askep tbc pada anak

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siapa yang tidak kenal dengan tuberkulosis (TB). Penyakit ini kian populer dalam beberapa waktu dengan slogan baru yang disandangnya, “TB: Bukan Batuk Biasa”. Beberapa orang awam mungkin lebih mengenalnya dengan sebutan penyakit flek paru. Tak disangka, TB ternyata adalah penyakit usang yang sudah ditemukan sejak jaman Mesir kuno. Meski usang, tapi penyakit ini masih belum bisa juga dibasmi di muka bumi. Sampai-sampai, TB pun memiliki hari peringatan sedunia yang jatuh setiap tanggal 24 Maret. Dengan adanya hari peringatan itu, tentu diharapkan dunia aware terhadap penyakit ini. TB bukanlah penyakit yang hanya dapat diderita orang dewasa. Anak-anak pun terancam. Anak sangat rentan selama tahun pertama dari tiga tahun kehidupan selama dan segera setelah pubertas. Baru-baru ini, jumlah kasus TB semakin meningkat, banyak yang tercatat, terutama kaum gelandangan, pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah, dan mereka yang terinfeksi kuman HIV. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan terdapat lebih dari 250.000 anak menderita TB dan 100.000 di antaranya meninggal dunia. Disinilah masalah mulai muncul. Insiden yang terus merangkak tidak disertai dengan kemudahan menegakkan diagnosis sedini mungkin. Demikian papar Prof Dr. dr. Cissy B Kartasasmita, SpA(K) dalam The 2007 National Symposium Update on Tuberculosis and Respiratory Disorders, Bandung, 23-25 Maret 2006. Pada orang dewasa, diagnosis pasti ditegakkan apabila menemukan kuman M.

Upload: yudha-absouluet-javanes

Post on 30-Dec-2015

178 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

anak

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Tbc Pada Anak

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Siapa yang tidak kenal dengan tuberkulosis (TB). Penyakit ini kian populer dalam

beberapa waktu dengan slogan baru yang disandangnya, “TB: Bukan Batuk Biasa”.

Beberapa orang awam mungkin lebih mengenalnya dengan sebutan penyakit flek

paru. Tak disangka, TB ternyata adalah penyakit usang yang sudah ditemukan sejak

jaman Mesir kuno. Meski usang, tapi penyakit ini masih belum bisa juga dibasmi di muka

bumi. Sampai-sampai, TB pun memiliki hari peringatan sedunia yang jatuh setiap

tanggal 24 Maret. Dengan adanya hari peringatan itu, tentu diharapkan dunia aware

terhadap penyakit ini.

TB bukanlah penyakit yang hanya dapat diderita orang dewasa. Anak-anak pun

terancam. Anak sangat rentan selama tahun pertama dari tiga tahun kehidupan selama

dan segera setelah pubertas. Baru-baru ini, jumlah kasus TB semakin meningkat,

banyak yang tercatat, terutama kaum gelandangan, pada kelompok masyarakat

berpendapatan rendah, dan mereka yang terinfeksi kuman HIV. Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO) melaporkan terdapat lebih dari 250.000 anak menderita TB dan 100.000

di antaranya meninggal dunia. Disinilah masalah mulai muncul. Insiden yang terus

merangkak tidak disertai dengan kemudahan menegakkan diagnosis sedini mungkin.

Demikian papar Prof Dr. dr. Cissy B Kartasasmita, SpA(K) dalam The 2007 National

Symposium Update on Tuberculosis and Respiratory Disorders, Bandung, 23-25 Maret

2006. Pada orang dewasa, diagnosis pasti ditegakkan apabila menemukan kuman M.

tuberculosis dalam sputum/dahak. Akan tetapi, anak-anak sangat sulit bila diminta untuk

mengeluarkan dahak. Bila pun ada, jumlah dahak yang dikeluarkan tidak cukup. Jumlah

dahak yang cukup untuk dilakukan pemeriksaan basil tahan asam adalah sebesar 3-5

ml, dengan konsistensi kental dan purulen.

Page 2: Askep Tbc Pada Anak

Masalah kedua adalah jumlah kuman M. tuberculosis dalam sekret bronkus anak

lebih sedikit daripada orang dewasa. Hal itu dikarenakan lokasi primer TB pada anak

terletak di kelenjar limfe hilus dan parenkim paru bagian perifer. BTA positif baru dapat

dilihat bila minimal jumlah kuman 5000/ml dahak. Selain itu, gejala klinis TB pada anak

tidak khas. Hal-hal tersebutlah yang sering membuat kita misdiagnosis atau

overdiagnosis. Gejala TB pada anak sangat bervariasi dan tidak saja melibatkan organ

pernafasan melainkan banyak organ tubuh lain seperti kulit (skrofuloderma), tulang,

otak, mata, usus, dan organ lain. Jangan sampai salah diagnosis atau overdiagnosis!

Untuk itu dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana cara mengetahui

anak yang terinfeksi TB dan bagaimana Asuhan Keperawatannya?

B.     Tujuan

1.      Tujuan umum

Untuk mendapatkan pengalaman nyata mengenai penerapan asuhan keperawatan pada

anak dengan TB paru

2.      Tujuan khusus

a.       Mampu melakukan pengakajian pada pasien anak TB paru

b.      Mampu membuat diagnosa keperawatan pada pasien anak TB paru

c.       Mampu membuat perencanaan keperawatan pada pasien anak TB paru

d.      Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien anak TB paru

e.       Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien anak TB paru

f.       Mampu membuat dokumentasi yang ditujukan untuk institusi Rumah Sakit

Page 3: Askep Tbc Pada Anak

BAB II

LANDASAN TEORI

A.    Konsep Dasar penyakit

1.      Pengertian

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tubeculosis yaitu suatu bakteri tahan asam, atau Tuberculossis (TB)

adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis sistemik sehingga

dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang

biasanya merupakan lokasi infeksi  primer.

2.      Patofisiologi

Masuknya basil tuberculosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit.

Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis serta

daya tahan tubuh manusia. Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru. Ghon dan

Kudlich (1930) menemukan bahwa 95,93% dari 2.114 kasus, mereka mempunyai fokus

primer di dalam paru. Hal ini disebabkan penularan sebagian besar melalui udara dan

mungkin juga karena jaringan paru mudah kena infeksi tuberkulosis (susceptible).

3.      Gejala Klinis

Gejala klinis TB tergantung faktor pejamu (usia, status imun, kerentanan) dan

faktor agen (jumlah, virulensi). Gejala TB pada anak yang umum terjadi adalah demam

yang tidak tinggi (subfebris), berkisar 38 derajad Celcius, biasanya timbul sore hari, 2-3

kali seminggu dan belangsung 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek. Gejala

lain adalah penurunan nafsu makan, dan gangguan tumbuh kembang. Batuk kronik

yang merupakan gejala tersering pada TB paru dewasa, tidak terlalu mencolok pada

anak. Mengapa? Sebab lesi primer TB paru pada anak umumnya terdapat di daerah

parenkim yang tidak mempunyai reseptor batuk. Kalaupun terjadi, berarti limfadenitis

regional sudah menekan bronkus dimana terdapat reseptor batuk. Batuk kronik pada

anak lebih sering dikarenakan oleh asma. Gejala-gejala yang tersebut di atas

dikategorikan sebagai gejala nonspesifik. Perlu dicatat bahwa gejala nonspesifik dapat

juga ditemukan pada kasus infeksi lain. Maka dari itu, keberadaan infeksi lain perlu

Page 4: Askep Tbc Pada Anak

dipikirkan agar anak tidak overtreated. Selanjutnya, gejala spesifik tergantung dari organ

yang terkena seperti kulit (skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus, dan organ lain.

Atau secara singkat tanda dan gejala umum/nonspesifik tuberkulosis pada anak 

dapat disebutkan sebagai berikut :

a.       Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan

penanganan gizi

b.      Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat (failure to

thrive)

c.       Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria, atau infeksi

saluran napas akut), dapat disertai keringat malam

d.      Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multipel

e.       Batuk lama lebih dari 30 hari

f.       Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare

Gejala spesifik sesuai organ terkena : TB kulit/skrofuloderma; TB tulang dan

sendi (gibbus, pincang); TB otak dan saraf/meningitis dengan gejala iritabel, kuduk kaku,

muntah, dan kesadaran menurun; TB mata (konjungtivitis fliktenularis, tuberkel koroid),

dll. Oleh karena gejala TB pada anak sangat bervariasi dan tidak saja melibatkan organ

pernafasan melainkan banyak organ tubuh lain, maka ada yang menyebut TB sebagai

the great immitator. Perhatikan bila gerak anak kurang aktif jika dibandingkan dengan

anak sebayanya.

Kelenjar limfe. Kelenjar limfe superfisialis sering dijumpai, kelenjar yang sering

terkena adalah kelenjar limfe kolli anterior atau posterior, juga dapat terjadi aksila,

inguinal, submandibula dan supra klavikula. Secara klinis kelenjar yang terkena

biasanya multipel, unilateral, tidak nyeri tekan, tidak panas pada perabaan dan dapat

saling melekat satu sama lain. Perlekatan ini terjadi akibat adanya inflamasi pada kapsul

kelenjar limfe. TBC kulit/skrofuloderma. TBC tulang dan sendi : Gejala umum yang

sering ditemukan adalah adanya nyeri, bengkak disendi yang terkena dan gangguan

atau keterbatasan gerak. Pada bayi dan anak yang sedang tumbuh epifisis tulang

merupakan daerah dengan baskularisasi tinggi yang disukai oleh kuman TBC. Tulang

Page 5: Askep Tbc Pada Anak

punggung (spondilitis) : gibbus, tulang panggul (koksitis) : pincang, pembengkakan di

pinggul, tulang lutut: pincang dan/atau bengkak, tulang kaki dan tangan. TBC otak dan

saraf: Meningitis TBC, Merupakan penyakit yang berat dengan mortalitas dan kecacatan

yang tinggi, terjadi akibat penyebaran langsung kuman TBC ke jaringan selaput saraf

(meningens). Dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan kesadaran

menurun. TBC mata: Conjunctivitis phlyctenularis. Tuberkel koroid (hanya terlihat

dengan funduskopi) dan Lain-lain.

Jika berdasarkan klasifikasinya, manifestasi TB pada anak adalah sebagai

berikut : Ranke membagi tuberkulosis dalam 3 stadium, yaitu : stadium pertama yang

merupakan kompleks primer dengan penyebaran limfogen. Stadium ke dua yaitu Pada

waktu terjadi penyebaran hematogen dan Stadium ketiga yaitu Tuberkulosis paru

menahun (crhonic pulmonary tuberkulosis). Klasifikasi lain dari tuberkulosis adalah:

Tuberkulosis primer yang merupakan infeksi pertama dari tuberculosis, tuberkulosis

subprimer yang merupakan komplikasi tuberkulosis primer serta Tuberkulosis

pascaprimer yang merupakan reinfeksi yang dapat terjadi endogen dan estrogen setelah

infeksi primer sembuh. Ada juga yang membagi tuberkulosis menjadi dua stadium,

yaitu Tuberkolosis primer yang merupakan kompleks primer serta komplikasinya. Dan

Tubekolosis pasca primer. Permulaan tuberkulosis primer biasanya sukar  diketahui

secara klinis karena penyakit secara perlahan-lahan. Kadang-kadang tuberkulosis

ditemukan pada anak tanpa keluhan atau gejala. Dengan melakukan uji tuberkulin

secara rutin, dapat ditemukan penyakit tuberkulosis pada anak. Gejala tuberkulosis

primer juga dapat panas yang naik turun selama 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk

dan pilek.Gambaran klinis tuberkulosis primer lain ialah panas, batuk, anoreksia dan

berat badan yang menurun. Kadang-kadang dijumpai panas yang menyerupai tifus

abdominalis atau malaria yang disertai atau tanpa hepatosplenomegali. Oleh karena itu

bila dijumpai panas seperti tifus abdominalis pada bayi atau anak kecil,harus dipikirkan

juga kemungkinan tuberkulosis sebagai  penyebab panas tersebut. Tuberkulosis dapat

juga menunjukkan gejala seperti brokopneumonia, sehingga pada anak dengan gejala

bronkopneumonia yang tidak menunjukkan perbaikan dengan pengobatan 

Page 6: Askep Tbc Pada Anak

brokopneumonia yang adekuat harus dipikirkan kemungkinan tuberkulosis.

Konjungtivitis fliktenularis dapat juga dijumpai pada anak dengan

tuberkulkosis ,terutama tuberkulosis tonsil, adenoid dan telinga tengah. Flikten pada

mata diduga sebagai gejala  hipersensivitas dan dalam flikten tidak terdapat basil

tuberkulosis. Selama tuberkulosis atau fokus tuberkulosis masih ada, flikten sering tetap

hilang timbul. Flikten sering disertai infeksi  sekunder biasanya oleh  Staphylococus

hemolyticus. Hal lain yang juga dapat menyebabkan timbulnya flikten ialah benda asing,

trakoma dan askariasis. Eritema nodusum sangat jarang dijumpai di Indonesia, tetapi

bila terdapat pada kulit menunjukkan bahwa penyakit masih aktif. Gambaran klinis

lainnya sesuai dengan organ yang terkana misalnya paru, selaput otak, hepar, tulang

dan sendi, ginjal dan lain-lain.

4.      Komplikasi

Komplikasi Yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :

a.       Meningitis

b.      Spondilitis

c.       Pleuritis

d.      Bronkopneumoni

e.       Atelektasis

Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. 

Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiectasis (pelebaran bronkus

setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif)

pada paru. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps

spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak,

tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio

Pulmonary Insufficiency).

5.      Pemeriksaan Diagnostik

Permulaan tuberkulosis sukar diketahui karena gejalanya tidak jelas dan tidak

khas,tetapi kalau terdapat panas yang naik turun dan lama dengan atau tanpa batuk dan

Page 7: Askep Tbc Pada Anak

pilek, anoreksia, penurunan berat badan dan anak lesu, harus dipikirkan kemungkinan

tuberkulosis. Petunjuk lain umtuk diagnosis tuberkulosis ialah adanya kontak dengan

penderita tuberkulosis orang dewasa. Diagnosis tuberkulosis paru berdasarkan

gambaran klinis, uji tuberkulin positif dan kelainan radiologis paru. Basil tuberkulosis

tidak selalu dapat ditemukan pada anak

              6.      Penatalaksanaan

Kemoterapi : Pemberian terapi pada tuberculosis didasarkan pada 3 karakteristik

basil, yaitu basil yang berkembang cepat ditempat yang kaya akan oksigen, basil yang

hidup di tempat yang kurang oksigen berkembang lambat dan dorman hingga beberapa

tahun, dan basil yang mengalami mutasi sehingga resisten terhadap obat. Isonized

(INH) bekerja sebagai bakterisidal terhadap basil yang tumbuh aktif, diberikan selama

12-18 bulan, dosis 10-20 mg/kgBB/hari melalui oral. Selanjutnya kombinasi antara INH

dan pyrazinamid (PZA) diberikan selama 6 bulan. Selama 2 bulan pertama obat

diberikan setiap hari, selanjutnya obat diberikan dua kali dalam 1 minggu. Pada TB berat

dan ekstrapulmonal biasanya pengobatan dimulai dengan kombinasi 4-5 obat selama 2

bulan (ditambah EMB dan streptomisin), dilanjutkan dengan INH dan RIF selama 4-10

bulan sesuai perkembangan klinis. Pada meningitis TB, perikarditis, TB milier, dan efusi

pleura diberikan kortikosteroid yaitu prednison 1-2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu,

diturunkan perlahan (tapering off) sampai 2-6 minggu bersamaan dengan pemberian

obat anti tuberkulosis. Obat tambahan antara lain streptomycin (diberikan intramuscular)

dan ethambutol.

Selain itu juga, kita jangan melupakan terapi pemberian nutrisi yang adekuat,

untuk menjaga daya tahan tubuh klien agar tidak terjadi penyebaran infeksi ke organ

tubuh yang lainnya. Ada juga terapi pembedahan. Terapi ini dilakukan jika kemoterapi

tidak berhasil. Dilakukan dengan mengangkat jaringan paru yang rusak, tindakan

ortopedi untuk memperbaiki kelainan tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip

granulornatosa tuberkulosis untuk jaringan paru yang rusak. Pencegahan adalah

dengan menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberculosis,

mempertahankan status kesehatan dengan intake nutrisi yang adekuat, meminum susu

Page 8: Askep Tbc Pada Anak

yang sudah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum terdapat bakteri

hingga dilakukan kemoterapi, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya

tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberculosis virulen.

Non Medikamenosa. Pendekatan DOTS Hal yang paling penting pada

tatalaksana TBC adalah keteraturan minum obat. Pasien TBC biasanya telah

menunjukkan perbaikan beberapa minggu setelah pengobatan sehingga merasa

sembuh dan tidak melanjutkan pengobatan. Lingkungan sosial dan pengertian yang

kurang mengenai TBC dari pasien serta keluarganya tidak menunjang keteraturan

pasien untuk minum obat. Kepatuhan pasien dikatakan baik jika pasien meminum obat

sesuai dengan dosis yang ditentukan dalam panduan pengobatan. Kepatuhan pasien ini

menjamin keberhasilan pengobatan dan mencegah resistensi. Salah satu upaya untuk

meningkatkan kepatuhan pasien adalah dengan melakukan pengawasan langsung

terhadap pengobatan.

DOTS ( Directly Observed Treatment Shortcourse) adalah strategi yang telah

direkomendasi oleh WHO dalam pelaksanaan program penanggulangan TBC. Strategi

ini dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1995. Penanggulangan dengan strategi DOTS

dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi.

Sesuai dengan rekomendasi WHO, strategi DOTS terdiri atas 5 komponen,

yaitu : Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana.

Diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis, Pengobatan dengan

panduan Obat Anti TBC (OAT) jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh

pengawas menelan obat, Kesinambungan penyedian OAT jangka pendek dengan matu

terjamin, Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TBC.

Orang yang dapat menjadi pengawas minum obat adalah : Petugas kesehatan,

Keluarga pasien, Kader, Pasien yang sudah sembuh, Tokoh masyarakat, Guru. Tugas

pengawas minum obat adalah : Mengawasi pasien agar minum obat secara teratur

sampai selesai pengobatan, Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat

teratur, Mengingatkan kepada pasien untuk periksa dahak ulang (pasien dewasa) dan

Page 9: Askep Tbc Pada Anak

Memberi penyuluhan kepada anggota keluarga pasien TBC yang mempunyai gejala-

gejala tersangka TBC untuk segera memeriksakan diri ke unit pelayanan kesehatan.

Pada anak kuman M. TBC sulit ditemukan, baik pada biakan, lebih-lebih pada

pemeriksaan mikroskopis langsung. Oleh karena itu pada anak diagnosis tidak dapat

dibuat berdasarkan pemeriksaan mikroskopis yang dianjurkan dalam strategi DOTS.

Maka diperlukan strategi diagnostik lain yaitu dengan menggunakan sistem skoring.

Kemoprofilaksis. Kemoprofilaksis primer diberikan pada anak yang belum

terinfeksi (uji Tuberculin negatif), tetapi kontak dengan penderita TB aktif, obat yang

digunakan adalah INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 2-3 bulan. Kemoprofilaksis sekunder

diberikan pada anak dengan uji tuberculin positif, tanpa gejala klinis, dan foto paru

normal, tetapi memiliki faktor menjadi TB aktif. Golongan ini adalah balita, anak yang

mendapat pengobatan kortikosteroid atau imunosupresan lain, penderita penyakit

keganassan, terinfeksi virus (HIV, morbili), gizi buruk, masa akil balik, atau infeksi baru

TB, konfersi uji tuberculin kurang dari 12 bulan. Obat yang digunakan adalah INH 5-10

mg/kgBB/hari selama 6-12 bulan.

B.     Konsep Asuhan Keperawatan

             1.      Pengkajian

a.       Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal kota dan

daerah, jumlah keluarga)

b.      Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)

c.       Riwayat kehamilan dan kelahiran

1)      Prenatal : (kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama hamil)

2)      Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi menderita caput

sesadonium, bayi menderita cepal hematom

3)      Post Natal : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit infeksi , asfiksia ikterus

d.      Riwayat Masa Lampau

1)      Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit batuk yang lama

dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan sudah diberi

Page 10: Askep Tbc Pada Anak

pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah pernah berobat tapi

tidak sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?)

2)      Pernah dirawat dirumah sakit

3)      Obat-obat yang digunakan/riwayat Pengobatan

4)      Riwayat kontak dengan penderita TBC

5)      Alergi

6)      Daya tahan yang menurun.

7)      Imunisasi/Vaksinasi : BCG

e.       Riwayat Penyakit Sekarang (Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul

pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula)

f.       Riwayat Keluarga (adakah yang menderita TB atau Penyakit Infeksi lainnya, Biasanya

keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama)

g.      Riwayat Kesehatan Lingkungan dan sosial ekonomi

1)      Lingkungan tempat tinggal (Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang

padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak), pola

sosialisasi anak.

2)      Kondisi rumah

3)      Merasa dikucilkan

4)      Aspek psikososial (Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri)

5)      Biasanya pada keluarga yang kurang mampu

6)      Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama

dan biaya yang banyak

7)      Tidak bersemangat dan putus harapan.

h.      Riwayat psikososial spiritual (Yang mengasuh, Hubungan dengan anggota

keluarga, Hubungan dengan teman sebayanya, Pembawaan secara umum,

Pelaksanaan spiritual)

i.        Pola fungsi kesehatan.

Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan. Keadaan umum: alergi,

kebiasaan, imunisasi. Pola nutrisi – metabolik. Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB

Page 11: Askep Tbc Pada Anak

turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit

menelan, turgor kulit jelek. Pola eliminasi. Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri

tekan pada kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas

dan splenomegali. Pola aktifitas-latihan Sesak nafas, fatique, tachicardia, aktifitas berat

timbul sesak nafas (nafas pendek). Pola tidur dan istirahat Iritable, sulit tidur, berkeringat

pada malam hari. Pola kognitif perseptual. Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul

limfa, nyeri tulang umum, takut, masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu.

Pola persepsi diri. Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah. Pola peran hubungan

Anak menjadi ketergantungan terhadap orang lain (ibu/ayah)/tidak mandiri. Pola

seksualitas/reproduktif. Anak biasanya dekat dengan ibu daripada ayah. Pola koping

toleransi stres, Menarik diri, pasif.

j.        Pemeriksaan Fisik

Demam: sub fibril, fibril (40-41°C) hilang timbul. Batuk: terjadi karena adanya

iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari

batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan sputum). Sesak nafas: terjadi bila

sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai setengah paru. Nyeri dada: ini jarang

ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura. Malaise: ditemukan

berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu

malam hari. Pada tahap dini sulit diketahui. Ronchi basah, kasar dan nyaring.

Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara

limforik. Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis. Bila mengenai

pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak). Pembesaran kelenjar

biasanya multipel. Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal

dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.

k.      Pemeriksaan Diagnostik Dan Pengobatan

1)      Uji tuberkulin = uji tuberkulin (+).® hipersensitifitas tipe lambat ®imunitas

seluler ®Infeksi TB

2)      Foto rontgent Rutin : foto pada rongga paru. Atas indikasi: tulang, sendi,

abdomen. Rontgent paru tidak selalu khas.

Page 12: Askep Tbc Pada Anak

3)      Pemeriksaan mikrobiologis (Bakteriologis Memastikan TB. Hasil normal: tidak

menyingkirkan diagnosa TB. Hasil (+) : 10-62% dengan cara lama. Cara : cara lama

radio metrik (Bactec); PCK.

4)      Pemeriksaan darah tepi (Tidak khas. LED dapat meninggi)

5)      Pemeriksaan patologik anatomik. Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi. Sumber

infeksiAdanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria diagnosa.

6)      Lain-lain (Uji faal paru, Bronkoskopi, Bronkografi, Serologim dll)

l.        Pengkajian TUMBANG menggunakan KMS,KKA, dan DDST

1)      Pertumbuhan

a)      Kaji BBL, BB saat kunjungan

b)      BB normal

c)      BB normal, mis : ( 6-12 tahun ) umur 

d)     Kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan TB = 64 x 77R = usia dalam

tahun

e)      LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan

2)      Perkembangan

a)      lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala, mengikuti objek dengan mata,

mengoceh,

b)      usia 3-6 bulan mengangkat kepala 90 derajat, belajar meraih benda, tertawa, dan

mengais  meringis

c)      usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap, berbalik sendiri, merangkak, meraih

benda, memindahkan benda dari tangan satu ke tangan yang lain  dan mengeluarkan

kata-kata tanpa arti.

d)     usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu mengeluarkan kat-kata,

mengerti ajakan  sederhana, dan larangan berpartisipasi dalam permainan.

e)      usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya menyusun 2-3 kata dapat

mengatakan 3-10 kata , rasa cemburu, bersaing

Page 13: Askep Tbc Pada Anak

f)       usia 18-24 bulan = naik–turun tangga, menyusun 6 kata menunjuk kata dan hidung,

belajar makan sendiri, menggambar garis, memperlihatkan minat pada anak lain dan

bermain dengan mereka.

g)      usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat buat jembatan dengan 3 kotak,

menyusun kalimat dan lain-lain.

h)      usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian, menggambar berbicara dengan baik,

menyebut warna, dan menyayangi saudara.

i)        usia 4-5 tahun = melompat, menari, menggambar orang, dan menghitung.

            2.      Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang dapat muncul yaitu :

a.   Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi

b.   Defisit pengetahuan tentang proses infeksi

c.   Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan : Daya tahan tubuh menurun,

malnutrisi, proses inflamasi, Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.

d.  Ketidakpatuhan berhubungan dengan pengobatan dalam jangka waktu yang lama.

e.   Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan : Batuk yang sering, adanya

produksi sputum, Anoreksia.

f.    Risiko gangguan dalam menjalankan peran sebagai orang tua berhubungan dengan

isolasi pasien

     3.   Perencanaan keperawatan

      Dx.1

KH : Anak akan mengalami pengurangan batuk dan dipsnue

Rencana tindakan :

a.    Berikan oksigen humidifier bagi anak dengan dispnue

R : dispnea masih dapat terjadi, hingga pemberian obat kemoterapi dimulai untuk

mendapatkan efeknya, O2 humidifier mengurangi dipsnue dan meningkatkan oksigenasi.

b.   Tinggikan bagian kepala tempat tidur

R : Peninggian kepala menyebabkan otot diafragma mengembang

c.    Berikan obat batuk ekspektoran sesuai kebutuhan

Page 14: Askep Tbc Pada Anak

R : ekspektoran membantu mengeluarkan mukus

Dx.2

KH : Keluarga akan mengekspresikan pemahamannya tentang proses penyakit dan

pengobatan

Rencana tindakan :

a.    Ajarkan Orang Tua dan anak (jika tepat) tentang penularan dan pengobatan TB

R : pemahaman bagaimana penularan TB dan penangannya membantu mengurangi

kecemasan dan peningkatan kepatuhan terhadap pengobatan, prosedur isolasi, dan

pengobatan yang diberikan.

b.   Ajarkan Orang Tua dan anak (jika tepat) tentang bagaimana memberikan pengobatan,

berapa lama terapi pengobatan harus dijalani, dan apa yang terjadi bila anak tidak

menjalani tuntas pengobatannya.

R : pemahaman bagaimana memberikan pengobatan dan risiko bila pengobatan

diberhentikan di awal akan menigkatkan kepatuhan.

            Dx.3

           KH : Tidak terjadi penyebaran infeksi

           Rencana tindakan :

a.       Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, menyebarnya infeksi melalui bronkhus

pada jaringan sekitarnya atau melalui aliran darah atau sistem limfe dan potensial infeksi

melalui batuk, bersin, tertawa, ciuman atau menyanyi.

R : Membantu klien agar klien mau mengerti dan menerima terhadap terapi yang

diberikan untuk mencegah komplikasi.

b.      Mengidentifikasi orang-orang yang beresiko untuk terjadinya infeksi seperti anggota

keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan.

Memberitahukan kepada mereka untuk mempersiapkan diri untuk mendapatkan terapi

pencegahan.

R : Pengetahuan dan terapi dapat meminimalkan kerentanan terjadinya penyebaran

c.       Anjurkan klien menampung dahaknya jika batuk

R : Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.

Page 15: Askep Tbc Pada Anak

d.      Gunakan masker setiap melakukan tindakan

R : Masker dapat mengurangi resiko penyebaran infeksi

e.       Monitor temperatur

R : untuk mengetahui adanya indikasi terjadinya infeksi. Febris merupakan indikasi

terjadinya infeksi.

f.       Kolaborasi Pemberian terapi untuk anak

R : Kerja sama akan mempercepat proses penyembuhan

g.      Monitor sputum BTA. Klien dengan 3 kali pemeriksaan BTA negatif, terapi diteruskan

sampai batas waktu yang ditentukan.

R : Pemantauan untuk  terapi yang akan dilaksanakan selanjutnya

Dx.4

KH : Orang tua dan anak akan mengikuti pedoman terapi

Rencana tindakan :

a.       Kaji seberapa banyak pengetahuan dan yang dimiliki orang tua dan anak tentang TB

dan hal ketidakpahaman yang dimiliki

R : pengkajian membantu menentukan apa yang orang tua dan anak butuhkan untuk

belajar agar dapat membantu mereka memenuhi pengobatan jangka panjang.

b.      Ajarkan orang tua dan anak (jika tepat) tentang program pengobatan dan alasan

menjalani pengobatan dengan tuntas, dan yakinkan tentang pendidikan yang diperlukan.

R : Pendidikan dan penguatan diberikan pada orang tua dan anak dengan informasi

perlunya mengikuti program pengobatan dengan tuntas dan menurunkan risiko

kegagalan akibat defisit pengetahuan.

c.       Identifikasi alternatif pemberi layanan yang dapat memberikan pengobatan anak jika

diperlukan

R : hak ini akan menurunkan risiko pengabaiyan dosis yang dilakukan anak selama

pengobatan

Dx.5

Tujuan : Klien akan menunjukkan peningkatan status gizi dan BB meningkat.

Page 16: Askep Tbc Pada Anak

KH : Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien,

pemulihan kebutuhan nutrisi, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang.

Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan pemberian diet (per

sonde/per oral) sesuai program dietetik.

Rencana Tindakan:

a.       Mengukur dan mencatat BB pasein

R : BB menggambarkan status gizi pasien

b.      Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering

R : Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan mencegah muntah

c.       Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan selera makan

R : Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan pasien

d.      Memberikan makanan tinggi TKTP

R : Protein mempengaruhi tekanan osmotik pembuluh darah

e.       Memberi motivasi kepada pasien agar mau makan.

R : Alternatif lain meningkatkan motivasi pasein untuk makan

f.       Lakukan perawatan oral sebelum dan sesudah terapi respirasi

R : Mengurangi rasa yang tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan untuk

pengobatan yang dapat merangsang vomiting.

g.      Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan,

susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan contoh jenis

sumber makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien.

R : Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk

pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi dietetik yang telah diberikan

selama hospitalisasi.

h.      Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk

melakukannya sendiri.

R : Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien,

mempertegas peran keluarga dalam upaya pemulihan status nutrisi klien.

i.        Laksanakan pemberian roborans sesuai program terapi.

Page 17: Askep Tbc Pada Anak

R : Roborans meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi dan memenuhi defisit yang

menyertai keadaan malnutrisi.

j.        Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi.

R : Menilai perkembangan masalah klien.

k.      Memberi makan lewat parenteral ( D 5% )

R : Mengganti zat-zat makanan secara cepat melalui parenteral

Dx.6

KH : Orang tua tetap dapat menjalankan perannya

Rencana tindakan :

a.       Ajarkan orang tua tentang tekhnik isolasi yang benar

R : pemahaman dan mengikuti teknis isolasi dengan benar membantu mencegah

penularan TB yang memungkinkan orang tua bersama selama mungkin dengan

anaknya, akan mengurangi perpisahan

b.      Motivasi orang tua dan anggota keluarga lainnya untuk mengunjungi anak secara

teratur.

R : seringnya keluarga kontak akan mengurangi kecemasan terhadap perpisahan.

4.      Pelaksanaan

Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan

kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan

kesehatan klien.

5.      Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data

subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan

sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari

identifikasi dan analisa masalah selanjutnya.

6.      Penkes

a.       Jelaskan pada keluarga pasien tentang penyakit tersebut dan tekankan pentingnya

terus meminum obat selama waktu yang telah ditentukan.

Page 18: Askep Tbc Pada Anak

b.      Jelaskan efek samping terapi obat dan beritahu pasein untuk segera melapor jika

mengalami hal-hal tersebut.

c.       Jelaskan gejala gejala kekambuhan (batuk terus menerus, demam, atau

hemaptomisis). Anjurkan keluarga pasien untuk segera melapor jika terjadi hal-hal

tersebut.

d.      Anjurkan keluarga pasien untuk mengantar pasien agar datang sesuai jadwal yang

ditentukan untuk pemeriksaan bakteriologi sputum untuk memantau respon terapeutik

dan kepatuhan.

e.       Anjurkan keluarga pasien untuk memberikan makanan TKTP (Tinggi kalore Tinggi

Protein) seperti: telur, tahu, tempe, ikan, kacang-kacangan.

f.       Jelaskan pada keluarga untuk memperhatikan kebersihan dan proses dalam memasak

(harus matang) 

BAB III

PENUTUP

A.        Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1.      Penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih tetap

merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia.

2.      TBC pada anak masih merupakan penyakit mayor yang menyebabkan kesakitan.

3.      Besarnya kasus TBC pada anak di Indonesia masih relatif sulit diperkirakan.

4.      Diagnosis TBC tidak dapat ditegakkan hanya dari anamnesis, pemeriksaan fisik atau

pemeriksaan penunjang tunggal. Selain alur diagnostik, terdapat pedoman diagnosis

dengan menggunakan sistem skoring.

5.      Gambaran klinis TBC pada anak: badan turun, Nafsu makan turun, demam tidak tinggi

dapat disertai keringat malam, pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit,

batuk lama lebih dari 30 hari.

6.      Uji tuberkulin positif bila indurasi > 10 mm (pada gizi baik), atau > 5 mm pada gizi

buruk. Uji tuberkulin positif menunjukkan TBC.

Page 19: Askep Tbc Pada Anak

7.      Tatalaksana TBC pada anak merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan

antara pemberian medikamentosa, penataaan gizi dan lingkungan sekitarnya

8.      Obat TBC yang digunakan yaitu Obat TBC utama (first line) rifampisin, INH,

pirazinamid, etambutol, dan streptomisin. Obat TBC lain (second line): PAS, viomisin,

sikloserin, etionamid, kanamisin, dan kapriomisin yang digunakan jika terjadi multi drug

resistance.

9.      Pada keadaan meningitis TBC, milier TBC, penyebaran bronkogen, pleuritis TBC,

pleuritis TBC dengan keadaan umum jelek ditambah teapi dengan kortikosteroid.

10.  Usaha preventif dilakukan dengan vaksin BCG dan kemoprofilaksis. Keterlambatan

motorik  kasar menunjukkan adanya kerusakan pada susunan saraf pusat seperti

serebral palsi (gangguan motorik yang di sebabkan oleh kerusakan bagian otok yang

mengatur otot-otot tubuh)

B.         Saran

Bagi perawat diharapkan dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai

dengan prosedur yang ada.

Bagi para orang tua diharapkan memantau pertumbuhan dan perkembangan

anak sejak dini untuk dapat mengetahui adakah gejala-gejala penyakit pada anak

teruma pengetahuan tentang penyakit TB.

DAFTAR PUSTAKA

Diposting oleh Admin. Minggu :  19 Agustus 2007. Tuberkulosis Pada Anak. Artikel

Kedokteran,Pediatrik.http://medlinux.blogspot.com/2007/08/tuberkulosis-pada anak.html

Mansjoer Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius

Posted By : Asti di 08.10. Jumat, 26 Maret 2010. Halaman: 14 (9304 hits. Sindrome

Down.http://astiw.blogspot.com/2010/03/sindroma-down.html

Speer, morgan, kathleen. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik Dengan Clinical

Pathaway. Edisi ke-3. Jakarta : EGC

Suriadi, Yulliani, rita. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak.Edisi ke-2. Jakarta : PT.

Percetakan Penebar Swadaya

Page 20: Askep Tbc Pada Anak

Tim Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2: Cetakan Ke-

11. Jakarta : Percetakan Infomedika

Wong, L.donna, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol : 2. Jakarta :   EGC