bab 2 data dan analisa 2.1 data dan literaturthesis.binus.ac.id/asli/bab2/2010-2-00148-ds bab...
TRANSCRIPT
5
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Data dan Literatur
Penulis mendapatkan data dan literatur melalui:
• Buku referensi
• Survei online
• Survei dan wawancara di tempat narasumber
2.2 Betawi
2.2.1 Asal Mula Betawi
Pada mulanya tempat tinggal orang Betawi hanyalah kampung nelayan
kecil di kerajaan Hindu Tarumanegara dengan Purnawarman sebagai rajanya.
Temapat ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-5 M. Kemudian menjadi
pelabuhan kecil (dermaga) yang digunakan sebagai bandar muat barang, kurang
lebih pada tahun 1500. Saat itu selain namanya menjadi Sunda Kelapa yang
berarti kelapa di negeri Sunda, juga merupakan pelabuhan kerajaan Padjajaran
(Pasundan atau Sunda) sekarang disebut kota Bogor. Setelah itu wilayah ini
dimasuki oleh Portugis, tapi tidak lama pada tanggal 22 Juni 1527 Fatahillah
dapat mengusir Portugis, lalu mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta
yang berarti kemenangan yang jaya atau sempurna. Fatahillah membangun
benteng pertahanan dan membangun pelabuhan dagang. Perkembangan
pelabuhan ini akhirnya menarik perhatian Belanda yang pada awal
6
kedatangannya diterima baik oleh Pangeran Jayawikarta penguasa Sunda Kelapa
saat itu. Namun Belanda dengan armada dagang Belandanya (VOC), dipimpin
oleh J.P. Coen kemudian menyerang dan merebut Jayakarta pada abad ke-17.
Pada tahun 1619 VOC membangun sebuah kota dan menamakannya dengan
Batavia. Inilah awal mula munculnya sebutan Betawi. Penduduk setempat
menyebutnya Betawi dari Batavia. Hal ini merupakan turunan kata yang muncul
karena adanya penyesuaian lidah dan pendengaran dari kata Batavia. Pada tahun
1942 Jepang memasuki Indonesia dan menduduki beberapa wilayah, termasuk
Batavia. Selama 3,5 tahun Jepang menetap. Berkat usaha keras para pejuang
pada tanggal 17 Agustus 1945 dapat mengusir penjajah dan menyatakan
kemerdekaan Indonesia, kemudian merubah nama Batavia menjadi Jakarta.
Ada yang menyatakan banyak suku lain yang tinggal lebih dulu di
Jakarta, tapi bukan etnis Betawi. Seperti suku Sunda, Jawa, Arab dan Melayu.
Menurut seorang antropologi Universitas Indonesia Dr. Yasmine Zaki Shahab
menyatakan etnis betawi baru ada sekitar tahun 1815 – 1893, berdasarkan studi
sejarawan Australia Lance Casle, berdasarkan sensus pada masa Hindia Belanda
1615 dan 1815 terdapat berbagai etnis tetapi tidak ditemukannya etnis Betawi.
Baru pada tahun 1923, ketika Muhammad Husni Thamrin mendirikan
Perkoempoelan Kaom Betawi. Pada tahun 1930 kelompok orang Betawi
muncul sebagai etnis baru dalam data sensus.
Pendapat ini disangkal oleh Ridwan Saidi, seorang sejarawan, budayawan
dan sekaligus politikus asal Betawi, mengatakan bahwa etnis Betawi bukanlah
etnis “kemarin sore”. Ia mengatakan orang Betawi sudah ada jauh sebelum J.P.
7
Coen membakar Jayakarta. Dengan bukti keberadaan orang Betawi secara
geografis, arkeologis serta sejarah perkembangan bahasa dan Budaya.
2.2.2 Kebudayaan Betawi
Menurut Koentjaraningrat, seorang antropologi Indonesia, budaya dan
kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia
dengan cara belajar. Kemudian menurut The American Herritage Dictionary
mengartikan sebagai suatu keseluruhan dari pola prilaku melalui kehidupan
sosial, seni, agama, kelembagaan dan semua hasil kerja dan pemikiran manusia
dari suatu kelompk manusia. Dari hal ini setiap etnis memiliki kebudayaan
masing-masing. Begitu juga etnis Betawi yang memiliki berbagai macam
kebudayaan dari kesenian, rumah adat, makanan, dan lainnya.
Pada awalnya di Sunda Kelapa dan sekitarnya terjadi pembauran antar
suku dan bangsa. Para pendatang masuk dengan membawa ciri budayanya
masing – masing. Pembauran suku – suku seperti dari Sunda, Jawa, Melayu dan
beberapa suku Indonesia lainnya. Kemudian pembauran antar bangsa terlihat dari
Eropa yaitu Portugis dan Belanda, sedangkan dari Asia salah satunya adalah
Cina. Dari masa ke masa masyarakat Betawi terus berkembang dengan ciri
kebudayaan yang semakin mantap. Sehingga dapat dibedakan dengan kelompok
etnis lain. Bagi masyarakat Betawi hal – hal yang tumbuh dan berkembang di
tengah kehidupan Betawi dirasakan sebagai miliknya sendiri tanpa
mempermasalahkan asal – usulnya.
8
Wilayah budaya Betawi meliputi seluruh wilayah DKI Jakarta, sebagian
besar wilayah Bekasi, sebagian wilayah Bogor, sebagian wilayah Kecamatan
Batu Jaya di Kabupaten Karawang dan sebagian wilayah Tanggerang. Menurut
garis budaya Betawi terbagi dua, yaitu Betawi Tengah (kota) dan Betawi Pinggir
(Ora).
• Betawi Tengah
Merupakan kelompok orang Betawi yang bermukim di daerah kota, saat
ini tinggal di Sawah Besar, Taman Sari, Ketapang, Kebon Jeruk, Krukut dan
daerah Pekojan. Berdasarkan perkembangan sejarah nenek moyang mereka
adalah orang Betawi yang tinggal di kota Batavia, yang sekarang dikenal dengan
Jakarta Pusat. Sudah sejak awal abad ke-19 Betawi tengah terdapat sarana
pendidikan formal seperti sekolah – sekolah. Jadi orang Betawi tengah terlihat
lebih maju dari kelompok Betawi lainnya. Namun di Betawi tengah terbagi dua
kelompok lagi yaitu Betawi gedongan dan Betawi kampung. Betawi gedongan
adalah kelompok Betawi yang tergolong orang mampu, kaya dan tinggal di
rumah mewah yang disebut gedong. Sedangkan Betawi kampung adalah
kelompok orang Betawi sederhana dan tidak memiliki kekayaan yang bisa
dibanggakan, tetapi gaya hidup mereka memperlihatkan ke-Betawiannya
• Betawi Pinggir
Wilayah Betawi pinggir yaitu yang diluar dari Betawi tengah, seperti
orang – orang Betawi yang tinggal di Jakarta bagian Utara, Barat dan Tangerang
yang dipengaruhi budaya Tionghoa. Juga orang Betawi yang tinggal di sebelah
timur dan selatan seperti daerah Bekasi dan Bogor yang dipengaruhi budaya
9
Sunda. Pada Betawi pinggir memang tidak semaju Betawi tengah, ini disebabkan
karena pada zaman yang lalu hingga penjajahan Jepang, merupakan tanah –
tanah yang dikuasai oleh tuan tanah yang tidak menghiraukan kemajuan
penduduk. Tuan tanah hanya mementingkan masuknya cukai dari para
penggarap tanah. Hal ini menyebabkan Betawi pinggir tidak peduli dengan nasib
malangnya. Dengan mengandalkan kekuatan fisik, keterampilan fisik dan
keinginan untuk lepas, kemudian banyak yang melangkah kepada kriminal,
perampokan dan sebagainya. Pemberontakan juga terjadi di Betawi pinggir ini
seperti pemberontakan Entong Gendut di Condet pada tahun 1916, juga
pemberontakan di Tanggerang pada tahun1926.
2.2.3 Kesenian Betawi
Etnis Betawi memiliki bermacam – macam kesenian. Kesenian ini terbagi
menjadi lima bagian kesenian. Pembagian kesenian Betawi yaitu: Musik, Tari,
Seni Rupa, Seni sastra dan teater.
2.2.3.1 Musik
Musik tradisional Betawi bermacam – macam dan memiliki
fungsi sama dengan musik tradisional dari daerah lainnya. yaitu sebagai
musik mandiri, musik pengiring tari dan musik pengiring wayang atau
teater tradisional. Contohnya musik gambang kromong berfungsi sebagai
pengiring lenong dan tari cokek, rebana biang untuk mengiring tari
blenggo dan pertunjukan blantek dan musik lainnya. Keaneka ragaman
musik Betawi dapat dilihat misalnya dari gambang kromong yang kental
10
dengan unsur Cina dan musik tanjidor, terdapat pengaruh Eropa baik dari
perlengkapan alat maupun dari pembendaharaan lagunya. Walaupun
musik Betawi terbentuk dari pengaruh budaya luar, dengan proses yang
cuku panjang musik Betawi memiliki ciri dan karakter sendiri. Kesenian
Musik dari Betawi antara lain adalah:
- Gambang Kromong
- Tanjidor
- Keroncong Tugu
- Gamelan Ajeng
- Gamelan Topeng
- Samarah
- Rebana ( Rebana Ketimpring, Rebana Hadroh, Rebana
Dor, Rebana Qasidah, Rebana Maukhid, Rebana Burdah,
Rebana Biang dan Gambus).
2.2.3.2 Tari
Kesenian Betawi berasal dari berbagai budaya yang bergabung
menjadi kesatuan yang mantap, begitu juga dengan tariannya. Seperti tari
Samarah, Zafin dan Serampang Duabelas terpengaruh dengan budaya
Melayu, yang relatif masih asli. Bentuk tarian lama Betawi cukup kuat
dari pengaruh daerah Sunda, seperti Topeng Betawi, tari Blenggo dan tari
Uncul. Dulu tarian Betawi sering dikaitkan dengan hal kurang terpuji, apa
lagi bagi golongan santri yang memegang teguh ajaran agama Islam.
Penari bagi golongan santri umumnya berstatus amatir, karena mereka
11
beranggapan menari hanyalah untuk memenuhi kesenangan belaka. Bagi
golongan santri penari wanita kurang dikehendaki, jadi sepert tarian
zafin, samrah dan blenggo dimainkan oleh kaum pria. kelompok yang
keluar dari kelompok santri adalah kelompok abangan. Kelompok atau
golongan ini penari wanita menjadi lazim, bahkan menjadi kesenian
profesional dan sebagai mata pencaharian. Tarian Betawi antara lain:
- Tari topeng Betawi
- Cokek
- Blenggo
- Japin atau Zafin
- Samrah
- Uncul
- Tari Pencak Silat
Selain terdapat tarian yang sudah ada sejak lama, juga terdapat tarian
kreasi baru. Tarian ini merupakan pengembanga dari para penata tari
seperti Yulianti Parani, Bagong Kusudiardjo, Wiwik Widiastuti dan para
penata tari lainnya. Dari tarian yang sudah ada sebelumnya di Betawi,
tarian kreasi baru diciptakan ada yang berasala dari tari Zafin, tari Cokek,
tari Samrah, atau tari Topeng sebagai titik tolak karyanya, juga ada yang
menggunkan Pencak Silat Betawi sebagai dasarnya. Tarian kreasi Baru
Antara lain:
- Tari Yapong
- Tari Blantek (Ronggeng Blantek)
12
- Tari Ngaronjeng
- Tari Topeng Gong
- Tari Gitek Balen
- Tari kembang Lambang Sari
- Tari Sembah Nyai
- Tari Lenggo Jingke
- Tari Cokek Kreasi
- Tari Nandak Ganjen
- Tari Topeng Sengget
- Tari Kembang Rampe
- Tari Rancang Pasetih
- Tari Doger Amprok
- Tari Gejrug Jidat
- Tari Enjot – enjotan
- Tari Kotebang
2.2.3.3 Seni Rupa
Seni rupa Betawi merupakan perpaduan dari seni rupa
kebudayaan antar suku bangsa yang menjadi cikal bakalnya. Seni Rupa
Betawi tidak banyak menunjukan cirri khasnya, umunya merupakan
penyederhanaan dari daerah aslinya. Seni rupa Betawi terdiri dari:
Arsitektur, ragam hias dan pakaian.
13
• Arsitektur
Bangunan atau arsitektur merupakan hasil dari kebudayaan yang
dipergunakan untuk berlindung dari pengaruh cuaca dan lingkungan.
Bentuk dan struktur atap dapat memperlihatkan dari mana asal bentuk
rumah adat Betawi. Pada umumnya akan terlihat jelas rumah adat Betawi
terdapat pengaruh dari Jawa, Sunda, Melayu, bahkan gaya Eropa dalam
bentuk sederhana. Banguan rumah di Betawi dibedakan berdasarkan
struktur dan bentuk atapnya menjadi tiga bagian yaitu: gudang, joglo
(limasan), bapang atau disebut juga kebaya.
• Ragam Hias
Ragam hias merupakan suatu artistik yang terdapat di dalam
rumah, alat – alat rumah tangga, perahu, barang kerajinan, hiasan pesta,
alat kesenian, dan lainnya. Ragam hias diproses dengan dilukis, dipahat
atau diletakan pada objek. Ragam hias yang membedakan ragam hias
Betawi dengan etnis lain, umumnya orang Betawi menggunakan warna
cerah, meriah, terkadang mencolok, seperti merah menyala, kuning ceria
dan umumnya motif hias berbentuk geometris.
• Pakaian
Pakaian juga merupakan hasil kebudayaan dari suatu etnis, begitu
juga dengan orang Betawi. Disamping fungsi utama pakaian untuk
penutup tubuh, pakaianjuga memiliki unsur estetis juga. Menurut
kesempatan untuk dipakainya, pakain adat Betawi terbagi dua, yaitu
pakaian sehari – hari juga menjadi pakaian setengah resmi, karena dapat
14
digunakan pada pertemuan antar keluar atau kerabat dekat, kemudian
pakaina resmi untuk acara besar. Juga terdapat pakain pengantin Betawi
yang terpengaruh dengan unsur – unsur budaya Melayu, Cina, Arab
maupun Barat.
2.2.3.4 Sastra
Sastra Betawi merupakan hasil cipta dari Betawi sendiri, karena
menggunakan dialek Betawi yang menjadi ciri sastra Betawi.
2.2.3.5 Teater
Taeter Betawi tradisional merupakan pertunjukan yang
membawakan lakon atau cerita. Terbagi empat, yaitu teater tanpa tutur,
teater tutur, wayang dan teater peran. Fungsi teater sebagai sarana
pendidikan, media kritik sosial atau alat untuk menyampaikan protes
terhadap ketidak adilan dan sebagainnya.
• Teater Tanpa Tutur
Teater tanpa tutur di Betawi ada dua, yaitu Ondel – ondel dan
Gemblokan. Pada Ondel – ondel, merupakan suatu wadah yang dijadikan
personifikasi leluhur nenek moyang. Dengan demikian dapat dianggap
sebagai pembawa lakon atau cerita, walaupun hanya sebagai alat peraga
yang tidak berbicara atau bertutur.
15
• Teater Tutur
Menurut jenis ceritanya teater tutur dibagi tiga kelompok, yaitu:
dongeng, sahibul hikayat dan gambang rancang. Tidak berbeda dengan
seni sastra. Pada dongeng terdapat orang yang pandai bercerita, disebut
tukang dongeng. Kemudian sahibul hikayat, cerita yang dituturkan adalah
cerita dari Timur Tengah dari kumpulan cerita seribu satu malam.
Sedangkan gambang rancang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan
menceritakan dengan pantun atau menyanyikan dengan iringan orkes
gambang kromong.
• Wayang
Di dalam masyarakat Betawi wayang merupakan kesenian teater
yang menonjolkan kesejahteraan, sederhana, polos keakraban komunikasi
timbal balik degan penonton tampak menonjol. Wayang yang terdapat di
Betawi antara lain:
- Wayang kulit
- Wayang Golek
- Wayang Wong
• Teater Peran
Pada teater peran terdapat banyak pemeran untuk memerankan
tokoh dalam cerita yang diangkat. Teater peran ada yang berasal dari
perkembangan teater tutur gambang rancang yaitu lenong. Teater peran
terlihat lebih diatas dari teater tutur, karena umunya lengkap, terdapat
lakon, musik, tari juga pantun. Teater peran Betawi, yaitu:
16
- Topeng
- Lenong
- Jipeng
- Jinong
- Blantek
- Samrah
- Ubrug
- Wayang Sironda
- Wayang Dermulik
- Wayang Senggol
2.2.4 Budaya Betawi yang Diangkat
2.2.4.1 Pakaian Abang dan None
Gambar 2.1 Pakaian Abang dan None
Seperti pada umumnya fungsi pakaian untuk menutupi tubuh,
pakaian juga mengandung unsur etnis. Di Betawi terdapat pakaian sehari
- hari, resmi seperti pakaian jung serong yang umumnya digunakan oleh
17
Bapak – Bapak, juga pakaian Abang dan None, yang dipakai oleh Abang
None Betawi.
Pakaian resmi abang Betawi terdiri dari tutup kepala dari Batik
disebut liskol, jas sampai lutut jag dengan bagian leher tertutup, ronce
kuku macan, celana pantalon, dililitkan selendang pada pinggang
kemudian diselipkan badik yang disebut piso raut, juga menggunakan
sepatu pantovel.
Sedangkan pakain resmi none Betawi merupakan kebaya panjang
di atas lutut, pada lengan terdapat manset 5 atau 6 kancing bungkus,
kamisol sebagai dalaman, pending atau ikat pinggang dari emas atau
perak. Pada bawahannya menggunakan kain batik motif tumpal dan alas
kaki menggunakan slop. Pada bagian kepala rambut dicepol dengan ronce
melati kuncup dan berkrudung. Perhisan yang digunakan kalung, anting,
peniti tiga untai dan gelang listring.
2.2.4.2 Rumah Adat
Gaya bangunan merupakan salah satu hasil dari kebudayaan suatu
masyarakat yang bermanfaat sebagai tempat berlindung dari cuaca dan
lingkungan luar. Rumah adat Betawi terbagi 3 dari bentuk atapnya. Tipe
gudang atapnya berbentuk pelana dua sisi dengan denah persegi panjang.
18
Gambar 2.2 Rumah adat Betawi
Tipe bapang atau kebaya berbentuk pelana, tetapi terdapat tiga
atau lebih lipatan pada atapnya, yang dapat terlihat dari samping rumah.
Tipe joglo merupakan tipe rumah dengan denah bujur sangkar. Dari
setiap sisi atapnya bertemu dan berpotongan horizontal menghadap ke
depan rumah, seperti rumah – rumah joglo di Jawa.
Pada dasarnya terdapat tiga zona dalam rumah Betawi, yaitu:
kawasan publik (ruang tamu), kawasan privat (ruang tengah) dan
kawasan servis ( ruang dapur). Ciri khas rumah Betawi terdapat pagar di
bagian teras yang terbuat dari kayu disebut puger. Pada tiang – tiang
terdapat ukiran bunga matahari ataupun melati, juga hiasan pada pinggir
atap rumah yang disebut gigi balang, berfungsi untuk memberi keindahan
pada rumah.
2.2.4.3 Kerak Telor
Merupakan makanan khas Betawi dengan ciri menggunakan angkring
pikulan. Bahan dasar kerak telor adalah beras ketan yang telah direndam
19
selama sehari, lalu dimasak setengah matang dengan wajan kecil dari
tanah liat yang disebut anglo, dengan areng dari cangkang kelapa.
Gambar 2.3 Kerak telor
Setelah setengah matang beras ketan di campur dan diaduk rata dengan
telur, bisa telur ayam atau telur bebek. Campuran adonan lainnya seperti
serundeng adonan, ebi, garam, lada dan bawang goreng kemudian
diratakan. Setelah matang ditaburi serundeng dan bawang goreng.
2.2.4.4 Ondel – ondel
Gambar 2.4 Ondel – ondel
Ondel – ondel merupakan boneka berbentuk raksasa dengan
tinggi kurang lebih 2,5 meter dan garis tengahnya kurang dari 80
sentimeter. Ondel – ondel memiliki ciri khas garang tapi terlihat
20
menyenangkan. Ondel – ondel pria wajahnya berwarna merah sedangkan
yang perempuan berwarna putih, rambutnya dari ijuk yang disebut duk.
ondel – ondel merupakan salah satu bentuk teater tanpa tutur, karena pada
mulanya dijadikan sebagai personifikasi leluhur atau nenek moyang, yang
berfungsi untuk menolak bala. Namun karena masyarakat Betawi yang
taat kepada agama Islam, hal ini menjadi sesuatu yang berhubungan
dengan animisme terlihat kurang baik, jadi saat ini ondel – ondel
digunakan sebagai pemeriah arak – arakan seperti pengantin sunat,
pemeriah festival, dan lainnya.
2.2.4.5 Tari Pencak Silat
Latihan silat merupakan sebuah kebiasaan orang – orang Betawi
sejak dulu, tetapi pada saat penjajahan Belanda, Belanda melarang untuk
adanya latihan silat ini. Belanda takut orang – orang Betawi membentuk
kekuatan yang besar dari perguruan silat. Hal ini memberatkan para
pesilat yang sudah menjadi ciri khas Betawi. Akhirnya muncullah ide
Gambar 2.5 Tari pencak silat
21
supaya kegiatan bela diri dapat terus berjalan untuk mengelabui Belanda
dengan menjadikan suatu seni, yaitu seni tari. Karena sudah menjadi
tarian, pencak silat diiringi dengan musik. Gaya pencak silat setiap
daerah berbeda – beda tergantung aliran silat mana yang diikuti.
2.2.4.6 Ronggeng Blantek
Gambar 2.6 Ronggeng Blantek
Ronggeng blantek adalah tarian kreas i baru dari tari topeng
blantek yang merupakaan bagian dari teater topeng blantek. Topeng
blantek merupakan kesenian tradisi Betawi yang menggunakan alat
seadanya pada zaman dahulu, dari kata blantek, belantakan (berantakan)
yang diartikan seadaanya, yaitu menggunakan alat musik seadanya.
Teater topeng blantek merupakan upacara kegembiraan keberhasilan
setelah panen. Namun tari topeng blantek tidak dapat terpisahkan dengan
teater topeng. Oleh Sebab itu beberapa penata tari seperti Wiwiek
Widiastuti, Warta Selly dan teman – temanya membuat kreasi baru
dengan nama ronggeng blantek. ronggeng blantek dipentaskan oleh tiga
orang atau lebih. Kini tarian ronggeng blantek dipentaskan untuk
22
menyambut tamu, pagelaran seni tari dan dipelajari di beberapa sanggar
tari di Jakarta.
2.2.4.7 Tanjidor
Gambar 2.7 Tanjidor
Tanjidor berasal dari bahas Portugis tanger yang artinya
memainkan alat musik. Karena kata tanger terdengar dari mulut ke
mulut, akhirnya kata yang terdengar menjadi tanjidor. Tanjidor ini diduga
berasal dari Portugis pada abad ke-14 hingga abad ke-16. Tanjidor dulu
merupakan permainan musik bagi para budak yang dimainkan untuk tuan
– tuan mereka. Jenis musik ini sangat terkenal di masyarakat Betawi yang
dipengaruhi musik Eropa. Alat musik yang digunakan adalah alat musik
model barat, alat musik tiup seperti piston (kornet piston), trombon,
tenor, klarinet, bas dan dilengkapi dengan alat musik pukul membran
yang biasa disebut tambur atau genderang. Oleh masyarakat saat ini
tanjidor biasa digunakan untuk memeriahkan hajatan seperti pernikahan,
khitanan atau dalam perayaan ulang tahun Jakarta dan sebagainya.
23
2.3 Prangko
Prangko, berasal dari bahasa Latin dengan sebutan franco. Benda ini merupakan
secarik kertas yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagai tanda pembayaran pengiriman
pos, agar biaya pengiriman tidak ditanggung oleh penerima surat. Dengan adanya
prangko yang ditempelkan pada surat hal ini menandakan biaya pengiriman sudah lunas,
dan dinas pos wajib mengirimkan surat tersebut sesuai tujuan. Prangko merupakan
kertas kecil bergambar pada bagian depannya, dan dilengkapi dengan nominal, nama
negara dan informasi gambar. Sedangkan bagian belakangnya merupakan perekat.
Selain sebagai tanda pengiriman surat, prangko juga menjadi benda yang
dikoleksi oleh para pengumpul prangko, karena prangko memiliki nilai seni, pendidikan
dan investasi. Hobi ini disebut filateli, dan mereka pengumpul prangko disebut filatelis.
Istilah ini berasal dari bahasa Yunani. Yakni Philos yang berarti teman dan ateleia yang
artinya pembebasan, bebas dari kewajiban membayar biaya pengiriman surat.
Maksudnya, karena adanya prangko pengirim menaggung biaya pengiriman dan
penerima bebas dari biaya pengiriman. Istilah ini pertama kali digunakan pada tahun
1864 oleh Bangsawan Perancis bernama Herpin. Para filatelis tak hanya mengumpulkan
prangko saja, tapi benda-benda pos lainnya seperti: amplop, cap pos, warkat pos, sampul
peringatan dan kartu pos. Karena makin berkembangnya dunia filateli maka terdapat
variasi baru yang muncul yaitu: lembar cindaramata, folder, kartu maksimum dan
sebagainya. Mengapa filatelis sangat tertarik untuk mengumpulkan prangko dan benda
pos lainnya yang berhubungan dengan prangko? Karena dari kegiatan ini kita dapat
melatih ketekunan, ketelitian, meningkatkan pengetahuan dan wawasan, juga dapat
memperbanyak teman dari perkumpulan filatelis yang ada. Tapi tak hanya itu, kita juga
24
dapat belajar untuk berinvestasi dari benda-benda filateli. Karena makin lama benda-
benda filateli akan semakin langka sehingga harganya menjadi tinggi. Oleh sebab itu
untuk mendapatkan prangko ada yang melalui lelang, dan harga prangko langka atau tua
bisa mencapai 2 miliar bahkan lebih.
2.3.1 Sejarah Prangko
Sebelum abad ke-19 beberapa negara sudah mengenal surat-menyurat.
Tapi biaya pengiriman dibebankan oleh penerima. Terkadang pihak penerima
surat mengaku bahwa surat tersebut bukan untuknya, karena ia tidak mengenal
pengirim surat. Akhirnya surat itu tidak jadi diserahkan oleh pengantar surat,
tentunya tidak dapat menarik biaya pengiriman surat tersebut. Dari kelemahan ini
muncullah ide untuk membebankan biaya pengiriman kepada pengirim surat.
Biaya hingga berat tertentu disamakan di seluruh Inggris. Ide ini muncul dari
hasil pemikiran pegawai kantor pajak Inggris bernama Rowland Hill. Ia menulis
artikel berjudul Post Office Reform, Its Importance and Practicability
(Perubahan Sistem Kantor Pos, Kepentingan dan Kepraktisan). Gagasan ini
diterima dan mulai diberlakukan pada 1 Januari 1840.
Namun masih ditemukannya kesulitan untuk mengetahui surat yang akan
dikirimkan sudah dibayar atau belum. James Chalmers teman Rowland Hill
sebagai pengusaha percetakan mengusulkan membuat secarik kertas dengan
terdapat rancangan di depan dan perekat pada bagian belakangnya. Dengan
bantuan Charles Heath dan Frederic Heath (ayah dan anak) mereka membuat
prangko bergambar wajah Ratu Victoria. Prangko ini berwarna hitam, karena
saat itu belum ada tinta selain warna hitam. Harga prangko satu Penny (mata
25
uang receh Inggris) dan disebut Black Penny yang mulai digunakan pada tanggal
6 Mei 1840. Pada prangko pertama tidak terdapat gigi di sekita prangko yang
disebut perforasi, yang funsinya untuk memudahkan memisahkan dari prangko
yang lainnya. Gagasan ini muncul pada tahun 1845 atas usul Henry Archer
seorang warga Irlandia. Kemudian ide prangko digunakan oleh negra-negara lain
begitu juga Belanda yang waktu itu menjajah Indonesia. Prangko pertama di
Indonesia digunakan pada tanggal 1 April 1864 dengan prangko bertuliskan
Nederlandsh Indie (Hindia Belanda).
2.3.2 Jenis Prangko
Menurut tujuan penerbitannya prangko – prangko Indonesia terbagi menjadi
parangko definitif, non – definitif dan prisma.
2.3.2.1 Prangko Definitif
Prangko ini diterbitkan dengan tujuan sebagai pelunasan bea jasa
pos dan tidak ada hubungannya dengan kejadian atau peristiwa. Pecahan
nominal dari nominal rendah sampai tinggi, saat ini nominal mulai dari
seribu lima ratus, dua ribu dan sebagainya. Oplah atau banyaknya jumlah
dicetak prangko tidak sama, yang paling banyak digunakan akan lebih
banyak dicetak. Bila sudah menipis, prangko definitif akan dicetak lagi.
Masa berlaku tidak dibatasi, sampai adanya instruksi penarikan dari
peredaran oleh pemerintah (Dirjen Postel).
26
Gambar 2.8 Prangko Definitif, Bebek Seri 2 (1998)
Gambar 2.9 Prangko Definitif, Ucapan Selamat (2001)
2.3.2.2 Prangko Non – Definitif
Prangko ini diterbitkan karena adanya tujuan tertentu, seperti
memperingati atau untuk amal. Oleh sebab itu prangko non – definitif
terbagi menjadi prangko peringatan, prangko istimewa dan prangko amal.
• Prangko Peringatan
Prangko ini diterbitkan karena berkaitan dengan suatu peristiwa
atau kejadian. Dimaksud untuk memperingati kejadian atau peristiwa
tersebut yang bersifat nasional maupun internasional.
27
Gambar 2.10 Prangko Peringatan, Seri 100 tahun Bung Karno (2001)
Gambar 2.11 Prangko Peringatan, Seri 50 Tahun Universitas Padjadjaran (2007)
• Prangko Istimewa
Merupakan prangko yang diterbitkan untuk menarik perhatian
masyarakat Indonesia ataupun masyarakat luar. Mengenai hal – hal yang
bersifat nasional maupun internasional. Misalnya seperti seri carita
rakyat, makanan tradisional, piala dunia, tokoh nasional dan lainnya.
Gambar 2.12 Prangko Istimewa, Makanan Tradisional Seri 3 (2006)
28
Gambar 2.13 Prangko Istimewa, Seri Sultan – Sultan Nusantara (2006)
• Prangko Amal
Prangko amal diterbitkan untuk menghimpun dana sebagai amal
dan dijual dengan harga tambah. Pendapatan dari hasil penjualan
dikurangi dengan ongkos prangko seperti ongkos pembuatan dan lainnya,
kemudian disumbangkan kepada suatu badan amal yang telah ditetapkan
oleh pemerintah.
Gambar 2.14 Prangko Amal, Seri Bencana Alam Aceh (2005)
Gambar 2.15 Prangko Amal, Seri Hari AIDS Sedunia (1997)
2.3.2.3 Prangko Prisma
Prangko Identitas Milik Anda (PRISMA) merupakan nama yang
digunakan di Indonesia sebagai prangko yang dibuat sesuai dengan
keinginan kita. Pada prangko ini diterbitkan dalam komposisi bergandeng
dengan “tab” (bidang kosong yang disediakan untuk membuat gambar
yang kita inginkan) dan prangko yang dipisahkan dengan perforasi atau
tanda lain.
29
Gambar 2.16 Prangko Prisma, Selamat Hari Natal (2007)
2.3.3 Bentuk dan Ukuran Prangko Indonesia
Awal diterbitkannya prangko bentuknya persegi panjang. Kemudian
muncul persegi panjang mendatar. Pada tahun 1849 di Bavaria menerbitkan
prangko berbentuk bujur sangkar pertama kali. Bentuk segitiga pertama kali
diterbitkan oleh Cape of Good Hope (Afrika Selatan) pada tahun 1853. Prangko
yang pernah diterbitkan di Indonesia dengan bentuk persegi panjang, segi empat
sama sisi, segi lima, belah ketupat, segitiga, bulat dan trapesium. Ukuran
prangko berbagai macam tetapi, umumnya berukuran 41,06 X 25,31mm yang
banyak terbit di Indonesia.
30
Gambar 2.17 Bentuk Prangko Indonesia
2.3.4 Komposisi Prangko
Susunan prangko umumnya berjajar satu dengan yang lainnya dan
dipisahkan oleh perforasi dalam satu lembar (sheet). Namun sekarang ini muncul
prangko dengan berbagai macam komposisi. Setiap prangko nominalnya bisa
sama ataupun berbeda dan dipisahkan denga perforasi. Prangko bergandengan
antara lain:
• Prangko Se-Tenant: Ada dua macam prango se-tenant, prangko yang
dicetak bergandengan dan keseluruhannya membentuk sebuah gambar
yang utuh. Juga terdapat prangko yang dicetak bergandengan dengan
gambar yang berlainan.
31
Gambar 2.18 Seri Binatang Piaraan (1999) Se-tenant dengan bentuk gambar yang utuh
Gambar 2.19 Cerita Rakyat Seri 1 (1998) Se-tenant dengan gambar berlainan
• Prangko Tete-Beche: Dua keping prangko yang dicetak bergandengan
tetapi letaknya terbalik. Bila prango bersebelahan maka disebut tete-beche
horizontal. Bila letaknya atas bawah disebut tete-beche vertikal.
32
Gambar 2.20 Tata Surya Seri 2 (2003) Tete-Beche vertial
• Prangko Gutter-pair: Pada prangko ini, antara dua prangko terdapat satu
bagian yang tidak tertera nominal dan tidak dapat menjadi pelunasan biaya
pengeposan. Biasanya dimuat logo atau desain lain yang menarik.
Gambar 2.21 Seri Hari Madat Sedunia (1998) Prangko Gutter-pair
2.3.5 Prangko dan Benda Pos
Dari buku Ketentuan Penerbitan Prangko dan Benda Filateli, prangko
merupakan tanda pelunasan porto dan bea jasa pos yang diterbitkan oleh
pemerintah dalam hal ini Directorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi. Dalam
33
prangko terdapat seri, tema, dan desain prangko harus sesuai dengan UUD 1945
GBHN dan peraturan perundangan yang berlaku serta mengikuti ketentuan
dalam konvensi Perhimpunan Pos Sedunia (Universal Postal Union/UPU). Seri
dan tema prangko diusulkan oleh Tim Pembina dan ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pos dan Telekomunikasi. Desain dapat diperoleh melalui pemesanan
langsung kepada desainer tertentu dan sayembara yang kemudian diperbolehkan
atau tidaknya, direntukan oleh panitia kerja. Setelah disetujui, prangko dicetak
oleh percetakan pemerintah ataupun swasta, dalam hal ini Perum PERURI
perusahaan milik negara dan AMG milik swasta. Kemudian disebarkan atau
diperluas oleh PT. Pos Indonesia.
2.3.5.1. Skema Prangko
Pada prangko terdapat gambar dan harus dicantumkan nama
negara Indonesia, nilai nominal, tahun penerbitan dan keterangan gambar
prangko.
Gambar 2.22 Skema Prangko
Keterangan gambar atau nama seri prangko dapat menggunakan bahasa
latin atau bahasa asing lainnya, seperti nama – nama fauna yang
34
menggunakan bahasa latin. Pada prangko terdapat preforasi, yang
berguna untuk memudahkan pemisahan prangko satu dengan prangko
yang lain dan bahan perekat pada belakang prangko.
Dalam prangko tidak diperbolehkan adanya unsur promosi untuk
kepentingan suatu perusahaan atau organisasi yang bersifat perniagaan
dan tidak pula dimaksudkan untuk pengumpulan dana bagi suatu badan
atau organisasi dan perorangan, kecuali bagi kepentingan kemanusiaan
yang hasilnya disumbangkan kepada badan – badan sosial yang
ditetapkan oleh pemerintah.
2.3.5.2 Carik Kenangan
Carik kenangan atau souvenir sheet adalah sehelai kertas dengan
ukuran lebih besar, pada pinggirannya tidak bergerigi dan terdapat sebuah
prangko atau lebih. Ukuran dan preforasinya sama tetapi kadang warna
dan nominalnya berbeda dan diterbitkan bersamaan dengan penerbitan
prangko baru. Dapat digunakan untuk pengiriman surat.
Gambar 2.23 Carik Kenangan, Seri Penerbitan Bersama Indonesia – China (2007)
35
Gambar 2.24 Carik Kenangan Seri Tata Surya (2001)
2.3.5.3 Sampul Hari Pertama
Sampul Hari Pertama (SHP) yaitu sampul yang diterbitkan oleh
PT. Pos Indonesia bersama dengan penerbitan prangko baru. Pada bagian
depannya terdapat satu atau lebih prangko baru dan dibubuhi cap Hari
Terbit Pertama. Sedangkan pada bagian muka sebelah kiri terdapat
gambar dan tulisan yang berhubungan dengan prangko.
36
Gambar 2.25 Sampul Hari Pertama Seri Cerita Rakyat (2001)
2.3.5.4 Karnet
Merupakan kertas tebal, berbentuk lipatan yang pada bagian dalamnya
terdapat prangko terbitan baru yang telah dibubuhi cap hari terbit
Pertama, sedangkan bagian luarnya memuta tulisan atau gambar yang
sesuai dengan prangko tersebut. Karnet yang diterbitkan anatara lain seri
lukisan, Bung Hatta dan Pakaian Adat.
Gambar 2.26 Karnet, Seri Satu Abad Bung Hatta (2002)
37
2.3.5.5 Kemasan Prangko
Disebut juga presentation pack, kertas tebal yang berisi mini sheet
dan carik kenangan dan ada juga yang terdapat sampul hari pertama atau
kartu maksimum. Pada bagian dalamanya terdapat penjelasan yang
berhubungan dengan prangko.
Gambar 2.27 Kemasan Prangko, Cinta Puspa dan Satwa seri 5 (1997)
2.3.5.6 Buku Prangko
Buku prangko atau Booklet merupakan buku kecil yang lembaran
dalamnya terdapat beberapa prangko. Selain sebagai promosi juga untuk
memudahkan penyimpanan dalam buku saku dan mudah dibawa
kemanapun, dan prangko dapat digunakan sewaktu – waktu.
38
Gambar 2.28 Buku Prangko, Seri Kumbang (2001)
2.3.5.7 Kartu Maksimum
Disebut juga maximum card ialah kartu pos yang berkaitan
dengan isi prangko. Pada kartu pos ini terdapat satu prangko dengan cap
hari terbit pertama. Kartu maksimum ini dikeluarkan bersamaan dengan
prangko baru. Gambar yang berada pada bagian depan kartu pos sama
dengan prangko yang tertera.
Gambar 2.29 Kartu Maksimum, Seri Jambore Nasional (2006)
2.3.5.8 Dokumen Filateli
Dokumen filateli merupakan lembaran kertas tebal yang terdapat
prangko dengan cap hari terbit pertama. Dokumen filateli ini berisikan
gambar dan keterangan yang sama dengan maksud penerbitan prangko.
39
Gambar 2.30 Dokumen Filateli, Seri Kantor Berita Antara (2002)
2.3.5.9 Sampul Peringatan
Sampul ini khusus dibuat untuk memperingati suatu pristiwa yang
dianggap penting. Berbeda dengan sampul hari pertama, sampul ini dapat
dibuat oleh siapa saja. Misalnya oleh pihak perorangan, perkumpulan
filatelis Indonesia atau pihak lainnya. Terdapat cap khusus yang
dikelurkan oleh PT. Pos Indonesia atau bila perorangan, diberikan cap
yang sesuai dengan tanggal peringatan pristiwa tersebut.
Gambar 2.31 Sampul Peringatan, 30 Tahun Taman Mini Indonesia Indah (2005)
40
2.4 Target Market
Target yang dituju khususnya adalah para kolektor prangko dan benda pos. kurang –
lebih dimulai dari umur 10 tahun yang umumnya sudah terbentuk karakter yang teliti
dan bertanggung jawab. Kemudian target kedua, bagi para pembeli prangko untuk
pengiriman pos dan penerimanya.
• Demografi : Target yang dituju mulai dari anak – anak umur 10 tahun, remaja,
dewasa hingga lanjut usia. Kelas ekonomi menengah hingga atas
yang sudah mampu memenuhi kebutuhan pokoknya (bagi filatelis).
Untuk wanita ataupu pria. Untuk segala agama, ras yang berada di
Inonesia, WNI atau WNA.
• Geografis : Target utama berada di kota hingga pinggir kota yang jumlah
penduduknya padat (sebagai filatelis). Target kedua berada di kota
hingga pedesaan, membeli prangko untuk mengirim surat.
Berdomisili di Indonesia.
• Psikografi : Bagi target utama yaitu filatelis, memiliki ketertarikan terhadap
dunia seni, gaya rapih, terpelajar, karena memiliki pribadi yang
rajin menimba ilmu dan informasi. Semua ingin terlihat rapih, teliti
dan terorganisir yang merupakan cerminan dalam perawatan dan
pengaturan prangko. Memiliki keinginan yang tinggi dalam hal
mencapai cita – cita ataupun hal lainnya dengan rasa optimistis
yang tinggi.
41
2.5 Data penyelenggara
Gambar 2.32 Logo Pos Indonesia
Pos Indonesia merupakan badan usahaan milik negara (BUMN) yang bergerak
dalam bidang pengiriman pos di Indonesia, juga memberikan layanan keuangan dan
komunikasi. Awal berdirinya kantor pos di Indonesia pada tanggal 26 Agustus 1746 oleh
Gubernur Jendral GW Baron Van Imhoff. Dengan tujuan keamanan surat pos.
Beberapa tahun kemudian berdirilah beberapa kantor pos di Indonesia. Perjalanan pos di
Indonesia sudah berjalan selama empat abad. Tetapi sejarah di mulainya Pos Indonesia
berawal dari perebutan kantor pusat PTT (Pos, Telepon dan Telegraf dan Perpustakaan)
saat ini disebut Gedung Sate, oleh angkatan muda PPT di Bandung dari tangan Jepang.
Hal ini merupakan awal mulanya pertumbuhan Pos Indonesia. Peristiwa ini diperingati
sebagai Hari Bhakti Postel. Pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang No. 6 tahun
1984 tentang Pos dan Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1985 tentang Penyelenggaraan
Pos menugaskan kepada PT Pos Indonesia (Persero) untuk melaksanakan Kewajiban
Pelayanan Umum Bidang Pos. Pos Indonesia juga merupakan anggota organisasi
Universal Postal Union (UPU) sebagai organisasi pos dunia. Melalui ini, Pos Indonesia
dapat bekerja sama dengan pos seluruh dunia dalam penyelenggaraan layanan pos. Visi
dan misi Pos Indonesia yaitu:
42
• Visi
- 2009 – 2010: Menggabungkan pos, logistik dan pelayanan infrastruktur financial
- 2011 – 2013: Menjadi pemimpin pos logistik dan layanan financial di Indonesia
- 2014 – 2018: Mendukung industri postal ASEAN
• Misi
Pos Indonesia menyediakan solusi handal dalam mail, logistik dan jasa keuangan dengan
menggunakan jaringan bisnis dan infrastruktur terluas dan terpadu serta
mengembangkan hubungan kolaboratif.
2.6 Karakteristik Produk
• Sarana untuk menambah wawasan dalam pendidikan, budaya lokal Indonesia
(Betawi) dan seni.
• Memberikan produk khususnya untuk pemburu prangko dan benda pos.
• Memperlihatkan beberapa ciri khas Betawi sebagai etnis di Jakarta yang makin
terpinggi.
2.7 Analisa SWOT
• Strength:
- Sebagai sarana pendidikan mengenai beberapa hasil kebudayaan tradisional
Betawi seperti kesenian, rumah adat dan makanan Betawi.
- Memperlihatkan kebudayaan tradisional Betawi yang makin terpinggir.
43
- Produk yang dibuat untuk menyalurkan hobi para filatelis sebagai pengumpul
prangko dan benda pos.
- Dapat menjadi media informasi singkat kepada pembeli prangko untuk
pengiriman surat, juga penerima surat. Bahkan dapat memperlihatkan budaya
Indonesia kepada masyarakat luar Indonesia yang mendapat surat dari
Indonesia.
- Makin langka atau lama, harganya dapat meningkat.
- Untuk memudahkan pihak pos dalam biaya pengiriman surat.
• Weakness:
- Tidak dijual secara bebas, di tempat tertentu yang berhubungan dengan pos.
- Diterbitkan hanya sekali dengan jumlah tertentu.
• Opportunities:
- Mendapatkan informasi mengenai Budaya Betawi
- Konsumen sebagai filatelis, dapat memenuhi kebutuhannya sebagai pemburu
prangko dan benda pos.
- Sebagai sarana untuk mempererat hubungan antar filatelis
- Memudahkan pembayaran jasa pos bagi pengirim surat.
• Threats:
- Banyak pengguna jasa pos yang menggunakan prangko hanya menjadikan
prangko sebagai alat pembayaran jasa pengiriman dan tidak menghiraukan isi
atau informasi yang ada pada prangko.
- Banyak orang beralih menggunakn layanan e-mail karena lebih cepat dan
praktis