aspergilosis s

Upload: fitriani-nassyam

Post on 14-Apr-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Aspergilosis s

    1/17

    ASPERGILOSIS

    Penyaji:dr.Ramona Dumasari Lubis,SpKK

    NIP.132 308 599

    DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMINFAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA2008

    Ramona Dumasari Lubis : Aspergilosis, 2008USU e-Repository 2009

    1

  • 7/29/2019 Aspergilosis s

    2/17

    PENDAHULUAN

    Aspergillosis merupakan infeksi yang disebabkan moulds saprophyte dari

    genus aspergillus, dapat ditemukan di tanah, air dan tumbuhan yang mengalami

    pembusukan dan spesies Aspergillus yang sering menyebabkan infeksi pada

    manusia yaituAspergillus fumigatus. 1-3

    Manifestasi klinis aspergillosis dapat berupa respon allergik, kolonisasi

    aspergillus spesies, invasif aspergillosis dan disseminated aspergillosis. 1-5

    Setelah candidiasis, aspergillosis merupakan infeksi jamur opportunistik

    ke dua yang sering dijumpai pada pasien immunokompromais. 6

    Pada individu immunokompromais, inhalasi spora jamuraspergillus dapat

    menyebabkan infeksi yang invasif pada paru maupun sinus dan sering diikuti

    perluasan infeksi secara hematogen ke organ lain. Pada individu non-

    immunokompromais, inhalasi spora jamur aspergillus dapat menyebabkan

    infeksi yang terlokalisir pada paru, sinus ataupun pada tempat lain. 7

    SEJARAH

    Infeksi aspergillus pada manusia pertama kali ditemukan pada

    pertengahan tahun 1800. Pada tahun 1729, Micheli di Florence menemukan

    genus Aspergillus untuk pertama kali. Pada tahun yang sama dalam Nova

    Geneva Plantarum, ia menggambarkan bentuk kepala conidia aspergillus yaitu

    kepala spora menyebar dari bagian tengah menyerupai aspergillum yang

    digunakan untuk memercikkan air suci.

    Pada tahun 1842, Rayer dan Montagne mengidentifikasi Aspergillus

    candidus dari pundi-pundi udara burung dan sejak itu diketahuiAspergillus dapat

    menyebabkan penyakit pada spesies avian.

    Pada tahun 1856, Virchow merupakan orang yang pertama kali

    menggambarkan secara rinci gambaran mikroskopisAspergillus dan melaporkan

    bahwaAspergillus dapat menyebabkan penyakit pada manusia.

    Pada tahun 1859, Cramer melaporkan Aspergillus niger pada kasus

    infeksi telinga dan pada tahun 1863, Fresenius mengidentifikasi Aspergillus

    fumigatus yang disolasi dari bronchus.

    Ramona Dumasari Lubis : Aspergilosis, 2008USU e-Repository 2009

    2

  • 7/29/2019 Aspergilosis s

    3/17

    Pada tahun 1938, Dave melaporkan kasus fungus ball (pulmonary

    aspergilloma) yang disebabkan Aspergillus. Pada tahun 1952, Hinson dan

    kawan-kawan melaporkan reaksi alergik terhadapAspergillus yang menimbulkan

    allergic bronchopulmonary aspergillosis.

    Pada tahun 1926, Tom dan Church menemukan 69 spesies Aspergillus

    selanjutnya pada tahun 1945, Thom dan Raper menemukan 80 spesies

    Aspergillus dan pada tahun 1965 Raper dan Fennel menemukan sebanyak 151

    spesiesAspergillus. 2,3

    ETIOLOGI

    Spesies Aspergillus merupakan moulds saprophyte yang sering dijumpai

    di tanah, air dan tumbuh-tumbuhan yang membusuk. Lebih dari 200 spesies

    Aspergillus telah di identifikasi dan Aspergillus fumigatus merupakan penyebab

    infeksi pada manusia yang terbanyak dimana > 90% menyebabkan invasif dan

    non-invasif aspergillosis. Aspergillus flavus menyebabkan invasif aspergillosis

    sebanyak 10% sedangkan Aspergillus niger dan Aspergillus terreus sebanyak

    2%. 1

    Primary cutaneous aspergillosis pada umumnya disebabkan oleh

    Aspergillus flavus sedangkan Aspergilus niger dan Aspergillus ustus dari hasilpemeriksaan kultur dilaporkan juga dapat sebagai penyebab primary cutaneous

    aspergillosis.6

    EPIDEMIOLOGI

    Masuknya spora jamur aspergillus pada manusia umumnya melalui

    inhalasi dan masa inkubasinya tidak diketahui. 1-4,8

    Aspergillosis dapat mengenai semua ras dan ke dua jenis kelamin dengan

    perbandingan yang sama dan dapat mengenai semua usia. 1

    Insiden invasif aspergillosis pada pasien immunokompromais yang

    beresiko tinggi yaitu :

    1. Pasien neutropenia (disebabkan hematologic malignancy ataupun

    mendapat kemoterapi) : 7%.

    Ramona Dumasari Lubis : Aspergilosis, 2008USU e-Repository 2009

    3

  • 7/29/2019 Aspergilosis s

    4/17

    2. Pasien leukemia akut : 5% -20%.

    3. Penerima transplantasi sumsum tulang belakang : 10%-20%.

    4. Penerima transpalantasi organ (ginjal, hati, jantung) : 5%-15%.

    5. Pasien AIDS : 1%-9%. 9

    Dari laporan diketahui bahwa lingkungan rumah sakit sering

    terkontaminasi dengan sporaAspergillus, kontaminasi ini dapat dijumpai pada :

    1. Konstruksi rumah sakit, dimana dijumpai peningkatan jumlah spora

    aspergillus pada sistem ventilasi.

    2. Daerah sekitar kateter intravena (menjadi jalan masuknyaAspergillus).

    3. Penggunaan plester.

    4. Penggunaan armboard.

    5. Penutupan kulit secara oklusif. 2,3,7

    IMMUNITAS

    Kecil kemungkinan untuk menderita penyakit invasif kecuali jika jumlah

    fagosit pada tubuh berkurang. Kulit dan paru-paru mempunyai mekanisme

    pertahanan fagositik. Makrofag dapat memfagosit dan menghancurkan conidia

    Aspergillus sedangkan polymorphonuclear (PMN) leukosit dan monosit (MNC)

    dapat merusak hypha aspergillus melalui mekanisme oxidatif dan non-oxidatif.Makrofag dan neutrophil merupakan mekanisme pertahanan paru-paru yang

    utama terhadap spesies aspergillus. Keratin dan barrier epidermis kulit juga

    merupakan mekanisme pertahanan terhadap spesies aspergillus.3

    PATOGENESIS

    Infeksi Aspergillus pada umumnya didapat dengan cara inhalasi conidia

    ke paru-paru walaupun cara yang lain dapat juga dijumpai seperti terpapar

    secara lokal akibat luka operasi, kateter intravenous dan armboard yang

    terkontaminasi. Invasif aspergillosis jarang dijumpai pada pasien

    immunokompeten. Spesies Aspergillus pada umumya memproduksi toksin /

    mikotoksin yang dapat berperan pada manifestasi klinis yaitu aflatoxins,

    Ramona Dumasari Lubis : Aspergilosis, 2008USU e-Repository 2009

    4

  • 7/29/2019 Aspergilosis s

    5/17

    achratoxin A, fumagillin dan gliotoxins. Gliotoxins dapat menurunkan fungsi

    makrofag dan neutrophil. 2

    GAMBARAN KLINISSejak diketahui bahwa inhalasi merupakan cara masuknya spora

    Aspergillus ke dalam saluran pernafasan manusia, maka istilah aspergillosis

    secara umum meliputi kelompok penyakit yang gambaran klinisnya melibatkan

    paru-paru yaitu :

    1. Non-invasif aspergillosis

    a. Allergik bronchopulmonary aspergillosis

    Merupakan respon allergi yang khronik akibat kolonisasi aspergillus.

    Kriteria yang spesifik untuk menetapkan diagnosis antara lain : 1) Obstruksi

    bronchial yang episodik (asma). 2) Peripheral eosinophilia. 3) Tes kulit dengan

    hasil reaktif yang cepat terhadap antigen aspergillus. 4) Adanya antibodi

    terhadap aspergillus. 5) Peninggian serum immunoglobulin E (IgE). 6) Adanya

    riwayat atau dijumpainya infiltrate di paru-paru. 7) Adanya bronchiectasis yang

    sentral.

    Allergik bronchopulmonary aspergillosis dilaporkan dijumpai pada pasien

    asma yang tergantung dengan steroid sekitar 14% dan pada pasien dengan

    kolonisasi aspergillus seperti cystic fibrosis dijumpai sebanyak 7%.

    Gambaran klinis yang sering dijumpai yaitu demam, asma dengan

    perbaikan klinis yang lambat, batuk yang produktif, malaise dan berat badan

    menurun. 1-5,7

    b. Pulmonary aspergilloma

    Aspergilloma (fungus ball) adalah berupa massa yang padat tidak

    berbentuk dari mycelium jamur yang kadang-kadang dapat dijumpai adanya sisakavitas pada paru-paru akibat tuberkulosis, sarkoidosis, bronchiectasis,

    pneumokoniosis atau ankylosing spondylitis. Fungus ball sering dijumpai pada

    lokasi bagian atas lobus paru. Terjadinya lisis yang spontan pernah dilaporkan

    sekitar 10% dari kasus.

    Ramona Dumasari Lubis : Aspergilosis, 2008USU e-Repository 2009

    5

  • 7/29/2019 Aspergilosis s

    6/17

    Gambaran klinis sering asimptomatik, tetapi dapat juga dijumpai batuk

    yang kronis, malaise dan berat badan menurun. Haemoptisis merupakan gejala

    klinis yang sering dijumpai sekitar 50-80% dari kasus. Kebanyakan pasien

    menderita episode perdarahan intermitten yang jumlahnya sedikit, tetapi lebih

    dari 25% pasien dapat mengalami haemoptisis yang parah dan dapat

    mengancam jiwa. 1-5,7

    2. Invasif-aspergillosis

    a. Invasif pulmonary aspergillosis

    Invasif pulmonary aspergillosis merupakan manifestasi yang tersering

    dijumpai dari seluruh bentuk invasif aspergillosis.

    -Akut invasif pulmonary aspergillosis

    Faktor predisposisi yaitu dijumpainya neutropenia terutama pada pasien

    leukemia atau penerima tranplantasi sumsum tulang belakang, mendapat

    pengobatan kortikosteroid, sitotoksik kemoterapi, pasien dengan AIDS atau

    penyakit kronik granulomatous. Gambaran klinis yang umumnya dijumpai yaitu

    batuk yang non produktif, demam (gagal memberikan respon terhadap

    pengobatan dengan antibiotik berspektrum luas) tetapi pada pasien yang

    mendapat terapi dengan kortikosteroid biasanya tidak disertai demam, dyspnea,

    nyeri dada yang pleuritik, haemoptisis dapat dijumpai. 1-5,7

    - Kronik invasif pulmonary aspergillosis

    Perkembangannya biasanya lambat (tidak progresif), semi invasive. Lebih

    jarang dijumpai dibandingkan akut invasif pulmonary aspergillosis. Sering

    dijumpai pada pasien AIDS, chronik granulomatous disease, sarkoidosis,

    diabetes mellitus tetapi dapat juga dijumpai pada individu yang

    immunokompeten. Pasien sering mengeluhkan batuk kronis yang non-produktifdisertai dengan haemoptisis. Dapat juga dijumpai demam yang tidak begitu

    tinggi, berkurangnya berat badan dan malaise. 1-5,7

    Ramona Dumasari Lubis : Aspergilosis, 2008USU e-Repository 2009

    6

  • 7/29/2019 Aspergilosis s

    7/17

    b.Tracheobronchitis

    Sering dijumpai pada pasien AIDS dan pasien penerima transplantasi

    paru. Gambaran klinis yang sering dijumpai yaitu dyspnoe, wheezing tetapi pada

    beberapa pasien dapat disertai batuk dan demam. Beberapa pasien meninggal

    akibat penyumbatan trachea atau bronchus atau penyakitnya berkembang

    menjadi disseminated aspergillosis. 1-5,7

    c. Sinusitis

    Infeksi aspergillus pada rongga sinus dan hidung pada pasien

    immunokompromais selalu berupa akut invasif rhinosinusitis. Gambaran

    klinisnya tidak spesifik yang biasanya berupa demam, batuk, epistaksis, adanya

    discharge pada sinus dan sakit kepala. Sering penyakit ini meluas kedaerah

    yang berdekatan seperti palatum, orbita dan otak. Angka kematian yang tinggi

    dijumpai pada pasien leukemia yang mengalami remisi dengan pengobatan

    maintenance sekitar 20% dan lebih dari 100% pada pasien leukemia yang relaps

    atau sedang mendapat transplantasi sumsum tulang belakang. 1-5,7

    d. Disseminated aspergillosis :

    1. Cerebral aspergillosis

    Cerebral aspergillosis merupakan invasif aspergillosis yang ke 2 yang

    sering dijumpai sekitar 10-20% kasus. Kebanyakan cerebral aspergillosis terjadi

    akibat penyebaran secara hematogenous dari paru-paru dibandingkan akibat

    penyebaran langsung dari nasal sinus. Gambaran klinis pada umumnya tidak

    spesifik berupa defisit neorologik yang fokal, mental status yang alteration dan

    sakit kepala. Lesi otak yang multipel dengan infark disertai dengan cerebral

    arterial trombosis dapat menyebabkan gejala fokal neurologik dan dapat

    meningkatkan tekanan cairan cerebrospinal (CSF). 1-5,7

    2. Endocarditis aspergillosis

    Dapat dijumpai pada pasien yang melakukan operasi jantung terbuka.

    Tempat yang paling sering dijumpai yaitu pada katub aorta dan mitral. Murmur

    Ramona Dumasari Lubis : Aspergilosis, 2008USU e-Repository 2009

    7

  • 7/29/2019 Aspergilosis s

    8/17

    dari jantung dapat dijumpai pada sekitar 50-90% pasien dan sekitar 80% kasus

    dapat terjadi emboli yang menyumbat arteri terutama pada otak. 1-5,7

    3. Osteomyelitis aspergillosis

    Merupakan kasus yang jarang dijumpai dan biasanya perluasannya akibat

    adanya lesi di paru-paru. Tempat yang sering dikenai yaitu tulang rusuk

    dantulang punggung. Pada pasien dewasa yang immunokompromais tempat

    yang sering dijumpai adalah tulang punggung tetapi perluasan organisma melalui

    hematogen sering dijumpai. Osteomyelitis aspergillosis dapat juga terjadi akibat

    inokulasi dari organisma ketika dilakukan proses operasi. 1-5,7

    3. Endopthalmitis

    Merupakan kasus yang jarang dijumpai tetapi pernah dilaporkan pada

    pengguna obat narkotika, pasien endokarditis dan penerima transplantasi organ.

    Hal ini dapat timbul akibat trauma pada mata ataupun perluasan secara

    hematogen dari paru. Gambaran klinisnya berupa sakit pada mata dan dapat

    mengganggu penglihatan. Pada pemeriksaan dijumpai adanya iridosiklitis, vitritis,

    retinal haemorrahage dan abses. 1-5,7

    4. Cutaneous aspergillosis

    Merupakan manifestasi disseminated aspergillois yang jarang, dijumpai

    pada 5-10% pasien. Cutaneous aspergillosis dapat berupa :

    1. Primary cutaneous aspergillosis :

    Lesi pada pasien muncul didekat atau disekitar tempat masuknya kateter

    intravena. Dari hasil laporan diketahui berhubungan juga dengan penutupan

    secara oklusif, armboard, kain khas yang tidak steril, plester yang digunakan

    untuk membalut gips, inokulasi secara langsung akibat trauma kulit, luka bakar

    dan dilakukannya tindakan bedah. 7,8,10,11

    Ramona Dumasari Lubis : Aspergilosis, 2008USU e-Repository 2009

    8

  • 7/29/2019 Aspergilosis s

    9/17

    2. Secondary cutaneous aspergillosis

    Lesi terjadi akibat penyebaran infeksi secara langsung pada pasien

    pulmonary aspegillosis maupun penyebaran secara hematogen. Hal ini dapat

    dijumpai sekitar 5% pada pasien invasif aspergillosis. 7,8,11

    Cutaneus aspergillosis dapat dijumpai pada :

    a. Pasien HIV

    Dari hasil laporan Burik JAH dan kawan-kawan (1998), dijumpai primary

    cutaneous aspergillosis pada pasien HIV/AIDS dengan lesi berupa nodular

    cutaneous aspergillosis. Lesi terletak dibawah plester yang digunakan sebagai

    balutan di dekat tempat masuknya kateter intravenous.11

    b. Pasien immunokompromais non HIV

    Korban luka bakar

    Cutaneous aspergillosis selalu melibatkan pasien dengan luka bakar yang

    luasnya 50-60% dari seluruh area permukaan tubuh dan dapat terjadi pada hari

    ke 50-60 setelah mendapat luka bakar (biasanya pada hari ke 10-35). Kulit yang

    mengalami luka bakar merupakan tempat masuknya organismaAspergillus. Dari

    laporan hasil penelitian diketahui 0,4% dari luka bakar, kulit akan mendapat

    infeksi organisma aspergillus. 7,11

    Neonatus

    Dilaporkan dijumpainya kasus primary cutaneous aspergillosis pada

    preterm infant dengan berat badan lahir 800-1500 gr pada hari ke 5 - 30 setelah

    kelahiran. Semua kasus diakibatkan oleh kerusakan fungsi barier kulit akibat

    pemakaian tape adhesive, tape adhesive yang berhubungan dengan chest tube,

    penekanan dibawah sensor pulse oximetry dan posisi supine dalam waktu yang

    lama. Lesi cutaneous aspergillosis pada neonatus berupa papul, nodul, pustul

    dan ulkus. Kematian pada neonatus akibat terjadinya secondary disseminated

    aspergillosis pada hari ke 18 dan 32 setelah kelahiran. 7,10,11

    Ramona Dumasari Lubis : Aspergilosis, 2008USU e-Repository 2009

    9

  • 7/29/2019 Aspergilosis s

    10/17

    Pasien kanker

    Dari hasil laporan diketahui cutaneous aspergillosis dapat dijumpai lebih

    dari 50 pasien kanker dan kebanyakan pasien menderita leukemia tetapi dapat

    juga dijumpai pada pasien aplastik anemia, astrocytoma, chronic granulomatous

    disease dan pasien agranulocytosis yang mendapat pengobatan dengan

    antithymocyte globulin. Lebih dari 85% pasien kanker mendapat primary

    cutaneous aspergillosis berhubungan dengan pemasangan kateter intravena,

    armboard ataupun plester yang digunakan untuk mempertahankannya. 7,11

    Penerima transplantasi sumsum tulang belakang

    Laporan mengenai cutaneous aspergillosis pada pasien penerima

    transplantasi sumsum tulang belakang sangat sedikit dilaporkan. Diketahui

    bahwa neutropenia merupakan faktor resiko untuk terjadinya cutaneus

    aspergillosis pada penerima transplantasi sumsum tulang belakang. Biasanya

    dijumpainya lesi kulit yang multipel. 7,11

    Penerima organ transplantasi

    Primary cutaneous aspergillosis dapat dijumpai pada luka operasi pasien

    tranplantasi ginjal atau hepar dan biasanya jumlah neutrophil normal. Terjadi

    akibat plester ataupun tempat masuknya kateter intravena. 7,11

    Gambaran klinis cutaneus aspergillosis :

    Lesi utama cutaneus aspergillosis dapat berbentuk makula, papul, nodul

    ataupun plak sedangkan bentuk pustul ataupun lesi yang disertai dengan purulen

    discharge sering dijumpai pada neonatus cutaneous aspergillosis. 6-12

    Untuk infeksi yang timbul pada armboard ataupun plester yang digunakan

    secara oklusif (mempertahankan tempat kateter masuk) lesi sering berbentuk

    bulla hemoragik yang timbul pada tempat trauma di kulit. Sedangkan infeksi yang

    timbul pada tempat masuknya kateter intravenous sering diawali dengan

    erythema pada tempat masuknya kateter tersebut. Pada pasien primary

    cutaneus aspergillosis yang disertai adanya luka biasanya disertai demam,

    Ramona Dumasari Lubis : Aspergilosis, 2008USU e-Repository 2009

    10

  • 7/29/2019 Aspergilosis s

    11/17

    perubahan permukaan luka, membengkak, adanya indurasi dan disertai nyeri.

    Variasi infeksi dimulai dari lesi yang tidak nyeri hingga fulminan, dimana angka

    kematian sekitar 30-75%.11

    Sedangkan gambaran klinis pada secondary cutaneus aspergillosis

    (akibat sistemik aspergillosis) awalnya berupa papul atau plak erythematous atau

    violaceous, indurated, soliter atau multipel. Lesi biasanya nyeri tetapi dapat juga

    asimptomatik. Manifestasi ini mengalami perubahan secara cepat menjadi

    pustule, vesikel yang haemoragic dan selanjutnya akan terbentuk krusta yang

    ditutupi oleh keropeng berwarna hitam. Sering dijumpai pada tungkai, lengan dan

    kepala. Bentuk lesi secondary cutaneous aspergillosis menyerupai ecthyma

    gangrenosum yang biasanya disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa. 8,11

    DIAGNOSIS BANDING

    Cutaneous aspergillosis :

    1. Ecthyma ganggrenosum

    2. Pyoderma gangrenosum

    3. Mucormycosis

    4. Cryptococcosis 8

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan Mikroskopis Langsung

    Bahan yang dapat digunakan yaitu sputum, bronchial washing, aspirasi

    tracheal dari pasien dengan penyakit paru dan biopsi jaringan dari pasien

    disseminated. Sebelum pemeriksaan sputum, bronchial washing dan aspirasi

    tracheal dilakukan, spesimen tersebut diberi KOH 10% dan tinta Parker

    kemudian selanjutnya diberi pewarnaan Gram sedangkan spesimen yang

    berasal dari biopsi jaringan diberi pewarnaan khusus untuk jamur yaitu Gomori

    methenamine silver atau Periodic acid-Schiff. Dari hasil pemeriksaan dijumpai

    adanya cabang dichotomous dan hypha bersepta.1-5,7,8

    Ramona Dumasari Lubis : Aspergilosis, 2008USU e-Repository 2009

    11

  • 7/29/2019 Aspergilosis s

    12/17

    Pemeriksaan Kultur

    Spesimen kultur berasal dari sputum, bronchial washing dan aspirasi

    tracheal di inokulasi pada agar Sabouroud dextrose. Pertumbuhan koloni cepat

    dan dapat berwarna putih, kuning, kuning kecoklatan, coklat kehitaman atau

    hijau. Hasil yang positif dari pemeriksaan kultur tersebut hanya dijumpai 10% -

    30%. Hal ini disebabkan dapat dijumpainya kontaminan lain pada kultur

    sehingga menimbulkan kesulitan melakukan isolasi dan akibatnya organisma

    yang di isolasi jumlahnya relatif sedikit. Kesulitan yang lain yaitu spesies

    Aspergillus sering merupakan kontaminan laboratorium. Hasil pemeriksaan

    kultur darah biasanya negatif tetapi apabila hasilnya positif dapat membantu

    untuk menegakkan diagnosis. 1-5,7,8

    Tes Kulit

    Test kulit dengan menggunakan antigen aspergillus hanya berhasil untuk

    mendiagnosis allergic aspergillosis. Penderita dengan asma tanpa komplikasi

    yang disebabkan aspergillus menimbulkan reaksi immediate tipe I. Pada pasien

    allergic bronchopulmonary aspergillosis menimbulkan reaksi immediate tipe I

    dan juga 70% memberikan reaksi delayed tipe III. 1-5,7,8

    Pemeriksaan Serologis

    Pemeriksaan antibodi Aspergillus sering membantu untuk mendiagnosis

    bentuk lain dari aspergillosis yang dijumpai pada penderita non-compromise.

    Pemeriksan serologis yang dapat dilakukan yaitu immunodiffusion (ID), indirect

    haemagglutination dan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).

    Pemeriksaan immunodiffusion mudah dilaksanakan dan pengendapan dapat di

    diteksi lebih dari 70% penderita dengan allergic bronchopulmonary

    aspergillosis dan lebih dari 90% pada penderita pulmonary aspergilloma atau

    kronik necrotizing pulmonary aspergillosis. Pemeriksaan immunodiffusion juga

    berguna untuk menditeksi infeksiAspergillus bentuk invasif.

    Pemeriksaan untuk menditeksi antigen Aspergillus di dalam darah dan

    cairan tubuh yang lain dapat lebih cepat untuk mendiagnosis aspergillosis pada

    Ramona Dumasari Lubis : Aspergilosis, 2008USU e-Repository 2009

    12

  • 7/29/2019 Aspergilosis s

    13/17

    penderita immunocompromise. Pada pasien invasif aspergillosis, ditemukan

    titer yang tinggi dari antigen galactomannan (galactomannan merupakan

    komponen utama dari dinding sel Aspergillus). Ada dua jenis pemeriksaan

    untuk menditeksi Aspergillus galactomannan yaitu Latex particle agglutination

    tetapi pemeriksaan ini kurang sensitif dan Sandwich ELISA (Enzyme-linked

    Immunosorbent Assay) dimana sensitivitinya 90-93% dan spesivitinya 94-

    98%.1-5,7,8

    Diagnostik Molekuler

    Metode pemeriksaan PCR telah mengalami perkembangan, digunakan

    untuk mendeteksi DNA Aspergillus di dalam darah, serum dan cairan

    bronchoalveolar lavage. Metode pemeriksaan Nucleic acid sequence-based

    amplification (NASBA) assay juga telah mengalami perkembangan, digunakan

    untuk menditeksi dan mengidentifikasi genus Aspergillus dengan RNA

    sequences yang spesifik dari specimen darah. 1-5,7,8

    PEMERIKSAAN CT-SCAN

    Hasilpemeriksaan CT-SCAN dada pada aspergilloma (fungus ball) yaitutampak adanya massa yang padat berbentuk bulat atau oval disertai adanya

    radiolucent udara yang berbentuk halo (lingkaran) atau crescent (bulan sabit)

    pada bagian atas. 2

    PENATALAKSANAAN

    1. Medikamentosa

    Lebih dari 40 tahun amfoterisin B deoxycholate telah digunakan sebagai

    standart pengobatan invasif aspergillosis. Dari hasil penyelidikan diketahui

    bahwa pemberian amfoterisin B deoxycholate dosis tinggi, secara signifikan

    menunjukkan toksisitas terhadap ginjal dan keberhasilan pengobatan pada

    penderita dengan resiko tinggi sangat terbatas. Dosis amfoterisin B deoxycholate

    Ramona Dumasari Lubis : Aspergilosis, 2008USU e-Repository 2009

    13

  • 7/29/2019 Aspergilosis s

    14/17

    yaitu 1-1,5 mg/kg/hari diberikan secara intravenous. Tingkat respon pengobatan

    invasif aspergillosis menggunakan amfoterisin B deoxycholate 37% (rata-rata :

    14%-83%).

    Pada penelitian selanjutnya ditemukan obat antijamur baru yang efektif

    untuk pengobatan invasif aspergillosis yaitu :

    1. Amfoterisin B dengan formula dasar lemak : dapat diberikan dengan dosis

    lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama dengan efek samping

    toksisitas terhadap ginjal lebih sedikit.

    Amfoterisin B dengan formula dasar lemak terdiri dari :

    a. Liposomal amfoterisin (IV) : Dosis 3-5 mg/kg/hari.

    b. Amfoterisin B lipid kompleks (IV) : Dosis 5 mg/kg/hari.

    c. Amfoterisin B koloidal dispersi (IV) : Dosis 3-6 mg/kg/hari.

    2. Itrakonazol :

    Oral : Dosis 3x200 mg/hari selama 4 hari dan selanjutnya 2x200 mg/hari.

    Tingkat respon pengobatan 39%.

    3. Vorikonazol (antifungal golongan triazol yang baru) :

    Intravenous : Dosis yang dianjurkan dengan fungsi hati yang normal

    adalah 6 mg/kg setiap 12 jam sebanyak 2 dosis kemudian

    dilanjutkan 4 mg/kg setiap 12 jam.

    Oral : Dosis yang dianjurkan 400 mg setiap 12 jam sebanyak 2 dosis

    kemudian selanjutnya 200 mg setiap 12 jam.

    Untuk penderita dengan BB < 40 kg maka dosis oral yang diberikan

    adalah setengah dari dosis yang biasa.

    Dari hasil penelitian diketahui angka perbandingan keberhasilan

    pengobatan penderita menggunakan vorikonazol dan amfoterisin B

    deoxycholate adalah 52% : 31%.

    4. Caspofungin (merupakan obat antijamur yang baru golongan

    echinocandins).

    Dosis intravenous yang dianjurkan adalah 70 mg loading dose pada hari

    pertama dan selanjutnya 50 mg/ hari.

    Hasil percobaan menunjukkan respon klinis 41%.

    Ramona Dumasari Lubis : Aspergilosis, 2008USU e-Repository 2009

    14

  • 7/29/2019 Aspergilosis s

    15/17

    Dari obat-obat diatas vorikonazol merupakan anti jamur pilihan utama untuk

    pengobatan invasif aspergillosis. 1,8,14,15

    2. Surgical debridement

    Efektifitas dari surgical debridement untuk pengobatan primary cutaneous

    aspergillosis telah dilaporkan pada beberapa kasus. 8

    PROGNOSIS

    Sebagian besar penderita invasif aspergillosis tidak dapat bertahan hidup,

    angka kematian sekitar 87% pada penderita infeksi paru, 90% pada penerima

    transplantasi sumsum tulang belakang, 77% pada penderita leukemia dan 93 %

    pada penderita AIDS. 9

    Apabila dijumpai keterlibatan cutaneous akibat sistemik aspergillosis

    maka prognosisnya buruk.8

    KESIMPULAN

    1. Aspergillosis merupakan infeksi yang disebabkan spesies Aspergillus

    yang sering dijumpai di tanah, air dan tumbuh-tumbuhan yang mengalami

    pembusukan.

    2. Aspergillus fumigatus merupakan penyebab infeksi pada manusia yang

    terbanyak dimana > 90% menyebabkan invasif dan non-invasif

    aspergillosis.

    3. Infeksi Aspergillus pada umumnya didapat dengan cara inhalasi conidia

    ke paru-paru walaupun cara yang lain dapat juga dijumpai seperti terpapar

    secara lokal akibat luka operasi, kateter intravenous dan armboard yang

    terkontaminasi.

    4. Manifestasi klinis aspergillosis dapat berupa respon allergik, kolonisasi

    Aspergillus spesies, invasif aspergillosis dan disseminated aspergillosis.

    5. Cutaneous aspergillosis dapat berupa primary cutaneous aspergillosis

    dan secondary cutaneous aspergillosis.

    Ramona Dumasari Lubis : Aspergilosis, 2008USU e-Repository 2009

    15

  • 7/29/2019 Aspergilosis s

    16/17

    6. Pengobatan aspergillosis dapat menggunakan antijamur amfoterisin B

    deoxycholate, amfoterisin B dengan formula dasar lemak, itrakonazol,

    vorikonazol dan caspofungin.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Batra V. Aspergillosis. August 18,2004. Availabel at http://

    www.emedicine.com.

    2. Patterson TF. Aspergillosis. In: Dismuskes WE, Pappas PG, Sobel JD

    editor. Clinical Mycology. Oxford University Press, INC, 2003 :221-35.3. Kwon-Chung KJ, Bennet JE. Aspergillosis. Lea & Febiger,

    Philadelphia, 1992 : 201-41.

    4. Mycology OnlineAspergillosis. Availabel at http://

    www.mycology.adelaideedu.au.

    5. Doctor fungus.Aspergillosis. Availabel at http://www.doctorfungus.org

    6. Fitzpatricks. Aspergillosis. In : Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K editor.

    Dermatology In General Medicine. Sixth edition, volume 1, McGraw-

    Hill, 2003 : 1154.

    7. Richardson MD, Warnock DW. Aspergillosis. In : Fungal Infection

    Diagnosis and Management. Second edition, Blacwell Publishing,1997

    :156-83.

    8. Chiu A. Aspergillosis .June 2, 2005 Availabel at

    http://www.emedicine.com

    9. Bodey GP. Fungal Infection in Immunocompromised patients.

    Aspergillosis and Cryptococosis. The infectious Disease, 1999 ;1(2):

    87-92.

    10. Woodruff CA, Hebert Adelaide A. Neonatal Primary Cutaneous

    Aspergillosis : Case Report and Rewiew of the literature. Pediatric

    Dermatology. Vol 19, No 5, 2002 : 439-444.

    Ramona Dumasari Lubis : Aspergilosis, 2008USU e-Repository 2009

    16

  • 7/29/2019 Aspergilosis s

    17/17

    Ramona Dumasari Lubis : Aspergilosis, 2008USU e-Repository 2009

    17

    11. Burik JAH, Colven R. Cutaneous Aspergillosis. Journal of Clinical

    Microbiology, November 1998, Vol 36, No 11 : 3115-121.

    12. Ricci RM, Evans JS, Meffert JJ. Primary cutaneous Aspergillus ustus

    infection : Second reported case. Journal of the American Academy

    Dermatology , May 1998, part 2, Volume 38, Number 5.

    13. Herbrecht R, Denning DW, Patterson TF et all. Voriconazole Versus

    Amphotericin B for Primary Therapy of Invasive Aspergillosis. N Engl J

    Med, Volume 347, Number 6, August 8, 2002.

    14. Dillon DMB, Schrand LM. Therapeutic Options in the Treatment of

    invasive Aspergillosis. P&T, May 2002, Volume 27, Number 5.