azuri lab4

22
LEMBAR PENGESAHAN Judul Laporan : Motor Split Phase Kelompok : 2 Nama Praktikan : Dovin A. S Nama Partner : 1. Ganda Frakoso 2. Jeferson Sitohang 3. Julchiply Sianipar 4. M. Taufel Emras Nama Instruktur : Ir. Ashuri Arie Widianto, MT Tanggal Praktek : 1 November 2010 Tanggal Pengumpulan : 8 November 2010 Nilai : . . i

Upload: thiyo-elisabeth

Post on 17-Nov-2015

242 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

mengenai laporan percobaan elektronika daya

TRANSCRIPT

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan

: Motor Split PhaseKelompok

: 2

Nama Praktikan

: Dovin A. S

Nama Partner

: 1. Ganda Frakoso

2. Jeferson Sitohang

3. Julchiply Sianipar

4. M. Taufel Emras

Nama Instruktur

: Ir. Ashuri Arie Widianto, MT

Tanggal Praktek

: 1 November 2010

Tanggal Pengumpulan : 8 November 2010

Nilai

: . .

DAFTAR ISI

iLEMBAR PENGESAHAN

iiDAFTAR ISI

1BAB I

1PENDAHULUAN

11.Tujuan Percobaan

12.Dasar Teori

3BAB II

3DAFTAR ALAT DAN LANGKAH KERJA

31.Daftar Alat

32. Diagram Rangkaian

43. Gambar Nyata

54. Langkah Kerja

7BAB III

7TABEL PERCOBAAN

7TABEL 1

8TABEL 2

9BAB IV

9PERTANYAAN DAN JAWABAN

91. Pertanyaan

92. Jawaban Pertanyaan.

13BAB V

13KESIMPULAN

BAB I

PENDAHULUAN1.Tujuan Percobaan

Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :

1. Menjelaskan karakteristik kecepatan dan karakteristik efisiensi dari motor split phase saat pemasok AC dipasok DC.2. Menghitung besarnya nilai arus starting dari motor split phase.

3. Mendapatkan karakteristik = .

2.Dasar Teori

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa besarnya dan mempunyai besaran yang sama tetapi mempunyai arah yang berbeda, Resultan dari kedua fluks terseut akan menyebabkan timbulnya pulsating fluks.

Pulsating tersebut diatas dihasilkan oleh sebuah motor satu fasa yang hanya mempunyai satu buah belitan saja. Pulsating fluks tersebut akan mengakibatkan timbulnya arah torsi (M1 dan M2) yang besarnya sama tetapi berlawanan arahnya. Pada saat kondisi standstill (diam); resultan dari kedua torsi tersebut akan nol dan menyebabkan motor tidak akan starting/berputar. Agar motor satu fasa dapat melaksanakan starting sendiri (self starting), maka diperlukanlah sebuah belitan Bantu yang dapat menghasilkan sebuah fasa yang baru (start phasa), sehingga menyebabkan stator mempunyai dua fasa. Timbulnya kedua fasa ini karena pada statorakan mengalir dua buah arus yang mempunyai dua fasa yang berbeda. Dengan adanya kedua fasa yang berbeda. Dengan adanya kedua fasabaru tersebut, maka motor satu fasa dapat melakukan self starting karena telah timbul rotating fluks (fluksi yang berputar) walaupun timbulnya sesaat. Hal ini cukup berfungsi untuk membuat motor satu fasa berputar.Beda fasa pada arus stator ini timbul karena perbedaan impedansi diantara lilitan Bantu dengan lilitan utama. Lilitan Bantu biasanya tersebut dari penghantar yang kecil luas penampangnya, sehingga menimbulkan resistansi yang tinggi. Hal ini menyebabkan timbulnya perbedaan fasa antara belitan Bantu dengan belitan utama, sehingga menimbulkan torsi starting bagi motor satu fasa.

Jika motor sudah berputar kira-kira 70 % dari kecepatan nominalnya maka hubungan belitan bantu dengan belitan akan diputus dengan menggunakan sakelar sentrifugal. Jadi dalam hal ini belitan bantu tidak bekerja terus menerus. Motor ini biasanya digunakan pada peralatan kantor, kulkas dan semua aplikasi yang membutuhkan torsi starting yang cukup besar.BAB II

DAFTAR ALAT DAN LANGKAH KERJA

1.Daftar Alat

Adapun daftar peralatan yang digunakan dalam percobaan in adalah : Catu daya satuan TF 123

1 buah

Motor Split Phase MV

1 buah

Tahanan RB TB 40

1 buah

Sakelar S TO 30

1 buah

Trafo arus 10/1 CT

1 buah

Wattmeter

1 buah

Voltmeter 240 V

1 buah

Amperemeter 10 A

1 buah

Tachometer

1 buah2. Diagram Rangkaian

3. Gambar Nyata

4. Langkah Kerja

1. Rangkaian motor split phase dengan gambar rangkaian percobaan 2. Catat data-data yang ada di name plate motor3. Hitung besarnya torsi nominal dari data yang didapatkan di name plate dengan menggunakan rumus :

Pengukuran karakteristik dan efesiensi1. Atur tahanan RB dan rheostat shunt dari torsi meter pada posisi arus minimum, selain itu sakelar S harus dalam keadaan Off2. Atur tegangan puncak AC sampai mencapai tegangan 220 V. Besar tegangan puncak (220 V) tersebut harus dijaga konstan selama pengukuran dilaksanakan. Motor akan mulai starting dan dalam waktu tertentu akan mencapai kecepatan kira-kira 1490 rpm3. Baca semua data yang ada pada alat pengukur yang terpasang (kecepatan N, torsi M, tegangan pemasok U, arus pada motor I dan daya input motor P)4. Atur beban motor dengan kenaikan 0,5 Nm untuk setiap pengukuran sampai mencapai besar torsi nominal, dengan cara mengatur rheostat shunt dan tahanan RB.5. Baca semua data yang ada pada alat pengukur yang terpasang (kecepatan N, torsi M, tegangan pemasok U, arus pada motor I dan daya input motor P)6. Setelah pengukuran pada beban nominal selesai, maka turunkan beban motor dengan cara mengatur rheostat shunt dan tahanan RB pada posisi arus minimum.Pengukuran arus starting dan torsi starting

Arus dan torsi starting dari motor ini sangat besar, maka dari itu tidak dapat diukur secara langsung, tapi diukur dengan menggunakan tegangan rendah dan block rotor test, kemudian dikonversikan pada tegangan tinggi (220 V)1. On-kan tegangan pemasok motor

2. Tahan poros rotor dari motor dan perlahan-lahan naikkan tegangan pemasok motor sampai dengan 50 V dengan step 10 V

3. Untuk setiap testnya ukur pemasok tegangan U dan arus motor I saja.

5. Keselamatan Kerja

Dalam percobaan ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan menyangkut keselamatan kerja dalam melaksakan praktikum, antara lain seperti berikut :

1. Laksanakan pemeriksaan harga-harga nominal yang tertera pada semua peralatan yang dipakai

2. Gunakan skelar push button (lihat gambar percobaan) untuk melaksanakan pengukuran jika arus motor yang cukup besar

3. Gunakan pemasok tegangan AC variabel dalam percobaan block rotor test untuk mencegah kecelakaan saat percobaan dan naikkan tegangan pemasok perlahan-lahan supaya tidak terjadi lonjakan arus yang cukup besar

4. Untuk keselamatan praktikum dan alat-alat yang dipakai, maka pembebanan motor sebaiknya dilaksanakan sampai beban nominal saja

5. Pastikan bahwa hubungan kabel pada setiap terminala betul-betul terpasang kuat dan kabel yang dipakai tidak terputus hubungan.BAB III

TABEL PERCOBAAN TABEL 1

Percobaan karakteristik torsi dan efesiensi

PengukuranPerhitungan

V (volt)T (Nm)I (Ampere)Pin (watt)n (rpm)Pout (watt) (%)

2140,13,191701491156,13791,8

2140,23,212051486155,61375,8

2140,33,242701474154,35657,1

2140,43,273101471154,04249,6

2140,53,303401469153,83345,2

2140,63,363801465153,41440,3

2140,73,424201461152,99536,42

2140,83,524501458152,68133,9

2140,93,655001450151,84330,3

2141,03,745301445151,32028,5

Untuk memperoleh harga hitungan pada tabel 1 diatas adalah dengan menggunakan rumus hitungan sebagai berikut :

TABEL 2

Percobaan karakteristik arus startingV (volt)I (Ampere)

30,5

91,0

141,5

194

212,2

232,4

262,6

282,8

303,0

313,1

BAB IV

PERTANYAAN DAN JAWABAN 1. Pertanyaana. Hitunglah besarnya efisiensi saat motor split phase dan gambarkan = (Pout)!

b. Gambarkan grafik n = f(M)!

c. Jelaskan apakah yang akan terjadi bila belitan bantu tidak terlepas saat kecepatan motor melebihi 75 % dari kecepatan nominal!

d. Jelasakan bagaimana cara kerja sakelar sentrifugal pada motor split phase!

e. Gambarkan grafik I = f (V) dari dat arus starting, lalu tentukan besar arus starting saat 220 volt dengan cara mengekstrapolasikan kurva pada grafik tersebut!f. Tentukan persentase arus starting saat V supply 220 V dibandingkan dengan arus nominal motor. Berikan analisa selengkapnya dari jawaban anda!

2. Jawaban Pertanyaan.a.

Untuk mendapatkan nilai ( %) selanjutnya dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan diatas dan akan diperoleh hasil (%) yaitu pada tabel 1.

Grafik =

b. Grafik n = f (M)

c. Yang akan terjadi bila belitan bantu tidak terlepas saat kecepataan motor melebihi 75% dari kecepatan nominal adalah memungkinkannya tejadinya kerusakan pada motor itu sendiri karena fungsi belitan bantu adalah menghasilkan sebuah fasa yang baru sehingga pada stator akan mengalir dua buah arus yang mempunyai dua fasa yang berbeda.d. Pada saat motor di On kan yaitu dengan memberikan tegangan perlahan-lahan maka yang akan terjadi ialah arus yang dihasilkan akan cukup besar dan kecepatan yang dihasilkan akan cukup besar . Bila kecepatan motor mencapai 70% dari kecepatan nominal (Saklar sentrifugal mencapai waktu untuk lepas) maka saklar sentrifugal yang semula pada posisi NC menjadi NO. Pada saat terlepasnya saklar ini maka belitan bantu tidak lagi dialiri arus ,akan tetapi belitan utama saja yang mendapat aliran arus .Ini diakibatkan oleh belitan bantu ini terhubung seri dengan saklar sentrifugal.e. Grafik I = f(V)

f. Besarnya persentase arus starting saat V supply 220v dibandingkan dengan arus nominal motor:Arus nominal motor () = 3,1 A maka

maka

maka

maka

maka

maka

maka

maka

maka

maka

BAB V

KESIMPULAN

Setelah melakukan percobaan dan menganalisa data percobaan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :1. Motor split phase membutuhkan torsi starting yang cukup besar.2. Pada saat putaran motor mencapai 70% dari kecepatan nominalnya maka hubungan belitan bantu dengan belitan utama akan terputus oleh saklar sentrifugal.

3. kecepaan motor (n) akan menurun seiring menaiknya torsi (M).

4. Beiltan bantu pada motor split phase tidak bekerja secara terus-menerus

Medan, 8 November 2010

Dovin A.S

PAGE 10

_1350482859.unknown

Chart1

Sheet1

Percobaan Karakteristik Arus StartingI

00

30.5

81

141.5

192

212.2

242.4

262.6

282.8

303

313.1

MGrafik n = f(M)

0.11491

0.21486

0.31474

0.41471

0.51469

0.61465

0.71461

0.81458

0.91450

11445

Pout = f (Pout)

156.13791.8

155.61375.8

154.35657.1

154.04249.6

153.83345.2

153.41440.3

152.99536.42

152.68133.9

151.84330.3

151.3228.5

Sheet2

Percobaan Karakteristik Arus StartingIV(220)

00220

30.5220

91220

141.5220

192220

212.2220

232.4220

262.6220

282.8220

303220

313.1220

21.18220

Sheet3

_1350657324.unknown

_1350657453.unknown

_1350657596.unknown

_1350660973.vsd

Chart4

Sheet1

Percobaan Karakteristik Arus StartingI

00

30.5

81

141.5

192

212.2

242.4

262.6

282.8

303

313.1

MGrafik n = f(M)

0.11491

0.21486

0.31474

0.41471

0.51469

0.61465

0.71461

0.81458

0.91450

11445

Pout = f (Pout)

156.13791.8

155.61375.8

154.35657.1

154.04249.6

153.83345.2

153.41440.3

152.99536.42

152.68133.9

151.84330.3

151.3228.5

Sheet2

Percobaan Karakteristik Arus StartingIV(220)

00220

30.5220

81220

141.5220

192220

212.2220

242.4220

262.6220

282.8220

303220

313.1220

21.1220

Sheet3

_1350657691.unknown

_1350657716.unknown

_1350657743.unknown

_1350657656.unknown

_1350657529.unknown

_1350657568.unknown

_1350657495.unknown

_1350657366.unknown

_1350657420.unknown

_1350657333.unknown

_1350655879.unknown

_1350657297.unknown

_1350657316.unknown

_1350655937.unknown

_1350654862.unknown

_1350655148.unknown

_1350655505.unknown

Chart1

Sheet1

Percobaan Karakteristik Arus StartingI

00

30.5

81

141.5

192

212.2

242.4

262.6

282.8

303

313.1

MGrafik n = f(M)

0.11498.5

0.21493.6

0.31487.5

0.41486.5

0.51474.4

0.61473.9

0.71468.4

0.81464.9

0.91452

11451

Pout = f (Pout)

156.13791.8

155.61375.8

154.35657.1

154.04249.6

153.83345.2

153.41440.3

152.99536.42

152.68133.9

151.84330.3

151.3228.5

Sheet2

Percobaan Karakteristik Arus StartingIV(220)

00220

30.5220

81220

141.5220

192220

212.2220

242.4220

262.6220

282.8220

303220

313.1220

21.1220

Sheet3

_1350655396.unknown

_1350655076.unknown

_1350653651.unknown

_1350574765.unknown

_1350643832.unknown

_1350643906.unknown

_1350640677.unknown

_1350642146.unknown

_1350482868.unknown

_1350571354.unknown

_1350482066.unknown

_1350482800.vsdF1

F2

F1

F2

_1350482040.unknown