bab 2 tinjauan pustaka pada bab tinjauan kepustakaan ini

24
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini, beberapa aspek yang relevan untuk penelitian akan disajikan. Variabelakan diuraikan sebagai berikut: 2.1. Instruktur Klinik 2.1.1. Definisi instruktur klinik 2.1.2. Kinerja instruktur klinik 2.1.3. Karakteristik instruktur klinik 2.2. Caring 2.3.Kompetensi Mahasiswa Keperawatan 2.3.1. Kompetensi 2.3.2. Kompetensi klinik 2.3.3. Standar Kompetensi Perawat Indonesia 2.3.4. Karakteristik kompetensi klinik mahasiswa keperawatan 2.4. Hubungan Kinerja Instruktur Klinik Dengan Kompetensi Klinik Mahasiswa Keperawatan 2.5. Kerangka Konsep 2.1. Instruktur Klinik 2.1.1. Definisi instruktur klinik Instruktur klinik adalah seseorang yang diangkat dan diberikan tugas oleh institusi pelayanan/pendidikan kesehatan untuk memberikan bimbingan kepada mahasiswa yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran praktek klinik di rumah Universitas Sumatera Utara

Upload: phamkhuong

Post on 12-Jan-2017

238 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab tinjauan kepustakaan ini, beberapa aspek yang relevan untuk

penelitian akan disajikan. Variabelakan diuraikan sebagai berikut:

2.1. Instruktur Klinik

2.1.1. Definisi instruktur klinik

2.1.2. Kinerja instruktur klinik

2.1.3. Karakteristik instruktur klinik

2.2. Caring

2.3.Kompetensi Mahasiswa Keperawatan

2.3.1. Kompetensi

2.3.2. Kompetensi klinik

2.3.3. Standar Kompetensi Perawat Indonesia

2.3.4. Karakteristik kompetensi klinik mahasiswa keperawatan

2.4. Hubungan Kinerja Instruktur Klinik Dengan Kompetensi Klinik Mahasiswa

Keperawatan

2.5. Kerangka Konsep

2.1. Instruktur Klinik

2.1.1. Definisi instruktur klinik

Instruktur klinik adalah seseorang yang diangkat dan diberikan tugas oleh

institusi pelayanan/pendidikan kesehatan untuk memberikan bimbingan kepada

mahasiswa yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran praktek klinik di rumah

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini

sakit (Pusdiknakes, 2004). Menurut Baillie (1994), instruktur klinik adalah

pembimbing perawat atau guru perawat. Sedangkan menurut Baltimore (2004),

instruktur klinik merupakan contoh peran bagi mahasiswa agar dapat bekerja

menjadi yang terbaik dan instruktur juga bertanggung jawab terhadap evaluasi

kompetensi mahasiswanya dalam melaksanakan praktek klinik.Kegiatan

pembelajaran klinik merupakan suatu bentuk kegiatan belajar mengajar dalam

konteks pelayanan nyata. Selama proses pembelajaran klinik terjadi proses

interaksi antara instruktur klinik dengan mahasiswa keperawatan.

Menurut Tang et al. (2005), instruktur klinik merupakan orang yang

bertanggung jawab untuk memastikan mahasiswa mempelajari dan menerapkan

teori, mendapatkan pengalaman, mempraktekkan tehnik-tehnik danjuga

mengembangkan diri menjadi perawat yang terampil.Instruktur klinik juga

mengembangkan gaya mengajar berdasarkan kebijaksanaan praktek, pengalaman,

tingkat kenyamanan dan pelatihan-pelatihan yang mereka dapat.

2.1.2.Kinerja instruktur klinik

Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan dalam melanjutkan visi, misi, tujuan dan sasaran (Kristiyanti, 2012).

Menurut Bacal (2001), kinerja berarti pemantauan organisasi terhadap penetapan

pencapaian tujuan dan pelaksanaan rencana, sedangkan menurut Rivai (2005),

kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama

periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai

kemungkinan seperti standar hasil kerja target atau sasaran atau kriteria yang baik

yang telah ditentukan terlebih dahulu setelah disepakati bersama, dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini

demikian kinerja dapat diartikan sebagai kemampuan kerja, kemampuan individu

dalam melaksanakan rencana menurut standar tertentu untuk mencapai tujuan.

Adapun kinerja instruktur klinik merupakan suatu perbuatan atau tindakan

yang dilakukan pembimbing praktek klinik dalam rangka pembelajaran klinik

untuk menjalankan perannya, yaitu bertanggung jawab memastikan bahwa

mahasiswa mempelajari bagaimana menerapkan teori, mendapatkan pengalaman

serta mempraktekkan tehnik dalam pembelajaran klinik (Clayton, 2000 dalam

Tang, 2005 p. 187).

Instruktur klinik memiliki peran penting dalam pendidikan dan

pengembangan mahasiswa keperawatan. Instruktur klinikdalam menjalankan

tugasnyamempunyai peran antara lain berkomunikasi secara baik dengan

mahasiswa, memberikan mahasiswa informasi tentang praktek keperawatan,

sebagai model peran dan mengevaluasi kinerja mahasiswa keperawatan(Elcigil &

Sari, 2008). Instruktur klinik juga mengembangkan gaya mengajar berdasarkan

kebijaksanaan praktek, pengalaman, tingkat kenyamanan dan pelatihan-pelatihan

yang mereka dapat.Adapun instruktur klinik dalam pembelajaran klinik

memberikan mahasiswa instruksi, panduan, mengadakan supervisi.Peran

instruktur klinik adalah memandu mahasiswa keperawatan untuk menerapkan

teori ke dalam praktek, menjadi role model, mengajarkan keahlian klinik dan

menjadi contoh untuk berpikir kritis.Instruktur klinik juga memberikan makna

efektif untuk menjembatani antara teori dan praktek, pada waktu yang terbatas

serta hubungan antara instruktur klinik dengan mahasiswa keperawatan dalam

pendidikan keperawatan (McClure & Black, 2013).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini

Pusdiknakes (2004), menetapkan tugas yang dapat dikerjakan instruktur

klinik dalam rangka kegiatan pembelajaran praktek klinik yaitu: 1) merumuskan

tujuan pembelajaran praktek klinik, 2) menentukan indikator pencapaian target

kompetensi praktek, 3) mengidentifikasi tempat praktek klinik, 4)

mengidentifikasi dan menentukan peralatan/sumber yang diperlukan selama

pembelajaran praktek klinik, 5) memfasilitasi mahasiswa memperoleh target

kompetensi dan alat alat yang digunakan, 6) memecahkan masalah belajar

praktek, 7) membangkitkan dan mendorong semangat mahasiswa selama

mengikuti pembelajaran praktek klinik dan menghargai kerja mahasiswa, 8)

memberikan contoh pelayanan keperawatan pasien secara nyata kepada

mahasiswa, 9) melakukan penilaian kepada mahasiswa yang mengikuti

pembelajaran praktek klinik, dan 10) membuat laporan pembelajaran praktek

klinik.

Tugas instruktur klinik menurut Baltimore (2004),adalahsebagai model

peran dan mentor, instruktur klinik juga secara aktif mengintegrasi mahasiswa ke

dalam budaya unit dan fasilitas sosial, sebagai pengajar, maksudnya instruktur

klinik memiliki hasrat mengajar dan berbagi keahlian dengan mahasiswanya, dan

sumber daya perseorangan yang mampu berkomunikasi secara jelas mengenai

alasan dibalik pengambilan keputusan/tindakan, dan membantu untuk belajar

berfikir serta unjuk kerja sebagai seseorang yang profesional. Sedangkan menurut

Haitana dan Bland (2001), instruktur klinik menilai koreksi yang mereka terima

dengan tujuan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dari hasil koreksi

tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini

2.1.3. Karakteristik instruktur klinik

Komponen klinik pendidikan keperawatan merupakan bagian yang penting

pada pengembangan perawat yang kompeten.Instruktur perawat memainkan peran

penting dalam pengembangan profesional mahasiswa perawat.Identifikasi

karakteristik efektif instruktur klinik memberikan informasi yang berguna untuk

instruksi mahasiswa dalam pelaksaaan klinik dan merupakan hal yang krusial

untuk mengembangkan mutu pendidikan klinik (Gignac-Caille & Oermann,

2001).Eksplorasi karakteristik efektif instruktur klinik memberikan tolak ukur dan

wawasan ke dalam pengembangan program-program untuk pengembangan

perawat.

Benor dan Leviyof (1997), menyebutkan karakteristik efektif instruktur

klinik dalam modifikasi Nursing Clinical Teacher Effectiveness Inventory

(NCTEI) adalah keahlian instruksional, kompetensi keperawatan, karakteristik

personaliti, evaluasi mahasiswa, dan hubungan interpersonal. Hampir sama seperti

Benor dan Leviyof,menurut Gignac-Caille dan Oermann (2000), instruktur klinik

mempunyai lima karakteristik yaitu: 1) kompetensi klinik dan pengetahuan, 2)

hubungan interpersonal, 3) kemampuan mengajar, 4) strategi evaluasi, dan 5)

karakteristik personal. Sementara itu Elcigil dan Sari (2008), membagi lagi ke

lima karakteristik diatas yaitu: 1) kompetensi klinik meliputi: role model bagi

mahasiswa, berpengalaman dan berkompeten, berpengetahuan, 2) hubungan

interpersonal meliputi kemampuan komunikasi, memiliki rasa khawatir, memiliki

bahasa tubuh, empati, motivasi, ketersediaan dan pemahaman atau saling

pengertian, 3) kemampuan mengajar meliputi: berperan sebagai penasehat dan

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini

pemandu, menerangkan praktek-praktek klinik, menjawab pertanyaan,

mendemonstrasikan keahlian, dan 4) strategi evaluasi meliputi: berperan sebagai

evaluator, membantu mahasiswa untuk lebih banyak belajar dan memberikan

feedback positif. Menurut Mogan dan Knox (1987), evaluasi merupakan jenis dan

sejumlah feedback mahasiswa yang diterima dari instruktur klinik melalui kinerja

klinik dan tes tertulis,karakteristik personal meliputi berkomunikasi dengan baik,

tersenyum dan sabar.

Menurut Tang (2005), bahwa instruktur klinik yang efektif memiliki

empat karakteristik yaitu:1) kompetensi profesional, 2) hubungan interpersonal, 3)

karakteristik personal, dan 4) kemampuan mengajar. Untuk lebih jelasnya

karakteristik efektif instruktur klinik dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Kompetensi profesionalmeliputi:

a).Minat pada asuhan pasien.

b). Menerapkan teori dalam praktek klinik.

c). Model peran bagi para mahasiswa.

d). Keahlian pada tehnik keperawatan.

e). Memiliki pengetahuan profesional yang memadai.

f). Menerangkan dan menunjukkan tehnik-tehnik yang baru.

Keperawatan merupakan praktek berdasarkan disiplin ilmu dan diukur

dalam istilah-istilah kompetensi klinik (Lee, Cholowski, & Williams,

2002).Kompetensi keperawatan adalah teoritis instruktur klinik dan pengetahuan

klinik yang digunakan selama praktek keperawatan termasuk perilaku instruktur

klinik terhadap profesinya (Mogan & Knox, 1987).

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini

2). Hubungan interpersonalmeliputi:

a).Mencegah pengawasan yang berlebihan.

b).Mengadakan koreksi untuk perkembangan mahasiswa.

c).Memecahkan masalah dengan mahasiswa.

d).Memperlakukan mahasiswa sebagai orang yang berfikir dan bijaksana.

e).Tidak mencela salah satu mahasiswa di depan mahasiswa yang lain

memberikan mahasiswa sebuah kesempatan untuk menerangkan.

f).Mempunyai hubungan yang baik dengan anggota tim kesehatan lainnya.

3).Karakteristik personalmeliputi:

a). Membangun watak yang sabar dan tingkah laku yang kooperatif.

b). Memperlakukan mahasiswa dengan jujur dan setulus hati.

c). Mempunyai sikap antusias pada aturan klinik.

d). Mengatur indikasi yang dibuat oleh mahasiswa dengan layak.

e). Memikul kesalahan mahasiswa.

f). Empati terhadap mahasiswa.

g). Menerima opini dan metode yang dapat dipertanggung jawabkan.

h). Menghormati privasi mahasiswa.

i). Menerima perbedaan individu.

j). Mencegah penghakiman subjektif mahasiswa.

Menurut Mogan dan Knox (1987), hubungan interpersonal merupakan

bagian dari timbal balik dari keinginan dan komunikasi antara dua orang atau

lebih.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini

4. Kemampuan mengajarmeliputi:

a). Menginformasikan secara jelas kepada mahasiswa tentang tanggung jawab

mereka.

b).Memberikan mahasiswa pengetahuan yang relevan.

c). Tidak mengganggu proses ketika mahasiswa sedang mencoba tehnik baru.

d). Mempunyai ekspektasi yang realistis.

e). Memotivasi mahasiswa untuk belajar secara mandiri.

f). Mengizinkan mahasiswa berdiskusi secara bebas dan mengekspresikan

perasaan mereka.

g). Menggunakan sumber daya rumah sakit untuk mendapatkan pengalaman yang

lebih.

h). Menghasilkan pertanyaan dan menstimulasi mahasiswa untuk berfikir dan

belajar secara mandiri.

i).Mencoba untuk memahami adanya celah-celah pengalaman pembelajaran

mahasiswa.

j). Menggunakan waktu secara bijak, teratur serta efektif.

k). Menggunakan aktivitas belajar yang cocok dengan tujuan pembelajaran.

l). Menyiapkan materi pembelajaran dan aktivitas yang berkembang.

j). Membuat praktek yang secara objektif dan adil mengevaluasi mahasiswa.

Menurut Elcigil dan Sari (2008), mahasiswa mengharapkan instruktur

klinik itu bisa menjadi penasehat, pemandu, memberikan informasi dan

keterangan tentang situasi klinik.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini

Sementara itu menurut Gicnac-Caille dan Oermann (2001), instruktur klinik

mempunyai limakarakteristik yaitu: 1) kompetensi klinik dan pengetahuan, 2)

hubungan interpersonal, 3) kemampuan mengajar, 4) strategi evaluasi, dan 5)

karakteristik personal. Menurut Ali (2012),karakteristik instruktur klinik yang

efektif dalam hubungannya dengan mahasiswa didefinisikan sebagai sebuah sikap

yang ditunjukkan oleh instruktur klinik dan dirasakan oleh mahasiswanya sebagai

kontribusi pengalaman pembelajaran positif dalam aturan klinik. Instruktur klinik

yang ideal merupakan seseorang yang ideal dan dinamis yang menstimulasi minat

mahasiswanya dan membantu kemampuan mahasiswa dalam berhubungan dengan

pasien. Martono (2009) menyebutkan bahwa ada beberapa karakteristik instruktur

klinik yaitu: 1) pengetahuan tentang tugas yang dilakukan dan bagaimana

mengerjakannya, 2) keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas, 3)

sikap kerja yang baik dan benar, dan 4) kekuatan fisik yang cukup.

Menurut Benor dan Leviyof (1997), karakteristik yang sangat penting yang

harus terdapat pada instruktur klinik adalah kompetensi keperawatan.Ketika

instruktur klinik mengevaluasi kurikulum, rating dari kompetensi klinik

mahasiswa itu merupakan bagian yang penting dalam pencapaian kompetensi

selama pembelajaran klinik.Anggota fakultas mengobservasi praktek mahasiswa

dan mengusahakan untuk mengevaluasi mereka secara akurat. Menurut Brasler

(1993), untuk mengevaluasi pengajaran keperawatan dan hubungan interpersonal

(IPRskill) menggunakan alat evaluasi karakteristik instruktur klinik (The

Preceptor CharacteristicEvaluasi Tool). Berkaitan dengan kompetensi yang harus

dimiliki instruktur klinik Pusdiknakes RI (2004), menetapkan persyaratan menjadi

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini

instruktur klinik yaitu:1) memiliki latar belakang profesional yang sesuai, 2)

memiliki pengalaman bekerja memberikan pelayanan keperawatan di klinik

selama tiga tahun, 3) memiliki izin praktek yang diterbitkan oleh organisasi

profesi, 4) memiliki latar belakang pendidikan atau keguruan, dan 5) memiliki

pengalaman mengikuti pelatihan instruktur klinik.

2.2. Caring

Menurut Ali (2012),jika instruktur klinik ingin melengkapi ilmu

mahasiswa dan pembelajaran klinik maka mereka harus memiliki karakteristik

efektif instruktur klinik dan sikap caring.Menurut

Transpersonal caring diwujudkan melalui 10 faktor karatif yang menjadi

ciri caringantara manusia ke manusia lainnya.Ada sepuluhfaktor karatif dalam

teori Watson yaitu:

Tomey dan Alligood (2006)

caring adalah sebagai cara memelihara untuk berhubungan dengan orang lain

terhadap tanggung jawab pada suatu pekerjaan yang akan dinilai oleh orang lain.

Dalam teorinya Watson (1988, dalam Toelke 2012), juga menjelaskan bahwa

caring merupakan link yang baik bagi instruktur klinik dalam proses pembelajaran

klinik.TeoriWatson (1994)tentang transpersonal caring berfungsi sebagaipanduan

untuk disiplin ilmu dan pengembangan profesionalperawat. Teori ini didasarkan

pada nilai-nilai yang nonpaternalisticyaitusaling menghormati satu sama lain,

otonomi individu dan kebebasan memilih.Human caring bersifat relasional, saling

berhubungan, transpersonal,dan intersubjektifyang merupakan dasar bagi

hubungan terapeutikantara manusia.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini

1).Nilai-nilai kemanusiaan dan altruistic.

2).Keyakinan dan harapan.

3).Peka terhadap diri sendiri dan orang lain.

4).Membantu untuk menumbuhkan kepercayaan dan membuat hubungan

keperawatan secara manusiawi.

5).Pengekspresian perasaan positif dan negatif.

6).Proses pemecahan masalah perawatan secara kreatif.

7).Pembelajaran secara transpersonal.

8). Dukungan, perlindungan, perbaikan fisik, mental, sosial, dan

spiritual.9).Bantuan kepada kebutuhan manusia.

10).Eksistensi fenomena kekuatan spiritual.

Dari kesepuluh faktor karatif tersebut, caring dalam keperawatan

menyangkut upaya memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai

manusia yang berbeda dari manusia lainnya (Watson, 1985 dalam Tomey &

Alligood 2006). Hal ini berkenaan dengan upaya pemenuhannya melalui berbagai

bentuk intervensi yang bukan hanya berupa kemampuan teknis sebagai perawat

terhadap pasien namun instruktur klinik sebagai pembimbing terhadap mahasiswa

keperawatan yang sedang menjalani proses bimbingan klinik di rumah sakit.

Adapun modelcaring sepuluh faktor karatif Watson adalah:

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini

Gambar 2.1.Model Caring Sepuluh Faktor Karatif Sumber: Felcoy. Wordpress.com

2.3. Kompetensi Mahasiswa Keperawatan

2.3.1. Kompetensi

Kompetensi merupakan sebuah pola pengetahuan, kemampuan, keahlian,

tingkah laku yang dapat diukur dan diamati.Kompetensi adalah kemampuan atau

kecakapan (Muhibin Syah, 2004).Lebih lanjut beliau menjelaskan kompetensi itu

adalah keadaan berwenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum.

Sedangkan Klemp (1980), mendefinisikan kompetensi sebagai sebuah

karakteristik dari orang-orang efektif dan berkinerja sangat baik pada

pekerjaannya. Parry (1996) mengatakan bahwa sebuah kelompok atau yang

berhubungan dengan pengetahuan dan sikap yang diterapkan kedalam pekerjaan

(peran/tanggung jawab) dan dihubungkan dengan kinerja dalam pekerjaan yang

dapat diukur dengan sebuah standar yang baik serta dapat dikembangkan melalui

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini

latihan dan pengembangan.Menurut Uzer (2004), kompetensi adalah merupakan

perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan

kondisi yang diharapkan.

2.3.2. Kompetensi klinik

Menurut Scheetz (1989), kompetensi klinik adalah kemampuan untuk

dilibatkan dalam pemecahan masalah, menerapkan teori untuk praktek dan

menunjukkan kemampuan psikomotorik. Marsburn et al. (2009)mengemukakan

bahwa kompetensi klinik: 1) pengalaman yang mempunyai efek positif pada

persiapan perawat yang baru dalam praktek klinik, 2) sebagai perawat yang baru,

agar kiranya mereka dengan keahliannya bisa lebih sukses dalam pencapaiannya,

dan 3) pendidik dan pemimpinnya harus memiliki pemahaman hubungan antara

kinerja berdasarkan kompetensi klinik. Sedangkan Wilson (2012),berpendapat

bahwa mahasiswa harus mempunyai hubungan yang erat dengan para instruktur

klinik dalam memecahkan masalah pencapaian kompetensi, karena itu merupakan

hal yang penting untuk memastikan apakah mereka siap dan dapat terjun langsung

dalam praktek untuk menemani para perawat profesional.

2.3.3.Standar Kompetensi Perawat Indonesia

Menurut PPNI (2013)Standar diartikan sebagai ukuran atau patokan yang

disepakati, sedangkan kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang

yang dapat terobservasi mencakup pengetahuan, ketrampilan dan sikap dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas yang ditetapkan.

Standar kompetensi perawat merefleksikan kompetensi yang harus dimiliki

oleh perawat untuk memberikan asuhan keperawatan profesional.Indonesia setara

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini

dengan standar internasional, dengan demikian perawat Indonesia mendapatkan

pengakuan yang sama dengan perawat dari negara lain.

A. Area Kompetensi Perawat Indonesia

Area kompetensi perawat dikelompokkan dalam tiga 3 area kompetensi

sebagai berikut:

1). Praktek profesional, etis, legal, dan peka budaya.

2). Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan.

3).Pengembangan kualitas personal dan profesional.

B. Penjabaran area kompetensi, kompetensi inti dan kompetensi

Setiap area kompetensi dijabarkan menjadi kompetensi inti, sebagai berikut:

1. Area praktik profesional, etis, legal, dan peka budaya

Kompetensi inti:

1.1. Bertanggung gugat terhadap praktik profesional.

1.2. Melaksanakan praktik keperawatan dengan prinsip etis dan peka

budaya.

1.3. Melaksanakan praktik secara legal.

2. Area pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan.

Kompetensi inti:

2.1. Menerapkan prinsip dasar dalam pemberian asuhan keperawatan dan

pengelolaannya.

2.1.1. Melaksanakan upaya promosi kesehatan dalam pelayanan

maupun asuhan keperawatan.

2.1.2. Melakukan pengkajian keperawatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini

2.1.3. Menyusun rencana keperawatan.

2.1.4. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana.

2.1.5. Mengevaluasi asuhan tindakan keperawatan.

2.1.6. Menggunakan komunikasi terapeutik dan hubungan

interpersonal dalam pemberian pelayanan dan asuhan

keperawatan.

2.2. Menerapkan kepemimpinan dan manajemen dalam pengelolaan

pelayanan keperawatan.

2.2.1. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman.

2.2.2. Membina hubungan interprofesional dalam pelayanan maupun

asuhan keperawatan.

2.2.3. Menjalankan fungsi delegasi dan supervisi baik dalam

pelayanan maupun asuhan keperawatan.

3. Area pengembangan kualitas personal dan profesional

Kompetensi inti:

3.1. Melaksanakan peningkatan profesional dalam praktek keperawatan.

3.2. Melaksanakan peningkatan mutu pelayanan maupun asuhan

keperawatan.

3.3. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung jawab

profesi.

Uraian area kompetensi secara sistematis digambarkan dalam kerangka

kerja kompetensi perawat Indonesia (daftar terlampir).

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini

2.3.4.Karakteristik kompetensi klinik mahasiswa keperawatan

Menurut Lewallen dan DeBrew (2012), karakteristik kompetensi klinik

mahasiswa keperawatan terdiri dari:

1). Kesiapan praktek klinik meliputi: a) persiapan termasuk membawa

panduan yang dibutuhkan, b) profesional dalam berpakaian dan bertata cara, c)

mempelajari patofisiologi dan gangguan kebutuhan pasien, d) disiplin kehadiran

dan tugas.dan e) terorganisir/teratur.

2). Dapat berfikir kritis meliputi: a) dasar pengetahuan yang kuat yang

diterapkan pada praktek klinik, b) melaksanakan praktek yang aman, c) mampu

menggunakan proses keperawatan, d) perhatian dengan sesuatu dan berminat

menghubungkannya,e) mampu memecahkan masalah, f) menemukan sesuatu

secara objektif, dan g) memprioritaskan masalah.

3). Membangun hubungan dan komunikasi meliputi: a) komunikasi yang

efektif, b) menunjukkan rasa hormat terhadap siapapun, dan c) bertanya hal yang

perlu/sesuai.

4). Mempunyai tingkah laku yang positif dan keinginan untuk belajar

meliputi: a) mencari kesempatan untuk belajar, b) berperilaku positif, c) motivasi

diri, d) terus terang, e) peduli, f) terbuka, g) menjalin hubungan baik, dan e)

kejujuran.

5). Menunjukkan kemajuan, menerima koreksi, mudah beradaptasi

pada praktek klinikmeliputi: a) menggunakan kritik/evaluasi untuk kemajuan,

dan b) fleksibel pada aturan klinik.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini

2.4. Hubungan Kinerja Instruktur Klinik Dengan Pencapaian Kompetensi

Klinik Mahasiswa Keperawatan.

Berdasarkan hasil penelusuran peneliti,maka penelitian yang relevan tentang

instruktur klinik ini antara lain dilakukan oleh:

Benor dan Leviyof (1997), judul penelitian “The Development of Student’s

Perception of Effective Teaching: The ideal, Best and the Poorest Clinical

Teacher in Nursing”. Tempat penelitian di Israel dan yang menjadi populasi

penelitian adalah mahasiswa tiga sekolah keperawatan di Israel yang

berpartisipasi dalam studi ini, menunjukkan bahwa karakteristik “kompetensi

keperawatan” merupakan karakteristik yang paling penting, diikuti evaluasi

mahasiswa, kemudian “kemampuan instruksional”, karakteristik interpersonal,

serta ciri personaliti adalah urutan terakhir.

Smedley (2008), judul penelitian “Becoming and Being a Preceptor: A

Phenomenological Study”. Tempat penelitian adalah Australia dan yang menjadi

populasi penelitian adalah perawat terdaftar diambil dari Sponsored Preceptor

melalui Avondale College dan bekerja di tempat yang terpilih.Hasil menunjukkan

bahwa partisipan mendapat pengetahuan, keahlian, percaya diri dan perilaku

positif dalam kepreseptoran adalah melalui pemberdayaan pembelajaran dalam

peran dan peningkatan pengajaran serta kemampuan pengajaran.Perilaku

mahasiswa dapat mempengaruhi mekanisme pengajaran dan pembelajaran, serta

mempengaruhi kepegawaian mereka.

Penelitian yang dilakukan Gignac-Caille dan Oermann (2001), dengan judul

penelitian “Student and Faculty Perception of EffectiveClinical Instructor in ADN

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini

Program” tempat penelitian di Michigan, jumlah responden 292 mahasiswa dalam

berbagai jenjang program ADN, dan hasilnya menunjukkan karakteristik efektif

instruktur klinik itu meliputi: kemampuan mengajar, hubungan interpersonal, ciri

personaliti, kompetensi mahasiswa, dan evaluasi. 88% (258 mahasiswa)

berpendapat bahwa karakteristik “menunjukkan keahlian klinik dan membuat

keputusan” sebagai karakteristik yang paling penting.Karakteristik ini

diidentifikasi sebagai hal yang paling penting yang harus dimiliki oleh instruktur

klinik.Dilanjutkan 89% (259 mahasiswa) mengatakan karakteristik menerangkan

secara jelas menjadi hal kedua yang penting dalam karakteristik keefektifan

instruktur klinik.

Hanson dan Stenvig (2008),judul penelitian “The Good Clinical Nursing

Educator and the Baccalaurate Nursing Clinical Experience: Attributes and

Praxis” dengan populasi penelitian 6 partisipan yang diinterview menggunakan

grounded teori pada program BSN di Universitas Negeri Dakota Selatan.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa kategori atribut instruktur klinik yang positif

meliputi presentasi interpersonal, pengetahuan instruktur klinik serta strategi

pengajaran, dan kategori atribut diatas dapat membantu perawat pemula untuk

menjadi perawat yangberpengalaman dalam pengembangan kemampuan

pengajaran.Karena pembelajaran bagi mahasiswa dapat berpengaruh positif

terhadap pengalaman klinik, maka pengajar harus mencari metode pengajaran

yang terbaik dalam proses pembelajaran.

Wiseman (2013), dengan judul penelitian “The Survey of Advance Practice

Student Clinical Preceptor”, populasi atau responden adalah instruktur klinik di

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini

rumah sakit, hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 49% instruktur klinik

berpengalaman lebih dari 11 tahun, hal ini mengindikasikan bahwa Instruktur

klinik yang benar-benar berpengalaman itu masih belum maksimal sehingga hal

ini dapat mempengaruhi kompetensi mahasiswa keperawatan.

Elcigil dan Sari (2008), dengan judul penelitian “Student’s Opinions about

and Expectations of Effective Nursing Clinical Mentors”, tempat penelitian

Turkey Nursing School dan yang menjadi responden adalah 24 mahasiswa

sekolah keperawatan, disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi dan evaluasi

merupakan ciri penting dari instruktur klinik keperawatan, dia juga menyarankan

bahwa instruktur klinik menerangkan secara jelas pada saat mengawali praktek

tentang apa yang mereka harapkan dari mahasiwa dan kriteria apa yang akan

digunakan untuk evaluasi, memberikan feedback positif, mengarahkan mahasiswa

dalam bahasa yang relevan agar kiranya mereka dapat mempelajari perkembangan

terbaru keperawatan serta instruktur klinik dapat membagi pengetahuan tentang

situasi dimana mahasiswa tidak pernah menghadapinya.

Hallin dan Danielson (2008), judul penelitian “Being a Personal preceptor

for nursing students: Registered Nurses’ experiences before and after

introduction of a preceptor model”, populasi penelitian adalah 113 instruktur

klinik di salah satu rumah sakit di Swedia yang dikumpulkan pada tahun 2000 dan

2006. Hasil penelitian mengindikasikan secara statistik pengembangan signifikan

pada tahun 2006, bahwa partisipan merasakan persiapan peran mereka sebagai

instruktur klinik, dukungan dari pengajar dan teman, perawat ahli, dan perawat

lainnya.Perkembangan terakhir dilihat dalam hubungan antara item kuesioner

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini

seperti beban kerja, feedback yang konstruktif dan dukungan hasil-hasil penelitian

yang relevan dalam praktek.Terdapat hubungan yang positif yang kuat antara

pengalaman instruktur klinik dan tingkat minat dalam membimbing mahasiswa.

Usher, Nolan, Reser, Owens, dan Tollefson (1999), judul penelitian “An

Exploration of The Preceptor Role: Preceptors’ Perceptions of Benefits, Rewards,

Supports and Commitment to The Preceptor Role”, populasi penelitian 134

instruktur klinik di Australia. Hasil penelitian mengindikasi bahwa sebuah

komitmen yang jelas untuk peran instruktur klinik dan sebuah persepsi bahwa

keuntungan antara material dan non material berasal dari perilaku instruktur klinik

dalam menjalankan perannya.Dukungan dari institusi maupun teman kerja

dianggap penting dalam menjalankan peran sebagai instruktur klinik.Hal ini

bukan hanya memiliki fungsi dalam implikasi pendidik perawat, administrator,

serta instruktur klinik yang potensial, tetapi juga berguna bagi orang dipreseptori

atau dididik oleh instruktur klinik tersebut.

Tang dan Chiang (2005), judul penelitian “Students’ Perceptions of

Effective and Ineffective Clinical Instructors”, dengan responden 214 mahasiswa

dari dua sekolah keperawatan di Taiwan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ada 4 kategori instruktur klinik yang efektif yaitu: 1) kompetensi profesional,

2)hubungan interpersonal, 3) karakteristik personal, dan 4) kemampuan mengajar.

Kategori keefektifan instruktur klinik tersebut secara signifikan memiliki skor

tinggi >4 dalam semua kategorinya.Sedangkan instruktur klinik yang tidak efektif

memiliki skor lebih rendah < 3 dalam semua kategori kecuali kategori kompetensi

profesional.Perbedaan yang lebih besar pada skor antara instruktur klinik yang

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini

efektif dan tidak efektif ditemukan dalam kategori hubungan interpersonal,

kemudian diikuti dengan karakteristik personaliti.Perbedaan yang lebih kecil

antara ke duanya ditemukan dalam kategori kompetensi profesional kemudian

diikuti kategori kemampuan mengajar.Penelitian ini juga mengindikasikan bahwa

mahasiswa dari sekolah keperawatan yang berbeda memiliki opini yang sama

mengenai keefektifan instruktur klinik.

Berdasarkan uraian tersebut instruktur klinik yang efektif itu mempunyai

karakteristik sebagai seorang yang bertanggung jawab untuk menjadikan

mahasiswa dapat mengaplikasikan teori, mendapatkan pengalaman dan dapat

menjadikan mahasiswa terampil dan kompeten.

2.5.Kerangka Konsep

Hubungan kinerja instruktur klinik dengan pencapaian kompetensi klinik

mahasiswa keperawatan pada penelitian ini berdasarkan dari tinjauan pustaka

tentang: 1) kinerja instruktur klinik, 2) kompetensi klinik mahasiswa

keperawatan,3) standar kompetensi perawat Indonesia, dan 4) caring. Selanjutnya

kerangka konsep dapat dijelaskan sebagai berikut:

2.5.1. Kinerja instruktur klinik

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan konsep Tang karena konsep

Tang menguraikan karakteristik efektif instruktur klinik yang sangat relevan

dengan penelitian ini. Menurut Tang (2005) instruktur klinik yang efektif

memiliki empat karakteristik efektif instruktur klinik yaitu: 1) kompetensi

profesional, 2) hubungan interpersonal, 3) karakteristik personal, dan 4)

kemampuan mengajar.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini

2.5.2. Kompetensi klinik mahasiswa keperawatan

Peneliti memilih konsep karakteristik kompetensi klinik mahasiswa sukses

yang dikemukakan Lewalen dan DeBrew (2012) karena banyak peneliti

mendukung karakteristik kompetensi klinik ini menjadi indikator keberhasilan

mahasiswa, dalam konsep juga terdapat contoh perilaku mahasiswa yang berhasil.

Menurut Lewalen dan DeBrew (2012), kompetensi klinik mahasiswa terdiri dari:

1) kesiapan, 2) berfikirkritis, 3) komunikasi yang baik, 4) perilaku positif, dan 5)

menunjukkan kemajuan.

2.5.3. Standard Kompetensi Perawat Indonesia

Peneliti memilih Standard Kompetensi Perawat Indonesia khusus

kompetensi perawat ahli madya (PPNI,2013) untuk mendukung karakteristik

kompetensi klinik mahasiswa di rumah sakit agar kompetensi ini sesuai dengan

kondisi rumah sakit di Medan yang di tetapkan sebagai tempat penelitian. Standar

kompetensi perawat ini terdiri dari: 1) kompetensi inti pemberian asuhan, 2)

kompetensi kepemimpinan dan manajemen pengelolaan pelayanan keperawatan,

3) kompetensi pengembangan kualitas personal dan profesional.

2.5.4. Konsep caring

Watson merupakan penggagas teori caring yang banyak mempengaruhi

pendekatan keperawatan dan meletakkan dasar humanistik ke seluruh aspek kajian

keperawatan. Watson juga menekankan dalam sikap caring ini harus tercermin

sepuluh faktor karatif yang berasal dari perpaduan nilai-nilai humanistik dengan

ilmu pengetahuan dasar namun dari sepuluh faktor karatif, hanya enam faktor

yang akan digunakan untuk mengukur kinerja instruktur klinik sebagai

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini

pembimbing mahasiswa di lapangan yaitu: 1) nilai-nilai kemanusiaan dan

altruistik, 2) peka terhadap diri sendiri dan orang lain, 3) Membantu

menumbuhkan kepercayaan, membuat hubungan dalam keperawatan secara

manusiawi, 4) pengekspresian perasaan positif dan negatif, 5) proses pemecahan

masalah secara kreatif, 6) pembelajaran secara transpersonal (Watson, 1979 dalam

Tomey & Alligood, 2002).

Dapat disimpulkan, peneliti akan menggunakan keempat konsep tersebut

sebagai kerangka konsep untuk melihat hubungan kinerja instruktur dengan

pencapaian kompetensi klinik mahasiswa keperawatan rumah sakit di Medan.

Kerangka konsep dalam penelitian ini tergambar pada gambar2.2.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan kepustakaan ini

Kerangka Konsep

KinerjaInstrukturKlinik

1. Kompetensiprofesional: - Berminatpadaasuhankeperawatandanmenerapkan sesuaiteori, memilikipengetahuanprofesional yang memadai, pemecahanmasalahkeperawatansecarakreatif

2. Hubungan interpersonal : - Melakukanpengawasandankoreksiuntukkemajuan mahasiswa, memperlakukanmahasiswasecara bijaksanadanmenjalinhubunganbaikdengantim kesehatan, memilikinilaikemanusiaandanaltruistik,membantu

menumbuhkankepercayaan, ekspresiperasaanpositifdan negative. 3. Karakteristik personal:- Pekapadadirisendiridan orang lain,membangun

watak yang sabar, kooperatif, jujurdantulus. 4. Kemampuanmengajar: - Menginformasikantanggungjawabdanmelaksanakan

prosespembelajaransecaratranspersonal dengan pengetahuan yang relevan.

KompetensiKlinik Mahasiswa Keperawatan

− Kesiapan praktek klinik − Berfikir kritis − Komunikasi yang baik − Perilaku positif dan ingin belajar − Menunjukkan kemajuan, menerima

koreksi

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

31

Universitas Sumatera Utara