askep sindrom nefritik

66
ASKEP SINDROM NEFRITIK KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum wr.wb Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmat dan hiudayah – Nya kepada penulis sehingga tugas membuat makalah dari mata kuliah Keperawatan Anak I yang bertemakan penyakit penyakit sindrom nefritik ini dapat selesai dengan baik. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada dosen pembimbing mata kuliah ini dalam hal ini dr. Kartini Badruddin, yang telah memberikan tugas ini untuk diselesaikan agar dapat melatih penulis untuk tetap berkarya dan dapat bermamfaat bagi orang lain. Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan yang perlu untuk diperbaiki, maka dari itu penulis bersedi menerima saran dan kritik dari pembaca yang membangun demi perbaikan pembuatan tugas kedepannya. Wallahumuafik bitaqwallah wassalamu alaikum wr.wb Palopo, 3 Juni 2012 Mastura

Upload: lilis-laylis-aisyah

Post on 02-Dec-2015

598 views

Category:

Documents


49 download

DESCRIPTION

Tugas

TRANSCRIPT

ASKEP SINDROM NEFRITIK

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum wr.wb

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa, yang telah

melimpahkan rahmat dan hiudayah – Nya kepada penulis sehingga tugas membuat

makalah dari mata kuliah Keperawatan Anak I yang bertemakan penyakit penyakit

sindrom nefritik ini dapat selesai dengan baik.

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada dosen pembimbing mata kuliah ini

dalam hal ini dr. Kartini Badruddin, yang telah memberikan tugas ini untuk diselesaikan

agar dapat melatih penulis untuk tetap berkarya dan dapat bermamfaat bagi orang lain.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan yang

perlu untuk diperbaiki, maka dari itu penulis bersedi menerima saran dan kritik dari

pembaca yang membangun demi perbaikan pembuatan tugas kedepannya.

Wallahumuafik bitaqwallah wassalamu alaikum wr.wb

Palopo, 3 Juni 2012

Mastura

DAFTAR ISI

 Kata Pengantar ..........................................................................................................................i

 Daftai Isi ....................  .................................................................................................................ii

       BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................

                        Latar Belakang ............................................................................................................. 

            Rumusan masalah ......................................................................................................  BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................................................................................

              A.      Konsep Dasar Medis.................................................................................................

              B.      Konsep Dasar Keperawatan ..................................................................................

  BAB III TINJAUAN KASUS ......................................................................................................

              A.      Pengkajian ......................................................................................................................

              B.      Analisa data ....................................................................................................................

              C.      Diagnosa ..........................................................................................................................

              D.     Asuhan Keperawatan ...............................................................................................

 BAB IV PENUTUP .......................................................................................................................

 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

    A.     Latar Belakang

Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah istilah yang secara luas digunakan yang

mengacu pada sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi terjadi di glomerulus.

(Brunner & Suddarth, 2001) Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah bentuk nefritis yang

paling sering pada masa kanak-kanak dimana yang menjadi penyebab spesifik adalah

infeksi streptokokus. (Sacharin, Rosa M, 1999), maka dari itu tugas ini disusun sebagai

salah satu acuan untuk pembaca

    B.     Rumusan Masalah

Tugas ini disusun berdasarkan uraian latar belakang masalah yang ada diatas sesuai

panduan yang ada, adapun beberapa pokok permasalah yang akan dibahas Sbb:

1.      Mengemukakan tinjauan teoritis dari sindrom nefritik

2.      Memberikan gambaran asuhan keperawatan

    C.      Tujuan Penulisan

Adapun tugas ini disusun sebagai tugas akhir semester dan bertujuan untuk

1.      Teman – teman dapat mengetahui apa itu sindrom nefritik

2.      Mengetahui cara menanganinya

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.        Konsep Dasar Medis

1.     Pengertian

Glomerulo Nefritis adalah gangguan pada ginjal yang ditandai dengan peradangan

pada kapiler glomerulus yang fungsinya sebagai filtrasi cairan tubuh dan sisa-sisa

pembuangan. (Suriadi, dkk, 2001) Glomerulo Nefritis adalah sindrom yang ditandai oleh

peradangan dari glomerulus diikuti pembentukan beberapa antigen. (Engran, Barbara,

1999) Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis ginjal terhadap

bakteri / virus tertentu. (Ngastiyah, 2005)

Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah istilah yang secara luas digunakan yang

mengacu pada sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi terjadi di glomerulus.

(Brunner & Suddarth, 2001) Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah bentuk nefritis yang

paling sering pada masa kanak-kanak dimana yang menjadi penyebab spesifik adalah

infeksi streptokokus. (Sacharin, Rosa M, 1999)

2.     ETIOLOGI

Penyebab Glomerulo Nefritis Akut adalah:

1.      Adanya infeksi ekstra renal terutama disaluran napas bagian atas atau kulit oleh kuman

streptokokus beta hemolyticus golongan A, tipe 12, 16, 25, dan 49).

2.      Sifilis

3.      Bakteri dan virus

4.      Keracunan (Timah hitam, tridion)

5.      Penyakit Amiloid

6.      Trombosis vena renalis

7.      Penyakit kolagen

3.      PATOFISIOLOGI

, Suatu reaksi radang pada glomerulus dengan sebukan lekosit dan proliferasi sel,

serta eksudasi eritrosit, lekosit dan protein plasma dalam ruang Bowman. Gangguan pada

glomerulus ginjal dipertimbangkan sebagai suatu respon imunologi yang terjadi dengan

adanya perlawanan antibodi dengan mikroorganisme yaitu streptokokus A.

Reaksi antigen dan antibodi tersebut membentuk imun kompleks yang menimbulkan

respon peradangan yang menyebabkan kerusakan dinding kapiler dan menjadikan lumen

pembuluh darah menjadi mengecil yang mana akan menurunkan filtrasi glomerulus,

insuffisiensi renal dan perubahan permeabilitas kapiler sehingga molekul yang besar

seperti protein dieskresikan dalam urine (proteinuria).

Skema Proses: Infeksi (Streptokokus A) Migrasi sel-sel radang ke dalam glomerular

Pembentukan kompleks antigen-antibodi dalam dinding kapiler. Deposit complement dan

anttracs netrofil dan monosit Enzim lysosomal merusak    Fibrinogen dan plasma protein

lain membran dasar glomerular    bermigrasi melalui dinding sel, Meningkatkan

permeabilitas    manifestasi klinis: proteinuria dinding glomerular Eritrosit bermigrasi

melalui dinding sel yang rusak Manifestasi: hematuria Proliferasi sel dan fibrin yang

terakumulasi dalam kapsula bawmans. Menurunnya perfusi kapiler glomerular Manifestasi

klinis: retensi cairan dan meningkatnya BUN dan kreatinin

4.     MANIFESTASI KLINIS

1.      Hematuria (urine berwarna merah kecoklat-coklatan)

2.      Proteinuria (protein dalam urine)

3.      Oliguria (keluaran urine berkurang)

4.      Nyeri panggul

5.      Edema, ini cenderung lebih nyata pada wajah dipagi hari, kemudian menyebar ke abdomen

dan ekstremitas di siang hari (edema sedang mungkin tidak terlihat oleh seorang yang

tidak mengenal anak dengan baik).

6.      Suhu badan umumnya tidak seberapa tinggi, tetapi dapat terjadi tinggi sekali pada hari

pertama

7.      Hipertensi terdapat pada 60-70 % anak dengan GNA pada hari pertama dan akan kembali

normal pada akhir minggu pertama juga. Namun jika terdapat kerusakan jaringan ginjal,

tekanan darah akan tetap tinggi selama beberapa minggu dan menjadi permanen jika

keadaan penyakitnya menjadi kronik.

8.      Dapat timbul gejala gastrointestinal seperti muntah, tidak nafsu makan, dan diare.

9.      Bila terdapat ensefalopati hipertensif dapat timbul sakit kepala, kejang dan kesadaran

menurun.

10.  Fatigue (keletihan atau kelelahan)

5.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1.      Laju Endap Darah (LED) meningkat

2.      Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam dan air)

3.      Nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin darah meningkat bila fungsi ginjal mulai

menurun.

4.      Jumlah urine berkurang

5.      Berat jenis meninggi

6.      Hematuria makroskopis ditemukan pada 50 % pasien.

7.      Ditemukan pula albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder leukosit dan hialin.

8.      Titer antistreptolisin O (ASO) umumnya meningkat jika ditemukan infeksi tenggorok,

kecuali kalau infeksi streptokokus yang mendahului hanya mengenai kulit saja.

9.      Kultur sampel atau asupan alat pernapasan bagian atas untuk identifikasi mikroorganisme.

10.  Biopsi ginjal dapat diindikasikan jika dilakukan kemungkinan temuan adalah

meningkatnya jumlah sel dalam setiap glomerulus dan tonjolan subepitel yang

mengandung imunoglobulin dan komplemen.

6.      KOMPLIKASI

Komplikasi glomerulonefritis akut:

1.      Oliguri sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat

berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan uremia,

hiperfosfatemia, hiperkalemia dan hidremia. Walaupun oliguria atau anuria yang lama

jarang terdapat pada anak, jika hal ini terjadi diperlukan peritoneum dialisis (bila perlu).

2.      Ensefalopati hipertensi, merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala

berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Hal ini disebabkan

karena spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.

3.      Gangguan sirkulasi berupa dipsneu, ortopneu, terdapat ronki basah, pembesaran jantung

dan meningginya tekanan darah yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah

tetapi juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesardan

terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.

4.      Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia disamping sintesis eritropoietik yang

menurun.

5.      Gagal Ginjal Akut (GGA)

7.      PENATALAKSANAAN

1.    Keperawatan

a.       Tirah baring diperlukan untuk anak dengan hipertensi dan edema dan terutama untuk

mereka dengan tanda ensefalopati dan kegagalan jantung. Tirah baring dianjurkan selama

fase akut sampai urin berwarna jernih dan kadar kreatinin dan tekanan darah kembali

normal. Lama tirah baring dapat ditentukan dengan mengkaji urin pasien. Kasus ringan

dengan tekanan darah normal dan sedikit edema dapat diberikan aktivitas terbatas tetapi

tidak boleh masuk sekolah karena aktivitas yang berlebihan dapat meningkatkan

proteinuria dan hematuria.

b.      Cairan. Masukan cairan biasanya dibatasi jika keluaran urin rendah. Pada beberapa unit

dibatasi antara 900 dan 1200 ml per hari. Separuh dari masukan cairan dapat berupa susu

dan separuh lainnya air. Sari buah asli harus dihindari karena mereka mengandung kalium

yang tinggi. Ini merupakan hal yang penting keluaran urinarius kurang dari 200 sampai

300 ml per hari karena bahaya retensi kalium. 

c.       Diit

Jika terjadi diuresis dan hipertensi telah hilang, makanan seperti roti, buah-buahan,

kentang dan sayur-sayuran dapat diberikan. Garam dibatasi (1 g/hari) hingga hipertensi

dan edema menurun. Protein dibatasi (1 g/kgBB/hari) jika nitrogen urea darah meningkat

dan sementara hematuria ditemukan. Jika hematuria mikroskopik, masukan protein dapat

dimulai kembali atau ditingkatkan.

d.      Pertimbangan harian sebagai indikasi peningkatan atau penurunan edema.

e.       Pentatatan tekanan darah

f.        Uji urine harian untuk darah dan protein (kualitatif dan kuantitatif)

g.       Dukungan bagi orang tua. Ini termasuk pengenalan kecemasan mereka dan mengurangi

kecemasan dengan memberikan informasi yang adekuat mengenai kondisi dan kemajuan

yang dialami anak. Orang tua menginginkan informasi mengenai derajat keterlibatan ginjal

dan gambaran masa depan. Bimbingan harus diberikan mengenai penyembuhan tindak

lanjut dan pencegahan infeksi streptokokus.

                    i.                   Medis

a.       Pemberian penisilin pada fase akut (baik secara oral atau intramuskuler). Pemberian

antibiotik ini tidak mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi

menyebarnya infeksi streptokokus yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin

dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemberian profilaksis yang lama sesudah nefritisnya

sembuh terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan karena terdapat imunitas yang

menetap. Secara teoritis anak dapat terinfeksi lagi dengan kuman nefritogen lain, tetapi

kemungkinan ini sangat kecil.

b.      Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi, pemberian sedativa untuk

menenangkan pasien sehingga dapat cukup beristirahat. Pada hipertensi dengan gejala

serebral diberikan reserpin dan hidralazin. Mula-mula diberikan reserpin sebanyak 0,07

mg/kgBB secara intamuskuler. Bila terjadi diuresis 5-10 jam kemudian, selanjutnya

pemberian resepin peroral dengan dosis rumat 0,03 mg/kgBB/hari. Magnesium sulfat

parenteral tidak dianjurkan lagi karena memberi efek toksis.

c.       Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari) maka ureum harus dikeluarkan dari dalam darah.

Dapat dengan cara peritoneum dialisis, hemodialisis, transfusi tukar dan sebagainya.

d.      Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut, tetapi akhir-akhir ini

pemberian furosamid (lasix) secara intravena (1 mg/kgBB/hari) dalam 5-10 menit tidak

berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus.

e.       Bila timbul gagal jantung, diberikan dialisis, sedativum dan oksigen.

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN GLOMERULO NEFRITIS AKUT (GNA)

     1.     PENGKAJIAN

A. Identitas Anak :

Nama : An. A

Umur : 11 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

BB : 40 Kg

TB : 155 Cm

Agama : I s l a m

Suku/ Bangsa : Banjar / Indonesia

Alamat lengkap : Komp. Melati

Tanggal Masuk RS : 31 Juli 2006 Jam : 19 . 10

No. Regester : 3258 / 06

Diagnosa modik : D C A

Tanggal pengkajian : 2 Agustus 2006

B. Identitas Penanggung Jawab :

Nama : Tn. A

Jenis kelamin : Laki – laki

Pendidikan : S M A

Pekerjaan : Swasta

Suku / bangsa : Banjar / Indonesia

Alamat : Komp. Melati

Hub. dengan klien : Ayah Kandung

C. Riwayat Kesehatan Pasien

1.      Keluhan Utama Pasien kejang

2.      Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien mengalami penurunan kesadaran setibanya di rumah sakit Menurut keluarga pasien

seminggu sebelum masuk rumah sakit (SMRS) penderita mengalami  batuk pilek dan sakit

kulit yaitu gatal-gatal di seluruh tubuh. Penderita mengeluh nafsu makan menurun.

Bersamaan dengan itu penderita mengeluh ketika buang air kecil berwarna merah seperti

cucian daging. Tidak ada keluhan buang air besar.

3.      Riwayat Kesehatan Dahulu

Menurut keluarga pasien sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit seperti sekarang

ini. Biasanya pasien hanya sakit seperti demam dan batuk dan di beri obat penurun panas

yang di beli di warung atau toko obat.

4.      Riwayat kesehatan keluarga

Dalam keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami penyakit seperti ini. Dalam

keluarga Pasien tidak mempunyai penyakit keturunan dan penyakit menular.

D. Riwayat Anak

1.      Masa prenatal

Selama kehamilan ibu memeriksakan kandunganya ke Puskesmas atau ke bidan desa. dan

ibu pasien selalu mendapatkan imunisasi (TT) sebanyak 4x dalam 9 bulan, Trimester I =

1x , Trimester II = 1x , Trimester III = 2x.

2.      Masa intranatal

Ibu pasien melahirkan secara normal dan spontan dibantu oleh bidan kampung, waktu

melahirkan tidak terdapat kelainan, ibu pasien melahirkan 9 bulan 5 hari.

3.      Masa post – natal

Pasien lahir dengan berat badan 3,000 gram dan pada saat pasien lahir langsung menangis.

        E.      Pengatahuan Orang Tua

1.         Tentang makanan sehat

Orang tua pasien memberikan makanan bubur instant kepada pasien tetapi pasien tidak

menyukai makanan tersebut. Pasien hanya menyukai makanan nasi dan kue.

2.         Tentang personal hygiene

Orang tua pasien mengetahui tentang personal hygiene terutama tentang kebersihan

anaknya, orang tua pasien memandikan di rumah 2x / hari mandi pakai sabun, memotong

kuku 2x/ seminggu, menggosok gigi pasien.

3.         Imunisasi

Ibu mengatakan kalau pasien tidak mendapatkan imunisasi lengkap karena pada waktu

imunisasi pasien sedang sakit.

*Polio I , Hepatitis B I 1x

*Polio II , Hepatitis BI 1x

*Campak 1x

*BCG 1x

F. Pemeriksaan Fisik

1.      Keadaan umum

Pasien tampak lemah.kesadaran compos mentis GSC : 45 G

TD : 170/100 mmHg

TB / BB : 155 Cm / 40 Kg

BB saat pengkajian : 39 Kg

Pols : 48 x / M+

Temp : 37,7 °C

2.      Keadaan Gizi Anak ;

Gizi Pasien kurang baik,dilihat dari BB anak,

BB : 40 Kg ( SMRS )

BB sekarang : 39 Kg

3.      Aktivitas

Pasien kelihatan lemah,hanya berbaring saja,tidak dapat berjalan dan berdiri karena

terpasang infus RL 10 tts / mt.terpasang kanul O2 3 L/mnt

4.      Kepala dan Leher

Bentuk semetris, tidak ada luka / lecet. Pertumbuhan rambut merata dan bentuk rambut

lurus, Pasien dapat menggerakkan kepalanya kekiri dan kekanan. Tidak ada

pembengkakan kelenjar tiroid dan limpfe usus normal dan keadaan kepala bersih.

5.      Mata ( Penglihatan )

Bentuk simetris, bola mata dapat di gerakkan kesegala arah, konjungtiva tidak

anemis,sclera tidak ikterius, tetapi terdapat kotoran pada mata, ketajaman penglihatan

baik, mata tampak cekung dan tidak terdapat peradangan.

6.      Telinga ( Pendengaran )

Bentuk simetris, Pasien dapat mendengar dgn baik. Tidak terdapat kotoran dalam telinga,

tidak ada peradangan dan tidak ada cairan yang keluar dari telinga.

7.      Hidung ( Penciuman )

Bentuk simetris, kebersihan hidung baik dan tak adanya kotoran dalam hidung, tidak ada

kelainan pada hidung.

8.      Mulut ( Pencekapan )

Bentuk bibir tipis, tidak ada perdarahan dan peradangan. Mokusa bibir tampak kering,

keadaan mulut bersih.

9.      D a d a ( Pernafasan )

Bentuk permukaan dada simetris, pernapasan cepat frekuensi pernapasan 48 x /mt.

10.  Kulit

Turgor kulit jelek ( tidak kembali dalam 2 detik ). Tidak ada luka/ lesi. Suhu tubuh 37,7° C

warna kulit putih tak ada sianosis.

11.  Abdomen

Tidak ada luka / perdarahan, turgor abdomen jelek ( tak kembali dalam 2 detik ).

12.  Ekstremitas atas dan bawah

Untuk ekstremitas atas : bentuk simetris, tdk ada luka / fraktur dan terpasang infus Rl 20

tts/ menit yang menyebabkan keterbatasan gerak. Untuk Ekstremitas bawah : bentuk

semetris, tidak ada luka / faktur pada ekstrimitas bawah, dan tidak ada kekakuan sandi.

13.  Genetalia

Jenis kelamin pasien perempuan, genetalia bersih dan tidak terdapat lecet pada bokong.

      G.     Pola Makan dan Minum

Di rumah : pasien biasanya makan 3x sehari hari pasien makan ikan dan minum air putih

dan teh manis.

Di RS : pasien hanya makan bubur nasi 1-2 sendok. Pasien sering minum air putih dan

teh manis, pasien masih minum ASI dan sering merasa haus.

H. Pola Eliminasi

  BAB

  Di rumah : pasien BAB ±1x/ hari dan konsistesi padat lunak

  Di RS : pasien BAB ± 2x/ hari konsistensi cair berampas

  BAK

  Di rumah : pasisen BAK antara 3-5x/hari berwarna kuning pekat.

  Di RS : pasien BAK 3-4x/hari

I. Persentase Kehilangan Cairan

Penggolongan derajat dehidrasi :Pasien termasuk dehidrasi sedang ditandai dengan BAB

cair berampas 2x/hari, sering merasa haus, lemah serta mata cekung, mukosa mulut

tampak kering, turgor kulit jelek.

J. Terapi Yang Didapatkan Di RS

Terapi yang diberikan pada penderita berupa perawatan di ruang intensif, pengawasan

tanda vital terutama tekanan darah, oksigenasi, infus RL, pembatasan aktivitas, diet rendah

garam dan cukup protein, Amoksisilin 50 mg/kgBB, 3 x 1 selama 10 hari, obat anti

hipertensi : Captopril 0,3 mg/kgBB 2 x 1, Furosemid 1-3 mg/kgBB 1 x1, Parasetamol 10

mg/kgBB.

    K.     Prosedur Diagnostik

Hasil pemeriksaan feses

Makroskopis :

Mikroskopis :

Warna : kuning

Lekosit : -

Konsistensi : lembek

Eritrosit : +

Darah : -

Amoeba : -

Lender : -

Bakteri : + (penuh)

Lain-lain : + (lembek)

    2.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan urine

2.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

dan penurunan kebutuhan metabolik

3.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema dan menurunnya tingkat antivitas

4.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue (kelelahan) dan tirah baring.

5.      Nyeri akut (sakit kepala dan pusing) berhubugan dengan gangguan perfusi darah otak

sekunder terhadap hipertensi.

6.      Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.

    3.      ANALISA DATA

N

ODATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS:*Keluarga klien mengatakan anaknya jarang BAK*Ibu klien mengatakan anaknya kuat minum susuDO: Ada edema

Potensial infeksi

Streptokokus A

Kerusakan

membran kapiler

Kelebihan volume

cairan

Retensi Na & Air

2 DS:*Ibu klien mengatakan anaknya malas makanDO:*Turgor kulit jelek*klien nampak loyoh

Potensial infeksi

Streptokokus A

Anoreksia

Nutrisi kurang

dari kebutuhan

3 DS:Orang tua klien mengatakan cemas terhadap keadaan tubuh anaknya membengkatDO:Nampak adanya edema*adanya luka/lesi pada kulit

Potensial infeksi

Streptokokus A

Vasospasme

pembuluh darah

Kerusakan

integritas kulit

4 DS: *ibu klien mengatakan anaknya susah tidur* ibunya mengatkan anaknya malas beraktifitasDO:Anak nampak loyoh dan

kurang semangat

Potensial infeksi

Streptokokus A

Vasospasme

Penurunan

mekanisme koping

Inmobilitas

Intoleransi

aktivitas

5 DS:Ibu klien mengatakan anaknya sering menangis DO:Anak nampak meringis*anak rewel

Streptokokus A

Kerusakan

membran kapiler

Retensi Na & Air

Nyeri akut

6 DS:Ibu klien mengatakan cemas terhadap keadaan anaknyaDO:Orang tua sering bertanya

Streptokokus A

Inmobilitas

Ansietas

tentang keadaan anaknya

   D.    EVALUASI

DX

Kriteria Hasil Ket Skala

Ia.       Pengeluaran urine 1-2 ml/KgBB/jam

b.      Tekanan darah dalam batas normal

c.       Tidak ada edema

d.      Berat jenis urine normal

e.       Berat badan stabil

3

5

5

3

5

IIa.       Stamina

b.      Tenaga

3

3

c.       Kekuatan menggenggam

d.      Daya tahan tubuh

3

3

IIIa.       Integritas kulit yang baik bisa

dipertahankan (sensasi, elastisitas,

temperatur, hidrasi, pigmentasi)

b.      Tidak ada luka atau lesi pada kulit

c.       Perfusi jaringan baik

d.      Mampu melindungi kulit dan

mempertahankan kelembapan kulit serta

perawatan alami

4

5

5

3

IVa.       Istirahat dan aktivitas seimbang

b.      Tidur siang

c.       Mengetahui keterbatasan energinya

d.      Mengubah gaya hidup untuk mengurangi

resiko.

4

4

5

5

Va.       Mengenali faktor penyebab

b.      Menggunakan metode pencegahan

c.       Mengenali gejala-gejala nyeri

d.      Mencari bantuan tenaga kesehatan

3

3

2

4

VIa.       Memonitor intensitas kecemasan

b.      Menurunkan stimulasi lingkungan ketika

cemas

c.       Mencari informasi lingkungan ketika

cemas

d.      Merencanakan strategi koping

1

2

2

3

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.

Harnowo, Sapto. 2001. Keperawatan Medikal Bedah untuk Akademi Keperawatan. Jakarta:

Widya Medika.

Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC. St. Louis Missouri: Mosby INC.

Mansjoer, Arif M. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ed 3, jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.

Mc. Closkey, cjuane, dkk. 1996. NIC. St.Louis missouri: Mosby INC.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Sacharin, Rosa M. 1999. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta: ECG.

Santosa Budi. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi dan

Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: PT. Fajar Luterpratama.

Http://www.google.com. (Glomerulo Nefritis Akut)

ASKEP SINDROM NEFROTIK

Posted by joe pada 19/03/2010

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal ( Ngastiyah, 1997).

Penyakit ini terjadi tiba-tiba, terutama pada anak-anak. Biasanya berupa oliguria dengan urin berwarna gelap, atau urin yang kental akibat proteinuria berat ( Mansjoer Arif, dkk. 1999).

Nephrotic Syndrome merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik : proteinuria,  hypoproteinuria, hypoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema (Suryadi, 2001).

Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh:

Peningkatan protein dalam urin secara bermakna (proteinuria) Penurunan albumin dalam darah Edema Serum cholesterol yang tinggi (hiperlipidemia)

Tanda – tanda tersebut dijumpai disetiap kondisi yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan permiabilitas glomerulus (Sukiane, 2002).

B. Etiologi

Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen – antibodi. Umumnya etiologi dibagi menjadi :

1. Sindrom nefrotik bawaan

Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Resisten terhadap semua pengobatan. Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.

2. Sindrom nefrotik sekunder

Disebabkan oleh :

ü      Malaria kuartana atau parasit lainnya.

ü      Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid.

ü      Glumerulonefritis akut atau kronik,

ü      Trombosis vena renalis.

ü      Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, air raksa.

ü      Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif hipokomplementemik.

3. Sindrom nefrotik idiopatik

Tidak diketahui sebabnya atau disebut sindroma nefrotik primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dgn pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churk dkk membaginya menjadi :

4. Kelainan minimal

Pada mikroskop elektron akan tampak foot prosessus sel epitel berpadu. Dengan cara imunofluoresensi ternyata tidak terdapat IgG pada dinding kapiler glomerulus.

5. Nefropati membranosa

Semua glomerulus menunjukan penebalan dinding kapiler yang tersebar tanpa proliferasi sel. Prognosis kurang baik.

6. Glomerulonefritis proliferatif

Glomerulonefritis proliferatif esudatif difus. Terdapat proliferasi sel mesangial dan infiltrasi sel polimorfonukleus. Pembengkanan sitoplasma endotel yang menyebabkan kapiler tersumbat.

Dengan penebalan batang lobular.

Terdapat prolefirasi sel mesangial yang tersebar dan penebalan batang lobular.

Dengan bulan sabit ( crescent)

Didapatkan proliferasi sel mesangial dan proliferasi sel epitel sampai kapsular dan viseral. Prognosis buruk.

Glomerulonefritis membranoproliferatif

Proliferasi sel mesangial dan penempatan fibrin yang menyerupai membran basalis di mesangium. Titer globulin beta-IC atau beta-IA rendah. Prognosis buruk.

Lain-lain perubahan proliferasi yang tidak khas.

7. Glomerulosklerosis fokal segmental

Pada kelainan ini yang mencolok sklerosis glomerulus. Sering disertai atrofi tubulus. Prognosis buruk.

C. Patofisiologi

Terjadi proteinuria akibat peningkatan permiabilitas membran glomerulus. Sebagian besar protein dalam urin adalah albumin sehingga jika laju sintesis hepar dilampui, meski telah berusaha ditingkatkan, terjadi hipoalbuminemia. Hal ini menyebabkan retensi garam dan air.

Menurunnya tekanan osmotik menyebabkan edema generalisata akibat cairan yang berpindah dari sistem vaskuler kedalam ruang cairan ekstra seluler. Penurunan sirkulasi volume darah mengaktifkan sistem imun angiotensin, menyebabkan retensi natrium dan edema lebih lanjut.

Hilangnya protein  dalam serum menstimulasi sintesis lipoprotein di hati dan peningkatan konsentrasi lemak dalam darah (hiperlipidemia).

Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan karena hypoalbuminemia, hyperlipidemia atau defisiensi seng.

Sindrom nefrotik dapat terjadi dihampir setiap penyakit renal intrinsik atau sistemik yang mempengaruhi glomerulus. Meskipun secara umum penyakit ini dianggap menyerang anak-anak, namun sindrom nefrotik juga terjadi pada orang dewasa termasuk lansia.

D. Manifestasi Klinik

Gejala utama yang ditemukan adalah :

Proteinuria > 3,5 g/hari pada dewasa atau 0,05 g/kg BB/hari pada anak-anak. Hipoalbuminemia < 30 g/l.

o Edema generalisata. Edema terutama jelas pada kaki, namun dapat ditemukan edema muka, ascxites dan efusi pleura.

o Anorexiao Fatiqueo Nyeri abdomen

o Berat badan meningkato Hiperlipidemia, umumnya ditemukan hiperkolesterolemia.o Hiperkoagualabilitas, yang akan meningkatkan resiko trombosis vena dan arteri.

E. Komplikasi

ü      Infeksi (akibat defisiensi respon imun)

ü      Tromboembolisme (terutama vena renal)

ü      Emboli pulmo

ü      Peningkatan terjadinya aterosklerosis

ü      Hypovolemia

ü      Hilangnya protein dalam urin

ü      Dehidrasi

F. Pemeriksaan Diagnostik

v     Adanya tanda klinis pada anak

v     Riwayat infeksi saluran nafas atas

v     Analisa urin : meningkatnya protein dalam urin

v     Menurunnya serum protein

v     Biopsi ginjal

G. Penatalaksanaan Terapeutik

Diit tinggi protein, diit rendah natrium jika edema berat Pembatasan sodium jika anak hipertensi Antibiotik untuk mencegah infeksi Terapi diuretik sesuai program Terapi albumin jika intake anak dan output urin kurang Terapi prednison dgn dosis 2 mg/kg/hari sesuai program

H. Pathways

Untuk melihatnya SILAKAN CLIK DISINI

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Keadaan umum :

2. Riwayat :

Identitas anak: nama, usia, alamat, telp, tingkat pendidikan, dll.

Riwayat kesehatan yang lalu: pernahkah sebelumnya anak sakit seperti ini?

Riwayat kelahiran, tumbuh kembang, penyakit anak yang sering dialami, imunisasi, hospitalisasi sebelumnya, alergi dan pengobatan.

Pola kebiasaan sehari – hari : pola makan dan minum, pola kebersihan, pola istirahat tidur, aktivitas atau bermain, dan pola eliminasi.

3. Riwayat penyakit saat ini:

v     Keluhan utama

v     Alasan masuk rumah sakit

v     Faktor pencetus

v     Lamanya sakit

4. Pengkajian sistem

Pengkajian umum : TTV, BB, TB, lingkar kepala, lingkar dada (terkait dgn edema ). o Sistem kardiovaskuler : irama dan kualitas nadi, bunyi jantung, ada tidaknya cyanosis,

diaphoresis.o Sistem pernafasan : kaji pola bernafas, adakah wheezing atau ronki, retraksi dada,

cuping hidung. o Sistem persarafan : tingkat kesadaran, tingkah laku ( mood, kemampuan

intelektual,proses pikir ), sesuaikah dgn tumbang? Kaji pula fungsi sensori, fungsi pergerakan dan fungsi pupil.

o Sistem gastrointestinal : auskultasi bising usus, palpasi adanya hepatomegali / splenomegali, adakah mual, muntah. Kaji kebiasaan buang air besar.

o Sistem perkemihan : kaji frekuensi buang air kecil, warna dan jumlahnya.

5.  Pengkajian keluarga

ü      Anggota keluarga

ü      Pola komunikasi

ü      Pola interaksi

ü      Pendidikan dan pekerjaan

ü      Kebudayaan dan keyakinan

ü      Fungsi keluarga dan hubungan

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan integritas kulit b/d edema dan menurunnya sirkulasi.2. Resiko infeksi b/d terapi immunosuppresivedan hilangnya gama globulin.3. Resiko kurangnya volume cairan (intravaskuler) b/d proteinuria, edema dan efek diuretik.4. Resiko kelebihan volume cairan b/d retensi sodium dan air.5. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d hospitalisasi pada anak.

C. Intervensi Keperawatan

1. Gangguan integritas kulit b/d edema dan menurunnya sirkulasi.

Tujuan : integritas kulit terjaga.

KH : Tidak ada tanda kemerahan, lecet dan tidak terjadi tenderness bila disentuh.

Intervensi :

Mengatur atau merubah posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi. Pertahankan kebersihan tubuh anak setiap hari dan pengalas tempat tidur. Gunakan lotion bila kulit kering. Kaji area kulit : kemerahan, tenderness dan lecet. Support daerah yang edema dengan bantal. Lakukan aktifitas fisik sesuai dengan kondisi anak.

2. Resiko infeksi b/d terapi imunosuppresive dan hilangnya gama globulin.

Tujuan : tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil :

Hasil laborat ( leukosit ) dbn Tanda- tanda vital stabil Tidak ada tanda – tanda infeksi

Intervensi :

Mencuci tangan setiap akan kontak dengan anak Kaji tanda – tanda infeksi

Monitor tanda – tanda vital Monitor pemeriksaan laboratorium Kolaborasi medis untuk pemberian antibiotik

3. Resiko kurangnya volume cairan (intravaskuler) b/d proteinuria, edema dan efek diuretik

Tujuan : cairan tubuh seimbang

Kriteria hasil :

Mukosa mulut lembab Tanda vital stabil

Intervensi :

Monitor intake dan output ( pada anak < 1ml/kg/jam) Monitor tanda-tanda vital Monitor pemeriksaan laboratorium (elektrolit) Kaji membran mukosa mulut dan elastisitas turgor kulit Kaji pengisian kembali kapiler (capilarry Refill)

5. Resiko kelebihan cairan b/d retensio sodium dan air

Tujuan : Volume cairan tubuh seimbang

Kriteria hasil :

BB stabil Tanda vital dbn Tidak ada edema

Intervensi :

Monitor intake dan output, dan timbang BB setiap hari Monitor tekanan darah Mengkaji status pernafasan termasuk bunyi nafas Pemberian deuretik sesuai program Ukur dan catat ukuran lilitan abdomen

6. Kecemasan pada anak atau keluarga b/d hospitalisasi pada anak

Tujuan : kecemasan hilang

Kriterai hasil :

Orang tua tampak lebih santai Orang tua berpartisipasi dalam perawatan dan memahami kondisi anak

Intervensi :

Anjurkan orang tua dan anak untuk mengekspresikan rasa takut dan cemas Berikan penjelasan tentang penyakit Sindrom Nefrotik, perawatan dan pengobatannya Ajarkan pada orang tua untuk membantu perawatan pada anaknya Berikan aktivitas bermain yang sesuai dgn tumbang anak dan kondisinya.

DAFTAR PUSTAKA

Suryadi dan Yuliani, Rita. 2001. Praktek klinik Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Sagung Seto.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC. Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga, Jilid 1. Media Aesculapius.

Askep Sindrom NefrotikApril 8, 2012

Askep Sindrom Nefrotik

( Asuhan Keperawatan pada Klien Sindrom Nefrotik )

Sindrom nefrotik merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan adanya edema. Kadang-kadang disertai hematuri, hipertensi dan menurunnya kecepatan filtrasi glomerulus. Sebab pasti belum jelas, dianggap sebagai suatu penyakit autoimun.

Sindrom Nefrotik

Secara umum etiologi dibagi menjadi sindrom nefrotik bawaan, sekunder, idiopatik dan sklerosis glomerulus. Penyakit ini biasanya timbul pada 2/100000 anak setiap tahun. Primer terjadi pada anak pra sekolah dan anak laki-laki lebih banyak daripada anak perempuan.Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sangat penting karena pada pasien sindrom nefrotik sering timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan manusia. Perawat diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai. Fokus asuhan keperawatan adalah mengidentifikasi masalah yang timbul, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat rencana keperawatan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan yang telah diberikan apakah sudah diatasi atau belum atau perlu modifikasi.Konsep Sindrom NefrotikPengertian Sindrom NefrotikSindrom Nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbunemia dan hiperkolesterolemia (Rusepno, H, dkk. 2000, 832).Sindrom Nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang massif (Donna L. Wong, 2004).Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injuri glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001).Sindrom nefrotik merupakan sekumpulan gejala yang terdiri dari proteinuria masif (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia (kurang dari 2,5 gram/100 ml) yang disertai atau tidak disertai dengan edema dan hiperkolesterolemia. (Rauf, 2002).Etiologi Sindrom NefrotikSebab pasti belum jelas. Saat ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Secara umum etiologi dibagi menjadi :a. Sindrom nefrotik bawaan.Gejala khas adalah edema pada masa neonatus.

b. Sindrom nefrotik sekunderPenyebabnya adalah malaria, lupus eritematous diseminata, GNA dan GNK, bahan kimia dan amiloidosis.c. Sindrom nefrotikidiopatikd. Sklerosis glomerulus.Insiden Sindrom Nefrotika.Insidens lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan.b.Mortalitas dan prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari, dan responnya trerhadap pengobatanc.Sindrom nefrotik jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahund.Sindrom nefrotik perubahan minimal (SNPM) menacakup 60 – 90 % dari semua kasus sindrom nefrotik pada anake.Angka mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 % dengan majunya terapi dan pemberian steroid.f.Bayi dengan sindrom nefrotik tipe finlandia adalah calon untuk nefrektomi bilateral dan transplantasi ginjal. (Cecily L Betz, 2002)Patofisiologi Sindrom NefrotikAdanya peningkatan permiabilitas glomerulus mengakibatkan proteinuria masif sehingga terjadi hipoproteinemia. Akibatnya tekanan onkotik plasma menurun karean adanya pergeseran cairan dari intravaskuler ke intestisial.Volume plasma, curah jantung dan kecepatan filtrasi glomerulus berkurang mengakibatkan retensi natrium. Kadar albumin plasma yang sudah merangsang sintesa protein di hati, disertai peningkatan sintesa lipid, lipoprotein dan trigliserida.a.Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskuler berpindah ke dalam interstitial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi.b.Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin – angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium dan air. Dengan retensi natrium dan air akan menyebabkan edema.c.Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik plasmad.Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipopprtein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria)e.Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi seng. (Suriadi dan Rita yuliani, 2001 :217)

Gejala Klinis Sindrom Nefrotik- Edema, sembab pada kelopak mata Edema biasanya bervariasi dari bentuk ringan sampai berat (anasarka). Edema biasanya lunak dan cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan disekitar

mata (periorbital) dan berlanjut ke abdomen daerah genitalia dan ekstermitas bawah.- Rentan terhadap infeksi sekunder- Hematuria, azotemeia, hipertensi ringan- Kadang-kadang sesak karena ascites- Produksi urine berkurang- Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus.- Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan keletihan umumnya terjadi.Pemeriksaan Laboratorium- BJ urine meninggi- Hipoalbuminemia- Kadar urine normal- Anemia defisiensi besi- LED meninggi- Kalsium dalam darah sering merendah- Kadang-kdang glukosuria tanpa hiperglikemia.Penatalaksanaan Sindrom Nefrotik- Istirahat sampai edema tinggal sedikit- Diet protein 3 – 4 gram/kg BB/hari- Diuretikum : furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema dan respon pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hididroklortiazid (25 – 50 mg/hari), selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi, alkalosis metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler berat.- Kortikosteroid : Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hari luas permukaan badan (1bp) dengan maksimum 80 mg/hari.Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan dosis 40 mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat respon selama pengobatan, maka pengobatan ini dilanjutkan secara intermitten selama 4 minggu- Antibiotika bila ada infeksi- Punksi ascites- Digitalis bila ada gagal jantung.Komplikasi Sindrom Nefrotika. Infeksi sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang rendah akibat hipoalbuminemia.b. Syok : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1 gram/100ml) yang menyebabkan hipovolemia berat sehingga menyebabkan syok.c. Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi sehingga terjadi peninggian fibrinogen plasma.d. Komplikasi yang bisa timbul adalah malnutrisi atau kegagalan ginjal.(Rauf, .2002 : .27-28).Konsep Asuhan Keperawatan pada Sindrom Nefrotik1. Pengkajiana. Identitas.Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun setiap 100.000 anak terjadi pada

usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan perempuan yaitu 2 : 1. Pada daerah endemik malaria banyak mengalami komplikasi sindrom nefrotik.b. Riwayat Kesehatan.1) Keluhan utama.Badan bengkak, muka sembab dan napsu makan menurun2) Riwayat penyakit dahulu.Edema masa neonatus, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar bahan kimia.3) Riwayat penyakit sekarang.Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi, diare, urine menurun.c. Riwayat kesehatan keluarga.Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah kelahiran.d. Riwayat kehamilan dan persalinanTidak ada hubungan.e. Riwayat kesehatan lingkungan.Endemik malaria sering terjadi kasus NS.f. Imunisasi.Tidak ada hubungan.g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.Perkembangan psikoseksual : anak berada pada fase oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, senang bermain dengan anak berjenis kelamin beda, oedipus kompleks untuk anak laki-laki lebih dekat dengan ibu, elektra kompleks untuk anak perempuan lebih dekat dengan ayah.Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school (inisiative vs rasa bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman baru. Jika usahanya diomeli atau dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu.Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu mulai mempresentasekan dunia dengan bahasa, bermain dan meniru, menggunakan alat-alat sederhana.Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari, menggambar orang dengan kepala, lengan dan badan, segiempat, segitiga, menghitung jari-jarinya, menyebut hari dalam seminggu, protes bila dilarang, mengenal empat warna, membedakan besar dan kecil, meniru aktivitas orang dewasa.Respon hospitalisasi : sedih, perasaan berduka, gangguan tidur, kecemasan, keterbatasan dalam bermain, rewel, gelisah, regresi, perasaan berpisah dari orang tua, teman.h. Riwayat nutrisi.Usia pre school nutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam keluarga. Status gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %, dengan interpretasi : < 60 % (gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi baik).i. Pengkajian persistem.a) Sistem pernapasan.Frekuensi pernapasan 15 – 32 X/menit, rata-rata 18 X/menit, efusi pleura karena distensi abdomen

b) Sistem kardiovaskuler.Nadi 70 – 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 – 100/60 mmHg, hipertensi ringan bisa dijumpai.c) Sistem persarafan.Dalam batas normal.d) Sistem perkemihan.Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri.e) Sistem pencernaan.Diare, napsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri daerah perut, malnutrisi berat, hernia umbilikalis, prolaps anii.f) Sistem muskuloskeletal.Dalam batas normal.g) Sistem integumen.Edema periorbital, ascites.h) Sistem endokrinDalam batas normali) Sistem reproduksiDalam batas normal.j. Persepsi orang tuaKecemasan orang tua terhadap kondisi anaknya.2. Diagnosa dan Rencana Keperawatan Sindrom Nefrotika) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus.Tujuan volume cairan tubuh akan seimbang dengan kriteria hasil penurunan edema, ascites, kadar protein darah meningkat, output urine adekuat 600 – 700 ml/hari, tekanan darah dan nadi dalam batas normal.Intervensi :1. Catat intake dan output secara akurat. Rasional : Evaluasi harian keberhasilan terapi dan dasar penentuan tindakan2. Kaji dan catat tekanan darah, pembesaran abdomen, BJ urine. Rasional : Tekanan darah dan BJ urine dapat menjadi indikator regimen terapi3. Timbang berat badan tiap hari dalam skala yang sama. Rasional : Estimasi penurunan edema tubuh4. Berikan cairan secara hati-hati dan diet rendah garam. Rasional : Mencegah edema bertambah berat5. Diet protein 1-2 gr/kg BB/hari. Rasional : Pembatasan protein bertujuan untuk meringankan beban kerja hepar dan mencegah bertamabah rusaknya hemdinamik ginjal.b) Perubahan nutrisi ruang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu makan.Tujuan kebutuhan nutrisi akan terpenuhi dengan kriteria hasil napsu makan baik, tidak terjadi hipoprtoeinemia, porsi makan yang dihidangkan dihabiskan, edema dan ascites tidak ada.Intervensi :1. Catat intake dan output makanan secara akurat. Rasional : Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh2. Kaji adanya anoreksia, hipoproteinemia, diare. Rasional : Gangguan nuirisi dapat terjadi secara perlahan. Diare sebagai reaksi edema intestinal

3. Pastikan anak mendapat makanan dengan diet yang cukup. Rasional : Mencegah status nutrisi menjadi lebih buruk.c) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.Tujuan tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil tanda-tanda infeksi tidak ada, tanda vital dalam batas normal, ada perubahan perilaku keluarga dalam melakukan perawatan.Intervensi :1. Lindungi anak dari orang-orang yang terkena infeksi melalui pembatasan pengunjung. Rasional : Meminimalkan masuknya organisme.2. Tempatkan anak di ruangan non infeksi. Rasional : Mencegah terjadinya infeksi nosokomial.3. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan. Rasional : Mencegah terjadinya infeksi nosokomial.4. Lakukan tindakan invasif secara aseptik. Rasional : Membatasi masuknya bakteri ke dalam tubuh. Deteksi dini adanya infeksi dapat mencegah sepsis.d) Kecemasan anak berhubungan dengan lingkungan perawatan yang asing (dampak hospitalisasi).Tujuan kecemasan anak menurun atau hilang dengan kriteria hasil kooperatif pada tindakan keperawatan, komunikatif pada perawat, secara verbal mengatakan tidak takur.Intervensi :1. Validasi perasaan takut atau cemas. Rasional : Perasaan adalah nyata dan membantu pasien untuk tebuka sehingga dapat menghadapinya.2. Pertahankan kontak dengan klien. Rasional : Memantapkan hubungan, meningkatan ekspresi perasaan.3. Upayakan ada keluarga yang menunggu. Rasional : Dukungan yang terus menerus mengurangi ketakutan atau kecemasan yang dihadapi.4. Anjurkan orang tua untuk membawakan mainan atau foto keluarga. Rasional : Meminimalkan dampak hospitalisasi terpisah dari anggota keluarga.DAFTAR PUSTAKABerhman & Kliegman (1987), Essentials of Pediatrics, W. B Saunders, Philadelphia.Doengoes et. al, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa Made Kariasa, EGC, JakartaMatondang, dkk. (2000), Diagnosis Fisis Pada Anak, Sagung Seto, JakartaNgastiyah, (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, JakartaRusepno, Hasan, dkk. (2000), Ilmu Kesehaatan Anak 2, Infomedica, JakartaTjokronegoro & Hendra Utama, (1993), Buku Ajar Nefrologi, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.——-, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo-Lab/UPF IKA, Surabaya.Artikel yang Berhubungan

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SINDROMA NEFROTIK APLIKASI NANDA, NOC, NIC

Diposkan oleh Rizki Kurniadi

A. Pengertian

Sindroma nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinarius yang masif. (Wong, 2003)

Sindroma nefrotik ditandai dengan proteinura, hipoproteinemia, edema dan hiperlipidemia.

Pada sindroma ini kadang-kadang disertai hipertensi dan hematuria serta penuturan faal ginjal. Sindroma ini bukan merupakan suatu penyakit tersendiri melainkan merupakan suatu refleksi dari hasil rangsangan ginjal oleh berbagai macam sebab.

Klasifikasi klinis sindroma nefrotik sebagai berikut :

1.          Sindroma nefrotik primer (timbul akibat kelainan primer pada glomerulus)

a.       Sindroma nefrotik kongenital

-          Tipe Finlandia

-          Tipe sklerosis mesangial infantil b. Sindroma nefrotik di dapat (akuisita)

- Sindroma nefratik kelainan minimal

- Glomerulonefritis membranoproliferatif

- Glomerulosklerosis segmental fokal

- Glomerulonefritis proliferatif

- Glomerulosklerosis fokal dan global

- Glomerulonefropati membranosa

- Glomerulonefropati kronile

- Non Klasifikasi

2.          Sindroma Nefrotik Sekunder (sebagai bagian dari suatu penyakit sistemik yang telah dikenal atau akibat dari sebab yang jelas

a.       Penyakit keturunan

-          DM

-          Amiloidosis

b. Penyakit Infeksi

-          Hepatitis virus B

-          Malaria

-          Skistosoma

-          Lepra

-          Sipilisc. Toksin / alergen

-          Logam berat

-          Gigitan serangga (insect bite)

-          Bisa ular d. Penyakit sistematik dan penyakit immunemediated

-          LES

-          Sindroma vaskulitis

-          HSSe. Keganasan

- Tumor paru

- Penyakit hidrogin

- Tumor gastrointestinal

Sindroma mefrotik dapat menyerang segala usia, tetapi dari 74% anak dengan sindroma nefrotik

kelainan minimal, onset penyakit dimulai antara umur 2-7 tahun dengan perbandingan laki-laki :

perempuan 2 : 1 setelah dewasa perbandingan menjadi 1 : 1

B.     Etilogi

Kebanyakan (90%) anak yang menderita nefrosis mempunyai beberapa bentuk sindroma nefrotik idiopotik. Penyakit lesi minimal ditemukan pada sekitar 85%, ploriferasi mesangium pada 5%, dan sklerosis setempat 10%. Pada 10 anak sisanya menderita nefrosis, sidrom  nefrotik sebagian besar di perantarai oleh beberapa bentuk glomerulonefritis, dan yang tersering adalah membranosa dan membrano plorifelatif.

 

C.    Patofisiologis

Kelainan patogenetik yang mendasari nefrosis adalah proteinuria, akibat  dari kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus. Mekanisme dari kenaikan permeabilitas ini belum diketahui tetapi mungkin terkait, setidak-tidaknya sebagian, dengan hilangnya muatan negatif glikoprotein dalam dinding kapiler. Pada status nefrosis, protein yang hilang biasanya melebihi 2g/24 jam dan terutama terdiri dari albumin hipoproteinemianya pada dasarnya adalah hipoalbuminemia. Umumnya edema muncul bila kadar albumin serum turun di bawah 2,5 g/dl (25 g/L)

Mekanisme pembentukan edema pada netrosis tidak dimengerti sepenuhnya. Kemungkinannya adalah bahwa edema didahului oleh timbulnya hipoalbuminemia, akibat kehilangan protein urin hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik plasma yang memungkinkan transudasi cairan dari ruang intravaskuler ke ruang interstisial. Penurunan volume intravaskuler menurunkan tekanan fungsi ginkal mengaktifkan sistem renin angiotensin-aldosteron, yang merangsang reapsorbsi natrium di tubulus distal. Penurunan volume intravaskuler juga merangsang perlepasan hormon intidiuretik yang mempertinggi reabsorbsi air dalam duktus kolektivus. Karena tekanan onkotik plasma berkurang, natrium dan air yang telah direabsorbsi masuk ke ruang instertisial, memperberat edema.

Pada status nefrosis, hampir semua kadar lemak (kolesterol, trigliserid) dan lipoprotein serum meningkat. Sekurang-kurangnya ada dua faktor yang memberikan sebagian penjelasan (1) hipoproteinemia merangsang sintesis protein menyeluruh dalam hati, termasuk lipoprotein; dan (2) katabolisme lemak menurun, karena penurunan kada liporotein lipase plasma, sistem enzim utama yang mengambil lemak dari plasma. Apakah lipoprotein lipase keluar melalui urin sebelum jelas.

Manifestasi Klinis - Oedem

Dimulai dari kelopak mata sampai dengan anasarka

- Penderita mengeluh nafsu makan berkurang dan rasa mual terutama bila sudah terjadi acites

- Selama terjadi oedem, jumlah urine menurun dan berwarna keruh karena mengandung protein.

- Proteinuria

- Hipoalbuminemia

- Hiperkolesterolemia.

D.    Penatalaksanaan

a.       Medis - Diuretika

Diberikan pada keadaan oedem anasarka dengan preparat

Hidrokortiasid 2 mg / Kg BB / Hari 2 kali sehari

Furosemid 1 – 2 mg / Kg BB / Kali, 1-2 kali sehari

- Prednison (Steroid)

Dosis inisial 2 mg / kg Bb / hari dibagi dalam 3 dosis

Selama 4 minggu. Dosis awal diberikan lebih besar daripada dosis jam berikutnya

Bila terjadi perbaikan dalam waktu 4 minggu atau kurang (remisi), pengobatan di lanjutkan dengan

dosis intermiten 2/3 dosis inisial dalam 3 dosis selama 3 hari berturut-turut per minggu selama 4

minggu

Bila remisi bertahan, dilakukan pengurangan dosis 0,5 mg/kg BB/ hari setiap 2 minggu selama 2-4

bulan dan bila baik, pengobatan dapat dihentikan

- Sitostatika

Digunakan bila terjadi resistensi terhadap prednison

- Pemberian albumin sintetik parenteral bila terjadi hipoalbuminemia berat.

b. Dietetis

- Diet TPRG, protein 3-4 gram/ Kg BB / hari, bila sudah membaik dapat dikurangi menjadi 1-2 gram/Kg

BB/ hri

- Pembatasan cairan selama ada oedem

c. Keperawatan

- Tirah taring selama oedem

- Kurangi aktivitas fisik

- Hindarkan stres psikologis

E.     Komplikasi

-          Infeksi (peritonitis spontan, sepsis, pneumonia, selulitis, ISK) Akibat dari meningkatnya kerentanan terhadap infeksi bakteri selama kambuh, meliputi penurunan

kadar imunoglobulin, cairan edema yang berperan sebaai media biakan, defisiensi protein penurunan

aktivitas bakterisit, terapi imunosupresif, penurunan perfusi limpa karena hipovelemia, kehilangan

faktor komplemen (Faktor properdin B) dalam urin yang mengopsonisasi bakteri tertentu

- Trombosis arteri dan vena (karena kenaikan kadar faktor koagulasi tertentu dan inhibitor fibrinolisis

plasma, penurunan kadar inti-trombin III plasma, dan kenaikan agregasi trombosit)

- Definisi faktor kagulasi IX, XI, dan XII

- Penuruan kadar vitamin D Serum

- Gagal ginjal kronis

F.     Pemeriksaan Penunjang

1.      Analisa urine : Adanya protein, silinder, sel darah merah 2. Analisa darah : Protein serum (total albumin, globulin, kolestrol)

 

G.    Asuhan Keperawatan Sindroma Neprotik 1. Pengkajian

a. Identitas

b. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan pertama : Penambahan BB edema, wajah sebab, sesak nafas acites, pembekakan

labial/skrotal, anoreksia, diare, mudah lelah, letargi

2. Riwayat kesehatan sekarang

3. Riwayat kesehatan yang lalu

4. Riwayat keluarga

5. Riwayat tumbuh kembang

c. Pemeriksaan Persistem

1. Keadaan umum : Kesadaran, vital, sign, status gizi (BB, TB)

2. Sistem

- Pernafasan : Kesulitan pernafasan (Efusi Pleura)

- Kardiovaskuler : Tekanan darah normal / menurun

- Gastrointestinal : diare, (Edema mukosa usus)

- Integumen : Pucat kulit ekstrem, edema

- Persyarafan : peka rangsang

Perkemihan : Penurunan volume, warna urine gelap, berbau buah.

d. Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

2. Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah

3. Pola eliminasi : diare

4. Pola aktivitas dan latihan mudah lelah

5. Pola tidur istirahat : Susah tidur

6. Pola kognitif dan perseptual : mengetahui tentang penyakitnya

7. Pola toleransi dan koping stres : penolakan, cemas, sedih

8. Pola nilai keyakinan

9. Pola hubungan dan peran

10. Pola seksual dan reproduksi

11. Pola persepsi diri dan konsep diri : putus asa, rendah diri

H.    Diagnosa Keperawatan yang bisa muncul

1.      Kelebihan volume cairan (interatisiil), berhubungan dengan mekanisme  pengaturan melemah

2. Resiko kerusakan integritas kulit b.d edema, penurunan pertahanan tubuh

3. Resiko infeksi b.d pertahanan tubuh yang menurun /imunosupresi.

4. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan persepsi ketidak mampuan

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kehilangan nafsu makan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

1.

Kelebihan volume cairan b.d mekanisme pengaturan melemah

Batasan Karakteristik :

- Peningkatan berat badan cepat

- Intake lebih banyak dari output

- Edema s.d anasarka

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … X 24 jam kelebihan cairan klien berkurang, dengan kriteria

Electrolyte & Acid / base balance (0600)

- Nadi dbn

- Respirasi dbn

- Serum Ca, Mg, Cl, dbn

Elektrolite Management (2000)

1. Monitor intake output

2. Monitor fungsi renal

3. Monitor nilai Ca, Mg, Cl

4. Kolaborasi medikasi sesuai program

5. Monitor gejala mual, muntah, hematuria sebagai akibat gangguan ginjal

- Oliguria

- Penurunan Hb dan HMT

- Perubahan pola res-pirasi, dispnea, nafas pendek, ortopnea, su-ara abnormal : rales atau crakles, efusi pleura

- Albumin, Ceatinin dbn

Balance cairan (0601)

- Nadi perifer teraba kuat

- Tidak terjadi orthostatic hipotension

- Intake-output / 24 jam seim-bang

- Tidak ada acites, edema anasarka <

- Tidak ada suara nafas tambahan

- Berat badan stabil

- Membran mukosa lembab

- Nilai HMT dan elektrolit serum dbn

Fluid Management (4120)

1. Monitor intake-output

2. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, kuatnya nadi)

3. Monitor vital sign

4. Monitor indikasi kelebihan cairan (cracles, edema, distensi vena jugularis, acites)

5. Kelola pemberian th/cairan

6. Monitor status nutrisi

7. Kelola pemberian diuretik

2. Resiko kerusakan inte-gritas kulit b.d edema

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … X 24 jam tidak terjadi kerusakan integritas kulit, dengan criteria :

Dialisis Acces Integrity (1105)

Temperatur badan dalam batas normal

Tidak tampak kemerahan pada kulit

Curculatory Precuation (4070)

1. Kaji semua sirkulasi perifer

2. Tidak memasang IV cath pada affected extremity (ektremitas yang tertekan)

3. Kembalikan sirkulasi darah pada daerah yang tertekan

4. Pertahankan hidrasi yang adequat untuk menghindari kerusakan viscositas darah

5. Hindari perlukaan pada daerah

Tak ada bagian tubuh yang terluka dan berdarah

Pulse perifer dalam batas normal

Temperatur kulit perifer

Tak ada edema perifer

Risk Control (1902)

Faktor resiko termonitor (dari klien maupun ling-kungan)

Menggunakan cara yang efektif untuk mengontrol resiko kerusakan jaringan

Modifikasi lifestyle untuk mengurangi resiko

Keluarga terlibat dalam mengontrol resiko

Monitor perubahan status kesehatan

Klien dan keluarga terlibat dalam screning untuk menetapkan masalah kesehatan

tertekan

6. Rawat kuku klien

7. Instruksikan klien dan keluarga untuk menghindari perlukaan pada daerah tertekan

8. Monitor daerah pada ekstermitas dari panas, merah, nyeri dan sweling

3. Gangguan citra tubuh b.d. perubahan penam-pilan persepsi ketidak mampuan

Batasan karakteristik :

Perilaku menghindar

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … X 24 jam klien tidak mengalami gangguan citra tubuh, dengan criteria :

Body Image (1200)

Body Image enhancement (5220)

1. Deteksi adanya perubahan body image

2. Gunakan prosedur antisipasi untuk mencegah perubahan body image

3. Bantu klien untuk men-diskusikan perubahan yang terjadi karena

Pengungkapan mengenai perubahan penampilan dan fungsi

Gambaran diri baik

Keseimbangan antara ke-adaan tubuh dan idealisme, serta perilaku

Bisa menerima perubahan fungsi tubuh

Menerima perubahan status kesehatan

Mau menggunakan alter-native / fasilitas lain untuk mendukung fungsi.

Psychosocial Adjustment : Life change (1305)

Merumuskan tujuan realistis

Kenyamanan diri terpelihara

Menunjukka produktifitas dan optimisme

Menunjukkan perasaan mampu sesuai kondisi

Bisa mengidentifikasi dan menggunakan coping yang efektif

penyakitnya

4. Bantu klien untuk mendis-kripsikan perubahan bentuk dan fungsi tubuh sesuai umur

5. Latih anak / klien utuk menggunakan fungsi tubuh sesuai kondisi

6. Identifikasi coping strategi dari orang tua dalam me-respon perubahan kondisi anak.

4. Resiko infeksi b.d per-tahanan tubuh menurun / imunosopresi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … X 24 jam klien tidak mengalami infeksi, dengan criteria :

Dialisis Acces Integrity (1105)

Monitor elektrolite (2020)

1. Monitor elektrolit serum

2. Monitor serum albumin dan total protein, sesuai indikasi

3. Monitor hal-hal yang dapat mempengaruhi asam basa

Risk control (1902)

Immue status (0702)

Infeksi recurrent tidak terjadi

Tak ada tumor

Gastrointestinal dalam batas normal

Pernafasan dalam batas normal

Genitourinary dalam batas normal

TempSuhu tubuh dalam rentang normal

Integritas jar kulit baik

Integritas mukosa

Cronic fatique tidak terjadi

Tak ada reaksi ektrem pada daerah skin test

WBC dalam batas normal

Tissue integrity skin dan mucous

Elastisitas dalam batas normal

Hidrasi baik

Pigmentasi dalam batas normal

Textur dalam batas normal

Pertumbuhan rambut dan jaringan kulit baik

4. Identifikasi penyebab ketidak seimbangan elektrolit

5. Catat dan laporkan bila terdapat ketidak seimbangan elektrolit

6. Catat perubahan sensasi perifer (tremor)

7. Monitor mual, munt, diare

8. Monitor keadequatan per-nafasan

9. Monitor kehilangan cairan yang bisa menyebabkan kehilangan elektrolit

10. Monitor cramp perut, bradi cardi hipotension, depresi pernafasan bahkan coma

Pencegahan Infeksi (6550)

o Monitor simtom local maupun sistemik, adanya infeksi

o Monitor luka yang bisa menyebabkan infeksi

o Monitor WBC

o Gunakan teknik aseptik

o Lakukan perawatan khusus yang sesuai untuk daerah edema

o Inpeksi daerah mukosa membran apakah terdapat kemerahan panas

o Monitor perubahan energi

o Berikan antibiotik sesuai indikasi

o Libatkan klien dan keluarga untuk mencegah infeksi

Tak tampak lesi pada jaringan

5. PK: Syok hipovolemia b.d kebocoran plasma, perdarahan , dehidrasi

Setelah dilakukan tindakan / penanganan selama … X 24 jam diharapkan klien tidak mengalami syok, dengan criteria :

Kriteria hasil :

Amplitudo nadi perifer meningkat

Pengisian kapiler singkat (< 2 detik)

Tekanan darah dalam rentang normal

CVP > atau = 5 cm H2O

Frekuensi jantung teratur

Berorientasi terhadap waktu, tempat, dan orang

Keluaran urin > atau = 30 ml/jam

Akral hangat

Nadi teraba

Membran mukosa lembab

Turgor kulit normal

Berat badan stabil dan dalam batas normal

Kelopak mata tidak cekung

Tidak demam

1. Kaji dan catat status perfusi perifer. Laporkan temuan bermakna : ekstremitas dingin dan pucat, penurunan amplitude nadi, pengisian kapiler lambat.

2. Pantau tekanan darah pada interval sering ; waspadai pada pembacaan lebih dari 20 mmHg di bawah rentang normal klien atau indicator lain dari hipotensi : pusing, perubahan mental, keluaran urin menurun.

3. Bila hipotensi terjadi, tempatkan klien pada posisi telentang untuk meningkatkan aliran balik vena. Ingat bahwa tekanan darah > atau = 80/60 mmHg untuk perfusi koroner dan arteri ginjal yang adekuat.

4. Pantau CVp (bila jalur dipasang) untuk menentukan keadekuatan aliran balik vena dan volume darah; 5-10 cm H2O biasanya dianggap rentang yang adekuat. Nilai mendekati 0 menunjukkan hipovolemia, khususnya bila terkait dengan keluaran urin menurun, vasokonstriksi, dan peningkatan frekuensi jantung yang ditemukan pada hipovolemia.

5. Observasi terhadap indicator perfusi serebral menurun : gelisah, konfusi, penurunan tingkat kesadaran. Bila indicator positif terjadi, lindungi klien dari cidera dengan meninggikan pengaman tempat tidur dan menempatkan tempat tidur pada posisi paling rendah. Reorientasikan klien

Tidak ada rasa haus yang sangat

Tidak ada napas pen-dek /kusmaul

sesuai indikasi.

6. Pantau terhadap indicator perfusi arteri koroner menurun : nyeri dada, frekuensi jantung tidak teratur.

7. Pantau hasil laboratorium terhadap BUN (>20 mg/dl) dan kreatinin (>1,5 mg/dl) meninggi ; laporkan peningkatan.

8. Pantau nilai elektrolit terhadap bukti ketidak seimbangan , terutama Natrium (>147 mEq/L) dan Kalium (>5 mEq/L). Waspadai tanda hiperkalemia : kelemahan otot, hiporefleksia, frekuensi jantung tidak teratur. Juga pantau tanda hipernatremia, retensi cairan dan edema.

9. Berikan cairan sesuai program untuk meningkatkan volume vaskuler. Jenis dan jumlah cairan tergantung pada jenis syok dan situasi klinis klien : RL, Asering

10. Siapkan untuk pemindahan klien ke ICU/PICU

(Keperawatan Medical Bedah : Swearingen : 1996)