bab 2 landasan teori - bina nusantara | library...
TRANSCRIPT
22
Bab 2
Landasan Teori
Untuk memperjelas kedudukan aspek dan kala dalam bahasa Jepang, penulis terlebih
dahulu akan menjelaskan kedudukan aspek dan kala dalam bahasa Indonesia sebagai
perbandingannya.
2.1 Teori Kedudukan Aspek Dalam Bahasa Indonesia
Menurut Chaer (2007: 259), aspek atau aspektualitas adalah cara untuk memandang
pembentukan waktu secara internal di dalam suatu situasi, keadaan, kejadian atau proses.
Menurut Chaer (2007:259) dari berbagai bahasa dikenal adanya berbagai macam aspek ,
antara lain:
1. Aspek kontinuatif, yaitu yang menyatakan perbuatan terus berlangsung.
2. Aspek inseptif, yaitu yang menyatakan peristiwa atau kejadian baru mulai.
3. Aspek progresif, yaitu aspek yang menyatakan perbuatan sedang berlangsung.
4. Aspek repetitif, yaitu yang menyatakan perbuatan itu terjadi berulang-ulang.
5. Aspek perfektif, yaitu yang menyatakan perbuatan sudah selesai.
6. Aspek imperfektif, yaitu yang menyatakan perbuatan berlangsung sebentar.
7. Aspek sesatif, yaitu yang menyatakan perbuatan berakhir.
Dalam bahasa Indonesia untuk menyatakan aspek perfektif digunakan unsur leksikal
sudah seperti pada kalimat (1); untuk menyatakan aspek inseptif, baru mulai, digunakan
partikel pun dan lah seperti dalam kalimat (2); dan untuk menyatakan aspek repetitif
23
bisa dilakukan secara morfemis, yaitu dengan sufiks –i seperti tampak pada kalimat (3)
berikut.
(1) Dia sudah makan.
(2) Dia pun berjalanlah.
(3) Dia memukuli pencuri itu.
Selain itu, dalam bahasa Indonesia ada juga aspek yang sudah dinyatakan secara
inferen oleh tipe verbanya. Misalnya, verba mengiris seperti dalam kalimat (4) dan verba
memukul seperti dalam kalimat (5) sudah menyatakan aspek momentan, perbuatan
berlangsung sebentar.
(1) Ibu mengiris bawang itu
(2) Dia memukul adiknya
2.1.1 Pengungkapan Makna Aspek
Tadjuddin (2005) membagi pengungkapan makna aspek dalam dua bentuk, yaitu
pengungkapan makna aspek dalam bentuk morfologi dan sintaksis.
1. Pengungkapan Makna Aspek Dalam Bentuk Morfologi
a. Dengan memakai sufiks –i
Verba bersufiks –i mengandung berbagai makna aspek. Makna yang muncul melalui
verba bersufiks –i ini menurut Tadjuddin (2005:112-117) Adalah:
1. Makna Iteratif
Yaitu makna yang menyatakan perbuatan berkali-kali atau berulang-ulang.
Contoh:
24
Meskipun Raden memukulinya dengan sekuat tenaga, kuda itu kan sudah tua,
tidak mungkin bisa lari kencang.
2. Makna Distributif
Artinya menggambarkan situasi kedistribusian (menuntut banyak objek). Bisa
bermakna kegiatan yang berlangsung terus menerus tanpa putus dengan
contoh:
Ibu sedang memetiki daun-daun bunga yang kering di kebun.
Bisa juga bermakna kegiatan atau perbuatan yang setelah selesai dilakukan
maka kegiatan atau perbuatan itu berhenti/berakhir dengan sendirinya.
Contoh:
Ibu sedang memetiki sehelai daun bunga yang kering di kebun.
3. Makna Kooperatif
Makna ini menuntut subjek yang banyak yang secara bersama-sama melakukan
perbuatan yang sama sehingga memiliki makna ‘banyak’.
Contoh:
Bom-bom menghujani kota bagdad.
4. Makna Terminatif
Yaitu makna yang menyatakan mencapai tempat tujuannya.
Contoh:
Pada hari itu penduduk beramai-ramai mendatangi rumah dukun cabul itu.
5. Makna Progresif
Makna ini menggambarkan situasi yang keberlangsungannya bersifat
sementara. Makna ini dapat diamati pada kemungkinan dilakukannya
pergantian sufiks –i dengan pemarkah aspek progresif sedang dan, dengan
25
demikian, dapat ditafsirkan dengan sedang melakukan sesuatu yang disebut
oleh pangkal di/ pada/ bagi/ objek.
Contoh:
a. Ia menaiki tangga.
b. Ia sedang naik di tangga.
6. Makna kontinuatif
Yakni makna yang menggambarkan situasi yang berlangsung berketerusan.
Oleh karena itu sufiks –i di sini dapat diganti dengan pemarkah leksikal aspek
kontinuatif tetap.
Contoh:
a. Bagaimana pun, ia mencintai suaminya.
b. Bagaimana pun, ia terus cinta pada suaminya.
7. Makna Resultatif
Makna resultatif, yaitu menggambarkan situasi yang berlangsung dengan hasil
tertentu.
Contoh:
a. Ayah menggulai kopinya. (Sekarang kopinya bergula/manis).
b. Perempuan genit itu memerahi pipinya. (Sekarang pipinya berwarna merah).
b. Dengan memakai bentuk se-
Slametmuljana dalam Tadjuddin (2005:126) berpendapat bahwa bentuk se- tipe
setiba itu merupakan “kata perangkai kalimat waktu” atas dasar pertimbangan bahwa,
menurutnya, “kata meninggal, datang, berangkat, pulang, tiba, sampai di dalam bahasa
Indonesia ternyata dipandang serupa dengan telah, belum, dsb”. Akan tetapi, hasil
26
pengamatan menunjukkan bahwa yang sama dengan setelah di sini bukanlah
keseluruhan setiba, melainkan hanya se- itu sendiri.
Konjungsi (subordinatif) setelah dapat ditafsirkan dengan frasa ketika telah. Jika se-
pada bentukan tipe setiba dapat disubstitusi dengan setelah, maka setiba itu sendiri dapat
ditafsirkan dengan ketika telah tiba.
Contoh:
a. Setiba di Halim, begitu cerita Mangil, kami melihat Pangau
Omar Dhani dan Deputinya Leo Watimena berdiri di depan
markas AURI.
b. Ketika telah tiba di Halim, begitu cerita Mangil, kami melihat
Pangau Omar Dhani dan Deputinya Leo Watimena berdiri di
depan markas AURI.
Pada kalimat di atas konteks kalimat mengacu pada waktu lampau. Jika konteks
mengacu ke waktu nonlampau, substitusi se- yang bukan dengan ketika telah, melainkan
dengan kalau telah/kalau sudah atau jika telah/jika sudah.
Contoh:
a. Sesampai di rumah nanti, istrimu dimandikan kembang, ya.
b. Kalau sudah sampai di rumah nanti, istrimu dimandikan kembang, ya.
c. Ketika sudah sampai di rumah nanti, istrimu dimandikan kembang, ya.
2. Pengungkapan Makna Aspek Dalam Bentuk Sintaksis
Menurut Tadjuddin (2005:155) pengungkapan makna aspek dalam bentuk sintaksis
dapat dinyatakan dengan pemakaian partikel sudah, telah, belum dan akan. Partikel
belum dikatakan beroposisi dengan sudah dan akan beroposisi dengan telah. Partikel
27
sudah dikatakan bermakna perfektif, sedangkan belum bermakna imperfektif dan akan
dikatakan bermakna “future” dengan contoh-contoh sebagai berikut:
(1) a. Sudah waktinya buah kelapa itu dipetik.
b. Saya tidak merokok lagi kalau ayah sudah datang.
(2) a. Pertemuan itu telah mereka laksanakan kemarin.
b. Permohonan cutinya telah diajukan seminggu yang lalu.
(3) a. Ali sudah membaca buku itu.
b. Ali belum membaca buku itu.
c. Ali akan membaca buku itu.
2.2 Teori Kedudukan Kala Dalam Bahasa Indonesia
Menurut Chaer (2007:260-261), kala atau tenses adalah informasi dalam kalimat
yang menyatakan waktu terjadinya perbuatan, kejadian, tindakan, atau pengalaman yang
disebutkan di dalam predikat. Kala ini lazimnya menyatakan waktu sekarang, sudah
lampau, dan akan datang. Beberapa bahasa menandai kala secara morfemis; artinya,
pernyataan kala itu ditandai dengan bentuk tertentu pada verbanya. Berikut adalah
contoh kala dari bahasa Jepang yang menunjukkan bentuk kala sekarang dan kala
lampau.
Kala kini Kala lampau Makna
Arukimasu arukimashita berjalan
Ikimasu ikimasita pergi
Kimasu kimasita datang
Hairimasu hairimasita masuk
Chaer (2007:260)
28
Menurut Samsuri (1994:258) Pada Bahasa Indonesia adverba temporal itu ada
bermacam-macam bentuknya, ada yang terdiri atas sebuah kata seperti nanti, kemarin,
esok, lusa dan lain sebagainya, ada yang terdiri atas kata-depan pada dan kata-benda
kewaktuan dan kata penunjuk, atau nama waktu serta kata-penunjuk seperti hari ini,
minggu itu, bulan itu, tahun ini, atau hari senin, bulan april, dls., ada pula yang terdiri
atas kata atau kelompok kata kewaktuan yang lain seperti lepas siang, menjelang dini
hari, pada akhir tahun, dan lain sebagainya. Sering keterangan waktu itu memperoleh
pusat perhatian dan ditempatkan karenanya pada awal kalimat. Contoh:
a. Hari ini sekolah ditutup
b.Kemarin malam ada pencuri masuk
c. Tahun depan kami mau berlibur ke Bali
2.3 Perbedaan Antara Aspek dan Kala Dalam Bahasa Indonesia
Menurut Tadjuddin (2005:9), aspek adalah subkategori semantik fungsional yang
mempelajari bermacam-macam sifat unsur waktu internal situasi (peristiwa, proses, atau
keadaan) yang secara lingual (dalam bentuk bahasa) terkandung di dalam semantik
verba. Sedangkan pada kala, unsur waktu bersifat lokatif, mengacu pada waktu-waktu
absolut (minggu lalu, kemarin, besok, lusa, tahun depan) dan/atau waktu relatif (dulu,
sekarang, nanti, kelak) dan pada umumnya, berorientasi pada waktu ujaran (speech
moment). Dengan demikian, situasi dapat berlangsung sebelum waktu ujaran (kemarin,
minggu lalu, dulu, dsb.) atau bersamaan dengan waktu ujaran (hari ini, saat ini, sekarang,
dan sebagainya), atau sesudah waktu ujaran (besok, tahun depan, nanti, kelak, dsb.).
Pada kategori aspek waktu bukan merupakan lokasi tempat berlangsungnya situasi,
melainkan, sebaliknya, situasi itu sendiri yang menjadi lokasi tempat hadirnya waktu.
29
Jadi, waktu berada di dalam situasi, bukan di luar situasi. Implikasinya ialah bahwa
kalau pada kala, waktu beranalogi dengan sebutan dulu, sekarang, nanti, maka pada
aspek waktu mengacu pada ukuran panjang/lama tak terbatas, panjang/lama terbatas,
pendek/sebentar sampai sekejab, atau terputus-putus, dsb.
Kala dalam bahasa itu diungkapkan secara leksikal melalui adverbia kala, yang
absolut seperti kemarin, minggu lalu (lampau), hari ini (kini), besok, lusa, tahun depan
(future) atau relatif seperti dulu (lampau), sekarang (kini), nanti, kelak (future). Lebih
jelasnya perbedaan antara aspek dan kala dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Perbedaan Antara Aspek dan Kala
aspek kala
Sifat - internal ( di dalam situasi) -eksternal (di luar
situasi)
Waktu situasi -Nondeiktik (tidak mengacu
ke waktu absolut/waktu
relatif)
- deiktik (mengacu ke
waktu absolut/ waktu
relatif)
Pertanyaan - berapa lama/berapa kali?
(salah satu cara)
- kapan?
Sumber: Tadjuddin (2005:9)
30
2.4 Teori Kedudukan Aspek Dalam Bahasa Jepang
Dalam bahasa Jepang, terdapat banyak jenis kategori gramatikal, salah satunya
adalah kategori gramatikal dalam predikat. Sutedi (2004:14) membagi kategori
gramatikal dalam predikat menjadi enam jenis, yaitu: teineisa atau tingkat kehalusan,
mitomekata atau bentuk positif dan negatif, tai atau voice/diatesis, sou atau aspek, jisei
atau kala/tense, dan hou atau modalitas.
Chaer (1994:259) menyatakan bahwa dalam bahasa Jepang aspek merupakan
kategori gramatikal karena dinyatakan secara morfemis. Menurut Kudou (1995:8)
morfem yang digunakan adalah morfem 「~る」, morfem「~た」 morfem rangkap
「~ている」 dan morfem rangkap「~ていた」. Mofem ini menempel pada verba
untuk menyatakan aspek.
Katou, et al. (2002:146) mendefinisikan aspek sebagai berikut:
話し手が設定した話題の時点において、話題の事柄が始まる段階にあるのか、
始まって継続している段階にあるのか、おわった段階にあるのかといった、
事柄の動きの段階を表す文法的範疇をアスペクトという。
Aspek adalah kategori gramatikal yang menunjukkan apakah topik pembicaraan baru akan dimulai, sudah dimulai dan berlanjut atau sudah berakhir, dilihat dari titik waktu pembicaraan.
Kindaichi (1989:66) mendefinisikan aspek sebagai bentuk yang menunjukkan
keadaan dari berlangsungnya suatu perbuatan. Menurut Kindaichi, aspek memiliki tiga
fungsi utama, yaitu:
1.Menunjukkan suatu keselesaian atau kanryou 完了.
2.Menunjukkan keadaan atau jyoutai 状態.
31
3.Menunjukkan suatu perbuatan atau dousa 動作.
Kindaichi juga membagi predikat kata kerja menjadi dua kelompok besar, yaitu:
a. Joutaisou(状態相)
Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kata kerja keadaan.
b. Dousasou (動作相)
Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kata kerja perbuatan.
2.4.1 Pembagian Verba Pada Bahasa Jepang
Kindaichi (1989:9-11) membagi kata kerja dalam bahasa Jepang menjadi empat
macam berdasarkan bisa tidaknya dirubah menjadi bentuk「~ている」 , yaitu :
(1) Joutai Doushi (状態動詞)
Joutai doushi adalah kata kerja yang menerangkan kondisi atau keadaan.
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai ‘kata kerja keadaan’. Bentuk
ini tidak bisa dirubah menjadi bentuk 「~ている」.
Contoh: 「ある」(「机がある」「本棚がある, 」)、「でござる」、「出
来る」「出来ない」、「できる」、「切れる」、「話せる」「見える」(「強
そうに見える」),「言う」(「という人」)、「要する」、「値する」 , dan
lain-lain.
(2) Keizoku Doushi (継続動詞)
Keizokudoushi adalah kata kerja menunjukkan suatu perbuatan yang
berlangsung secara berkelanjutan. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
sebagai ‘kata kerja berkelanjutan atau kontinuatif’. Bentuk ini bisa dirubah
32
menjadi bentuk「ている」 dan menyatakan suatu keadaan yang tengah
berlangsung.
Contoh: - Kegiatan yang dilakukan oleh manusia yaitu: 「読む」、「書く」、
「泣く」、「歌う」、「見る」、「聞く」、「食う」, dll.
- Yang menyatakan fenomena alam yaitu: 「散る」、「降る」
「揺れる」、「燃える」, dan lain-lain.
(3) Shunkan Doushi (瞬間動詞)
Shunkan doushi adalah kata kerja yang menunjukkan perbuatan yang selesai
dalam sesaat. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai ‘kata kerja
sesaat’. Bentuk ini dapat dirubah menjadi bentuk 「~ている」 dan
menunjukkan hasil setelah perbuatan selesai dilakukan atau terjadi.
Contoh: 「死ぬ」、「点く」、「消える」、「触る」、「覚める」、「止
まる」、「忘れる」「失う」, dan lain-lain.
(4) Daiyonshu no Doushi (第四種の動詞)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai ‘kata kerja tipe empat’.
Bentuk ini menunjukkan keadaan ruang dan berfungsi untuk menunjukkan
suatu kondisi. Memiliki bentuk 「~ている」.
Contoh: 「すぐれる」、「おもだつ」、「ありふれる」、「にやけ
る」、「高い鼻をする」、「丸顔をする」, dan lain-lain.
33
Masuoka (1993:17) menunjukkan bahwa morfem rangkap 「~ている」 memiliki
fungsi untuk menunjukkan aspek. Morfem rangkap 「~ている」 menunjukkan
keadaan dari suatu kegiatan yang sedang berlangsung dan berkelanjutan. Contohnya:
太郎は今テレビを見ている
(Tarou sedang menonton televisi)
Pada kalimat diatas menunjukkan bahwa subjek sedang menonton televisi, sehingga
bisa disimpulkan bahwa keadaan di atas menunjukkan suatu keadaan yang sedang
berlangsung. Contoh lainnya:
家の前にトラックがとまっている
(Di depan rumah, truk berhenti)
Kalimat diatas menunjukkan keadaan akibat dari truk berhenti di depan rumah. Maka
dari itu fungsi morfem rangkap「~ている」pada kalimat di atas menunjukkan hasil
dari keadaan dari suatu kegiatan.
2.5 Jenis-jenis Aspek
Kelompok aspek menurut Kindaichi (1989:31-39) adalah sebagai berikut:
1. Joutaisou (状態相)
Salah satu dari jenis aspek yang menunjukkan suatu keadaan disebut sebagai
aspek Joutaisou. Jenis aspek Joutaisou yaitu:
1) Kizentai (既然態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek akhir. Berfungsi
untuk menunjukkan masih tersisanya hasil keadaan dari perbuatan atau
34
kejadian yang sebelumnya. Kata kerja yang digunakan adalah kata kerja
sesaat ditambah bentuk「~ている」. Contoh:
外に雪が積っている。
(Di luar salju menumpuk.)
Bila dilihat「積っている」disini memang menunjukkan kondisi masa
kini namun hal itu disebabkan oleh tidak adanya morfem 「~た」yang
menempel pada morfem rangkap 「~ている」pada kalimat di atas.
Hal ini karena bentuk 「~ている」disini bukan menunjukkan kakotai
melainkan hikakotai. Meskipun berada dalam kondisi masa kini namun,
keadaan pada kalimat tersebut menunjukkan bahwa salju sudah selesai
turun dan yang tersisa sekarang adalah salju yang menumpuk jadi bisa
dikatakan sebagai aspek akhir. Aspek kizentai dibagi menjadi dua jenis
yaitu:
a. Kizentai Kakotai (既然態過去態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek akhir
bentuk lampau. Contoh:
雪は三、四寸も積っていた。
(Salju menumpuk hingga tiga sampai empat bagian.)
b. Kizentai Hikakotai (既然態非過去態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek akhir
bukan lampau. Contoh:
雪が積っている。
35
(Salju menumpuk.)
2) Shinkoutai (進行態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek keadaan sedang
berlangsung. Merupakan aspek yang menunjukkan perbuatan yang
telah dimulai sebelumnya dan saat inipun masih berlangsung dan masih
harus menunggu sampai berakhir. Kata kerja yang digunakan adalah
kata kerja kontinuatif ditambah morfem rangkap「~ている」. Aspek
ini juga dapat dibentuk dengan penggunaan 「~ているところだ」、
「~ている 中」、「~中だ」、 dan「~つつある」 . Aspek
Shinkoutai dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Shinkoutai Kakotai (進行態過去態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
keadaan sedang berlangsung bentuk lampau. Contoh:
彼は本を読んでいた。
(Dia tadinya sedang membaca buku.)
b. Shinkoutai Hikakotai (進行態非過去態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
keadaan sedang berlangsung bukan bentuk lampau. Contoh:
彼は本を読んでいる。
(Dia sedang membaca buku.)
36
c. Hanpuku Shinkoutai (反復進行態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
keadaan sedang berlangsung berulang-ulang. Bentuk ini dipakai
untuk menunjukkan keadaan yang sedang berlangsung
berulang-ulang. Kata kerja yang digunakan bisa kata kerja
sesaat maupun kata kerja kontinuatif. Bila kata kerja yang
digunakan adalah kata kerja sesaat maka dapat dikatakan bahwa
kata kerja sesaat tersebut terjadi berulang kali sehingga hasilnya
berubah menjadi kontinuatif . Contoh:
この頃は栄養失調で人がどんどん死んでいる。
(Belakangan ini banyak orang yang terus mati akibat
kekurangan gizi.)
Sedangkan bila kata kerja yang digunakan adalah kata kerja
kontinuatif, maka secara istimewa akan berubah menjadi sesaat
dan kembali lagi berubah menjadi kontinuatif. Contoh:
彼は毎朝バイブルを読んでいる。
(Setiap pagi dia membaca kitab suci.)
3) Syouzentai (将然態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek keakanan. Aspek
ini menunjukkan arti perbuatan yang belum terjadi namun berada pada
kondisi akan dilakukan. Kata kerja yang digunakan bisa kata kerja
sesaat maupun kata kerja kontinuatif ditambah dengan bentuk 「~うと
している」、「~ところだ」、「~ばかりだ」、「~つつある」
37
dan「~よる」, 「~つつある」dan「~よる」disini akan menjadi 将
然態 bila memakai kata kerja sesaat. Syouzentai dibagi menjadi dua
jenis yaitu:
a. Syouzentai Kakotai (将然態過去態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
keakanan lampau. Contoh:
二時を打とうとしていた。
(Tadinya akan menunjukkan jam dua.)
b. Syouzentai Hikakotai (将然態非過去態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
keakanan bukan lampau. Contoh:
二時を打とうとしている。
(Akan menunjukkan pukul dua.)
4) Tanjunjoutaitai (単純状態態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek keadaan
sederhana. Disebut sederhana karena aspek ini tidak ada hubungannya
dengan mulai atau berakhirnya suatu kondisi dan hanya menunjukkan
sesuatu yang terjadi dalam satu kondisi. Contohnya:
この道は曲がっている。
(Jalan ini membelok.)
Dari contoh diatas memang bisa saja diartikan kalimat tersebut adalah
bagian dari aspek keselesaian bila berpikir bahwa tadinya jalan itu lurus
namun sekarang sudah membelok. Tapi tak bisa dipungkiri juga bahwa
38
bisa juga kalimat tersebut menunjukkan suatu sifat keadaan tanpa
mengaitkannya dengan kondisi mulai atau selesainya sesuatu. Hal
inilah yang dimaksud dengan tanjunjoutaitai. Bentuk ini juga memiliki
ciri khas karena dapat juga ditunjukkan dengan pemakaian morfem
「た」di dalamnya. Contoh:
- 曲がった道=曲がっている道 (Jalan berkelok.)
- 猿に似た顔=猿に似ている顔 (Wajah yang mirip monyet.)
Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dari tanjunjoutaitai yaitu:
1. Kata kerja yang digunakan adalah kata kerja yang menunjukkan
keadaan, kata sifat, dan bentuk kata benda 「~だ」.
2. Untuk menunjukkan keadaan bisa ditambahkan dengan bentuk 「~
ている」dan 「~た」.
3. Dalam kata kerja yang menunjukkan perasaan ditambahkan morfem
「~た」untuk menunjukkan tanjunjoutaitai. Contohnya:
- これには困ったよ。(Merepotkan.)
- 困った連中だよ。(Orang-orang yang merepotkan.)
Tanjunjoutai sendiri memiliki dua jenis, yaitu:
a. Tanjunjoutaitai Kakotai (単純状態態過去態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
keadaan sederhana lampau. Ditandai dengan penggunaan
morfem 「~た」untuk menunjukkan kelampauannya. Contoh:
あった (ada)
39
白かった (putih)
似ていた (mirip)
b. Tanjunjoutaitai Hikakotai (単純状態態非過去態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
keadaan sederhana bukan lampau. Contoh:
ある (ada)
白い (putih)
似ている (mirip)
2. Dousasou (動作相)
Lawan dari joutaisou adalah dousasou. Salah satu dari jenis aspek yang
menunjukkan suatu perbuatan disebut sebagai aspek dousasou. Kalau
joutaisou menunjukkan bentuk 「~ある」. Maka dousasou ditunjuk dengan
bentuk「~する」 , karena menunjukkan bentuk perbuatan. Jenis aspek
dousasou yaitu:
1) Syuuketsutai (終結態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek keselesaian.
Aspek ini menunjukkan selesainya suatu perbuatan atau kanryou 「完
了」 . Kata kerja yang digunakan adalah kata kerja kontinuatif dan
ditambah dengan bentuk 「 ~てしまう」 . Selain itu dapat juga
digunakan 「~しおわる」,「~しおえる」dan「~しきる」. Jenis ini
dibagi menjadi empat jenis yaitu:
40
a. Syuuketsutai Fukanryoutai (終結態不完了態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
keselesaian belum selesai . Contoh:
読んでしまう。
(Akan selesai dibaca semua.)
b. Syuuketsutai Kanryoutai (終結態完了態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
keselesaian sudah selesai. Contoh:
読んでしまった。
(Telah selesai dibaca semua.)
c. Syuuketsutai kizentai hikakotai (終結態既然態非過去態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
keselesaian akhir bukan lampau. Contoh:
読んでしまっている。
(Saat ini telah selesai dibaca semua.)
d. Syuuketsutai Syouzentai Hikakotai
(終結態将然態過去態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
keakanan keselesaian lampau. Contoh:
読んでしまおうとしていた。
(Tadinya bermaksud untuk menyelesaikan membaca
semuanya.)
41
2) Kigentai (既現態)
「 ~ て し ま う 」 dapat dipakai menjadi dua jenis aspek yaitu
syuuketsutai dan kigentai. Bila dalam syuuketsutai kata kerja yang
digunakan adalah kata kerja kontinuatif maka untuk kigentai kata kerja
yang digunakan adalah kata kerja sesaat. Dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan sebagai aspek keberakhiran. Cotohnya dalam kata 「死
んでしまう」, di dalamnya terkandung arti sudah tidak bisa kembali
lagi ke kondisi semula. Aspek jenis ini dibagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Kigentai Fukanryoutai (既現態不完了態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
keberakhiran belum selesai. Contoh:
死んでしまう。
(Sudah mau mati.)
b. Kigentai Kanryoutai (既現態完了態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
keberakhiran sudah selesai. Contoh:
死んでしまった。
(Telah meninggal.)
c. Kigentai Syouzentai Hikakotai (既現態将然態非過去態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
keakanan keberakhiran bukan lampau. Contoh:
死んでしまおうとしている。
42
(Sepertinya sudah akan meninggal.)
d. Kigentai Kizentai Kakotai (既現態既然態過去態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek akhir
keberakhiran lampau. Contoh:
死んでしまっていた。
(Sudah meninggal.)
3) Shidoutai (始動態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek mulai. Yaitu
aspek yang menunjukkan dimulainya suatu perbuatan. Kata kerja yang
digunakan adalah kata kerja kontinuatif. Pola yang digunakan bisa 「~は
じめる」,「~だす」dan「~かける」. Jenis aspek ini ada empat yaitu:
a. Shidoutai Fukanryoutai (始動態不完了態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek mulai
belum selesai. Contoh:
雨が降り出す。
(Hujan mulai turun.)
b. Shidoutai Kanryoutai (始動態完了態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek mulai
sudah selesai. Contoh:
雨が降り出した。
(Tadi hujan turun.)
c. Shidoutai Kizentai Hikakotai (始動態既然態非過去態)
43
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek mulai
menjelang akhir bukan lampau. Contoh:
書きかけている。
(Sudah akan selesai menulis.)
d. Shidoutai Syouzentai Hikakotai (始動態将然態非過去態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek mulai
keakanan. Contoh:
書きかけようとしている。
(Bermaksud untuk segera menulis.)
4) Syougentai (将現態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek sekejab. Jika
pada shidoutai kata kerja yang digunakan adalah kata kerja kontinuatif
dan menunjukkan awal dimulainya sesuatu, maka pada syougentai kata
kerja yang digunakan adalah kata kerja sesaat dan menunjukkan akan
segera berakhirnya suatu peristiwa secara sekejab. Pola yang digunakan
adalah 「~かける」. Aspek jenis ini dibagi menjadi enam jenis yaitu:
a. Syougentai Fukanryoutai (将現態不完了態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
sekejap belum selesai. Contoh:
消えかける。
(Sudah hampir padam.)
b. Syougentai Kanryoutai (将現態完了態)
44
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
sekejab sudah selesai. Contoh:
消えかけた。
(Tadi sudah padam.)
c. Syougentai Kizentai Hikakotai (将現態既然態非過去態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
sekejab menjelang akhir bukan lampau. Contoh:
消えかけている。
(Segera akan padam.)
d. Shidoutai Syouzentai Hikakotai (将現既然態態過去態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
sekejab menjelang akhir lampau. Contoh:
消えかけていた。
(Telah padam.)
e. Syougentai Syouzentai Fukanryoutai
(将現態将然態非過去態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
sekejab keakanan bukan lampau. Contoh:
消えかけようとしている。
(Sudah hampir akan padam.)
f. Syougentai Syouzentai Kakotai (将現態将然態過去態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
sekejab keakanan lampau. Contoh:
45
消えかけようとしている。
(Tadi lampau sudah hamper akan padam.)
5) Tanjundousatai (単純動作態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek perbuatan
sederhana. Artinya keadaan yang tidak ada hubungan dengan mula dan
akhir perbuatan. Hanya menunjukkan keadaan saja. Kata kerja yang
digunakan adalah kata kerja sesaat. Aspek jenis ini ada dua yaitu:
a. Tanjundousatai Kanryoutai (単純動作態完了態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
sederhana selesai. Contoh:
死んだ。
(Mati.)
b. Tanjundousatai Fukanryoutai (単純動作態不完了態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
sederhana belum selesai. Contoh:
電気が消えている。
(Lampu mati.)
6) Keizokutai (継続態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek perbuatan terus-
menerus. Keizokutai mirip dengan shinkoutai pada jotaisou. Kata kerja
yang digunakan adalah kata kerja perbuatan kontinuatif. Morfem yang
digunakan adalah morfem 「~る」, 「~た」, dan morfem rangkap
46
「~ている」 dan 「~ていた」. Juga digunakan pula pola 「~つずけ
る 」 . Bisa juga hanya ditunjuk dengan kata kerja kontinuatif.
Contohnya adalah kata 「まつ」. Jenis aspek ini ada empat yaitu:
a. Keizokutai Fukanryoutai (継続態不完了態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
perbuatan terus menerus belum selesai. Contoh:
三時間読みつづける。
(Membaca selama tiga jam berturut-turut.)
b. Keizokutai Kanryoutai (継続態完了態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
perbuatan terus-menerus sudah selesai. Contoh tidak diberikan.
c. Keizokutai Shinkoutai Hikakotai (継続態進行態非過去態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
perbuatan terus-menerus sedang berlangsung bukan lampau.
Contoh:
二時間も書き続けている。
(Terus menerus menulis selama dua jam.)
d. Keizokutai Shinkoutai Kakotai (継続態進行態過去態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
perbuatan terus menerus sedang berlangsung lampau. Contoh
tidak diberikan.
47
7) Hanpuku keizokutai (反復継続態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek perbuatan terus
menerus berulang-ulang. Kata kerja yang digunakan adalah kata kerja
kontinuatif dan sesaat. Morfem yang digunakan adalah「~る」, 「~
た」, dan morfem rangkap 「~ている」 dan 「~ていた」. Pola yang
digunakan adalah 「つづける」,「~来る」dan「~て行く」. Jenis ini
terbagi menjadi empat yaitu:
a. Hanpuku Keizokutai Fukanryoutai (反復継続態不完了態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
perbuatan terus menerus berulang-ulang belum selesai. Contoh
tidak diberikan.
b. Hanpuku Keizokutai Kanryoutai (反復継続態完了態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
perbuatan terus-menerus berulang-ulang sudah selesai. Contoh :
将軍連が死につづけた。
(Pasukan tentara terus menerus mati.)
c. Hanpuku Keizokutai Syouzentai Kakotai
(反復継続態将然態過去態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
perbuatan terus-menerus berulang-ulang keakanan lampau.
Contoh:
いろいろな本を読んでいこうとしていた。
48
(Tadinya saya bermaksud untuk akan membaca berbagai
macam buku.)
d. Hanpuku keizokutai Syouzentai hikakotai
(反復継続態将然態非過去態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai aspek
perbuatan terus-menerus berulang-ulang keakanan bukan
lampau. Contoh tidak diberikan.
2.6 Teori Kedudukan Kala Dalam Bahasa Jepang
Katou dan Fukuchi (1989:1) memberikan definisi mengenai kala sebagai berikut:
テンスとは、ある出来事または事物の有様(状態)を、時間の流れの中の
一つの点としてとらえ、それらが発話の時点より以前のことか、以後のこ
とかとういう面を問題にするものである。
Yang dimaksud dengan tense atau kala adalah suatu pola yang mempermasalahkan apakah suatu kejadian atau perbuatan terjadi sebelum atau sesudah pembicaraan dilakukan.
Menurut Katou dan Fukuchi (1989:3) di dalam bahasa Jepang, kala dibentuk dengan
dua bentuk yaitu memakai morfem 「~た」dan morfem「~る」. Morfem 「~た」
untuk menunjukkan masa lampau atau kako (過去) dan morfem 「~る」digunakan
untuk menunjukkan masa sekarang atau hikako (非過去). Predikat kata kerja di dalam
kala dapat menunjukkan suatu situasi atau jyoutai (状態) dan suatu perbuatan atau dousa
(動作).
49
2.6.1 Jenis-jenis Kala
Kelompok kala menurut Kindaichi (1989:31-39) adalah sebagai berikut:
1. Joutaisou (状態相)
Yaitu kata kerja keadaan. Jenis kala yang termasuk di dalamnya yaitu:
1) Kakotai (過去態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai ‘kala lampau’. Kala
pada kelompok ini memakai morfem 「~た 」.
Contoh:
昨日は十日だった。
(Kemarin tanggal sepuluh).
2) Hikakotai (非過去態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai ‘kala keadaan bukan
lampau’. Dibagi menjadi tiga kelompok.
a. Miraitai (未来態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai ‘kala
keadaan akan datang’. Kelompok ini ditandai dengan
penggunaan morfem 「~る」. Contoh:
明日は十二日である。
(Besok tanggal dua belas).
50
b. Genzaitai (現在態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai ‘kala keadaan
sekarang’. Kala kelompok ini menggunakan morfem 「~る」.
Contoh:
今日は十一日である。
(Hari ini tanggal sebelas).
c. Choujitai (超時態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai ‘kala
keadaan luar biasa’. Choujitai melingkupi keadaan masa lampau,
masa kini dan masa yang akan datang. Contoh:
十日の次は十一日である。
(Sesudah tanggal sepuluh, tanggal sebelas).
2. Dousasou (動作相)
Yaitu kata kerja perbuatan. Jenis kala yang termasuk di dalamnya yaitu:
1) Kanryoutai (完了態)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai ‘kala perbuatan selesai’.
Kala pada jenis ini memakai morfem「~た」 . Contoh:
きのう彼に逢った
(Kemarin saya bertemu pacar saya.)
2.7 Hubungan Antara Kala dan Aspek
Kudou (1995:8) menjelaskan hubungan keterkaitan yang erat antara aspek dan kala.
51
アスペクトとは、基本的に、完成相と継続相の対立によって示される、
<出来事の時間的展開性(内的時間)の把握の仕方の相違> を表す文法的カ
テゴリーである。テンスとは、基本的に、過去時制と非過去時制の対立に
よって示される、<出来事と発話時との外的時間関係の相違> を表す文法
的カテゴリーである。一方には、<内的時間> をめぐるアスペクト対立が
あり、他方には <外的時間> をめぐるテンス立体がある。従って、アス
ペクトとテンスは、アスペクト・テンス体系として、内的時間と外的時間
とが統一されたかたちで存在している。
Aspek merupakan kategori gramatikal yang secara umum ditunjuk melalui pertentangan antara bentuk aspek keselesaian dan aspek perbuatan terus menerus (perkembangan kejadian menurut waktu (internal)). Tense adalah kategori gramatikal yang secara umum ditunjuk melalui waktu lampau dan waktu sekarang, (variasi hubungan antara kejadian saat pembicaraan berlangsung dan waktu eksternal). Aspek yang menunjukkan waktu secara internal dan tense yang menunjuk waktu secara eskternal. Maka aspek dan tense adalah suatu gabungan aspek-tense yang waktu internal dan eksternalnya menyatu.
Kesimpulannya, kala dan aspek sama-sama dapat dinyatakan dengan morfem 「~
た」dan「~る」. Karena bergitu eratnya hubungan kala dan aspek maka keduanya
bergabung menjadi satu bagian waktu, dimana dalam Katou dan Fukuchi (1989:27)
dijelaskan bahwa untuk morfem 「~た」dan「~る」sebagai kala morfem tersebut
berfungsi untuk menyatakan masa lampau atau bukan masa lampau. Sedangkan sebagai
aspek morfem 「~た」dan「~る」berfungsi untuk menyatakan keselesaian atau kizen
(既然) dan belum selesai atau mizen (未然) atau juga menyatakan keberakhiran atau
kanryou (完了) dan ketidak berakhiran atau fukanryou (不完了).
Sedangkan untuk morem 「~ている」dan「~ていた」 . Morfem rangkap ini
memang bagian dari aspek namun juga merupakan bagian dari kala, karena mengandung
morfem 「~た」dan「~る」di akhirnya.
52
Hal ini diperkuat oleh pernyataan Machida (1989:153) bahwa dalam bahasa Jepang
morfem 「~る」,「~た」,「~ている」dan「~ていた」, keempat bentuk ini sama-
sama memiliki arti secara kala maupun aspek.
2.8 Perbedaan Antara Morfem Lampau 「~た」 dan 「~ていた」
Menurut Machida (1989:149) morfem 「 ~ た」 dan 「 ~ていた」 sama-sama
menunjukkan kelampauan, yang membedakan kedua morfem tersebut adalah morfem
「~た」adalah keselesaian atau kanketsusou (完結相) yang berada pada masa lampau
sedangkan morfem rangkap 「 ~ て い た 」 menunjukkan ketidak selesaian atau
hikanketsusou (非完結相 ) yang berada pada masa lampau. Keselesaian (完結相 )
memandang suatu fenomena kalimat sebagai suatu keseluruhan. Sedangkan ketidak
selesaian (非完結相) memandang suatu fenomena kalimat dengan memberi perhatian
khusus pada situasi dan kondisi di dalamnya bahwa fenomena tersebut belum selesai dan
masih berlanjut. Contohnya dapat dilihat dari kalimat berikut ini:
太郎は三時に家を建てた。(Tarou membangun rumah saat jam tiga dan sekarang
sudah selesai.)
太郎は三時に家を建てていた。(Tadi Tarou sedang membangun rumah pada saat jam
tiga.)
Bentuk bukan lampau dari「家を建てた」 adalah 「太郎は家を建てる」. Itu berarti
dari awal sampai berakhirnya kejadian tersebut membutuhkan waktu beberapa bulan.
Berarti kalimat 「太郎は家を建てた」 sebagai bentuk lampaunya akan menandakan
53
bahwa Tarou sudah selesai membangun rumah dalam waktu beberapa bulan. Hal ini
dikarenakan karena fungsi morfem 「~た」yang digunakan untuk menunjukkan suatu
keselesaian atau (完結相) . Akan tetapi terdapat kata jam tiga di dalam kalimat tersebut.
Jika digunakan morfem「~た」kalimat tersebut akan menandakan suatu keselesaian
bahwa Tarou sudah selesai membangun rumah padahal dikatakan dalam kalimat bahwa
Tarou mulai membuat rumah pada waktu jam tiga. Hal ini sangat tidak mungkin karena
membangun rumah membutuhkan waktu yang lama. Karenanya kalimat pertama di atas
bukanlah kalimat yang benar. Sedangkan kalimat kedua yang menggunakan morfem
rangkap 「~ていた」adalah kalimat yang benar. Sebab dengan fungsinya sebagai (非完
結相) atau aspek ketidak selesaian, morfem ini menunjukkan bahwa Tarou dari jam tiga
sedang membangun rumahnya dan masih membutuhkan waktu sampai rumah tersebut
selesai dibuat.
Akan tetapi, bila ada penambahan kata 「二ヶ月かかって」(membutuhkan waktu
dua bulan), maka penggunaan morfem 「~た」lah yang benar, sebab kalimat tersebut
menunjukkan suatu keselesaian peristiwa secara keseluruhan kalimat yang terjadi pada
kurun waktu dua bulan.
2.8.1 Fungsi dan Kedudukan Morfem 「~た」
Menurut Machida (1989:70), di dalam bahasa Jepang, kelampauan ditunjuk melalui 2
bentuk morfem yaitu morfem 「~た」dan morfem rangkap 「~ていた」. Fungsi dan
kedudukan morfem 「~た」menurut Machida (1989:71-81) adalah sebagai berikut:
54
1. Apabila predikat kalimat adalah kata benda bentuk 「名詞+ダ」dan kata sifat, maka
untuk menunjukkan kelampauannya digunakan morfem 「~た」.
Contoh:
花子は美しかった。(Hanako sangat cantik.)
Untuk memperjelas ‘waktu’ terjadinya kejadian tersebut dapat digunakan keterangan
adverbia waktu seperti dalam contoh di bawah ini.
Contoh:
花子は若い頃美しかった。(Waktu muda Hanako sangat cantik.)
Dalam kalimat di atas keterangan adverbia waktu yang digunakan adalah 若い頃
yang berarti ‘waktu masih muda’ semakin memperjelas bahwa ketika masih muda
Hanako cantik.
2. Morfem 「~た」digunakan untuk melampaukan kata kerja 「当たる」 ,yang
menyatakan hubungan langsung antara frase kata benda yang menjadi subjek dan kata
kerja yang menjadi predikat.
Contoh:
昨年は文化の日が日曜日に当たった。
(Tahun lalu, hari kebudayaan jatuh pada hari minggu.)
Dari contoh di atas dapat dilihat hubungan langsung antara frase kata benda yang
menjadi subjek yaitu「文化の日」dan「日曜日」dengan kata kerja yang menjadi
55
predikat yaitu「当たった」. Hubungannya terlihat dari makna kalimatnya yaitu, tahun
lalu hari kebudayaan jatuh pada hari minggu.
3. Morfem 「~た」digunakan pada pola 「可能形」atau kalimat yang menunjukkan
adanya sebuah “kemampuan” di masa lampau.
Contoh:
太郎は泳げた。(Tarou dapat berenang.)
Dari contoh kalimat di atas dapat dilihat bahwa Tarou mempunyai kemampuan untuk
berenang di masa lampau. Situasi yang menjadi topik utama di sini adalah bahwa Tarou
‘dapat’ berenang.
4. Morfem 「~た」digunakan untuk kalimat yang menunjukkan suatu perubahan situasi
yang mempengaruhi subjeknya.
Contoh:
花子は大勢の人と友達になることができた。
(Hanako dapat menjadi teman orang hebat.)
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa Hanako yang tadinya tidak bisa berteman
sudah menunjukkan perubahan dalam keberanian untuk berteman dengan banyak orang.
Hal ini diakibatkan oleh adanya kata 「ことができる」. Untuk menunjukkan perubahan
situasi yang berhubungan dengan subjek, dapat juga digunakan kata-kata sebagai berikut
sebagai pendukung, yaitu: 「やっと」dan「とうとう」.
56
Contoh:
1ヶ月コーチについて、太郎はやっと泳げた。
(Setelah dilatih selama 1 bulan oleh pelatih, akhirnya Tarou dapat berenang.)
5. Morfem「~た」digunakan untuk menunjukkan perubahan cara berpikir pada si
penutur, mengenai satu kondisi.
Contoh:
私は花子が美しいと思った。(Saya rasa Hanako sangat cantik.)
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa ‘saya’ dalam kalimat merasa kalau Hanako
itu cantik bukan di masa lampau, tapi kalimat tersebut menunjukkan bahwa ‘saya’ yang
tadinya tidak menyangka kalau Hanako itu cantik, ketika bertemu dan melihat Hanako
‘baru’ mengetahui atau merasa bahwa Hanako itu cantik.
6. Morfem「~た」digunakan pada kata kerja kontinuatif untuk menunjukkan suatu
keselesaian (完結相) yang bermakna, situasi atau kondisi yang sedang berlangsung telah
selesai.
Contoh kata kerja kontinuatif menurut Kindaichi (1989:9-11) adalah:
- Kegiatan yang dilakukan oleh manusia yaitu: 「読む」、「書く」、「泣く」、「歌
う」、「見る」、「聞く」、「食う」, dan lain-lain.
- Yang menyatakan fenomena alam yaitu: 「散る」、「降る」「揺れる」、「燃える」,
dan lain-lain.
57
Contoh:
a. 太郎は走った。(Tarou berlari)
Bentuk positif ‘present tense’ dari kalimat (a) adalah 「太郎が走る」. Kata「走
る」di sini menunjukkan kondisi yang tidak ada limit atau dalam bahasa jepangnya
disebut sebagai higenkaiteki (非限界的). Jadi maknanya adalah Tarou terus berlari, dan
apabila bentuk tersebut dirubah menjadi bentuk lampau menjadi「太郎は走った」 ,
maka dalam kalimat ini diterangkan bahwa kondisi ‘berlari’ yang dilakukan Tarou
akhirnya selesai.
7. Morfem 「~た」dapat berfungsi sebagai titik awal mulainya sesuatu atau dalam
bahasa Jepang disebut sebagai kaishiten (開始点).
Contoh:
ゴトンと汽車が動いた。(Gruduk, kereta itu mulai bergerak.)
Dari kalimat di atas dapat dilihat bahwa setelah bunyi gruduk, kereta itu mulai
bergerak. Tanpa menggunakan kata hajimeru yang berarti ‘mulai’ dapat diketahui
dengan adanya pola penggunaan morfem 「~た」kita ketahui bahwa kereta tersebut
mulai bergerak. Beberapa kata penanda yang digunakan yaitu: 「と」yang artinya
‘syarat’ dan 「すぐに」yang artinya adalah ‘langsung’.
8. Morfem 「~た」berfungsi untuk menunjukkan suatu kebiasaan atau shuukan.
Contoh:
58
太郎は毎朝神宮外苑をはしった。(Setiap pagi Tarou berlari di taman kuil.)
花子はよく町で太郎を見かけた。(Hanako sering melihat Tarou di jalan kota.)
Perlu diperhatikan di sini bahwa, untuk menunjukkan suatu kebiasaan dengan
memakai morfem 「 ~ た」 , harus disertai dengan adverbia yang menunjukkan
keterangan seperti 「毎朝」、「毎日」、「よく」, dll. Jika tanpa ada keterangan seperti
「毎朝」、「毎日」、「よく」, dll maka kalimat tersebut akan menunjukkan bahwa
kejadian itu hanya terjadi satu kali di masa lampau.
Contoh:
太郎は神宮外苑をはしった。(Tadi Tarou berlari di taman kuil.)
花子は町で太郎を見かけた。(Tadi Hanako melihat Tarou di jalan kota.)
9. Morfem 「~た」pada kata kerja sesaat berfungsi untuk menunjukkan suatu kejadian
yang terjadi hanya sesaat atau 瞬間的 di titik kejadian tersebut berlangsung.
Contoh kata kerja sesaat menurut Kindaichi (1989:9-11) adalah: 「死ぬ」、「点く」、
「消える」、「触る」、「覚める」、「止まる」、「忘れる」「失う」, dan lain-lain.
Contohnya:
花子の母親が死んだ。(Ibu Hanako sudah meninggal.)
Penggunaan morfem Morfem 「~た」pada kalimat di atas menunjukkan bahwa
kejadian sesaat yaitu peristiwa meninggalnya ibu Hanako selesai saat itu juga. Penutur
59
dalam kalimat di atas mengalami sendiri dengan ikut melihat kejadian sesaat saat ibu
Hanako menghembuskan nafas terakhir.
Untuk memperjelas waktunya, dapat ditambahkan keterangan waktu sebagai
pelengkapnya.
Contoh:
昨日の朝9時に花子の母親は死んだ。
(Ibu Hanako sudah meninggal jam 9 pagi kemarin.)
2.8.2 Fungsi dan Kedudukan Morfem 「~ていた」
Fungsi dan kedudukan morfem rangkap「~ていた」menurut Machida (1989:71-79)
adalah sebagai berikut:
1. Morfem rangkap「~ていた」digunakan untuk menerangkan hubungan antara frase
kata benda yang menjadi subjek dan kata kerja yang menjadi predikat yang jumlahnya
sangat terbatas yaitu pada kata 「異なる」dan 「適する」
Contoh:
太郎の性格と次郎の性格は異なっている。
(Sifat Tarou dan Jirou sangat berbeda.)
Dari kalimat di atas dapat dilihat bahwa frase kata bendanya adalah「太郎の性格」
dan「次郎の性格」 sedangkan kata kerja yang menjadi predikatnya adalah「異なって
60
いる」. Hubungan langsung diantara frase kata benda dan kata kerja yang menjadi
predikatnya adalah bahwa kepribadian Tarou dan Jirou berbeda.
2. Untuk menunjukkan suatu keyakinan atau pikiran 「思考・信念」 di masa lampau.
Contoh:
私は花子が美しいと思っていた。(Dulu saya pikir Hanako itu sangat cantik.)
Hal ini berbeda dengan fungsi penggunaan morfem 「 ~た」 yang juga untuk
menyatakan suatu keyakinan atau pikiran 「思考・信念」. Fungsi morfem 「~た」pada
kalimat hanya akan menunjukkan perubahan cara berpikir, maka dalam fungsi morfem
「~ていた」 kalimat akan menunjukkan kelampauan dari keyakinan atau pikiran
seseorang. Jadi ‘saya’ dalam kalimat tersebut berpikir kalau Hanako itu cantik di masa
lampau.
3. Morfem rangkap 「 ~ て い た 」 pada kata kerja kontinuatif berfungsi untuk
menunjukkan ketidak selesaian (非完結相) yang bermakna, situasi atau kondisi yang
sedang berlangsung tidak diketahui kapan berakhirnya.
Contoh:
太郎は走っていた。(Tarou berlari pada pukul tiga lewat satu menit.)
Dalam kalimat di atas dapat dilihat bahwa Tarou tadi sedang berlari dan belum
diketahui kapan Tarou akan berhenti berlari.
61
4. Morfem rangkap 「~ていた」pada kata kerja sesaat berfungsi untuk menunjukkan
kejadian yang terjadi hanya sesaat atau 瞬間的 di masa lampau dan hasilnya masih
dapat dilihat sampai sekarang.
Contoh:
空は曇っていた。(Langit dalam keadaan mendung)
Dari kalimat di atas dapat dilihat bahwa penutur tidak melihat kejadian langsung saat
langit mulai mendung, yang dialami oleh penutur hanyalah ketika ia melihat ke atas,
langit dalam keadaan sudah mendung. Dalam hal ini fungsi morfem rangkap 「~てい
た」adalah untuk menunjukkan masih tersisanya hasil peristiwa di masa lampau yaitu,
sampai sekarangpun masih dapat dilihat bahwa langit masih dalam keadaan mendung.