askep tuberkulosis paru

16
LAPORAN PENDAHULUAN TUBERKULOSIS PARU (TB PARU) A. Pengertian Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tettapi hanya strain bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah. B. Etiologi Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu mycobacterium tuberkulosis dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 0,3 – 0,6 um, termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau basil tahan asam. C. Patofisiologi Penularan terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi droflet nuklei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1 – 2 jam, tergantung ada atau tidaknya sinar

Upload: intan-firmallah

Post on 02-Jul-2015

483 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERKULOSIS PARU (TB PARU)

A. Pengertian

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium Tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan

organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tettapi

hanya strain bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel

ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah

merah.

B. Etiologi

Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu mycobacterium

tuberkulosis dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 0,3 – 0,6 um, termasuk

golongan bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau basil tahan asam.

C. Patofisiologi

Penularan terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi

droflet nuklei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas

selama 1 – 2 jam, tergantung ada atau tidaknya sinar ultra violet. dan ventilasi

yang baik dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman dapat

bertahan sampai berhari – hari bahkan berbulan, bila partikel infeksi ini terhisap

oleh orang yang sehat akan menempel pada alveoli kemudian partikel ini akan

berkembang bisa sampai puncak apeks paru sebelah kanan atau kiri dan dapat

pula keduanya dengan melewati pembuluh linfe, basil berpindah kebagian paru –

paru yang lain atau jaringan tubuh yang lain.

Setelah itu infeksi akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama

terangsang adalah limfokinase, yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk

merangsang macrofage, berkurang tidaknya jumlah kuman tergantung pada

jumlah macrofage. Karena fungsinya adalah membunuh kuman / basil apabila

proses ini berhasil & macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya

tahan tubuhnya akan meningkat. Tetapi apabila kekebalan tubuhnya menurun

maka kuman tadi akan bersarang didalam jaringan paru-paru dengan membentuk

tuberkel (biji – biji kecil sebesar kepala jarum). Tuberkel lama kelamaan akan

bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama timbul perkejuan

ditempat tersebut.apabila jaringan yang nekrosis dikeluarkan saat penderita batuk

yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah

(hemaptoe).

D. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala pada klien secara obyektif adalah :

1. Keadaan postur tubuh klien yang tampak terangkat kedua bahunya.

2. BB klien biasanya menurun; agak kurus.

3. Demam, dengan suhu tubuh bisa mencapai 40 – 41° C.

4. Batuk lama, > 1 bulan atau adanya batuk kronis.

5. Batuk yang kadang disertai secret sampai hemaptoe.

6. Sesak nafas.

7. Nyeri dada.

8. Malaise, (anorexia, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri otot,

berkeringat pada malam hari).

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit.

2. Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan

cairan darah) positif untuk basil asam cepat.

3. Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area durasi

10 mm) terjadi 48–72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen menunjukan

infeksi masa lalu dan adanya anti body tetapi tidak secara berarti menunjukan

penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti

bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh

mycobacterium yang berbeda.

4. Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.

5. Foto thorax ; dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas,

simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan

menunjukan lebih luas TB dapat masuk rongga area fibrosa.

6. Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urien dan

cairan serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium tubrerkulosis.

7. Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB ; adanya sel

raksasa menunjukan nekrosis.

8. Elektrosit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi ;

ex ;Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru luas.

GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada

paru.

9. Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital, peningkatan

ruang mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan

penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim / fibrosis,

kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis luas).

F. Penatalaksanaan

Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :

1. Jangka pendek.

Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 – 3

bulan.

o Streptomisin inj 750 mg.

o Pas 10 mg.

o Ethambutol 1000 mg.

o Isoniazid 400 mg.

Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara pengobatannya

adalah setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan, tetapi setelah

perkembangan pengobatan ditemukan terapi.

Therapi TB paru dapat dilakkukan dengan minum obat saja, obat yang

diberikan dengan jenis :

o INH.

o Rifampicin.

o Ethambutol.

Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan

menjadi 6-9 bulan.

2. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan

dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat :

o Rifampicin.

o Isoniazid (INH).

o Ethambutol.

o Pyridoxin (B6).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUBERKULOSIS

PARU (TB PARU)

A. Pengkajian

1. Aktivitas / istirahat.

Gejala :

o Kelelahan umum dan kelemahan.

o Nafas pendek karena bekerja.

o Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari,

menggigil dan atau berkeringat.

o Mimpi buruk.

Tanda :

o Takhikardi, tachipnoe, / dispnoe pada kerja.

o Kelelahan otot, nyeri dan sesak (pada tahap lanjut).

2. Integritas Ego.

Gejala :

o Adanya faktor stres lama.

o Masalah keuanagan, rumah.

o Perasaan tak berdaya / tak ada harapan.

o Populasi budaya.

Tanda :

o Menyangkal. (khususnya selama tahap dini).

o Ancietas, ketakutan, mudah tersinggung.

3. Makanan / cairan.

Gejala :

o Anorexia.

o Tidak dapat mencerna makanan.

o Penurunan BB.

Tanda :

o Turgor kulit buruk.

o Kehilangan lemak subkutan pada otot.

4. Nyeri / kenyamanan.

Gejala :

o Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Tanda :

o Berhati-hati pada area yang sakit.

o Perilaku distraksi, gelisah.

5. Pernafasan.

Gejala :

o Batuk produktif atau tidak produktif.

o Nafas pendek.

o Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinjeksi.

Tanda :

o Peningkatan frekuensi nafas.

o Pengembangan pernafasan tak simetris.

o Perkusi dan penurunan fremitus vokal, bunyi nafas menurun tak

secara bilateral atau unilateral (effusi pleura / pneomothorax) bunyi

nafas tubuler dan / atau bisikan pektoral diatas lesi luas, krekels

tercatat diatas apeks paru selam inspirasi cepat setelah batuk

pendek (krekels – posttusic).

o Karakteristik sputum ; hijau purulen, mukoid kuning atau

bercampur darah.

o Deviasi trakeal ( penyebaran bronkogenik ).

o Tak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental

( tahap lanjut ).

6. Keamanan.

Gejala :

o Adanya kondisi penekanaN imun, contoh ; AIDS, kanker, tes HIV

positif (+)

Tanda :

o Demam rendah atau sakit panas akut.

7. Interaksi sosial.

Gejala :

o Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular.

o Perubahan pola biasa dalam tangguang jaawab / perubahan

kapasitas fisik untuk melaksankan peran.

8. Penyuluhan / pembelajaran.

Gejala :

o Riwayat keluarga TB.

o Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk.

o Gagal untuk membaik / kambuhnya TB.

o Tidak berpartisipasi dalam therapy.

B. Diagnosa keperawatan Yang Muncul

1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang

kental/darah.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia

3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran

alveolar-kapiler.

C. Intervensi

Diagnosa Keperawatan 1. : Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan

sekresi yang kental/darah.

Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif.

Kriteria hasil :

Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan pertukaran

udara.

Mendemontrasikan batuk efektif.

Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.

Intervensi :

Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat

penumpukan sekret di sal. pernapasan.

R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan

kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.

R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif,

menyebabkan frustasi.

Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.

R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.

Lakukan pernapasan diafragma.

R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan

ventilasi alveolar.

Tahan napas selama 3 – 5 detik kemudian secara perlahan-lahan,

keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. Lakukan napas ke dua , tahan

dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.

R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran

sekresi sekret.

Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.

R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.

Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :

mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan

1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.

R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan

mukus, yang mengarah pada atelektasis.

Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.

R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan

mencegah bau mulut.

Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter : pemberian

expectoran, pemberian antibiotika, konsul photo toraks.

R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi

perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

Diagnosa Keperawatan 2 : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

Tujuan : mual berkurang sampai hilang dan nafsu makan kembali normal

Kriteria hasil :

Klien mau makan

Mual berkurang sampai hilang

Terjadi peningkatan BB

Intervensi :

Pastikan klien mendapatkan makanan yang sesuai dan disukai klien

R/ makanan yang disukai menambah nafsu makan klien

Ciptakan lingkungan yang nyaman saat klien makan

R/ lingkungan yang nyaman membantu klien menikmati makanannya

Berikan makanan selagi hangat

R/ makanan yang hangat dapat menambah nafsu makan klien

Tempatkan klien pada posisi yang sesuai dengan kondisi fisiknya

R/ memberikan posisi yang nyaman saat klien makan

Libatkan keluarga

R/ keluarga dapat membantu klien.

Diagnosis Keperawatan 3 : Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan

kerusakan membran alveolar-kapiler.

Tujuan : Pertukaran gas efektif.

Kriteria hasil :

Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.

Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.

Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.

Intervensi :

Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat

tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak

mungkin.

R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan

ventilasi pada sisi yang tidak sakit.

Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau

perubahan tanda-tanda vital.

R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi

sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya

syock sehubungan dengan hipoksia.

Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin

keamanan.

R/Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan

mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau

kolaps paru-paru.\

R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan

klien terhadap rencana teraupetik.

Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dengan

menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.

R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat

dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.

Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter : pemberian

antibiotika, pemeriksaan sputum dan kultur sputum, konsul photo toraks.

R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

DAFTAR PUSTAKA

Judith, M. Wilkinson.2007.Buku Saku Diagnosa keperawatan edisi 7.Jakarta :

ECG.

Pearce. C. Evelyn. 1990.Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis. Jakarta.