aspirasi publik terkait undang- undang pemilihan …...calon tidak mutlak menentukan kemenangan...
TRANSCRIPT
J l . C i s a d a n e N o . 8 , M e n t e n g – J a k a r t a P u s a t
T e l p : ( 0 2 1 ) 3 1 9 2 7 9 9 6 / 9 8 , F a x : ( 0 2 1 ) 3 1 4 3 8 6 7
W e b s i t e : w w w . i n d i k a t o r . c o . i d
ASPIRASI PUBLIK TERKAIT UNDANG-UNDANG PEMILIHAN UMUM DAN PILKADA
T e m u a n S u r v e i N a s i o n a l :
1 – 3 F e b r u a r i 2 0 2 1
LATAR BELAKANG
• Setiap akan menyelenggarakan pemilihan umum, biasa dilakukan evaluasi terhadap undang-undang pemilihan umum. Menjelang pemilihan umum 2024 aspirasi untuk melakukan evaluasi dan melakukan perubahan terhadap Undang-undang pemilihan umum juga sudah muncul.
• Di Komisi II DPR RI yang membidangi masalah ini, sudah diusulkan dan dibahas bagi kemungkinan “perbaikan” UU untuk pemilu 2024 nanti.
• Dalam konteks UU pemilihan umum tersebut yang krusial adalah: Pertama, sejauh mana pemilhan presiden tetap dilakukan menurut asas pemilihan langsung oleh rakyat atau lewat wakil-wakil rakyat di MPR (anggota DPR dan DPD). Isu ini penting karena masih ada aspirasi agar presiden dipilih oleh MPR meskipun hal itu menuntut amandemen UUD 1945.
SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021 2
LATAR BELAKANG
• Kedua, aspirasi yang menghendaki agar sistem pemilihan anggota DPR/DPRD dirubah dari sistem proporsional daftar calon tebuka sebagaimana berlaku sekarang menjadi sistem proporsional daftar calon tertutup. Perbedaan dasar kedua varian sistem proporsional ini adalah bahwa dalam sistem proporsional daftar terbuka nomor urut calon tidak mutlak menentukan kemenangan kursi dari satu partai di daerah pemilihan. Yang lebih menentukan dalam perolehan kursi dan mewakili partai di sebuah Dapil adalah perolehan suara terbanyak oleh seorang calon berapapun nomor urutnya. Sementara dalam sistem proporsional dengan daftar calon tertutup nomor urut calon menentukan kemenangan seorang calon bagi partai di sebuah daerah pemilihan tertentu, dan yang menentukan nomor urut adalah petinggi partai.
SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021 3
LATAR BELAKANG
• Ketiga, ada aspirasi untuk merubah terkait keserentakan pemilihan anggota legislatif dan pemilihan presiden. Dalam UU yang sekarang pemilihan keduanya dilakukan serentak seperti dilakukan pada pemilu 2019. Berdasarkan evaluasi hasil pemilu 2019 muncul aspirasi agar pemilihan anggota legislatif dan presiden kembali dipisah waktu pelaksanaanya. Salah satu pertimbangannya karena keserentakan tersebut membuat pelaksanaan pemilu kurang terlaksana dengan baik.
• Keempat, ada aspirasi agar Pilkada dalam 4 tahun ke depan tidak diserentakkan tahunnya dengan pemilihan anggota legislatif dan pemilihan presiden 2024 nanti. Pertimbangan utamanya adalah mencegah beban berat dalam pelaksanaan pemilu ataupun Pilkada. Pemilu serentak 2019 dinilai berat dilaksanakan apalagi ditambah dengan ratusan Pilkada di seluruh tanah air. Di samping itu, di antara kepala daerah ada yang habis masa jabannya pada 2022 dan 2023, maka kekosongan jabatan yang cukup lama itu akan diisi oleh PLT yang tidak punya mandat dari rakyat, dan membuka peluang bagi kekuasaan pusat memperlemah prinsip otonomi daerah dan demokrasi.
SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021 4
LATAR BELAKANG
• Akuntabilitas kebijakan publik seperti UU terkait pemilu menjadi sebuah ciri yang khas dalam demokrasi: Sejauh mana UU pemilu itu dapat dipertanggungjawabkan kepada publik bahwa UU tersebut mencerminkan keinginan publik atau pemilih? Opsi-opsi mana terkait UU pemilu tersebut yang lebih mencerminkan aspirasi pemilih dan prinsip demokrasi?
• Apakah preferensi-preferensi elite partai di DPR mewakili pandangan pemilih mereka? Semakin pilihan elite partai mendekati aspirasi pemilih mereka maka pilihan elite tersebut semakin accountable kepada publik dan kepada pemilih.
• Untuk mengetahui akuntabilitas pada pemilih mengenai pilihan-pilihan tekait UU pemilu dilakukan survei opini publik atau pemilih secara nasional yang dilakukan pada 1-3 Februari 2021. Survei ini dilakukan dengan biaya CSR Indikator.
SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021 5
METODE
SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021 6
• Dalam situasi pandemi Covid-19 saat ini, sulit kita mengetahui secara cepat dinamika
persepsi publik atas isu-isu mutakhir dengan mengandalkan survei tatap muka langsung
dengan responden.
• Oleh karena itu, survei menggunakan kontak telpon kepada responden adalah cara yang
paling mungkin dilakukan.
• Sampel sebanyak 1200 responden dipilih secara acak dari kumpulan sampel acak survei
tatap muka langsung yang dilakukan Indikator Politik Indonesia pada rentang Maret 2018
hingga Maret 2020.
• Sebanyak 206.983 responden yang terdistribusi secara acak di seluruh nusantara pernah
diwawancarai secara tatap muka langsung dalam rentang 2 tahun terakhir. Secara rata-
rata, sekitar 70% di antaranya memiliki nomor telpon. Jumlah sampel yang dipilih secara
acak untuk ditelpon sebanyak 7.604 data, dan yang berhasil diwawancarai dalam durasi
survei yaitu sebanyak 1200 responden.
• Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1.200 responden memiliki
toleransi kesalahan (margin of error--MoE) sekitar ±2.9% pada tingkat kepercayaan 95%.
Sampel berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional.
FLOWCHART PENARIKAN SAMPEL SURVEI TATAP MUKA
7
Populasi desa/kelurahan (PSU).
Desa/kelurahan (PSU) di tiap Strata dipilih secara random dengan jumlah proporsional.
Di masing-masing RT/Lingkungan terpilih, dipilih secara random dua KK.
Di tiap KK terpilih, dipilih secara random satu orang yang punya hak pilih, laki-laki/perempuan.
PSU-1, PSU-2 … PSU-n
Strata 1 Strata k
RT1
LAKI-LAKI PEREMPUAN
Di setiap PSU terpilih, dipilih sebanyak 5 RT (satuan lingkungan terkecil di atas KK) dengan cara
random.
PSU-1, PSU-2 … PSU-n
Strata ….
PSU-X
RT2 RT3 RT4 RT5
KK-1 KK-2
SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
POPULASI, SAMPEL & SAMPEL FRAME SURVEI TELPON
8
Populasi Nasional.
Survei-survei yang dilakukan dengan wawacara tatap
muka langsung kepada responden.
Sampel gabungan dipilah menjadi dua kelompok,
kelompok yang memiliki nomor telpon kemudian
diacak (stratified random sampling) untuk
diwawancarai melalui kontak telpon.
Sampel gabungan dari seluruh survei yang dilakukan.
Survei-4
Survei-1
Survei-2 Survei-3
Survei-n
Sampel memiliki
nomor telpon
Sampel TIDAK
memiliki nomor
telpon
SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
TEMUAN: VALIDASI SAMPEL
PROFIL DEMOGRAFI: SAMPEL VS POPULASI
10
KATEGORI POPULASI SAMPEL KATEGORI POPULASI SAMPEL
Laki-laki 50.3 50.1 Islam 87.2 87.8
Perempuan 49.7 49.9 Lainnya 12.8 12.2
Pedesaan 50.1 50.5 Jawa 40.2 41.8
Perkotaan 49.9 49.5 Sunda 15.5 15.2
Batak 3.6 2.8
<= 21 tahun 12.7 12.0 Madura 3.0 3.4
22 - 25 tahun 10.1 9.8 Betawi 2.9 2.7
26 - 40 tahun 37.0 37.0 Minang 2.7 2.9
41 - 55 tahun 25.0 25.4 Bugis 2.7 2.6
> 55 tahun 15.2 15.8 Melayu 2.3 2.8
Lainnya 27.1 25.8
GENDER
DESA-KOTA
USIA
AGAMA
ETNIS
SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
PROFIL DEMOGRAFI: SAMPEL VS POPULASI
11
KATEGORI POPULASI SAMPEL KATEGORI POPULASI SAMPEL
ACEH 1.8 1.8 NTB 1.9 1.9
SUMATERA UTARA 5.1 5.1 NTT 1.8 1.8
SUMATERA BARAT 1.9 1.9 KALIMANTAN BARAT 1.9 1.9
RIAU 2.0 2.0 KALIMANTAN TENGAH 0.9 0.9
JAMBI 1.3 1.3 KALIMANTAN SELATAN 1.5 1.5
SUMATERA SELATAN 3.1 3.1 KALIMANTAN TIMUR 1.3 1.3
BENGKULU 0.7 0.7 KALIMANTAN UTARA 0.2 0.2
LAMPUNG 3.2 3.2 SULAWESI UTARA 1.0 1.0
KEP. BANGKA BELITUNG 0.5 0.5 SULAWESI TENGAH 1.0 1.0
KEP. RIAU 0.6 0.6 SULAWESI SELATAN 3.2 3.2
DKI JAKARTA 4.1 4.1 SULAWESI TENGGARA 0.9 0.9
JAWA BARAT 17.4 17.4 GORONTALO 0.4 0.4
JAWA TENGAH 14.6 14.6 SULAWESI BARAT 0.5 0.5
D.I . YOGYAKARTA 1.4 1.4 MALUKU 0.7 0.7
JAWA TIMUR 16.2 16.2 MALUKU UTARA 0.4 0.4
BANTEN 4.3 4.3 PAPUA BARAT 0.4 0.4
BALI 1.6 1.6 PAPUA 1.9 1.9
PROVINSIPROVINSI
SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
DEMOKRASI DAN KINERJA PRESIDEN
8.5 6.6
71.9
13.0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Apapun sistem
pemerintahan yang kita
anut, demokrasi ataupun
otoritarianisme, tidak ada
bedanya
Dalam keadaan tertentu,
sistem pemerintahan bukan
demokrasi atau
otoritarianisme bisa diterima
untuk negara kita
Walaupun tidak sempurna,
Demokrasi adalah sistem
pemerintahan terbaik untuk
negara kita
Tidak tahu/jawab
DEMOKRASI SEBAGAI SISTEM PEMERINTAHAN
Di antara tiga pernyataan berikut ini, manakah yang paling sesuai dengan pendapat Ibu/Bapak?… (%)
13 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
Sumber: LSI, Desember 2020
TREN DEMOKRASI SEBAGAI SISTEM PEMERINTAHAN
14 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
Sumber: Indikator, LSI, SMRC
55.6 54.7 53.8
57.6 55.9
58.1 58.6 58.2 57.3
67.3
63.1 65.1
59.6
67.5
62.9
67.3 68.0
74.4
70.0
64.6
70.3 70.9 72.9 71.9
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Ju
n'1
2
De
s'12
Ma
r'13
Ap
r'13
Okt'13
De
s'13
Ja
n'1
4
Ap
r'14
Ju
l'14
Okt'14
Ja
n'1
5
Ju
n'1
5
Okt'15
De
s'15
Ma
r'16
Ju
n'1
6
Ag
s'16
Se
pt'17
Fe
b'1
8
Ju
n'1
8
Se
pt'18
Fe
b'1
9
Fe
b'2
0
De
s'20
Walaupun tidak sempurna,
demokrasi sistem terbaik
Tidak peduli/tidak ada
bedanya
Dalam keadaan tertentu,
bukan demokrasi bisa
diterima
TT/TJ
1.1
51.9
39.0
3.6 4.4
0
10
20
30
40
50
60
Sangat puas Cukup puas Kurang puas Tidak puas sama
sekali
TT/TJ
KINERJA DEMOKRASI
Seberapa puas atau tidak puaskah Ibu/Bapak terhadap pelaksanaan atau praktik demokrasi di negara kita
sejauh ini?… (%)
15 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
TREN KEPUASAN ATAS KINERJA DEMOKRASI
16
39.4
43.9
51.0
45.3 44.0
61.8 64.2
66.8
71.8
62.8
58.9
64.6
59.2 60.7
66.2
70.4
66.7 65.6 67.6
64.9
60.9
70.7
52.3 50.2 51.0
46.0
54.8 58.0
62.6 61.9 61.0
69.5
75.5
72.3
58.9 57.1
59.8 58.8
52.9 50.9
43.8 46.5
51.8 50.3
52.7 49.6
51.0
58.2
69.5
60.2
63.5
54.3 52.9
62.5 60.7
64.4 65.1 62.5
64.3
69.9 70.1 68.5
70.6 69.5
75.6
49.5
56.4
68.3
53.0
49.3 50.5
43.1
47.0 50.2
32.8
29.6
23.4 21.0
25.2
29.4
20.0
23.3 22.3 24.3
22.2
25.4 28.1
23.6 26.0
31.3
23.5
38.6 38.5 36.7
44.5
34.3 31.2
25.9 25.2 28.0
24.8
17.3
21.5
30.8 30.9 30.0 30.2
36.2
41.0
48.3
41.0 38.3 38.4 37.8
42.4 39.8
34.7
21.4
33.0
23.1
34.5 36.8
29.0 31.2
26.9 25.7
29.0 28.8 26.7
25.0 26.7
22.9 22.7
16.9
37.2 35.6
28.8
42.6
11.3
5.7 5.9 7.7
5.8 5.4 6.1
9.9 7.1
12.0 11.7
15.4 17.5 17.0
9.6 7.4 7.9
6.3 8.8 9.1
7.8 5.8
9.1 11.4 12.3
9.5 10.9 10.8 11.5
12.9 11.0
5.6 7.2 6.3
10.4 12.0
10.2 10.9 10.9 8.1 7.9
12.5 9.9
11.2 9.5
8.0 9.2 7.1
9.1 6.8
13.4 11.1 10.3
8.5 8.1 8.7 9.2 8.5 6.9
3.4 4.9 4.9
6.5 7.7 7.5
13.2
8.0
2.8 4.4 0
10
20
30
40
50
60
70
80
Apr'04
Jun'0
4
Jul_
04
Aug_04
Sep_04_I
Okt'04
Jan'0
5
Jul'0
5
Sep'0
5
Des'
05
Jan'0
6
Mar'06
Aug'0
6_I
Aug'0
6_II
Sep'0
6
Okt'06
Des'
06
Mar'07_I
Mar'07_II
Apr'07
Jul'0
7
Sep'0
7
Jan'0
8
Mei'0
8_I
Mei'0
8_II
Jun'0
8
Sep'0
8
Okt'08
Des'
08
Feb'0
9
Mar'09
Apr'09Post
Jul'0
9Post
Sep'0
9
Mar'10
Okt'10
Des'
10
Mei'1
1
Jul'1
1
Des'
11
Jun'1
2
Des'
12
Mar'13
Apr'13
Okt'13
Des'
13
Jan'1
4
Apr'14
Jul'1
4
Okt'14
Jan'1
5
Jun'1
5
Okt'15
Des'
15
Jan'1
6
Mar'16
Apr'16
Jun'1
6
Ags'
16
Sept'17
Feb'1
8
Jun'1
8
Sept'18
Feb'1
9
Feb'2
0
Mei'2
0
Juli'
20
Sept'20
Feb'2
1
Sangat+cukup puas Kurang+Tidak puas TT/TJ
SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
Ada kenaikan tingkat ketidakpuasan dengan pelaksanaan demokrasi dalam setahun terakhir
Sumber: Indikator, LSI, SMRC
KINERJA PRESIDEN
Secara umum, apakah sejauh ini Ibu/Bapak sangat puas, cukup puas, kurang puas, atau tidak puas sama
sekali dengan kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) ?… (%)
17
11.9
57.6
26.1
2.0 2.3
14.3
52.2
27.4
2.3 3.8 5.1
60.0
29.0
2.1 3.7 2.4
66.0
26.4
2.4 2.8 5.1
57.8
33.0
2.6 1.4
0
10
20
30
40
50
60
70
Sangat puas Cukup Puas Kurang puas Tidak puas sama
sekali
TT/TJ
Feb'20 Mei'20 Juli'20 Sept'20 Feb'21
SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
Mayoritas warga puas dengan kinerja Presiden, tapi dalam setahun terakhir ada kenaikan tingkat ketidakpuasan, dari
28% menjadi 35,6%.
TREN KEPUASAN TERHADAP KINERJA PRESIDEN
18
61.7
40.7
53.4 53.0
66.5
59.3 61.7 67.1 67.5 68.3
71.9 71.2 69.8 72.4 72.0
68.1 71.6 71.3 71.0 71.8 69.5
66.5 65.2 68.3
62.9
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Ja
n'1
5
Ju
n'1
5
Okt'15
De
s'15
Ja
n'1
6
Ma
r'16
Ap
r'16
Ju
n'1
6
Ag
s'1
6
Se
pt'17
Fe
b'1
8
Ma
r'18
Ju
l'18
Se
p'1
8
Okt'18
De
s'18
Fe
b'1
9
Mrt
'19
Ju
l'19
Se
pt'19
Fe
b'2
0
Me
i'20
Ju
li'20
Se
pt'20
Fe
b'2
1
Presiden Joko Widodo (Jokowi)
SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
TEMUAN
• Secara nasional 71,9% warga pada Desember 2020 memilih demokrasi sebagai sistem politik terbaik dibanding sistem lainnya. Angka ini konsisten dibanding survei-survei sebelumnya. Ini modal kultural publik untuk memperkuat atau membuat demokrasi stabil.
• Namun demikian, publik Indonesia kritis terhadap pelaksanaan demokrasi. Yang puas dengan pelaksanaan demokrasi tidak setinggi tingkat dukungan pada demokrasi itu sendiri sebagai sistem politik terbaik. Yang sangat puas atau cukup puas hanya 53%. Dalam setahun terakhir tingkat ketidakpuasan mengalami kenaikan tajam dari 16,9% pada Feb 2020 menjadi 42,6% pada Februari 2021
• Di mata pemilih kita punya persoalan dalam pelaksanaan demokrasi, bukan dengan demokrasinya sendiri, dan masalah ini semakin banyak warga yang merasakan.
• Tingkat kepuasan pada kinerja presiden masih tinggi (62,9%), namun dibanding setahun yang lalu (69,5%), tingkat kepuasan tersebut lebih rendah, atau terendah sejak selesai pemilihan umum 2019.
19 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
SENTIMEN TERHADAP PARTAI POLITIK
95.4
92.2
81.3
85.6
74.6
74.6
85.5
82.8
74.7
79.4
74.1
63.5
60.1
88.0
79.1
74.7
75.3
68.4
58.5
57.6
89.9
85.8
73.2
72.9
71.3
58.3
89.9
82.0
80.0
74.4
55.7
52.6
47.8
0 20 40 60 80 100 120
Tentara Nasional Indonesia (TNI)
Presiden
Gubernur
Komisi Pemberantasan Korupsi
Polisi
Kejaksaan
Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Partai Politik
Feb'20
Mei'20
Juli'20
Sept'20
Feb'21
21
TRUST TERHADAP INSTITUSI Tolong sebutkan tingkat kepercayaan Ibu/Bapak terhadap lembaga berikut: apakah Ibu/Bapak sangat percaya,
cukup percaya, tidak percaya, ataukah tidak percaya sama sekali?… (%)
[sangat+cukup percaya]
SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
Trust pada partai politik (47,8%) kurang dari separuh warga, dan paling rendah dibanding sejumlah lembaga publik lainnya.
26.8
25.3
16.5
6.6
6.1
5.7
3.8
3.7
2.2
1.3
1.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
1.0
0 5 10 15 20 25 30
PDIP
GERINDRA
DEMOKRAT
NASDEM
GOLKAR
PKS
PAN
PKB
PPP
PSI
PERINDO
GARUDA
BERKARYA
HANURA
PBB
PKPI
GELORA
Lainnya
TT/TJ
22
PARTY ID Ada orang yang merasa lebih dekat pada partai politik tertentu dan ada yang tidak. Bagaimana dengan Ibu/Bapak sendiri,
apakah ada partai politik yang Ibu/Bapak merasa lebih dekat terhadapnya? … (%)
Kalau ”YA, ada”, sebutkan partai mana itu? ... (%)
Jika “Ya, ada”, seberapa dekat Ibu/Bapak rasakan dengan partai tersebut?… (%)
SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
6.8
92.3
0.9
6.8
50.3
41.6
1.2 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Ya, ada Tidak
ada
TT/TJ Sangat
dekat
Cukup
dekat
Sedikit
dekat
TT/TJ
TEMUAN
• Tingkat kepercayaan pada lembaga-lembaga politik/publik adalah ukuran stabilitas sebuah sistem politik termasuk demokrasi yang kita jalani sekarang.
• Secara umum publik percaya pada lembaga-lembaga publik seperti TNI, Presiden, KPK, Polri, Kejaksaan, DPD, DPR, dan gubernur. Tapi kepercayaan pada DPR adalah yang terendah dibanding yang lain, dan apalagi kepercayaan pada partai politik. Kurang dari 50% warga yang percaya pada partai politik. Partai tidak bisa menjadi modal politik untuk membuat sistem stabil kalau tingkat kepercayaan publik menjadi ukuran.
• Rendahnya kepercayaan pada partai ini lebih memprihatinkan lagi kalau dilihat dari tingkat ikatan psikologis pemilih dengan partai. Di survei terakhir hanya 6,8% warga secara nasional yang merasa dekat dengan partai tertentu. Fakta ini menjelaskan bahwa partai belum bisa dijadikan sandaran untuk membangun stabilitas politik.
23 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
IDE-IDE TEKAIT UNDANG-UNDANG PEMILIHAN UMUM
5.4
90.3
4.3
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ
PILPRES TIDAK LANGSUNG VS PILPRES LANGSUNG
Di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sekarang sedang dibahas Undang-Undang Pemilihan Umum. Dalam pembahasan tersebut ada dua
pendapat berbeda mengenai hal-hal berikut ini. Pendapat mana yang Ibu/Bapak setujui?
Pendapat pertama: Presiden dipilih oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), bukan dipilih langsung oleh rakyat
Pendapat kedua: Presiden dan wakil presiden seperti selama ini tetap dipilih langsung oleh rakyat
25 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
Hampir semua warga (90,3%) menginginkan agar pemilihan presiden tetap dilakukan secara langsung oleh rakyat
seperti sekarang, bukan oleh anggota MPR.
11.7
78.2
10.0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ
HANYA PILIH PARTAI VS PILIH PARTAI DAN CALON Di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sekarang sedang dibahas Undang-Undang Pemilihan Umum. Dalam pembahasan tersebut ada dua
pendapat berbeda mengenai hal-hal berikut ini. Pendapat mana yang Ibu/Bapak setujui?
Pendapat pertama: Dalam pemilihan umum, warga diminta hanya memilih partai. Calon anggota DPR yang mewakili partai tersebut
ditentukan oleh pimpinan partai, bukan oleh pemilih langsung
Pendapat kedua: Dalam pemilihan umum, warga diminta memilih partai atau calon, dan calon anggota DPR yang mewakili partai
tersebut ditentukan oleh pemilih secara langsung, bukan oleh pimpinan partai
26 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
Hampir semua warga (78,2%) ingin agar sistem pemilu proporsional daftar calon terbuka yang sekarang dianut
dipertahankan.
46.0
28.1 25.9
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Lebih merasa diwakili oleh
anggota DPR
Lebih merasa diwakili oleh
partai politik asal anggota
DPR
TT/TJ
DIWAKILI OLEH ANGGOTA DPR VS DIWAKILI OLEH PARTAI
Sebagai pemilih dalam pemilihan anggota DPR, apakah Ibu/Bapak lebih merasa diwakili oleh orang yang Ibu/Bapak pilih sebagai
anggota DPR atau lebih merasa diwakili oleh partai politik asal anggota DPR tersebut? … (%)
27
Lebih banyak pemilih yang merasa lebih diwakili anggota DPR (46%) dari pada oleh partai politik (28,1%).
SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
36.2
54.3
9.5
0
10
20
30
40
50
60
Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ
PILEG & PILPRES SERENTAK VS TIDAK SERENTAK
Di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sekarang sedang dibahas Undang-Undang Pemilihan Umum. Dalam pembahasan tersebut ada dua
pendapat berbeda mengenai hal-hal berikut ini. Pendapat mana yang Ibu/Bapak setujui?
Pendapat pertama: Pemilihan anggota DPR dan pemilihan presiden dilakukan pada waktu bersamaan, baik tanggal, bulan maupun
tahun
Pendapat kedua: Pemilihan anggota DPR dan pemilihan presiden dilakukan pada waktu berbeda tapi pada tahun yang sama
28 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
Umumnya warga (54,3%) menginginkan pemilihan presiden dan pemilihan anggota legislatif dilakukan secara terpisah
28.9
63.2
7.9
0
10
20
30
40
50
60
70
Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ
PILEG, PILPRES & PILKADA SERENTAK VS TIDAK SERENTAK Di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sekarang sedang dibahas Undang-Undang Pemilihan Umum. Dalam pembahasan tersebut ada dua
pendapat berbeda mengenai hal-hal berikut ini. Pendapat mana yang Ibu/Bapak setujui?
Pendapat pertama: Pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota yang akan datang dilakukan bersamaan waktunya dengan pemilihan
anggota DPR dan pemilihan presiden
Pendapat kedua: Pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota dilakukan berbeda waktunya dengan pemilihan anggota DPR dan pemilihan
presiden
29 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
Warga umumnya (63,2%) menghendaki agar pemilihan presiden dan anggota legislatif dipisah waktunya dengan
Pilkada
68.4
31.6
39.5
59.9
0.6
71.8
23.9
4.4
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Ya Tidak Ya, bisa
dimaklumi
Tidak bisa
dimaklumi
TT/TJ Ya,
sebaiknya
dihindari
Tidak perlu TT/TJ
PENGALAMAN PEMILU SERENTAK 2019
Apakah Ibu/Bapak tahu bahwa pada pemilihan umum serentak 2019, memilih presiden dan juga memilih anggota DPR, banyak petugas
pemilihan umum meninggal dunia karena beban kerja yang berat? … (%)
Bila ya, apakah itu bisa dimaklumi atau tidak bisa dimaklumi? … (%)
Bila tidak bisa dimaklumi, apakah sebaiknya pemilihan umum dan pemilihan presiden serentak itu dihindari? … (%)
30 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
Warga yang tahu dengan banyaknya korban di pihak pelaksana pemilu 2019 umumnya tidak bisa menerima banyak
korban tersebut (59,9%), dan dari mereka yang tak menerima tersebut 71,8% menginginkan agar penyatuan pemilihan
anggota legislatif dan pemilihan presiden dihindari
54.8
31.5
13.7
0
10
20
30
40
50
60
Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ
PILKADA 2022 VS PILKADA SERENTAK 2024 Di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sekarang sedang dibahas Undang-Undang Pemilihan Umum. Dalam pembahasan tersebut ada dua
pendapat berbeda mengenai hal-hal berikut ini. Pendapat mana yang Ibu/Bapak setujui?
Pendapat pertama: Ada sejumlah gubernur, bupati, dan wali kota akan habis masa tugasnya pada tahun 2022 dan karena itu pemilihan
gubernur, bupati, atau wali kota di daerah tersebut harus dilakukan sebelum masa tugas mereka berakhir pada tahun yang sama
Pendapat kedua: Ada sejumlah gubernur, bupati, dan wali kota akan habis masa tugasnya pada tahun 2022 dan pemilihan gubernur,
bupati, atau wali kota di daerah tersebut harus dilakukan pada 2024 bersamaan dengan pemilihan anggota DPR dan pemilihan
presiden. Untuk sementara gubernur, bupati, atau wali kota ditunjuk oleh pemerintah pusat, bukan dipilih rakyat langsung
31 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
Umumnya warga (54,8%) menginginkan agar Pilkada dilakukan pada 2022 untuk daerah yang kepala
daerahnya habis pada 2022
53.7
32.4
14.0
0
10
20
30
40
50
60
Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ
PILKADA 2023 VS PILKADA SERENTAK 2024 Di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sekarang sedang dibahas Undang-Undang Pemilihan Umum. Dalam pembahasan tersebut ada dua
pendapat berbeda mengenai hal-hal berikut ini. Pendapat mana yang Ibu/Bapak setujui?
Pendapat pertama: Ada sejumlah gubernur, bupati, dan wali kota akan habis masa tugasnya pada tahun 2023 dan karena itu pemilihan
gubernur, bupati, atau wali kota di daerah tersebut harus dilakukan sebelum masa tugas mereka berakhir pada tahun yang sama
Pendapat kedua: Ada sejumlah gubernur, bupati, dan wali kota akan habis masa tugasnya pada tahun 2023 dan pemilihan gubernur,
bupati, atau wali kota di daerah tersebut harus dilakukan pada 2024 bersamaan dengan pemiluhan anggota DPR dan pemilihan
presiden. Untuk sementara gubernur, bupati, atau wali kota ditunjuk oleh pemerintah pusat, bukan dipilih rakyat langsung
32 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
Umumnya warga (53,7%) mengingkan agar Pilkada diadakan pada 2023 yang kepala daerahnya
habis masa jabatannya pada 2023
10.4
79.8
9.7
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ
ANGGOTA KPU DARI PARTAI VS ANGGOTA KPU INDEPENDEN Di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sekarang sedang dibahas Undang-Undang Pemilihan Umum. Dalam pembahasan tersebut ada dua
pendapat berbeda mengenai hal-hal berikut ini. Pendapat mana yang Ibu/Bapak setujui?
Pendapat pertama: Partai politik sebagai peserta pemilu juga menjadi penyelenggara pemilu sehingga anggota Komisi Pemilihan Umum
(KPU) adalah orang-orang dari partai politik
Pendapat kedua: Partai politik tetap sebagai peserta pemilu sedangkan penyelenggara pemilu adalah KPU yang anggotanya adalah
orang-orang independen (bukan orang partai) yang dipilih pemerintah dan DPR seperti selama ini
33 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
Hampir semua warga (79,8%) menghendaki agar anggota KPU bukan berasal dari partai politik, seperti
sekarang
33.5
60.7
5.8
0
10
20
30
40
50
60
70
Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ
PILPRES 2 PASANGAN VS LEBIH DARI 2 PASANGAN
Di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sekarang sedang dibahas Undang-Undang Pemilihan Umum. Dalam pembahasan tersebut ada dua
pendapat berbeda mengenai hal-hal berikut ini. Pendapat mana yang Ibu/Bapak setujui?
Pendapat pertama: Pasangan calon presiden-wakil presiden sebaiknya dua pasang saja supaya lebih sederhana
Pendapat kedua: Pasangan calon presiden-wakil presiden sebaiknya lebih dari dua pasang untuk menjaring secara lebih terbuka putra-
putri terbaik menurut pilihan rakyat
34 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
Warga umumnya (60,7%) menginginkan agar ada lebih dari dua pasangan calon dalam pemlihan presiden
TEMUAN
• Aspirasi rakyat yang mengendaki agar pemilihan presiden tetap langsung oleh rakyat sangat tinggi. Hampir semua warga menginginkan demikian (90,3%). Yang punya pandangan agar presiden dipilih anggota MPR tidak punya dasar pada rakyat.
• Warga pada umumnya (78,2%) menginginkan agar sistem pemilihan umum dengan sistem proporsional daftar calon terbuka sebagaimana diatur dalam UU sekarang, tetap dipertahankan.
• Jauh lebih banyak warga yang merasa diwakili oleh anggota DPR (46%) dibanding oleh partai politik (28,1%). Karena itu partai tidak bisa mereduksi keterwakilan rakyat sesuai dengan keinginan partai tanpa mempertimbangan hubungan unik antara pemilih dan calon.
• Ini konsisten dengan kehendak rakyat agar tetap diberlakukan sistem proporsional daftar calon terbuka, dan tingkat kepercayaan dan ikatan psikologis pemilih yang rendah pada partai politik.
35 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
TEMUAN
• Warga umumnya mengendaki agar bercermin pada pelaksanaan pemilu 2019. Rakyat tidak menerima banyak korban dari pihak pelaksana pemilu serentak 2019 (59,9%). Pemilih berharap pemilu serentak seperti 2019 tidak kembali diulang (71,8%).
• Karena itu publik juga secara umum tidak setuju pemilu legislatif dan pilpres dilakukan bersamaan tahunnya dengan Pilkada serentak pada 2024 (63,2%).
• Secara lebih spesifik mayoritas publik menginginkan Pilkada 2022 (54,8%) dan 2023 (53,7%) ketika kepala daerah terkait selesai masa tugasnya, dan tidak setuju diganti PLT yang ditunjuk oleh pemerintah pusat.
36 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
TEMUAN
• Dua kali pemilihan presiden jumlah pasangan calon sama, hanya dua pasangan. Untuk membuka peluang rekrutmen pemimpin nasional secara lebih terbuka bagi munculnya calon terbaik dari masyarakat maka publik menghendaki agar pasangan calon lebih dari dua pasang, (60,7%). Ini mengindikasikan agar sistem pencalonan presiden dibuat sedemikian agar lebih membuka peluang bagi calon yang lebih banyak. Bentuknya mungkin syarat pencalonan presiden oleh partai dengan persentase kekuatan partai lebih rendah dari yang sekarang (20% dari total kursi di DPR).
• Publik juga menolak aspirasi yang berkembang agar partai politik menjadi pelaksana pemilihan umum (79,8%). Publik menghendaki agar pelaksana pemilu adalah KPU yang isinya orang-orang independen, bukan dari partai politik.
37 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
ANALISIS
PILPRES TIDAK LANGSUNG VS PILPRES LANGSUNG MENURUT BASIS PARTAI
Pendapat pertama: Presiden dipilih oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), bukan dipilih langsung oleh rakyat
Pendapat kedua: Presiden dan wakil presiden seperti selama ini tetap dipilih langsung oleh rakyat
39 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ
BASIS PARTAI 2019
PKB 9.7 8.5 87.2 4.3
Gerindra 12.6 6.9 92.1 1.0
PDIP 19.3 4.5 91.8 3.7
Golkar 12.3 6.0 92.8 1.2
NasDem 9.0 6.1 93.9 0.0
PKS 8.2 4.6 89.2 6.2
PPP 4.5 0.0 100.0 0.0
PAN 6.8 0.0 92.9 7.1
Demokrat 7.8 4.5 94.0 1.5
Lainnya 9.7 9.1 90.9 0.0
BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ
KEPUASAN ATAS KINERJA PRESIDEN
Puas 62.9 3.7 92.1 4.2
Kurang puas 35.6 8.5 87.6 3.9
TT/TJ 1.4 3.5 79.7 16.8
Pemilih partai manapun hampir semuanya menghendaki pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat,
bukan oleh anggta MPR
HANYA PILIH PARTAI VS PILIH PARTAI DAN CALON MENURUT BASIS PARTAI
Pendapat pertama: Dalam pemilihan umum, warga diminta hanya memilih partai. Calon anggota DPR yang mewakili partai tersebut
ditentukan oleh pimpinan partai, bukan oleh pemilih langsung
Pendapat kedua: Dalam pemilihan umum, warga diminta memilih partai atau calon, dan calon anggota DPR yang mewakili partai
tersebut ditentukan oleh pemilih secara langsung, bukan oleh pimpinan partai
40 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ
BASIS PARTAI 2019
PKB 9.7 12.8 83.0 4.3
Gerindra 12.6 11.8 81.8 6.4
PDIP 19.3 12.4 79.2 8.5
Golkar 12.3 12.0 75.9 12.0
NasDem 9.0 3.0 93.9 3.0
PKS 8.2 15.4 80.0 4.6
PPP 4.5 16.7 83.3 0.0
PAN 6.8 14.3 71.4 14.3
Demokrat 7.8 19.4 77.6 3.0
Lainnya 9.7 25.5 74.5 0.0
BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ
KEPUASAN ATAS KINERJA PRESIDEN
Puas 62.9 11.7 77.9 10.3
Kurang puas 35.6 12.3 79.3 8.4
TT/TJ 1.4 0.0 63.5 36.5
Dukungan pada sistem pemilu dengan sistem proporsional terbuka seperti sekarang didukung oleh mayoritas
pemilih di semua partai. Artinya ini merupakan aspirasi pemilih lintas partai. Juga ditemukan pada warga baik yang
puas atau tidak puas pada kinerja presiden
DIWAKILI OLEH ANGGOTA DPR VS DIWAKILI OLEH PARTAI MENURUT BASIS PARTAI
Sebagai pemilih dalam pemilihan anggota DPR, apakah Ibu/Bapak lebih merasa diwakili oleh orang yang Ibu/Bapak pilih sebagai
anggota DPR atau lebih merasa diwakili oleh partai politik asal anggota DPR tersebut? … (%)
41 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
BASE Oleh anggota DPR Oleh partai politik TT/TJ
KEPUASAN ATAS KINERJA PRESIDEN
Puas 62.9 47.6 26.9 25.5
Kurang puas 35.6 43.8 31.3 24.8
TT/TJ 1.4 30.1 0.0 69.9
BASE Oleh anggota DPR Oleh partai politik TT/TJ
BASIS PARTAI 2019
PKB 9.7 55.3 21.3 23.4
Gerindra 12.6 44.8 37.4 17.7
PDIP 19.3 49.0 23.1 27.9
Golkar 12.3 47.0 31.3 21.7
NasDem 9.0 63.6 24.2 12.1
PKS 8.2 38.5 43.1 18.5
PPP 4.5 58.3 25.0 16.7
PAN 6.8 21.4 50.0 28.6
Demokrat 7.8 50.7 31.3 17.9
Lainnya 9.7 26.3 52.2 21.5
Pemilih di hampir semua partai merasa lebih diwakili oleh anggota DPR dibanding partai politik
PENGALAMAN PEMILU SERENTAK 2019 MENURUT BASIS PARTAI Apakah Ibu/Bapak tahu bahwa pada pemilihan umum serentak 2019, memilih presiden dan juga memilih anggota DPR, banyak petugas
pemilihan umum meninggal dunia karena beban kerja yang berat? … (%)
Bila ya, apakah itu bisa dimaklumi atau tidak bisa dimaklumi? … (%)
Bila tidak bisa dimaklumi, apakah sebaiknya pemilihan umum dan pemilihan presiden serentak itu dihindari? … (%)
42 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
BASE Ya Tidak Ya, bisa dimaklumi Tidak bisa dimaklumi TT/TJ Ya, sebaiknya dihindari Tidak perlu TT/TJ
BASIS PARTAI 2019
PKB 9.7 68.1 31.9 40.6 59.4 0.0 89.5 10.5 0.0
Gerindra 12.6 73.4 26.6 30.9 69.1 0.0 63.1 32.0 4.9
PDIP 19.3 69.0 31.0 49.8 49.8 .4 72.1 25.4 2.5
Golkar 12.3 77.1 22.9 39.1 60.9 0.0 82.1 15.4 2.6
NasDem 9.0 75.8 24.2 44.0 52.0 4.0 76.9 23.1 0.0
PKS 8.2 64.6 35.4 33.3 66.7 0.0 64.3 28.6 7.1
PPP 4.5 75.0 25.0 55.6 44.4 0.0 75.0 25.0 0.0
PAN 6.8 71.4 28.6 40.0 60.0 0.0 50.0 50.0 0.0
Demokrat 7.8 70.1 29.9 36.2 61.7 2.1 69.0 31.0 0.0
Lainnya 9.7 60.1 39.9 84.8 15.2 0.0 100.0 0.0 0.0
KEPUASAN ATAS KINERJA PRESIDEN
Puas 62.9 67.9 32.1 42.8 56.5 .7 74.4 23.4 2.1
Kurang puas 35.6 69.8 30.2 33.2 66.4 .4 68.4 23.9 7.7
TT/TJ 1.4 54.0 46.0 59.2 40.8 0.0 44.8 55.2 0.0
Pemilih di hampir semua partai umumya berpandangan bahwa banyaknya korban dalam pelaksanaan pemilu
serentak 2019 tak bisa ditoleransi, dan pemilu serentak itu harus dihindari.
Demikian juga umumnya warga yang menilai positif maupun negatif terhadap kinerja presiden.
PILEG & PILPRES SERENTAK VS TIDAK SERENTAK MENURUT BASIS PARTAI
Pendapat pertama: Pemilihan anggota DPR dan pemilihan presiden dilakukan pada waktu bersamaan, baik tanggal, bulan maupun
tahun
Pendapat kedua: Pemilihan anggota DPR dan pemilihan presiden dilakukan pada waktu berbeda tapi pada tahun yang sama
43 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ
BASIS PARTAI 2019
PKB 9.7 38.3 55.3 6.4
Gerindra 12.6 37.9 57.1 4.9
PDIP 19.3 35.5 54.6 9.9
Golkar 12.3 43.4 50.6 6.0
NasDem 9.0 51.5 48.5 0.0
PKS 8.2 29.2 63.1 7.7
PPP 4.5 50.0 50.0 0.0
PAN 6.8 28.6 57.1 14.3
Demokrat 7.8 41.8 58.2 0.0
Lainnya 9.7 19.5 71.3 9.2
BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ
KEPUASAN ATAS KINERJA PRESIDEN
Puas 62.9 37.8 53.0 9.2
Kurang puas 35.6 33.8 57.8 8.5
TT/TJ 1.4 24.1 27.1 48.8
Mayoritas pemilih partai manapun secara umum menolak Pileg dan Pilpres serentak, demikian juga
warga yang puas ataupun tidak puas dengan kinerja presiden
PILEG, PILPRES & PILKADA SERENTAK VS TIDAK SERENTAK MENURUT BASIS PARTAI
Pendapat pertama: Pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota yang akan datang dilakukan bersamaan waktunya dengan pemilihan
anggota DPR dan pemilihan presiden
Pendapat kedua: Pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota dilakukan berbeda waktunya dengan pemilihan anggota DPR dan pemilihan
presiden
44 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ
BASIS PARTAI 2019
PKB 9.7 29.8 66.0 4.3
Gerindra 12.6 27.6 69.0 3.4
PDIP 19.3 28.5 64.5 7.0
Golkar 12.3 26.5 68.7 4.8
NasDem 9.0 45.5 54.5 0.0
PKS 8.2 18.5 73.8 7.7
PPP 4.5 16.7 83.3 0.0
PAN 6.8 35.7 50.0 14.3
Demokrat 7.8 37.3 61.2 1.5
Lainnya 9.7 43.0 57.0 0.0
BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ
KEPUASAN ATAS KINERJA PRESIDEN
Puas 62.9 31.0 60.7 8.3
Kurang puas 35.6 25.5 68.6 5.9
TT/TJ 1.4 23.5 36.1 40.4
Mayoritas pemilih di semua partai menolak Pileg dan Pilpres dilakukan serentak dengan Pilkada
pada tahun yang sama. Demikian juga baik warga yang puas ataupun tidak puas dengan kinerja presiden.
Ini menunjukkan bahwa penolakan terhadap Pilkada Serentak 2024 berasal dari mayoritas pemilih lintas partai.
PILKADA 2022 VS PILKADA SERENTAK 2024 MENURUT BASIS PARTAI
Pendapat pertama: Ada sejumlah gubernur, bupati, dan wali kota akan habis masa tugasnya pada tahun 2022 dan karena itu pemilihan
gubernur, bupati, atau wali kota di daerah tersebut harus dilakukan sebelum masa tugas mereka berakhir pada tahun yang sama
Pendapat kedua: Ada sejumlah gubernur, bupati, dan wali kota akan habis masa tugasnya pada tahun 2022 dan pemilihan gubernur,
bupati, atau wali kota di daerah tersebut harus dilakukan pada 2024 bersamaan dengan pemilihan anggota DPR dan pemilihan
presiden. Untuk sementara gubernur, bupati, atau wali kota ditunjuk oleh pemerintah pusat, bukan dipilih rakyat langsung
45 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ
BASIS PARTAI 2019
PKB 9.7 63.8 29.8 6.4
Gerindra 12.6 55.7 38.4 5.9
PDIP 19.3 56.1 29.6 14.4
Golkar 12.3 61.4 28.9 9.6
NasDem 9.0 63.6 30.3 6.1
PKS 8.2 61.5 29.2 9.2
PPP 4.5 58.3 41.7 0.0
PAN 6.8 71.4 7.1 21.4
Demokrat 7.8 59.7 35.8 4.5
Lainnya 9.7 22.3 60.6 17.1
BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ
KEPUASAN ATAS KINERJA PRESIDEN
Puas 62.9 53.6 31.8 14.6
Kurang puas 35.6 57.9 31.9 10.3
TT/TJ 1.4 34.7 9.9 55.4
Mayoritas pemilih semua partai ingin ada Pilkada 2022. Demikian juga yang puas maupun tidak puas dengan kinerja
presiden.
PILKADA 2023 VS PILKADA SERENTAK 2024 MENURUT BASIS PARTAI
Pendapat pertama: Ada sejumlah gubernur, bupati, dan wali kota akan habis masa tugasnya pada tahun 2023 dan karena itu pemilihan
gubernur, bupati, atau wali kota di daerah tersebut harus dilakukan sebelum masa tugas mereka berakhir pada tahun yang sama
Pendapat kedua: Ada sejumlah gubernur, bupati, dan wali kota akan habis masa tugasnya pada tahun 2023 dan pemilihan gubernur,
bupati, atau wali kota di daerah tersebut harus dilakukan pada 2024 bersamaan dengan pemiluhan anggota DPR dan pemilihan
presiden. Untuk sementara gubernur, bupati, atau wali kota ditunjuk oleh pemerintah pusat, bukan dipilih rakyat langsung
46 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ
BASIS PARTAI 2019
PKB 9.7 72.3 21.3 6.4
Gerindra 12.6 52.7 41.4 5.9
PDIP 19.3 54.6 31.0 14.4
Golkar 12.3 61.4 27.7 10.8
NasDem 9.0 60.6 30.3 9.1
PKS 8.2 63.1 29.2 7.7
PPP 4.5 66.7 33.3 0.0
PAN 6.8 64.3 21.4 14.3
Demokrat 7.8 59.7 34.3 6.0
Lainnya 9.7 43.8 39.1 17.1
BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ
KEPUASAN ATAS KINERJA PRESIDEN
Puas 62.9 52.2 33.2 14.6
Kurang puas 35.6 57.0 31.8 11.2
TT/TJ 1.4 34.7 9.9 55.4
Mayoritas pemilih semua partai ingin ada Pilkada 2023. Demikian juga yang puas maupun tidak puas dengan kinerja
presiden.
PILPRES 2 PASANGAN VS LEBIH DARI 2 PASANGAN MENURUT BASIS PARTAI
Pendapat pertama: Pasangan calon presiden-wakil presiden sebaiknya dua pasang saja supaya lebih sederhana
Pendapat kedua: Pasangan calon presiden-wakil presiden sebaiknya lebih dari dua pasang untuk menjaring secara lebih terbuka putra-
putri terbaik menurut pilihan rakyat
47 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ
KEPUASAN ATAS KINERJA PRESIDEN
Puas 62.9 36.7 57.8 5.5
Kurang puas 35.6 28.1 65.9 6.0
TT/TJ 1.4 26.1 57.1 16.8
BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ
BASIS PARTAI 2019
PKB 9.7 44.7 53.2 2.1
Gerindra 12.6 34.0 63.5 2.5
PDIP 19.3 34.6 59.4 5.9
Golkar 12.3 45.8 49.4 4.8
NasDem 9.0 45.5 54.5 0.0
PKS 8.2 21.5 72.3 6.2
PPP 4.5 50.0 50.0 0.0
PAN 6.8 42.9 50.0 7.1
Demokrat 7.8 31.3 68.7 0.0
Lainnya 9.7 33.8 66.2 0.0
Pemilih partai manapun umumnya menginginkan agar pasangan calon presiden lebih dari dua
ANGGOTA KPU DARI PARTAI VS ANGGOTA KPU INDEPENDEN MENURUT BASIS PARTAI
Pendapat pertama: Partai politik sebagai peserta pemilu juga menjadi penyelenggara pemilu sehingga anggota Komisi Pemilihan Umum
(KPU) adalah orang-orang dari partai politik
Pendapat kedua: Partai politik tetap sebagai peserta pemilu sedangkan penyelenggara pemilu adalah KPU yang anggotanya adalah
orang-orang independen (bukan orang partai) yang dipilih pemerintah dan DPR seperti selama ini
48 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ
BASIS PARTAI 2019
PKB 9.7 12.8 78.7 8.5
Gerindra 12.6 9.4 85.7 4.9
PDIP 19.3 12.1 78.3 9.6
Golkar 12.3 16.9 74.7 8.4
NasDem 9.0 12.1 84.8 3.0
PKS 8.2 7.7 86.2 6.2
PPP 4.5 8.3 91.7 0.0
PAN 6.8 14.3 71.4 14.3
Demokrat 7.8 10.4 83.6 6.0
Lainnya 9.7 15.6 58.9 25.5
BASE Pendapat pertama Pendapat kedua TT/TJ
KEPUASAN ATAS KINERJA PRESIDEN
Puas 62.9 9.8 80.2 10.0
Kurang puas 35.6 12.0 80.0 8.1
TT/TJ 1.4 0.0 60.0 40.0
Mayoritas pemilih partai manapun menginginkan agar anggota KPU dari independen, bukan orang partai.
Demikian juga warga yang puas atau tidak puas dengan kinerja presiden.
TEMUAN
• Partai punya pandangan berbeda-beda terkait dengan UU pemilihan umum, pemilihan presiden dan Pilkada.
• Ada partai yang cenderung punya pandangan agar presiden dipilih oleh anggota MPR, bukan dipilih oleh rakyat secara langsung. Pandangan ini tak didukung mayoritas pemilih partai manapun, termasuk PDI Perjuangan.
• Pemilih pada umumnya, apapun partai yang dipilihnya, ingin mempertahankan sistem pemilihan anggota DPR dengan sistem proporsional daftar calon terbuka seperti dalam UU yang sekarang, termasuk pada umumnya pemilih PDI Perjuangan.
• Pemilih pada umumnya, partai manapun yang mereka pilih pada pemilu 2019, tidak membenarkan pelaksanaan pemilu 2019 yang banyak menimbulkan korban meninggal maupun sakit karena beban petugas yang berlipat, dan berharap pemilu serentak itu tidak diulang lagi.
49 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
TEMUAN
• Berkaca dari pengalaman pemilu serentak 2019 itu pula pemilih partai pada umumnya, apapun partainya, tidak mendukung Pileg, Pilpres, Pilkada serentak pada tahun yang sama 2024. Pemilih PDIP, Gerindra, PKB, Golkar, PPP, dan PAN umumnya menolak keserempakan tersebut.
• Pemilih partai manapun pada pemilu 2019 umumnya menginginkan pasangan calon presiden-wakil presiden lebih dari dua pasang, supaya ada kesempatan lebih terbuka untuk mendapat pasangan yang lebih baik.
• Di samping itu, anggota pemilih patai manapun ingin agar anggota KPU bukan dari partai politik.
50 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Preferensi publik terhadap demokrasi cukup tinggi (71,9%), namun ada penurunan kinerja demokrasi sebagaimana terlihat dari penurunan kepuasan publik terhadap pelaksanaan demokrasi dalam setahun terakhir.
Untuk memperbaiki kinerja demokrasi dalam prakteknya sebagian ditentukan oleh UU pemilu yang mendukung bagi perbaikan kinerja tersebut: Sejauh mana UU itu mencerminkan rasa keterwakilan pemilih di tingkat elite politik? Sejauh mana pandangan dan kebijakan-kebijakan yang diinginkan anggota DPR dan pemerintah mencerminkan keinginan dari pemilih nasional pada umumnya?
Di DPR pembuatan UU terkait pemilu sangat ditentukan oleh pandangan dan sikap partai politik. Sementara itu partai merupakan lembaga yang paling tidak dipercaya dibanding lembaga-lembaga publik lainnya. Terlalu sedikit warga yang punya ikatan psikologis yang positif dengan partai politik. Setelah partai, DPR dan DPD adalah lembaga yang juga kurang dipercaya publik. Ini merupakan sumber bagi tidak stabil dan tidak baiknya kinerja demokrasi kita.
52 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
KESIMPULAN
Karena tingkat kepercayaan pada partai dan pembuat UU di DPR rendah maka UU yang dibuat harus memperhatikan apa yang publik inginkan. Tidak cukup hanya bersandar pada pertimbangan teknokratik para legislator karena di antara mereka sendiri tidak ada konsensus untuk isu-isu strategis terkait UU pemilihan umum. Dalam situasi perbedaan pandangan elite ini maka pandangan publik nasional menjadi mendesak diperhatikan untuk sejumlah isu dasar dan strategis terkait UU pemilihan umum dan Pilkada.
Paran legislator harus memperhatikan bahwa:
1. Ide di sebagian elite politik agar presiden dipilih MPR bertentangan dengan aspirasi hampir semua rakyat Indonesia (90,3%).
2. Ide agar sistem pemilu dirubah dari sistem proporsional terbuka menjadi sistem proporsional tertutup ditentang oleh sebagian besar pemilih nasional (78,2%)
3. Rakyat umumnya lebih merasa terwakili orang (anggota DPR) (46%) dari pada partai politik (28%). Ini mengindikasikan bahwa hubungan pemilih dengan orang (anggota DPR) lebih kuat daripada dengan partai.
53 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
KESIMPULAN
4. Rakyat umumnya tidak bisa memaklumi banyak korban di pihak penyelenggara pemilu serentak 2019 lalu, dan karena itu pemilih umumnya menolak pemilu memilih anggota legislatif dan pemilihan presiden dilakukan serentak (54,3%).
5. Pemilih pada umumnya (63,2%) tidak setuju pemilu, pilpres, dan Pilkada dilakukan serentak dalam tahun yang sama pada 2024
6. Pemilih nasional umumnya (54,8%) ingin ada Pilkada 2022 untuk daerah yang kepala daerah yang berakhir masa tugasnya pada tahun tersebut.
7. Pemilih nasional umumnya (53,7%) ingin ada Pilkada 2023 untuk daerah yang kepala daerahnya berakhir pada tahun tersebut.
8. Pemilih pada umumnya (60,7%) berharap pasangan calon presiden lebih dari dua pasang untuk memperbesar peluang rekrutmen pemimpin nasional lebih baik. Karena itu threshold sebagai syarat pencalonan untuk menjadi calon presiden oleh partai harus dibuat sesuai dengan tujuan tersebut.
9. Publik umumnya (79,8%) tidak setuju anggota KPU sebagai penyelenggara Pemilu berasal dari partai politik.
54 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
KESIMPULAN
Sembilan sikap pemilih nasional tersebut di dukung oleh mayoritas pemilih di semua partai, baik di partai-partai koalisi pendukung pemerintah maupun partai-partai di luar koalisi tersebut. Artinya semua sikap itu tidak partisan, melainkan multipartisan.
Kesembilan sikap pemilih itu didukung baik oleh pemilih yang merasa puas ataupun tidak puas dengan kinerja Presiden Jokowi. Ini mengindikasikan bahwa sikap itu tidak dipengaruhi oleh dukungan atau penolakan terhadap presiden Jokowi.
Dalam kondisi hubungan psikologis antara pemilih dan partai tidak erat, dan dalam keadaan tingkat kepercayaan pada patai rendah, UU pemilu harus memperhatikan unsur orang (anggota DPR atau presiden) bukan institusi (partai) untuk memperkuat keterwakilan rakyat di politik nasional. Bila tidak demikian, rakyat akan merasa tidak diwakili.
Sumber ketidakpercayaan publik pada partai akibat dari kinerja masing-masing partai, terutama lemahnya demokrasi di hampir semua internal partai politik.
55 SURVEI NASIONAL, 1-3 FEBRUARI 2021
J l . C i s a d a n e N o . 8 , M e n t e n g – J a k a r t a P u s a t
T e l p : ( 0 2 1 ) 3 1 9 2 7 9 9 6 / 9 8 , F a x : ( 0 2 1 ) 3 1 4 3 8 6 7
W e b s i t e : w w w . i n d i k a t o r . c o . i d
TER IMA KAS IH