat penapisan. Spesifikasi

rancangan pernyataan perasaan (mood) depresi seperti tabel berikut:

Tabel 2.1 Spesifikasi rancangan kuesioner GDS

Butir Soal Favorable Unfavorable

Minat aktivitas 2, 12, 20, 28 27

Perasaan sedih 16, 25 9, 15, 19 Perasaan sepi dan bosan 3, 4

Perasaan tidak berdaya 10, 17, 24

Perasaan bersalah 6, 8, 11, 18, 23 1

Perhatian/konsentrasi 14, 26, 30 29

Semangat atau harapan terhadap masa depan 13, 22 5, 7, 21

Skoring nilai 1 diberikan pada pernyataan Favorable untuk jawaban “ya” dan nilai 0

untuk jawaban “tidak” sedangkan pernyataan Unfavorable, jawaban “tidak” diberi nilai 1

dan jawaban “ya” diberi nilai 0.

2.1.3 Emotional Freedom Technique (EFT)

2.1.3.1 Definisi EFT

EFT merupakan teknik penyembuhan emosional yang juga ternyata dapat menyembuhkan

gejala–gejala penyakit fisik Hal ini berdasar pada revolusi yang berkembang dalam keyakinan

psikologi konvensional. Hal ini menjelaskan bahwa “segala emosi negatif yang muncul dapat

merusak energi sistem dalam tubuh”. Dengan hasil yang mengejutkan (50–90% tergantung

dari pengalaman), EFT menghilangkan gejala–gejala penyakit yang timbul secara rutin EFT

dilakukan dengan mengetukkan dua ujung jari pada beberapa lokasi di tubuh. Ketukan–

ketukan tersebut bertujuan untuk menyeimbangkan energi meridian dalam tubuh ketika terjadi

gejala–gejala kemunduran fisik dan emosional yang mengganggu. Memori secara aktual tetap

sama, namun gejala penyakit hilang. Pada umumnya hal ini akan bertahan lama. Kesadaran

biasanya merubah perilaku sehat sebagai konsekuensi dari penyembuhan (Iskandar, 2009).

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Lansia 2.1 ...repository.stikespantiwaluya.ac.id/103/3/Bab 2.pdf · 2.1.2.3.4 Pendekatan Humanistik-Eksistensial Teori humanistik dan

10

2.1.3.2 Indikasi EFT

EFT ditemukan untuk lebih mengefektifkan proses penyembuhan pada beberapa penyakit

seperti berikut :

- Kecanduan (makanan, rokok, alkohol,

obat-obatan)

- Alergi

- Kegelisahan dan rasa panik

- Mudah marah

- Tekanan dan gangguan pikiran

- Depresi dan sedih

- Merubah citra diri

- Takut dan phobia

- Kehilangan dan kesedihan

- Rasa bersalah

- Insomnia

- Ingatan buruk

- Rasa sakit dan nyeri

- Penyembuhan fisik

- Meningkatkan kinerja (olahraga,

berbicara di depan umum)

- Trauma

- Pelecehan seksual

- Menghilangkan rasa nyeri seperti :

migrain, radang sendi, dll

(Iskandar, 2009)

2.1.3.3 Cara Melakukan EFT

Prosedur dalam melakukan EFT adalah sebagai berikut :

1. The Set - Up

Bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh terarah dengan tepat. Langkah ini

dilakukan untuk menetralisir “Psychological Reversal” atau “Perlawanan Psikologis”

(Pikiran negatif spontan atau keyakinan bawah sadar negatif)

1. Sebutkan masalah yang dialami.

Contoh Psychological Reversal diantaranya adalah :

“Walaupun saya…. (jelaskan masalah anda), saya pasrah dan ikhlas kepadaMu”

2. Tentukan skala intensitas permasalahan

Derajat kesulitan masalah ini menurut penilaian subjektif klien [skala 0–10, 0 = tidak

ada kesulitan, 10 = paling sulit]

Gambar 2.1 Skala Intensitas Masalah

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Lansia 2.1 ...repository.stikespantiwaluya.ac.id/103/3/Bab 2.pdf · 2.1.2.3.4 Pendekatan Humanistik-Eksistensial Teori humanistik dan

11

3. The Tune – In

Untuk masalah emosi, Tune – In dilakukan dengan cara memikirkan sesuatu atau peristiwa

spesifik tertentu yang dapat membangkitkan emosi negatif (marah, sedih, takut, cemas,

dll) yang ingin dihilangkan, sambil mengetuk-ngetuk “titik karate” (karate chop) di tangan

anda atau mengusap-usap “titik nyeri” (sore spot) di dada bagian jantung anda, ucapkan:

“Meskipun [Saya mempunyai masalah ini], saya menerima diri saya dengan tulus dan apa

adanya.” Ucapkan tiga kali dengan keras.Pada proses Tune – In ini bertujuan untuk

menetralisir emosi negatif atau rasa sakit fisik (Zainuddin, 2009; Thayib, 2010).

Gambar 2.2 Area Proses Tune – In

4. Tapping

Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik–titik tertentu di tubuh

sambil terus Tune–In. Titik–titik ini adalah titik–titik kunci dari “The Major Energy

Meridians”,yang dilakukan ketukan akan menetralisir gangguan emosi atau rasa sakit

yang dirasakan. Tapping menyebabkan aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan

seimbang kembali (Zainuddin, 2009). Adapun titik yang ditapping adalah sebagai berikut

:

Tappingpada titik 1 – 11 masing-masing titik lakukan ketukan 7 – 8 kali ketukan.

Lakukan The 9 Gamut Procedure

The 9 Gamut Procedure dalam psikoterapi kontemporer disebut dengan teknik EMDR

(Eye Movment Desensitization Repatterning).

Gambar 2.3 Titik di area kepala dan dada Gambar 2.4 Titik di area tangan

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Lansia 2.1 ...repository.stikespantiwaluya.ac.id/103/3/Bab 2.pdf · 2.1.2.3.4 Pendekatan Humanistik-Eksistensial Teori humanistik dan

12

Ketukan pada titik gamut dilakukan pada area jari kelingking dan jari manis.

Sambil melakukan ketukan pada titik gamut, lakukan gerakan sebagai berikut :

1. Tutup mata

2. Buka mata

3. Dengan tetap menghadap ke depan, arahkan pandangan ke kanan bawah

4. Gerakkan pandangan ke kiri bawah.

5. Putar bola mata searah jarum jam.

6. Putar bola mata ke arah sebaliknya.

7. Menggumamkan lagu (misalnya, “Happy birthday to you”)

8. Hitung 1-5.

9. Menggumamkan lagu (“happy birthday to you”)

Langkah terakhir adalah mengulang lagi tapping dari titik pertama hingga titik ke tujuh

sambil mengucapkan kata kunci permasalahan, lakukan sebanyak 2 putaran. Tarik

nafas dalam dan keluarkan secara perlahan, minum air putih secukupnya, cek kembali

skala intensitas.

(Iskandar, 2009)

Gambar 2.5 Titik Gamut

Gambar 2.6 Titik 1 - 7

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Lansia 2.1 ...repository.stikespantiwaluya.ac.id/103/3/Bab 2.pdf · 2.1.2.3.4 Pendekatan Humanistik-Eksistensial Teori humanistik dan

13

2.2 Penelitian Yang Telah Dilakukan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Steve Wells, dkk dari Curtin University di Western

Australia pada tahun 2000, membuktikan bahwa EFT jauh lebih efektif untuk

menyembuhkan phobia (hanya dalam 30 menit) dibandingkan dengan terapi

“deepbreathing treatment” dan hasilnya tetap bertahan selama 6-9 bulan pasca

therapy

2. Penelitian replikasi oleh Harvey Baker dan Linda Siegal dari Queens College di

New York tahun 2000 membuktikan EFT jauh lebih efektif dibandingkan dengan

pendekatan konseling.

3. Jack Rawe, Phd. psikolog dari Texas A&M University, Kingsville membuktikan

bahwa efek pelatihan EFT tidak hanya dalam jangka pendek, tetapi tetap bertahan

dalam jangka panjang. Dr. Rowe mengevaluasi tingkat stress 102 peserta EFT

workshop dengan alat psychological distress SCL-90-R(SA-45), sebulansebelum

workshop, sesaat menjelang workhop dimulai, sesaat seusai workshop, sebulan

kemudian, dan enam bulan setelah workshop. Hasilnya terdapat penurunan yang

signifikan dalam tingkat stress dalam lima tahap pengukuran tersebut (p<0.0005).

style="">Counseling & Clinical Psychology

4. Swingle, Pulos & Swingle (2000) meneliti efek EFT pada penderita PTSD yang

mengalaminya setelah kecelakaan mobil. Mereka menemukan bahwa terjadi

perubahan signifikan pada “gelombang elektrik otak” dan keluhan pasien setelah

diberikan 2xsesi (@1 jam) EFT. Sebelas dari 12 pasien yang diteliti menunjukkan

peningkatan signifikan slow brain activity sebesar 3-7 Hz di bagian occipital lobe

dan greater frontal lobe, dan peningkatan sebesar 13-15 Hz (sensory motor

rhythm) di bagian sensory cortex. Hasil ini sejalan dengan hasil observasi berupa

ketenangan fisik dan mental pasien serta kondisi mood yang positif.

5. Penelitian yang dilakukan Rebecca E Marina dan Dr. Patricia Felici penulis buku

“The Power of Emotions In Our Blood” membuktikan adanya pengaruh EFT

terhadap perubahan emosi dan sel darah. Rebecca Marina menyimpulkan:

a. EFT dapat meningkatkan intensitas emosi kita, dan menimbulkan dampak

perubahan drastis baik emosi maupun fisik

b. EFT dapat digunakan secara sengaja untuk meningkatkan baik emosi negatif

maupun Positif

c. Emosi yang berbeda menimbulkan efek yang berbeda secara drastis pada darah

kita

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Lansia 2.1 ...repository.stikespantiwaluya.ac.id/103/3/Bab 2.pdf · 2.1.2.3.4 Pendekatan Humanistik-Eksistensial Teori humanistik dan

14

d. Kita dapat menggunakan EFT untuk mengubah kondisi emosi kita dengan

sengaja

e. EFT dapat menstimulasi pengalaman religius, karena sebenarnya potensi ilahi

itu sudah ada secara inherent dalam diri kita

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Lansia 2.1 ...repository.stikespantiwaluya.ac.id/103/3/Bab 2.pdf · 2.1.2.3.4 Pendekatan Humanistik-Eksistensial Teori humanistik dan

15

Kerangka Konsep

Bagan 2.1 Kerangka Konsep

Keterangan :

: diteliti : tidak diteliti : mempengarui

Lansia

Perubahan Pada Lansia

Perubahan Psikologis :

1. Short term

memmory

2. Frustasi

3. Kesepian

4. Takut Kehilangan

Kebebasan

5. Takut Menghadapi

Kematian

6. Perubahan

Keinginan

7. Kecemasan

8. Depresi

Perubahan Sosial :

1. Peran

2. Berkurangnya kontak

sosial dengan anggota

keluarga, teman, dan

masyarakat

Perubahan Fisik :

1. Sistem Saraf Pusat

2. Kardiovaskuler

3. Respirasi

4. Persyarafan

5. Muskuloskeletal

6. Gastrointestinal

7. Vesika Urinaria

8. Kulit

Faktor Presipitasi :

1. Kehilangan

2. Peristiwa Besar dalam

Kehidupan

3. Peran dan Ketegangan

Peran

4. Perubahan Fisiologik

Faktor Predisposisi :

1. Faktor genetik

2. Teori Agresi Menyerang

ke Dalam

3. Teori Kehilangan Obyek

4. Teori Organisasi

Kepribadian

5. Model Kognitif

6. Model

Ketidakberdayaan yang

dipelajari

7. Model Perilaku

8. Model Biologik

Terapi Emotional

Freedom Technique

(EFT)

Efektif Menurunkan

Tingkat Depresi

Tidak Efektif Menurunkan

Tingkat Depresi