bab 2 sumber data dan analisa 2.1 data dan literaturthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-000096-ds bab...
TRANSCRIPT
3
BAB 2
SUMBER DATA DAN ANALISA
2.1 DATA DAN LITERATUR
Data untuk menunjang proyek tugas akhir ini didapat dari berbagai sumber antara
lain:
1. Data literatur berupa artikel elektronik maupun non-elektronik. Sebagian berasal
dari buku, artikel-artikel yang diambil dari majalah, dan sebagian lagi diambil dari
website-website tentang militer dan Angkatan Laut Indonesia..
2. Wawancara dengan nara sumber dari pihak-pihak yang terlibat dalam Angkatan
Laut, baik yang sudah lulus dari Akademi Angkatan Laut maupun yang masih
menjadi kadet.
3. Survey lapangan yang dilakukan di Akademi Angkatan Laut di Bumimoro,
Surabaya.
4. Kuesioner yang disebarkan di SMA-SMA favorit di Jakarta.
2.2 HASIL SURVEY
2.2.1 Interview
Berdasarkan hasil interview saya dengan orang-orang yang terlibat langsung
dalam kegiatan pendidikan di AAL seperti Bapak Agung Widjajadi selaku Gubernur
AAL, Bapak Antar Setiabudi (Dosen Pengajar Elektronika) serta Bapak Arif
Harnanto (Dosen), diketahui bahwa selama ini memang AAL lebih didominasi
dengan para kadet yang berasal dari daerah dan umumnya berada pada status sosial
ekonomi menengah ke bawah. Yang menjadi alasan utama para kadet tersebut
4
memiliki untuk melanjutkan pendidikannya bermacam-macam. Seperti faktor
ekonomi karena untuk mengemban pendidikan di AAL para kadet tidak perlu
mengeluarkan biaya pendidikan. Atau misalnya karena faktor geografis: remaja yang
tinggal di daerah yang dekat dengan laut (seperti Ternate) pada dasarnya telah
memiliki jiwa maritim yang kuat, sedangkan remaja yang tinggal di daerah lain
seperti Tuban justru ingin pergi ke luar negeri dengan naik kapal. Namun yang
menjadi alasan utama mereka adalah kepastian karier. Karena mereka semua tahu
bahwa dengan masuk tentara maka karier mereka akan terjamin. Sebab di jaman
sekarang ini sulit mencari pekerjaan, bahkan memiliki gelar sarjana pun kadang tidak
cukup.
Para kadet memiliki latar belakang yang berbeda-beda dan unik. Sedangkan
sistem pendidikan nasional Indonesia yang memiliki rentang standarisasi yang relatif
cukup longgar menjadikan seleksi bagi para calon Kadet harus memiliki rentang
yang cukup longgar pula. Akibatnya, pola pendidikan yang diterapkan harus mampu
mewadahi itu semua.
2.2.2 Kuesioner
Dari hasil kuesioner yang disebarkan kepada 30 siswa di SMA favorit di
Jakarta, 20% dari mereka menyatakan tertarik untuk berkarier di Angkatan Laut.
Mereka sama-sama memiliki hobi bermain video game dan berolahraga. Meksipun
tidak semua dari mereka berada dalam lingkungan keluarga yang berkecimpung di
dunia militer, namun rata-rata memiliki pengetahuan yang lumayan tentang
Angkatan Laut.
5
Sedangkan dari hasil pengamatan saya dari kuesioner, remaja yang tidak ingin
berkarier di Angkatan Laut memang tidak memiliki ketertarikan terhadap dunia
militer, atau mereka telah menetapkan untuk mengejar karier di bidang yang lain.
Beberapa dari mereka juga menjawab tidak karena alasan pendidikan ketentaraan
yang terlalu berat. Namun kebanyakan dari mereka yang menjawab tidak memiliki
kekurangan dalam pengetahuannya mengenai Angkatan Laut. Mereka tidak mengerti
betul tugas dari Angkatan Laut yang sering diidentikkan dengan Polisi Air.
Begitupula dengan kegiatan-kegiatan dan pendidikan yang dilakukan di AAL.
Kurangnya informasi yang ada ini memperkecil kemungkinan mereka untuk
mendaftarkan diri ke AAL.
2.2.3 Data Statistik
Dari data statistik yang saya terima, selama rentang waktu 2001-2006 AAL
mengalami penaikan dan penurunan dalam jumlah penerimaan kadet. Sebagian besar
kadet yang masuk memiliki orang tua yang berprofesi sebagai anggota TNI atau
Polri. Dan setiap tahunnya selalu didominasi oleh remaja yang berasal dari SMU
Negeri.
Peminat terbanyak datang dari Surabaya setiap tahunnya, dengan 24 orang di
tahun 2006. Karena memang AAL sendiri berada di Surabaya sehingga remaja di
sana menjadi lebih terinformasikan perihal AAL dan Angkatan Laut itu sendiri.
Kadet yang berasal dari Jakarta memang menduduki peringkat kedua, namun
jumlahnya hanya 11 orang. Angka yang begitu kecil bila dibandingkan dengan
jumlah remaja di ibukota ini. Begitupula dengan Bandung (4 orang) dan Medan (3
orang).
6
2.2.4 Nasionalisme dan Patriotisme
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “nasionalisme” berarti “paham
(ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri”. Sedangkan “patriotisme”
diartikan sebagai “sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya
untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya”.
Umumnya, seseorang yang memiliki jiwa patriotis digambarkan sebagai orang
yang tidak hanya mencintai tanah airnya, tapi juga mencintai keluarga dan sanak
saudaranya. Bukan hanya mencintai tanah air dalam arti geografis, tapi mencintai
rakyat seluruh negerinya. Kebahagiaan seorang patriot adalah melihat kedamaian,
kesejahteraan, dan keadilan bagi seluruh rakyatnya.
Miskinnya jiwa patriotisme pada diri generasi muda sekarang juga disebabkan
oleh era globalisasi yang semakin membuat Indonesia kehilangan jati dirinya.
Dengan munculnya ideologi-ideologi baru, aliran-aliran musik baru, serta budaya
baru yang lebih modern telah menjadikan sebagian besar remaja Indonesia merasa
memiliki identitas baru. Namun ada juga sekelompok orang yang menyatakan rasa
patriotismenya dengan menjunjung musik-musik indie produksi anak bangsa, bangga
memakai produk asli Indonesia, dan bahkan menjadi relawan untuk membantu
saudaranya yang kesulitan di pelosok-pelosok daerah atas dasar rasa patriotisme
terhadap bangsa dan sesamanya.
2.2.5 Patriotisme Dalam Poster di Masa Perang
Sejak dimulainya Perang Dunia I dan Perang Dunia II, negara-negara yang
memiliki andil dalam perang tersebut berlomba-lomba mengajak rakyatnya untuk
bergabung dengan Angkatan Bersenjata dan ikut bertempur membela negaranya.
7
Berbagai media digunakan untuk merekrut pemuda-pemuda untuk menjadi tentara.
Salah satu media yang terbukti efektif adalah poster. Poster sejak lama telah
dianggap sebagai media yang tepat untuk menyebarkan ideologi, argumen, bahkan
pernyataan. Dengan bertujuan untuk mengarahkan opini publik dan menyebarkan
propaganda, poster harus dapat mengkomunikasikan pesan secara kuat dan efektif.
Poster harus berbicara dari sudut pandang pihak yang berkuasa dan menyatukan
rakyat dengan tujuan yang sama.
Pada masa Perang Dunia I, seni digunakan untuk meningkatkan moral,
mempromosikan patriotisme, menggerakkan dukungan untuk perang, menyemangati
para pemuda untuk mendaftarkan diri menjadi tentara, dan sebagainya. Poster juga
dipercaya dapat menyemangati para prajurit yang sedang bertempur sekaligus
memperkuat dukungan perang yang datang dari negaranya sendiri. Tentunya poster-
poster ini harus dapat menyerap perhatian masyarakat. Maka dari itu poster-poster
propaganda ini menggunakan warna-warna yang mencolok, desain yang dramatis,
dan simbol-simbol yang dapat menyampaikan visi perang dengan simpel dan cepat.
Amerika menggunakan visual seperti burung elang botak dan bendera. Sedangkan
Jerman lebih sering menggambarkan kekuatan bangsa Aria pada posternya dengan
meletakkan potret Adolf Hitler dan keluarga Jerman dengan rambut pirang dan mata
biru. Begitu pula dengan aliran desain yang disebut heroic realism yang
menggunakan visual-visual manusia yang memiliki bentuk fisik menyerupai dewa-
dewa Romawi dan Yunani untuk menimbulkan kesan kepahlawanan. Cara ini
terbukti efektif mengingat pada saat itu masih banyak orang yang buta huruf
sehingga visual menjadi satu-satunya jalan bagi pemerintah untuk menyampaikan
visinya.
8
Namun bukan berarti tidak ada slogan-slogan yang membangun dalam poster
tersebut. Kalimat-kalimat singkat dan lugas seperti: “''Are you 100 percent
American? Prove it! Buy U.S. government bonds.” Atau “This Man May Die If You
Talk Too Much” digunakan untuk menggerakkan emosi rakyat untuk ikut berjuang
mendukung negaranya dalam perang. Dalam keadaan perang, kata “Enlist” atau
“Bergabunglah” menjadi kata yang muncul pada poster-poster sebagai perintah
sekaligus pesan.
Poster-poster propaganda ini telah menyentuh pembacanya melalui jiwa
patriotismenya dan kebenciannya akan perang. Kefektifannya datang dari kata-
katanya yang menggugah, simbol, sistem, dan desainnya.
Pesan-pesan visual ini didistribusikan secara luas selama masa perang. Bahkan
negara tidak segan-segan mengeluarkan uang banyak untuk dapat menempatkan
poster-poster ini di pos-pos perekrutan, kantor pos, dan stasiun. Bahkan dengan
sendirinya pemerintah telah menjadikan poster sebagai produk industri selama
perang.
2.2.6 Remaja Perkotaan Sebagai Target Pasar
Sebagai sebuah target, remaja adalah segmen yang paling sulit dibandingkan
dengan yang lainnya karena kedinamisannya. Namun meskipun begitu, segmen
inilah yang paling potensial sebagai target konsumen. Ada banyak alasan yang
mendukung. Pertama, populasi mereka mencapat sepertiga total populasi nasional.
Kedua, pasar remaja juga adalah pasar masa depan bagi produsen karena apa yang
mereka konsumsi sekarang dapat berlanjut sampai mereka dewasa nanti.
Berdasarkan survei pada periode Agustus-September 2004 yang dilakukan oleh
9
Synovate kepada 1000 remaja berusia 15-24 tahun, remaja Indonesia terbagi menjadi
lima kelompok psikografis yaitu Aspirational, Conformist, Conservative, Nesters,
dan Funksters.
Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar remaja yang berada di
Jabotabek, Bandung, Surabaya, dan Medan termasuk dalam kelompok Aspirational,
yaitu mencapai 24% dari populasi. Kelompok Aspirational ini merupakan kelompok
remaja yang senang bergaul dan menjadi bagian dari suatu kelompok. Mereka
banyak menghabiskan waktu di luar ruangan yang membuat mereka selalu berusaha
tampil menarik. Itulah sebabnya sebagian besar uang saku mereka digunakan untuk
memperindah penampilan seperti membeli pakaian atau kosmetik. Kelompok ini
mudah ditemui di pusat-pusat perbelanjaan.
Remaja selalu ingin dipandang sebagai pribadi yang berbeda. Mereka merasa
masing-masing dari diri mereka adalah pribadi yang unik. Itulah sebabnya mereka
juga ingin diperlakukan dengan unik juga. Hal ini jugalah yang menyebabkan
eksklusivitas menjadi hal yang penting di segmen remaja. Mereka cenderung selalu
ingin menggunakan produk yang berbeda dari keluarga atau temannya sekalipun.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, kelompok remaja sangatlah dinamis.
Kedinamisan ini mengikuti tren yang sedang berlaku sehingga perubahan terjadi
dengan sangat cepat. Selain itu, survei juga membuktikan bahwa kini peran orang tua
sebagai idola dalam perkembangan remaja mulai terkikis. Sebagian besar lebih
memilih untuk melakukan aktivitas dengan teman, sehingga teman telah mereka
jadikan sebagai role model. Pengambilan keputusan di kalangan anak muda sangat
dipengaruhi oleh pendapat teman-teman dalam kelompoknya. Ini bisa dijadikan
peluang untuk menggarap remaja yang punya karakter pemimpin. Meskipun segmen
10
The Leader ini jumlahnya tidak banyak, tapi pengaruhnya sangat kuat di
kelompoknya.
Yang cocok dijadikan The Leader adalah remaja-remaja yang tergolong dalam
segmen The Achievers. Berdasarkan segmentasi VALS, The Achievers adalah orang-
orang yang memiliki komitmen terhadap pekerjaan dan keluarga serta berorientas
pada hasil akhir (goal-oriented). Kehidupan sosial mereka cenderung konvensional,
menghormati pihak yang berwenang dan mereka menjunjung stabilitas serta
penemuan jati diri. Imej juga merupakan hal yang diutamakan oleh The Achievers.
Dan yang perlu diingat juga adalah, orang-orang yang berada dalam segmen ini
memiliki ketrampilan memimpin.
Selain itu, pemilihan remaja perkotaan sebagai target juga dimaksudkan, selain
untuk meningkatkan tingkat heterogenitas di kalangan kadet AAL, juga ditinjau dari
aspek akademis, remaja di perkotaan cenderung memiliki standarisasi pendidikan
yang lebih tinggi. Ditinjau dari aspek sosial, rata-rata para pemuda perkotaan sudah
tahu bahkan ada yang kenal apa dan bagaimana laut itu. Dari aspek latar belakang
ekonomi keluarga, para pemuda perkotaan yang berasal dari golongan menengah
keatas akan lebih nyaman jika bekerja di TNI AL. Hal ini dikarenakan, mereka
sudah memiliki jaminan masa depan yang diberikan oleh keluarganya, sehingga
diharapkan relatif meraka dapat melaksanakan dinas di TNI AL dengan sepenuh hati.
Ditinjau dari proses saling asah-asih-asuh, para remaja perkotaan diharapkan dapat
menjadi prime mover, komplemen & suplemen dalam memajukan kehidupan Korps
Kadet sehari-hari yang sarat dengan pertukaran nilai (value changes) dan adat
istiadat. Dengan demikian, para pemuda perkotaan merupakan market penting dan
potensial bagi AAL.
11
2.3 DATA MANDATORIS
2.3.1 TNI Angkatan Laut
Sejarah
Sejak dulu Indonesia telah memiliki armada laut yang kuat. Terbukti dengan adanya
kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya, Singasari, dan Majapahit yang menjadi
berjaya dan memiliki pengaruh kuat di wilayah Asia Tenggara karena kekuatan
angkatan laut dan armada kapal perniagaannya. Selama berabad-abad suku-suku
bangsa di Nusantara telah dikenal sebagai penguasa lautan. Kerajaan Sriwijaya
dengan kekuatan armada lautnya berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan di wilayah
Nusantara dan Asia Tenggara.
Namun lama kelamaan kekuatan maritim Nusantara mulai melemah sejak
kolonialisme Belanda mulai menguasai. Namun akhirnya di tahun 1945 bangsa
Indonesia serentak bangkit mengambil alih berbagai fasilitas militer dan sipil. Para
Bahariwan membentuk Badan Keamanan Rakyat Bagian Laut (BKR Laut) pada
tanggal 10 September 1945 yang menjadi tonggak penting bagi kehadiran Angkatan
Laut di lingkungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tanggal 5 Oktober 1945
BKR Laut berubah menjadi TKR Laut, dan sejak Februari 1946 namanya berubah
lagi menjadi Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI). Dalam masa sulit selama
perang kemerdekaan, ALRI berhasil membentuk Corps Armada (CA), Corps
Marinier (CM), dan lembaga pendidikan di berbagai tempat. Pembentukan unsur -
unsur tersebut menandai kehadiran aspek bagi pembentukan Angkatan Laut yang
modern.
Berakhirnya perang kemerdekaan menandai pembangunan ALRI sebagai Angkatan
Laut modern. Selama 1949-1959 ALRI berhasil menyempurnakan kekuatan dan
12
meningkatkan kemampuannya. Penyiapan prajurit yang profesional pun
mendapatkan perhatian yang besar dengan pendirian lembaga pendidikan untuk
mendidik calon-calon prajurit strata tamtama, bintara, dan perwira, serta pengiriman
prajurit ALRI untuk mengikuti pendidikan luar negeri.
Sejak tahun 1966, ALRI yang kemudian disebut dengan TNI AL mengalami babak
baru dalam perjalanan sejarahnya seiring dengan upaya integrasi ABRI. Dengan
adanya integrasi ABRI secara organisatoris dan operasional telah mampu
menyamakan langkah pada pelaksanaan tugas di bidang pertahanan dan keamanan.
Akhirnya, nama ALRI berganti menjadi TNI AL dan menjadi bagian dari ABRI
sejak akhir tahun 1960-an.
Slogan TNI Angkatan Laut adalah “Jalesveva Jayamahe” yang berarti “Di Laut Kita
Jaya”.
Tugas
Tugas pokok dari TNI AL adalah:
1. Menyiapkan dan membina kekuatan untuk menegakkan kedaulatan dan keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta melindungi kepentingan
nasional di laut yurisdiksi nasional.
2. Menegakkan hukum di laut sesuai dengan kewenangan yang diatur dalam
perundang-undangan nasional dan hukum internasional.
3. Melaksanakan operasi militer selain perang dan ikut serta secara aktif dalam
tugas-tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional.
Fungsi
Dalam kaitannya dengan tujuan dasar strategi militer:
13
1. Pengendalian Laut. Pada dasarnya pengendalian laut bertujuan untuk menjamin
kepentingan nasional di dan lewat laut, dan bertujuan agar mampu secara optimal
memanfaatkan potensi laut yang dimilikinya untuk kepentingan bangsa sendiri,
serta mampu mencegah atau menghambat pemanfaatan oleh bangsa lain yang
dapat merugikan kepentingan sendiri.
2. Proyeksi Kekuatan, terbagi menjadi:
a. Proyeksi kekuatan sebagai bagian dari pengendalian laut, yaitu penggunaan
dari kapal-kapal TNI AL dan pasukan Marinir untuk memastikan pengendalian
dan terpeliharanya keamanan di laut dan daerah penting lainnya.
b. Proyeksi kekuatan untuk mendukung kampanye kekuatan darat dan udara.
Spektrum yang lebih luas ini meliputi operasi amfibi, penggunaan pesawat
angkut udara, bantuan tembakan kapal terhadap sasaran di darat, dalam
mendukung kampanye udara dan darat.
Peran
1. Peran Militer (Military/Defence)
Dilaksanakan dalam rangka menegakkan kedaulatan negara di laut dengan cara
pertahanan negara dan penangkalan. Menyiapkan kekuatan untuk persiapan
perang, menangkal setiap ancaman militer melalui laut, menjaga stabilitas kawasan
maritim, melindungi dan menjaga perbatasan laut dengan negara tetangga. Dalam
upaya pertahanan negara dan penangkalan ini dilaksanakan kegiatan ataupun
operasi untuk melindungi segenap aktifitas negara dalam eksplorasi dan eksploitasi
laut baik dari ancaman luar maupun dalam negeri, menyiapkan sistem pertahanan
laut yang handal, membangun kekuatan tempur laut yang siap untuk perang,
14
membangun pangkalan-pangkalan dan fasilitas labuh bagi kapal-kapal, serta
menunjukan itikad damai terhadap negara tetangga. Peran militer dalam keadaan
perang ataupun konflik bersenjata pada hakekatnya adalah penggunaan kekuatan
secara optimal untuk memenangkan perang atau konflik bersenjata. Penggunaan
kekuatan diarahkan untuk menghadapi setiap agresi militer melalui laut, mencegah
musuh untuk menggunakan laut untuk kepentingannya, mengendalikan laut untuk
kepentingan nasional, mengamankan dan melindungi penggunaan laut bagi lalu
lintas manusia dan barang, menggunakan laut untuk proyeksi kekuatan ke darat,
serta mendukung operasi pemeliharaan perdamaian PBB.
2. Peran Polisionil (Constabulary)
Peran Polisionil TNI AL dilaksanakan dalam rangka menegakkan hukum di laut,
melindungi sumber daya dan kekayaan laut nasional, memelihara ketertiban di
laut, serta mendukung pembangunan bangsa, dalam hal ini memberikan kontribusi
terhadap stabilitas dan pembangunan nasional. Dilaksanakan di seluruh perairan
laut yurisdiksi nasional yang secara umum untuk memelihara ketertiban di laut.
Peran untuk melaksanakan tugas penegakkan dan hukum di laut diselenggarakan
secara mandiri atau gabungan dengan komponen kekuatan laut lainnya.
Pelaksanaan penegakan hukum dan pemeliharaan keamanan laut dengan cara
menggelar operasi laut di kawasan strategis dan operasi laut sehari-hari.
Dilaksanakan dalam upaya melindungi pemanfaatan kekayaan laut secara legal,
mencegah penyelundupan dan imigran gelap serta mencegah pelanggaran-
pelanggaran di laut lainnya.
15
3. Peran Dukungan Diplomasi (Diplomacy Supporting)
Merupakan peran yang sangat penting seperti halnya setiap angkatan laut di
seluruh dunia. Dulunya dikenal sebagai Unjuk Kekuatan Angkatan Laut yang telah
menjadi peran tradisional angkatan laut. Maksudnya adalah penggunaan kekuatan
laut sebagai sarana diplomasi dalam mendukung kebijaksanaan luar negeri
pemerintah, dan dirancang untuk mempengaruhi kepemimpinan negara atau
beberapa negara dalam keadaan damai atau pada situasi yang bermusuhan.
Kehadiran di laut itu lebih merupakan sebagai duta bangsa yang berperan untuk
membentuk opini dan membangun kepercayaan antar negara. Kapal perang yang
melaksanakan tugas diplomasi ini harus memiliki kesiapan tempur yang prima,
mudah dikendalikan, memiliki mobilitas yang tinggi, memiliki kemampuan
proyeksi kekuatan ke darat, serta mampu untuk menampilkan sosok angkatan laut
yang kuat dan berwibawa sebagai simbol dari kekuatan, dan memiliki daya tahan
operasi yang tinggi.
3. Peran Lainnya
Disamping tiga peran di atas, TNI AL juga memiliki peran yang tidak kalah
pentingnya yaitu peran untuk melaksanakan operasi lain selain perang (Military
Operations Other Than War) dalam rangka memanfaatkan kekuatan TNI AL bagi
kepentingan bangsa dan negara. Peran tersebut mencakup tugas-tugas kemanusiaan
dan penanggulangan bencana, search and rescue, operasi perdamaian dan operasi
bantuan lainnya yang dibutuhkan.
16
Visi dan Misi
Visi TNI AL adalah mewujudkan angkatan laut yang besar, kuat dan profesional
sehingga mampu mengemban tugas dan tanggung jawab untuk menegakkan
kedaulatan dan keamanan negara di laut. Sedangkan misinya adalah:
1. Melindungi dan menjaga keutuhan dan integritas bangsa dan negara.
2. Menegakkan kedaulatan dan keamanan di laut.
3. Mengamankan dan memperlancar pembangunan nasional khususnya
pembangunan kelautan.
4. Mewujudkan postur TNI AL yang besar, kuat dan profesional.
5. Ikut mewujudkan perdamaian dunia melalui diplomasi angkatan laut.
Angkatan Laut memiliki keunggulan dalam bidang teknologi persenjataan karena
merupakan satu-satunya matra yang meliputi teknologi perang seluruh matra lainnya.
Seperti kapal perang, kapal selam, pesawat, tank, meriam, serta persenjataan lainnya.
Semua alat berteknologi tinggi yang selalu mendapat pembaharuan setiap tahunnya
ini harus dikendalikan oleh orang-orang yang terampil di bidangnya. Menaiki kapal,
mengemudikan tank, mengawaki pesawat udara, dan mengoperasikan senjata-senjata
canggih (alat utama sistem senjata) membutuhkan tentara terbaik yang mampu
menjadi pimpinan pasukannya sekaligus memiliki pengetahuan yang tinggi di bidang
teknologi.
17
2.3.2 Akademi Angkatan Laut
Profil
Akademi TNI Angkatan Laut atau disingkat AAL adalah Badan Pelaksana Pusat
Tingkat Mabes TNI Angkatan Laut yang berkedudukan langsung dibawah KASAL
dengan tugas pokok melaksanakan pendidikan pembentukan Perwira Sukarela TNI
Angkatan Laut tingkat Akademi. Sebagai salah satu Lembaga Pendidikan Tinggi di
lingkungan TNI Angkatan Laut, AAL diharapkan mampu memberikan pembekalan
secara seimbang terhadap tuntutan kejuangan dan profesionalitas prajurit matra laut
sebagaimana motto yang dimiliki Akademi TNI Angkatan Laut yakni “Hree Dharma
Shanty” yang berarti:
Hree: Malu berbuat sesuatu yang bertentangan dengan sumpah prajurit.
Dharma: Kebaktian dan kewajiban terhadap tanah air dan bangsanya.
Shanty: Jiwa yang suci dan pikiran yang bersih dalam melaksanakan tugas.
Motto ini memberikan pesan bahwa keberhasilan tugas TNI Angkatan Laut pada
hakekatnya bertumpu pada kualitas anggota pengawak organisasi TNI Angkatan
Laut secara menyeluruh yang tereflesikan pada kadar kualitas intelektual dan kadar
kualitas moral sebagai cerminan dari tingginya tingkat profesionalisme dan
kejuangan prajurit matra laut.
Pada aspek kejuangan, setiap keluaran hasil didik AAL harus mampu menampilkam
sosok prajurit matra laut yang senantiasa memiliki sikap dan perilaku yang
mencerminkan pengamalan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan identitas prajurit TNI
Angkatan Laut yang terkandung dalam Pancasila, Sumpah Prajurit, Sapta Marga,
dan Trisila TNI Angkatan Laut sebagai tradisi terbaik di jajaran TNI Angkatan Laut.
18
Pada aspek profesionalisme, setiap keluaran hasil didik AAL harus trampil,
menguasai bidang tugasnya serta adaptif terhadap perkembangan lingkungan sebagai
perwujudan dari sikap responsif terhadap dinamika tantangan tugas yang semakin
berat dimasa mendatang.
Sebagai calon pemimpin di masa mendatang, para Kadet diharapkan dapat
menunjukkan sikap dan perilaku yang baik dalam semua aspek, baik dalam kegiatan
belajar maupun dalam kehidupan sehari-hari di AAL. Di samping komitmen yang
tinggi tentang sikap dan perilaku, Kadet harus dapat tinggal bersama dalam satu
tempat serta dapat bekerjasama tanpa memandang suku, agama, ras, dan perbedaan-
perbedaan lain.
Selama pendidikan di AAL, para kadet akan diberikan berbagai macam ilmu yang
akan mendukung profesi mereka nantinya sebagai pimpinan-pimpinan di struktur
organisasi Angkatan Laut.
Tujuan
AAL sebagai bagian dari lembaga pendidikan di lingkungan TNI menganut falsafah
“Dwi Warna Purwa Cendikia Wusana”, dengan tujuan pendidikan mendidik Taruna
dan Perwira Siswa menjadi seorang Perwira TNI Angkatan Laut yang berjiwa
pejuang Pancasila dan Sapta Marga, yang memiliki kemampuan untuk menggunakan
dan mengamalkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan tuntutan fungsi teknis
yang diarahkan pada spektrum pekerjaan dalam penugasan awal di kapal atau di
lapangan serta mampu mengembangkan pribadi sebagai kader pemimpin TNI
khususnya TNI AL.
Secara umum, sasaran pendidikan yang ingin dicapai adalah membentuk Lulusan
Akademi TNI AL sebagai perwira pejuang Sapta Marga yang memiliki kemampuan
19
teknik dasar kematraan serta potensi ilmu pengetahuan dan teknologi tertentu agar
mampu mengembangkan karier selama pengabdiannya.
Misi Akademis
Setelah lulus dan dilantik menjadi Letnan Dua (LetDa) oleh Presiden RI, para
perwira muda Angkatan Laut tersebut kelak diharapkan akan menjadi pemimpin
Angkatan Laut di masa mendatang yang tanggon (dapat diteladani dalam hal
keperibadian, sikap dan perilaku yang senantiasa menjadi contoh dan membawa
pengaruh positif bagi peningkatan kedewasaan maupun kemajuan lingkungannya),
tanggap, dan trengginas (lincah, terampil, atau tangkas) yang memiliki pola pikir ke
depan dan global.
Tahap Pendidikan
Pendidikan di AAL digabi menjadi 4 tahap yang meliputi:
Tahap 1:
Tahap penanaman watak dan jiwa keprajuritan serta pengenalan TNI Angkatan Laut,
melalui kegiatan Pendidikan Dasar Keprajuritan (Diksarjurit) di Akmil Magelang
yang diikuti selama tiga bulan dan Latihan Dasar Kematraan (Latsarmatra) di AAL
yang diikuti selama dua bulan.
Tahap 2:
Tahap penumbuhan watak dan jiwa keprajuritan dengan pembekalan Profesi Dasar
Perwira, Iptek Dasar Perwira, dan Iptek Dasar Umum yang diikuti selama dua tahun.
Tahap 3:
20
Tahap pengembangan dengan memperdalam Iptek Dasar dan Pengenalan Profesi
Dasar Korps, yang diikuti selama satu tahun.
Tahap 4:
Tahap pemantapan, dengan memperdalam profesi dasar korps serta mempelajari
Iptek Lanjutan, yang diikuti selama tujuh bulan.
Korps
Akademi TNI Angkatan Laut terbagi menjadi 5 korps, yaitu:
1. Korps Pelaut
Diharapkan memiliki kemampuan dasar perwira sesuai dengan perannya di bidang
penugasan korps Pelaut. Mampu melaksanakan tugas sebagai Perwira Jaga Laut dan
memahami tugas-tugas Perwira Divisi di KRI tipe KRI Fatahillah serta mempunyai
kemampuan disiplin ilmu dan teknologi kelautan yang cukup untuk dikembangkan
selanjutnya.
Sasaran pendidikan :
a. Kualifikasi khusus.
b. Memiliki kemampuan dasar perwira korps Pelaut sesuai dengan perannya
dalam penugasan di lapangan.
c. Mampu melaksanakan tugas sebagai Perwira Jaga Laut pada KRI tipe
Korvet klas Fatahillah.
d. Memahami tugas Perwira Divisi Navigasi, Komunikasi, Senjata Atas Air,
Senjata Bawah Air, dan Pusat Informasi Tempur pada KRI tipe Korvet
klas Fatahillah.
21
e. Memiliki potensi kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang
pertahanan dan teknik kesenjataan aspek laut, teknik manajemen,
kepemimpinan, hukum, komunikasi sosial tingkat akademi untuk
pengembangan karier sebagai kader pemimpin.
2. Korps Teknik
Diharapkan mempu melaksanakan tugas sebagai Perwira Jaga Mesin dan memahami
tugas-tugas Perwira Divisi Permesinan serta mempunyai disiplin ilmu dan teknologi
permesinan yang cukup untuk dikembangkan selanjutnya.
Sasaran Pendidikan :
a. Kualifikasi khusus.
b. Memiliki kemampuan dasar perwira sesuai dengan perannya di bidang
penugasan korps Teknik.
c. Mempunyai kemampuan dasar profesi perwira korps Teknik sebagai
pendukung administrasi logistik.
d. Mampu melaksanakan tugas profesi korps di lapangan sebagai Asisten
Kepala Divisi Mesin (Askadivsin) pada KRI tipe Korvet klas Fatahillah.
e. Mampu melaksanakan tugas profesi korps di lapangan sebagai pelaksana
perbaikan dan penyelamatan kapal.
f. Memiliki potensi kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang
teknik tingkat akademi untuk pengembangan karier sebagai kader
pemimpin.
3. Korps Elektronika
22
Diharapkan mempu melaksanakan tugas sebagai Perwira Divisi Elektronika serta
mempunyai disiplin ilmu dan teknologi elektronika yang cukup untuk dikembangkan
selanjutnya.
Sasaran Pendidikan :
a. Kualifikasi khusus.
b. Memiliki kemampuan dasar perwira korps Elektronika sesuai bidang
penugasan dalam korps dan pendukung administrasi, logistik dan
personel.
c. Mampu melaksanakan tugas profesi perwira korps di lapangan sebagai
Asisten Perwira Divisi Ekasen di KRI tipe Korvet klas Fatahillah dan
perencanaan Sistem Pemeliharaan Terencana.
d. Mampu melaksanakan tugas profesi korps di lapangan sebagai Asisten
Perwira Divisi Elektronika, Navigasi, dan Komunikasi (Ekanavkom) di
KRI tipe Korvet klas Fatahillah dan perencanaan Sistem Pemeliharaan
Terencana.
e. Mampu melaksanakan tugas profesi korps di lapangan sebagai Asisten
Perwira Divisi Elektronika Kontrol Sistem dan Listrik (Ekakolins) di KRI
tipe Korvet klas Fatahillah dan perencanaan Sistem Pemeliharaan
Terencana.
f. Memiliki potensi kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang
senjata dan elektronika tingkat akademi, untuk pengembangan karier
sebagai kader pemimpin.
4. Korps Suplai
23
Diharapkan memahami tugas-tugas Perwira Keuangan, Perbekalan dan Logistik,
Kesekretariatan dan administrasi personel serta memiliki kemampuan disiplin ilmu
ekonomi dan manajemen yang cukup untuk dikembangkan selanjutnya.
Sasaran Pendidikan :
a. Kualifikasi khusus.
b. Memiliki kemampuan dasar perwira korps Suplai sesuai bidang
penugasan korps Suplai.
c. Mampu melaksanakan tugas pengurusan dan administrasi keuangan serta
membuat pertanggungjawabannya.
d. Mampu melaksanakan pengurusan dan administrasi bekal material dan
bekal personel sesuai prosedur pembekalan di kapal dan di darat.
e. Mampu melaksanakan kegiatan administrasi umum TNI.
f. Memahami dan dapat melaksanakan tugas sebagai Asisten Kepala
Departemen Logistik di KRI Fatahillah.
g. Memiliki bekal ilmu pengetahuan tingkat akademi, untuk pengembangan
karier sebagai kader pemimpin.
5. Korps Marinir
Diharapkan mampu melaksanakan tugas sebagai Komandan Peleton Infantri, Senjata
Bantuan Marinir, serta memahami tugas-tugas sebagai Komandan Kompi Infantri
Marinir.
Sasaran Pendidikan :
a. Kualifikasi khusus.
24
b. Mampu melaksanakan tugas sebagai Komandan Pleton Infanteri.
c. Memiliki kemampuan menembak kualifikasi senapan pistol.
d. Memiliki kemampuan Para Dasar (terjun payung).
e. Memiliki kemampuan Dasar Komando.
f. Mengetahui tugas lapangan komandan kompi.
g. Memiliki bekal kemampuan pengembangan.
Materi Pendidikan
1. Pentahapan
a. Tahap I terdiri dari Materi Dasar Umum pada semester 1 dan 2 diberikan sama
untuk semua korps.
b. Tahap II terdiri dari Materi Korps dan Iptek pada semester 3 s.d 7 untuk
masing-masing korps.
2. Susunan materi ajaran
a. Kualifikasi umum
Materi Ajaran ini diberikan pada seluruh korps (Korps Pelaut, Korps
Teknik, Korps Elektronika, Korps Suplai, Korps Marinir).
25
26
a. Kualifikasi khusus
27
28
29
30
Jenjang kepangkatan
Terdapat empat jenjang kepangkatan yang harus dilalui oleh segenap Taruna
Akademi TNI Angkatan Laut, yaitu:
Prajurit Kadet Kopral Kadet Sersan Kadet Sersan Mayor Kadet
Fasilitas
AAL menyediakan berbagai fasilitas untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar
seperti:
1. Pemusatan Sarana Praktek, yang terdiri dari Simulasi Anjungan Kapal, Simulasi
Pelatihan Radar, Laboratorium Fisika, Laboratorium Kimia, Laboratorium Optik,
Laboratorium Biologi, Laboratorium Bahasa.
2. Perpustakaan
3. Ruang internet
4. Museum
5. Sarana Olah Raga (Lapangan tenis, kolam renang, panjat tebing)
6. Lapangan Tembak
7. Sarana Ibadah (Masjid, Gereja, dan Pura)
8. Kesehatan
9. Salon Potong Rambut
10. Transportasi
11. Dermaga Halong
Persyaratan
31
1. Warga Negara Indonesia, pria, beragama, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, setia dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945, bukan prajurit TNI dan
bukan anggota Polri.
2. Umur pada saat masuk pendidikan bulan Agustus tidak kurang 18 tahun dan
tidak lebih 22 tahun. Berkelakuan baik dan tidak kehilangan hak menjadi prajurit
TNI/TNI AL disertai Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) dari Polres
setempat berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
3. Berbadan sehat jasmani dan rohani
4. Lulusan SMU / Madrasah Aliyah, program pendidikan A1 dan A2 atau program
IPA dengan Nilai NEM tidak kurang dari 41 atau nilai NEM tidak kurang dari 49
bagi yang visus mata minus -3/4 sampai dengan -1.
5. Bagi siswa kelas III SMU / Madrasah Aliyah nilai rata-rata rapor kelas III
semester I tidak kurang dari 6,5.
6. Belum pernah menikah dan sanggup tidak akan menikah selama dalam
pendidikan.
7. Tinggi badan sekurang-kurangnya 163 cm dengan berat badan seimbang.
8. Sanggup mengadakan Ikatan Dinas Pertama (IDP) selama sepuluh tahun
terhitung mulai saat dilantik menjadi Perwira TNI / TNI AL, serta bersedia
ditempatkan di seluruh wilayah Republik Indonesia.
9. Harus ada persetujuan dari orang tua/wali bagi yang belum berusia 21 tahun.
10. Bagi yang sudah bekerja secara tetap sebagai pegawai/karyawan disertai dengan
surat persetujuan dari Kepala Instansi yang bersangkutan
11. Bersedia diberhentikan dari status pegawai, bila diterima menjadi Kadet AAL.
32
12. Harus mengikuti dan lulus ujian/pemeriksaan yang meliputi : Postur dan lahiriah,
administrasi, kesehatan, kemampuan jasmani, psikologi, mental ideologi dan
kemampuan akademis meliputi PMP (PPKN), Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Fisika, Kimia, dan Matematika.
Pendaftaran
1. Calon datang sendiri ke tempat pendaftaran yang ditunjuk dengan menunjukkan
dokumen asli dan menyerahkan: Fotocopy dari Akta Kelahiran/Surat Kenal Lahir
(2 lembar), KTP calo dan KTP orang tua/wali (2 lembar), Kartu Kelurga (2
lembar) STTB SD, SMP, SMU berikut DANEM (2 lembar)
2. Bagi mereka yang masih duduk di kelas III SMU melampirkan buku rapor kelas
I sampai dengan kelas III semester I, membawa surat keterangan dari Kepala
Sekolah bahwa calon adalah siswa kelas III yang terdaftar sebagai peserta Ujian
Akhir Nasional.
3. Pas photo hitam putih terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 lembar.
2.4 DATA KOMPETITOR
Yang menjadi kompetitor dari Akademi Angkatan Laut adalah universitas-
universitas umum (non-militer) yang ada di Jakarta dan kota-kota besar lainnya.
Umumnya universitas-universitas ini telah memiliki kesan tersendiri bagi para
remaja. Karena selain lebih dikenal, universitas-universitas ini lebih sering didengar
oleh banyak remaja. Misalnya dari majalah, televisi, bahkan dari kerabat atau teman
mereka. Para remaja di kota lebih banyak dikelilingi oleh orang-orang yang
melanjutkan pendidikan di universitas-universitas umum. Sehingga mereka tahu
33
bagaimana universitas tersebut. Hal-hal yang membuat mereka lebih memilih untuk
melanjutkan pendidikan di universitas umum adalah karena di sana tidak dibutuhkan
fisik yang kuat untuk dapat lulus. Mereka dapat belajar tanpa mendapat tekanan
seperti pekerjaan fisik yang berat serta tingkat kedisiplinan yang tinggi.
2.5 TARGET KOMUNIKASI
Demografis
-Pria
-Berusia 16-22 tahun
-Berasal dari status sosial dan ekonomi B dan A
Geografis
-Berdomisili di kota besar
Psikografis
- Berorientasi pada hasil akhir
- Mandiri
- Suka tantangan
- Aktif di kegiatan luar ruangan
2.6 FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT
STRENGTH
- Lapangan kerja dan jenjang karier yang pasti
- Angkatan Laut memiliki keunggulan dalam teknologi, seperti peralatan
tempurnya yang canggih dan lengkap meliputi seluruh matra
- Merupakan kesempatan untuk melakukan aktualisasi diri
34
WEAKNESS
- Gaji yang tidak terlalu besar
- Pendidikan yang berat
- Dibutuhkan keterikatan dan komitmen yang berat
OPPORTUNITIES
- Kecanggihan teknologi yang ada akan menarik remaja perkotaan yang hidup
dikelilingi oleh teknologi
- Pilihan lanjutan pendidikan baru yang belum pernah dipromosikan sebelumnya.
THREAT
- Banyaknya alternatif pendidikan lanjutan yang dimiliki remaja perkotaan
- Paradigma tentang militer yang ada pada jiwa remaja kota, seperti misalnya
militer itu kasar, tidak berpendidikan, dsb.