azaz desain urban kawasan alun alun batu
TRANSCRIPT
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
1/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Arsitektur meruppakan ilmu yang sangat luas tidak hanya mempelajari mengenai konstruksi, struktur, estetika, dan bangunan semata namun perlu
juga memahami pengetahuan mengenai kawasan urban yang menjadi bagian dari sebuah keterkaitan antara bangunan dan karakteristik kawasan.
Salah satu kawasan urban yang dapat dikaji adalah Kota Batu dimana kota tersebut merupakan salah satu sektor wisata yang ada di Jawa Timur. Hal
tersebut dapat dilihat pada penanda Kota Batu berupa Alun-alun Batu yang juga berfungsi sebagai sarana wisata. Pengkajian Alun-alun KotaBatu
sebagai sektor wisata yang menjadi bagian dari kawasan urban akan diamati dari aspek fisik dan non fisik kawasan. Aspek fisik tersebut meliputi
delapan elem kota antara lain sirkulasi dan parkir, open space, pedestrian ways, activity support , sainage, preservasi ditunjang pengamatan aspek non
fisik yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya dan religi pada kawasan tersebut. Pengkajian ini dilakukan untuk mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangan Alun-alun Kota Batu guna memberikan rekomendasi pada kawasan untuk pembenahan ke ara yang lebih baik.
1.2 Tujuan Penugasan
Pengkajian kawasan urban ini dilakukan untuk memngetahui kekurangan dan kelebihan sehingga dapat memahami bagaimana memanfaatkan
kelebihan kawasan sebagai potensi dan dapat memberi ide pemikiran berupa solusi untuk mengatasi masalah yang ada pada sebuah kawasan urban
sehingga dapat meningkatkan kualitas kawasan dan mengarahkan perkembangan kawasan ke arah yang lebih baik.
1.3
Batasan StudiLokasi : Kawasan Alun - Alun Kota Batu
Batasan Lokasi Studi:
Lokasi studi dibagi menjadi lima zona yaitu:
Zona A : Jl. Semeru dan Jl. Gajah Mada
Zona B : Jl. Kartini
Zona C : Jl. Semeru Sisir Batu dan Jl. Sudiro
Zona D : Jl. Diponegoro dan Jl. Munif
Zona E : Alun-alun Kota Batu
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
2/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 2
zona A
zona B
zona C
zona D
Gambar 1.1. Kawasan Studi di Alun-alun Kota Batu
1.4 Metode Penyusunan
1.4.1 Pengumpulan data
Terdapat dua jenis data yang dikumpulakan dalam penyusunan tugas iniyaitu sebagai berikut.
A.
Data Primer
Data primer ini dilperoleh melaui survei lapangan dan wawancara data yang dihasilkan:1.
Jumlah intensitas kendaraan yang melintas
2.
Jumlah penanda jalan
3.
Pola sirkulasi pejalan kaki
4.
Jumlah PKL (Pedagang Kaki Lima)
5.
Pola parkir kendaraan bermotor
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
3/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 3
B.
Data Sekunder
Pengumpulan data juga melalui studi literatur guna mendapatkan informasi mengenai kondisi di lapangan dan teori-teori beserta peraturan
yang berlaku di kawasan studi. Literatur ini diperoleh melalui buku, website dan jurnal ilmiah.
1.4.2 Analisis data
Melakuakan penelitian dengan metode deskriptif terhadap data yang telah diperoleh. Menggabungkan antara keadaan dilapangandisesuaikan dengan teori-teori dan kebijakan pemerintah yang berlaku pada kawasan tersebut. Sehingga dapat dianalisa permasalahan pada
kawasan tersebut.
1.4.3 Rekomendasi desain
Mengajukan alternatif penyelesaian terhadap permasalahan yang terjadi dilapangan dengan berdasar teori dan peraturan yang ada dalam
bentuk rekomendasi desain yang baru terhadap tata ruang kota pada kawasan tinjauan.
1.4.4 Simpulan akhir
Membuat kesimpulan dari seluruh permasalahan, penyebab dan penyelesaiannya secara singkat untuk menguji kesesuaian penyelesainaan
antar masalah pada setiap elemen perancanagan kota.
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
4/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA2.1. Permasalahan Perkotaan
Kota sebagai pusat kehidupan sosial, ekonomi dan politik masyarakat menjadi suatu tempat yang diidam-idamkan oleh orang-orang yang
mempunyai keinginan untuk melakukan mobilisasi sosial. Proses bermigrasinya penduduk desa ke kota yang sering kali disebut dengan istilah
“urbanisasi” ini mengakibatkan tingginnya angka pertumbuhan penduduk di wilayah perkotaan. Akibatnya munculah muncul berbagai permasalahan
sosial yang kompleks, saling terkait satu sama lain dan sulit untuk terselesaikan. Selain itu, sistem sosial masyarakat perkotaan yang bersifat lebih
terbuka terhadap budaya luar mengakibatkan “anomi” ataucultural shock di kalangan masyarakat. Hal tersebut biasanya berujung pada tingkah laku
penyimpangan sosial yang pada umumnya sering dilakukan oleh generasi muda.
Perkotaan di Indonesia, tak lagi terbatas sebagai pusat pemukiman masyarakat. Kini kota juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan,sentral hirarki,
dan pusat pertumbuhan ekonomi. Sebagai konsekuensi logis dari peran kota sebagai pusat pertumbuhan dan ekonomi, sumbangan perkotaan terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional, semakin meningkat. Data menunjukkan, terdapat peningkatan peranan perkotaan terhadap pertumbuhan nasional
yang cukup signifikan. Pada awal Pelita I, peranan kota terhadap pertumbuhan ekonomi nasional tercatat 50%, namun pada Pelita V, peranan kota
terhadap pertumbuhan telah mencapai 70% (National Urban Development Strategy, 2001).
Pertumbuhan tersebut membawa dampak yang besar bagi kota itu sendiri. Dari sisi penduduk misalnya, terdapat pertumbuhan jumlah penduduk
yang besar dari tahun ke tahun. Pada tahun 1990, jumlah penduduk perkotaan di Indonesia mencapai 31,1%, sementara pada 1995 mencapai 35,9%
dari jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan proyeksi National Urban Development Strategy, jumlah penduduk perkotaan pada tahun 2003 mencapai
55,3% dari penduduk Indonesia. Di lain pihak, penduduk pedesaan pada 1990,mencapai 68,9% pada 1995 mencapai 64,4% dan pada 2003 penduduk
pedesaan mencapai kurang dari 45% dari jumlah penduduk Indonesia.
Penambahan komposisi kependudukan perkotaan memang tak terelakkan. Pada kenyataannya negara-negara dengan tingkat perekonomian yang
tinggi, memiliki tingkat urbanisasi yang tinggi pula. Negara-negara industri pada umumnya memiliki tingkat urbanisasi di atas 75 persen. Bandingkan
dengan negara berkembang yang sekarang ini. Tingkat urbanisasinya masih sekitar 35 persen sampai dengan 40 persen saja. (Prijono Tjiptoherijanto,
Urbanisasi dan Perkotaan, Artikel kompas 2000).
Tentu juga pertumbuhan penduduk yang demikian pesat tersebut membawa konsekuensi yang besar bagi perkotaan. Penambahan jumlah
penduduk di tengah semakin terbatasnya ruang publik, menjadikan kota semakin lama semakin kehilangan fungsi sebagai sarana pemukiman yang
nyaman. Krisis perekonomian yang melanda Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini, menjadikan kota harus menanggung beban tambahan yang
cukup serius. Arus urbanisasi yang semakin meningkat dari desa ke kota, ditambah dengan meningkatnya jumlah pengangguran dari 3 juta pada
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
5/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 5
September 1998, menjadi 26 juta pada Januari 1999 (NUDS 2, 2000) menjadikan permasalahan kota menjadi semakin kompleks.Sebagai dampak
pertumbuhan penduduk perkotaan tersebut, beberapa prinsip perencanaan perkotaan seperti liveability, kenyamanan kota yang dinilai akan
mendorong warganya berproduktivitas tinggi, competitiveness, kebersaingan untuk mengundang investor1, menjadi sulit untuk tercapai.Dengan
berbagai persoalan ini, penataan perkotaan menjadi semakin kompleks. Beberapa permasalahan kota tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
2.1.1
Arus Urbanisasi yang Cepat
Urbanisasi menurut Prijono Tjiptoherijanto berarti persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Sedangkan mereka yang awam dengan
ilmu kependudukan seringkali mendefinisikan urbanisasi sebagai perpindahan penduduk dari desa ke kota (Prijono, Urbanisasi, Kompas, Senin 8 Mei
2000). Berdasarkan survei penduduk antar sensus (Supas) 1995, tingkat urbanisasi di Indonesia pada tahun 1995 adalah 35,91 persen yang berarti
bahwa 35,91 persen penduduk Indonesia tinggal di daerah perkotaan. Tingkat ini telah meningkat dari sekitar 22,4 persen pada tahun 1980 yang lalu.
Sebaliknya proporsi penduduk yang tinggal di daerah pedesaan menurun dari 77,6 persen pada tahun 1980 menjadi 64,09 persen pada tahun 1995.
Meningkatnya kepadatan penduduk perkotaan membawa dampak yang sangat besar kepada tingkat kenyamanan yang tinggi. Kota seperti Jakarta
misalnya tidak dirancang untuk melayani mobilitas penduduk lebih dari 10 juta orang. Dengan jumlah penduduk lebih dari 8 juta penduduk saat ini,
ditambah dengan 4-6 juta penduduk yang melaju dari berbagai kota sekitar Jakarta, menjadikan Jakarta sangatlah sesak. Kedekatan jangkauan
terhadap pusat-pusat perekonomian di perkotaan, menjadikan daya tarik lain sehingga sebagian penduduk lebih memilih tinggal di kota, meski mereka
terpaksa tinggal di ruang yang sangat terbatas. Akibatnya, area-area kumuh, dengan fasilitas kehidupan dan kebutuhan umum yang terbatas, menjadisemakin meluas.
2.1.2
Hilangnya Ruang Publik
Dalam praktiknya berbagai kepentingan dan fungsi perkotaan kerap harus mengorbankan fungsi kota lainnya. Kota sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi tentu saja memerlukan lahan bagi pengembangan ekspansi kepentingan tersebut. Persoalannya, ruang dan wilayah perkotaan jumlahnya
tetap, sehingga untuk kepentingan ekonomi tersebut harus menggunakan ruang wilayah fungsi kota lainnya. Yang kerap dikorbankan adalah ruang-
ruang publik. Sarana olahraga, pendidikan kerap harus tersingkir oleh kepentingan ekonomi.Kasus penggusuran sebuah sekolah di Kawasan Melawai
Jakarta baru-baru ini, merupakan salah satu contoh betapa sebuah kepentingan ekonomi harus mengorbankan fungsi kota lainnya, meski itu juga
penting, yakni pendidikan. Pergeseran fungsi lahan atau penghilangan fungsi ruang publik, disadari atau tidak menimbulkan implikasi lain yang serius.
Sejak puluhan tahun terakhir ini, ruang-ruang publik antara lain untuk keperluan olahraga harus dikorbankan. Akibantnya, anak-anak muda jakarta
kehilangan tempat untuk mengekspresikan jiwa muda dan ”kelebihan energinya”. Hidup di lingkungan dan ruang yang terbatas, tidak adanya sarana
untuk mengekpresikan diri, menimbulkan dampak sosial yang serius. Perkelahian pelajar misalnya, salah satu penyebabnya adalah karena mereka
kehilangan ruang publik tempat mengekspresikan jiwa mudanya. Kondisi ini digambarkan secara cepat oleh Prijono Tjiptoherijanto: Kebijaksanaan
pembangunan perkotaan saat ini cenderung terpusat pada suatu arena yang memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi. Hubungan positif antara
konsentrasi penduduk dengan aktivitas kegiatan ekonomi ini akan menyebabkan makin membesarnya area konsentrasi penduduk sehingga
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
6/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 6
menimbulkan apa yang yang dikenal dengan nama daerah perkotaan. Sementara terdapat keterkaitan timbal balik antara aktivitas ekonomi dengan
konsentrasi penduduk.
Para pelaku ekonomi cenderung melakukan investasi di daerah yang telah memiliki konsentrasi penduduk tinggi serta memiliki sarana dan
prasarana yang lengkap. Karena dengan demikian mereka dapat menghemat berbagai biaya, antara lain biaya distribusi barang dan jasa. Sebaliknya,
penduduk akan cenderung datang kepada pusat kegiatan ekonomi karena di tempat itulah mereka akan lebih muda memperoleh kesempatan untuk
mendapatkan pekerjaan (Urbanisasi dan perkotaan di Indonesia, Artikel Harian Kompas, Senin, 8 Mei 2000).
2.1.3. Meningkatnya Kemacetan
Pertumbuhan jumlah kendaraan sebagai akibat pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya pendapatan penduduk, membawa implikasi lain bagi
perkotaan. Masalah kemacetan lalu lintas merupakan masalah yang tidak mudah dipecahkan oleh para pengambil kebijakan perkotaan. Terbatasnya
wilayah untuk memperluas jaringan jalan, merupakan kendala terbesar sehingga penambahan ruas jalan yang dilakukan pemerintah tak dapat
mengimbangi laju pertambahan penduduk. Akibatnya persoalan kemacetan lalu lintas ini semakin lama semakin menjadi.Persoalannya semakin pelik,
ketika pemerintah tidak mampu menyediakan sarana transportasi umum dan massal yang memadai, sehingga masyarakat lebih nyaman menggunakan
kendaraan pribadi dan akhirnya menjadikan masalah kemacetan ini makin menjadi.Di lain pihak pembangunan kota-kota satelit di sekitar Jakarta, tak
mampu memecahkan masalah ini, karena para penduduk kota satelit ini justru masih mencari penghidupan di Jakarta. Akibatnya pembangunan kota-
kota ini justru hanya memperluas sebaran daerah-daerah pusat kemacetan lalu lintas.
Masalah kemacetan merupakan masalah sosial yang sudah tidak asing lagi di wilayah perkotaan, khususnya dikota-kota besar yang berada di
Indonesia. Kemacetan merupakan sebuah fenomena antrian panjang kendaraan di ruas jalan raya yang diakibatkan oleh volume kendaraan yang terlalu
banyak dan tidak diimbangi dengan luas badan jalan. Masalah kemacetan biasanya sering dikait-kaitkan dengan keberadaan sektor ekonomi informal
kota yang dianggap liar, kumuh dan menyebabkan kemacetan. Keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang selalu menjajakan dangangannya dibadan
ruas jalan mengakibatkan terjadinya penyempitan jalan raya. Tentu saja hal tersebut membuat arus lalu lintas diperkotaan tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut biasanya pemerintah menggunakan cara pintas yang sederhana dengan mengusir dan
merampas barang dagangan para PKL.
Disisi lain, aksi-aksi yang dilakukan pemerintah untuk membersihkan badan-badan jalan tersebut sangat merugikan bagi mereka yangbekerja
sebagai pedagang kaki lima. Pemerintah cenderung tidak peduli bagaimana keadaan mereka yang selalu dimarjinalkan. Pekerjaan sebagai pedagangkaki lima sendiri sebenarnya bukan kemauan, namun itu lebih merupakan sebuah keterpaksaan yang diakibatkan oleh ketidakmampuan pemerintah
menyediakan lapangan pekerjaan yang banyak bagi rakyatnya.
Sebenarnya keberadaan sektor ekonomi informal kota ini mempunyai beberapa dampak positif, yaitu:
A.
Dapat menyerap tenaga kerja yang berlatarbelakang pendidikan rendah dan tidak mempunyai keahlian tinggi.
B.
Melayani masyarakat kelas ekonomi rendah dengan menjual barang dengan harga yang relatif murah.
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
7/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 7
C.
Meminimalisir kecendrungan untuk berbuat kriminal dalam mempertahankan hidup.
2.1.4 Disparitas Pendapatan Antarpenduduk Perkotaan
Perbedaan tingkat kemampuan, pendidikan dan akses terhadap sumber-sumber ekonomi menjadikan persoalan perbedaan pendapatan
antarpenduduk di perkotaan semakin besar.Di satu pihak, sebagian kecil dari penduduk perkotaan menguasai sebagian besar sumber perekonomian.
Sementara di sisi lain, sebagian besar penduduk justru hanya mendapatkan sebagian kecil sumber perekonomian. Akibatnya, terdapat kesenjangan
pendapatan yang semakin lama semakin besar.
Sebagai bagian dari mekanisme pasar, kondisi ini sebenarnya sah-sah saja dan sangat wajar terjadi. Persoalannya, ternyata dan praktiknya disparitas
pendapatan ini menimbulkan persoalan sosial yang tidak ringan. Terjadinya kecemburuan sosial yang bermuara pada kerusuhan massal, kerap terjadi
karena persoalan ini. Dalam skala yang lebih kecil, meningkatnya kriminalitas di perkotaan, merupakan implikasi tidak meratanya kemampuan dan
kesempatan untuk menikmati pertumbuhan perekonomian di perkotaan.
2.1.5 Meningkatnya Sektor Informal
Kesenjangan antara kemampuan menyediakan sarana penghidupan dengan permintaan terhadap lapangan kerja, memacu tumbuhnya sektor
informal perkotaan.Pada saat krisis ekonomi terjadi jumlah penduduk perkotaan yang bekerja di sektor informal ini semakin besar. Di satu sisi
tumbuhnya sektor informal ini merupakan katup pengaman bagi krisis ekonomi yang melanda sebagian besar Bangsa Indonesia. Namun, padagilirannya peningkatan aktivitas sektor informal, terutama yang berada di perkotaan dan menyita sebagian ruang publik perkotaan, menimbulkan
masalah baru terutama menyangkut aspek kenyamanan dan ketertiban yang juga menjadi hak publik bagi warga perkotaan yang lain.
2.1.6 Demoralisasi dan Penyimpangan Sosial
Demoralisasi merupakan sebuah proses degradasi (kemerosotan) moral pada masyarakat. Demoralisasi yang terjadi di wilayah perkotaan
diakibatkan oleh adanya proses difusi kebudayaan dari masyarakat lain. Difusi kebudayaan sendiri adalah proses penyebaran kebudayaan dari satu
individu kepada individu yang lainnya, dari satu masyarakat ke masyarakat lain.[1] Pada umumnya masyarakat kota cenderung bersifat terbuka
terhadap pengaruh budaya luar, terutama dikalangan remaja. Akibatnya terjadi cultural shock atau kegoncangan budaya dimana nilai dan norma yang
berlaku dalam tatanan masyarakat adalah pranata sosial yang lama, tetapi perilaku-perilaku yang sering dilakukan oleh generasi muda adalah budaya
baru. Sehingga terjadi ketidaksinkronan antara nilai-norma dengan tindakan.Tindakan-tindakan sosial yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat disebut penyimpangan sosial. Generasi muda adalah
penyumbang terbesar yang berpartisipasi melakukan tindakan-tindakan sosial tersebut. Salah satu contoh tindak penyimpangan sosial adalah perilaku
seks bebas remaja. Hasil penelitian Komnas perlindungan anak pada tahun 2012 mengenai perilaku seks remaja di 17 kota besar Indonesia menyatakan
bahwa 97% dari 4.726 responden, mengatakan pernah menonton pornografi, 93,7% mengaku sudah tidak perawan dan 21,26% pernah melakukan
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
8/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 8
aborsi”.[2] Hal tersebut tentu saja sangat mengejutkan sekaligus memprihatinkan. Perilaku penyimpangan sosial laninya adalah tawuran pelajar, aksi
jalanan geng motor, premanisme, homosesual, lesbian, konsumsi minuman keras, narkoba dan lain sebagainya.
2.1.7 Urbanisasi dan Krisis Lingkungan Hidup
Urbanisasi adalah proses perpindahan penduduk dari desa ke kota.[3] Sebenarnya, istilah urbanisasi bisa mengacu pada dua pengertian, yaitu : (1)
proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota, (2) berkembangnya suatu kawasan yang penduduknya sederhana menjadi kompleks menyerupai
kota. Namun, kedua-duanya sama-sama mengindikasikan adanya pertambahan jumlah penduduk yang cukup besar baik dikarenakan oleh adanya
mortalitas maupaun migrasi.
Kota merupakan pusat kegiatan politik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat dimana kota memiliki berbagai fasilitas yang memungkinkan
kegiatan tersebut berjalan dengan lancar efisien. Di lain pihak, desa yang notabene dihuni oleh masyrakat tradisional mempunyai kondisi sosial yang
berbanding 180 derajat dengan kondisi sosial perkotaan. Fasilitas umum yang tidak lengkap, wilayah pertanian yang terus menyempit, sistem sosial
yang cenderung tertutup, dan gemerlapnya dunia perkotaan membuat sebagian dari mereka berkeinginan untuk melakukan mobilitas sosial vertikal
dengan mengadu nasib di perkotaan.
Secara garis besar faktor terjadinya urbanisasi terbagi kedalam dua macam, yaitu: push factor (faktor pendorong) dan full factor (faktor
penarik).[4] Push factor atau faktor yang mendorong terjadinya urbanisasi adalah : semakin terbatasnya lapangan pekerjaan di desa, kemiskinan akibat
bertambahnya jumlah penduduk, jalur transfortasi dari desa ke kota yang semakin lancar, rendahnya upah buruh di desa dan meningkatnya tingkatpendidikan di desa. Sementara full factor atau faktor penarik terjadinya urbanisasi adalah : kesempatan kerja yang lebih luas di perkotaan, tingkat upah
yang lebih tinggi, sistem sosial terbuka yang memungkinkan untuk melakukan mobilitas sosial, fasilitas umum yang lengkap dan dapat menghindarkan
diri dari kontrol sosial yang ketat.
Pertambahan jumlah penduduk dalam jumlah besar yang berlangsung secara terus-menerus mengakibatkan munculnya sejumlah permasalahan di
perkotaan. Salah satunya adalah krisis lingkungan hidup. Populasi manusai yang terlalu banyak mengakibatkan terjadinya alih fungsi daerah resapan air
menjadi wilayah pemukiman. Akibatnya muncul krisis lingkungan hidup di perkotaan. Mereka yang tidak mampu membeli lahan-lahan perumahan yang
mahal terpaksa harus membuat pemukiman di bantaran sungai. Kemudian, perilaku tidak ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan membuat
mereka nyaman membuang sampah kesungai. Industri-industri liar pun turut berpartisipasi dengan membuang limbah ke sungai. Akhirnya sungai
menjadi tercemar, kotor, menyempit dan menjadi dangkal. Maka terjadilah banjir saat musim hujan.
2.1.8 Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang sangat kompleks. Kemiskinan sendiri terjadi akibat adanya ketidakmampuan bersaing dalam usahanya
memenuhi kebutuhan ekonomisnya. Kemiskinan juga bisa terjadi akibat tidak adanya peluang untuk melakukan mobilisasi sosial. Misalnya, salah satu
saluran mobilitas sosial adalah pendidikan. Untuk dapat bersaing dalam dunia pekerjaan maka peraturan yang umumnya berlaku harus menempuh
jalur pendidikan terlebih dahulu. Begitupun juga dengan masyarakat misikin, untuk melakukan mobilitas sosial maka mereka harus menempuh jalur
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
9/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 9
pendidikan yang tentunya “tidak gratis”. Meskipun sekarang ada program “wajib belajar 9 tahun”, tapi tetap saja masih ada pungutan-pungutan lain
yang tentu saja masih memberatkan masyarakat miskin. Ditambah lagi pendidikan 9 tahun pada saat ini sebenarnya masih belum siap untuk
menghadapi kerasnya dunia pekerjaan.
Kemiskinan sendiri terbagi kedalam dua macam, yaitu kemiskinan struktural dan kemiskinan budaya. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan
yang diakibatkan oleh buruknya struktur sosial yang berlaku dimasyarakat sehingga ada sebagian kalangan yang tidak mendapat kesempatan untuk
memperbaiki nasibnya. Sementara kemiskinan budaya adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh kebiasaan mereka sendiri yang malas bekerja, tidak
punya keinginan yang tinggi dan berfikir pesimis.
Kota memiliki jumlah penduduk yang banyak, sehingga tentu saja persaingan dalam melakukan mobilitas sosialnya pun ketat. Mereka yang tidak
mempunyai social capital (modal sosial) yang tinggi akan tersingkirkan dari arena pergulatan ekonomi kota yang sangat ketat. Akhirnya bagi mereka
yang tersingkir harus rela hati menerima kehidupan dalam naungan kemiskinan.
2.1.9 Kriminalitas
Semakin banyak orang dengan latar belakang budaya dan kepentingan yang berbeda yang disatukan dalam kehidupan sosial masyarakat kota,
maka semakin banyak pula persaingan, pertentangan serta perbenturan kentingan diantara mereka. Tak jarang, mereka yang kalah bersaing terpaksa
harus melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hukum dan norma sosial yang berlaku. Kriminalitas merupakan sebuah bentuk tindakan yang tidak
selaras dengan aturan hukum dan norma sosial yang berlaku.Secara garis besar, kriminalitas dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, yaitu:
A.
Ketidakmampuan menghadapi arus perubahan sosial
B.
Kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi
C.
Ketatnya persaingan dalam melakukan mobilitas sosial
D.
Disorganisasi keluarga
E.
Anomi dan kegoncangan budaya (cultural shock )
F.
Pola pikir yang lebih mementingkan nilai ekonomis dari pada nilai agamis
G.
Pluralitas masyarakat perkotaan yang kadang memicu konflik
H.
Memudarnya nilai dan norma agama dalam kepribadian masyarakat
2.2. Konsep Pengembangan Kawasan Kota
2.2.1. Pengertian Wilayah/Kawasan dalam Tata Ruang
Wilayah/Kawasan adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya, terdiri dari :
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
10/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 10
1.
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam
dan sumber daya buatan.
2.
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
2.2.2. Tata Ruang Kawasan
Perkotaan perlu dibedakan dalam 3 Jenis rencana dengan tingkat kedalaman yang berbeda:
A.
Rencana Struktur, adalah kebijakan yang menggambarkan arahan tata ruang untuk Kawasan Perkotaan Metropolitan dalam jangka waktu sesuai
dengan rencana tata ruang;
B.
Rencana Umum, adalah kebijakan yang menetapkan lokasi dari kawasan yang harus dilindungi dan dibudidayakan serta diprioritaskan
pengembangannya dalam jangka waktu perencanaan ;
C.
Rencana Rinci, terdiri dari :
1.
Rencana Detail, merupakan pengaturan yang memperlihatkan keterkaitan antara blok-blok penggunaan kawasan untuk menjaga keserasian
pemanfaatan ruang dengan manajemen transportasi kota dan pelayanan utilitas kota.
2.
Rencana Teknik, merupakan pengaturan geometris pemanfaatan ruang yang menggambarkan keterkaitan antara satu bangunan dengan
bangunan lainnya, serta keterkaitannya dengan utilitas bangunan dan utilitas kota/kawasan (saluran drainase, sanitasi dll)
2.2.3. Lingkup Perkotaan
Daerah perkotaan merupakan daerah yang memiliki fungsi daerah strategis dalam tinjauan kegiatan ekonomi. Oleh karena daerah ini memiliki
infrastruktur yang cukup memadai maka perlu penataan beberapa komponen untuk pengembangan kawasan perkotaan sebagai daerah pusat kegiatan
pemerintahan. Beberapa komponen-komponen yang menjadi program prioritas dalam pengembangan kawasan ini, yaitu:
A.
Pengembangan pusat-pusat permukiman potensial termasuk permukiman kumuh pada daerah pinggiran dengan program penataan kembali
wilayah adminitratif kecamatan.
B.
Peningkatan pelayanan prasarana transportasi dan komunikasi untuk membuka keterisolasian daerah dengan daerah sekitarnya.
C.
Pengembangan pusat sentra produksi dan peningkatan modal usaha guna membuka pemasaran produksi.
D.
Peningkatan pelayanan sosial dasar khususnya pendidikan dan kesehatan, serta penyuluhan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan
kesadaran masyarakat.
E.
Pengembangan partisipasi swasta dalam pemanfaatan potensi wilayah khususnya bidang pendidikan.
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
11/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 11
F.
Penetapan pusat-pusat pertumbuhan dan pengembangan pusat-pusat pemukiman potensial yang tetap berorientasi pada system atau pola
pengembangan wilayah.
G.
Penanggulangan kemiskinan yang dicapai melalui pemenuhan kebutuhan mendesak dan melalui redistribusi manfaat yang diperoleh dari
pertumbuhan ekonomi khususnya dari sektor-sektor produksi seperti industri rumah tangga.
Pengembangan kawasan ini dilakukan dengan penyerasian pendekatan pembangunan ( prosoperity approach) dan pendekatan keamanan (security
approach). Dari segi aspek sosial ekonominya, daerah ini merupkan daerah yang cukup berkembang. Hal ini dapat dilihat dari segi kondisi kehidupan
masyarakat sekitarnya, yang pada umumnya hidup cukup modern. Secara gamblang dapat kita perhatikan dari kondisi bangunan yang ada mulai dari
perumahan sampai bangunan gedung bertingkat yang ada pada daerah ini sangat modern dari segi tampilan. Masyarakatnya hidup dengan taraf kehidupan
yang cukup layak. Tetapi juga masih ada masyarakatnya yang hidup dibawah garis kemiskinan. Daerah yang masih terdapat masyarakat yang kurang mampu
ini umumnya ada di daerah pinggiran. Ada beberapa aspek sosial ekonomi yang menyebabkan masih adanya masyarakat yang hidup kumuh di dalam daerah
hal ini disebabkan antara lain oleh:
A.
Aksesibilitas ke daerah kota yang rendah;
B.
Rendahnya tingkat pendidikan dan rendahya pengetahuan tentang kesehatan masyarakatnya;
C.
Rendahnya tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakatnya;
D.
Langkanya informasi tentang pemerintah dan minimnya perhatian dari pemerintah yang diserukan pada kelompok masyarakat pinggiran ini.
2.3. Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
Gambar 2.1. Kawasan Perkotaan
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
12/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 12
Penataan ruang kawasan perkotaan diselenggarakan pada:
kawasan perkotaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten; atau
kawasan yang secara fungsional berciri perkotaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota pada satu atau lebih wilayah provinsi.
Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud di atas menurut besarannya dapat berbentuk kawasan perkotaan kecil, kawasan perkotaan sedang,
kawasan perkotaan besar, kawasan metropolitan, atau kawasan megapolitan. Kriteria mengenai kawasan perkotaan menurut besarannya sebagaimanadimaksud diatur dengan peraturan pemerintah.
2.3.1. Perencanaan Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Rencana tata ruang kawasan perkotaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten adalah rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten. Dalam
perencanaan tata ruang kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud di atas berlaku sebagaimana perencanaan tata ruang wilayah kota dengan
memperhatikan ruang terbuka hijau. Rencana tata ruang kawasan perkotaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota pada satu atau
lebih wilayah provinsi merupakan alat koordinasi dalam pelaksanaan pembangunan yang bersifat lintas wilayah. Rencana tata ruang sebagaimana
dimaksud di atas berisi arahan struktur ruang dan pola ruang yang bersifat lintas wilayah administratif.
2.3.2. Rencana Tata Ruang Kawasan Metropolitan
Rencana tata ruang kawasan metropolitan merupakan alat koordinasi pelaksanaan pembangunan lintas wilayah. Rencana tata ruang kawasan
metropolitan dan/atau kawasan megapolitan berisi:
A.
Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang kawasan metropolitan dan/atau megapolitan;
B.
Rencana struktur ruang kawasan metropolitan yang meliputi sistem pusat kegiatan dan sistem jaringan prasarana kawasan metropolitan dan/atau
megapolitan;
C.
Rencana pola ruang kawasan metropolitan dan/atau megapolitan yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budi daya;D.
Arahan pemanfaatan ruang kawasan metropolitan dan/atau megapolitan yang berisi indikasi program utama yang bersifat interdependen
antarwilayah administratif; dan
E.
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan metropolitan dan/atau megapolitan yang berisi arahan peraturan zonasi kawasan
metropolitan dan/atau megapolitan, arahan ketentuan perizinan, arahan ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
13/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 13
2.3.3. Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan
Gambar 2.2. Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
Pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten merupakan bagian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
Pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota pada satu atau lebih wilayah provinsi
dilaksanakan melalui penyusunan program pembangunan beserta pembiayaannya secara terkoordinasi antarwilayah kabupaten/kota terkait.
2.3.4. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan
Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten merupakan bagian pengendalian pemanfaatan
ruang wilayah kabupaten. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota pada satu atau
lebih wilayah provinsi dilaksanakan oleh setiap kabupaten/kota. Untuk kawasan perkotaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota yang
mempunyai lembaga pengelolaan tersendiri, pengendaliannya dapat dilaksanakan oleh lembaga dimaksud.
2.3.5. Kerja Sama Penataan Ruang Kawasan Perkotaan
Penataan ruang kawasan perkotaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota dilaksanakan melalui kerja sama antardaerah. Ketentuan
lebih lanjut mengenai penataan ruang kawasan perkotaan diatur dengan peraturan pemerintah.
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
14/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 14
2.4.
Perancangan Kawasan
Di dalam RTBL terdapat rencana umum dan panduan rancangan untuk kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berupa:
A.
Struktur Peruntukan Lahan
Struktur peruntukan lahan merupakan unsur dalam rancangan kawasan/lingkungan yang mempunyai peran penting dalam penentuan
banyaknya atau luasan penggunaan suatu lahan yang sudah ditetapkan pada suatu kawasan/lingkungan perencanaan tertentu dalam rencana tata
ruang wilayah. Komponen-komponen penataan berupa:
1.
Peruntukan lahan makro, merupakan rencana penentuan banyaknya atau luasan penggunaan dan pemanfaatan lahan pada wilayah tertentu ataubiasa disebut dengan tata guna lahan. Peruntukan ini mempunyai sifat yang mutlak karena sudah diatur pada ketentuan dalam rencana tata ruang
wilayah.
2.
Peruntukan lahan mikro, merupakan rencana penentuan peruntukan lahan yang ditetapkan pada skala ruang yang lebih kecil, termasuk juga
secara vertikal, yang berdasar kepada prinsip keragaman yang seimbang. Hal-hal yang diatur adalah:
a)
Peruntukan lantai dasar, lantai atas, maupun lantai basement.
b)
Peruntukan lahan tertentu, misalnya yang mempunyai kaitan dengan lahan perkotaan-perdesaan, bentang alam/lingkungan daerah
konservasi, ataupun pengaturan pada ruang-ruang yang mempunyai tema tertentu. Dalam penetapan peruntukan lahan yang mikro ini
dapat memungkinkan untuk melibatkan masukan-masukan suatu desain dari hasil proses hubungan berbagai pihak seperti penata kota,
pihak pemilik lahan, ataupun pihak yang memakai atau yang menggunakan sehingga terjadinya suatu lingkungan dengan ruang yang
mempunyai karakter tersendiri yang sesuai dengan konsep struktur perancangan kawasan.
B.
Intensitas Pemanfaatan Lahan
Intensitas pemanfaatan lahan merupakan tingkat penentuan banyaknya atau luasan dan penyaluran luas lantai maksimum bangunan terhadap
tapak peruntukannya. Komponen-komponen penataan berupa:
1.
Koefisien Dasar Bangunan (KDB), yaitu angka yang diperoleh dari perbandingan antara luas semua atau seluruh lantai dasar pada bangunan gedung
yang dapat untuk dibangun dengan luas lahan/tapak yang ada.
2.
Koefisien Lantai Bangunan (KLB), yaitu angka dalam bentuk desimal yang merupakan perbandingan anatara jumlah seluruh luas lantai pada
bangunan yang dapat dibangun dan luas lahan/tapak yang ada.
3.
Koefisien Daerah Hijau (KDH), yaitu angka yang diperoleh melalui perbandingan antara luas dari seluruh ruang terbuka yang berada di luar
bangunan gedung yang dibuat untuk taman atau daerah hijau dan luas tanah yang ada.4.
Koefisien Tapak Basement (KTB), yaitu angka yang diperoleh dari perbandingan antara luasan tapak basement dengan luas lahan/tapak yang ada.
5.
Insentif-Disinsentif Pengembangan, terdiri dari :
a)
Insentif Luas Bangunan, yaitu suatu penambahan yang berkaitan dengan koefisien lantai bangunan dan akan diberikan jika bangunan gedung
yang telah terbangun sudah memenuhi syarat untuk lantai dasar yang sudah dianjurkan. Luas lantai pada bangunan yang telah ditempati oleh
fungsi tersebut akan dipertimbangkan untuk tidak dimasukkan dalam perhitungan koefisien lantai bangunan.
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
15/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 15
b)
Insentif langsung, yaitu suatu penambahan yang dapat memungkinkan untuk adanya luas lantai yang maksimum bagi bangunan gedung yang
menyediakan fasilitas umum, yang berupa sumbangan positif bagi lingkungan permukiman, termasuk juga diantaranya jalur untuk para pejalan
kaki, ruang terbuka umum, dan fasilitas umum.
c)
Sistem Pengalihan Nilai Koefisien Lantai Bangunan ( TDR=Transfer of Development Right), merupakan hak pemilik bangunan atau yang
mengembangkan bangunan yang bisa dialihkan kepada pihak atau lahan lain yang dihitung berdasar pada pengalihan nilai koefisien lantai
bangunan, yaitu selisih antara koefisien lantai bangunan aturan dan koefisien lantai bangunan yang telah terbangun.
C.
Tata Bangunan
Tata bangunan merupakan perwujudan dari penyelenggaraan bangunan gedung beserta lingkungan luarnya sebagai fisik dari pemanfaatan
ruang, hal ini dapat meliputi berbagai aspek termasuk pembentukan karakter fisik dari lingkungan, besaran, dan tata letak elemen-elemen: blok,
kaveling/petak lahan, bangunan, serta ketinggian dan elevasi lantai bangunan, yang akan menciptakan dan menjelaskan berbagai kualitas ruang
dalam kota yang bersifat menyesuaikan diri terhadap keragaman kegiatan yang ada, terutama yang berlangsung di dalam ruang-ruang publik. Fungsi
tata bangunan disini juga sebagai sistem untuk merencanakan bagian dari penyelenggaraan bangunan gedung beserta lingkungan luarnya, termasuk
sarana dan prasarananya pada suatu daerah lingkungan binaan baik dalam skala perkotaan maupun perdesaan yang sesuai dengan peruntukan
lokasi yang diatur dengan menggunakan aturan tata ruang yang berlaku dalam RTRW Kabuaten/Kota, dan rencana rincinya. Kompoen-komponen
penataan berupa:
1.
Pengaturan blok lingkungan, yaitu suatu perencanaan pembagian lahan pada kawasan menjadi blok dan jalan, pada blok tersebut terdiri ataspetak lahan dengan konfigurasi tertentu. Pengaturan ini terdiri dari:
a)
Bentuk dan Ukuran Blok;
b)
Pengelompokan dan Konfigurasi Blok;
c)
Ruang terbuka dan tata hijau.
2.
Pengaturan kaveling/petak lahan, yaitu suatu perencanaan pembagian lahan yang ada didalam blok menjadi kavling-kavling dengan ukuran,
bentuk, pengelompokan dan konfigurasi tertentu. Pengaturan ini terdiri dari:
a)
Bentuk dan Ukuran Kaveling;
b)
Pengelompokan dan Konfigurasi Kaveling;
c)
Ruang terbuka dan tata hijau.
d)
Pengaturan bangunan, yaitu suatu perencanaan tentang pengaturan masa bangunan dalam kavling. Pengaturan ini terdiri dari:e)
Pengelompokan Bangunan;
f)
Letak dan Orientasi Bangunan ;
g)
Sosok Massa Bangunan;
h)
Ekspresi Arsitektur Bangunan.
i)
Pengaturan Ketinggian dan Elevasi Lantai Bangunan, yaitu suatu perencanaan pengaturan ketinggian dan elevasi pada bangunan pada skala
bangunan tunggal ataupun bangunan yang berkelompok pada lingkungan yang makro. Pengaturan ini terdiri dari:
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
16/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 16
1)
Ketinggian Bangunan;
2)
Komposisi Garis Langit Bangunan;
3)
Ketinggian Lantai Bangunan.
D.
Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung
Sistem sirkulasi dan jalur penghubung terdiri dari jaringan jalan dan pergerakan, sirkulasi kendaraan umum, sirkulasi kendaraan pribadi,
sirkulasi kendaraan informal setempat dan sepeda, sirkulasi untuk pejalan kaki, sistem dan sarana transit, sistem parkir, perencanaan jalur untukpelayanan lingkungan, dan sistem jaringan penghubung. Komponen-komponen penataan berupa:
1.
Sistem jaringan jalan dan pergerakan, yaitu suatu rancangan untuk pergerakan yang terkait, antara tingkatan jalan yang tersebar dalam
kawasan perencanaan dan jenis pergerakan yang melaluinya, baik masuk dan keluar dari kawasan, maupun masuk dan keluar dari kaveling.
2.
Sistem sirkulasi kendaraan umum, yaitu suatu rancangan sistem untuk pergerakan kendaraan umum yang formal, dipetakan pada tingkatan
jalan yang ada pada kawasan perencanaan.
3.
Sistem sirkulasi kendaraan pribadi, yaitu suatu rancangan untuk pergerakanbagi kendaraan pribadi sesuai dengan tingakatan jalan pada
kawasan perencanaan.
4.
Sistem sirkulasi kendaraan umum informal setempat, yaitu suatu rancangan sistem untuk pergerakan bagi kendaraan umum dari sektor
informal, seperti ojek, becak, andong, dan sejenisnya, yang dipetakan pada tingkatan jalan yang ada pada kawasan perencanaan.
5.
Sistem pergerakan transit, yaitu suatu rancangan sistem untuk perpindahan pergerakan dari dua ataupun lebih modatransportasi yangberbeda, yang dipetakan pada tingkatan jalan yang ada pada kawasan perencanaan.
6.
Sistem parkir, yaitu suatu rancangan untuk gerakan arus masuk dan keluar dari kavling atau grup kavling untuk parkir kendaraan didalam
kavling.
7.
Sistem perencanaan jalur servis/pelayanan lingkungan, yaitu suatu rancangan sistem pergerakan dari kendaraan servis (pengangkut sampah,
pengangkut barang, dan kendaraan pemadam kebakaran) dari suatu kavling ataublok lingkungan tertentu, yang dipetakan pada tingkatan jalan
yang ada pada kawasan perencanaan.
8.
Sistem sirkulasi pejalan kaki dan sepeda, yaitu suatu rancangan sistem pergerakan bagi pejalan kaki (termasuk penyandang cacat dan lanjut
usia) dan pemakai sepeda, yang khusus telah disediakan pada kawasan perencanaan.
9.
Sistem jaringan jalur penghubung terpadu ( pedestrian linkage ), yaitu suatu rancangan sistem pada jaringan pada berbagai jalur penghubung
yang dapat memungkinkan untuk menembus beberapa bangunan ataupun beberapa kavling tertentu dan dapat dimanfaatkan bagikepentingan jalur publik. Jalur ini dibutuhkan terutama pada daerah yang mempunyai intensitas kegiatan tinggi dan beragam, seerti pada area
komersial lingkungan permukiman atau are fungsi campuran (mixed-used). Jalur penghubung terpadu harus dapat memberikan kemudahan
bagi para pejalan kaki.
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
17/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 17
E.
Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau
Sistem ruang terbuka hijau merupakan bagian dari perancangan kawasan yang bukan merupakan elemen tambahan ataupun elemen sisa dari
proses rancang bangunan diselesaikan, tetapi merupakan rancangan yang diciptakan sebagai bagian dari suatu lingkunganyang lebih luas. Penataan
sistem ruang terbuka dapat diatur melaluipendekatan desain berkonsep tata hijau yang akan membentuk suatu karakter lingkungan yang memiliki
peran penting baik secara ekologis, rekreatif dan estetis bagi lingkungan sekitarnya, dan memiliki karakter yang terbuka sehingga mudah untuk
diakses sebesar-besarnya oleh publik. Komponen-komponen penataan berupa:
1.
Sistem ruang terbuka umum (kepemilikan publik-aksesibilitas publik), yaitu ruang yang mempunyai karakter fisik terbuka, bebas dan mudahuntuk diakses publik karena lahan ini bukan milik perseorangan.
2.
Sistem ruang terbuka prbadi (kepemilikan pribadi-aksebilitas pribadi), yaitu ruang yang mempunyai karakter fisik terbuka tetapi terbatas, ruang
ini hanya dapat diakses oleh pemiliknya, pengguna, atau pihak tertentu, karena ruang ini bukan ruang publik.
3.
Sistem ruang terbuka privat yang dapat diakses oleh umum (kepemilikan pribadi-aksesibilitas publik), yaitu ruang yang memiliki karakter fisik
terbuka, serta bebas dan mudah diakses oleh publik, meskipun ruang ini milik pihak tertentu, karena telah berikan haknya untuk kepentingan
publik sebagai hasil dari kesepakatan antara pemilik ruang dengan pihak pengelola/pemerintah daerah setempat,dimana pihak pemilik
mengizinkan lahannya untuk digunakan oleh kepentingan publik, dengan mendapatkan kompensasi atau hasilberupa insentif tertentu, tanpa
mengubah status kepemilikan ruang tersebut.
4.
Sistem pepohonan dan tata hijau, yaitu pola untuk penanaman pohonyang akan disebar pada ruang terbuka publik.
5.
Bentang alam, yaitu ruang yang memiliki karakter fisik terbuka dan terkait dengan are yang digunakan sebesar-besarnya demi kepentinganpublik, pemanfaatan sebagai bagian dari alam yang akan dilindungi. Pengaturan ini diperuntukkan untuk kawasan:
a)
Pantai dan laut, sebagai batas yang melingkupi tepian kawasan, menentukan atmosfir dari suasana kehidupan kawasan, serta dasar
penciptaan pola tata ruang;
b)
Sungai, sebagai pembentuk koridor ruang terbuka;
c)
Lereng dan perbukitan, sebagai potensi pemandangan luas;
d)
Puncak bukit, sebagai titik penentu arah orientasi visual, serta memberikan kemudahan dalam menentukan arah (tengaran alam);
e)
Area jalur hijau, yaitu salah satu bagian dari ruang terbuka hijau yang memiliki fungsi sebagai area preservasi dan tidak dapat dibangun
untuk bangunan. Pengaturan ini untuk kawasan:
1)
Sepanjang sisi dalam Daerah Milik Jalan (Damija);
2)
Sepanjang bantaran sungai;
3)
Sepanjang sisi kiri kanan jalur kereta;
4)
Sepanjang area di bawah jaringan listrik tegangan tinggi;
5)
Jalur hijau yang diperuntukkan sebagai jalur taman kota atau hutan kota, yang merupakan pembatas atau pemisah suatu wilayah
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
18/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 18
F.
Tata Kualitas Lingkungan
Penataan kualitas lingkungan mengacu pada upaya penerapan ilmu pelaksanaan elemen-elemen kawasan yang sedemikian rupa agar tercipta
suatu kawasan dengan sistem lingkungan yang informatif, mempunyai karakter yang khas, dan memiliki orientasi tertentu. Komponen-komponen
penataan berupa:
1.
Konsep identitas lingkungan, yaitu proses merancang karakter dari suatu lingkungan yang dapat diwujudkan melalui pengaturan dan proses
perancangan elemen fisik dan nonfisik lingkungan tertentu.
2.
Tata karakter bangunan/lingkungan (built-in signage and directional system), yaitu proses mengolah elemen-elemen yang bersifat fisik daribangunan/lingkungan untuk memberi atau mengarahkan tanda pengenal suatu lingkungan/bangunan, sehingga para pengguna dapat mengerti
atau mengenali karakter apa yang ada pada lingkungan untuk dikunjungi atau hanya dilaluinya sehingga akan memudahkan pengguna kawasan
untuk berorientasi dan bersikulasi.
3.
Tata penanda identitas bangunan, yaitu cara mengolah suatu elemen fisik dari bangunan/lingkungan untuk lebih mempertegas identitas atau
penamaan suatu bangunan sehingga pengguna dapat lebih mudah untuk mengenali bangunan yang akan menjadi tujuannya.
4.
Tata kegiatan pendukung secara formal dan informal (supporting activities), yaitu pengolahan secara terintegrasi seluruh aktivitas informal
sebagai daya dukung dari aktivitas formal tersebut untuk diwadahi dalam ruang/bangunan agar dapat menghidupkan interaksi sosial dari para
pemakainya.
5.
Konsep orientasi lingkungan, yaitu proses merancang elemen yang ebrsifat fisik dan nonfisik yang bertujuan untuk membentuk lingkungan yang
informatif sehingga akan lebih memudahkan para pemakai untuk berorientasi dan bersikulasi atau bergerak.6.
Sistem tata informasi (directory signage system), yaitu cara untuk mengolah elemen yang bersifat fisik pada lingkungan untuk menjelaskan
berbagai informasi maupun penunjuk mengenai tempat yang akan dikunjungi tersebut, sehingga akan memudahkan para pemakai dalam hal
mengenali lokasi dirinya terhadap lingkungan disekitarnya.
7.
Sistem tata rambu pengarah (directional signage system), yaitu cara untuk mengolah elemen yang berkarakter fisik pada daerah lingkungan
untuk mengarahkan para pemakai untuk bersikulasi dan berorientas baik menuju mapun dari bangunan ataupun area tempat yang akan dituju.
8.
Wajah jalan, yaitu cara untuk merancang elemen yang bersifat fisik dan nonfisik unuk membentuk suatu daerah lingkungan yang mempunyai
skala manusia pemakainya, pada suatu ruang publik dapat berupa ruas jalan yang dapat memperkuat karakter suatu blok perancangan yang
lebih besar.
9.
Wajah penampang jalan dan bangunan;
10.
Perabot jalan ( street furniture );
11.
Tata hijau pada penampang jalan;
12.
Elemen tata informasi dan rambu pengarah pada penampang jalan;
13.
Elemen papan reklame komersial pada penampang jalan.
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
19/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 19
G.
Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan
Sistem prasarana dan utilitas lingkungan merupakan kelengkapan yang dasar dari fisik suatu lingkungan yang dalam pengadaannya
memungkinkan adanya suatu lingkungan yang dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana semestinya. Sistem prasarana dan utilitas lingkungan
terdiri dari jaringan air bersih dan air limbah, jaringan drainase, jaringan persampahan, jaringan gas dan listrik, serta jaringan telepon, sistem
jaringan pengamanan kebakaran, dan sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi. Komponen-komponen penataan berupa:
1.
Sistem jaringan air bersih, yaitu sistem dalam sebuah jaringan dan penyebaran pelayanan penyediaan air bagi penduduk suatu lingkungan, yang
dapat memenuhi persyaratan bagi operasionalisasi bangunan atau lingkungan, dan dapat berbaur dengan jaringan air bersih secara makro dariwilayah regional yang lebih luas.
2.
Sistem jaringan air limbah dan air kotor, yaitu sistem dalam sebuah jaringan dan penyebaran pelayanan pembuangan atau pengolahan air dari
buangan rumah tangga, lingkungan yang komersial, daerah perkantoran, dan bangunan umum lainnya, yang berasal dari manusia, binatang,
atau bida juga dari tumbuh-tumbuhan, untuk diolah dan kemudian akan dibuang dengan cara yang aman bagi lingkungan itu sendiri, termasuk
juga didalamnya buangan industri dan buangan kimia.
3.
Sistem jaringan drainase, yaitu sistem dalam sebuah jaringan dan penyebaran drainase sutau lingkungan yang mempunyai fungsi sebagai
pematus bagi lingkungan, yang terintegrasi melalui sistem jaringan drainase makro dari suatu wilayahregional yang lebih luas.
4.
Sistem jaringan persampahan, yaitu sistem yang terdapat pada jaringan dan penyebaran pelayanan pembuangan atau pengolahan sampah dari
rumah tangga, lingkungan komersial, daerah perkantoran dan bangunan umum lainnya, yang terintegrasi dengan s istem yang ada pada jaringan
pembuangan sampah makro dari wilayah regional yang lebih luas.5.
Sistem jaringan listrik, yaitu sistem yang ada dalam jaringan dan penyebaran pelayanan penyediaan daya listrik dan jaringan sambungan listrik
bagi penduduk suatu lingkungan, dan terintegrasi dengan jaringan instalasi listrik makro dari wilayah regional yang lebih luas.
6.
Sistem jaringan telepon, yaitu sistem dalam jaringan dan penyebaran pelayanan penyediaan jasa untuk kebutuhan sambungan dan jaringan
dari telepon bagi penduduk dalam suatu lingkungan yang dapat memenuhi persyaratan bagi operasionalisasi bangunan atau lingkungan, yang
terintegrasi dengan melalui jaringan instalasi listrik makro dari wilayah regional yang lebih luas.
7.
Sistem jaringan pengamanan kebakaran, yaitu sistem dalam sebuah jaringan pengamanan di lingkungan/kawasan untuk memperingatkan
penduduk sekitar terhadap keadaan darurat, penyediaan tempat untuk penyelamatan, membatasi penyebaran kebakaran, dan/atau
pemadaman kebakaran.
8.
Sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi, yaitu jaluryang digunakan untuk perjalanan yang menerus (termasuk jalan ke arah luar,
koridor/selasar umum dan sejenisnya) dari setiap bagian bangunan gedung termasuk di dalam unit suatu hunian tunggal ke tempat yang aman,
sistem ini disediakan bagi suatu lingkungan/kawasan sebagai tempat pnyelamatan atau evakuasi.
2.5. Perencanaan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
Penyusunan rencana pemanfaatan RTHKP merupakan bagian dari rencana pemanfaatan tata ruang, dan RTHKP dituangkan dalam Rencana Detail
Tata Ruang Kawasan Perkotaan dengan skala peta sekurang-kurangnya 1 : 5.000. Undang-undang mengamanatkan bahwa alokasi ruang untuk RTHKP luas
ideal minimal 30% dari luas kawasan menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 29 , namun pada regulasi yang lain
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
20/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 20
disebutkan luas minimal sebesar 20%dari luas kawasan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka
Hijau Kawasan Perkotaan, Pasal 9.
Dalam perencanaan RTHKP, ruang terbuka hijau yang diatur dalam perencanaan mencakup RTH publik dan privat. Komponen yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan RTHKP adalah i) jenis, ii) lokasi, iii) luas, iv) kebutuhan biaya, v) waktu pelaksanaan dan vi) desain teknis. Selanjutnya
perencanaan RTHKP lebih lanjut ditetapkan melalui peraturan daerah. Dalam pengembangan RTH, ada beberapa hal yang dapat dilakukan dan
dipertimbangkan, yakni :
1. Pencetakan baru
Secara umum dalam sebuah kota, RTH biasanya dikuasai oleh pemerintah dengan cara perolehan antara lain melalui alih fungsi lahan menjadi /
diperuntukkan menjadi RTH, mangalihfungsikan RTH yang telah mengalami alihfungsi, tukar belai atau membeli. Mendorong swasta / privat untuk
memanfaatkan lahannya (lahan yang belum difungsikan) sebagai RTH, tetapi untuk kepentingan swasta / privat namun dapat menambah kapasitas sistem
alami perkotaan. Selain itu, mendorong kawasan permukiman baru untuk menyediakan / diharuskan menyediakan lahan untuk RTH secara proporsional dan
pembangunannya diawasi secara ketat.
2. Intensifikasi hijau
Ruang-ruang terbuka kota yang tidak hijau sebaiknya dihijaukan, seperti tepi jalan, median jalan, bantaran sungai, area bahaya dibawah jaringanlistrik tegangan tinggi.
3. Pengaturan kapling milik swasta / privat
Kapling milik swasta / privat terbagi menjadi area yang murni pribadi (misalnya patio dan halaman belakang) serta semi publik (misalnya halaman
depan). Area yang murni pribadi dapat dapat dikendalikan melalui peraturan Koefisian Dasar Hijau – KDH, sedangkan halam depan menggunakan peraturan
garis sempadan bangunan – GSB. Pengaturan ini masuk dalam penggalangan peranserta masyarakat kota.
Selanjutnya dalam tahap rencana pembangunan dan pengembangan RTHKP ini, ada 4 (empat) hal utama yang harus diperhatikan ( Teknis
Perencanaan RTH, Lab. Perencanaan Lansekap Dep. Arsitektural Lansekap, Fakultas Pertanian IPB, Makalah Lokakarya), yaitu :
1.
Luas RTH minimum yang diperlukan dalam suatu wilayah perkotaan ditentukan secara komposit oleh 3 (tiga) komponen berikut ini,
yaitu a) kapasitas atau daya dukung alami wilayah, b) kebutuhan per kapita (kenyamanan, kesehatan dan bentuk pelayanan lainnya), c) arah dan
tujuan pembangunan kota. RTH berluas minimum merupakan RTH yang berfungsi ekologis yang berlokasi, berukuran dan berbentuk pasti yang
melingkupi RTH publik dan privat. RTH publik harus berukuran sama atau lebih luas dari RTH luas minimal, dan RTH privat merupakan RTH
pendukung dan penambah nilai rasio, terutama dalam meningkatkan nilai dan kualitas lingkungan dan kultural kota.
2.
Lokasi lahan kota yang potensial dan tersedia untuk RTH.
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
21/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 21
3.
Struktur dan pola RTH yang akan dikenbangkan (bentuk, konfigurasi dan distribusi).
4.
Seleksi tanaman sesuai kepentingan dan tujuan pembangunan kota.
2.6. Desain Urban
2.6.1. Pengertian Desain Urban
Perhatian utama dari urban design adalah bentuk fisik kota. Oleh sebab itu Urban design merupakan suatau penghubung antara profesi
perencanaan kota dan arsitektur. Urban design dibagi menjadi dua kategori, yaitu sadar-diri dan tidak sadar-diri. Urban design sadar-diri diciptakan oleh
orang-orang yang menyebut diri mereka sebagai seorang designer yang mempergunakan keahlian design mereka untuk merancang suatu wilayah perkotaan
yang nyaman. Urban design sadar-diri biasanya berdasarkan dari pemikiran-pemikiran dan prinsip-prinsip yang jelas. Sedangkan urban design tidak sadar-
diri diciptakan oleh orang orang yang bukan dari kalangan designer tetapi berperan dalam mempengaruhi bentuk wilayah perkotaan. Biasanya urban design
tidak sadar-diri berdasarkan intuisi-intuisi yang belum jelas. Definisi tentang urban design dapat berubah sesuai jaman dan kebudayaan yang berdasarkan
harapan-harapan dan kemungkinan-kemungkinan tersendiri. Bagi seorang arsitek, tindakan yang sederhana untuk meletakkan suatu bangunan dalam suatu
lingkungan kota merupakan sebuah tindakan urban design, sebab suatu bangunan dapat mengubah karakter daripada lingkungan tersebut.
Urban Design
Gambar 2.3. Kedudukan Perancangan Kota
2.6.2. Perancangan Desain Urban
Urban design yang menitikberatkan pada masalah penting bagi kehidupan manusia dan kegiatan kota sehingga urban design memiliki
keterkaitan erat antara arsitektur dengan perancangan kota. Dalam hal ini perancangan kota mengutamakan pada pemecahan masalah dan tidak
mengutamakan akan adanya kebutuhan aktivitasnya. Perancangan kota merupakan bagian dari kota sehingga fungsi dari perancangan tersebut harus
berkaitan dengan fungsi-fungsi banguan kota yang lain dan secara menyeluruh. Sehingga urban design menjadi sebuah strategi dalam pelaksanaan kebijakan
serta tidak terjadi kerancuan program dalam proses pembangunan. Dalam proses perancangan kota, urban design tidak hanya sebagai konsep estetika
dalam suatu desain, tetapi juga menjadi suatu proses pengambilan keputusan dalam aspek sosiologi kota dengan mengacu pada strategi global.
Arsitektur Perencanaan
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
22/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 22
2.6.3. Teori-teori dalam Desain Urban
Gambar 2.4. Teori-teori Desain Urban
A.
Teori Figure Ground
Teori ini dapat dipahami melailui pola perkotaan dengan hubungan antara bentik yang dibangun ( building mass) dan ruang terbuka (open
space). Analisis figure ground sendiri adalah sarana untuk mengidentifikasi sebuah tekstur dan pola-pola tata ruang perkotaan( urban fabric) dan
mengidentifikasi masalah keteraturan massa/ ruang perkotaan.
Figure/ground sendiri berisikan tentang lahan terbangun (urban solid ) dan lahan terbuka (urban void ). Pendekatan figure ground adalah suatu
bentuk usaha untuk memanipulasi atau mengolah pola existing figure ground dengan cara penambahan, pengurangan, atau pengubahan pola
geometris dan juga merupakan bentuk analisa hubungan antara massa bangunan dengan ruang terbuka.
1.
Urban solid
Tipe urban solid terdiri dari:a)
Massa bangunan, monument.
b)
Persil lahan blok hunian yang ditonjolkan.
c)
Edges yang berupa bangunan.
https://prestylarasati.files.wordpress.com/2008/03/1.jpg
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
23/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 23
2.
Urban void
Tipe urban void terdiri dari:
a)
Ruang terbuka berupa pekarangan yang bersifat transisi antara publik dan privat.
b)
Ruang terbuka di dalam atau dikelilingi massa bangunan bersifat semi privat sampai privat.
c)
Jaringan utama jalan dan lapangan bersifat publik karena mewadahi aktivitas publik berskala kota.
d)
Area parkir publik bisa berupa taman parkir sebagai nodes yang berfungsi preservasi kawasan hijau.
e)
Sistem ruang terbuka yang berbentuk linier dan curvalinier. Tipe ini berupa daerah aliran sungai, danau dan semua yang alami dan basah.
Tiga prinsip open space dalam focus kota
1.
Open space adalah ruang terbuka yang lebih berarti dari pada sesuatu yang kosong saja
2.
Open space dibentuk secara organis atau teknis oleh benda-benda yang membatasinya
3.
Open space dapat dilihat dari aspek fungsional public space dan semi public space
Solid dan void sebagai elemen perkotaan
Elemen Solid
1.
Elemen solid blok tunggalBersifat indidividu diamana elemen ini dapat dilihat sebagai bagian satu unit yang lebih besar, dimana elemen tersebut sering memiliki sifat
penting semisal sebagai penentu sudut kota, hirarki atau bahkan penyambung
2.
Elemen solid blok yang mendefinisi sisi
Berfungsi sebagai pembatas secara linear, pembatas ini tidak hanya dalam bentuk garis yang membatasi sisi-sisi tapi juga dapat dibentuk oleh
elemen lebih dari dua atau tiga sisi
3.
Elemen solid blok medan
Blok ini memiliki bermacam-macam massa dan bentuk, naming masing-masing tidak dapat dilihat secara individu, melaikan secara keseluruhan
massa yang ada sehingga membentuk medan yang jelas
Elemen Void
1.
Elemen Void sisten tertutup linear
Sistem ini memperhatikan ruang yang bersifat linear tetapi kesannya tertutup. Elemen coid dalam jenis ini adalah elemen yang sering ditemui
dalam perkotaan.
2.
Elemen void sistem tertutup memusat
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
24/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 24
Sistem ini sudah lebih sedikit jumlahnya karena memiliki pola ruang yang berkesan terfokus dam tertutup. Ruang yang terbentuk dalam elemen
ini dapat diamati dalam skala yang besar semisal pusat kota maupun kawasan.
3.
Elemen void sistem terbuka sentral
Sistem ini memperlihatkan dimana kesan ruang yang bersifat terbuka namum masih tampak terfokus. Sistem ini dapat berupa alum-alun
perkotaan dan jug ataman kota yang terpusat dan memiliki lahan yang cukup luas
4.
Elemen void sistem terbuka linear
Sistem ini adalah sistem yang sering dijumpai didekat DAS (daerah aliran sungai) merupakan pola ruang terbuka dan juga linear mengikuti aliran
sungai. Selain itu dapat juga berada di sepanjang jalur kereta api
B.
Linkage Theory
Linkage merupakan suatu garis semu yang menghubungkan antara dua elemen yang berbeda, antara suatu daerah dengan daerah lainnnya.
Elemen-elemen linkage berfungsi sebagai suatu sarana pemandu bagi orang-orang yang berada dalam daerah tersebut dan juga membantu memahami
bagaimana hubungan dalam suatu daerah tersebut. Teori ini dibagi menjadi 3 bagian besar, yaitu:
1.
Linkage Visual
Dalam linkage visual, dua atau lebih fragmen visual dihubungkan menjadi suatu kesatuan secara visual. Terdapat dua macam linkage visual :
a.
Menghubungkan dua daerah secara netral
b.
Menghubungkan dua daerah dengan mengutamakan satu daerah (diantaranya)
A B
C
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
25/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 25
Elemen linkage visual:
a.
Garis
Menghubungkan secara langsung dua tempat dengan deretan massa. Bisa deretan pohon atau bangunan yang memiliki rupa masif.
b.
Koridor
Dua deretan massa yang yang membentuk sebuah ruang.
c.
Sisi
Menghubungkan dua massa dengan karakter sisi masif pada bagian belakang dan spasial pada bagian depan.
d.
Sumbu
Menghubungkan dengan mengutamakan salah satu daerah tersebut.
e.
Irama
Menghubungkan dengan variasi massa dan ruang
2.
Linkage Struktural
Merupakan sebuah jaringan yang menyebabkan suatu kesatuan dalam tatanan perkotaan. Linkage struktural memiliki peranan penting
dalam tatanan perkotaan. Tanpa adanya linkage struktural akan muncul ketidak selarasan antara bentuk, wujud, serta funsi dari penataan
sebuah kawasan yang ada. Berikut merupakan beberapa elemen dari linkage struktural:
a.
Tambahan
Merupakan elemen struktural dimana menghadirkan suatu massa/ruang kota pada suatu kawasan dengan melanjutkan pola yang sudah
ada pada eksisting yang ada. Memiliki bentuk ruang dan massa yang cenderung sama terhadap bentuk ruang/massa sebelumnya.
b.
Sambungan
Merupakan elemen dimana menghadirkan suatu massa/ruang kota pada suatu kawasan yang sifatnya relative berbeda atau benar-benar
baru dikarenakan memiliki suatu fungsi istimewa didalamnya.
c.
Tembusan
Merupakan elemen yang menghadirkan suatu massa/ruang kota dengan mencampurkan atau membaurkan sifatnya dengan pola eksisting,
sehingga menghasilkan kesan rumit.
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
26/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 26
3.
Linkage Bentuk Kolektif
Upaya mencapai kualitas kawasan melalui penguatan karakter kawasan. Selain memiliki tampak secara visual maupun struktural, sebuah
kawasan juga memiliki bentuk rupa secara kolektif yang dimana hal ini menonjolkan ciri khas dan organisasi dari suatu kawasan. Berikut
merupakan elemen dari linkage kolektif:
a.
Compositional Form
Bentuk komposisi merancang objek-objek komposisi dua demensi dan memiliki hubungan secara abstrak satu dengan yang lain. Linkage
cenderung diasumsikan pengamat, dan tidak memperhatikan fungsi ruang terbuka. Bentuk ini tercipta dari bangunan yang berdiri sendiri
secara 2 dimensi. Dalam tipe ini hubungan ruang jelas walaupun tidak secara langsung
b.
Mega Form
Susunan-susunan yang dihubungkan ke sebuah kerangka berbentuk garis lurus atau sebagai grid dan memiliki hirarki yang bersifat open
ended .
c.
Group Form
Merupakan elemen yang muncul dari penambahan bentuk dan struktur yang pada umumnya berada pada ruang terbuka publik. Kota-kota
tua dan bersejarah serta daerah pedesaan menerapkan pola ini.
C.
Place Theory
Teori yang berkaitan dengan space yang terletak pada pemahaman atau pengertian terhadap budaya dan karakteristik manusia terhadap ruang
fisik. Space dan place memiliki kaitan dimana, space bisa dianggap sebagai place apabila ia memiliki makna kontekstual dari muatan suatu budaya
atau potensi kawasan lokalnya. Lynch (1960) mengemukakan beberapa aturan yang menurutnya merukapan salah satu bentuk keberhasilan
pembentuk place untuk desain ruang kota pada suatu kawasan tidak terlepas dari beberapa aspek berikut:
1.
Legibility ( kejelasan )
Salah satu bentuk kejelasan dari suatu kota dapat dirasakan secara langsung oleh warga kotanya maupun pendatang yang berkunjung ke
kota tersebut. Dengan kata lain suatu kota atau kawasan atau kawasan bisa dikenali dengan cepat dilihat dari pembagian distriknya,
landmark nya maupun jalan sebagai sebuah pola secara keseluruhan.
2.
Structure and Identity ( identitas dan susunan )Susunan memiliki arti sebagai adanya kemudahan pemahaman pola suatu blok-blok khusus pada sebuah kawasan atau kota yang menyatu
antar bangunan dan ruang terbukanya.Sedangkan identitas merupakan gambaran pengunjung sebuah kota atau kawasan yang dimana kota
atau kawasan tersebut dapat diingat atau dikenal dengan mudah melalui objek atau lokasi khusus.
3.
Imageability
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
27/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 27
Kualitas secara fisik suatu objek yang memberikan peluang besar untuk timbulnya gambaran yang kuat dan dapat diterima setiap orang
merupakan syarat penting dari suatu kota atau kawasan. Gambaran yang dimaksud ditekankan pada kualitas fisik suatu kawasan atau kota yang
menghubungkan antara identitas dan struktur kota atau kawasan yang bersangkutan.
Gambaran dari sebuah kota atau kawasan dibentuk oleh 5 (lima) elemen pembentuk wajah kota, yaitu:
a.
Paths, merupakan suatu penghubung yang memungkinkan sirkulasi didalamnyadan dapat diakses dengan mudah. Paths dapat berupa
pedestrian way s, kanal, rel kerata api dan lain sebagainya.
b.
Edges, merupakan elemen jalur linear memanjang tetapi tidak berupa paths dan merupakan pembatas antara 2 jenis fase kegiatan. Edges
dapat berupa sungai, pantai, hutan kota, dinding, dan lain sebagainya.
c.
District, merupakan suatu elemen yang hanya bisa dirasakan ketika seseorang memasuki suatu kawasan tertentu, atau hal ini dapat
dirasakan dari luar apabila meiliki kesan secara visual yang jelas. District dapat dikenali karena adanya suatu karakteristik kegiatan dalam
suatu wilayah.
d.
Nodes, berupa titik konsentrasi dimana ia merupakan sumber dari paths dan siapapun yang berada di area ini memiliki pilihan bebas
memasuki district yang berbeda.
e.
Landmark, merupakan titik pedoman atau penanda sehingga pengunjung atau penghuni suatu kawasan atau kota dapat dengan mudah
mengenali lokasi mereka saat itu berada. Landmark dapat berupa menara, gerbang, sculpture, gedung, kubah dan lain sebagainya.
Gambar 2.5. Wajah Kota
Sumber: Kevin Lynch (1959)
https://prestylarasati.files.wordpress.com/2008/03/3.jpghttps://prestylarasati.files.wordpress.com/2008/03/3.jpghttps://prestylarasati.files.wordpress.com/2008/03/3.jpghttps://prestylarasati.files.wordpress.com/2008/03/3.jpghttps://prestylarasati.files.wordpress.com/2008/03/3.jpghttps://prestylarasati.files.wordpress.com/2008/03/3.jpghttps://prestylarasati.files.wordpress.com/2008/03/3.jpghttps://prestylarasati.files.wordpress.com/2008/03/3.jpghttps://prestylarasati.files.wordpress.com/2008/03/3.jpghttps://prestylarasati.files.wordpress.com/2008/03/3.jpghttps://prestylarasati.files.wordpress.com/2008/03/3.jpghttps://prestylarasati.files.wordpress.com/2008/03/3.jpghttps://prestylarasati.files.wordpress.com/2008/03/3.jpghttps://prestylarasati.files.wordpress.com/2008/03/3.jpghttps://prestylarasati.files.wordpress.com/2008/03/3.jpghttps://prestylarasati.files.wordpress.com/2008/03/3.jpghttps://prestylarasati.files.wordpress.com/2008/03/3.jpghttps://prestylarasati.files.wordpress.com/2008/03/3.jpghttps://prestylarasati.files.wordpress.com/2008/03/3.jpg
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
28/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 28
4.
Visual and symbol conection
a.
Visual conection
Visual conection adalah hubungan yang terjadi karena adanya kesamaan visual antara satu bangunan dengan bangunan lain dalam suatu
kawasan, sehingga menimbulkan image tertentu. Visual conection ini lebih mencangkup ke non visual atau ke hal yang lebih bersifat konsepsi dan
simbolik, namun dapat memberikan kesan kuat dari kerangka kawasan. Dalam pengaturan suatu landuse atau tata guna lahan, relasi suatu
kawasan memegang peranan penting karena pada dasarnya menyangkut aspek fungsional dan efektivitas. Seperti misalnya pada daerah
perkantoran pada umumya dengan perdagangan atau fungsi-fungsi lain yang kiranya memiliki hubungan yang relevan sesuai dengankebutuhannya.
b.
Symbolic conection
Symbolic conection dari sudut pandang komunikasi simbolik dan cultural anthropology meliputi:
1)
Vitality
Melalui prinsip-prinsip sustainance yang mempengaruhi sistem fisik, safety yang mengontrol perencanaan urban struktur, sense seringkali
diartikan sebagai sense of place yang merupakan tingkat dimana orang dapat mengingat tempat yang merupakan tingkat dimana orang
dapat mengingat tempat yang memiliki keunikan dan karakteristik suatu kota.
2)
Fit
Menyangkut pada karakteristik pembangkit sistem fisikal dari struktur kawasan yang berkaitan dengan budaya, norma dan peraturan yang
berlaku.
2.6.4. Elemen Desain Urban Menurut Shirvani
Perancangan kota (Urban design) bertujuan untuk mewujudan proses ruang kota yang berkualitas tinggi yang dapat dilihat dari kemampuan ruang
tersebut dalam membentuk pola hidup masyarakat urban yang sehat. Unsur-unsur arsitektur kota yang berpengaruh terhadap proses pembentukan
ruang harus diarahkan serta dikendalikan perancangannya sesuai dengan perencanaan pembangunan yang telah disepakati bersama yang disebut
sebagai elemen-elemen perencanaan kota. Menurut Shirvani (1985:8), elemen desain urban dapat dikelompokkan menjadi menjadi 8 kategori sebagai
berikut:
A.
Tata Guna Lahan (Land Use)
Tata guna lahan adalah ketentuan mengenai kegiatan apa saja yang harus dilakukan dan ketentuan menganai kapan, bagaimana, berapabanyak, dan mengapa kegiatan tersebut dilakukan. Tata guna lahan juga perlu mempertimbangkan dua hal penting, yaitu pertimbangan segi umum
dan aktifitas pejalan kaki (street level) yang akan menciptakan lingkungan yang lebih manusiawi (Shirvani, 1985). Rencana tata guna lahan adalah
kerangka kerja yang menetapkan keputusan-keputusan terkait dengan lokasi, kapasitas dan jadwal pembuatan jalan, saluran air bersih dan air
limbah, gedung sekolah, pusat kesehatan, taman, dan pusat-pusat pelayanan serta fasilitas umum lainnya (Catanese dan Snyder, 1988).
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
29/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 29
Penggunaan Lahan menurut Sandy (1977:24) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.
Lahan permukiman, meliputi perumahan termasuk pekarangan dan lapangan olah raga.
2.
Lahan jasa, meliputi perkantoran pemerintah dan swasta, sekolahan, puskesmas, dan tempat ibadah.
3.
Lahan perusahaan, meliputi pasar, toko, kios, dan tempat hiburan.
4.
Lahan industri, meliputi pabrik dan percetakan.
Tujuan perumusan dan perencanaan tata guna lahan adalah sebagai berikut:
1.
Menentukan tipe penggunaan lahan yang diizinkan dalam suatu kawasan.2.
Menciptakan hubungan fungsional antarkota.
3.
Menetukan floor area yang memungkinkan untuk setiap penggunaan yang diijinkan.
4.
Menentukan skala pembangunan baru.
5.
Menentukan tipe insentif pembangunan yang sesuai untuk area tertentu.
B.
Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing)
Bentuk dan massa bangunan membahas mengenai bagaimana bangunan yang ada dapat membentuk sebuah kota dan bangaimana hubungan
antarmassa tersebut. Pada penataan suatu kota, bentuk dan hubungan antar-massa seperti ketinggian bangunan, jarak antar-bangunan, bentuk
bangunan, fasad bangunan, dan sebagainya harus diperhatikan sehingga ruang yang terbentuk menjadi teratur serta menghindari adanya ruang
yang tidak terpakai. Bentuk dan massa bangunan ditentukan oleh beberapa hal yang menyangkut penampilan bangunan seperti berikut:
1.
Ketinggian Bangunan
Ketinggian bangunan sangat erat kaitannya dengan jarak pandang pemerhati dan juga skyline yang akan terbentuk pada suatu kawasan. Skyline
yang terbentuk akan memberikan dampak yang dinamis pada kota. Makna skyline di dalam kota adalah:
a.
Sebagai simbol kota;
b.
Sebagai indeks sosial;
c.
Sebagai alat orientasi;
d.
Sebagai perangkat estetis dan ritual.
2.
Kepejalan bangunan
Hal ini berkaita dengan penampilan bangunan-bangunan di dalam konteks kota. Kepejalan bangunan ditentukan oleh dimensi bangunan,
olahan massa bangunan, serta materialnya. Selain itu, hubungan antara bangunan dengan lingkungan sekitar sangat perlu diperhatikan dalam
membuat solid-void lingkungan.
3.
Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Menurut Peraturan daerah kota Malang No. 1 tahun 2012, KLB adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan
gedung dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
30/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 30
Menurut UU No. 28 tahun 2002, Koefisien Luas Bangunan (KLB) adalah koefisien perbandingan antara luas keseluruhan lantai bangunan gedung
dan luas persil/ kaveling/blok peruntukan.
4.
Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Menurut UU No. 28 tahun 2002, Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah koefisien perbandingan antara luas lantai dasar bangunan gedung dan
luas persil/ kaveling/blok peruntukan. Peraturan mengenai KDB dimaksudkan untuk menyediakan daerah terbuka agar bangunan tidak
dibangun diseluruh tapak.
5.
Garis Sempadan Bangunan (GSB)Menurut UU No. 28 tahun 2002, garis sempadan adalah garis yang membatasi jarak bebas minimum dari bidang terluar suatu massa bangunan
gedung terhadap batas lahan yang dikuasai, antar massa bangunan lainnya, batas tepi sungai/ pantai, jalan kereta api, rencana saluran,
dan/atau jaringan listrik tegangan tinggi. GSB ditujukan untuk mengatur keteraturan bangunan di tepi jalan.
6.
Langgam
Langgam adalah kumpulan karakteristik bangunan di mana struktur, kesatuan, dan ekspres digabungkan menjadi satu wilayah (satu periode
waktu). Langgam digunakan untuk menyatukan fragmen-fragmen kota.
7.
Skala
Skala di dalam bangunan dapat digunakan sebagai kontras visual yang dapat membangkitkan kedinamisan kawasan kota. Skalasangat erat
hubungan dengan sudut pandang manusia, sirkulasi, dan dimesi bangunan sekitar. Bangunan yang ada di kota harus sesuai dengan skala
manusia karena bangunan diciptakan untuk kebutuhan manusia.8.
Material, tekstur, dan warna
Ketiga hal ini dapat memberikan citra diri kota.
Tujuan adanya pengaturan mengenai massa dan bentuk bangunan adalah sebagai berikut:
a.
Mengatur penampilan bangun-bangunan di suatu kawasan agar kawasan tersebut memiliki penampilan yag khas, di antaranya mengenai
ketinggian (height), sempadan (setback) dan ketutupan (coverage), bulk , dan konfigurasi bangunan
b.
Mengatur skala yang berhubungan dengan human vision, sirkulasi, ketetanggaan antar bangunan dan ukuran bangunan-bangunan
prkotaan
c.
Mengatur ruang kota baik berupa bentuk dan tipenya, keterkaitan dengan bangunan pembentuknya, serta elemen yang ada di dalamnya
d.
Mengatur massa kota yang berupa bangun-bangunan, permukaan lansekap, dan besar atau kecilnya objek dalam kota
C.
Sirkulasi dan parkir (circulation and parking )
Sirkulasi adalah salah satu elemen perencanaan kota yang dapat secara langsung membentuk dan mengntrol pola aktivitas di dalam perkotaan.
Sirkulasi meliputi area transportasi oleh jalan publik (kendaraan), jalan pedestrian, dan tempat-tempat transit yang saling berhubungan satu sama
lain dan membentuk sebuah pergerakan di dalam kota. Sirkulasi juga dapat membentuk karakter suatu daerah, tempat aktivitas, dan sebagainya.
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
31/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 31
Sirkulasi dan lahan parkir sangat erat kaitannya dengan bagaimana rencana sistem transportasi di dalam suatu kota. Proses perencanaan
transportasi menurut (Catanese dan Snyder, 1988) mencangkup beberapa konsep teoritis diantaranya sebagai berikut:
1.
Hubungan transportasi dengan tata guna lahan
Pengembangan tata guna lahan yang bermacam-macam menghasilkan kebutuhan akan jalur transportasi. Susunan sistem sirkulasi juga
dapat mempengaruhi pola pengembangan lahan sehingga sistem transportasi dan tata guna lahan saling berpengaruh dan dengan sedikit
perubahan pada salah satu bagian akan merubah pula bagian yang lain.
2.
Hubungan transportasi dengan pengiriman barang dan jasaTransportasi dilakukan untuk mencapai suatu tujuan kebutuhan yaitu pengiriman baran dan jasa. Konsep dasar dari perlakuan tersebut
adalah mengurangi rintangan dalam proses pengiriman.
Kebutuhan perjalanan di kawasan perkotaan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduknya sehingga diperlukan suatu konsep
peramalan kebutuhan sirkulasi dan area parkir di masa yang akan datang sebelum adanya keputusan lebar dimensi jalan yang akan dibuat. Selain
itu, dibutuhkan pula suatu manajemen transportasi menyeluruh terkait dengan aspek bentuk struktur kota, fasilitas pelayanan umum, serta jumlah
kendaraan bermotor.
Menurut UU No. 13 tahun 1980 tentang jalan, jalan adalah suatu prasarana perhubungan dalam bentuk apapun meliputi segala bagian jalan
termasuk bangunan pelengkap yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Selain itu, jalan dikelompokkan menjadi 6 yaitu:
1.
Jaringan jalan berdasarkan sistem penghubunga.
Sistem jaringan jalan primer
Sitem jaringan yang menghubungkan kota/wilayah (simpul/distribusi) di tingkat nasional atau regional
b.
Sistem jaringan jalan sekunder
Sitem jaringan yang menghubungkan zona-zona atau kawasan pada suatu kota
2.
Jaringan jalan berdasarkan peranan/fungsi
a.
Arteri, karakteristik jalannya yaitu:
1)
Jarak jauh
2)
Kecepatan tinggi
3)
Jalan masuk dibatasi
b.
Kolektor, karakteristik jalannya yaitu:1)
Jarak sedang
2)
Kecepatan rendah
3)
Jalan masuk dibatasi
c.
Lokal, karakteristik jalannya yaitu:
1)
Jarak pendek
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
32/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 32
2)
Kecepatan rendah
3)
Jalan masuk tidak dibatasi
d.
Jaringan jalan berdasarkan peruntukan
1)
Jalan umum, yaitu jalan untuk lalu lintas umum
2)
Jalan khusus, yaitu jalan yang tidak untuk umum, seperti jalan inspeksi saluran, jalan perkebunan, dan jalan pertambangan.
e.
Jaringan jalan berdasarkan klasifikasi teknis
1)
Jalan kelas I, karakteristik jalannya yaitu:
a)
Kendaraan dengan lebar maksimal 2,5 meter
b)
Kendaraan dengan panjang maksimal 18 meter
c)
Kendaraan dengan muatan lebih dari 10 ton
d)
Berada di jalan arteri
2)
Jalan kelas II, karakteristik jalannya yaitu:
a)
Kendaraan dengan lebar maksimal 2,5 meter
b)
Kendaraan dengan panjang 18 meter
c)
Kendaraan dengan muatan maksimal 10 ton
d)
Berada di ajlan arteri
f.
Jaringan jalan berdasar status pembinaan
1)
Jalan nasional/negara
2)
Jalan provinsi
3)
Jalan kabupaten/kota
4)
Jalan desa/kampung
Kendaraan bermotor yang beroprasi di dalam kota dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan kepemilikan yaitu kendaraan pribadi yang dimiliki
sendiri serta kendaraan umum yang dimiliki pemerintah. Dengan meningkatkan kesadaran penduduk untuk menggunakan kendaraan umum,
pengurangan polusi udara, kebisingan, serta kemacetan di jalan dapat dicegah. Kebijakan ini mengarah terciptanya suatu lingkungan kota menuju
kondisi minimalisir transportasi (zero transportation).
Selain kebutuhan ruang untuk bergerak, modal transport juga membutuhkan tempat untuk berhenti (parkir). Kebutuhan parkir semakinmeningkat terutama di pusat-pusat kegiatan kota atau Central Bussiness District (CBD). Area parkir memiliki dampak penting terhadap perkotaan,
yaitu:
1.
Keberhasilan atau ketidakberhasilan suatu fasilitas (terutama komersial)
2.
Dampak visual yang memperburuk kualitas fisik suatu ruang, sehingga peletakan area parkir harus dirancang sebelum bangunan berdiri
-
8/20/2019 Azaz Desain Urban kawasan Alun Alun Batu
33/125
TUGAS II: KARAKTERISTIK KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU Page 33
D.
Ruang terbuka (open space)
Ruang terbuka (open space) selalu menyangkut lansekap. Elemen lansekap terdiri dari:
1.
Elemen keras (hardscape),seperti jalan (aspal), trotoar, patun, bebatuan dan sebagainya) serta
2.
Elemen lunak (softscape),berupa semua elemen lansekap dalam kota
3.
Taman-taman dan alun-alun
4.
Ruang rekreasional
Perencanan open space akan terkait dengan perabot taman/jalan (street furniture). Street furniture adalah segala sesuatu yang berada di
jalan yang diletakkan dengan tujuan tertentu dan dapat berupa lampu, tempat sampah, papan nama, bangku taman dan sebagainya. Perabot
jalan yang ada di suatu kawasan perkotaan berbeda-beda tergantung dari jenis kawasannya. Pada umumnya, perabot jalan terdiri atas hal-hal
sebagai berikut:
a.
Trotoar adalah fasilitas tepi jalan yang diperuntukkan untuk pedestrian. Trotoar dilengkapi dnegan kanstin yang tinggi sebagai pengaman
bagi pedestrian ang menggunakannya agar kendaraan tidak dapat mengakses jalur tersebut.
b.
Lampu jalan yang berfungsi sebagai penerangan jalan untuk mencegah kecelakaan dan meningkatkan keamanan pengguna jalan. Jarak
antarlampu biasanya 5 meter.
c.
Rambu lalu lintas, merupakan perangkat komunikasi antara jalan dengan pengguna dengan menggunakan lambang, angka, dan tulisan
berupa perintah, larangan, petunju