asuhan keperawatan pjk dengan penatalaksanaan cabg

29
TUGAS MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH ASUHAN KEPERAWATAN Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) OLEH DWI YUVITA ARNI MUHAMMAD RIDUAN MUHAMMAD REZA AZMEI RAHMADSYAH RUBY NAFRA KANOFA SYECH SITI MARYAM SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK 2009

Upload: edhuu

Post on 19-Jun-2015

2.574 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

TUGAS MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN

Coronary Artery Bypass Grafting (CABG)

OLEH

DWI YUVITA ARNI

MUHAMMAD RIDUAN

MUHAMMAD REZA AZMEI

RAHMADSYAH

RUBY NAFRA KANOFA

SYECH SITI MARYAM

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2009

Page 2: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas

makalah Keperawatan Medikal Bedah 3 ini yang berjudul “Asuhan

Keperawatan Coronary Artery Bypass Grafting (CABG)” sebagaimana yang

diharapkan.

Tujuan dibuatnya makalah ini bukan hanya semata-mata untuk

memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen kami, melainkan kami juga ingin

memberikan informasi mengenai Asuhan Keperawatan Coronary Artery Bypass

Grafting (CABG). Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen

pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 3 yang telah memberikan

bimbingan kepada kami sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mohon saran dan kritikan dari pembaca.

Apabila dalam makalah kami ini terdapat banyak kekurangan. Kami berharap

semoga makalah kami ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat

diterapkan dalam pelaksanaan keperawatan.

Pontianak, Mei 2010

Penulis

Page 3: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 1

C. Tujuan ................................................................................................... 2

D. Metode Penulisan .................................................................................. 2

E. Sistematika Penulisan ........................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi .. ................................................................................................ 3

B. Etiologi .................................................................................................... 3

C. Patofisiologi.............................................................................................. 4

D. Manifestasi Klinis......................................................................................5

E. Penatalaksanaan ........................................................................................6

F. Tujuan Pemasangan CABG …………………………………………….7

G. Indikasi dan Kontraindikasi ……………………………………………..8

H. Komplikasi …………………………………………………………….. 8

I. Tekhnik Pemasangan CABG ................................................................... 9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian ............................................................................................. 10

B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 13

C. Intervensi Keperawatan ………............................................................... 13

D. Evaluasi..................................................................................................... 23

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 25

B. Saran ........................................................................................... 25

Daftar Pustaka .................................................................................................... 26

Page 4: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskular saat ini

merupakan salah satu penyebab utama dan pertama kematian di negara

maju dan berkembang, termasuk Indonesia. Diperkirakan bahwa diseluruh

dunia, PJK pada tahun 2020 menjadi pembunuh pertama tersering yakni

sebesar 36% dari seluruh kematian, angka ini dua kali lebih tinggi dari

angka kematian akibat kanker. Di Indonesia dilaporkan PJK (yang

dikelompokkan menjadi penyakit sistem sirkulasi) merupakan penyebab

utama dan pertama dari seluruh kematian, yakni sebesar 26,4%, angka

ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang disebabkan oleh kanker

(6%).

Oleh karena itu, untuk mengurangi kasus ini, dilakukanlah

penanganan yang berupa operasi bypass arteri koroner yang merupakan jenis

operasi dimana darah dilewati sekitar arteri tersumbat sehingga aliran darah

dan oksigen ke jantung meningkat. Operasi ini juga dirujuk ke CABG

(Coronary Artery Bypass Grafting). Arteri koroner bertanggung jawab untuk

membawa darah ke otot jantung. Kadang-kadang arteri bias tersumbat yang

disebabkan oleh plak dan bahan lemak lainnya. Sumbatan ini akhirnya

memperlambat aliran darah atau dapat menghentikan aliran darah

sepenuhnya.

Ketika seseorang memiliki penyumbatan arteri koroner, ia akan

mengalami nyeri di dada atau mengembangkan serangan jantung. Namun,

dengan melakukan operasi bypass arteri koroner, aliran darah ke jantung

membaik dan akhirnya mengurangi nyeri dada dan risiko serangan jantung.

B. Identifikasi Masalah

Dalam makalah ini kelompok membatasi masalah hanya pada

bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan bypass arteri coroner.

Page 5: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

2

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk memberikan sumber informasi tentang Penyakit Jantung

Koroner yang penatalaksanaannya dengan Coronary Artery Bypass

Graft (CABG) kepada pembaca dan masyarakat pada umumnya.

2. Tujuan Khusus

Diharapkan setelah mempelajari materi ini kita dapat mengetahui:

a. Definisi dari bypass arteri koroner

b. Bagaimana pemasangan bypass arteri koroner

c. Serta mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien

dengan bypass arteri coroner.

D. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini penulis melakukan beberapa studi

literature dan dengan melakukan searching di internet.

E. Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari empat BAB, BAB I, II, III, dan BAB IV.

Dimana BAB I merupakan PENDAHULUAN yang terdiri dari Latar

Belakang, Masalah, Tujuan Umum maupun Khusus, Metode penulisan, dan

Sistematika Penulisan.

Kemudian BAB II merupakan PEMBAHASAN yang dimulai dari

Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, Penatalaksanaan PJK,

Tujuan Pemasangan CABG, Indikasi dan Kontraindikasi CABG, Komplikasi,

serta Tekhnik Pemasangan CABG.

Berikutnya adalah BAB III merupakan Asuhan Keperawatan dari

Koronary Artery Bypass.

Dan yang terakhir adalah BAB IV PENUTUP yang berisi Kesimpulan dan

Saran.

Page 6: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Penyakit jantung coroner atau penyakit arteri koroner (penyakit

jantung artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan

arterosclerosis pada arteri koroner. Plaque terbentuk pada percabangan arteri

yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri

sirromflex. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen

maupun sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau

penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi

arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.

Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang

adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan

aliran darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina

preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct) Pusat Pendidikan Tenaga

Kesehatan Dep.kes, 1993.

B. Etiologi

Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak

pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini

lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jarinrangan

ikat, perkapuran, pembekuan darah, dll.,yang kesemuanya akan

Page 7: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

4

mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut. Hal ini akan

mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran

darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius, dari Angina

Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal

dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.

Beberapa faktor resiko terpenting Penyakit Jantung Koroner :

1. Kadar Kolesterol Total dan LDL tinggi

2. Kadar Kolesterol HDL rendah

3. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

4. Merokok

5. Diabetes Mellitus

6. Kegemukan

7. Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga

8. Kurang olah raga

9. Stress

C. Patofisiologi

Penyakit jantung koroner merupakan respons iskemik dari

miokardium yang di sebabkan oleh penyempitan arteri koronaria secara

permanen atau tidak permanen. Oksigen di perlukan oleh sel-sel miokardial,

untuk metabolisme aerob di mana Adenosine Triphospate di bebaskan untuk

energi jantung pada saat istirahat membutuhakn 70 % oksigen. Banyaknya

oksigen yang di perlukan untuk kerja jantung di sebut sebagai Myocardial

Oxygen Cunsumption (MVO2), yang dinyatakan oleh percepatan jantung,

kontraksi miocardial dan tekanan pada dinding jantung.

Jantung yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap

peningkatan tuntutan tekanan oksigen dangan menambah percepatan dan

kontraksi untuk menekan volume darah ke sekat-sekat jantung. Pada jantung

yang mengalami obstruksi aliran darah miocardial, suplai darah tidak dapat

mencukupi terhadap tuntutan yang terjadi. Keadaan adanya obstruksi letal

maupun sebagian dapat menyebabkan anoksia dan suatu kondisi menyerupai

Page 8: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

5

glikolisis aerobic berupaya memenuhi kebutuhan oksigen. Penimbunan asam

laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik yang dapat sebagai

predisposisi terjadinya disritmia dan kegagalan jantung. Hipokromia dan

asidosis laktat mengganggu fungsi ventrikel. Kekuatan kontraksi menurun,

gerakan dinding segmen iskemik menjadi hipokinetik.

Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan stroke volume,

pengurangan cardiac out put, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan

akhir diastole dan tekanan desakan pada arteri pulmonalis serta tanda-tanda

kegagalan jantung. Kelanjutan dan iskemia tergantung pada obstruksi pada

arteri koronaria (permanen atau semntara), lokasi serta ukurannya. Tiga

menifestasi dari iskemi miocardial adalah angina pectoris, penyempitan arteri

koronarius sementara, preinfarksi angina, dan miocardial infark atau obstruksi

permanen pada arteri koronari (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes,

1993).

D. Manifestasi Klinis

1. Sesak napas mulai dengan napas yang terasa pendek sewaktu melakukan

aktivitas yang cukup berat, yang biasanya tak menimbulkan keluhan.

Makin lama sesak makin bertambah, sekalipun melakukan aktivitas ringan.

2. Klaudikasio intermiten, suatu perasaan nyeri dan keram di ekstremitas

bawah, terjadi selama atau setelah olah raga Peka terhadap rasa dingin

3. Perubahan warna kulit.

4. Nyeri dada kiri seperti ditusuk-tusuk atau diiris-iris menjalar ke lengan

kiri.

5. Nyeri dada serupa dengan angina tetapi lebih intensif dan lama serta tidak

sepenuhnya hilang dengan istirahat ataupun pemberian nitrogliserin

6. Dada rasa tertekan seperti ditindih benda berat, leher rasa tercekik.

7. Rasa nyeri kadang di daerah epigastrium dan bisa menjalar ke punggung.

8. Rasa nyeri hebat sekali sehingga penderita gelisah, takut, berkeringat

dingin dan lemas.

Page 9: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

6

E. Penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner

Tatalaksana untuk penyakit jantung koroner bersifat umum dan khusus.

Untuk tatalaksana umum yang terpenting adalah perubahan gaya hidup yang

dapat mengendalikan faktor-faktor risiko yang dapat memperberat penyakit.

Pemeriksaan jantung berkala sangat penting dilakukan untuk pasien yang

berisiko maupun tidak.

Tatalaksana khusus diberikan untuk pasien yang sudah mengalami gejala

PJK. Pemberian obat-obatan vasodilator dan trombolitik sangat penting dalam

jangka waktu yang cepat setelah mengalami serangan.

Untuk mengatasi nyeri dapat diberikan obat-obatan seperti nitrat sublingual

(diberikan dibawah lidah), nitrogliserin atau morfin.

1. Obat-Obatan

a. obat-obat yang dapat meningkatkan supply darah ke otot jantung.

b. obat-obat yang menurunkan kebutuhan O2 pada otot jantung.

c. obat-obat untuk penyakit penyerta.

2. Balon dan pemasangan stent.

Balon arteri koroner adalah suatu tehnik menggunakan balon halus yang

dirancang khusus untuk membuka daerah sempit di dalam lumen arteri

koroner.

3. Operasi By-pass

Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) merupakan salah satu

penanganan intervensi dari Penyakit Jantung Koroner (PJK), dengan cara

membuat saluran yang baru melewati bagian arteri koronia yang

mengalami penyempitan atau penyumbatan. Dimana arteri atau vena

diambil dari bagian tubuh lain kemudian disambungkan untuk membentuk

jalan pintas melewati arteri koroner yang tersumbat. Sehingga

menyediakan jalan baru untuk aliran darah yang menuju sel-sel otot

jantung.

Selama dilakukan pembedahan, pasien diberikan anestesi umum agar

tidak sadar dan tidak merasa sakit. Pernapasan dibantu dengan ventilator.

Setelah itu, dinding toraks (dada) dibuka, jantung yang sedang berdenyut

Page 10: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

7

dihentikan dengan suhu dingin, kemudian aliran darah yang secara normal

dipompakan keluar dari jantung dialihkan pada mesin jantung (heart lung

machine). Dengan demikian, dokter ahli bedah dapat dengan tenang

menggunakan sepotong vena atau arteri untuk membuat bypass (jalan

pintas) pada bagian arteri koroner yang tersumbat atau sakit. Jadi jalan

pintas yang mulus ini memungkinkan darah dan oksigen dapat mengalir

kembali ke otot jantung.

Pembuluh darah yang dipakai untuk bypass ini disebut graft; ujung

yang satu dihubungkan dengan aorta ascenden sedangkan ujung yang lain

akan disambungkan ke arteri koroner dibawah dari pada daerah

penyempitan. Operasi bypass membutuhkan waktu 4 hingga 6 jam.

F. Tujuan Pemasangan CABG

Pengobatan penyakit jantung adalah untuk memaksimalkan curah

jantung. Melalui pembedahan, ini dapat dilakukan dengan memperbaiki

fungsi otot miokordia dan aliran darah melalui tandur bypass arteri koroner

(CABG) dan atau penggantian katup yang rusak.

Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) bertujuan untuk mengatasi

terhambatnya aliran Artety Coronaria akibat adanya penyempitan bahkan

penyumbatan ke otot jantung. Pemastian daerah yang mengalami

Page 11: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

8

penyempitan telah dilakukan sebelumnya dengan melakukan kateterisasi

Artery Coronary.

Sasaran operasi bypass adalah mengurangi gejala penyakit arteri

koroner (termasuk angina), sehingga pasien bisa menjalani kehidupan yang

normal dan mengurangi risiko serangan jantung atau masalah jantung lain.

G. Indikasi dan Kontraindikasi dari CABG

Indikasi :

Pasien penyakit jantung koroner (PJK) yang dianjurkan operasi bypass adalah

mereka yang hasil katererisasi jantung ditemukan adanya:

1. Penyempitan >50% dari arteri koroner kiri utama (left main disease), atau

left main equivalent yaitu penyempitan menyerupai left main artery

misalnya ada penyempitan di bagian proximal dari arteri anterior desenden

dan arteri circumflex.

2. Penderita dengan 3 vessel disease yaitu tiga arteri koroner semuanya

mengalami penyempitan bermakna yang fungsi jantung mulai menurun

(ejection fraction <50%).

3. Penderita yang gagal dilakukan balonisasi dan stent.

4. Penyempitan 1 atau 2 pembuluh namun pernah mengalami henti jantung.

5. Anatomi pembuluh darah suitable (sesuai) untuk operasi bypass.

Kontraindikasi :

Pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang tidak dianjurkan untuk operasi

bypass adalah:

1. Usia lanjut

2. Tidak ada gejala angina

3. Fungsi ventrikel kiri jelek (kurang dari 30%)

4. Struktur arteri koroner yang tidak memungkinkan untuk disambung.

H. Komplikasi

Komplikasi operasi bypass yang sering terjadi adalah

Page 12: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

9

1. Pendarahan

2. Infeksi pada Sternum

3. Serangan jantung atau gangguan irama sampai pasien meninggal

4. Gangguan pernapasan.

I. Tekhnik Pemasangan CABG

CABG dilakukan dengan membuka dinding dada melalui pemotongan

tulang Sternum, selanjutnya dilakukan pemasangan pembuluh darah baru

yang dapat diambil dari Arteri Radialis tergantung pada kebutuhan,teknik

yang dipakai ataupun keadaan anatomic pembuluh darah pasien tersebut.

Awalnya CABG dilakukan dengan memakai mesin jantung paru (Heart Lung

Machine) dengancara ini jantung tidak berdenyut setelah diberikan obat

cardioplegic sebagai gantinya mesin jantung paru akan bekerja

mempertahankan sirkulasi napas dan sirkulasi darah selama operasi

berlangsung.

Sejak awal tahun 2000 telah diperkenalkan teknik operasi tanpa mesin

jantung paru atau (off pump cardiopulmonary), sehingga jantung dan paru

tetap berfungsi seperti biasa saat operasi berlangsung. Metode ini banyak

memberikan keuntungan, selain masa pemulihan lebih cepat juga biaya

operasi pun bisa ditekan. Tetapi tidak semua pasien yang memerlukan CABG

dapat dilakukan dengan metode ini, tentunya tergantung indikasi pada

masing-masing pasien.

Page 13: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

10

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

CORONARY ARTERY BYPASS GRAFTING

A. Pengkajian

1. Aktivitas / Istirahat

Gejala : Riwayat tidak toleran terhadap latihan, Kelemahan umum, kelelahan,

Ketidakmampuan melakukan aktivitas yang diharapkan / biasanya

Tanda : Kecepatan jantung abnormal, perubahan TD karena aktivitas,

Ketidaknyamanan kerja atau dispnea, Perubahan EKG / Disritmia

2. Sirkulasi

Gejala : Riwayat IM akut/saat ini penyakit arteri koroner tiga atau lebih,

penyakit katup jantung, hipertensi.

Tanda : variasi pada TD, frekuensi jantung atau irama, Disritmia atau

perubahan EKG, Bunyi jantung abnormal : S3/S4 Murmur, Pucat atau

kulit sianosis atau membran mukosa, Kulit dingin atau lembab,

Edema, JVD., Penurunan nadi perifer, Krekels, Gelisah atau

perubahan lain pada mental atau sensori (dekompensasi jantung berat)

3. Integritas Ego

Gejala : perasaan takut atau ketakutan, tak berdaya, Distress terhadap

kejadian saat ini, Katup mati atau hasil akhir pembedahan, Takut

tentang perubahan pola hidup atau fungsi peran

Tanda : Ketakutan, Gelisah, Insomnia, Wajah tegang, Menolak, Menangis,

Fokus pada diri sendiri, gelisah, marah. Perubahan kecepatan jantung,

TD, pola pernafasan

4. Makanan/Cairan

Gejala : Perubahan Berat badan, Kehilangan nafsu makan, Nyeri abdomen,

mual muntah, Perubahan frekuensi urin

Tanda : Peningkatan atau penurunan berat badan, Kulit kering, Turgor kulit

buruk, Hipotensi postural, Penurunan atau tak ada bunyi usus, Edema

5. Neurosensori

Gejala : Rasa berdenyut, vertigo

Page 14: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

11

Tanda : Perubahan orientasi, Gelisah, Mudah terangsang, Apatis, Respon emosi

meningkat

6. Nyeri/Ketidaknyamanan

Gejala : Nyeri dada, angina, Paska operasi: Ketidaknyamanan insisi, Nyeri

bahu, tangan, lengan, kaki

Tanda : Pasca operasi: Hati-hati, Nyeri tampak pada wajah, Meringis, Perilaku

Distraksi, Merintih, Gelisah, Perubahan pada TD/nadi/frekuensi

pernapasan

7. Pernapasan

Gejala : Napas pendek, Pascaoperasi : Ketidakmampuan batuk / napas dalam

Tanda : Pascaoperasi : Penurunan ekspansi dada, Mengerutkan / gerak otot

hati-hati, Dispnea, Area penurunan / tak ada bunyi nafas, Ansietas,

Perubahan GDA /Nadi oksimetri

8. Keamanan

Gejala : Infeksi dengan keterlibatan katup

Tanda : Pascaoperasi : Pengeluaran / perdarahan dari dada

9. Pemeriksaan Diagnostik (Pasca Operasi)

Hemoglobin/hematokrit : Penurunan Hb menurunkan kapasitas oksigen

pembawa dan mengindikasikan kebutuhan

penggantian sel darah merah. Peningkatan Ht

menunjukkan dehidrasi atau kebutuhan

penggantian cairan.

Pemeriksaan koagulasi : berbagai pemeriksaan dilakukan (contoh, jumlah

trombosit, waktu perdarahan dan pembekuan)

untuk menentukan kemungkinan masalah sebelum

pembedahan.

Elektrolit : ketidakseimbangan (hiperkalemia atau

hipokalemia, hipernatremia atau hiponatremia, dan

hipokalsemia) dapat mempengaruhi fungsi jantung

dan keseimbangan cairan.

GDA : Mengidentifikasi status oksigenasi /keefektifan

fungsi pernapasan dan keseimbangan asam-basa.

Page 15: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

12

Nadi oksimetri : Pengukuran noninvasif terhadap oksigen pada

tingkat jaringan

BUN / kreatinin : Menunjukkan keadekuatan perfusi / fungsi ginjal

/hati

Amilase : Peningkatan kadang-kadang tampak pada pasien

dengan resiko tinggi, contoh pada gagal jantung

karena penggantian katup.

Glukosa : Peningkatan dapat terjadi sehubungan dengan

status nutrisi praoperasi, adanya diabetes atau

disfungsi organ dari infus dekstrosa.

Enzim jantung / Isoenzim : Peningkatan pada adanya IM akut, sedang terjadi

atau perioperasi.

Foto dada : Menyatakan ukuran jantung dan posisi,

vaskularisasi pulmonal, dan perubahan indikatif

komplikasi ( contoh atelektasis). Berbagai kondisi

katup buatan dan kawat sternal, posisi lead pacu,

garis intravaskuler /jantung.

EKG : Mengidentifikasi perubahan pada fungsi elektrik /

fungsi mekanik seperti yang dapat terjadi pada fase

segera pascaoperasi, IM akut / perioperasi,

disfungsi katup, dan perikarditis.

Angiografi jantung : Tekanan serambi abnormal dan tekanan gradien

melewati katup ada pada penyakit katup.

Penemuan penyakit arteri koroner termasuk

hambatan arteri, gangguan perfusi koroner, dan

kemungkinan gerakkan dinding abnormal.

Pemeriksaan nuklir : Gambaran jantung menunjukkan penyakit arteri

koroner, dimensi serambi jantung, dan kemampuan

fungsi prabedah / paska bedah.

10. Prioritas Keperawatan

a. Mendukung stabilitas hemodinamik / fungsi ventilator

b. Meningkatkan hilangnya nyeri / ketidaknyamanan

c. Meningkatkan penyembuhan

Page 16: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

13

d. Memberikan informasi tentang harapan pascaoperasi dan program

pengobatan

11. Tujuan Pemulangan

a. Toleransi aktivitas adekuat untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.

b. Nyeri hilang / tertangani

c. Komplikasi tercegah /minimal

d. Insisi sembuh

e. Obat pasca pulang, latihan, diet, terapi dipahami.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut, ketidaknyamanan b/d sternotomi (insisi mediastinal)

2. Resiko tinggi penurunan curah jantung b/d Penurunan kontraktilitas

miokard terhadap faktor sementara (contoh bedah dinding ventrikuler,

adanya IM, respons terhadap interaksi obat).

3. Resiko tinggi inefektif pola nafas b/d Ketidakadekuatan ventilasi ( nyeri /

kelemahan

4. Kerusakan integritas kulit b/d Insisi bedah , luka tusuk

5. Perubahan penampilan peran b/d Krisis situasi ( peran tergantung ) /

proses penyembuhan

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, perawatan pasca operasi b/d

Kesalahan interpretasi informasi

C. Intervensi Keperawatan

Dx 1:

1. Dorong pasien untuk melaporkan tipe, lokasi, dan intensitas nyeri,

rentang skala 0-10, tanyakan pasien bagaimana membandingkan

dengan nyeri dada praoperasi.

RASIONAL : penting untuk pasien membedakan nyeri insisi dari

tipe lain nyeri dada, contoh angina.beberapa pasien CABG tidak

mengalami ketidaknyamanan berat pada insisi dada dan mengeluh

lebih sering pada sisi donor. Nyeri berat pada area ini harus

diselidiki untuk kemungkinan komplikasi.

Page 17: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

14

2. Observasi cemas, mudah terangsang, menangis, gelisah, gangguan

tidur.

Pantau tanda vital.

RASIONAL : petunjuk nonverbal ini dapat mengindikasikan adanya

derajat nyeri yang dialami.

3. Identifikasi / tingkatkan posisi nyaman menggunakan alat bantu bila

perlu

RASIONAL : bantal/ gulungan selimut berguna untuk menyokong

ekstremitas, mempertahankan postur tubuh, dan penahan insisi untuk

menurunkan tegangan otot/ meningkatkan kenyamanan.

4. Berikan tindakan nyaman ( contoh pijatan punggung, perubahan

posisi), bantu aktivitas perawatan diri dan dorong aktivitas senggang

sesuai indikasi.

RASIONAL : dapat meningkatkan relaksasi / perhatian tak langsung

dan menurunkan frekuensi / kebutuhan dosis analgesik.

5. Jadwalkan aktivitas perawatan untuk seimbang dengan peeriode

tidur / istirahat adekuat.

RASIONAL : untuk penyembuhan jantung dan daoat meningkatkan

koping terhadap stress dan ketidaknyamanan.

6. Identifikasi / dorong penggunaan perilaku seperti bimbingan

imajinasi,distraksi, visualisasi, napas dalam.

RASIONAL : teknik relaksasi pada penanganan stress,

meningkatkan rasa sehat, dapat menurunkan kebutuhan analgesik,

dan meningkatkan penyembuhan.

7. Beritahu pasien bahwa wajar saja, meskipun lebih baik, untuk

meminta analgesik segera setelah ketidaknyamanan menjadi

dilaporkan.

RASIONAL : adanya nyeri menyebabkan tegangan otot, yang

mengganggu sirkulasi, memperlambat proses penyembuhan, dan

memperberat nyeri.

8. Beri obat pada saat prosedur / aktivitas sesuai indikasi

Page 18: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

15

RASIONAL : kenyamanan/ kerjasama pasien pada pengobatan

pernapasan, ambulasi, dan prosedur dipermudah oleh pemberian

analgesik.

9. Selidiki laporan nyeri pada area tak biasanya ( contoh betis kaki,

abdomen) atau keluhan tak jelas adanya ketidaknyamanan,

khususnyabila disertai oleh perubahan mental, tanda vital, dan

kecepatan pernafasan.

RASIONAL : manifestasi dini terjadinya komplikasi, contoh

tromboplebitis, infeksi, disfungsi gastrointestinal.

10. Catat laporan nyeri dan kebas pada area ulnar ( keempat dan kelima)

tangan sering terjadi disertai nyeri / ketidak nyamanan pada tangan

dan bahu. Beritahu pasien bahwa masalah biasanya teratasi sesuai

waktu.

RASIONAL : indikasi regangan cedera pleksus brakialis sebagai

akibat posisi tangan selama pembedahan.

Dx 2 :

1. Pantau kecenderungan frekuensi jantung dan TD. Khususnya

mencatat hipotensi. Waspada terhadap batas sistolik/diastolik khusus

pada pasien

RASIONAL : takikardi adalah respon umum untuk

ketidaknyamanan dan cemas. Ketidakadekuatan penggantian darah/

cairan dan stress pembedahan. Takikardi terus menerus

meningkatkan kerja jantung dan dapat menurunkan curah jantung.

Hipotensi dapat terjadi akibat kekurangan cairan, disritmia, gagal

jantung/syok.

2. Pantau disritmia jantung. Observasi respons pasien terhadap

disritmia, contoh penurunan TD.

RASIONAL :disritmia dapat terjadi sehubungan dengan

ketidakseimbangan elektrolit. Iskemia miokardia atau gangguan pada

konduksi elektrikal jantung.

Page 19: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

16

3. Observasi perubahan status mental/ orientasi/ gerakan atau refleks

tubuh, contoh timbulnya bingung, disorientasi, gelisah, penurunan

respons terhadap rangsang, pingsan.

RASIONAL : dapat mengindikasikan penurunan aliran darah atau

oksigenisasi serebral akibat penurunan curah jantung.

4. Catat suhu kulit/ warna, dan kualitas / kesamaan nadi perifer.

RASIONAL : kulit hangat, merah muda, dan nadi kuat adalah

indikator umum curah jantung adekuat.

5. Ukur/catat pemasukan, pengeluaran, dan keseimbangan cairan.

RASIONAL : untuk menentukan kebutuhan cairan atau

mengidentifikasi kelebihan cairan yang dapat mempengaruhi curah

jantung.

6. Jadwal istirahat/ periode tidur tanpa gangguan. Bantu aktivitas

perawatan diri.

RASIONAL : mencegah kelemahan/ kelelahan dan stress

kardiovaskuler berlebihan.

7. Pantau program aktivitas. Catat respons pasien, tanda vital sebelum/

selama/ setelah aktivitas, terjadinya disritmia.

RASIONAL : latihan teratur merangsang sirkulasi / tonus

kardiovaskuler dan meningkatkan rasa sehat. Kemajuan aktivitas

tergantung pada toleransi jantung.

8. Evaluasi adanya derajat cemas/emosi. Dorong penggunaan teknik

relaksasi contoh napas dalam, aktivitas senggang.

RASIONAL : reaksi emosi berlebihan dapat mempengaruhi tanda

vital dan tahanan vaskuler sistemik, juga mempengaruhi fungsi

jantung.

9. Lihat adanya DVJ, edema perifer, kongesti paru, napas pendek,

berkeringat, perubahan EKG.

RASIONAL : meskipun tidak umum komplikasi CABG, perioperasi

atau pasca operasi dapat terjadi.

Page 20: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

17

10. Laporkan adanya hipotensi (tidak responsif terhadap perubahan

cairan, misalnya takikardi, bunyi jantung tambahan, pingsan/ koma).

RASIONAL : terjadinya tamponade jantung dapat dengan cepat

berlangsung menjadi henti jantung mengisi secara adekuat untuk

curah jantung yang efektif.

11. Kaji ulang seri EKG

RASIONAL : untuk mengikuti kemajuan normalisasi pola konduksi

elektrikal/ fungsi ventrikel setelah pembedahan atau

mengidentifikasi komplikasi.

12. Berikan cairan IV/ transfusi darah sesuai indikasi

RASIONAL : cairan IV dipertahankan untuk penggantian cairan /

obat jantung darurat. Penggantian sel darah merah mungkin

diindikasikan kadang kadang untuk memperbaiki/ mempertahankan

sirkulasi adekuat dan meningkatkan kapasitas pembawa oksigen.

13. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

RASIONAL : meningkatkan oksigenasi maksimal, yang

menurunkan kerja jantung, alat dalam memperbaiki iskemia jantung

dan disritmia.

14. Berikan elektrolit dan obat sesuai indikasi, contoh cairan elektrolit/

kalium, antidisritmia, penyekat beta, digitalis, diuretik antikoagulan.

RASIONAL : elektrolit, obat antidisritmia, dan jantung lain

diperlukan pada jangka pendek atau jangka panjang untuk

memaksimalkan kontraktilitas/ curah jantung.

15. Pertahankan kabel pacu yang ditempatkan melalui pembedahan

(atrial/ventrikel) dan melakukan pacu sesuai indikasi.

RASIONAL : diperlukan untuk mendukung curah jantung pada

adanya gangguan konduksi (disritmia berat) yang mempengaruhi

fungsi jantung.

Page 21: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

18

Dx 3 :

1. Evaluasi frekuensi pernapasan dan kedalaman. Catat upaya

pernapasan, contoh adanya dispnea, penggunaan otot bantu napas,

pelebaran nasal.

RASIONAL : respon pasien bervariasi. Kecepatan dan upaya

mungkin meningkat karena nyeri, takut, demam, penurunan volume

sirkulasi (kehilangan darah atau cairan), akumulasi sekretm

hipoksiam atau distensi gaster. Penekanan pernapasan (penurunan

kecepatan) dapat terjadi dari penggunaan analgesik berlebihan.

Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah

komplikasi.

2. Auskultasi bunyi napas. Catat area yang menurun / taka da bunyi

napas dan adanya bunyi tambahan, contoh krekels atau ronki.

RASIONAL : bunyi napas sering menurun pada dasar paru selama

periode waktu setelah pembedahan sehubungan dengan terjadinya

atelektasis. Kehilangan bunyi napas aktif pada area ventilasi

sebelumnya dapat menunjukkan kolaps segmen paru. Khususnya

bila selang dada telah dilepaskan.

3. Observasi penyimpangan dada. Selidiki penurunan ekspansi atau

ketidaksimetrisan gerakan dada.

RASIONAL : udara atau cairan pada area pleural mencegah ekspansi

lengkap dan memerlukan pengkajian lanjut status ventilasi.

4. Observasi karakter batuk dan produksi sputum

RASIONAL : batuk sering dapat mempengaruhi iritasi dari selang

ET operasi atau dapat menunjukkan kongesti paru. Sputum pululen

menunjukkan timbulnya infeksi paru.

5. Lihat kulit dan membran mucosa untuk adanya sianosis.

RASIONAL : sianosis menunjukkan kondisi hipoksia sehubungan

dengan gagal jantung atau komplikasi paru. Pucat umum dapat

menunjukkan anemia karena kehilangan darah / kegagalan

Page 22: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

19

penggantian darah atau kerusakan sel darah merah dari pompa

bypass kardiopulmonal.

6. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi

atau semi fowler. Bantu ambulasi dini/ peningkatan waktu tidur.

RASIONAL : merangsang fungsi pernapasan/ ekspansi paru. Efektif

pada pencegahan dan perbaikan kongesti paru.

7. Dorong pasien berpartisipasi/ bertanggung jawab selama napas

dalam, gunakan alat bantu dan batuk sesuai indikasi.

RASIONAL : membantu reekspansi / mempertahankan patensi jalan

napas kecil khususnya setelah melepaskan selang dada. Batuk tidak

perlu kecuali ada mengi/ ronki, menunjukkan retensi sekret.

8. Tekankan menahan dada dengan bantal selama napas dalam / batuk.

RASIONAL : menurunkan tegangan pada insisi, meningkatkan

ekspansi paru.

9. Jelaskan bahwa batuk / pengobatan pernapasan tidak akan

menghilangkan/ merusak penanaman atau terbukanya insisi dada.

RASIONAL : berikan keyakinan bahwa cedera tidak akan terjadi

dan dapat meningkatkan kerja sama dalam program terapeutik.

10. Dorong pemasukan cairan maksimal dalam perbaikan jantung

RASIONAL : hidrasi adekuat membantu pengenceran sekret,

memudahkan ekspektoran.

11. Beri obat analgesik sebelum pengobatan pernapasan sesuai indikasi.

RASIONAL : memungkinkan kemudahan gerakan dada dan

menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan nyeri insisi,

memudahkan kerja sama pasien dengan keefektifan pengobatan

pernafasan.

12. Catat respon terhadap latihan napas dalam atau pengobatan

pernapasan lain, catat bunyi napas (sebelum/ setelah pengobatan),

batuk/ produksi sputum.

RASIONAL : catat keefektifan terapi atau kebutuhan untuk

intervensi lebih agresif.

Page 23: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

20

13. Selidiki distress pernapasan, penurunan/ tak ada bunyi napas,

takikardi, agitasi berat, penurunan TD.

RASIONAL : hemotoraks/ pneumotoraks daoat terjadi setelah

pelepasan selang dada dan memerlukan upaya intervensi untuk

mempertahankan fungsi pernapasan.

Dx 4 :

1. Anjurkan menggunakan baju katun halus dan hindari baju ketat,

tutup/ beri bantalan pada insisi sesuai indikasi, biarkan insisi terbuka

terhadap udara sebanyak mungkin.

RASIONAL : menurunkan orotasi garis jahitan dan tekanan dari

baju. Membiarkan insisi terbuka terhadap udara meningkatkan

proses penyembuhan dan menurunkan risiko infeksi.

2. Mandikan pasien dengan pancuran air hangat, cuci insisi dengan

perlahan. Beri tahu pasien hindari mandi dalam bak sampai diizinkan

oleh dokter.

RASIONAL : mempertahankan insisi bersih, meningkatkan

sirkulasi/ penyembuhan.

3. Sokong insisi dengan strip-Steri (sesuai kebutuhan) bila jahitan

diangkat.

RASIONAL : membantu mempertahankan penyatuan tepi luka

untuk meningkatkan penyembuhan.

4. Dorong peningkatan kaki bila duduk di kursi

RASIONAL : meningkatkan sirkulasi, menurunkan edema untuk

memperbaiki penyembuhan luka.

5. Laporkan pada dokter : insisi yang tidak sembuh, pembukaan

kembali insisi yang telah sembuh, adanya drainase ( berdarah atau

purulen), area lokal yang bengkak dengan kemerahan, rasa nyeri

meningkat, dan panas pada sentuhan.

Page 24: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

21

RASIONAL : tanda/ gejala yang menandakan kegagalan

penyembuhan, terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi /

intervensi lanjut.

6. Tingkatkan nutrisi dan masukkan cairan adekuat

RASIONAL : membantu untuk mempertahankan volume sirkulasi

yang baik untuk perfusi jaringan dan memenuhi kebutuhan energi

seluler untuk memudahkan proses regenerasi/ penyembuhan

jaringan.

Dx 5 :

1. Kaji peran pasien dalam hubungan keluarga. Identifikasi masalah

tentang disfungsi peran / gangguan, contoh penyembuhan, transisi

sehat – sakit

RASIONAL : membantu mengetahui tanggung jawab pasien dan

bagaimana efek penyakit terhadap peran ini. Peran tergantung klien

menimbulkan cemas dan masalah tentang bagaimana pasien akan

mampu menangani tanggung jawab peran biasanya.

2. Kaji tingkat cemas, persepsi pasien tentang derajat ancaman terhadap

diri / hidup.

RASIONAL : Informasi memberikan dasar untuk identifikasi /

perencanaan perawatan individual.

3. Pertahankan perilaku positif terhadap pasien, berikan kesempatan

untuk pasien melakukan latihan kontrol sebanyak mungkin.

RASIONAL : membantu klien menerima perubahan yang terjadi dan

mulai menyadari kontrol terhadap diri sendiri.

4. Bantu pasien / orang terdekat mengembangkan strategi untuk

menerima perubahan, contoh pembagian tanggung jawab untuk

anggota keluarga lain / teman atau tetangga ; menerima bantuan

sementara ( perawatan rumah / petugas kebun ) ; selidiki adanya

bantuan finansial.

Page 25: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

22

RASIONAL : perencanaan untuk perubahan yang dapat terjadi /

diperlukan meningkatkan rasa kontrol dan menyelesaikan tanpa

kehilangan harga diri.

5. Ketahui kenyataan proses kehilangan sehubungan dengan perubahan

peran dan bantu pasien untuk menerima kenyataan rasa marah dan

sedih.

RASIONAL : bedah jantung merupakan titik dramatik pada hidup

pasien, dan tak pernah sama lagi. Kebutuhan pasien untuk mengenal

perasaan ini sehubungan dengan penerimaan terhadap hal tersebut

dan terus memandang ke depan.

Dx 6 :

1. Tegaskan penjelasan ahli bedah tentang prosedur pembedahan

reguler, berikan diagram bila perlu.

RASIONAL : memberikan informasi spesifik secara individual yang

menciptakan dasar pengetahuan untuk pengetahuan selanjutnya

mengenai manajemen rumah.

2. Gabungkan informasi ini ke dalam diskusi tentang harapan

pemulihan jangka pendek/ panjang.

RASIONAL : lama rehabilitasi dan prognosis tergantung.pada tipe

prosedur pembedahan, kondisi fisik praoperasi dan durasi

komplikasi.

3. Tinjau program latihan yang ditentukan dan tingkatkan bertahap.

Bantu pasien/ orang terdekat untuk menyusun tujuan realistis.

RASIONAL : kemampuan individu dan harapannya tergantung pada

tipe prosedur pembedahan, fungsi jantung dasar, dan kondisi fisik

sebelumnya

4. Dorong periode istirahat bergantian dengan aktivitas dan tugas-tugas

ringan dengan tugas berat. Hindari mengangkat berat, latihan

isometrik/ peregangan bagian atas tubuh.

RASIONAL : mencegah kelelahan/ keletihan berlebihan.

Page 26: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

23

5. Pecahkan masalah dengan pasien/ orang terdekat untuk melanjutkan

program aktivitas progresif selama suhu ekstrem dan hari dimana

polusi/ angin kencang, mis, berjalan dengan jarak yang ditentukan

sebelumnya dalam rumah sendiri atau ruang tertutup/ pertokoan /

pusat kebugaran.

RASIONAL : Mempunyai rencana akan gagal dalam melakukan

latihan karena pengaruh-pengaruh seperti cuaca.

6. Jadwalkan periode istirahat dan instirahat sejenak beberapa kali

dalam sehari.

RASIONAL : istirahat dan tidur meningkatkan kemampuan koping,

menurunkan kegugupan dan meningkatkan penyembuhan.

7. Kuatkan pembatasan dari dokter tentang mengangkat, mengemudi,

kembali bekerja dan melakukan kembali aktivitas seksual

RASIONAL : pembatasan ini ada sampai setelah kunjungan pasca

operasi pertama untuk pengkajian terhadap penyembuhan sternum.

D. Evaluasi

1. Menyatakan nyeri hilang / tak ada. Menunjukkan postur tubuh rileks,

kemampuan istirahat /tidur dengan cukup. Membedakan

ketidaknyamanan bedah dari angina / nyeri jantung praoperasi.

2. Menunjukkan penurunan episode angina dan disritmia. Menunjukkan

peningkatan toleransi aktivitas. Berpartisipasi dalam aktivitas yang

memaksimalkan/ meningkatkan fungsi jantung.

3. Mempertahankan pola nafas normal /efektif bebas sianosis dan tanda /

gejala lain dari hipoksia dengan bunyi nafas sama secara bilateral, area

paru bersih. Menunjukkan reakspansi lengkap dengan tak ada

pneumotorak / hemotorak.

4. Menunjukkan perilaku/ teknik untuk meningkatkan penyembuhan,

mencegah komplikasi. Menunjukkan penyembuhan luka tepat waktu.

5. Menyatakan persepsi nyata dan penerimaan diri pada perubahan peran,

Bicara dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang telah

Page 27: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

24

terjadi, Mengembangkan rencana nyata untuk adaptasi peneerimaan

perubahan peran.

6. Berpartisipasi dalam proses belajar, Melakukan tanggung jawab untuk

pembelajaran sendiri, Mulai mencari informasi / mengajukan pertanyaan,

Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

terapeutik.

Page 28: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

25

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) merupakan salah satu

penanganan intervensi dari Penyakit Jantung Koroner (PJK), dengan cara

membuat saluran yang baru melewati bagian arteri koronia yang mengalami

penyempitan atau penyumbatan. Dimana arteri atau vena diambil dari bagian

tubuh lain kemudian disambungkan untuk membentuk jalan pintas melewati

arteri koroner yang tersumbat. Sehingga menyediakan jalan baru untuk aliran

darah yang menuju sel-sel otot jantung.

Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) bertujuan untuk mengatasi

terhambatnya aliran Artety Coronaria akibat adanya penyempitan bahkan

penyumbatan ke otot jantung. Pemastian daerah yang mengalami

penyempitan telah dilakukan sebelumnya dengan melakukan kateterisasi

Artery Coronary.

Sasaran operasi bypass adalah mengurangi gejala penyakit arteri

koroner (termasuk angina), sehingga pasien bisa menjalani kehidupan yang

normal dan mengurangi risiko serangan jantung atau masalah jantung lain

B. Saran

Sebagai tenaga kesehatan, khususnya perawat, kita harus mengetahui

proses-proses keperawatan dalam masa penyembuhan klien. Untuk itu perlu

dilakukan usaha untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan

pasien penyakit jantung koroner dengan CABG khususnya dalam rangka

meningkatkan kepuasan klien sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan

yang dilakukan secara profesional.

Page 29: Asuhan Keperawatan PJK dengan Penatalaksanaan CABG

26

DAFTAR PUSTAKA

Grace, Pierce A.et All, 2006. At a Glance Ilmu Bedah, Edisi Ketiga.

Jakarta. Erlangga

Doengoes, Marilynn E, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed.3.

Jakarta : EEC

Carpenito, Lynda Juall, 2000. Diagnosa Keperawatan. Ed.8. Jakarta : EEC

http://www.helpfulhealthtips.com/atherosclerosis-arteriosclerosis-

symptoms-causes-suggestions/, diakses 24 Mei 2010

http://www.singhealth.com.sg/PatientCare/Overseas-

Referral/bh/Procedures/Pages/CardiothoracicSurgeryPackages.aspx

, diakses 24 Mei 2010.

http://perawattegal.wordpress.com/2009/09/11/penyakit-jantung-koroner/,

diakses 24 Mei 2010

http://ruslanpinrang.blogspot.com/2009/03/penyakit-jantung-koroner.html,

diakses 24 Mei 2010

http://cakmoki86.wordpress.com/2008/11/02/penyakit-jantung-koroner/,

diakses 24 Mei 2010