bab 1,2,3

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktifitas berbagai organ sel tubuh. Dalam kaitannya pemenuhan kebutuhan oksigenasi tidak terlepas dari peranan fungsi sistem pernafasan dan kardiovaskuler yang menyuplai kebutuhan oksigen tubuh. Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari empat menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam system (kimia atau fisika). Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energy, dan air. Akan tetapi, penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel. Pernapasan atau 1

Upload: tia-nagzz-wbs

Post on 14-Dec-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

oksigenasi

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar yang digunakan

untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktifitas berbagai

organ sel tubuh. Dalam kaitannya pemenuhan kebutuhan oksigenasi tidak terlepas dari

peranan fungsi sistem pernafasan dan kardiovaskuler yang menyuplai kebutuhan oksigen

tubuh. Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan fisiologis

oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan

metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ

atau sel. Apabila lebih dari empat menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan

berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan

meninggal.

Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam system (kimia atau fisika). Oksigen

(O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses

metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energy, dan air. Akan

tetapi, penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak

yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel. Pernapasan atau respirasi adalah pertukaran gas

antara individu dan lingkungan. Fungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh O2 agar

dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO2 yang dihasilkan oleh sel. Saat

bernapas, tubuh mengambil O2 dari lingkungan untuk kemudian diangkut ke seluruh tubuh

(sel-selnya) melalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran

berupa CO2 akan kembali diangkut oleh darah ke paru-paru untuk dibuang ke lingkungan

karena tidak berguna lagi oleh tubuh.

Dan dalam implementasinya mahasiswa keperawatan diharapkan lebih memahami

tentang apa oksigenasi, bagaimana proses keperawatan pada klien dengan gangguan

oksigenasi dan bagaimana praktik keperawatan yang mengalami masalah atau gangguan

oksigenasi.

1

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut.

1. Apakah definisi dari oksigenasi?

2. Bagaimanakah sistem pernapasan dalam tubuh?

3. Bagaimanakah proses oksigenasi?

4. Apa saja jenis-jenis pernapasan?

5. Bagaimanakah pengukuran fungsi paru?

6. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi?

7. Apakah permasalahan yang terjadi dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi?

8. Bagaimanakah asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi dari oksigenasi

2. Untuk mengetahui system pernapasan dalam tubuh

3. Untuk mengetahui dan memahami proses oksigenasi

4. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis pernapasan

5. Untuk mengetahui dan memahami pengukuran fungsi paru

6. Untuk mengetahui dan memahami faktor –faktor yang mempengaruhi kebutuhan

oksigenasi

7. Untuk mengetahui dan memahami permasalahan yang terjadi dalam pemenuhan

kebutuhan oksigen

8. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan

oksigenasi

1.4 MANFAAT

Dapat mengetahui dan memahami tentang pemenuhan kebutuhan oksigenasi dan

memahami tentang asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

2

Tekanan intra-alveoli meningkat

Volume paru mengecil

Udara bergerak ke luar paruUdara masuk kedalam paru

Tekanan intra-alveoli menurun

Paru mengembang

Tekana interpleura meningkat

Volume toraks mengecil

Otot inspirasi relaksasi

Tekana intrapleura menurun

Volume toraks membesar

Konstriksi otot diafragma dan interkostalis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI OKSIGENASI

Oksigen (O2) adalah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk

mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Oksigenasi adalah peristiwa

menghirup udara dari luar yang mengandung Oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan

Karbondioksida (CO2) sebagai hasil sisa oksidasi. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan

dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan

hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel.

 

2.2 SISTEM PERNAFASAN

Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi, yaitu :

2.2.1 Saluran Pernapasan Bagian Atas

Saluran pernapasan bagian atas berfungsi menyaring, menghangatkan, dan melembabkan

udara yang terhirup. Saluran pernapasan ini terdiri atas :

1. Hidung

Hidung terdiri atas nares anterior (salura dalam lubang hidung) yang memuat kelenjar

sebaseus dengan ditutupi bulu yang kasar dan bermuara ke rongga hidung dan rongga

hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang mengandung pembuluh darah. Proses

oksigenasi diawali dengan penyaringan udara yang masuk melalui hidung oleh bulu yang

ada dalam vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan serta dilembabkan.

2. Faring

Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar tengkorak sampai

esofagus yang terletak di belakang nasofaring (di belakang hidung), orofaring (di

belakang mulut), laringofaring (di belakang laring)

3. Laring

3

Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian dari tulang

rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, terdiri atas 2 lamina yang bersambung

di garis tengah.

4. Epiglotis

Merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup laring pada saat proses

menelan.

2.2.2 Saluran Pernapasan Bagian Bawah

Saluran pernpasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan.

Saluran ini terdiri atas :

1. Trakea

Trakea/batang tenggorok memilii panjang kurang lebih sembilan sentimeter yang dimulai

dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima. Trakea tersusun atas

enam belas sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap berupa cincin, dilapisi selaput

lendir yang terdiri atas epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda

asing.

2. Bronkus

Merupakan bentuk percabangan/kelanjutan dari trakea yang terdiri atas 2 percabangan

kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan lebar daripada bagian kiri yang memiliki

3 lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan

yang berjalan dari lobus atas dan bawah.

3. Bronkiolus

Merupakan saluran percabangan setelah bronkus.

4. Paru

Merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak dalam rongga toraks

setiggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang

diselaputi oleh pleura parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairan pleura

yang berisi cairan surfaktan.

Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri atas 2 bagian, yaitu paru kanan dan paru kiri.

Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung beserta pembuluh darah yang

berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang

4

bersifat elastis, berpori, serta berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan

karbondioksida.

2.3 PROSES OKSIGENASI

Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa

ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan, diagfragma, isi abdomen, dinding

abdomen dan pusat pernafasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernafasan 12-15 kali

per menit. Ada 3 langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan difusi.

1. Ventilasi

Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan paru-paru, jumlahnya sekitar

500 ml. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis serta

persyarafan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diagfragma.Diafragma

dipersyarafi oleh saraf frenik, yang keluarnya dari medulla spinalis pada vertebra servikal

keempat.

Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara antara

intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada inspirasi tekanan intrapleural lebih

negative (725 mmHg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHG) sehingga udara masuk ke

alveoli. Kepatenan Ventilasi terganutung pada faktor :

1) Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan

menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru.

2) Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan

3) Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru

4) Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosa, internal

interkosa, otot abdominal.

2. Perfusi Paru

Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana

pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari

ventrikel kanan jantung.Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam

proses pertukaan oksigen dan karbondioksida  di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru

5

merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat

mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga digunakan jika sewaktu-waktu

terjadi penurunan voleme atau tekanan darah sistemik.

3. Difusi

Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan

karbon dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi adalah

pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah.

Difusi udara respirasi terjadi antara alveolus dengan membrane kapiler. Perbedaan

tekanan pada area membran respirasi akan mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada

tekanan parsial (P) O2 di alveoli sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada

kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen akan berdifusi masuk ke dalam darah.

Berbeda halnya dengan CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg sedangkan pada

alveoli 40 mmHg maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.

2.4 JENIS PERNAPASAN

1. Pernapasan Eksternal

Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya CO2 dari tubuh,

sering disebut sebagai pernapasan biasa.Proses pernapasan ini dimulai dari masuknya

oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas, kemudian oksigen masuk melalui

trakea dan pipa bronchial ke alveoli, lalu oksigen akan menembus membrane yang akan

diikat oleh Hb sel darah merah dan dibawa ke jantung. Setelah itu, sel darah merah dipompa

oleh arteri ke seluruh tubuh untuk kemudian meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100

mmHg. Karbondioksida sebagai hasil buangan metabolism menembus membrane kapiler.

2. Pernapasan Internal

Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel jaringan

dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses meabolisme tuuh, atau juga dapat

dikatakan bahwa proses pernapasan ini diawali dengan daerah yang telah menjenuhkan Hb-

nya kemudian mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler dan bergerak sangat

lambat. Sel jaringan mengambil oksigen dari Hb dsn dsrsh menerima sebagai gantinya dan

menghasilkan karbondioksida sebagai sisa buangannya.

6

INSPIRASI EKSPIRASI

2.5 PENGUKURAN FUNGSI PARU

Deskripsi Nilai rata2 Nilai rata2 Makna klinis

VOLUME TIDAL 5-10 ml/kg Menurun Menurun pada penyakit paru

7

Tekanan intra-alveoli meningkat

Volume paru mengecil

Udara bergerak ke luar paruUdara masuk kedalam paru

Tekanan intra-alveoli menurun

Paru mengembang

Tekana interpleura meningkat

Volume toraks mengecil

Otot inspirasi relaksasi

Tekana intrapleura menurun

Volume toraks membesar

Konstriksi otot diafragma dan interkostalis

(vT) : volume udara

yang dihirup atau

dikeluarkan (ml)

setiap kali bernapas

restriktif dan pada klien lansia

VOLUME

RESIDUAL (RV) :

volume udara (ml)

yang tersisa diparu

setelah ekspirasi

maksimal

1200 ml Meningkat

sebesar

25%

Meningkat pada klien yang

PPOM dank lien lnsia akibat

perubahan recoil elastic paru,

kompliansi dinding dada dan

penurunan massa dan kekuatan

otot pernapasan

KAPASITAS

RESIDUAL

FUNGSIONAL

(FRC): volume

udara (ml) yang

tersisa di paru

setelah ekspirasi

normal

2400 ml Meningkat Meningkat pada klien yang

mengalami penyakit paru

obstruktif dan klien lansia

akibat perubahan pada

kompliansi dinding dada, recoil

elastic paru dan penurunan

massa dan kekuatan otot

pernapasan

KAPASITAS

VITAL(VC):

Volume udara (ml)

yang di ekspirasi

setelah inhalasi

maksimal

4800 ml Menurun

sebesar

25%

Menurun terkait dengan

penurunan kecepatan aliran

yang ditemukan pada edema

pulmonar, atelektasis dan

perubahan yang berhubungan

dengan proses penuaan seperti

penurunan kekuatan otot

pernapasan dan kompliansi

dinsing dada

8

KAPASITAS

PARU TOTAL

(TLC) : volume

udara total (ml)

didalam paru-paru

setelah inspirasi

maksimal

6000 ml Tidak

berubah

Menurun pada penyakit paru

restriktif; meningkat pada

penyakit paru obstriktif

a) Volume Paru

1. Volume pasang surut merupakan jumlah udara keluar-masuk paru padat saat

terjadi pernapasan biasa. Pada orang sehat, besarnya volume pasang surut rata-rata

adalah 500cc.

2. Volume cadangan hisap merupakan jumlah udara yang masih bisa dihirup secara

maksimal setelah menghirup udara pada pernapasan biasa. Pada orang dewasa,

besarnya volume cadangan hisap adalah 3000cc.

3. Volume cadangan hembus merupakan jumlah udara yang masih bisa pernapasan

biasa. Pada orang dewasa, besarnya volume cadangan hembus dapat mencapai

1100cc.

4. Volume sisa merupakan jumlah udara yang masih tertinggal di dalam paru

meskipun telah menghembuskan napas secara maksimal. Pada orang dewasa,

besarnya volume sisa rata-rata adalah 1200cc.

b) Kapasitas Paru

1. Kapasitas hisap merupakan jumlah dari volume pasang surut dan volume

cadangan hisap.

2. Kapasitas cadangan fungsional merupakan jumlah dari volume cadangan hembus

volume sisa.

3. Kapasitas vital merupakan jumlah dari volume cadangan hembus, volume pasang

surut, dan volume cadangan hisap.

9

4. Jumlah keseluruhan volume udara yang ada dalam paru terdiri atas volume pasang

surut, volume cadangan hembus, dan volume sisa.

2.6 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGENASI

a) Saraf Otonomik

Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonomik dapat mempengaruhi

kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi, hal ini dapat terlihat simpatis maupun

parasimpatis

b) Hormon dan Obat

Semua hormon termasuk derivat catecholamine dapat melebarkan saluran pernapasan.

Obat yang tergolong parasimpatis, seperti sulfas atropin dan ekstrak belladona, dapat

melebarkan saluran napas, sedangkan obat yang mengahambat adrenergik tipe beta

(khususnya beta-2), seperti obat yang tergolong penyakit beta nonselektif, dapat

mempersempit saluran napas (bronkhokontriksi).

c) Alergi pada Saluran Napas

10

Pengaruh saraf otonomik

Simpatis Parasimpatis

Ujung saraf mengeluarkan neurotransmiter

Noradrenalin Asetilkolin

Bronkodilatasi Bronkokontriksi

Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain debu yang terdapat dalam

hawa pernapasan, bulu binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan dan lain-

lain. Faktor-faktor ini menyebabkan bersin bila terdapat rangsangan di daerah nasal;

batuk bila di saluran pernapasan bagian atas; bronkhokonstriksi pada asma bronkhiale;

dan rhinitis bila terdapat di saluran pernapasan bagian bawah.

d) Perkembangan

Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi, karena

usia organ dalam tubuh berkembang seiring usia perkembangan.

Kecepatan Respirasi

NORMAL Kecepatan bernapas 16-20 x/menit

NO UMUR RATA-RATA RENTANG

1 BBL – 1 BULAN 35 30-50

2 1 BULAN- 12 BULAN 30 20-30

3 12 BULAN- 2 TAHUN 25 20-25

4 2 TAHUN- 6 TAHUN 22 20-24

5 6 TAHUN- 12 TAHUN 20 20-22

6 REMAJA-DEWASA 16 16-20

e) Lingkungan

Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor alergi,

ketinggian tanah, dan suhu. Kondisi tersebut mempengaruhi kemampuan adaptasi

f) Perilaku

Faktor perilaku yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi adalah perilaku dalam

mengkonsumsi makanan (status nutrisi). Sebagai contoh, obesitas dapat mempengaruhi

proses perkembangan paru, aktivitas dapat mempengaruhi proses peningkatan kebutuhan

11

oksigenasi, merokok dapat menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah, dan

lain-lain.

2.7 MASALAH KEBUTUHAN OKSIGENASI

2.7.1 HIPOKSIA

Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam

tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen dalam tingkat sel,

ditandai dengan adanya warna kebiruan pada kulit (sianosis). Secara umum, terjadinya

hipoksia disebabkan oleh menurunkan kadar Hb, menurunnya difusi O2 dari alveoli ke

dalam darah, menurunnya perfusi jaringan atau gangguan ventilasi yang dapat

menurunkan konsentrasi oksigen. Hipoksia dapat disebabkan oleh :

a. Menurunya hemoglobin

b. Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung

c. Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti keracunan sianida

d. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pada pneumonia

e. Menurunnya perfusi jaringan seperti syok

f. Kerusakan / gangguan ventilasi

Tanda-tanda hipoksia  antara lain : kelelehan, kecemasan, menurunnya kemampuan

konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam, sianosis dan clubbing.

2.7.2 PERUBAHAN POLA PERNAPASAN

1) Tachypnea

Merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi lebih dari 24 kali/menit. Proses

ini terjadi karena paru dalam keadaan atelektaksis/terjadinya emboli.

2) Bradypnea

Merupakan pola pernapasan yang lambat dan kurang dari 10 kali/menit. Pola ini

ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intrakranial yang disertai

narkotik/sedatif.

3) Hiperventilasi

Merupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah oksigen dalam

paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Proses ini ditandai dengan adanya

12

peningkatan denyut nadi, napas pendek, nyeri dada, menurunkan konsentrasi C02, dan

lain-lain. Keadaan demikian dapat disebabkan oleh adanya infeksi keseimbangan

asam basa atau gangguan psiokologis. Hiperventilasi dapat menyebabkan hipokapnea,

yaitu berkurangnya CO2 tubuh di bawah batas normah sehingga rangsangan terhadap

napas pusat menurun. Hiperventilasi dapat disebabkan karena :

a. Kecemasan

b. Infeksi / sepsis

c. Keracunan obat-obatan

d. Ketidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolic

Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri dada

(chest pain), menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinnitus.

4) Kusmaul

Merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang

dalam keadaan asidosis metabolik.

5) Hipoventilasi

Merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup yang

dilakukan pada saat ventilasi alveolar serta tidak cukupnya penggunaan oksigen yang

ditandai dengan adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, atau

ketidakseimbangan elektrolit yang dapat terjadi akibat atelektasis, lumpuhnya otot

pernapasan, depresi pusat pernapasan, peningkatan tahanan jalanan udara, penurunan

tahanan jaringan paru dan toraks, serta penurunan compliance paru dan toraks.

Keadaan demikian, dapat menyebabkan hiperkapnea, yaitu retensi CO2 dalam tubuh

sehingga pCO2 meningkat (akibat hipoventilasi) dan mengakibatkan depresi susunan

saraf pusat.

6) Dispnea

Merupakan perasaan sesak dan berat saat pernaasan. Hal ini dapat disebabkan

oleh perubahan kadar gas dalam darah atau jaringan, kerja berat/berlebihan, dan

pengaruh psikis.

7) Orthopnea

Merupakan kesulitan bernapas, kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan pola

ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru.

13

8) Cheyne stokes

Merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula naik, turun,

berhenti, kemudian mulai dari siklus baru.

9) Pernapasan Paradoksial

Merupakan pernapasan yang ditandai dengan pergerakan diding paru yng

berlawanan arah dari keadaan normal, sering ditemukan pada keadaan atelektaksis.

10) Biot

Merupakan pernapasan yang mirip dengan irama cheyne stokes, tetapi

amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering dijumpai pada rangsangan selaput otak,

tekanan intrakranial yang meningkat, trauma kepala, dan lain-lain.

11) Stridor

Merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran

pernapasan. Pola ini pada umumnya ditemukan pada kasus spasme trakea atau

obstruksi laring.

2.7.3 OBSTRUKSI JALAN NAPAS

Obstruksi jalan napas (bersihan jalan napas) merupakan kondisi pernapasan yang

tidak normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi

yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, stasis sekresi, dan batuk

tidak efektif karena penyakit persarafan, seperti cerebro vascular accident (CVA), efek

pengobatan sedatif, dan lain-lain.

2.7.4 PERTUKARAN GAS

Pertukaran gas merupakan kondisi penurunan gas, baik oksigen maupun

karbondioksida antara alveoli paru dan sistem vaskular, dapat disebabkan oleh sekresi

yang kental atau imobilisasi akibat penyakit sistem saraf, depresi susunan saraf pusat,

atau penyakit radang pada paru. Terjadinya gangguan pertukaran gas ini menunjukkan

kapasitas difusi menurun, antara lain disebabkan oleh penurunan luas permukaan difusi,

penebalan membran alveolar kapiler, terganggunya pengangkutan O2 dari paru ke

14

jaringan akibat rasio ventilasi perfusi tidak baik, anemia, keracunan CO2, dan

terganggunya aliran darah.

2.8 ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

2.8.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Riwayat Keperawatan

Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenasi meliputi : ada

atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan (gangguan hidung dan tenggorokan),

seperti epistaksis (kondisi akibat luka/kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis

akut, hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah, dan kanker), obstruksi nasal

(kondisi akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor, dan influenza), dan keadaan

lain yang menyebabkan gangguan pernapasan. Pada tahap pengkajian keluhan atau

gejala, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan infeksi kronis dari hidung,

sakit pada daerah sinus, otitis media, keluhan nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhu

tubuh hingga sekitar 38,5 derajat Celsius, sakit kepala, lemas, sakit perut hingga

muntah-muntah (pada anak-anak), faring berwarna merah, dan adanya edema.

2. Pola Batuk dan Produksi Sputum

Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk termasuk

batuk kering, keras, dan kaut dengan suara mendesing, berat, dan berubah-ubah

seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit kanker. Juga dilakukan pengkajian

apakah pasien mengalami sakit pada bagian tenggorokan saat batuk kronis dan

produktif serta saat di mana pasien sedang makan, merokok, atau saat malam hari.

Pengkajian terhadap lingkungan tempat tinggal pasien (apakah berdebu, penuh asap,

dan adanya kecenderungan mengakibatkan alergi) perlu dilakukan. Pengkajian

sputum dilakukan dengan cara memeriksa warna, kejernihan, dan apakah bercampur

darah terhadap sputum yang dikeluarkan oleh pasien.

3. Sakit Dada

15

Pengkajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian yang sakit, luas,

intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada apabila posisi

pasien berubah, serta ada atau tidaknya hubungan antara waktu inspirasi dan ekspirasi

dengan rasa sakit.

4. Pengkajian Fisik

Inspeksi. Pengkajian ini meliputi : Pertama, penentuan tipe jalan napas, seperti

menilai apakah napas spontan melalui hidung, mulut, oral, nasal, atau

menggunakan selang endotrakeal atau tracheostomi, kemudian menentukan status

kondisi seperti kebersihan, ada atau tidaknya sekret, perdarahan, bengkak, atau

obstruksi mekanik; kedua, penghitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu

menit (Umumnya, wanita bernapas sedikit lebih cepat. Apabila kurang dari 10

kali per menit pada orang dewasa, kurang dari 20 kali per menit pada anak-anak,

atau kurang dari 30 kali per menit pada bayi, maka disebut sebagai bradipnea atau

pernapasan lambat. Gejala ini juga dijumpai paad keracunan obat golongan

barbiturate, uremia, koma diabetes, miksedema, dan proses desak ruang

intrakranium. Bila lebih dari 20 kali per menit pada orang dewasa, kurang dari 30

kali per menit pada anak-anak, atau kurang dari 50 kali per menit pada bayi, maka

disebut sebagai takhipnea atau pernapasan cepat); ketiga, pemeriksaan sifat

pernapasan, yaitu torakal, abdominal, atau kombinasi keduanya (pernapasan

torakal atau dada adalah mengembang dan mengempisnyarongga toraks sesuai

dengan irama isnpirasi dan ekspirasi. Pernapasan abnominal atau perut adalah

seiramanya inspirasi dengan mengembangnya perut dan ekspirasi dengan

mengempisnya perut. Selain itu, mengembang dan mengempisnya paru juga

diatur oleh pergerakan diafragma. Pernapasan pada laki-laki neonatus, sedangkan

pada anak adalah abnominal atau torakoabnominal, karena otot interkostal pada

neonatus masih lemah , untuk kemudian berkembang. Pada wanita, pernapasan

yang umum adalah pernapasan torakal); keempat, pengkajian irama pernapasan,

yaitu dengan menelaah masa inspirasi dan ekspirasi (Pada orang dewasa yang

sehat, irama pernapasannya teratur dan menjadi cepat jika terjadi pengeluaran

tenaga dalam keadaan terangsang atau emosi). Kemudian, yang perlu diperhatikan

pada irama pernapasan adalah perbandingan antara inspirasi dan ekspirasi. Pada

16

keadaan normal, ekspirasi lebih lama daripada inspirasi, yaitu 2:1. Ekspirasi yang

lebih pendek dari inspirasi terjadi pada orang yang mengalami sesak napas.

Dalam keadaan normal, perbandingan antara frekuensi pernapasan dengan

frekuensi nadi adalah 1:1, sedangkan pada keracunan obat golongan barbiturate

perbandingannya menjadi 1:6. Penyimapanan irama pernapasan, seperti

pernapasan kusmaul, dijumpai pada keracunan alcohol, obat bius, koma diabetes,

uremia, dan proses desak yang instrakranium. Pernapasan biot ditemukan pada

pasien kerusakan otak. Pernapasan cheyne stokes dapat ditemui pada pasien

keracunan obat bius, penyakit jantung, penyakit paru, penyakit ginjal kronis, dan

perdarahan pada susunan saraf pusat); kelima, pengkajian terhadap

dalam/dangkalnya pernapasan (Pada pernapasan yang dangkal, dinding toraks

tampak hampir tidak bergerak. Gejala ini timbul jika terdapat empisema atau jika

pergerakan dinding toraks menimbulkan rasa sakit dan juga jika pada rongga

toraks terjadi proses desak ruang, seperti penimbunan cairan dalam rongga pleura

dan pericardium serta konsolidasi yang dangkal dan lambat).

Palpasi

Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan, seperti nyeri tekan yang

dapat timbul akibat luka, peradangan stempat, metastasis tumor ganas, pleuritis,

atau pembengkakan dan benjolan paad dada. Palpasi dilakukan untuk menentukan

besar, konsistensi suhu, apakah dapat atau tidak digerakkan dari dasarnya.

Melalui palpasi dapat diteliti gerakan dinding toraks pada saat inspirasi dan

ekspirasi terjadi. Cara ini juga dapat dilakukan dari belakang dengan meletakkan

kedua tangan pada kedua sisi tulang belakang. Jika pada puncak paru terdapat

fibrosis, proses tuberculosis, atau suatu tumor, maka tidak akan ditemukan

pengembangan bagian atas pada toraks. Kelainan pada paru, seperti getaran suara

atau fremitus vocal, dapat dideteksi bila terdapat getaran sewaktu pemeriksa

meletakkan tangannya pada dada pasien ketika ia berbicara. Fremitus vokal yang

jelas mengeras dapat disebabkan oleh konsolidasi paru seperti pada pneumonia

lobaris, tuberculosis kascosa pulmonum, tumor paru, atelektasis, atau kolaps paru

dengan bronkus yang utuh dan tidak tersumbat, kavitasi yang letaknya dekat

permukaan paru. Fremitus vokal menjadi lemah atau hilang sama sekali jika

17

rongga pleura menjadi tebal, bronkus tersumbat, jaringan paru tidak lagi elastic

(emfisema), paru menjadi fibrosis, dan terdapat kaverna dalam paru yang letaknya

jauh dari permukaan. Getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa dapat juga

ditimbulkan oleh dahak dalam bronkus yang bergetar pada waktu inspirasi dan

ekspirasi atau oleh pergeseran antara kedua membrane pleura pada pleuritis.

Perkusi. Pengkajian ini bertujuan untuk menilai normal atau tidaknya suara

perkusi paru. Suara perkusi normal adalah suara perkusi sonor, yang bunyinya

seperti kata “dug-dug”. Suara perkusi lain yang dianggap tidak normal adalah

redup, seperti pada infiltrate, konsolidasi, dan efusi pleura. Pekak, seperti suara

yang terdengar bila kita memperkusi paha kita, terdapat pada rongga pleura yang

terisi oleh cairan nanah, tumor pada permukaan paru, atau fibrosis paru dengan

penebalan pleura. Hipersonor, bila udara relatif lebih padat , ditemukan pada

emfisema, kavitas besar yang letaknya perifer, dan pneumotoraks. Timpani,

bunyinya seperti ucapan “dang-dang-dang”. Suara ini menunjukkan bahwa di

bawah tempat yang diperkusi terdapat penimbunan udara, seperti pada

pneumotoraks dan kavitas dekat permukaan paru. Batas atas paru dapat ditentukan

dengan perkusi pada supraklavikularis kedua sisi. Bila didapatkan suara perkusi

yang kurang sosnor, maka kita harus menafsirkan bahwa bagian atas paru tidak

berfungsi lagi, dan berarti batas paru yang sehat terletak lebih bawah dari biasa.

Pada umumnya, hal ini menunjukkan proses tuberculosis di puncak paru. Dari

belakang, apeks paru dapat diperkusi di daerah otot trapezius anatar otot leher dan

pergelangan bahu yang akan memperdengarkan seperti sonor. Batas bawah paru

dapat ditentukan dengan perkusi, di mana suara sonor pada orang sehat dapat

didengar sampai iga keenam garis midaksilaris, iga kedelapan garis midaksilaris,

dan iiga kesepuluh garis skapularis. Batas bawah paru pada orang tua agak lebih

rendah, sedangkan pada anak-anak agak lebih tinggi. Batas bawah meninggi pada

proses fibrosis paru, konsolidasi, efusi pleura, dan asites tumor intra abdominal.

Turunnya batas bawah paru didapati pada emfisema dan pneumotoraks.

Auskultasi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai adanya suara napas, di

antaranya suara napas dasar dan suara napas tambahan. Suara napas dasar adalah

suara napas pada orang dengan paru yang sehat, seperti: pertama, suara vesikuler,

18

ketika suara inspirasi lebih keras dan lebih tinggi nadanya. Bunyi napas vesikuler

yang disertai ekspirasi memanjang terjadi pada emfisema. Suara vesikuler dapat

didengar pada sebagian paru; kedua, suara bronkhial, yaitu suara yang bisa kita

dengar pada waktu inspirasi dan ekspirasi, bunyinya bisa sama atau lebih panjang,

antara inspirasi dan ekspirasi terdengar jarak pause (jeda) yang jelas. Suara

bronkhial terdengar di daerah trakea dekat bronkus, dalam keadaan tidak normal

bisa terdengar seluruh daerah paru; ketiga, bronkovaskular yaitu suara yang

terdengar antara vesikuler dan bronkhial, ketika ekspirasi menjadi lebih panjang,

hingga hampir menyamai inspirasi. Suara ini lebih jelas terdengar pada

manubrium sterni. Pada keadaan tidak normal juga terdengar pada daerah lain dari

paru.

Suara napas tambahan, yaitu suara yang terdengar pada dinding toraks berasal dari

kelainan dalam paru, termasuk bronkus, alveoli, dan pleura. Suara napas

tambahan seperti suara ronkhi, yaitu suara yang terjadi dalam bronkhi karena

penyempitan lumen bronkus. Suara mengi (wheezing), yaitu ronkhi kering yang

tinggi, terputus nadanya, dan panjang, terjadi pada asma. Suara ronkhi basah,

yaitu suara berisik yang terputus akibat aliran udara yang melewati cairan (ronkhi

basah, halus, sedang, atau kasar tergantung pada besarnya bronkus yang terkena

dan umumnya terdengar pada inspirasi). Sedangkan suara krepitasi adalah suara

seperti hujan rintik-rintik yang berasal dari bronkus, alveoli, atau kavitasi yang

mengandung cairan. Suara ini dapat kita tiru dengan jalan mengeser-geserkan

rambut dengan ibu jarim dan telunjuk dekat telinga. Krepitasi halus menandakan

adanya eksudat dalam alveoli yang membuat alveoli saling berdekatan, misalnya

pada stadium dini pneumonia. Krepitasi kasar, terdengar seperti suara yang timbul

bila kita meniup dalam air. Suara ini terdengar selama inspirasi dan ekspirasi.

Gejala ini dijumpai pada bronchitis.

5. Pemeriksaan Laboratorium

Selain pemeriksaan laboratorium Hb, leukosit, dan lain-lain yang dilakukan secara

rutin, juga dilakukan pemeriksaan sputum guna melihat kuman dengan cara

mikroskopis . uji resistensi dpat dilakukan secara kultur, untuk melihat sel tumor

19

dengan pemeriksaan sitologi. Bagi pasien yang menerima pengobatan dalam waktu

lama, harus dilakukan pemeriksaan sputum secara periodic.

6. Pemeriksaan Diagnostik

Rontgen Dada. Penapisan yang dapat dilakukan, misalnya untuk melihat lesi

paru pada penyakit tuberculosis, mendeteksi adanya tumor, benda asing,

pembengkakan paru, penyakit jantung, dan untuk melihat struktur yang abnormal.

Juga penting untuk melengkapi pemeriksaan fisik dengan gejala tidak jelas,

sehingga dapat menentukan besarnya kelainan, lokasi, dan keadaannya, misalnya

kelainan jaringan dan tulang pada dinding toraks, diafragma yang abnormal,

kemampuan berkembang diafragma pada waktu respirasi, dan keadaan abnormal

posisi jantung. Ukuran jantung dan sekitarnya (daerah mediastinum),

trakeobronkhial yang abnormal, penebalan pleura, adanya cairan pleura, keadaan

abnormal dari ukuran paru, serta distribusi yang abnormaldari arteri dan vena

pilmonalis.

Fluoroskopi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui mekanisme

kardiopulmonum, misalnya kerja jantung, diafragma, dan kontraksi paru.

Bronkografi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat secara visual bronkus

sampai dengan cabang bronkus pada penyakit gangguan bronkus atau kasus

displacement dari bronkus.

Angiografi. Pemeriksaan ini untuk membantu menegakkan diagnosis tentang

keadaan paru, emboli atau tumor paru, aneurisma, emfisema, kelainan konginetal,

dan lain-lain.

Endoskopi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melakukan diagnostik dengan cara

mengambil sekret untuk pemeriksaan, melihat lokasi kerusakan, biopsi jaringan,

untuk pemeriksaan sitologi, mengetahui adanya tumor, melihat letak terjadinya

perdarahan; untuk terapeutik, misalnya mengambil benda asing dan

menghiilangkan sekret yang menutupi lesi.

Radio Isotop. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai lobus paru, melihat

adanya emboli paru. Ventilasi scaning untuk mendeteksi

ketidaknormalanventilasi, misalnya pada emfisema. Scaning gallium untuk

mendeteksi peradangan pada paru. Pada keadaan normal, paru hanay menerima

20

sedikit atau sama sekali tidak gallium yang lewat, tetapi gallium sangat banyak

terdapat pada infeksi.

Mediastinoskopi. Mediastinoskopi merupakan endoskopi mediastinum utnuk

melihat penyebaran tumor. Mediastinostomi bertujuan untuk memeriksa

mediastinum bagian depan dan menilai aliran limpa pada paru, biasanya

dilakukan pada penyakit saluran pernapasan bagian atas.

2.8.2 DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan :

Produksi sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi.

Imobilisasi, statis sekresi, batuk tidak efektif akibat penyakit sistem saraf, depresi

susunan saraf, dan CVA.

Efek sedative dari obta, pembedahan (bedah torak), trauma, nyeri, kelelahan,

gangguan kognitiff, dan persepsi.

Depresi reflex batuk.

Penurunan oksigen dalam udara inspirasi.

Berkurangnya mekanisme pembersihan silia dan respons peradangan.

2. Pola napas tidak efektif

Penyakit infeksi pada paru

Depresi pusat pernapasan

Lemahnya otot pernapasan

Turunnya ekspansi paru

Obstruksi trakea

3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan

Perubahan suplai oksigen.

Obstruksi saluran pernapasan.

Adanya penumpukan cairan dala paru

Atelektaksis

21

Bronkospasme.

Adanya edema paru.

Tindakan pembedahan paru.

4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan

Adanya perdarahan

Adanya edema

Imobilisasi

Menurunnya aliran darah

Vasokonstriksi

Hipovolumik

2.8.3 PERENCANAAN KEPERAWATAN

Tujuan :

1. Mempertahankan jalan napas agar efektif.

2. Mempertahankan pola pernapasan agar kembali efektif.

3. Mempertahankan pertukaran gas.

4. Memperbaiki perfusi jaringan.

Rencana Tindakan :

1. Mempertahankan jalan napas agar efektif

Awasi perubahan status jalan napas dengan memonitor jumlah, bunyi, atau status

kebersihannya.

Berikan humidifier (pelembab).

Lakukan tindakan pembersihan jalan napas dengan fibrasi, clapping atau postural

drainase (jika perlu lakukan suction).

Ajarkan teknik batuk yang efektif dan cara menghindari allergen.

Pertahankan jalan napas agar tetap terbuka dengan memasang jalan napas buatan,

sseperti oropharyngeal/nasopharyngeal airway, intubasi endotrakea, atau

trakheostomi sesuai dengan indikasi.

Kerja sama dengan tim medis dalam memberikan obat bronchodilator.

2. Mempertahankan pola pernapasan kembali efektif

22

Awasi perubahan status pola pernapasan.

Atur posisi sesuai dengan kebutuhan (semifowler)

Berikan oksigenasi.

Ajarkan teknik bernapas dan relaksasi yang benar.

3. Mempertahankan pertukaran gas

Awasi perubahan status pernapasan.

Atur posisi sesuai dengan kebutuhan (semifowler)

Berikan oksigenasi.

Lakukan suction bila memungkinkan.

Berikan nutrisi tinggi protein dan rendah lemak.

Ajarkan teknik bernapas dan relaksasi yang benar.

Pertahankan berkembangnya paru dengan memasang ventilasi mekanis chest

tube, dan chest drainase sesuai dengan indikasi.

4. Memperbaiki perfusi jaringan

Kaji perubahan tingkat perfusi jaringan (capillary refill time).

Berikan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan.

Pertahankan asupan dan pengeluaran.

Cegah adanya perdarahan.

Hindari terjadinya valsava maneuver seperti mengedan, menahan napas, dan

batuk.

Pertahankan perfusi dengan tranfusi sesuai dengan indikasi.

2.8.4 PELAKSANAAN (TINDAKAN) KEPERAWATAN

1. Latihan Napas

Latihan napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveoli atau

memelihara pertukaran gas, mencegah atelektaksis, meningkatkan efisiensi batuk, dan

mengurangi stress.

Prosedur Kerja :

1) Cuci tangan.

2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3) Atur posisi (duduk atau tidur terlentang).

23

4) Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik napas melalui hidung dengan

mulut tertutup.

5) Anjurkan untuk menahan napas selama 1-1,5 detik, kemudian disusul dengan

menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut mencucu atau seperti

orang meniup.

6) Catat respons yang terjadi.

7) Cuci tangan.

2. Latihan Batuk efektif

Latihan batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien yang tidak memiliki

kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring, trakea,

dan bronkiolus dari sekret atau benda asing di jalan napas.

Prosedur Kerja :

1) Cuci tangan.

2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3) Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur membungkuk ke depan.

4) Anjurkan untuk menarik napas secara pelan dan dalam dengan menggunakan

pernapasan diafragma.

5) Setelah itu tahan napas kurang lebih 2 detik

6) Batukkan 2 kali dengan mulut terbuka.

7) Tarik napas dengan ringan.

8) Istirahat

9) Catat respons yang terjadi.

10) Cuci tangan.

3. Pemberian Oksigen

Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan

oksigen ke dalam paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu

24

oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu

melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan

mencegah terjadinya hipoksia.

Alat dan Bahan:

1) Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier.

2) Nasal kateter, kanula, atau masker.

3) Vaselin/jeli.

Prosedur Kerja:

1) Cuci tangan.

2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3) Cek flowmeter dan humidifier

4) Hidupkan tabung oksigen.

5) Atur pasien pada posisi semifowler atau sesuai dengan kondisi pasien.

6) Berikan oksigen melalui kanula atau masker.

7) Apabila mengguanakan kateter, terlebih dulu ukur jarak hidung dengan telinga,

setelah itu beri jeli dan masukkan.

8) Catat pemberian dan lakukan observasi.

9) Cuci tangan.

4. Fisioterapi Dada

Fisioterapi dadavmerupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara

postural drainase, clapping, dan vibrating pada pasien dengan gangguan sistem

pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan efisiensi pola

pernapasan dan membersihkan jalan napas.

Alat dan Bahan

1) Pot sputum berisi desinfektan.

25

2) Kertas tisu.

3) Dua balok tempat tidur (untuk postural drainase).

4) Satu bantal (untuk postural drainase)

Prosedur Kerja :

Postural Drainase

1) Cuci tangan.

2) Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.

3) Miringkan tubuh pasien ke arah kiri (untuk membersihkan paru bagian

kanan).

4) Miringkan tubuh pasien ke arah kanan (untuk membersihkan paru bagian

kiri).

5) Miringkan tubuh pasien ke kiri dan tubuh bagian belakang kanan disokong

dengan satu bantal (untuk membersihkan bagian lobus tengah).

6) Lakukan postural drainase kurang lebih 10-15 menit.

7) Observasi tanda vital selama prosedur.

8) Setelah pelaksanaan postural drainase, lakukan clapping, vibrating, dan

suction.

9) Lakukan hingga lender bersih.

10) Catat respons yang etrjadi.

11) Cuci tangan.

Clapping

1) Cuci tangan.

2) Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.

3) Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya.

4) Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat menepuk punggung

pasien secara bergantian utnuk merangsang terjadinya batuk.

5) Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menapung pada

pot sputum.

6) Lakukan hingga lender bersih.

7) Catat respons yang terjadi.

26

8) Cuci tangan.

Vibrating

1) Cuci tangan.

2) Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.

3) Atur posisi pasien sesuai dengan kondisi.

4) Lakukan vibrating dengan cara anjurkan pasien utnuk menarik napas dalam

dan mengeluarkannya secara perlahan. Kedua tangan perawat diletakkan di

bagian atas samping depan cekungan iga, kemudian getarkan secar perlahan,

dan lakukan berkali-kali hingga pasien terbatuk.

5) Bila pasien sudah terbatuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk

menampungnya pada pot sputum.

6) Lakukan hingga lendir bersih.

7) Catat respons yang terjadi.

8) Cuci tangan.

5. Pengisapan Lendir

Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan keperawatan yang dilakuakn pada

pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir sendiri. Tindakan ini

bertujuan membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigenasi.

Alat dan Bahan:

1. Alat pengisap lendir dengan botol berisi larutan desinfektan.

2. Kateter pengisap lendir.

3. Pinset steril.

4. Sarung tangan steril.

5. Dua buah kom berisi larutan aquades atau NaCl 0,9 % dan larutan

desinfektan.

6. Kasa steril.

7. Kerta tisu.

Prosedur Kerja:

27

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.

3. Atur pasien pada posisi terlentang dengan kepala miring kea rah perawat.

4. Gunakan sarung tangan.

5. Hubungkan kateter penghisap dengan selang penghisap.

6. Hidupkan mesin penghisap.

7. Lakukan penghisapan lendir dengan memasukkan kateter penghisap ke dalam

kom berisi aquades atau NaCl 0,9 % untuk mencegah trauma mukosa.

8. Masukkan kateter penghisap dalam keadaan tidak menghisap.

9. Tarik dengan memutar kateter dengan aquades atau NaCl 0,9 %.

10. Bilas kateter dengan aquades atau NaCl 0,9 %.

11. Lakuakn hingga lendir bersih.

12. Catat respons yang etrjadi.

13. Cuci tangan

(Hidayah, AAA & Uliyah, M, 2005)

2.8.5 EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigen secara umum dapat dinilai dari adanya

kemampuan dalam:

1. Mempertahankan jalan napas secara efektif yang ditunjukkan dengan adanya

kemampuan untuk bernapas, jalan napas bersih, tidak ada sumbatan, frekuensi, irama,

dan kedalaman napas normal, serta tidak ditemukan adanya tanda hipoksia.

2. Mempertahankan pola napas secara efektif yang ditunjukkan dnegan adanya tanda

hipoksia, serta kemampuan paru berkembang dengan baik.

3. Mempertahankan pertukaran gas secara efektif yang ditunjukkan dengan adanya

kemampuan untuk bernapas, tidak ditemukan dispnea pada usaha napas, inspirasi dan

ekspirasi dalam batas normal, serta saturasi oksigen dan pCO2 dalam keadaan normal.

4. Meningkatkan perfusi jaringan yang ditunjukkan dengan adanya kemampuan

pengisian kapiler, frekuensi, irama, kekuatan nadi dalam batas normal, dan status

hidrasi normal.

28

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak

adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau

bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan

kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini

tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada

salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan.

Oksigen (O2) adalah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk

mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Oksigenasi adalah peristiwa

menghirup udara dari luar yang mengandung Oksigen (O2) kedalam tubuh serta

menghembuskan Karbondioksida (CO2) sebagai hasil sisa oksidasi. Penyampaian oksigen ke

jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi (pernafasan), kardiovaskuler dan

29

hematology. Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah

pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan, diagfragma, isi

abdomen, dinding abdomen dan pusat pernafasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi

pernafasan 12-15 kali per menit. Ada 3 langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi,

perfusi paru dan difusi.

3.2 Saran

Dengan selesainya makalah ini disarankan kepada para pembaca agar dapat lebih

memperdalam lagi pengetahuan tentang pemenuhan kebutuhan oksigeni pada Rumah Sakit

serta dapat mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan. Diharapkan perawat serta tenaga

kesehatan lainnya mampu memahami dan mendalami Kebutuhan fisiologis oksigenasi  yang

merupakan  kebutuhan dasar manusia yang sangat mendasar. Dalam mempelajari materi ini,

harusnya mahasiswa dan pembaca dapat mencari berbagai referensi agar isi tidak

menyimpang dari materi.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz.2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya:Salemba Medika

Azis,A. 2006. Pengantar Kebutuhan dasar manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika

Potter & Perry. 2006. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Tarwoto, Wartonah. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 3. Jakarta :

Salemba Mardika tahun 2006.

30