bab 2 landasan teori para ahli pendidikan anak...

59
9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PAUD 2.1.1 Pengertian Umum Para ahli pendidikan anak memandang usia dini merupakan masa emas (the golden ages) yang hanya ada sekali dan tidak dapat diulang kembali. Pada masa itu anak berada pada periode sensitif yang dimana di masa inilah anak secara khusus mudah menerima berbagai dampak dan pelajaran dari lingkungan anak – anak tersebut. Anak pada usia 0 hingga 6 tahun adalah usia yang sangat penting karena pada masa – masa tersebutlah adalah masa dimana perkembangan otak mereka dapat berlangsung dengan optimal dan itu sangatlah berpengaruh terhadap kehidupan seorang anak nantinya. Sangatlah rugi jika sebuah keluarga atau masyarakat mengabaikan program yang sudah ditetapkan oleh pemerintah yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang sebenarnya sudah tertera di Bab I pasal 1 ayat 14 yang ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas USPN, 2004 : 4). Masa usia dini tersebut merupakan yang paling tepat dalam mengembangkan aspek fisik – motorik, kognitif, sosial – emosi, bahasa, moral dan agama. Menyadari akan manfaat positif untuk perkembangan anak mereka maka para masyarakat atau keluarga – keluarga di Indonesia mulai tertarik dengan program PAUD ini, dari ketertarikan mereka itulah yang membuat program ini berkembang dengan pesat. Program PAUD ini meliputi POSPAUD, Tempat Penitipan Anak (TPA), Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak – kanak (TK).

Upload: hoangnga

Post on 05-Feb-2018

230 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 PAUD

2.1.1 Pengertian Umum

Para ahli pendidikan anak memandang usia dini merupakan masa

emas (the golden ages) yang hanya ada sekali dan tidak dapat diulang

kembali. Pada masa itu anak berada pada periode sensitif yang dimana di

masa inilah anak secara khusus mudah menerima berbagai dampak dan

pelajaran dari lingkungan anak – anak tersebut. Anak pada usia 0 hingga 6

tahun adalah usia yang sangat penting karena pada masa – masa tersebutlah

adalah masa dimana perkembangan otak mereka dapat berlangsung dengan

optimal dan itu sangatlah berpengaruh terhadap kehidupan seorang anak

nantinya.

Sangatlah rugi jika sebuah keluarga atau masyarakat mengabaikan

program yang sudah ditetapkan oleh pemerintah yaitu Pendidikan Anak Usia

Dini (PAUD) yang sebenarnya sudah tertera di Bab I pasal 1 ayat 14 yang

ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan

yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas USPN, 2004 :

4). Masa usia dini tersebut merupakan yang paling tepat dalam

mengembangkan aspek fisik – motorik, kognitif, sosial – emosi, bahasa,

moral dan agama. Menyadari akan manfaat positif untuk perkembangan anak

mereka maka para masyarakat atau keluarga – keluarga di Indonesia mulai

tertarik dengan program PAUD ini, dari ketertarikan mereka itulah yang

membuat program ini berkembang dengan pesat. Program PAUD ini meliputi

POSPAUD, Tempat Penitipan Anak (TPA), Kelompok Bermain (KB),

Taman Kanak – kanak (TK).

10

Adapun strategi pembinaan PAUD yang dapat dilakukan melalui :

Diagram 2.1 Strategi PAUD

Sumber : Konsep dasar pendidikan anak usia dini, Sujiono 19

2.1.2 Metode Pembelajaran

Ada 2 macam metode yang diterapkan dalam program Paud, yaitu :

1. Metode pembelajaran melalui bermain

Metode ini adalah metode yang paling digemari oleh anak – anak

yang dikarenakan oleh sifat asli dari anak – anak tersebut adalah suka

bermain. Karena dengan bermain anak – anak akan merasa senang,

gembira, bebas, dan ceria.

Ada beberapa peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan bermain

bagi anak – anak merupakan kegiatan yang menyenangkan hati

mereka, tidak ada paksaan, timbul dari sifat natural mereka, dan

merupakan kegiatan utama bagi seumuran mereka.

11

Melalui kegiatan bermain, seluruh potensi kecerdasaan seorang

anak dapat dikembangkan, seperti kecerdasan linguistik, kecerdasan

logik – matematik, kecerdasan visual spasial, kecerdasan

interpersonal, kecerdasan intraprasonal, kecerdasan musikal,

kecerdasan kinestetik, kecerdasan natural, dan kecerdasan spiritual.

2. Metode pembelajaran melalui cerita

Kegiatan metode bercerita atau bisa disebut dengan mendongeng

ini merupakan warisan budaya yang sudah ada di Indonesia. Bahkan

menjadi tradisi yang dipakai orang tua untuk membacakan cerita

untuk anak – anak mereka sebelum mereka tidur.

Dari metode ini anak – anak akan banyak belajar dari tokoh –

tokoh yang ada dalam cerita yang diceritakan oleh pihak pengajar.

Dari metode ini juga mereka akan mendapatkan pesan dan moral

kehidupan

.

2.1.3 Tujuan

Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI No. 20 /

2003 BAB II Pasal 3).

Adapun tujuan diadakannya PAUD di negara ini, yaitu:

• Untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak

yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat

perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di

dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan

dimasa dewasa.

• Untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar

(akademik) disekolah.

12

• Intervensi dini dengan memberikan ransangan sehingga dapat

menumbuhkan potensi – potensi yang tersembunyi yaitu dimensi

perkembangan anak (bahasa, intelektual, emosi, sosial, motorik,

konsep diri, minat, dan bakat).

• Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya

gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan potensi –

potensi yang dimiliki seorang anak.

Hal ini sejalan dengan 4 pilar pendidikan yang dicanangkan oleh

UNESCO yaitu learning to know (melalui media dan penjelasan guru),

learning to do (melakukan aktivitas langsung, learning to be (dengan bermain

peran), learning to live together (berinteraksi dengan anak lain dengan

mentaati ketentuan dan peraturan yang berlaku).

2.1.4 Fungsi PAUD

Berdasarkan tujuan PAUD yang sudah dijelaskan sebelumnya dapat

ditelaah ada beberapa fungsi dari PAUD itu sendiri, yaitu :

• Fungsi adaptasi, berperan dalam membantu anak melakukan

penyesuaian diri dengan berbagai kondisilingkungan serta

menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya sendiri.

• Fungsi sosialisasi, berperan dalam membantu anak agar memiliki

ketrampilan – ketrampilan sosial yang berguna dalam pergaulan

dan kehidupan sehari – hari di mana anak berada.

• Fungsi pengembangan, berkaitan dengan pengembangan berbagai

potensi yang dimiliki anak. Setiap unsur potensi yang dimiliki

anak membutuhkan suatu situasi atau lingkungan yang dapat

menumbuhkembangkan potensi tersebut kearah perkembangan

yang optimal sehingga menjadi potensi yang bermanfaat bagi

anak itu sendiri maupun lingkungannya.

• Fungsi bermain, berkaitan dengan pemberian kesempatan pada

anak untuk bermain, karena pada hakikatnya bermain itu sendiri

merupakan hak anak sepanjang rentang kehidupannya. Melalui

kegiatan bermain anak akan mengeksplorasi dunianya serta

membangun pengetahuannya sendiri.

13

• Fungsi ekonomik, pendidikan yang terencana pada anak

merupakan investasi jangka panjang yang dapat menguntungkan

pada setiap rentang perkembangan selanjutnya. Terlebih lagi

investasi yang dilakukan berada pada masa keemasan (the golden

age) yang akan memberikan keuntungan berlipat ganda.

Pendidikan TK merupakan salah satu peletak dasar bagi

perkembangan selanjutnya.

2.1.5 Konsep Dasar untuk Pendidikan yang Baik

• Konsep yang terkait dengan anak – anak.

o setiap orang perlu belajar membaca dan menulis.

o Anak – anak belajar paling baik ketika mereka menggunakan

semua indera.

o Semua anak mampu dididik.

o Semua anak harus dididik, hingga kesepenuh kemampuannya.

o Pendidikan harus dimulai sejak awal kehidupan. Sekarang

semakin kuat kecenderungan mengawali pendidikan sejak

lahir.

o Anak – anak harus diajar secara memadai dengan bahan yang

siap mereka pelajari, ketika mereka siap menerima pelajaran,

dan harus disiapkan untuk tahap pembelajaran berikutnya.

o Aktivitas pembelajaran haruslah menarik dan bermakna.

o Interaksi sosial dengan guru dan teman sekelas merupakan

bagian wajib dari perkembangan dan pembelajaran.

o Semua anak memiliki banyak cara untuk mengetahui,

memelajari dan mengaitkan dirinya dengan dunia.

• Konsep yang terkait dengan guru.

o Guru harus menyayangi dan menghormati anak – anak,

memiliki pengharapan yang tinggi atas mereka dan mengajar

mereka hingga kapasitas tertinggi mereka.

o Guru harus mengabdi pada profesi mengajar.

14

o Mengajar yang baik didasarkan pada teori, filosofi, sasaran

dan tujuan.

o Pembelajaran anak meningkat jika menggunakan materi

konkret.

o Pengajaran harus beralih dari konkret ke abstrak.

o Observasi merupakan cara kunci menentukan kebutuhan anak

– anak.

o Mengajar harus merupakan proses yang terencana dan

sistematis.

o Mengajar harus berpusat pada anak – ank bukan pada orang

dewasa atau pada mata pelajaran.

o Mengajar harus didasarkan pada minat anak - anak.

o Mengajar harus berkolaborasi dengan anak – anaksebagai

sarana meningkatkan perkembangan.

o Guru harus merencana, sehingga mereka memasukkan semua

jenis kecerdasan ke rencana pembelajaran dan aktivitas

mereka.

• Konsep yang terkait dengan orangtua.

o Keluarga merupakan lembaga yang paling penting bagi

pendidikan dan perkembangan anak – anak.

o Orangtua merupakan pendidik utama anak – anak mereka;

mereka merupakan guru pertama bagi anak – anak. Akan

tetapi, orangtua memerlukan bantuan pendidikan dan

dukungan untuk mencapai sasaran ini.

o Orangtua harus memandu dan mengarahkan pembelajaran

anak usia dini.

o Orangtua harus terlibat ke setiap program yang diikuti anak –

anak mereka.

o Setiap orang harus memiliki pengetahuan dan pelatihan

pengasuhan anak.

o Orangtua dan anggota keluarga lain menjadi kolaborator bagi

pembelajaran anak.

15

o Orangtua harus mendorong dan mendukung banyak minat dan

keunikan cara belajar anak – anak.

2.1.6 Tokoh – tokoh yang Mempengaruhi PAUD

• Martin Luther (1483 – 1546)

Menekankan perlunya mendirikan sekolah untuk mengajar anak

membaca. Sekarang ini, kemampuan baca – tulis bagi semua adalah

prioritas nasional.

• John Amos Comenius (1592 – 1670)

Menghabiskan waktunya untuk mengajar dan menulis buku. Dua

dari bukunya yang dikenal adalah The Great Didactic dan Orbis Pictus

(“Dunia dalam Gambar”), yang dianggap buku bergambar pertama

untuk anak – anak.

Ia meyakini bahwa pendidikan harus dimulai di usia dini karena

“tanaman muda dapat ditanam, dicangkok, dipangkas dan dibentuk.

Ketika sudah menjadi pohon, proses – proses tersebut tidak mungkin

dilakukan.” Sekarang ini penelitian baru tentang otak mengingatkan

kita kembali bahwa proses belajar harus dimulai dini dan bahwa

banyak “jendela kesempatan” untuk pembelajaran terbentuk pada usia

dini.

Comenius juga berpendapat bahwa pendidikan sensorik adalah

dasar semua pembelajaran dan selama masih mungkin, semua hal

harus diajarkan lewat panca indera. Pendekatan pendidikan ini

disahkan oleh Montessori dan menjadi dasar bagi pengajaran

pendidikan anak usia dini sampai saat ini.

• John Locke (1632 – 1704)

Dikenal karena teorinya tentang pikiran sebagai “kertas putih”

yang maksudnya adalah bahwa lingkungan dan pengalaman secara

harfiah membentuk pikiran. Menurutnya, perkembangan berasal dari

rangsangan yang diterima dari orang tua dan pengasuh dan lewat

pengalaman yang mereka dapat dari lingkungan mereka.

16

Implikasi keyakinan ini tergambar jelas dalam praktik pengajaran

modern. Gagasan tentang pentingnya pengaruh lingkungan khususnya

sangat terlihat jelas dalam program – program yang mendorong dan

mendukung pendidikan anak usia dini sebagai cara untuk membantu

anak mendapat dasar pembelajaran yang baik pada usia dini. Program

– program ini menganggap bahwa perbedaan proses belajar, prestasi

dan perilaku sangat berhubungan dengan faktor – faktor lingkungan

seperti kondisi rumah dan keluarga, latar belakang sosioekonomi, dan

pengalaman dan pendidikan usia dini. Gerakan terkini menuju

pendidikan universal bagi anak usia tiga tahun dan empat tahun

didasarkan pada pemikiran bahwa memberikan pendidikan pada anak

di usia dini dapat membantu mengatasi efek negatif kemiskinan dan

penelantaran dan dapat membantu menghapus perbedaan prestasi anak

yang dikarenakan perbedaan tingkat sosial ekonomi.

• Jean – Jacques Rousseau (1712 – 1778)

Sangat dikenal karena bukunya Emile, kata – kata pembukaan

yang menjadi karakteristik pandangannya tentang politik dan

pendidikan : ”Tuhan menciptakan segalanya dalam keadaan baik;

manusia mencampurinya dan segalanya menjadi jahat.” Karena

keyakinannya ini, Rosseau mendukung pendidikan “alami” untuk

anak, mendukung perkembangan anak tanpa campur tangan atau

batasan yang diperlukan.

Ia juga meyakini gagasan tentang keterbukaan, di mana sifat

alami anak – anak menjadi apa dan siapa mereka kelak – terbuka

sebagai akibat dari perkembangan yang sesuai dengan jadwal

kematangan mereka. Pendekatan ini yang menjadi inti praktik

pengajaran yang sesuai dengan perkembangan anak , dimana guru

anak menyesuaikan cara mengajar mereka dengan tingkat

perkembangan dan kemampuan anak.

• Johann Henrich Pestalozzi (1746 – 1827)

Dipengaruhi oleh Comenius dan Rossea. Ia meyakini bahwa

semua pendidikan berdasar pada kesan sensorik dan bahwa lewat

17

pengalaman sensorik yang tepat, anak – anak dapat mencapai potensi

alami mereka. Untuk mencapai tujuan ini, ia mengembangkan

“pelajaran objek”, alat bantu yang mendukung kegiatan seperti

menghitung, mengukur, merasakan dan meraba. Ia juga menulis 2

buku – How Gertrude Teaches Her Children dan Book for Mothers –

untuk membantu para orangtua mengajar anak – anak mereka di

rumah.

• Robert Owen (1771 – 1858)

Ia meyakini bahwa lingkungan anak berpengaruh terhadap

keyakinan, perilaku, dan prestasi mereka. Ia berpendapat bahwa

seseorang dan masyarakat dapat menggunakan lingkungan untuk

membentuk karakter anak.

Untuk mengimplementasikannya, ia membuka sekolah anak pada

tahun 1816 di New Lanark, Skotlandia, yang dirancang untuk

mengasuh 100 anak yang berusia 18 bulan hingga 10 tahun saat

orangtua mereka bekerja di pabrik. Pada akhirnya dibukanya lagi

sekolah di London pada tahun 1818.

Ada beberapa prestasi Owen yang telah mendapat perhatian, ia

yang pertama kali membangun sekolah balita yang telah dibangun

selama 25 tahun sebelum taman kanak – kanak Froebel. Kedua,

pemikiran dan tindakan Owen mempengaruhi para pendidik dalam

pendidikan anak suia dinidan hubungan antara perkembangan

masyarakat dengan pendidikan dan nantinya mereka akan

memanfaatkan pendidikan sebagai sarana untuk membuat dunia lebih

baik lagi.

• Friedrich Wilhelm Froebel (1782 – 1852)

Dikenal dengan “bapak taman kanak – kanak”. Konsepnya

tentang anak dan pendidikan sebagian berdasar pada konsep

kedewasaan, yang juga dikemukakan oleh Comenius dan Pestalozzi.

Menurutnya, peran pendidikan adalah mengamati proses kedewasaan

alami anak dan memberikan kegiatan yang membuat mereka

18

mempelajari apa yang siap mereka pelajari ketika mereka siap

mempelajarinya.

Ia mengumpamakan anak sebagai biji yang ditanam, mulai

tumbuh, mengeluarkan tunas, dan tumbuh dari tanaman muda yang

lemah menjadi tanaman yang siap menghasilkan buah. Ia

mengumpamakan peran pendidik sebagai tukang kebun. Ia

menginginkan agar Taman Kanak – kanak yang ia milikimenjadi

tempat dimana anak – anak mekar seperti bunga. Ia meyakini

perkembangan terjadi sebagian besar lewat kegiatan individual dan

permainan.

• Maria Montessori dan teori Montessori (1870 – 1952)

Sebagai wanita pertama di Italia yang mendapat gelar sarjana

kedokteran, ia tertarik untuk mencari solusi pendidikan untuk masalah

seperti ketulian, kelumpuhan dan keterlambatan mental.

• John Dewey dan tori pendidikan progresif (1858 – 1952)

Teori Dewney tentang pendidikan, yang biasanya disebut dengan

progresivisme, memberi penekanan pada anak – anak dan minat

mereka bukan pada mata pelajaran. Ia meyakini bahwa pendidikan

“adalah proses hidup dan bukan persiapan untuk menghadapi hidup di

masa datang” dan kehidupan sehari – hari harus menjadi sumber

aktivitas dimana anak dapat belajar tentang kehidupan dan

ketrampilan yang dibutuhkan dalam hidup.

Sekolah Dewey berlandaskan 5 prinsip dasar, yang kesemuanya

sangat kontemporer dan dapat diaplikasikan pada praktik pendidikan

anak usia dini saat ini :

A. Pengalaman awal anak di sekolah mencerminkan kehidupan di

rumah (memasak, menjahit, membuat konstruksi); keahlian

akademis adalah hasil pertumbuhan dari kegiatan – kegiatan

ini.

B. Anak – anak adalah bagian dari masyarakat di sekolah yang

berfokus pada kerja sama.

19

C. Pembelajaran difokuskan kepada masalah – masalah yang

dipecahkan anak (sebagai contoh, angka – angka dipelajari

lewat pemahaman buku lewat penghafalan tabel perkalian).

D. Motivasi terkait dengan pengalaman dan anak.

E. Peran guru adalah untuk memahami anak dan untuk memilih

masalah – masalah yang menstimulasi anak.

• Jean Piaget dan teori pembelajaran konstruktivis (1896 – 1980)

Ia selalu tertarik dengan cara manusia belajar dan berkembang

secara intelektual, di mulai dari lahir dan berlanjut di sepanjang hidup.

Ia mendedikasikan hidupnya untuk bereksperimen, mengamati anak –

anak dan mengembangkan dan menulis tentang pendekatan teori

kognitif – nya dalam pembelajaran.

• Lev Vygotsky dan teori sosiokultural (1896 – 1934)

A. Teori sosiokultural

Teorinya bermanfaat untuk menjelaskan tentang

perkembangan mental, bahasa dan sosial anak. Teorinya juga

memiliki banyak implikasi yang menyangkut bagaimana

permainan anak mendukung perkembangan bahasa dan sosial.

Ia meyakini bahwa perkembangan mental, bahasa dan sosial

didukung dan ditinkatkan oleh orang lain lewat interaksi sosial.

“Proses belajar membangkitkan berafam proses perkembangan

yang dapat terjadi, hanya ketika anak berinteraksi dengan orang –

orang di sekitarnya ketika anak bekerja sama dengan teman –

temannya. Ketika proses – proses ini terjadi, proses – proses

tersebut menjadi bagian dari pencapaian perkembangan anak

yang bebas.”

B. Teori intersubjektivitas

Ini adalah konsep kedua dari Vygotsky yang didasarkan pada

gagasan bahwa “individu mehami tugas, masalah atau

pembicaraan dengan pemahaman subjektif mereka sendiri. Jika

20

kemudian mereka mendiskusikan sudur pandang mereka yang

berbeda – beda, pemahaman bersama dapat dicapai. Dengan kata

lain, dalam hal komunikasi partisipan mungkin mencapai

pemahaman yang disepakati bersama atau intersubjektif.”

Ia juga meyakini bahwa komunikasi antara guru dengan anak

sangatlah penting dan menjadi sarana untuk membantu anak

berkembang. Banyak praktik mengajar saat ini seperti belajar

bersama, memecahkan masalah bersama pendampingan,

kolaborasi, pembimbing dan bentuk – bentuk lain pendamping

belajar didasarkan pada teori belajar dan perkembangan

Vygotsky.

• Abraham Maslow dan teori aktualisasi diri (1908 – 1970)

Ia mengembangkan teori motivasi yang disebut aktualisasi diri

yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan manusia. Ia

mengidentifikasi aktualisasi diri atau kepuasan diri sebagai kebutuhan

manusia terbesar, namun anak – anak dan orang dewasa tidak dapat

mencapai aktualisasi diri sebelum kebutuhan – kebutuhan dasar

mereka terpenuhi.

Kebutuhan – kebutuhan dasar meliputi :

A. Nutrisi

B. Keamanan dan kemapanan

C. Kasih sayang dan keanggotaan

D. Kepercayaan diri

• Erik Erikson dan teori psikososial (1902 – 1994)

Ia mengembangkan teorinya tentang perkembangan psikososial

berdasarkan pendapat, bahwa perkembangan sosial dan kognitif

terjadi bersamaan dan tidak dapat dipisahkan. Menurutnya,

kepribadian dan ketrampilan sosial anak tumbuh dan berkembang

dalam masyarakat dan sebagai respon terhadap permintaan, harapan,

nilai dalam masyarakat dan institusi sosial seperti keluarga, sekolah,

dan program pendidikan anak. Orang dewasa, terutama orangtua dan

guru adalah bagian penting dari lingkungan dan oleh karenanya

21

memegang peranan penting dalam membantu anak mengembangkan

kepribadian dan kemampuan kognitifnya.

• Urie Bronfenbrenner dan teori ekologi (1917 – 2005)

Teori ini melihat perkembangan anak – anak dalam konteks

sistem hubungan yang membentuk lingkungan mereka. Ada 5 sistem

lingkungan yang saling berkaitan :

A. Mikrosistem

Mencakup lingkungan orangtua, keluarga, teman sebaya,

pengasuh anak, sekolah, para tetangga, kolompok keagamaan,

dsb. Anak bertindak mempengaruhi sistem ini dan juga

dipengaruhi oleh sistem ini.

B. Mesosistem

Mencakup jalinan atau interaksi di antara mikrosistem.

C. Eksosistem

Sistem lingkungan yang berisi kejadian – kejadian yang

terhadapnya anak – anak tidak memiliki interaksi langsung,

tetapi mempengaruhi mereka dengan cara apa pun.

D. Makrosistem

Mencakup budaya, adat dan nilai masyarakat secara umum.

E. Kronosistem

Mencakup pengaruh lingkungan dari waktu ke waktu beserta

caranya mempengaruhi perkembangan dan perilaku.

• Howard gardner dan teori kecerdasan jamak (1943)

Ia telah memainkan peran penting dalam pendidikan untuk

memikirkan ulang konsep kecerdasan. Filosofinya menyatakan

bahwa orang dapat “pintar” dengan banyak cara.

Gardner telah mengidentifikasikan 9 kecerdasan :

A. Visual / spasial (penglihatan / keruangan)

B. Verbal / linguistik

22

C. Matematika / logika

D. Ketubuhan / kinestetika

E. Musik / irama

F. Antar – pribadi

G. Dalam pribadi

H. Naturalis

I. Eksistensialis

2.1.7 Kronologi Sejarah PAUD dalam Dunia

Tabel 2.1 Kronologi Sejarah PAUD dalam Dunia

TAHUN KETERANGAN

1524

Martin Luther berjuang untuk mendapatkan dukungan

publik terhadap pendidikan bagi semua anak dalam

tulisannya Letter to Mayors and Aldermen of All the

Cities of Germany in Behalf of Christian Schools.

1628

Tulisan John Amos Comenius The Great Didactic

menyatakan tentang nilai pendidikan bagi semua anak

menurut hukum alam.

1762

Jean – Jacques Rousseau menulis Emile, yang

menjelaskan bahwa pendidikan harus memperhatikan

perkembangan alami dan minat anak.

1801

Johann Pestalozzi menulis How Gertrude Teaches Her

Children, yang menekankan pendidikan di rumah dan

belajar lewat penemuan.

1816

Robert Owen membangun sekolah anak di Inggris di

Pemintalan kapan New Lanark, dan meyakini bahwa

pendidikan dini dapat menetralkan pengaruh buruk

lingkungan rumah.

1817 Thomas Gallaudet mendirikan sekolah asrama pertaman

bagi anak – anak tuli di Hartford, Connecticut.

1836 William McGuffey mulai menerbitkan Eclectic Reader

23

untuk siswa – siswa Sekolah Dasar; tulisannya memiliki

pengaruh besar dalam perilaku moral dan kemampuan

menulis di abad 19.

1837

Fredrich Froebel, yang dikenal sebagai “bapak taman

kanak – kanak”, mendirikan TK pertama di

Blankenburgh, Jerman.

Horace Mann memulai pekerjaannya sebagai sekertaris

Dewan Pendidikan Massachusetts; ia sering disebut

“bapak sekolah umum” karena perannya dalam membantu

pembangunan sistem sekolah dasar di Amerika Serikat.

1856

Mrs. Margaretha Schurz mendirikan TK pertama di

Amerika Serikat di Watertown, Wsconsin; sekolah ini

didirikan untuk anak – anak imigran Jerman, dan program

ini menggunakan bahasa Jerman.

1860

Elizabeth Peabody membuka taman kanak – kanak swasta

di Boston, Massachusetts, bagi anak – anak berbahasa

Inggris.

1871

Program pelatihan guru pertama bagi guru TK dimulai di

Oshkosh Normal School, Oshkosh, Wisconsin.

Taman kanak – kanak negeri pertama di Amerika Utara

dimulai di Ontario, Kanada.

1873

Susan Blow membuka TK negeri pertama di Amerika

Serikat di St. Louis, Missouri, sebagai usaha kerja sama

dengan pengawas sekolah, William Harris.

1876 Model TK ditunjukkan di Philadelphia Centennial

Exposition.

1884 Asosiasi guru SD, TK dan Prasekolah Amerika dibentuk

untuk melayani konsultasi bagi guru – guru lain.

1892 Persatuan TK Internasional (The International

Kindergarten Union / IKU) didirikan.

1896

John Dewey mendirikan sekolah laboraturium di

Universitas Chicago, dan mendasarkan programnya pada

pembelajaran yang berpusat pada anak dengan penekanan

24

pada pengalaman pada hidup.

1907

Maria Montessori mulai membuka prasekolah pertamanya

di Roma yang disebut Rumah Anak – anak; metode

mengajarnya yang terkenal hingga sekarang didasarkan

pada teori yang mengatakan bahwa anak – anak belajar

terbaik sendiri di lingkungan yang disiapkan dengan baik.

1911

Margaret dan Rachel McMillan mendirikan TK di alam

terbuka di Inggris di mana kelas diadakan di luar ruangan;

penekanannya adalah pada hidup sehat.

1915 Eva McLin membuka TK U.S Montessori pertama di kota

New York.

1918 TK negri pertama mulai dibuka di Inggris.

1919

Harriet Johnson mulai membuka TK Departemen

Penelitian Pendidikan, yang kemudian menjadi Fakultas

Pendidikan Bank Street.

1921

Patty Smith Hill membuka TK lab progresif di

Universitas Keguruan Columbia.

A.S Neill mendirikan Summerhill, sekolah percobaan

berbasis ide – ide Rousseau dan Dewey.

1922

Abigail Eliot, yang terpengaruh oleh adanya sekolah alam

terbuka di Inggris dan melandaskan programnya pada

kebersihan diri dan kesopanan, membuka TK Ruggies

Street di Boston.

1924

Pendidikan Anak Usia Dini, jurnal profesional pertama

dalam bidang pendidikan anak usia dini diterbitkan oleh

IKU.

1926 Asosiasi Nasional Pendidikan TK (National Association

of Nursery Education / NANE) didirikan.

1930 IKU berubah nama menajadi Asosiasi Pendidikan Anak

Usia Dini.

1935 Perpustakaan pertama yang meminjamkan mainan, Toy

Loan, didirikan di Los Angeles.

1943 Pusat – pusat pengasuhan Anak Kaiser dibuka di Portland,

25

Oregon, untuk menyediakan pengasuhan anak selama 24

jam bagi anak – anak dari ibu yang bekerja di industri

perlengkapan perang.

1946 Dr. Benjamin Spock menulis buku berjudul Common

Sense Book of Baby and Child Care.

1950

Erik Erikson menerbitkan tulisannya tentang “delapan

tahun atau tahap” perkembangan kepribadian dan “tugas”

tertentu untuk tiap tahap perkembangan; informasi,

dikenal sebagai “Kepribadian dalam Perkembangan,”

menjadi dasar Konferensi Gedung Putih 1950 tentang

anak – anak dan remaja.

1957 Buku The Origin of Intellegence in Children karya Jean

Piaget diterbitkan dalam terjemahan Bahasa Inggris.

1960

Katherine Whiteside Taylor mendirikan Dewan Kerja

Sama Orang Tua Siswa Amerika bagi mereka yang

tertarik bertukar gagasan tentang pendidikan anak;

selanjutnya organisasi ini menjadi Sekolah Anak Kerja

Sama Orang Tua Siswa International.

1964

Undang – undang Kesempatan Ekonomi tahun 1964

disahkan ini menandai awal perang melawan kemiskinan

dan menjadi dasar program Head Start.

1965

Program Head Start dimulai dengan dana pemerintah

yang dialokasikan untuk pendidikan anak; program –

program awal dikenal sebagi pusat – pusat perkembangan

anak.

1967 Program Follow Through (lanjutan) dimulai untuk

memperluas program Head Start hingga kelas – kelas SD.

1971

Perusahaan Street Ride di Boston adalah yang pertama

memulai program pendidikan anak yang didanai

perusahaan.

1972

Program Nasional Home Start dimulai dengan tujuan

untuk melibatkan orang tua dalam pendidikan anak – anak

mereka.

26

1975

Hukum Publik 94 – 142, Undang – undang Pendidikan

bagi semua anak cacat disahkan, yang mengamanatkan

pendidikan gratis dan layak bagi semua anak – anak cacat

dan memperluas hak – hak orangtua anak – anak tersebut.

1980 Lekotek (perpustakaan yang meminjamkan mainan)

pertama di Amerika dibuka di Evanston, Illinois.

1982 Badan legislatif Mississipi mendirikan TK negeri wajib di

seluruh negara bagian.

1984

Yayasan pendidikan High / Scope mengadakan penelitian

yang mendokumentasikan nilai program anak berkualitas

tinggi bagi anak – anak miskin, penelitian ini akan banyak

dikutip di tahun – tahun mendatang oleh mereka yang

mendukung perluasan program Head Start dan program –

program anak usia dini lainnya.

1985

Head Start merayakan ulang tahun ke 20 dengan resolusi

bersama anatara senat dan DPR “menegaskan kembali

dukungan kongres”.

1986

Juru bicara A.S untuk pendidikan memproklamirkan

tahun SD, dengan menyatakan “Mari lakukan apa yang

kita bisa tahun ini untuk mengingatkan negari ini bahwa

waktu yang dihabiskan anak – anak kita di SD sangatlah

penting untuk kehidupan mereka di masa depan.”

Hukum publik 99 – 457, Amandemen Undang – undang

Pendidikan bagi anak – anak cacat, membuat kebijakan

nasional tentang intervensi awal yang bermanfaat,

memberi bantuan bagi negara bagian untuk membangun

sistemantar layanan, dan menunjukkan peran khusus

keluarga dalam perkembangan anak – anak cacat mereka.

1988

Program Even Start diadakan oleh Departemen

pendidikan A.S sebagai program pendidikan orang tua /

baca tulis.

1989 Konvensi PBB tentang hak – hak anak disetujui oleh

majelis umum PBB

27

1990

Konvensi PBB tentang hak – hak anak mulai berpengaruh

sejak penandatanganannya oleh 20 negara.

Head Start merayakan ulang tahun ke 25.

1991

Education Alternative, Inc., perusahaan berorientasi laba,

membuka SD South Pointe di Miami, Florida. Sekolah

negeri pertama di A.S yang dijalankan oleh perusahaan

swasta.

1995

Re-orientasi Head Start membuat program baru, Head

Start Dini, bagi ibu – ibu hamil dan keluarga bayi dan

balita berpenghasilan rendah.

1996 Dana perlindungan anak mempelopori kampanye anak.

1997 Konferensi Gedung Putih mengenai pengasuhan anak

diadakan.

1999

Florida menjadi negara bagian pertama di A.S yang

mengesahkan rancangan voucher sekolah di seluruh

negarabagian; hukum memberikan kesempatan kepada

anak – anak di sekolah – sekolah negeri bermutu buruk

untuk masuk sekolah – sekolah swasta.

2000 Head Start merayakan ulang tahun ke 30.

Goals 2000 merayakan ulang tahun ke 10.

2001

NAEYC merayakan ulang tahun ke 75.

Undang – undang pendidikan No Child Left Behind

menandai program baca tulis dini.

2003

Awal dekade baca tulis : semua ahli pendidikan anak usia

dini dihimbau oleh PBB untuk beraksi melawan buta baca

tulis di seluruh dunia.

2004 Tahun keluarga internasional merayakan ulanng tahun ke

10.

2005

Head Start merayakan 40 tahun kesuksesannya.

Proyek High / Scope sekolah Anak Perry menandai 40

tahun penelitiannya tentang partisipan dan pengaruh

pendidikan anak usia dini.

28

2006

Lebih dari 40 negara bagian membuat undang – undang

pengasuh anak usia dini yang menggarisbawahi

popularitas program anak.

2007 Penganut paham Montessori di seluruh dunia merayakan

100 tahun pendidikan di Montessori.

Sumber : Dasar – dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Morrison, 70

2.2 Taman Kanak – kanak

2.2.1 Pengertian

Taman kanak – kanak adalah jenjang pendidikan formal pertama

untuk anak – anak yang berusia 4 – 6 tahun sebelum memasuki pendidikan

sekolah dasar. Seperti yang sudah tertera pada Undang – undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 28 (1) yang bunyinya “Pendidikan

anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.” Maka dari

itu anak – anak yang berusia dini diwajibkan untuk mengikuti program

Taman Kanak – Kanak dahulu sebelum mengikuti program yang lebih tinggi.

TK terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok A untuk anak usia 4 – 5

tahun dan kelompok B untuk anak usia 5 – 6 tahun. Untuk layanan program,

TK dilaksanakan minimal 6 hari dalam seminggu dengan jam layanan

minimal 2,5 jam per hari. Jumlah layanan dalam satu tahun minimal 160 hari

atau 34 minggu.

Sebutan “Taman” pada Taman Kanak – kanak mempunyai arti sendiri

yaitu tempat yang aman dan nyaman untuk bermain sambil belajar maka dari

itu suatu TK dituntut untuk mampu menciptakan lingkungan bermain yang

kreatif dan aman yang dimana TK tersebut nantinya akan menjadi wahana

tempat tumbuh kembangnya anak – anak.

Rasio antara pendidik dan anak dalam standar pelayanan minimal

(SPM) adalah 1 : 25. Sedangkan rasio idealny adalah satu orang pendidik

melayani 10 / 12 anak.

Untuk sekolah TK perlu adanya persyaratan administrasi, antara lain

yaitu :

29

• Memiliki lembaga yang berbadan hukum dan terdaftar di Dinas

Sosial.

• Memiliki izin penyelenggaraan dari Suku Dinas Kotamadya

• Memiliki kurikulum TK dan perangkatnya.

• Memiliki sarana bermain, meliputi outdoor dan indoor.

• Memiliki prasarana dan sarana sesuai dengan SPM dan SK

Gubernur tentang penyelenggaraan PAUD.

• Memiliki sumber pembiayaan sekurang – kurangnya untuk jangka

waktu 5 tahun.

2.2.2 Sejarah

TK mempunyai sejarah yang panjang, melalui sejarah yang ada dan

yang sudah diteliti maka akan mempermudah untuk memahami asal usul TK

dari tahun ke tahunnya.

• Friedrich Froebel

Konsep dan program TK ini diimpor dari Jerman ke Amerika

Serikat pada abad 19. Mereka memiliki gagasan bahwa

pembelajaran dapat didasarkan pada permainan dan minat anak,

dengan kata lain, pembelajaran terpusat pada anak. Kebanyakan

sekolah Eropa dan Amerika berorientasi pada mata pelajaran dan

menekankan pengajaran ketrampilan dasar. Selain itu Froebel

adalah orang pertama yang menganjurkan pendidikan umum

untuk anak di luar rumah. Gagasan Froebel untuk mendidik anak

– anak sebagai kelompok di sebuah tempat khusus di luar rumah

adalah gagasan revolusioner.

• Margarethe Schurz

Ia mendirikan TK pertama di Amerika Serikat. Ia sempat

mempelajari tentang prinsip – prinsip Froebel di Jerman, setelah

itu ia kembali ke Amerika Serikat. Pada tahun 1856, ia membuka

TK di Watertown, Wisconsin.

• Elizabeth Peabody

30

Setelah terpengaruh akan Margarethe Schurz dan gagasan

Froebel, maka Elizabeth membuka TK di Boston pada tahun

1860. Ia dan saudara perempuannya, Mary Mann, menerbitkan

sebuah buku yang berjudul Kindergarten Guide. Ia yang

mempopulerkan metode Froebel di Amerika Serikat sehingga ia

disebut sebagai promotor utama di Amerika Serikat.

• Susan Blow

Ia mendirikan TK pertamanya di St. Louis, Missouri, pada tahun

1873. Ia berkeja sama dengan pimpinan sekolah St, Louis yaitu

William T. Harris. Setelah itu Harris menjadi Komisaris Pendidikan

A.S, ia mendukung dan menyetujui akan gagasan Froebel.

• Patty Smith Hill

Pada saat menuju abad 20, banyak pimpinan TK berpikir bahwa

program dan pelatihan harus terbuka terhadapa percobaan dan inovasi

dan tidak hanya terpaku dengan gagasan Froebel saja. Patty lah yang

mempelopori dan meyakinkan para pimpinan – pimpinan TK untuk

membuat suatu inovasi baru pada saat abad 20.

2.2.3 Tujuan

Setiap upaya pasti memiliki tujuannya masing – masing, tujuan ini

merupakan target yang hendak dicapai dari upaya yang sudah dilakukan.

Secara umum T aman Kanak - kanak bertujuan untuk mengembangkan

berbagai potensi anak yang terlihat atau potensi yang belum diasah sejak dini

sebagai persiapan untuk hidup dan menyesuaikan diri dengan lingkungan

sekitarnya. Selain itu juga bertujuan untuk menyiapkan siswa dan siswi

mengikuti pengajaran formal dengan mendorong perkembangan kemampuan

sosial mereka.

Selain yang disebutkan di atas, secara khusus Taman Kanak – kanak

bertujuan untuk :

• Agar anak percaya akan adanya Tuhan dan mencintai sesamanya.

31

• Agar anak mampu mengelola ketrampilan tubuhnya, termasuk

gerakan motorik kasar dan motorik halus, serta agar mampu

menerima ransangan sensorik.

• Agar anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman

bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif sehingga

dapat bermanfaat untuk berpikir dan belajar.

• Agar anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan,

memecahkan masalah dan menemukan sebab – akibat.

• Agar anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial,

peranan masyarakat, menghargai keragaman sosial dan budaya,

serta mampu mengembangkan konsep diri yang positif dan

kontrol diri

• Agar anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, berbagai

bunyi.

2.2.4 Manfaat bagi Anak

Ada pun manfaat anak – anak memasuki sekolah TK, antara lain yaitu

:

1. Mendapatkan ilmu

Di mana pun dan dalam bentuk apa pun, tujuan sekolah tidak lain

adalah mencari ilmu. Adanya guru dimaksudkan untuk memberikan

ilmunya kepada murid. TK sebagai salah satu unit pendidikan, yang

sudah jelas pastinya mendidik anak – anak sebuah ilmu yang sesuai

dengan perkembangan usia, mental, intelektual dan moralnya. Paling

tidak anak – anak bisa mengetahui nama – nama sesuatu dalam

kehidupan ini, angka, huruf, dan sejenisnya.

2. Bermain sambil belajar

Dalam proses belajar – mengajar, anak usia dini membutuhkan

metodologi yang menarik san simpatik, yaitu belajar sambil bermain.

Sebab, kecenderungan anak – anak untuk bermain sangatlah besar.

Dengan demikian, menjadikan permainan sebagai media pembelajaran

adalah sebuah terobosan penting. Anak bisa merasa senang karena

32

hobinya bisa tersalurkan, sementara para orang tua merasa senang

anaknya bisa betah dalam lingkungan sekolah.

3. Melatih kemandirian

Jika anak pada usia dini hanya dibiarkan saja dirumah, lama

kelamaan mereka akan cenderung lebih manja, selalu bergantung pada

orang tua mereka. Dan sifat tersebut akan terbawa sampai dia besar

nantinya. Maka dari itu dengan memasukan anak – anak pada sekolah

TK, mereka akan berhadapan dengan teman sebayanya dan guru –

guru, yang dimana mereka akan bertemu dengan orang – orang yang

tidak mereka kenal dengan begitu mereka akan canggung untuk

meminta bantuan sehingga dengan sendirinya anak tersebut bisa

melakukan pekerjaannya sendiri.

4. Mengetahui bakat dan potensi diri

Bakat dan potensi diri akan sulit diketahui jika anak hanya berada

di rumah. Dengan sekolah TK, maka akan terlihat bakat dan potensi

apa yang dimiliki oleh seorang anak. Para orang tua bisa mengetahui

perkembangan anaknya dari waktu ke waktu dengan berkonsultasi

dengan guru anak mereka karena para guru – guru lah yang nantinya

akan mengawasi tiap – tiap pribadi seorang anak setelah itu mereka

akan membuat sebuah laporan untuk masing – masing orang tua anak.

5. Melahirkan kesadaran sosial

Dengan memasukkan anak ke dalam sekolah TK, kesadaran

pentingnya bergaul sesama, bertukar pikiran, bermain bersama, dan

belajar bersama mulai tumbuh pada kehidupan anak – anak. Ia akan

mendapatkan teman – teman yang seumuran dengan dia dan yang bisa

diajak bermain bersama, dan itu akan membuat mereka merasa senang

dan bersemangat dalam menjalankan kehidupannya mereka pada saat

masih kecil.

33

2.2.5 Manfaat bagi Orangtua

1. Memberikan kesibukan positif pada anak.

Memasukkan anak dalam sekolah TK adalah upaya orang tua

agar anak mempunyai kesibukan yang positif bagi masa depannya.

Dengan adanya kurikulum, tenaga pengajar, sarana prasarana dan

manajemen sekolah yang nantinya akan membawa warna baru dalam

kehidupan anak yang tidak biasa ia rasakan dalam keluarga. Orang tua

yang melihat anaknya berkembang positif pasti akan sangat bahagia

dan bangga karena melihat anaknya sudah mempunyai kesibukan

yang positif dan yang sangat bermanfaat bagi masa depannya kelak.

2. Membantu melatih kedisiplinan anak.

Dengan adanya jadwal disekolah, anak menjadi terlatih disiplin.

Tetapi orang tua pun haruslah memberikan contoh teladan kepada

anaknya dalam kedisiplinan waktu. Maka nanti anak akan mengikuti

apa yang sudah dicontohkan oleh orang tua mereka.

Pada zaman sekarang ini banyak orang sukses karena kedisiplinan

waktu mereka. Dengan membiasakan anak disiplin sejak kecil,

kesempatan anak untuk sukse di masa yang akan datang sangat besar.

Selain keteladanan, ketegasan juga diperlukan dari orang tua karena

dengan begitu anak akan menjadi hormat dan mentaati peraturang

yang ada.

3. Lebih mudah memotivasi belajar anak di rumah.

Dengan disekolahkannya si anak, maka orang tua mempunyai

alasan yang kuat untuk menyuruh anak mereka untuk belajar sesuai

dengan materi yang sudah diajarkan disekolah. Dalam hal ini orang

tua lebih mudah membentuk mental belajar pada anak.

4. Mengembangkan bakat anak secara maksimal.

Ketika para orang tua memasukkan anaknya ke sekolah TK,

dengan berjalannya waktu orang tua akan bisa melihat kemampuan

yang ada pada anaknya. Dari situlah orang tua akan menyimpulkan

34

bakat apa yang dimiliki anaknya tersebut dan nantinya akan

dikembangkan lebih lanjut di kemudian harinya nanti dengan

memasukkan anak mereka ke dalam bentuk kursus, pelatihan dan

sejenisnya agar mereka bisa mahir dalam bakatnya nanti.

5. Mengontrol perkembangan anak.

Pada zaman sekarang ini banyak sekali orang tua yang sibuk

dengan pekerjaannya sehingga waktu untuk mengurus anak mereka

sangatlah kurang. Dengan adanya sekolah TK itu memudahkan orang

tua untuk mengetahui seperti apa perkembangan anak mereka,

moralitasnya, karakteristiknya, tanggung jawabnya, inteligensinya dan

hal – hal lainnya yang terkait dengan anak mereka dengan cara

berkonsultasi dengan guru anak mereka.

2.2.6 Kendala

Ada beberapa kendala umum yang terdapat pada pengembangan

pendidikan TK, yaitu :

1. Pemerintah

Pemerintah sepertinya masih separuh hati memberikan perhatian

pada TK. Ada beberapa kasus yang dimana pemerintah terkesan

mempersulit atau terkesan menghalang – halangi pendirian TK.

2. Kesadaran orang tua

Kesadaran para orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke TK

masih tergolong sangat rendah di negara ini. Kebanyakan mereka

lebih memilih untuk tidak menyekolahkan anak mereka dengan

berbagai alasan, contohnya saja seperti keadaan perekonomian

keluarga.

3. Tenaga pengajar

Minimnya sarjana dalam bidang pendidikan usia dini sehingga

membuat tenaga pengajar khususnya untuk mengajar anak – anak

dalam usia dini sangat sedikit.

35

4. Anggaran

Permasalahan yang ini berkaitan dengan pemerintah karena

pemerintah diharapkan memberikan bantuan finansial untuk pendirian

dan pengembangan TK. Selain itu juga pemerintah diharapkan untuk

memikirkan anggaran – anggaran lainnya, contohnya saja seperti

anggaran menggaji guru, membangun gedung, membayar karyawan

haruslah ditangani secara serius.

5. Sarana dan prasarana

Pendidikan TK juga memerluka sarana dan prasarana yang

lengkap dan memadai. Berbagai macam tempat dan peralatan bermain

dan lain – lainnya menjadi kebutuhan utama dalam proses belajar –

mengajar.

2.2.7 Persyaratan Umum TK

Adapun persyaratan untuk teknis penyelenggaraan TK :

1. Lingkungan TK

Harus dapat menciptakan suasana rasa aman kepada anak untuk

belajar dan berkembang, sehingga anak merasa di rumahnya sendiri.

Lingkungan sekolah haruslah disusun dan direncanakan sesuai dengan

kegiatan dan jumlah anak. Fasilitas yang terdapat di lingkungan

sekolah haruslah dapat digunakan untuk kegiatan dan perkembangan

motorik kasar pada anak – anak.

2. Tempat belajar

Gedung sekolah hendaknya didirikan dengan bangunan / grdung

permanen yang mudah dijangkau oleh orang tua anak – anak. Sebuah

sekolah harus memiliki surat yang sah dan izin dari instansi yang

berwenang.

3. Ruangan

Luas ruangan harus disesuaikan dengan jumlah siswa yang

nantinya yang berada disebuah kelas, yang sangat perlu diperhatikan

36

agar anak dapat leluasa untuk bergerak dan tidak bertabrakan antara 1

anak dengan anak lainnya pada saat di kelas. Ruangan juga harus

dilengkapi dengan penerangan dan ventilasi yang cukup.

Memiliki sekurang – kurangnya :

• Satu ruang serbaguna.

• Satu ruang untuk kantor administrasi.

• Satu dapur.

• Satu ruang makan.

• Satu kamar mandi / WC untuk anak – anak.

• Satu kamar mandi / WC untuk orang dewasa.

• Satu gudang.

• Satu ruang untuk pemeriksaan oleh dokter kunjungan

dan ruang isolasi untuk anak yang mendadak sakit atau

bisa juga sebagai ruang konsultasi dengan psikolog.

4. Perabot

Setiap ruangan dilengkapi dengan keperluan yang dibutuhkan,

contohnya seperti : meja, kursi, rak buku, loker kecil, rak untuk alat

permainan.

5. Sarana belajar

Untuk menunjang proses perkembangan anak dalam usia dini di

sekolah TK hendaknya menyediakan sarana – sarana tambahan untuk

mengasah bakat anak – anak, contohnya seperti ruangan perpustakaan,

ruangan musik, ruangan lab komputer, ruangan olahraga, ruang

bermain indoor, ruang melukis, ruang menari.

2.2.8 Kurikulum TK

Soemantri mengemukakan bahwa kurikulum adalah sautu

perencanaan pengalaman belajar secara tertulis. Khusu yang berkaitan dengan

TK ia mengemukakan bahwa kurikulumadalah seluruh usaha / kegiatan

sekolah untuk merangsang anak supaya belajar dalam rangka pengembangan

seluruh aspek yang ada pada dirinya, baik di dalam maupun di luar kelas serta

37

lingkungannya. Ini berarti kurikulum dapat diketahui gambaran pengalaman

belajar apa yang anak peroleh.

Dari sejak munculnya pendidikan TK di Indonesia hingga sekarang

terdapat beberapa kurikulum, yaitu kurikulum 1964 , 1976, 1984 dan 1994.

Semua itu disusun melalui berdasarkan pemilihan topik atau tema. Ini

dimaksudkan, agar pembelajaran dapat memberikan kesempatan kepada anak

untuk mempelajari fakta dalam konteksnya sehingga informasi atau

pengetahuan yang diperoleh berarti / bermakna dalam pengembangan

pengetahuan dan ketrampilan anak.

2.3 Permainan Anak - Anak

Usia dini pada anak – anak adalah usia yang efektif untuk mengembangkan

berbagai macam potensi untuk anak – anak. Untuk mengembangkan potensinya

dapat dilakukan dengan mengajak mereka untuk bermain. Karena dengan bermain

mereka akan merasa senang. Dalam usia mereka perlu diperhatikan proses

pembelajaran yang menerapkan prinsip PAKEMI (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif,

Efektif, Menyenangkan dan Inovatif).

Bermain adalah hal yang penting bagi anak untuk perkembangan kognitif dan

sosio – emosi anak – anak. Dengan bermain mereka bisa mengekspresikan perasaan

mereka.

2.3.1 Fungsi

Dengan bermain anak – anak dapat mengembangkan fisik, motorik,

sosial, kognitif, kreativitas, bahasa, perilaku, ketajaman penginderaan,

melepaskan ketegangan, da terapi bagi fisik, mental mereka. Selain itu ada

beberapa fungsi lainnya yaitu :

• Permainan meningkatkan afiliasi dengan teman sebaya,

mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif,

meningkatkan daya jelajah, dan memberi tempat berteduh yang

aman bagi perilaku yang secara potensial berbahaya.

• Permainan meningkatkan kemungkinan bahwa anak – anak akan

berbicara dan berinteraksi dengan satu sama lain.

38

• Permainan sebagai wadah untuk mempraktikkan peran – peran

yang mereka akan laksanakan dalam hidup masa depannya.

2.3.2 Manfaat

Ketrampilan dan potensi pada anak dapat berbentuk melalui 3 aspek

perkembangan yaitu aspek kognitif, fisik dan sosio – emosi. Bermain dapat

memberikan manfaat bagi ketiga aspek tersebut, di antaranya :

1. Manfaat bagi aspek kognitif.

Dengan bermain anak mampu mengembangkan daya pikirnya.

Selain bermain sebagai sarana rekreasi, bermain juga harus memiliki

nilai – nilai edukasi didalam permainan. Sehingga anak memiliki

kemampuan mengembangkan pengetahuannya.

2. Manfaat bagi aspek fisik.

Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan

kegiatan yang melibatkan gerakan – gerakan tubuh yang membuat

anak sehat dan otot – otot tubuh mereka akan menjadi lebih kuat.

Perkembangan fisik inilah berpengaruh pada perkembangan motorik

halus dan motorik kasar yang mana dalam bermain membutuhkan

gerakan dan koordinasi tubuh (tangan, kaki, dan mata). Selain itu

berpengaruh juga pada perkembangan alat indera (penglihatan,

pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan) yang

memberikan manfaat bahwa dengan bermain anak akan lebih tanggap

atau peka terhadap hal – hal disekitarnya.

3. Manfaat bagi aspek sosio – emosi.

Dalam bermain ada keterlibatan emosi dan kepribadian. Melalui

bermain anak dapat melepaskan ketegangan dalam dirinya dan

nantinya mereka akan merasa lega dan relaks.

Dengan bermain anak diajarkan untuk mempunyai rasa percaya

diri, bersikap suportif terhadap sesama, dan melatih kemampuan untuk

bisa membangun hubungan yang kompetetif dengan teman dengan

39

nilai yang positif. Selain itu juga bermain dapat melatih konsentrasi

seperti melatih konsep dasar warna, bentuk, dan lain – lainnya.

Adapun pendapat dari para orang – orang ahli mengenai manfaat

bermain bagi anak, yaitu :

1. Menurut Isenberg dan Jalongo.

• Manfaat untuk perkembangan kognitif.

Bahwa dengan bermain anak mulai mengeti akan dunia, anak

mampu untuk mengembangkan pemikiran yang fleksibel dan

berbeda dan anak memiliki kesempatan untuk menemui dan

mengatasi permasalahan – permasalahan yang sebenarnya.

• Manfaat untuk perkembangan sosial dan emosional.

Anak mengembangkan keahlian berkomunikasi secara verbal

maupun non – verbal melalui negoisasi peran, mencoba untuk

memperoleh akses untuk permainan yang berkelanjutan atau

menghargai perasaan orang lain.

2. Menurut Montololu.

• Bermain memicu kreatifitas anak.

• Bermain bermanfaat bagi kecerdasa otak anak.

• Bermain bermanfaat menanggulangi konflik bagi anak.

• Bermain bermanfaat untuk melatih empati.

• Bermain bermanfaat untuk mengasah panca indera.

• Bermain untuk melakukan penemuan.

3. Menurut Hartley, Frank dan Goldenson yang dikutip oleh

Moeslichatoen.

• Untuk melakukan berbagai peran yang ada dalam kehidupan

nyata.

• Mencerminkan pertumbuhan

• Untuk membantu mereka dalam memcahkan dan mencoba

berbagai penyelesaian masalah.

• Untuk menyalurkan perasaan yang kuat.

40

4. Menurut Hetherington dan Parke.

Dengan bermain anak akan meneliti lingkungan dan

mempelajari segala sesuatu yang dihadapinya. Bermain juga

dapat meningkatkan perkembangan sosial anak.

2.3.3 Karakteristik Permainan yang sesuai dengan Umur Anak

1. Pada usia 2 – 3 tahun.

Karakteristik permainan pada masa ini berdasarkan isi adalah

permainan untuk suatu ketrampilan (skill play) karena anak mulai

berkembang dalam fase otonomi (kemandirian) dan independennya

(kebebasan). Sedangkan berdasarkan karakteristik sosial, permainan

pada masa ini termasuk permainan dengan bermain bersama teman

tanpa interaksi (parallel play).

Pada masa ini, anak terlihat ingin berteman tetapi kemampuan

sosialnya belum memadai. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa

anak bermain secara spontan dan bebas serta dapat berhenti sesuka

mereka dan juga koordinasi motorik anak masih kurang sehingga anak

sering merusak mainan yang dipegangnya.

2. Pada usia 4 – 7 tahun.

Pada masa ini, inisiatif anak mulai berkembanga dan anak ingin

mengetahui lebih banyak lagi mengenai hal – hal disekitarnya. Anak

mulai berfantasi dan mempelajari model keluarga atau bermain peran,

seperti seorang guru dan lain – lainnya. Dalam bermain mereka akan

memiliki teman.

Karakteristik permainan pada masa prasekolah akhir berdasarkan

isi adalah permainan yang lebih banyak menggunakan simbol –

simbol atau yang sering disebut dengan permainan peran (dramatic

role play). Permainan yang meningkatkan ketrampilan (skill play)

juga masih berkembang pada masa ini.

Sedangkan berdasarkan karakteristik sosial, permainan pada masa

ini termasuk permainandengan bermain bersama teman – temannya,

41

tetapi tidak ada tujuan kelompok (association play). Dalam hal ini,

anak berinteraksi dengan saling meminjam alat permainan. Seiring

dengan bertambanya usia, anak mulai bermain bersama dengan tujuan

yang sudah ditetapkan dalam kelompok (cooperative play).

2.3.4 Syarat Permainan dalam TK

Dalam sebuah sekolah TK haruslah memiliki arena bermain dan yang

dimana alat – alat permainan mereka harus sangat diperhatikan secara

seksama dari segi keamanannya hingga segi psikologi untuk mereka. Untuk

mencapai manfaat yang optimal dari permainan anak – anak yang perlu

diperhatikan adalah :

• Permainan harus ditujukan untuk anak – anak TK.

• Difungsikan untuk mengembangkan berbagai perkembangan

anak.

• Permainan itu harus tidak boleh yang berbahaya bagi anak.

• Harus aman bagi anak – anak.

• Tidak membahayakan anak.

• Dapat digunakan untuk berbagai cara, bentuk, dan untuk

bermacam tujuan aspek pengembangan atau bermanfaat

multiguna.

• Berdasarkan minat seorang anak.

• Bisa mengembangkan daya fantasi anak.

• Mudah dibongkar – pasang.

• Sebaiknya arena bermain menyediakan beraneka ragam

permainan sehingga anak bisa lebih bereksplorasi dengan

berbagai jenis mainan yang ada.

• Bersifat konstruktif atau ada sesuatu yang dihasilkan.

• Dirancang untuk mendorong aktivitas dan kreativitas anak.

• Tingkat kesulitan permainan haruslah disesuaikan dengan tingkat

perkembangan seorang anak sehingga mereka mudah untuk

memainkannya.

42

• Kuat, dalam arti tidak mudah patah atau rusak karena dari sifat

dasar mereka yang selalu ingin tahu sehingga mereka akan

membongkar mainan yang dipegangnya dan terkadang mereka

akan membanting mainan yang ada disekitar mereka.

• Menarik dalam warna dan bentuknya.

• Mengandung nilai pendidikan.

Akan lebih menarik lagi jika permainan mereka berasal dari barang –

barang bekas yang sudah di daur ulang karena dengan begitu akan

menghemat biaya yang diperlukan untuk permainan anak – anak.

2.3.5 Kurikulum Sentra

Soemantri mengemukakan bahwa kurikulum adalah sautu

perencanaan pengalaman belajar secara tertulis. Khusus yang berkaitan

dengan TK ia mengemukakan bahwa kurikulum adalah seluruh usaha /

kegiatan sekolah untuk merangsang anak supaya belajar dalam rangka

pengembangan seluruh aspek yang ada pada dirinya, baik di dalam maupun di

luar kelas serta lingkungannya. Ini berarti kurikulum dapat diketahui

gambaran pengalaman belajar apa yang anak peroleh.

Dari sejak munculnya pendidikan TK di Indonesia hingga sekarang

terdapat beberapa kurikulum, yaitu kurikulum 1964 , 1976, 1984 dan 1994.

Semua itu disusun melalui berdasarkan pemilihan topik atau tema. Ini

dimaksudkan, agar pembelajaran dapat memberikan kesempatan kepada anak

untuk mempelajari fakta dalam konteksnya sehingga informasi atau

pengetahuan yang diperoleh berarti / bermakna dalam pengembangan

pengetahuan dan ketrampilan anak.

Kurikulum Sentra merupakan paradigma baru di bidang pendidikan

dan pengajaran. Dalam pembelajaran dengan kurikulum sentra ini tidak

diberikan secara klasikal, melainkan individual sesuai dengan tahap

perkembangan anak tersebut. Selama proses pembelajaran, guru dilarang

melakukan “3M”: melarang, menyuruh, marah/menghukum.

43

Basis pembelajaran kurikulum sentra adalah bermain sambil belajar.

Suasana belajar-mengajar dibangun untuk memberikan rasa nyaman dan

bahagia (happy learning). Untuk itu, guru bersama murid duduk dalam

lingkaran agar posisi mata guru sejajar dengan mata para murid sehingga

tidak ada jarak hierarkial. Materi belajar disampaikan secara interaktif dan

kongkret dengan menempatkan murid sebagai pusat. Ketika memasuki kelas

guru tidak datang dengan sikap “akan mengajar apa kepada anak hari ini”

melainkan “aku akan belajar apa dari anak hari ini.”

Kurikulum ini membangun “kecerdasan jamak” secara bersamaan

dan berimbang diantaranya kecerdasan logika-matematika, bahasa, tubuh

(kinestetik), ruang (spasial), kemandirian (intrapersonal), kepedulian sosial

(interpersonal) serta musik. Seluruh potensi kecerdasan itu dibangun melalui

sentra-sentra (wahana) bermain yang meliputi tiga jenis main: main

pembangunan, sensorimotor dan main peran.

Ada enam sentra yang disediakan agar anak-anak bisa bermain

gembira dan mendapatkan banyak pilihan pekerjaan dan setiap hari anak

bermain di Sentra yang berbeda (moving class). diantaranya adalah :

1. Sentra Persiapan (membangun kemampuan keaksaraan)

2. Sentra Balok (merangsang kemampuan konstruksi, prediksi, presisi,

akurasi, geometri, matematika)

3. Sentra Seni (membangun kreatifitas, sensori motor, kerjasama)

4. Sentra Bahan Alam (membangun sensori motor, fisika sederhana,

pemahaman akan batasan dan sebab-akibat)

5. Sentra Main Peran Besar dan Sentra Main Peran Kecil (mambangun

imajinasi, daya hidup, adaptasi, kemandirian, kebahasaan, kepemimpinan)

6. Sentra Imtak (iman dan takwa).

Di setiap Sentra kemampuan klasifikasi anak dibangun secara terus-

menerus agar mereka bisa memiliki konsep berpikir yang benar, kritis, dan

analitis. Anak-anak dirangsang untuk “menemukan sendiri” konsep-konsep

faktual mengenai bentuk, warna, ukuran, ciri, tanda, sifat, habitat, manfaat,

serta rangkaian sebab-akibat.

44

Sejak dini anak pun dirangsang untuk bisa mengekspresikan diri

dengan baik melalui kelisanan, tulisan dan gambar. Oleh karena itu, selama

proses belajar-mengajar guru melakukan komunikasi interaktif dengan

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar agar cara kerja otak

anak pun terstruktur dengan baik.

2.4 Psikologi Anak

2.4.1 Ruang Lingkup Perkembangan Psikologi Anak

Pada kamus besar bahasa Indonesia, anak diartikan dengan manusia

yang masih kecil, yaitu yang baru berumur 6 tahun. Jadi jika diartikan secara

bahasa, anak usia dini adalah sebutan bagi anak yang berusia antara 0 hingga

6 tahun. Pernyataan tersebut di sahkan pada Undang – Undang RI Nomor 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pada Pasal 1 Ayat 14

dinyatakan bahwa anak usia dini diartikan sebagai anak yang berusia lahir (0

tahun) sampai dengan 6 tahun.

Ada 3 tahapan yang akan di lalui oleh anak – anak pada usia dini

yaitu :

• Masa bayi dari usia lahir sampai dengan 12 bulan (satu tahun).

• Masa kanak – kanak / batita dari usia 1 tahun hingga 3 tahun.

• Masa prasekolah dari usia 3 tahun sampai dengan 6 tahun.

Adapun aspek – aspek perkembangan yang melingkupi perkembangan

anak usia dini antara lain aspek perkembangan motorik, kognitif, emosi,

sosial, budaya, bahasa, moral dan agama. Kelima aspek yang baru saja

dijelaskan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat berdiri sendiri dan

memiliki saling keterikatan. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

45

Diagram 2.2 Ruang Lingkup Perkembangan Psikologi Anak

Sumber : Psikologi perkembangan anak usia dini, Wiyani, 10

2.4.2 Faktor Perkembangan Anak

Perkembangan bagi setiap anak sebagai individu memiliki sifat yang

unik. Setiap anak berkembang dengan cara tertentu. Hal itu terjadi karena

perkembangan anak merupakan proses perubahan yang kompleks dan

melibatkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangannya,

antara lain :

1. Faktor Hereditas

Ada yang menyebut faktor ini dengan istilah nature. Faktor ini

merupakan karakteristik bawaan yang diturunkan dari orang tua

biologis kepada anaknya. Dalam sudut pandang hereditas,

karakteristik seseorang dipengaruhi oleh gen yang merupakan

karakteristik bawaan yang diwariskan (genotip) dari orang tuanya,

yang akan terlihat sebagai karakteristik yang dapat diobservasi

(fenotip).

Orang yang mempercayai bahwa perkembangan seorang anak

dipengaruhi oleh faktor hereditas disebut dengan aliran nativisme

yang dipelopori oleh Schopenhauer. Hereditas oleh aliran ini disebut

juga dengan pembawaan. Pembawaan yang telah terdapat pada anak

sejak dilahirkan itulah yang menentukan perkembangannya kelak.

Dalam perspektif hereditas, perkembangan seorang anak sangat

dipengaruhi oleh hal – hal berikut :

46

A. Bakat

B. Sifat – sifat keturunan

2. Faktor lingkungan

Faktor ini sering disebut dengan dengan istilah nurture. Faktor ini

diartikan sebagai kekuatan kompleks dari dunia fisik dan sosialyang

mempengaruhi susunan biologis dan pengalaman psikologis anak

sejak sebelum ada dan sesudah lahir. Ada beberapa pengaruh yang

mempengaruhi faktor ini, yaitu :

A. Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama

dan utama. Ada beberapa pengaruh yang berasal dari pengaruh

ini, antara lain :

• Pola asuh orang tua, sikap, situasi dan kondisi yang

sedang melingkupi orang tua.

• Pola asuh orang tua yang otoriter, liberal, demokratis.

• Sikap orang tua yang protektif.

• Keadaan ekonomi serta status sosial orang tua.

• Status duda ataupun janda dari orang tua si anak baik

karena cerai ataupun ditinggal mati.

• Kedudukan anak dalam lingkungan keluarga serta

banyaknya anggota keluarga.

B. Sekolah

Sekolah merupakan lingkungan kedua bagi anak. Di

lingkungan ini guru – guru sangatlah berperan penting dalam

perkembangan anak, selain itu juga teman sebayanya juga bisa

mempengaruhi tumbuh kembangnya seorang anak.

C. Masyarakat

Secara sederhana, masyarakat diartikan sebagai kumpulan

individu atau kelompok yang diikat oleh kesatuan negara,

kebudayaan, dan agama. Budaya, kebiasaan, agama, dan keadaan

47

demografi memiliki pengaruh dalam perkembangan anak – anak

usia dini.

3. Faktor umum

Faktor umum merupakan campuran dari faktor hereditas dan

faktor lingkungan. Faktor umum yang dapat mempengaruhi

perkembangan anak adalah :

A. Jenis kelamin.

B. Kelenjar gondok.

C. Kesehatan.

D. Ras.

2.4.3 Karakter Perkembangan Anak

Ada beberapa ahli yang sudah meneliti karakter perkembangan anak

sesuai dengan usia anak – anak tertentu, contohnya :

• Sigmund Freud (1856 – 1939)

A. Usia 0 – 1 tahun dikenal dengan fase oral. Masa yang dimana

menunjukkan munculnya kepuasan baik fisik dan emosional

berfokus pada daerah sekitar mulut.

B. Usia 1 – 3 tahun dikenal dengan fase anal. Hal ini akan

menimbulkan konflik dengan nilai – nilai yang dimiliki orang

tua dan lingkungannya.

C. Usia 3 – 5 tahun dikenal dengan fase falik. Daerah sekitar alat

genital merupakan sumber baru yang tidak diperkenankan

tetapi secara insting anak suka menyentuhnya.

D. Usia 5 tahun hingga masa remaja dikenal dengan fase laten.

Anak lebih tertarik pada kegiatan – kegiatan yang melibatkan

fisik dan kemampuan intelektual.

• Kohnstamm

A. Masa vital 0 – 2 tahun.

B. Masa estetis 2 – 7 tahun.

• Montessori (1870 – 1952)

48

A. Masa penyerapan total (absorbed mind), perkenalan

dan pengalaman sensoris / panca indra sekitar usia

1,5 tahun.

B. Perkembangan bahasa 1,5 tahun – 3 tahun.

C. Perkembangan koordinasi antara mata dan otot –

ototnya, serta mulai menaruh perhatian pada benda –

benda kecil 1,5 – 4 tahun.

D. Perkembangan dan penyempurnaan gerakan –

gerakan; menaruh perhatian yang besar pada hal –

hal yang nyata dan mulai menyadari urutan waktu

dan ruang 2 – 4 tahun.

E. Penyempurnaan penggunaan panca indra /

peneguhan sensoris 2,5 – 6 tahun.

F. Peka / sensitif terhadap pengaruh orang dewasa 3 – 6

tahun.

G. Mulai mencoret – coret, persiapan menulis 3,5 – 4,5

tahun.

H. Indra peraba mulai berkembang 4 – 4,5 tahun.

I. Mulai tumbuh minat membaca 4,5 – 5,5 tahun.

• Erik Erikson (1902 – 1994)

A. Usia 0 – 1 tahun dikenal dengan masa bayi.

B. Usia 2 – 3 tahun dikenal dengan masa balita.

C. Usia 4 – 5 tahun dikenal dengan masa prasekolah.

• Jean Piaget (1896 – 1980)

A. Usia 0 – 2 tahun dikenal dengan tahap Sensori

Motor. Pada masa ini perkembangan tertuju pada

gerak refleks sebagai bukti adanya kemampuan

menyadari ada sesuatu di dekatnya.

B. Usia 2 – 7 tahun dikenal dengan tahap

Praoperasional. Pada masa ini muncul ciri yang

disebut dengan egosentris, yaitu kemampuan

mengasosiasi sesuatu dengan dirinya.

49

• Bowlby (1907)

A. Masa I yaitu 0 – 3 tahun.

B. Masa II yaitu 3 – 6 tahun.

• Morisson

A. Prenatal (masa dalam kandungan).

B. Neonatal (bulan pertama kelahiran).

C. Infancy (tahun pertama kelahiran).

D. Toddlerhood (usia 2 – 3 tahun).

E. Preschool and Kindergarten (usia 4 – 6 tahun).

2.4.4 Pola Perkembangan Anak

Bagian ini menjelaskan secara ringkas mengenai rangkuman dari pola

perkembangan anak.

1. Perkembangan fisik

Perkembangan fisik berlangsung secara teratur. Perkembangan

fisik juga dapat diamati semenjak usia bayi. Di bawah ini akan

dijelaskan mengenai perkembangan fisik seorang anak dari umur bayi

hingga umur 8 tahun.

Tabel 2.2 Perkembangan Fisik

Kelahiran - usia 3 tahun Usia 3 - 4 tahun Usia 5 - 6 tahun Usia 7 - 8 tahun

Ketrampilan fisik berkembang

dengan cepat

Peningkatan

ketrampilan fisik

Peningkatan dalam

penguasaan motorik

halus

Pengendalian

motorik halus yang

bagus

Duduk merayap ; merangkakMengendarai

sepeda roda tiga

Mengendarai

sepeda roda dua

Tingkat

pertumbuhan

semakin melambat

Mulai untuk berjalan dan

berlariNaik turun tangga

Mengambil bagian

dalam permainan

yang menuntut

ketrampilan fisik

Adanya peningkatan

energi yang tinggi

Ketrampilan motorik yang

berkembang baikBerlari

Adanya peningkatan

perkembangan otot

yang kecil

Proporsi badan yang

baik

Mengatur sendok atau garpu

untuk memberi makan

Melompat dengan

kedua kakiMulai ganti gigi

Gigi tetap mulai

tumbuh

Mulai dapat menggenggam dan

melepaskan suatu objek

Berjalan pada balok

keseimbangan

Dapat melakukan

ketrampilan dan

kerajinan tangan

Ketrampilan fisik

menjadi hal yang

penting dalam

perkembangan

konsep diri

Perkembangan

Fisik

Sumber : Konsep dasar pendidikan usia dini, Sujiono, 65

50

2. Perkembangan sosial

Ketika anak berusia 3 tahun, anak baru mulai membangun suatu

hubungan dengan keluarganya dan juga dengan orang lain yang bukan

merupakan anggota keluarga mereka. Di bawah ini akan dijelaskan

mengenai perkembangan sosial seorang anak dari umur bayi hingga

umur 8 tahun.

Tabel 2.3 Perkembangan Sosial

Kelahiran - usia 3 tahun Usia 3 - 4 tahun Usia 5 - 6 tahun Usia 7 - 8 tahun

Bereaksi terhadap orang lainMenjadi lebih sadar

akan diri sendiri

Ingin menjadi yang

nomor satu

Menjadi lebih

mandiri

Menikmati pada saat bergaul

dengan anak - anak lainnya

Mengembangkan

perasaan rendah

hati

Ikut ambil bagian

dalam setiap

kegiatan di sekolah

Bergantung pada

orang tua untuk

minat dan aktivitas

Dapat memelihari ketertiban

dengan anak lain untuk

periode yang pendek

Menjadi sadar akan

rasial dan

perbedaan gender

Menjadi lebih

posesif terhadapa

barang - barang yang

dia punya

Mulai terpengaruh

dengan pendapat

temannya

Mampu berbagi tanpa perlu

dibujuk

Dapat mengambil

arah, mengikuti

beberapa aturan

Dapat berbagi dan

mengambil giliran

Mulai untuk

mempersilahkan

orang lain

Dapat menirukan tindakan dari

orang lain

Memiliki teman

bermain khayalan

Sering bertengkar

dalam waktu singkat

Mulai membentuk

kelompok -

kelompok

Mulai untuk melibatkan diri

dalam permainan yang

paralalel

Mulai bermain

permainan yang

membutuhkan kerja

sama

Mulai

mempertimbangkan

perkataan guru

Membutuhkan

nasihat dari guru -

guru

Perkembangan

Sosial

Sumber : Sujiono, 66

3. Perkembangan emosional

Beberapa peniliti menemukan bahwa anak – anak yang

mempunyai perangai yang baik di waktu muda dan maka akan

memiliki kestabilan emosi dari waktu ke waktu. Di bawah ini akan

dijelaskan mengenai perkembangan fisik seorang anak dari umur bayi

hingga umur 8 tahun.

51

Tabel 2.4 Perkembangan Emosional

Kelahiran - usia 3 tahun Usia 3 - 4 tahun Usia 5 - 6 tahun Usia 7 - 8 tahun

Tidak dapat memaklumi

frustrasi

Dapat memaklumi

beberapa frustrasi

Dapat menyatakan

perasaan

menyatakan reaksi

pada orang lain

Mudah menangis atau

berteriak

Mulai

mengembangkan

pengendalian diri

Dapat

mengendalikan

agresi dengan lebih

baik

Bersikap lebih

sensitif ketika

ditertawakan atau

dikeritik

Sering tidak mampu

mengendalikan dorongan atau

gerakan hati

Menghargai kejutan

dan peristiwa

tertentu

Belajar mengenai

hal - hal yang benar

dan yang salah

Menyatakan

keraguan secara

berlebihan

Mulai untuk menyatakan kasih

sayang

Mulai

mengungkapkan

rasa terimakasih

Mulai untuk

menyatakan

perasaan

Lebih tekun

Membutuhkan suatu rutinitas

dan rasa aman

Mulai menunjukkan

selera humor

Mulai menunjukan

selera humor di

dalam lelucon

Lebih dapat

berempati

Mulai dapat untuk menyatakan

diri sendiriTakut akan gelap

Mulai dapat

memperlihatkan

perhatian

Dapat melihat dari

sudut pandang

orang lain

Perkembangan

Emosional

Sumber : Sujiono, 66

2.5 Standarisasi Ukuran Ergonomi Tubuh

2.5.1 Antropometrika Tubuh Orang Dewasa pada Posisi Duduk

Perancangan tempat duduk telah dikenal sejak jaman dahulu.

Bangku, sebagai contoh, sudah dikembangkan sebagai salah satu jenis

perabot yang berharga bagi bangsa Mesir sejak 2050 SM dan kursi sejak

tahun 1600 SM. Selain dari keberadaannya yang sudah dikenal luas dan

sejarahnya yang panjang, tampaknya tempat duduk merupakan elemen ruang

interior yang paling jarang dirancang dengan seksama. Seorang perancang

industri bernama Neils Diffrient pernah mengatakan, “Perancangan kursi

merupakan suatu ujian berat bagi para perancang.” Salah satu kesulitan utama

dalam perancangan tempat duduk adalah seringkali posisi duduk dipandang

sebagai gerak statis, padahal duduk lebih dapat dikatakan sebagai gerakan

dinamik. Sesuai dengan pendapat itu, sekedar penerapan data statik secara 2

dimensi untuk menyelesaikan masalah dinamik 3 dimensi serta pertimbangan

biomekanika, jelas bukan merupakan pendekatan perancangan yang tepat.

Sebaliknya juga, sebuah kursi yang secara antropometrik benar, belum tentu

nyaman. Jika rancangan suatu tempat duduk tidak memperhatikan sama

52

sekali hal-hal yang berkenaan dengan dimensi – dimensi manusia dan besar

tubuhnya, tidaklah aneh bila rancangan tersebut tidak nyaman.

Kesulitan lainnya adalah hanya sedikit sekali data yang tersedia

sehubungan dengan biomekanika dari perancangan kursi dan hampir tidak

ada riset yang pernah dipublikasikam berkenaan dengan masalah

kenyamanan.

1. Dinamika posisi duduk

Gambar 2.1 Tampak Potongan dalam Posisi Duduk yang Menunjukkan Tulang

Duduk

Sumber : Dimensi manusia dan ruang interior, Panero dan Zelnik, 52

Gambar 2.2 Tampak Potongan dalam Posisi Duduk yang Menunjukkan Tulang

Duduk yang diperbesar pada Bagian Posterior

Sumber : Panero dan Zelnik, 52

53

2. Tinggi tempat duduk

Gambar 2.3 Pedoman Dimensi Antropometrik yang dibutuhkan bagi Perancangan

Kursi

Sumber : Panero dan Zelnik, 56

Tabel 2.5 Pedoman Dimensi Pria dan Wanita

Sumber : Panero dan Zelnik, 56

54

Gambar 2.4 Landasan Tempat Duduk yang Letaknya Terlalu Tinggi

Sumber : Panero dan Zelnik, 57

Landasan tempat duduk yang letaknya terlalu tinggi dapat

menyebabkan paha tertekan dan peredaran terhambat. Sebagai

tambahan pula, telapak kaki tidak dapat menapak dengan baik di atas

permukaan lantai yang mengakibatkan melemahnya stabilitas tubuh.

Gambar 2.5 Landasan Tempat Duduk yang Letaknya Terlalu Rendah

Sumber : Panero dan Zelnik, 57

Landasana tempat duduk yang letaknya terlalu rendah dapat

menyebabkan kaki condong terlujur ke depan, menjauhkan tubuh

dari keadaan stabil. Sebagai tambahan pula. Pergerakan tubuh ke

55

depan akan menjauhkan punggung dari sandaran sehingga

penopangan lumbar tidak terjaga dengan tepat.

3. Kedalaman tempat duduk

Gambar 2.6 Landasan Tempat Duduk Terlalu Lebar

Sumber : Panero dan Zelnik, 60

Bila landasan tempat duduk terlalu lebar, bagian ujung dari

landasan akan menekan daerah tepat di belakang lutut, menimbulkan

ketidak nyamanan dan gangguna pada peredaran darah.

Gambar 2.7 Landasan Tempat Duduk yang Sempit

Sumber : Panero dan Zelnik, 60

56

Landasan tempat duduk yang sempit akan menghilangkan

penopangan yang tepat pada bagian paha. Hal ini juga akan

menimbulkan perasaan “terjungkal dari kursi” bagi si pemakai.

4. Sandaran punggung

Gambar 2.8 Bagian Tulang Lumbar

Sumber : Panero dan Zelnik, 61

Fungsi utama dari sandaran punggung adalah sebagai penopang

daerah lumbar atau bagia kecil dari punggung; harus diingat untuk

menyediakan pula tempat tambahan bagi penonjolan daerah pantat.

57

5. Dimensi tubuh struktural

Gambar 2.9 Dimensi Tubuh

Struktural

Sumber : Panero dan Zelnik, 96

58

6. Dimensi tubuh fungsional

Gambar 2.10 Dimesi Fungsional

Tubuh

Sumber : Panero dan Zelnik, 98

59

7. Dimensi tubuh proyeksi tahun 1985

Gambar 2.11 Dimensi Tubuh Proyeksi 1985

Sumber : Panero dan Zelnik, 100

60

8. Ergonomic kursi orang dewasa

Gambar 2.12 Kursi Kerja untuk Pengguna Umum

Sumber : Panero dan Zelnik, 127

Gambar 2.13 Kursi Kerja Eksekutif

Sumber : Panero dan Zelnik, 127

Tabel 2.6 Rincian Ukuran Kursi Umum dan Kursi Kerja

61

Sumber : Panero dan Zelnik, 127

2.5.2 Antropometrika Tubuh Anak

Sampai saat ini, sangat sedikit data antropometrik yang tersedia bagi

perancang berkenaan dengan ukuran tubuh fungsional kelompok usia balita

dan anak-anak. Informasi tersebut penting untuk membuat perencanaan yang

tepat bagi perabotan anak-anak prasekolah, sekolah dan berbagai lingkungan

interior lainnya yang pemakaiannya ditujukan bagi anak-anak. Hal yang

menyebabkan kebutuhan atas data-data tersebut menjadi semakin penting

adalah kebutuhan atas keselamatan dan kenyamanan yang dipertaruhkan.

Terdapat relasi yang kuat antara rancangan perabot yang tidak tepat dengan

kematian yang terjadi akibat kecelakaan dan luka-luka pada anak-anak. Kasus

seperti tercekik serta leher terjepit pada tempat tidur anak-anak dan kursi

yang tinggi, misalnya, bukanlah hal yang jarang terjadi.

Berikut adalah beberapa data antropometrik dalam bentuk pengukuran

tubuh anak-anak usia 6 sampai 11 tahun yang lebih bersifat structural.

1. Berat badan

Tabel 2.7 Berat Badan Anak

Sumber : Panero dan Zelnik, 104

62

2. Tinggi badan

Tabel 2.8 Tinggi Badan Anak

Sumber : Panero dan Zelnik, 104

3. Tinggi sikap duduk tegak

Tabel 2.9 Tinggi Sikap Duduk Tegak Anak

Sumber : Panero dan Zelnik, 105

63

4. Rentang siku ke siku

Tabel 2.10 Rentang Siku ke Siku Anak

Sumber : Panero dan Zelnik, 105

5. Rentang panggul

Tabel 2.11 Rentang Panggul Anak

Sumber :Panero dan Zelnik, 106

64

6. Tinggi bersih paha

Tabel 2.12 Tinggi Bersih Paha Anak

Sumber : Panero dan Zelnik, 106

7. Tinggi lutut

Tabel 2.13 Tinggi Lutut Anak

Sumber : Panero dan Zelnik, 107

65

8. Tinggi lipatan dalam lutut

Tabel 2.14 Tinggi Lipatan Dalam Lutut Anak

Sumber : Panero dan Zelnik, 107

9. Jarak pantat – lipatan dalam lutut

Tabel 2.15 Jarak Pantat – Lipatan Dalam Lutut

Sumber : Panero dan Zelnik, 108

66

10. Jarak pantat – lutut

Tabel 2.16 Jarak Pantat – Lutut Anak

Sumber : Panero dan Zelnik, 108

11. Dimensi tubuh struktural anak

Gambar 2.14 Dimensi Tubuh Struktural Anak

Sumber : Quality environments for children,Siegel, Tara J, 6

67

2.5.3 Ergonomi Kursi Anak

Gambar 2.15 Ergonomi Kursi Anak

Sum4ber : Siegel, Tara J, 65