bab 2 tinjauan pustakaeprints.umm.ac.id/58840/3/bab 2.pdf5 bab 2 tinjauan pustaka 2.1 inflamasi...

19
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inflamasi 2.1.1 Definisi Inflamasi Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh terhadap masuknya organisme maupun gangguan lain. Inflamasi merupakan suatu reaksi dari jaringan hidup guna melawan berbagai macam rangsangan (Soenarto, 2014). Fenomena yang terjadi dalam proses inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskular, meningkatnya permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit menuju jaringan radang (Chen et al, 2018). Tanda-tanda dari inflamasi yaitu kemerahan (rubor), panas (kalor), bengkak (tumor), nyeri (dolor), dan hilangnya fungsi (function laesa) (Soenarto, 2014). Reaksi radang meskipun membantu menghilangkan infeksi dan stimulus yang membahayakan serta memulai proses penyembuhan jaringan, reaksi radang dapat pula mengakibatkan kerugian dikarenakan mengakibatkan jejas pada jaringan normal misalnya pada inflamasi dengan reaksi berlebihan (infeksi berat), berkepanjangan, autoimun, atau kelainan alergi (Zhang et al, 2019). 2.1.2 Jenis-jenis Inflamasi Jenis inflamasi dibedakan menjadi dua macam: 1. Inflamasi akut

Upload: others

Post on 25-Jun-2020

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/58840/3/BAB 2.pdf5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inflamasi 2.1.1 Definisi Inflamasi Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Inflamasi

2.1.1 Definisi Inflamasi

Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh

terhadap masuknya organisme maupun gangguan lain. Inflamasi merupakan

suatu reaksi dari jaringan hidup guna melawan berbagai macam rangsangan

(Soenarto, 2014).

Fenomena yang terjadi dalam proses inflamasi meliputi kerusakan

mikrovaskular, meningkatnya permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit

menuju jaringan radang (Chen et al, 2018). Tanda-tanda dari inflamasi yaitu

kemerahan (rubor), panas (kalor), bengkak (tumor), nyeri (dolor), dan

hilangnya fungsi (function laesa) (Soenarto, 2014).

Reaksi radang meskipun membantu menghilangkan infeksi dan

stimulus yang membahayakan serta memulai proses penyembuhan jaringan,

reaksi radang dapat pula mengakibatkan kerugian dikarenakan

mengakibatkan jejas pada jaringan normal misalnya pada inflamasi dengan

reaksi berlebihan (infeksi berat), berkepanjangan, autoimun, atau kelainan

alergi (Zhang et al, 2019).

2.1.2 Jenis-jenis Inflamasi

Jenis inflamasi dibedakan menjadi dua macam:

1. Inflamasi akut

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/58840/3/BAB 2.pdf5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inflamasi 2.1.1 Definisi Inflamasi Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh

6

Pada inflamasi akut proses berlangsung singkat beberapa menit

hingga beberapa hari, dengan gambaran utama eksudasi cairan dan

protein plasma serta emigrasi sel leukosit terutama neutrofil. Rubor,

kalor, dan tumor pada inflamasi akut terjadi karena peningkatan aliran

darah dan edema. Inflamasi akut biasanya terjadi tiba-tiba, ditandai oleh

tanda-tanda klasik, dimana proses eksudatif dan vaskularnya dominan

(Mitchell et al, 2015).

(Mitchell et al, 2015)

Gambar 2.1

(A) Pada pembuluh darah yang normal. (B) Manifestasi utama pada radang

akut. (1) Dilatasi pembuluh darah menyebabkan eritema dan hangat, (2)

ekstravasasi cairan plasma dan protein (edema), dan (3) emigrasi dan

akumulasi leukosit di tempat jejas.

2. Inflamasi Kronik

(Mitchell et al, 2015)

Gambar 2.2

Hasil dari peradangan akut

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/58840/3/BAB 2.pdf5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inflamasi 2.1.1 Definisi Inflamasi Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh

7

Inflamasi kronik terjadi bila penyembuhan pada radang akut tidak

sempurna, bila penyebab jejas menetap atau bila penyebab ringan dan

timbul berulang-ulang. Dapat pula diakibatkan oleh reaksi

immunologik. Radang berlangsung lama (berminggu-minggu, berbulan-

bulan). Radang kronik ditandai dengan lebih banyak ditemukan sel

limfosit, sel plasma, makrofag, dan biasanya disertai pula dengan

pembentukan jaringan granulasi yang menghasilkan fibrosis (Mitchell

et al, 2015).

2.1.3 Mekanisme Inflamasi Akut

Inflamasi merupakan respon fisiologis terhadap berbagai rangsangan

seperti infeksi. Inflamasi dimulai dengan inflamasi akut yang merupakan

respon awal terhadap kerusakan jaringan. Radang akut memiliki 2 komponen

utama, yaitu perubahan vaskular dan aktivitas sel. Pada vaskular terjadi

vasokonstriksi dalam hitungan detik setelah jejas, setelah itu terjadi

vasodilatasi arteriol yang mengakibatkan peningkatan aliran darah, sehingga

menimbulkan gejala rubor dan kalor yang merupakan tanda khas peradangan.

Pembuluh darah kecil menjadi lebih permiabel dan cairan kaya protein akan

mengalir keluar ke jaringan ekstravaskular sehingga meningkatkan viskositas

darah dan memperlambat aliran darah. Setelah pembuluh darah statis, leukosit

terutama neutrofil mulai berkelompok pada permukaan vaskular endotel.

Kontraksi sel endotel menyebabkan terbentuknya celah antar sel pada venule

post kapiler menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular. Kontraksi sel

endotel terjadi segera setelah pengikatan dengan histamin, bradikinin,

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/58840/3/BAB 2.pdf5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inflamasi 2.1.1 Definisi Inflamasi Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh

8

leukotrien selama 15- 30 menit, yang diikuti oleh peningkatan TNF dan IL-1.

Meningkatnya permeabilitas vaskular menyebabkan aliran cairan kaya protein

dan juga sel darah ke jaringan ekstravaskular. Hal ini akan mengakibatkan

tekanan osmotik cairan interstitial meningkat, dan cairan masuk ke dalam

jaringan sehingga terjadi penimbunan cairan kaya protein yang disebut

dengan eksudat, dan menimbulkan edema sebagai manifestasi radang

(Sheerwood, 2014).

(Mitchell et al, 2015)

Gambar 2.3

Kebocoran vaskular dan edema

Aktivitas selular dimulai setelah peningkatan aliran darah ke bagian

yang mengalami cedera. Leukosit dan trombosit tertarik ke daerah tersebut

karena bahan kimia yang dilepaskan oleh sel cedera, sel mast, melalui

pengaktifan komplemen dan produksi sitokin setelah antibodi berikatan

dengan antigen. Trombosit yang masuk ke daerah cedera merangsang

pembekuan untuk mengisolasi infeksi dan mengontrol perdarahan. Penarikan

leukosit yang meliputi neutrofil dan monosit ke daerah cedera disebut

kemotaksis. Sel-sel yang tertarik ke daerah cedera akhirnya akan berperan

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/58840/3/BAB 2.pdf5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inflamasi 2.1.1 Definisi Inflamasi Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh

9

melakukan penyembuhan (Carrillo et al, 2017). Urutan kejadian ekstravasasi

leukosit dari lumen vaskular ke ekstravaskular: (1) marginasi dan rolling, (2)

adhesi dan transmigrasi antar sel endotel, dan (3) migrasi pada jaringan

intertitial terhadap suatu rangsang kemotaktik. Mediator kimiawi

kemoatraktan dan sitokin tertentu memengaruhi proses ini dengan mengatur

ekspresi permukaan atau aviditas molekul adhesi (Mitchell et al, 2015).

(Mitchell et al, 2015)

Gambar 2.4

Urutan kejadian emigrasi leukosit pada inflamasi

Kerusakan sel yang terkait dengan inflamasi berpengaruh terhadap

selaput membran sel yang menyebabkan leukosit mengeluarkan enzim-enzim

lisosomal terutama metabolit asam arakidonat. Sebagian metabolit asam

arakidonat dirubah oleh enzim COX menjadi prostaglandin, tromboksan, dan

prostasiklin. Sebagian lain hasil metabolit asam arakidonat diubah oleh

enzim lipoxygenase menjadi leukotrien. Leukotrien merupakan produk akhir

dari metabolisme asam arakidonat pada jalur lipoxygenase (Robert et al,

2015).

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/58840/3/BAB 2.pdf5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inflamasi 2.1.1 Definisi Inflamasi Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh

10

Saat ini dikenal dua isoenzim COX (cyclooxygenase), yaitu COX-1 dan

COX-2. Enzim COX-1 berfungsi sebagai enzim konstitutif yaitu mengubah

PGH2 menjadi berbagai jenis prostaglandin (PGE1, PGE2) dan tromboksan

yang dibutuhkan dalam fungsi homeostatis. Enzim COX-2 yang terdapat di

dalam sel-sel imun (makrofag dan lainnya), sel endotel pembuluh darah, dan

fibroblast sinovial sangat mudah diinduksi oleh berbagai mekanisme

sehingga akan mengubah PGH2 menjadi PGE2. Prostaglandin E2 (PGE2)

akan menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskular,

sehingga aliran darah akan meningkat dan pori-pori kapiler juga membesar.

Pori-pori kapiler yang membesar akan menyebabkan protein plasma keluar

dari pembuluh darah dan masuk ke dalam jaringan yang meradang.

Akumulasi protein yang bocor pada jaringan interstitial akan meningkatkan

tekanan osmotik koloid dalam jaringan interstitial dan akan meningkatkan

tekanan darah kapiler. Peningkatan tekanan osmotik koloid dan tekanan

kapiler cenderung akan memindahkan cairan keluar kapiler dan megurangi

reabsorbsi cairan di kapiler. Akhirnya terjadi penumpukan cairan di jaringan

interstitial yang akan menyebabkan edema lokal (Mitchell et al, 2015).

Enzim COX-1 mengkatalisis pembentukan prostaglandin yang

bertanggung jawab untuk menjalankan fungsi-fungsi regulasi fisiologis.

Sebaliknya, enzim COX-2 tidak ditemukan di jaringan pada kondisi normal,

tetapi diinduksi oleh berbagai stimulus, seperti endotoksin, sitokin, mitogen,

dan dihubungkan dengan produksi prostaglandin selama proses inflamasi,

nyeri, dan respon piretik. Enzim COX-2 dapat diinduksi apabila terdapat

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/58840/3/BAB 2.pdf5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inflamasi 2.1.1 Definisi Inflamasi Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh

11

stimuli radang, mitogenesis, atau onkogenesis (Ricciotti and Fitzgerald,

2011).

(Robbins et al, 2015)

Gambar 2.5

Pembentukan metabolit asam arakidonat dan peranan dalam inflamasi

Cara kerja obat-obatan NSAID untuk sebagian besar berdasarkan

hambatan sintesis prostaglandin, dimana kedua jenis cyclooxygenase diblokir.

NSAID yang ideal, diharapkan hanya menghambat COX-2 (peradangan) dan

tidak COX-1 (perlindungan mukosa lambung), juga menghambat

lipoxygenase (pembentukan leukotrien) (Katzung, Master, and Trevor, 2002).

2.1.4 Tanda-tanda Inflamasi

a. Kemerahan (rubor)

Gejala berikutnya terjadi adalah kemerahan (rubor) biasanya

merupakan hal pertama yang dilihat di daerah yang mengalami

peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul maka arteri yang

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/58840/3/BAB 2.pdf5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inflamasi 2.1.1 Definisi Inflamasi Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh

12

mensuplai darah ke daerah tersebut melebar, dengan demikian lebih

banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Pembuluh-

pembuluh darah yang sebelumnya kosong atau sebagian saja meregang

dengan cepat dan terisi penuh oleh darah. Keadaan ini dinamakan

hiperemi atau kongesti menyebabkan warna merah lokal karena

peradangan akut (Price et al, 2005).

b. Rasa panas (kalor)

Rasa panas dan warna kemerahan terjadi secara bersamaan. Rasa

panas disebabkan karena jumlah darah lebih banyak di tempat radang

daripada di daerah lain di sekitar radang. Fenomena panas ini terjadi

bila terjadi di permukaan kulit. Sedangkan bila terjadi jauh di dalam

tubuh tidak dapat dilihat dan rasakan (Pober and Sessa, 2015).

c. Rasa sakit (dolor)

Rasa sakit akibat radang dapat disebabkan karena adanya

peregangan jaringan akibat adanya edema sehingga terjadi peningkatan

tekanan lokal yang dapat menimbulkan rasa nyeri, dan adanya

pengeluaran zat–zat kimia atau mediator nyeri seperti prostaglandin,

histamin, bradikinin yang dapat merangsang saraf perifer di sekitar

radang sehingga dirasakan nyeri (Wijaya et al, 2015).

d. Pembengkakan (tumor)

Gejala paling nyata pada peradangan adalah pembengkakan yang

disebabkan oleh terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler, adanya

peningkatan aliran darah dan cairan ke jaringan yang mengalami cedera

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/58840/3/BAB 2.pdf5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inflamasi 2.1.1 Definisi Inflamasi Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh

13

sehingga protein plasma dapat keluar dari pembuluh darah ke ruang

interstitial (Soenarto, 2014).

e. Fungsiolaesa

Fungsiolaesa merupakan gangguan fungsi dari jaringan sebagai

konsekuensi dari suatu proses inflamasi. Gerakan yang terjadi pada

daerah radang, baik yang dilakukan secara sadar atau secara refleks

akan mengalami hambatan oleh rasa sakit, pembengkakan yang hebat

secara fisik mengakibatkan berkurangnya gerak jaringan (Wijaya et al,

2015).

2.1.5 Mediator Inflamasi

Pada tahap awal terjadinya radang, jaringan mengeluarkan stimulus

yang dapat memicu pelepasan mediator kimia plasma atau jaringan ikat.

Mediator tersebut berpengaruh terhadap respon vaskular maupun selular

berikutnya. Respon radang akan berakhir jika stimulus inflamasi jaringan dan

mediatornya hilang, dikatabolisme tubuh atau dihambat pengeluarannya

(Mitchell et al, 2015).

Mediator kimiawi pada inflamasi dihasilkan oleh sel yang mengalami

jejas atau dapat juga berupa faktor plasma. Mediator yang dihasilkan oleh sel

antara lain vasoactive amines (histamin, serotonin), metabolit asam

arakidonat (prostaglandin, leukotrien), faktor neutrophil (protease), dan

lymphokine. Faktor plasma terdiri dari komplemen, kinin (bradykinin), faktor

koagulasi, dan sistem fibrinolitik (Mitchell et al, 2015).

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/58840/3/BAB 2.pdf5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inflamasi 2.1.1 Definisi Inflamasi Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh

14

Berdasarkan jenisnya, mediator inflamasi dibagi menjadi 2 yaitu

mediator lokal yang disintesis secara lokal oleh sel di tempat inflamasi dan

mediator sistemik yang bisa sirkulasi di dalam plasma dan disintesis oleh hati

(Abdulkhaleq et al, 2018). Dua jenis mediator tersebut dapat dilihat pada

gambar 2.6 dibawah ini.

(Kumar et al, 2014)

Gambar 2.6

Sumber-sumber mediator inflamasi lokal dan sistemik.

Peranan mediator kimia pada inflamasi akut meliputi beberapa fungsi

dalam dilatasi vaskular, peningkatan permeabilitas, dan kemotaksis. Fungsi

dalam dilatasi vaskular diperankan oleh histamin, serotonin, bradikinin, dan

prostaglandin. Mediator kimia untuk peningkatan permeabilitas adalah

histamin, serotonin, bradikinin, komplemen 3a, komplemen 5a,

prostaglandin, leukotriene, protease lisosomal, dan oksigen radikal.

Sementara itu, mediator yang berperan dalam kemotaksis adalah komplemen

5a, prostaglandin, leukotrien, komplemen 3b (opsonin), dan bradikinin

(Mitchell et al, 2015).

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/58840/3/BAB 2.pdf5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inflamasi 2.1.1 Definisi Inflamasi Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh

15

Tabel 2.1 Kerja Utama Metabolit Asam Arakidonat (Eikosanoid) Kerja Eikosanoid

Vasodilatasi PGI2 (prostasiklin), PGE1, PGE2

Vasokontriksi Tromboksan A2, leukotrien C4, D4, E4

Peningkatan permeabilitas vaskular Leukotrien C4, D4, E4

Kemotaksis, adhesi leukosit Leukotrien B4, HETE

(Mitchell et al, 2015)

2.2 Ubi Jalar Ungu

Ubi Jalar (Ipomoea batatas) atau yang sering disebut dengan ketela rambat

adalah sejenis tanaman yang akarnya dapat dimakan. Di beberapa daerah tertentu,

ubi jalar merupakan salah satu bahan makanan pokok. Di Indonesia, selain

dimanfaatkan umbinya daun ubi jalar juga dibuat sayuran. Untuk dibeberapa

wilayah daun dari rebusan ubi jalar diminum dan digunakan sebagai pengobatan

DBD, antioksidan, antikanker dan dapat juga ditumbuk dan ditempelkan pada

bagian yang bengkak sebagai pengobatan inflamasi (Setiawati et al, 2016).

2.2.1 Taksonomi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Solanales

Familia : Convolvulaceae

Genus : Ipomoea

Spesies : Ipomoea batatas

(Richana, 2013)

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/58840/3/BAB 2.pdf5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inflamasi 2.1.1 Definisi Inflamasi Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh

16

(Firgianti dan Sunyoto, 2018)

Gambar 2.7

Foto umbi dan daun ubi jalar ungu

2.2.2 Morfologi

Ubi jalar ungu merupakan ubi-ubian dan tergolong tanaman semusim

(berumur pendek). Ubi jalar ungu tumbuh menjalar pada permukaan tanah

dengan panjang tanaman dapat mencapai 3 meter. Ubi jalar ungu berbatang

lunak, tidak berkayu, berbentuk bulat, dan bagian tengah bergabus. Batang

ubi jalar ungu beruas-ruas dengan panjang antar ruas 1-3 cm (Kim and

Wampler 2009). Waktu yang diperlukan dari saat penyerbukan sampai masak

± 30 hari. Warna kulit ubi jalar sangat beragam, yaitu putih, kuning, ungu dan

ungu-merah (Richana, 2013).

Ubi jalar ungu mempunyai bunga yang berbentuk terompet yang

panjangnya antara 3-5 cm. Mahkota bunga berwarna ungu keputih-putihan

dan bagian dalam mahkota bunga (pangkal sampai ujung) berwarna ungu

muda (Jusuf et al, 2008).

Daun berbentuk bulat sampai lonjong dengan tepi rata atau berlekuk

dangkal sampai berlekuk dalam, sedangkan bagian ujung daun meruncing.

Daun biasanya berwarna hijau tua atau kekuning-kuningan (Jusuf et al,

2008).

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/58840/3/BAB 2.pdf5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inflamasi 2.1.1 Definisi Inflamasi Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh

17

(Jusuf et al, 2008)

Gambar 2.8

Tipe lobus daun ubi jalar

2.2.3 Kandungan Nutrisi dalam Umbi dan Daun Ubi Jalar Ungu

Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat non beras tertinggi yang

mampu meningkatkan ketersediaan pangan dan diversifikasi pangan di dalam

masyarakat. Sebagai sumber pangan tanaman ini mengandung energi, vitamin

dan mineral. vitamin yang terkandung dalam ubi jalar antara lain vitamin A,

vitamin C, thiamin (vitamin B1), dan riboflavin dan juga mengandung

mineral seperti zat besi (Fe), Kalsium (Ca) (Marczak et al, 2014).

Tabel 2.2 Kandungan Nutrisi Ubi Jalar Ungu Kandungan Jumlah

Kadar air (%) 72,84

Pati (%) 24,28

Protein (%) 1,65

Gula reduksi (%) 0,85

Mineral (%) 0,95

Asam askorbat (mg/100 g) 22,7

K (mg/100 g) 204,0

S (mg/100 g) 28,0

Ca (mg/100 g) 22,0

Mg (mg/100 g) 10,0

Na (mg/100 g) 13,0

Fe (mg/100 g) 0,59

Mn (mg/100 g) 0,355

Vitamin A (IU/100 g) 20063

Energi (kJ/100 g) 441

(Direktorat Gizi Depkes RI,1981 dalam Ginting et al, 2014)

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/58840/3/BAB 2.pdf5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inflamasi 2.1.1 Definisi Inflamasi Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh

18

Selain umbinya, daun ubi jalar juga kaya akan vitamin β-karoten, besi,

kalsium, zink dan protein, dan sebagai tanaman lebih toleran terhadap

penyakit, hama, dan kelembaban tinggi dibandingkan banyak sayuran

berdaun lain yang tumbuh di daerah tropis (Islam, 2018).

2.2.4 Kandungan Kimia Daun Ubi Jalar Ungu

Hingga saat ini masih sedikit penelitian yang menjelaskan mengenai

kandungan senyawa kimia apa saja yang ada pada daun ubi jalar ungu. Hasil

uji fitokimia pada tanaman tersebut menunjukkan adanya metabolit sekunder

dalam daun ubi jalar ungu. Beberapa penelitian melaporkan bahwa daun ubi

jalar merupakan sumber antioksidan polyphenol yang sangat baik dibanding

sayur lainnya. Caffeic, chlorogenic acid, dicaffeoylquinic, and

tricaffeoylquinic acids ditemukan terkandung dalam daun ubi jalar ungu

dengan menggunakan gas chromatography (Ishiguro et al, 2004; Islam,

2018). Menariknya, chlorogenic acid diketahui dapat mencegah penyakit

cardiovaskular dengan cara meningkatkan HDL, antidiabetik, dan sebagai

antiinflamasi yang potensial (Hwang et al, 2014; Zengin et al, 2017).

Kandungan chlorogenic acid daun ubi jalar ungu lebih banyak dibandingkan

jenis ubi jalar lainnya (Zhang et al, 2016). Kandungan tersebut lebih tinggi di

daun daripada umbinya (Griffin et al, 2019). Ekstrak etanol daun ubi jalar

menunjukkan adanya kandungan quercetin dan catechin (flavonoid).

Quercetin diidentifikasi sebagai komponen tunggal aktif terbanyak (Hue et al,

2012; Lee et al, 2016).

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/58840/3/BAB 2.pdf5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inflamasi 2.1.1 Definisi Inflamasi Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh

19

Tabel 2.3 Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Daun Ubi Jalar Ungu Golongan Senyawa Simplisia Ekstrak

Alkaloid + +

Flavonoid + +

Saponin - -

Tanin - +

Kuinon - +

Monoterpen - +

Seskuiterpen - +

Triterpenoid - -

Steroid + +

Polifenolat + +

(Firgianti dan Sunyoto, 2018)

Tabel 2.4 Total Kandungan Polyphenol dalam Daun Ubi Jalar Jenis ubi jalar Ubi jalar ungu Ubi jalar beauregard Ubi jalar Bonita

Jumlah (mg GAE/g DW) 46,7 ± 2,1 36,8 ± 4,8 41,2 ± 5,0

(Su et al, 2019)

2.2.5 Mekanisme Antiinflamasi Daun Ubi Jalar Ungu

Kandungan kimia dalam daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas) yang

memiliki efek antiinflamasi antara lain:

1. Chlorogenic acid (Polyphenol)

Chlorogenic acid adalah ester yang terbentuk dari cinnamic acid

dan kuinat acid dan juga dikenal sebagai 5-Ocaffeoylquinic acid (5-

CQA) (IUPAC). Chlorogenic acid merupakan senyawa polyphenol

yang memiliki efek antiinflamasi. Selain itu juga dapat mencegah

penyakit kardiovaskular dengan meningkatkan HDL (High Density

Lipoprotein). Penelitian yang dilakukan Hwang et al (2014),

menggunakan makrofag dan sel mikrogial terbukti bahwa chlorogenic

acid memberikan efek yang potensial sebagai antiinflamasi dengan

cara menghambat COX-2 dan juga terbukti dapat menghambat sitokin

proinflamasi seperti IL-1β dan TNF-α dan menghambat kemokin.

Chologenic acid juga berpotensi dalam menghambat Nuclear Factor

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/58840/3/BAB 2.pdf5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inflamasi 2.1.1 Definisi Inflamasi Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh

20

(NF-ĸB) sehingga dapat menurunkan gen ekspresi inflamasi terutama

pada fase akut. Senyawa chologenic acid juga terbukti dapat

menghambat prostaglandin E2 yang diukur dengan Enzymelinked

Immunosorbent Assay (ELISA) (Zengin et al, 2017).

(Naveed et al, 2018)

Gambar 2.9

Stuktur Chlorogrnic acid

2. Quercetin (Flavonoid)

Quercetin merupakan salah satu senyawa flavonoid yang terdapat

pada ekstrak daun ubi jalar ungu. Flavonoid adalah salah satu senyawa

yang diketahui dapat digunakan sebagai antiinflamasi, anti aterogenik,

dan anti osteoporosis (Ozgen et al, 2016). Beberapa penelitian telah

menunjukkan bahwa quercetin dapat menghambat aktivitas

metabolisme enzim asam arakidonat (AA) seperti cyclooxygenase-2

(COX-2), lipoxygenase (LOX) dan nitric oxide (NO). Penghambatan

enzim ini mengurangi produksi AA, prostaglandin, leukotrien dan NO

yang merupakan mediator penting dari peradangan. Dengan demikian,

penghambatan enzim ini adalah salah satu mekanisme yang paling

penting dari aktivitas antiinflamasi (Cho et al, 2016; Lee et al, 2018;

Mondal et al, 2019).

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/58840/3/BAB 2.pdf5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inflamasi 2.1.1 Definisi Inflamasi Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh

21

(Ozgen et al, 2016)

Gambar 2.10

Stuktur Quercetin

2.3 Karagenan

Karagenan adalah polisakarida yang diekstraksi dari beberapa spesies rumput

laut atau alga merah (rhodophyceae). Karagenan adalah galaktan tersulfatasi

linear hidrofilik. Polimer ini merupakan pengulangan unit disakarida. Galaktan

tersulfatasi ini diklasifikasi menurut adanya unit 3,6-unhydro galactose dan posisi

gugus sulfat. Tiga jenis karagenan komersial yang paling penting adalah

karagenan iota, kappa dan lambda (Sormin et al, 2018).

2.3.1 Jenis-jenis Karagenan

Iota karagenan (ι-karagenan) adalah jenis yang paling sedikit jumlahnya

di alam, dapat ditemukan di Euchema spinosum (rumput laut) serta

membentuk gel yang kuat pada larutan yang mengandung garam kalsium

(Iglauer et al, 2011).

Kappa karagenan (κ-karagenan) merupakan jenis yang paling banyak

terdapat di alam, menyusun 60% dari karagenan pada Chondrus crispus dan

mendominasi pada Euchema cottonii. Kappa karagenan merupakan

karagenan kedua yang paling stabil (Yong et al, 2014).

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/58840/3/BAB 2.pdf5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inflamasi 2.1.1 Definisi Inflamasi Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh

22

Lambda karagenan (λ-karagenan) adalah jenis karagenan kedua

terbanyak di alam serta merupakan komponen utama pada Gigartina

aciculari dan Gigatina pistillata dan menyusun 40% dari karagenan pada

Chondrus ciprus. Lambda karagenan adalah karagenan yang paling stabil dan

dapat mudah larut dalam air dan NaCl (Necas & Bartosikova, 2013).

2.3.2 Mekanisme Kerja Karagenan sebagai Penginduksi Radang

(Huang et al, 2011)

Gambar 2.11

Mekanisme Kerja Karagenan

Karagenan menginduksi inflamasi dalam bentuk edema dan

hiperalgesia dengan mekanisme induksi COX-2 yang akan menghasilkan

prostaglandin. Prostaglandin yang dilepaskan akan berinteraksi dengan

jaringan di sekitarnya dan menyebabkan perubahan vaskular pada pembuluh

darah yang merupakan awal mula terjadinya edema (Necas dan Bartosikova,

2013). Ada tiga fase pembentukan edema yang diinduksi oleh karagenan.

Fase pertama terjadi degranulasi sel mast sehingga terjadilah pelepasan

histamin dan serotonin (1 jam). Fase kedua adalah pelepasan bradikinin yang

terjadi pada 1,5 hingga 2,5 jam setelah induksi, dan terjadi pelepasan

prostaglandin pada fase terakhir (3-4 jam) (Patel, Murugananthan, and

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/58840/3/BAB 2.pdf5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inflamasi 2.1.1 Definisi Inflamasi Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh

23

Gowda, 2012). Karagenan sudah banyak digunakan sebagai penginduksi

radang untuk membuktikan aktifitas antiinflamasi dan merupakan model

hewan sederhana untuk mengevaluasi respon radang tanpa adanya cedera atau

kerusakan pada kaki yang meradang (Necas & Bartosikova, 2013).

Karagenan memicu produksi nitric oxide yang merupakan mediator

inflamasi akut. Penelitian lanjutan, histamin, serotonin, bradikinin adalah

mediator yang dapat dideteksi pada fase awal inflamasi akibat induksi

karagenan. Prostaglandin memengaruhi peningkatan permeabilitas vaskular

dan terdeteksi pada fase akhir inflamasi. Inflamasi lokal atau sistemik akan

terjadi peningkatan dari pro-inflamatory cytokine yaitu TNF-α, IL-1, dan IL-6

akibat induksi karagenan (Posadas et al, 2014).