aspek etis perawat dgn ti mesehatan lain

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan, yang diberikan kepada pasien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar asuhan keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Hartianah.Z, 1997), dalam menjalankan asuhan keperawatan, Perawat selalu mengadakan hubungan dengan pasien (Robert Priharjo,1995). Disisi lain peningkatan hubungan antara perawat dengan pasien dapat dilakukan melalui penerapan proses keperawatan (Nursalam, 2001). Dasar hubungan perawat, dokter, dan pasien merupakan mutual humanity dan pada hakekatnya hubungan yang saling ketergantungan dalam mewujudkan harapan pasien terhadap keputusan tindakan asuhan keperawatan . Untuk memulai memahami hubungan secara manusiawi pada pasien, perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan harus memahami bahwa penyebab bertambahnya kebutuhan manusiawi secara universal menimbulkan kebutuhan baru, dan membuat seseorang (pasien) yang rentan untuk menyalahgunakan. Dengan demikian bagaimanapun hakekat hubungan tersebut adalah bersifat dinamis, dimana pada waktu tertentu hubungan tersebut dapat memperlihatkan karakteristik dari salah satu atau semua pada jenis hubungan, dan perawat harus mengetahui bahwa pasien 1

Upload: raka

Post on 30-Nov-2015

161 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangAsuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan, yang diberikan kepada pasien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar asuhan keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Hartianah.Z, 1997), dalam menjalankan asuhan keperawatan, Perawat selalu mengadakan hubungan dengan pasien (Robert Priharjo,1995). Disisi lain peningkatan hubungan antara perawat dengan pasien dapat dilakukan melalui penerapan proses keperawatan (Nursalam, 2001).Dasar hubungan perawat, dokter, dan pasien merupakan mutual humanity dan pada hakekatnya hubungan yang saling ketergantungan dalam mewujudkan harapan pasien terhadap keputusan tindakan asuhan keperawatan .Untuk memulai memahami hubungan secara manusiawi pada pasien, perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan harus memahami bahwa penyebab bertambahnya kebutuhan manusiawi secara universal menimbulkan kebutuhan baru, dan membuat seseorang (pasien) yang rentan untuk menyalahgunakan.Dengan demikian bagaimanapun hakekat hubungan tersebut adalah bersifat dinamis, dimana pada waktu tertentu hubungan tersebut dapat memperlihatkan karakteristik dari salah satu atau semua pada jenis hubungan, dan perawat harus mengetahui bahwa pasien yang berbeda akan memperlihatkan reaksi- reaksi yang berbeda terhadap ancaman suatu penyakit yang telah dialami, dan dapat mengancam humanitas pasien.Oleh sebab itu sebagai perawat professional, harus dapat mengidentifikasi komponen- konponen yang berpengaruh terhadap seseorang dalam membuat keputusan etik. Faktor- faktor tersebut adalah : faktor agama, sosial, pendidikan, ekonomi, pekerjaan/ posisi pasien termasuk perawat, dokter dan hak-hak pasien, yang dapat mengakibatkan pasien perlu mendapat bantuan perawat dan dokter dalan ruang lingkup pelayanan kesehatan. Disamping harus menentukan bagaimana keadaan tersebut dapat mengganggu humanitas pasien sehubungan dengan integritas pasien sebagai manusia yang holistic.

1.2 Rumusan Masalah1. Jelaskan etika hubungan tim keperawatan?2. Bagaimana tanggung jawab profesi keperawatan?3. Bagaimana aspek legal keperawatan ?4. Jelaskan hubungan perawat - pasien dokter ?5. Bagaimanahubungan kerjaperawat dengan profesi lainyang saling berhubungan ?6. Bagaimana hubungan hukum antara perawat dan dokter ?

1.3 Tujuan1. Menjelaskan etika hubungan tim keperawatan. 2. Menjelaskan tanggung jawab profesi keperawatan. 3. Menjelaskan aspek legal keperawatan. 4. Menjelaskan hubungan perawat pasien dokter. 5. Menjelaskan antara perawat dan profesi lain.6. Menjelaskan hubungan hukum antara perawat dan dokter.

BAB IIPEMBAHASANDalam memberikan tindakan asuhan keperawatan kepada pasien berdasarkan rencana yang telah ditetapkan, perawat secara kolaboratif terlibat pula dalam program tim kesehatan lain. Perawat dituntut mampu berkomunikasi dan mengambil keputusan etis dengan sesama profesi, pasien, dan tim kesehatan lain khususnya dokter.2.1 Etika hubungan tim keperawatanDari semua individu yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Komposisi anggota tim keperawatan bervariasi, tergantung pada tenaga keperawatan yang ada, sensus pasien, jenis unit keperawatan, dan program pendidikan keperawatan yang berafiliasi/kerjasama Faktor-faktor tim keperawatan yang diarahkan terhadap kualitasasuhan keperawatan . Dalam kerjasama dengan sesama tim, semua perawat harus berprinsip dan ingat bahwa fokus dan semua upaya yang dilakukan adalah mengutamakan kepentingan pasien serta kualitas asuhan keperawatan dan semua perawat harus mampu mengadakan komunikasi secara efektif. Latar belakang pendidikan, jenis pekerjaan maupun kemampuan bervariasi, maka dalam pemberian tugas asuhan keperawatan, perawatan dibagi dalam berbagai kategori, misalnya perawat pelaksana, kepala bangsal, kepala unit perawat, kepala seksi perawatan (supervisor), dan kepala bidang keperawatan (direktor president of nursing). Dalam memberikan asuhan keperawatan, setiap anggota harus mampu mengkomunikasikan dengan perawat anggota lain, dimana permasalahan etis dapat didiskusikan dengan sesama perawat atau atasannya.

2.2 Tanggung Jawab Profesi KeperawatanSalah satu cirri perawat professional adalah melaksanakan tanggung jawab dan tanggung gugat, sesuai dengan kode etik serta berdasarkan standar praktik keperawatan yang telah disepakati. Penjabaran dari tanggung jawab tersebut adalah:

a. Tanggung jawab terhadap pasien / klien.Tanggung jawab perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan terhadap klien, meliputi: Pengkajian Diagnosa keperawatan Intervensi Implemenasi Evaluasib. Tanggung jawab terhadap praktek1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui belajar terus menerus 2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan penegetahuan serta keterampilannya c. Tanggung Jawab Terhadap Teman Sejawat1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat serta tenaga kesehatan lain.2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yg tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.d. Tanggung Jawab Terhadap Profesi1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya.2. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi : Penelitian 3. Berpartisipasi aktif dalam membangun dan memelihara kondisi kerja yg kondusif untuk terwujudnya askep yg berkualitas.4. Mengadakan kerjasama antara anggota tim kesehatan dalam melaksanakan tugasnya.5. Matang dalam mempertimbangkan kemampuan sejawat jika menerima atau mengalih tugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya dengan keperawatan. 6. Menjunjung tinggi nama baik profesi dengan menunjukkan perilaku dan kepribadian yang tinggi.7. Membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.

2.3 Aspek Legal Keperawatana. Pengertian legalLegal adalah sesuatu yang dianggap sah oleh hukum dan undang-undang (Kamus Besar Bahasa Indonesia).b. Perawat perlu tahu tentang hukum yang mengatur praktiknya untuk: Memberikan kepastian bahwa keputusan dan tindakan perawat yang dilakukan konsisten dengan prinsip-prinsip hukum. Melindungi perawat dari li.c. Perjanjian atau kontrak dalam perwalianKontrak mengandung arti ikatan persetujuan atau perjanjian resmi antara dua atau lebih partai untuk mengerjakan atau tidak sesuatu.Dalam konteks hukum, kontrak sering disebut dengan perikatan atau perjanjian.Perikatan artinya mengikat orang yang satu dengan orang yang lainnya.Perikatan dapat dikatakan sah bila memenuhi syarat sebagai berikut: Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang berbuat perjanjian (consencius) Ada kecakapan terhadap pihak-pihak untuk membuat perjanjian ( capacity) Ada sesuatu hal tertentu ( a certain subject matter ) dan ada sesuatu sebab yang halal ( Legal Caused ) ( Muhammda 1990). Kontrak perawat pasien dilakukan sebelum melakukan askep. Kontrak juga dilakukan sebelum menerima dan diterima di tempat kerja. Kontrask P-PS digunakan untuk melindungi hak-hak kedua belah pihak yang bekerja sama. Kontrak juga untuk menggugat pihak yang melanggar kontrak yang disepakati.d. Batas Tanggung Jawab dalam Keperawatan Menjalankan pesanan dokter Menurut Beeker ( Dalam Kozier, Erb 1990 ) empat hal yang hatus ditanyakan perawat untuk melindungi mereka secara hukum: Tanyakan pesanan yang ditanyakan pasien Tanyakan setiap pesanan setiap kondisi pasien berubah Tanyakan dan cacat pesan verbal untuk mencegah kesalahan komunikasi. Tanyakan pesanan (Standing Order), terutama bila perawat tidak berpengalaman Melaksanakan intervensi keperawatan mandiri atau yang di delegasi. Dalam melaksanakan intervensi keperawatan, perawat memperhatikan beberapa prekausi : Ketahui pebagian tugas Ikuti kebijakan dan prosedur yang ditetapkan ditempat kerja Selalu identifikasi pasien , terutama sebelum melaksanakan intervensiutama Pastikan bahwaobaap proseduttyang benar diberikan dengan dosis, rute, waktu dan psien yang benar Lakukan setiap prosedur secara tepat Catat semua pengkajian danperawatan yang diberikan dengan cepat dan akurat Catat semua kecelakaan yang mengenai pasien Jalin dan pertahankan hubungan saling percaya yang baik ( rapport) dengan pasien Pertahankan kompetensi praktik keperawatan Mengetahui kekuatan dan kelemahan perawat Sewaktu mendelegasikan tanggung jawab keperwtan , pastikan bahwa orang yang diberikan delegasi tugas mengetahui apa yang harus dikerjakan dan orang tersebut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Selalu waspada saat melakukan intervensi keperawatan dan perhatikan secara penuh setiap tugas yang dilaksanakane. Berbagai aspek legal dalam keperawatanFungsi hukum dalam praktik keperawatan1. Hukum memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan hukum2. Membedakan tanggungjawab peraaat dengan tanggung jawab profesi yang lain.3. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.4. Membantu dalam mempertahankan standar praktik keperawatan dengan meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum ( Kozier, Erb)f. Perlindungan legal unuk perawatUntuk menjalankan praktiknya secara hukum perawat harus dilindungi dari tuntutan malpraktik dan kelalaian pada keadaan darurat contoh : di Indonesi UU Ksesehatan No.23 Tahun 1992

2.4 Hubungan Perawat Pasien DokterPerawat, pasien, dan dokter adalah tiga unsur manusia yang saling berhubungan selama mereka terkait dalam hubungan timbal balik pelayanan kesehatan. Hubungan perawat dengan dokter telah terjalin seiring perkembangan kedua kedua profesi ini, tidak terlepas dari sejarah, sifat ilmu/ pendidikan, latar belakangpersonal dan lain- lain.Kedokteran dan keperawatan, walaupun kedua disiplin ilmu ini sama- sama berfokus pada manusia, mempunyai beberapa perbedaan. Kedokteran lebih bersifat paternalistik, yang mencerminkan figur seorang bapak, pemimpin dan pembuat keputusan (judgment). Sedangkan keperawatan lebih bersifat mothernalistik, yang mencerminkan figure seorang ibu (mother instink) dalam memberikan asuhan keperawatan, kasih sayang, dan bantuan (helping relationship).Berbagai model hubungan antara perawat, dokter dan pasien telah dikembangkan, berikut ini model hubungan perawat, dokter, dan pasien yang dikembangkan oleh: Szasz dan Hollander mengembangkan tiga model hubungan dokter, perawat, dimana model ini terjadi pada semua hubungan antar manusia, termasuk hubungan antar perawat dan dokter. Model mereka kembangkan meliputi :A. Model aktivitas- pasivitasSuatu model dimana perawat dan dokter berperan aktif dan pasien berperan pasif. Model ini tepat untuk bayi, pasien koma, pasien dibius, dan pasien dalam keadaan darurat. Dokter berada pada posisi mengatur semuanya, merasa mempunyai kekuasaan, dan identitas pasien kurang diperhatikan. Model ini bersifat otoriter dan paternalistic.B. Model hubungan membantuMerupakan dasar untuk sebagian besar dari praktik keperawatan atau praktik kedokteran. Model ini terdiri dari pasien yang mempunyai gejala mencari bantuan dan perawat atau dokter yang mempunyai pengetahuan terkait dengan kebutuhan pasien. Perawat dan dokter memberi bantuan dalam bentuk perlakuan/ perawatan atau pengobatan. Timbal baliknya pasien diharapkan bekerja sama dengan mentaati anjuran perawat atau dokter. Dalam model ini, perawat dan dokter mengetahui apa yang terbaik bagi pasien, memegang apa yang diminati pasien dan bebas dari prioritas yang lain. Model ini bersifat paternalistik walau sedikit lebih rendah.C. Model partisipasi mutualModel ini berdasarkan pada anggapan bahwa hak yang sama atau kesejahteraan antara umat manusia merupakan nilai yang tinggi, model ini mencerminkan asumsi dasar dari proses demokrasi. Interaksi, menurut model ini, menyebutkan kekuasaan yang sama, saling membutuhkan, dan aktivitas yang dilakukan akan memberikan kepuasan kedua pihak. Model ini mempunyai ciri bahwa setiap pasien mempunyai kemampuan untuk menolong dirinya sendiri yang merupakan aspek penting pada layanan kesehatan saat ini. Peran dokter dalama model ini adalah membantu pasien menolong dirinya sendiri.Dari perspektif keperawatan, model partisipasi mutual ini penting untuk mengenal dari pasien dan kemampuan diri pasien. Model ini menjelaskan bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. Keperawatan bersifat menghargai martabat individu yang unik, berbeda satu sama lain dan membantu kemampuan dalam menentukan dan mengatur diri sendiri ( Bandman and Bandman,1999. dikutip dari American Nurses Assocication, Nursing: Asocial Policy. Kansas City. MO: 1980. hal:6 ).

2.5 Hubungan Kerja Perawat Dengan Profesi Lain yang Saling BerhubunganDalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa berkolaborasi dengan profesi lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah dokter, ahli gizi, tenaga labolatorium, tenaga roentgen dan sebagainya. Setiap tenaga profesi tersebut memiliki tanggung jawab terhadap kesehatan pasien , hanya pendekatannya saja yang berbeda disesuaikan dengan profesinya masing-masing.Dalam menjalankan tugasnya , setiapprofesi dituntut untuk mempertahankan kode etik profesi masing-masing. Kelancaran tugas masing-masing profesi tergantung dari ketaatannya dalam menjalankan dan mempertahankan kode etik profesinya.Bila setiap profesi telah dapat saling menghargai , maka hubungan kerjasama akan dapat terjalin dengan baik, walaupun pada pelaksanaannya sering juga terjadi onflik-konflik etis.

2.6 Hubungan Hukum Dokter dan PerawatMenurut Ridwan H.R ( 2006), dalam suatu Negara hukum setiap tindakan. Hukum pemerintah haruberdasarkan asas legalitas atau berdasae ketentuan perundang-undangan yang berlaku.Ketentuan undang-undang ini melahirkan kewenangan tertentu bagi pemerintah untuk melakukan tindakan hukum.Pemerintah memiliki kedudukan khusus sebagai satu-satunya pihak yang diserahi kewajiban untuk mengatur dan menyelenggarakan kepentingan umum dalam rangka ini pemerintah diberikan wewenang untuk membuat peraturan perundang-undangan, menggunakan paksaan pemerintahan ataupun menerapkan sanksi-sanski hukum.Oleh karena kedudukan yang demikian ini hubungan hukum ini bersifat ordinatif.Dalam kaitan hubungan antara dokter dengan perawat, legalisasi kewenangan yang dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) Permenkes 1419/Menkes/Per/X/2005 tentang penyelenngaraan praktik dokter dan dokter gigi dapat ditafsirkan bahwa harus ada pemberi delegasi ( dokter ) dan penerima delegasi ( perawat ) serta ada format tertulis berisi tentang hal yang didelegasikan tersebut.Permasalahannya adalah dalam hal pelimpahan wewenang melalui delegasi ini, seharusnyapemberi wewenang telah lepas dari tanggung jawab hukum atau dari tuntutan pihak ketiga jika dalam penggunaan wewenang itu menimbulkan kerugian pada pihak lain, sehingga tanggung jawab dan tanggung gugat sepenuhnya diemban oleh perawat sebagai penerima delegasi. Dokter sebagai pemberi delegasi wajib member pemberi penjelasan, artinya delegatoris ( perawat ) berwenang untuk meminta penjelasan tentang pelaksaan wewenang tersebut.Dengan demikian sebenarnya Pasal 73 ayat (3) Undang-umdang no.29/2004 tentang praktik kedokteran memberikan peluang bagi perawat untuk melakukan tindakan medic jika memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.Permenkes nomor 1419/Menkes/Per/X/2005 tentang penyelenggaraan praktik dokter dan dokter gigi dapat member kewenangan kepada perawat atau tenaga kesehatan tertentu secara tertulis dalam melaksanakan tindakan kedokteranatau kedokterangigi.Sedangkan pasal 14 ayat (2) dijelaskan bahwa tindakan kedokteran yang dimaksud ayat 1 sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan prundang-undangan.Akan tetapi petunjuk teknis maupun contoh format sebagai delegasi yang dimaksud pasal 14 ayat (1) belum ada, sehingga dokter tidak berani berinisiatif membuat desain format delegasi tertulis, mengingat petunjuk tenisnya belum ada.Berdasar salah satu tesis penulis , diperoleh gambaran tentang situasi ini yang menyebabkan posisi perawat dilematis. Disuatu sisi perbuatan yang selama ini dilakukan perawat dianggap melanggar hukum, tetapi disisi lain pelayanan kesehatan terhadap masyarakattidak dapat dihentikan. Hal ini berakibat ada kecenderungan menurunkan motivasi kerja perawat ( 56% responden menyatakan mengalami penurunan motivasi).

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanDalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa berkolaborasi dengan profesi lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah dokter, ahli gizi, tenaga labolatorium, tenaga roentgen dan sebagainya. Setiap tenaga profesi tersebut memiliki tanggung jawab terhadap kesehatan pasien , hanya pendekatannya saja yang berbeda disesuaikan dengan profesinya masing-masing.Pasal 73 ayat (3) Undang-umdang no.29/2004 tentang praktik kedokteran memberikan peluang bagi perawat untuk melakukan tindakan medic jika memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.Permenkes nomor 1419/Menkes/Per/X/2005 tentang penyelenggaraan praktik dokter dan dokter gigi dapat member kewenangan kepada perawat atau tenaga kesehatan tertentu secara tertulis dalam melaksanakan tindakan kedokteranatau kedokterangigi.Sedangkan pasal 14 ayat (2) dijelaskan bahwa tindakan kedokteran yang dimaksud ayat 1 sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan prundang-undangan.Akan tetapi petunjuk teknis maupun contoh format sebagai delegasi yang dimaksud pasal 14 ayat (1) belum ada, sehingga dokter tidak berani berinisiatif membuat desain format delegasi tertulis, mengingat petunjuk tenisnya belum ada.Berdasar salah satu tesis penulis , diperoleh gambaran tentang situasi ini yang menyebabkan posisi perawat dilematis. Disuatu sisi perbuatan yang selama ini dilakukan perawat dianggap melanggar hukum, tetapi disisi lain pelayanan kesehatan terhadap masyarakattidak dapat dihentikan. Hal ini berakibat ada kecenderungan menurunkan motivasi kerja perawat ( 56% responden menyatakan mengalami penurunan motivasi).

DAFTAR PUSTAKA

Bandman and Bandman (1990). Nursing: Asicial Policy.Kutipan ANA. Kansas City.MO.:1980.Hal.6.Gaffar Jumadi Laode (1997). Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.Nursalam (2000). Proses dokumentasi keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.Priharjo Robert (1995). Pengantar Etika Keperawatan. Cetakan: 6. Yogyakarta: Kanisius.Z.Hartianah (1997). Peranan Perawat.Makalah Seminar di Samarinda tidak dipublikasikan .Tanggal 30 Nopember 1997.http://makalahtugasku.blogspot.com/2012/10/makalah-hubungan-antara-perawat-pasien.html

DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... iDaftar Isi.................................................................................................................... iiBAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 11.1. Latar Belakang..................................................................................................... 11.2. Rumusan Masalah............................................................................................... 11.3. Tujuan.................................................................................................................. 2BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 32.1 Etika hubungan tim keperawatan......................................................................... 32.2 Tanggung Jawab Profesi Keperawatan................................................................ 32.3 Aspek Legal Keperawatan................................................................................... 52.4 Hubungan Perawat Pasien Dokter................................................................. 72.5 Hubungan Kerja Perawat Dengan Profesi Lain yang Saling Berhubungan......... 92.6 Hubungan Hukum Dokter dan Perawat............................................................... 9

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 123.1. Kesimpulan......................................................................................................... 123.2 Daftar Pustaka.................................................................................................... 13

14