bab 2 landasan teori 2.1.pengertian pemeliharaanthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2008-1-00474-tisi bab...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
Dalam penyusunan penelitian ini, penulis mengacu pada berbagai literatur yaitu
buku-buku, jurnal, dan sebagainya. Berikut ini dijabarkan teori yang mendasari
penelitian.
2.1.Pengertian Pemeliharaan
Definisi maintenance (pemeliharaan) menurut Assauri (1995, p95) adalah
suatu kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas dan peralatan pabrik serta
mengadakan perbaikan, penyesuaian atau penggantian yang diperlukan untuk
mendapatkan suatu kondisi operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan yang
direncanakan.
Hampir semua sistem teknis dipelihara. Pemeliharaan sistem mencakup
corrective dan preventive maintenance (O’Connor, 2004, p401). Pemeliharaan
perbaikan (corrective maintenance) mencakup kegiatan yang mengembalikan sistem
dari keadaan rusak ke status beroperasi atau sedia. Corrective maintenance tidak
direncanakan, dapat dikuantifikasikan sebagai mean time to repair (MTTR ).
2.2.Preventive Maintenance
Preventive Maintenance (Ebeling, 1997, p189) adalah pemeliharaan yang
dilakukan secara terjadwal, umumnya secara periodik, dimana sejumlah tugas
pemeliharaan seperti inspeksi, perbaikan, penggantian, pembersihan, pelumasan
dan penyesuaian dilaksanakan.
42
Kegiatan dilakukan untuk menjaga sistem dalam keadaan beroperasi atau
status sedia. Bisa berupa servis,misalnya pembersihan atau pemberian pelumas, atau
dengan inspeksi untuk mencari kegagalan (failure). Preventive maintence
direncanakan, diukur dalam waktu yang dibutuhkan sampai melakukan tugas
pemeliharaan dan frekuensinya.
Preventive maintenance melibatkan perbaikan, penggantian, dan
pemeliharaan peralatan untuk menghindari kegagalan yang tidak diharapkan selama
penggunaan. Tujuan dari program preventive maintenance adalah minimasi total
biaya.
Ada dua pendekatan untuk melakukan preventive maintenance (Saxena,
1995). Pendekatan tradisional adalah berdasarkan penggunaan analisa reliability dan
statistik dari kegagalan peralatan. Pendekatan kedua melibatkan pengawasan kondisi
peralatan di bawah kondisi tertentu dengan sensor untuk memprediksi kapan
kegagalan mesin dapat terjadi. Pada pendekatan ini (condition-based), interval antar
preventive maintence tidak pasti melainkan dilakukan ketika dibutuhkan.
2.3.Tujuan Maintenance
Tujuan utama maintenance menurut Assauri (1999, p95) adalah:
1. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana
produksi.
2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan
oleh produk itu sendiri dan kegiatan produsi tidak terganggu.
3. Memaksimalkan umur kegunaan alat atau fasilitas.
43
4. Menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama waktu yang
ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan.
5. Untuk mencapai tingkat pemeliharaan serendah mungkin, dengan melaksanakan
kegiatan maintenance secara efektif dan efisien secara keseluruhannya.
6. Menghindari kegiatan maintenance yang dapat membahayakan keselamatan para
pekerja.
7. Mengadakan suatu kerjasama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya dari
suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan, yaitu
tingkat keuntungan atau return of investment yang sebaik mungkin dan total
biaya yang terendah.
2.4.Pengantar Kehandalan (Reliability)
Definisi umum teknik kehandalan (reliability) yaitu (O’Connor, 2004, p1):
probabilitas sebuah produk akan melakukan fungsi yang diperlukan tanpa kegagalan
pada kondisi tertentu dalam suatu periode tertentu.
Tujuan dari teknik kehandalan, secara urutan prioritasnya, yaitu:
1. untuk mengaplikasikan pengetahuan teknik dan teknik spesialis untuk
menghindari atau mengurangi kemungkinan atau frekuensi kegagalan
2. untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab kegagalan yang muncul,
termasuk usaha untuk menghindarinya
3. untuk menentukan cara-cara dalam mengatasi kegagalan yang muncul, jika
penyebabnya belum diperbaiki.
4. untuk mengaplikasikan metode dalam memperkirakan kemungkinan kehandalan
dari rancangan baru, dan unutk menganalisa data kehandalan.
44
Alasan utama terjadinya kegagalan yaitu:
1. Rancangan mungkin saja tidak begitu baik dari bawaannya. Bisa saja terlalu
lemah, mengkonsumsi terlalu banyak tenaga, mengalami resonansi pada
frekuensi yang salah, dll. Penyebab terjadinya kegagalan tidak ada habis-
habisnya, dan setiap masalah perancangan memungkinkan kegagalan, tidak
berfungsi sebagaimana mestinya, atau kesalahan. Semakin rumit desainnya atau
semakin sulit masalahnya yang harus diatasi, kemungkinannya semakin besar.
2. Produk bisa mengalami tekanan berlebihan. Jika tekanan yang diberikan
melebihan kekuatannya, kegagalan dapat terjadi. Misalnya sebuah komponen
elektronik akan gagal jika diberi tekanan elektris (tegangan, arus) yang melebihi
kemampuannya untuk menahan. Kegagalan karena tekanan berlebih tidak terlalu
sering terjadi, karena perancang membuat kelonggaran untuk keamanannya.
Spesifikasi komponen elektronik menyatakan kondisi maksimum dari sebuah
aplikasi, dan perancang sirkuit mengusahakan agar spesifikasi tersebut tidak
terlampaui.
3. Kegagalan dapat disebabkan karena variasi.
4. Kegagalan dapat disebabkan karena usang (wearout). Istilah wearout mencakup
mekanisme atau proses yang menyebabkan sebuah produk yang cukup kuat pada
awalnya menjadi melemah dengan bertambahnya umurnya. Contoh yang paling
baik adalah fatigue bahan, aus di antara permukaan yang saling bersentuhan atau
bergesekan, korosi, dan usangnya mekanisme bola lampu dan tabung
fluoroscent.
5. Kegagalan bisa disebabkan mekanisme lainnya. Habisnya baterai, lambatnya
pekerjaan karena temperatur tinggi yang terus menerus dan tekanan tensil
45
(misalnya dalam piringan turbin dan sambungan solder) adalah contoh dari
mekanisme tersebut.
6. Kegagalan bisa disebabkan oleh sneak. Sneak adalah kondisi di mana sistem
tidak bekerja dengan benar meskipun semua komponennya bekerja dengan baik.
Sebagai contoh, pada rancangan sebuah sistem elektronik bisa saja pada saat
kondisi tertentu operasi yang tidak tepat yang terjadi.
7. Kegagalan dapat disebabkan karena kesalahan, misalnya spesifikasi yang salah,
rancangan atau pengkodean perangkat lunak, kesalahan perakitan atau pengujian,
kekurangan atau pemeliharaan yang salah, atau penggunaan yang salah.
Kegagalan mekanisme yang terbanyak disebabkan karena hal-hal tersebut di
atas.
8. Ada banyak penyebab kegagalan lainnya. Roda gigi berisik, oli bocor, layar
tampilan yang berkedip, instuksi operasi yang salah atau ambigu, sistem
elektronik mengalami interferensi elektromagnetik, dll.
Kegagalan bisa saja mempunyai banyak penyebab dan efek, dan juga ada
persepsi yang berbeda-beda mengenai kejadian apa yang bisa diklasifikasikan
sebagai kegagalan. Sebagai contoh, terbakarnya segel cincin-O pada roket pesawat
angkasa luar tidak dianggap sebagai kegagalan, sampai peluncuran Challenger yang
gagal karena hancur terbakar. Kita juga tahu bahwa semua kegagalan, secara
prinsipnya dan juga prakteknya, bisa dihindari.
Realibility (kehandalan) didefinisikan dalam banyak cara yang berbeda-beda,
tapi definisi yang paling umum diterima adalah kemampuan dari sebuah produk
untuk melakukan fungsi khusus dalam lingkungan yang dirancang selama jangka
waktu minimum atau jumlah siklus atau kejadian minimum.
46
Seperti halnya pengendalian kualitas (quality control), reliabilitas didasarkan
pada teori statistik atau probabilitas. Tujuan pokoknya adalah mampu diandalkan
untuk bekerja sesuai dengan fungsinya dengan suatu kemungkingan sukses dalam
periode waktu tertentu yang ditargetkan.
Reliability mengenai frekuensi kegagalan sistem, sedangkan maintainability
adalah mengenai mengurangi durasi kegagalan sistem dan usaha yang diperlukan
untuk mengembalikan operasional sistem setelah terjadinya kegagalan.
2.5.Mean Time To Failure (MTTF)
Mean time to failure (MTTF) adalah nilai rata-rata atau nilai yang diharapkan
(expected value) dari suatu distribusi kerusakan. Perhitungan nilai MTTF untuk
masing – masing distribusi adalah :
Distribusi Weibull
MTTF =
11.
Distribusi Eksponential
MTTF = 1
Distribusi Normal
MTTF = μ
Distribusi Lognormal
MTTF = 2
2
.s
med et
47
2.6.Mean Time To Repair (MTTR)
Untuk dapat menentukan nilai tengah dari fungsi probabilitas untuk
waktu perbaikan, distribusi data waktu perbaikan perlu diketahui terlebih dahulu.
Penentuan atau pengujian dilakukan dengan cara yang sama dengan yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Rumus yang digunakan untuk masing – masing distribusi adalah :
Distribusi Weibull
MTTR =
11.
Distribusi exponential
MTTR = 1
Distribusi normal dan lognormal
MTTR = 2
2
.s
med et
2.7.Reliability Tanpa Preventive Maintenance dan MenggunakanPreventive Mainienance
Peningkatan keandalan dapat ditempuh dengan cara preventive maintenance
karena pengaruh wearout mesin atau komponen dapat dikurangi. Model keandalan
berikut mengasumsikan sistem kembali ke kondisi baru setelah menjalani preventive
maintenance. Keandalan pada saat t dinyatakan sebagai berikut (Ebeling, 1997,
p204) :
Rm(t) = R(t) untuk 0 ≤ t < T
Rm(t) = R(T)n.R(t-T) untuk T ≤ t < 2T
48
Secara umum persamaannya adalah :
Rm(t) = R(T)n.R(t-nT) untuk nT ≤ t < (n+1)T dan n = 1,2,3,…
Dimana :
T adalah selang waktu preventive maintenance
t adalah waktu operasional mesin
n merupakan jumlah perawatan
Rm(t) adalah reliability dengan preventive maintenance
R(T)n adalah probabilitas kehandalan hingga n selang waktu perawatan
R(t-nT) adalah probabilitas kehandalan untuk waktu t-nT dari tindakan
preventive yang terakhir.
2.8.Sistem
Sistem menurut O’Brien (2003, p8) adalah suatu kelompok dari elemen-
elemen yang saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lain dan menciptakan
suatu kesatuan yang utuh. Elemen-elemen ini bekerja sama untuk mencapai suatu
tujuan bersama dengan menerima input dan memproduksi output dalam proses
transformasi yang terorganisir.
Sistem memiliki tiga komponen dasar yang saling berinteraksi :
Input : mencakup mendapatkan dan mengatur komponen atau elemen yang
masuk ke sistem untuk diproses. Contohnya mencakup bahan mentah, data,
usaha manusia.
49
Proses : mencakup proses transformasi yang mengubah input menjadi output.
Contohnya mencakup proses manufaktur, perhitungan matematis, dan lain
sebagainya.
Output : mencakup elemen yang telah melalui proses transformasi. Contoh
mencakup jasa, produk dan informasi.
Selain ketiga komponen dasar tersebut, terdapat dua lagi komponen
tambahan yaitu :
Feedback : data mengenai performa sistem.
Control : mecakup pengawasan dan evaluasi dari feedback untuk mengetahui
bila sistem bergerak menuju tujuan yang telah ditetapkan.
2.9.Sistem Informasi
Beberapa definisi sistem informasi adalah sebagai berikut :
1. Menurut O’Brien (2003, p7) sistem informasi dapat berupa kombinasi dari
manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan
sumber data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi di
dalam sebuah organisasi.
2. Menurut Whitten (2001, p8) sistem informasi adalah susunan dari orang,
data, proses, penyajian informasi, dan teknologi informasi yang berinteraksi
untuk mendukung dan mengembangkan pengoperasian sehingga dapat
membantu dalam penyelesaian masalah dan pembuatan keputusan yang
dibutuhkan oleh manajemen dan pengguna.
50
2.10. Sistem Informasi Manajemen
McLeod (2001, p239) mendefinisikan Sistem Informasi Manajemen
(SIM) sebagai sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi
pengguna yang memiliki kepentingan yang sama yaitu pengambilan keputusan
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh organisasi / perusahaan.
Output dari SIM adalah berupa laporan periodik, laporan khusus dan
perhitungan matematis.
Model SIM dapat dijelaskan dalam gambar berikut ini.. Dimana
ditunjukkan bahwa data dan informasi didapat dari lingkungan. Database
digunakan oleh software untuk menghasilkan laporan dan model matematis juga
digunakan untuk menghasilkan perhitungan yang akan digunakan oleh
pengambil keputusan dalam organisasi baik itu berupa manager maupun non
manager. Aliran data dan informasi dibedakan untuk menunjukkan yang mana
yang merupakan input dan output dari komponen sistem.
51
Sumber : McLeod (2000, p240)
Gambar 2.1 Model Sistem
SIM memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah dalam dua
cara:
Sumber daya informasi organisasi secara menyeluruh
SIM menyiapkan dan merupakan sarana untuk menghubungkan para
manager dalam organisasi, sehingga informasi dapat digunakan bersama
untuk mendukung pemecahan masalah yang dihadapi.
52
Pemahaman dan identifikasi masalah
Sesuai dengan konsep SIM yaitu sebagai penyedia informasi terus menerus
bagi manager (pengambil keputusan). Penggunaan SIM dapat memberikan
gambaran dan sinyal akan masalah yang dihadapi atau yang akan terjadi bila
keputusan lebih lanjut tidak segera diambil. SIM juga membantu dalam hal
pemahaman penyebab dari masalah tersebut.
2.11. Konsep Perancangan dan Analisa Berorientasi Objek (Object Oriented
Analysis dan Design / OOAD)
Menurut Mathiassen et al. (2000, pp3-4), OOAD merupakan metode
untuk menganalisa dan merancang suatu sistem informasi dengan menggunakan
objek dan class sebagai konsep dasarnya. Sedangkan menurut Whitten et al.
(2004, p31), Object Oriented Analysis and Design (OOAD) merupakan
kumpulan alat dan teknik mengembangkan sistem dengan menggunakan
teknologi objek untuk membuat sebuah sistem dan programnya.
Terdapat tiga buah konsep atau teknik dasar dalam proses analisa dan
perancangan berorientasi objek, yaitu:
1. Encapsulation
Encapsulation dalam bahasa pemrograman berorientasi objek secara
sederhana berarti pengelompokkan fungsi. Pengelompokkan ini bertujuan
agar developer tidak perlu membuat coding untuk fungsi yang sama,
melainkan hanya perlu memanggil fungsi yang telah dibuat sebelumnya.
53
2. Inheritance
Inheritance dalam bahasa pemrograman berorientasi objek secara
sederhana berarti menciptakan sebuah class baru yang memiliki sifat-sifat
dan karakteristik-karakteristik sama dengan yang dimiliki class induknya
disamping sifat-sifat dan karakteristik-karakteristk individualnya.
3. Polymorphism
Polymorphism berarti kemampuan dari tipe objek yang berbeda untuk
menyediakan atribut dan operasi yang sama dalam hal yang berbeda.
Polymorphism adalah hasil natural dari fakta bahwa objek dari tipe yang
berbeda atau bahkan dari sub-tipe yang berbeda dapat menggunakan atribut
dan operasi yang sama.
2.12. Keuntungan dan Kelemahan Object Oriented Analysis and Design (OOAD)
Mathiassen et al. (2000, p5) menyebutkan bahwa terdapat keuntungan
menggunakan OOAD diantaranya adalah:
1. OOAD memberikan informasi yang jelas mengenai konteks sistem.
2. Dapat menangani data yang seragam dalam jumlah yang besar dan
mendistribusikannya ke seluruh bagian organisasi.
3. Berhubungan erat dengan analisa berorientasi objek, perancangan
berorientasi objek, user interface berorientasi objek, dan pemrograman
berorientasi objek.
54
Selain keuntungan yang diperoleh dalam menggunakan OOAD seperti
yang telah disebutkan di atas, ternyata juga terdapat beberapa kelemahan yang
berhasil diidentifikasi oleh Raymond McLeod, Jr (2001, p615) yaitu:
1. Diperlukan waktu lama untuk memperoleh pengalaman pengembangan.
2. Kesulitan metodologi untuk menjelaskan sistem bisnis yang rumit.
3. Kurangnya pilihan peralatan pengembangan yang khusus disesuaikan
untuk sistem bisnis.
2.13. Aktivitas Utama Perancangan dan Analisa dengan OOAD
Mathiassen et al. (2000, pp14-15) menjelaskan empat buah aktivitas
utama dalam analisa dan perancangan berorientasi objek yang digambarkan
berikut ini.
Gambar 2.2 Aktivitas Utama dalam OOAD
55
Keempat aktivitas utama dalam melakukan analisa dan perancangan
berorientasi objek menurut Mathiassen et al. (2000, pp14-15) dijelaskan sebagai
berikut.
1. Analisis Problem Domain
Problem domain merupakan bagian dari situasi yang diatur,
diawasi, dan dikendalikan oleh sistem. Tujuan melakukan analisis problem
domain adalah mengidentifikasi dan memodelkan problem domain.
Analisis problem domain terbagi menjadi tiga aktivitas yang
digambarkan di bawah ini yaitu:
a. Memilih objek, class, dan event yang akan menjadi elemen model
problem domain.
b. Membangun model dengan memusatkan perhatian pada relasi struktural
antara class dan objek.
c. Mendeskripsikan properti dinamis dan atribut untuk setiap class.
Classes
Structure
BehaviourSystemDefinition
Model
Gambar 2.3 Aktivitas Analisis Problem Domain
56
Pada aktivitas classes, langkah awal yang perlu dilakukan adalah
menentukan class. Langkah berikutnya adalah membuat sebuah event table
yang dapat membantu menentukan event-event yang dimiliki oleh setiap
class.
Pada aktivitas structure, class-class yang telah ditentukan
sebelumnya akan dihubungkan berdasarkan tiga jenis hubungan yaitu
generalisasi, agregasi, atau asosiasi sehingga menjadi sebuah skema yang
disebut class diagram.
Dalam aktivitas behavior, definisi class dalam class diagram akan
diperluas dengan menambahkan deskripsi pola perilaku dan atribut dari
masing-masing class. Pola perilaku dari class terdiri dari tiga jenis, yaitu:
Sequence
Merupakan event yang terjadi secara berurutan satu per satu.
Selection
Merupakan pemilihan salah satu dari beberapa event yang terjadi.
Iteration
Merupakan event yang terjadi berulang kali.
Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah statechart diagram yang
menunjukkan perubahan status dari masing-masing class yang dikarenakan
oleh event tertentu mulai dari initial state sampai dengan final state.
57
2. Analisis Application Domain
Application domain merupakan organisasi yang mengatur,
mengawasi, atau mengendalikan problem domain. Tujuan dilakukannya
analisis application domain adalah untuk menentukan kebutuhan
penggunaan sistem.
Sama seperti analisis problem domain, analisis application domain
juga terdiri dari beberapa aktivitas antara lain:
a. Menentukan penggunaan sistem dan bagaimana sistem berinteraksi
dengan user.
b. Menentukan fungsi dan kemampuan sistem dalam mengolah informasi.
c. Menentukan kebutuhan interface sistem dan merancang interface.
Berikut ini merupakan gambaran aktivitas-aktivitas yang dilakukan
pada saat melakukan analisis application domain.
Gambar 2.4 Aktivitas Analisis Application Domain
Dalam aktivitas usage, hal pertama yang harus dilakukan adalah
membuat actor table yang dapat membantu menentukan actor dan use case
yang berkaitan. Langkah selanjutnya adalah membuat use case diagram
58
sehingga terlihat lebih jelas interaksi antara actor dengan masing-masing
use case.
Function merupakan fasilitas sistem yang menjadikan sistem
tersebut berguna bagi actor. Terdapat empat jenis function, antara lain:
Update
Fungsi update diaktifkan oleh event problem domain dan menghasilkan
perubahan status model.
Signal
Fungsi signal diaktifkan oleh perubahan status model dan menghasilkan
reaksi di dalam context.
Read
Fungsi read diaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi dan
menghasilkan tampilan model sistem yang relevan.
Compute
Fungsi compute diaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi dan
berisi perhitungan yang dilakukan baik oleh actor maupun oleh model.
Hasilnya adalah tampilan dari hasil perhitungan yang dilakukan.
Aktivitas interface mencakup pembuatan navigation diagram yang
merupakan skema yang menunjukkan tampilan dari sistem dan relasi antar
interface.
59
3. Architectural Design
Architectural design berfungsi sebagai kerangka kerja dalam
aktivitas pengembangan sistem dan menghasilkan struktur komponen dan
proses sistem. Tujuannya adalah untuk menstrukturisasi sebuah sistem
yang terkomputerisasi.
Tahap architectural design terdiri dari tiga aktivitas yaitu criteria,
component architecture, dan process architecture seperti yang
digambarkan pada gambar berikut.
Gambar 2.5 Aktivitas Architectural Design
Criterion merupakan properti yang diinginkan dari sebuah
arsitektur. Tabel berikut menunjukkan criterion yang telah ditentukan oleh
para peneliti untuk menentukan kualitas dari sebuah software.
Tabel 2.1 Criteria Kualitas Software
Criterion Ukuran
Usable Kemampuan sistem beradaptasi dengan contextorganisasional dan teknikal.
Secure Pencegahan akses ilegal terhadap data dan fasilitas.Efficient Eksploitasi ekonomis dari fasilitas technical platform.
60
Criterion UkuranCorrect Kesesuaian dengan kebutuhan.Reliable Fungsi yang dijalankan secara tepat.Maintainable Biaya untuk mencari dan memperbaiki kerusakan sistem.
Testable Biaya untuk menjamin bahwa sistem melakukan fungsinya.
Flexible Biaya memodifikasi sistem.Comprehensible Usaha yang diperlukan untuk memahami sistem.
Reusable Penggunaan bagian dari sistem ke dalam sistem lain yang berkaitan.
Portable Biaya memindahkan sistem ke technical platform lain.Interoperable Biaya pemasangan sistem dengan sistem lain.
Kriteria usable, flexible, dan comprehensible tergolong sebagai
kriteria umum yang harus dimiliki oleh sebuah sistem dan menentukan baik
tidaknya suatu rancangan sistem.
Component architecture adalah struktur sistem dari komponen-
komponen yang berkaitan. Dalam aktivitas ini, perlu ditentukan pola
arsitektural yang paling sesuai dengan model sistem. Pola-pola arsitektural
tersebut antara lain:
Layered Architecture Pattern
Generic Architecture Pattern
Client-Server Architecture Pattern
Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah component diagram yang
merupakan class diagram yang dilengkapi dengan spesifikasi komponen
yang kompleks.
Process architecture adalah sebuah struktur eksekusi sistem yang
terdiri dari proses-proses yang saling tergantung satu sama lain. Dalam
61
aktivitas ini juga perlu menentukan pola distribusi yang sesuai dengan
model sistem. Pola-pola distribusi yang ada antara lain:
Centralized Pattern
Distributed Pattern
Decentralized Pattern
Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah deployment diagram yang
menunjukkan processor dengan komponen program dan active objects.
4. Component Design
Component design bertujuan untuk menentukan implementasi
kebutuhan di dalam kerangka kerja arsitektural. Hasilnya adalah deskripsi
mengenai komponen-komponen sistem. (Mathiassen et al., 2000, p231).
Component design terdiri dari tiga aktivitas, yaitu:
a. Model component
Merupakan bagian sistem yang mengimplementasikan model problem
domain. Dalam aktivitas ini dihasilkan sebuah class diagram yang telah
direvisi.
b. Function component
Merupakan bagian sistem yang mengimplementasikan kebutuhan
fungsional. Hasilnya adalah class diagram dengan operasi dan fungsi-
fungsinya. Terdapat empat pola eksplorasi untuk merancang function
component, yaitu:
Model-Class Placement
Function-Class Placement
62
Startegy
Active Function
c. Connecting component
Merupakan desain hubungan antar komponen untuk memperoleh
rancangan yang fleksibel dan mudah dimengerti. Hasilnya adalah class
diagram yang berhubungan dengan komponen-komponen sistem.
Berikut digambarkan aktivitas-aktivitas yang terdapat dalam
component design.
Gambar 2.6 Aktivitas Component Design