askep jiwa.docx
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
1/31
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangGangguan jiwa pada anak-anak merupakan hal yang banyak terjadi, yang
umumnya tidak terdiagnosis dan pengobatannya kurang adekuat. Masalah
kesehatan jiwa terjadi pada 15% sampai 22% anak-anak dan remaja, namun
yang mendapatkan pengobatan jumlahnya kurang dari 20% (Keys, 1998).
Gangguan hiperaktivitas-defisit perhatian (ADHD/ Attention Deficit-
Hyperactivity Disorder) adalah gangguan kesehatan jiwa yang paling banyak
terjadi pada anak-anak, dimana insidensinya diperkirakan antara 6% sampai
9%.
Gangguan jiwa tidak mudah didiagnosis pada anak-anak seperti pada
orang dewasa. Anak-anak seringkali kurang memiliki kemampuan kognitif
abstrak atau ketrampilan verbal untuk menjelaskan apa yang terjadi. Karena
anak-anak berubah dan berkembang terus-menerus, mereka tidak memiliki
perasaan stabil dan normal pada diri yang membuat mereka mampu
membedakan gejala-gejala yang tidak lazim atau tidak diinginkan. Selain itu,
perilaku yang mungkin normal pada anak dengan usia tertentu mungkin
mengindikasikan masalah bagi anak pada usia lainnya. Misalnya bayi 10
bulan mungkin menangis dan meraung-raung saat berpisah dengan ibunya,
tetapi hal ini normal untuk tahap perkembangan tersebut. Akan tetapi, jika
anak tersebut masih menangis dan menunjukkan ansietas berat saat berpisah
dengan ibunya pada usia 5 tahun, perilaku ini harus diselidiki.
Anak-anak dan remaja mengalami beberapa masalah kesehatn jiwa yang
sama seperti orang dewasa, misalnya depresi, gangguan bipolar, dan
gangguan ansietas, dan didiagnosis mengalami gangguan tersebut dengan
menggunakan kriteria yang sama seperti pada orang dewasa. Gangguan
makan, terutama anoreksia, biasanya dimulai pada gangguan yang pertama
kali ditemukan pada masa-masa dewasa.
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
2/31
2
Banyak anak, misalnya yang mengalami yang mengalami gangguan
belajar, gangguan komunikasi dan ketrampilan motorik, gangguan makan dan
pemberian makan, gangguan tik dan retardasi mental yang berat atau sangat
berat mungkin memerlukan layanan penempatan residential atau layanan day
care. Gangguan yang paling sering ditemukan di lingkungan kesehatan jiwa
atau unit terapi khusus mencakup gangguan perkembangan pervasif,
gangguan hiperaktivitas defisit perhatian (ADHD), dan gangguan perilaku
disruptif.
Diagnosis gangguan jiwa pada anak-anak dan remaja adalah perilaku yang
tidak sesuai dengan tingkat usianya, menyimpang bila dibandingkan dengan
norma budaya, yang mengakibatkan kurangnya atau terganggunya fungsi
adaptasi (Townsend, 1999). Dasar untuk memahami gangguan yang terjadi
pada bayi, anak-anak, dan remaja adalah dengan menggunakan teori
perkembangan. Penyimpangan dari norma-norma perkembangan merupakan
tanda bahaya penting adanya suatu masalah.
1.2Rumusan Masalah1. Bagaimana konsep teori gangguan jiwa pada anak dan remaja?2. Bagaimana asuhan keperawatan gangguan jiwa pada anak dan remaja?
1.3Tujuan Masalah1. Untuk mengetahui konsep teori gangguan jiwa pada anak dan remaja?2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gangguan jiwa pada anak dan
remaja?
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
3/31
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Retardasi Mental2.1.1 Pengertian
Retardasi mental adalah suatu gangguan heterogen yang terdiri dari
gangguan fungsi intelektual di bawah rata-rata dan gangguan dalam
ketrampilan adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun
(Arif Mansjoer, 2000).
2.1.2 Derajat Retardasi MentalMenurut Arif Mansjoer derajat retardasi mental terbagi menjadi;
a. Retardasi mental ringan : IQ 50-691. Usia prasekolah: dapat mengembangkan ketrampilan sosial dan
komunikasi retradasi mental minimal.
2. Usia sekolah: dapat belajar ketrampilan akademik sampai kelas 6 SD.
3.Usia dewasa: biasanya dapat mencapai ketrampilan sosial dankejuruan namun perlu bantuan terutama bila stres.
b. Retardasi mental sedang : IQ 35-491. Usia prasekolah: dapat berbicara atau belajar berkomunikasi,
ditangani dengan pengawasan sedang.
2. Usia sekolah: latihan dalam ketrampilan sosial dan pekerjaandapat bermanfaat, dapat pergi sendiri ke tempat yang telah
dikenal.
3. Usia dewasa: dapat bekerja sendiritanpa dilatih namun perlupengawasan terutama jika berada dalam stress.
c. Retardasi mental berat : IQ 20-341. Usia prasekolah: perkembangan motorik yang miskin.2. Usia sekolah: dapat berbicara atau belajar berkomunikasi namun
latihan kejuruan tidak bermanfaat.
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
4/31
4
3. Usia dewasa: dapat berperan sebagian dalam pemeliharaan dirisendiri di bawah pengawasan ketat.
3. Retardasi mental sangat berat : IQ
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
5/31
5
Ketrampilan komunikasi dan motoriknya sangat terbatas. Pada
masa dewasa dapat terjadi perkembangan bicara dan mampu
menolong diri sendiri secara sederhana. Tetapi seringkali masih
membutuhkan perawatan orang lain (Donna L.Wong, 2000).
2.1.5 DiagnostikKriteria diagnostik
Menurut Arif Mansjoer, fungsi intelektual secara bermakna di
bawah rata-rata IQ, kira-kira70 atau kurang pada tes IQ yang dilakukan
secara individual (untuk bayi, pertimbangan klinisnya adalah fungsi
intelektual yang jelas di bawah ratarata).
Adanya defisit atau gangguan penyerta dalam fungsi adaptif
sekarang (yaitu efektivitas orang tersebut untuk memenuhi standar-
standar yang dituntut menurut usianya dalam kelompok kulturalnya)
pada sekurangnya dua bidang ketrampilan berikut, yaitukomunikasi,
merawat diri sendiri, aktivitas di rumah, ketrampilan
sosial/interpersonal, fungsional, pekerjaan, liburan, kesehatan,dan
keamanan (Mansjoer, 2000).
2.1.6 PenatalaksanaanPencegahan primer adalah tundakan yang dilakukan untuuk
menghilangkan atau menurunkan kondisi yang menyebabkangangguan.
Tindakan tersebut termasuk pendidikan untuk meningkatkn
penegtahuan dan kesadaran masayarakat umum, usaha terus-menerus
dari profesional bidang kesehatan untuk menjaga dan meperbaharui
kebijakan kesehatan masayarkat, aturan untuk memberikan pelayanan
kesehatan maternal dan anak yang optimal, dan eradikasi gangguan
yang diketahui disertai kerusakan sistem saraf pusat. Konseling
keluarga dan genetik dapat membantu (Mansjoer, 2000).
Tujuan pencegahan sekunder adalah untuk mempersingkat
perjalanan penyakit, sedangkan pencegan tersier bertujuan untuk
menekan kecacatan yang terjadi. Dalam pelaksanaannya kedua jenis
pencegahan ini dilakukan bersamaan, yang meliputi pendidikan untuk
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
6/31
6
anak; terapi perilaku, kognitif dan psikodinamika; pendidikan keluarga;
dan intervensi farmakologis (Mansjoer, 2000).
Pendidikan untuk anak harus merupakan program yang lengkap
dan mencakup latihan kejurua. Satu hal yang penting adalah mendidik
keluarga tentang cara meningkatkan kompetensi dan harga diri sambil
mempertahankan harapan yang realistik (Mansjoer, 2000).
Untuk mengatasi perilaku agresi dan melukai diri sendiri dapat
digunakan naltrekson. Untuk gerakan motorik strerotipik dapat dipakai
antipsikotik seperti haloperidol dan klorpromazin. Perilaku kemarahan
eksplosif dapat diatasi dengan penghambat beta seperti propanolol dan
buspiron. Adapaun untuk gangguan defisit atensi atau hiperaktivitas
dapat digubakan metilpenidat (Mansjoer, 2000).
2.2 Autisme2.2.1 Pengertian
Autisme adalah gannguan perkembangan kompleks pada fungsi
otak yang disertai dengan defisit intelektual dan perilaku dalam
rentang dan keparahan yang luas. Autisme dimanifestasikan selama
masa bayi dan awal masa kanak-kanak terutama sejak usia 18 sampai
30 bulan (Donna L. Wong, 2008).
Autisme terjadi pada 1:2500 anak, sekitar empat kali lebih sering
pada lelaki dibanding perempuan (meskipun perempuan biasanya
terkena terkena lebih parah), dan tidak berhubungan dengan tingkat
sosial ekonomi, ras atau gaya hidup orangtua (Donna L. Wong, 2008).
2.2.2 EtiologiMenurut Donna L. Wong, etiologi autisme tidak diketahui. Akan
tetapi, terdapat bukti kuat yang menyokong penyebab biologis
multipel. Individu penderita autisme dapat memiliki
elektroensefalogram abnormal, kejang epileptik, keterlambatan
perkembangan dominasi tangan, refleks primitif menetap, abnormalitas
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
7/31
7
metabolik (serotonin darah meningkat), dan hipoplasia vermal
sereberal (bagian otak yang terlibat dalam regulasi gerakan dan
beberapa aspek memori).
Terdapat juga buktikuat berbasis genetik bahwa anak kembar
memiliki pola bawaan autosom resesif secarakonsisten. Studi yang
dilakukan pada anak kembar menunjukkan sangat tiongginya
konkordans (sifat bawaan yang terdapat pada orang saudara kembar
monozigot (identik) dan 24% konkordans untuk kembar dizigot (non-
identk). Selain itu, antara 5% dampai 16% lelaki penderita autisme
positif memiliki kromosom X fragile .
Terdapat 3% samapi 8% resiko kejadian autisme pada keluarga
jika ada salah satu anak yang terkena. Meskipun gen transporter
serotonin dianggap sebagai kemungkinan faktor penyebab autisme,
gen spesifik untuk gangguan ini belum teridentifikasi.
2.2.3 Manifestasi KlinikMenurut Donna L. Wong manifestasi klinik autisme antara lain;
Hubungan sosial dan perilaku
a. Isolasi interpersonal yang ekstremb. Perhatian yang intens dan abnormal untuk mempertahankan
kesamaan.
c. Tidak bereaksi terhadap momongan dan gendongand. Tidak berespons terhadap rangsangan verbale. Kelekatan yang aneh terhadap benda mekanisf. Perilaku aneh yang berulang, seperti menekan-nekan tombol lampu
untuk menghidup dan mematikan.
g. Sulit ditangani, pasif dan mudah marah.h. Perilaku merusak diriPerkembangan
a. Retardasi mental, biasanya berat.
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
8/31
8
b. Ketrampilan motorik kasar dapat berkembangc.Normal sampai hiperaktif.d. Bisa memiliki kemampuan luar biasa (mis., memori)e. Respons menghisap dan makan buruk.Bahasa
a. Bicara latah atau parrot (pengulangan kata-kata yang diucapkankepada mereka secara otomatis).
b. Pronomial terbalik (cenderung menggunakan kamu untuksaya)
c. Penggunaan kata-kata harfiah dan konkret (mis., dalam untuk artipintu).
Proses sensoris/persepsi
a. Defisit sensoris meskipun penglihatan dan pendengaran utuhb. Bertindak seakan-akan tuli, tetapi dapat sangat sensitif terhadap
suara.
c. Hiposensitif atau hipersensitif terhadap nyeri.d. Memiliki aversi (rasa tidak senang) terhadap sentuhan.
Anak penderita autisme memperlihatkan berbagai karakteristik
khas dan sering tampak aneh, terutama dalam interaksi sosial,
komunikasi, dan perilaku. Manifestasi klinis lain yang secara khas
terlihat pada anak penderita autisme. Terdapat kisaran beratnya kisaran
beratnya manifestasi klinis dari bentuk ringan, yang memerlukan
pengawasan minimal, sampai bentuk berat yang sering memilki
perilaku menganiaya diri sendiri. Mayoritas anak penderita autisme
mengalami derajat retardasi mental yang sdang sampai berat, beberapa
anak penderita autisme (dikenal sebagai savant) memiliki kemampuan
dalam bidang khusus seperti seni, musik, memori, matematika, atau
ketrampilan persepsi seperti menyusun puzzle.
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
9/31
9
2.2.4 PrognosisAutisme biasanya merupakan kondisi ketidakmampuan yang berat.
Tetapi ada laporan bahwa anak-anak mengalami kemajuan dalam
penguasaan ketrampilan bahasa dan komunikasi dengan orang lain.
Beberapa anak pada akhirnya dapat mencapai kemandirian, tetapi
sebagian besar anak memerlukan pengawasan seumur hidup dari oarng
dewasa. Perburukan gejala psikiatrik terjadi pada sekitar setengah anak
selama masa remaja, denan anak perempuan memiliki kecenderungan
mengalami perburukan terus-menerus.
Penegnalan perilaku sehubungan dengan autisme sejak dini sangat
kritis agar dapat menerapkan intervensi dan keterlibatan keluarga yang
kurang tepat. Prognosis paling baik terdapat pada anak-anak yang telah
memiliki perkembangan bicara komunikatif pada usia 6 tahun dan IQ
di atas 50 pada saat diagnosa ditegakkan (Donna L. Wong, 2008).
2.3 Gangguan Pemusatan Perhatian dan Impulsivitas2.3.1 Pengertian
Attention deficit hiperactivity disorder (ADHD) atau GPPH
merupaka istilah terbaru yang digunakan untuk menyatakan pola
defisit pemusatan perhatian yang persisten atau hiperakvitas dikenal
dan lebih sering terjadi pada anak-anak dengan GPPH dibandingkan
anak-anak lain dengan tingkat perkembangan yang sama (Muscari,
2005).
2.3.2 KlasifikasiMenurut Muscari, GPPH digolongkan menjadi tiga subtipe, antara
lain;
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
10/31
10
a. Tipe kombinasi (paling sering). Individu memilki enam atau gejalagangguan pemusatan perhatian dan enam gejala atau lebih gejala
hiperaktivitas dan impulsivitas.
b. Tipe inatentif predominan. Individu memiliki enam atau lebihgejala gangguan pemusatan perhatian dan gejala hiperaktivitas
dengan impulsivitas kurang dari enam.
c. Tipe hiperaktivitas dan impulsivitas predominan. Individumemiliki enam atau lebih gejala hiperaktivitas dengan impulsivitas
dan gejala gangguan pemusatan perhatian kurang dari enam.
2.3.3 EpidemiologiADHD memengaruhi sekitar 3% sampai 5% anak usia sekolah.
Rasio antara anak laki-laki dan anak perempuan berkisar 3:1
(McCracken, 2000).
Sebelumnya, diyakini bahwa anak-anak dapat mengatasi ADHD
setelah masa pubertas, tetapi sekarang dikatahui bahwa ADHD tetap
berlangsung selama masa remaja dan bahkan usia dewasa pada banyak
orang (Wender, 2000).
ADHD pada masa kanak-kanak juga memiliki angka yang lebih
tinggi pada impulsivitas, penggunaan alkohol dan obat-obatan,
masalah dengan hukum, dan diagnosis gangguan kepribadian (Sheila
L. Videbeck, 2008).
2.3.4 EtiologiMeskipun banyak riset yang telah dilakukan, penyebab ADHD
yang pasti tidak diketahui. Kemungkinan bahwa kombinasi berbagai
faktor ikut berperan, seperti racun lingkungan, pengaruh prenatal,
hereditas, dan kerusakan struktur dan fungsi otak (McCracken, 2000).
Pajanan selama prenatal terhadap alkohol, tembakau, timbal, dan
malnutrisi berat pada masa kanak-kanak awal meningkatkan
kemungkinan ADHD (Glod, 1997).
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
11/31
11
Faktor predisposisi antara lain terpajan toksin, obat, otitis media
kronis, trauma kepala, komplikasi perinatal, infeksi neurologis, dan
gangguan mental, dan pewarisan genetik tidak diketahui (Muscari,
2005).
Faktor resiko ADHD mencakup riwayat ADHD pada keluarga:
kerabat laki-laki yang mengalami gangguan kepribadian antisosial atau
alkoholisme; kerabat perempuan yang mengalami gangguan
somatisasi; status sosioekonomi yang rendah; gender laki-laki;
ketidakharmonisan keluarga atau perkawinan, termasuk perceraian
orangtua, pengabaian, penganiayaan, atau deprivasi pengasuhan; berat
lahir; dan berbagai macam cedera otak (McCracken, 2000).
Menurut Philips (2007), etiologi ADHD melibatkan saling
keterkaitan antara faktor genetik dan lingkungan.
1. Pengaruh genetikGejala ADHD menunjukkan pengaruh genetik yang cukuo
kuat. Twin studi menunjukkan bahwa sekitar 75% dari variasi
gejala ADHD di dalam populasi adalah karena faktor genetik
(heritabilitas perkiraan 0,7-0,8). Pengaruh genetik tampaknya
mempengaruhi distribusi gejala ADHD di seluruh penduduk dan
bukan hanya dalam kelompok sub klinis.
2. Pengaruh lingkunganBerbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan otak saat
perinatal dan anak usia dini berhubungan dengan peningkatan
risiko ADHD tanpa gangguan hiperaktif. Faktorr biologis yang
berpengaruh terhadpa ADHD yaitu ibu merokok, mengkonsumsi
alkohol, dan mengkonsumsi heroin selama kehamilan; berat lahir
sangat rrendah dan hipoksia janin; cedera otak; dan terkena racun.
Faktor resiko tidak bertindak dalam isolasi, tapi berinteraksi satu
sama lain. Sebagai contoh, risiko ADHD terkait dengan konsumsi
alkohol ibu pada kehamilan mungkin lebih kuat pada anak-anak
dengan gen transporter dopamin.
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
12/31
12
Hasil penelitian Faron, dkk, 2000, Kuntsi dkk, 2000, Barkley, 2003
(dalam MIF Baihaqi & Sugiarmin, 2006), yang mengatakan bahwa
terdapat faktor yang berpengaruh terhadap munculnya ADHD:
a. Faktor genetikaBukti penelitian menyatakan bahwwa faktor genetika
merupakan faktor penting dalam memunculkan tingkah laku
ADHD. Satu pertiga dari anggota keluarga ADHD memiliki
gangguan, yaitu jika orangtua mengalami ADHD, maka anknya
beresiko ADHD sebesar 60%. Pada anak kembar, jika salah satu
mengalami ADHD, maka saudaranya 70-80% juga beresiko
mengalami ADHD.
Pada studi gen khusus beberapa penemuan menunjukkan
bahwa molekul genetika gen-gen tertentu dapat menyebabkan
,munculnya ADHD. Dengan demikian temuan-temuan dari aspek
keluarga, anak kembar, dan gen-gen tertentu menyatakan bahwa
ADHD ada kaitannya dengan keturunan.b. Faktor neurobiologis
Beberapa dugaan dari penemuan tentang neurobiologis
diantaranya bahwa terdapat persamaan antara ciri-ciri yang muncul
pada ADHD dengan yang muncul pada kerusakan fungsi lobus
prefrontal. Demikian juga penurunan kemampuan pada anak
ADHD pada tes neuropsikologis yang dihubungkan dengan fungsi
lobus prefrontal. Temuan melalui MRI (pemeriksaan otak dengan
teknologi tinggi) menunjukkan ada ketidaknormalan pada bagian
otak depan. Bagian ini meliputi korteks prefrontal yang saling
berhubungan dengan bagian dalam bawah korteks serebral secara
kolektif dikenal sebagai baal ganglia. Bagian otak ini berhubungan
dengan atensi, fungsi eksekutif, penundaan respons, dan organisasi
respons. Kerussakan-kerusakan daerah ini memunculkan ciri-ciri
yang serupa dengan ciri-ciri ADHD. Informasi lain bahwa anak
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
13/31
13
ADHD mempunyai korteksi prefrontal lebih kecil dibanding anak
yang tidak ADHD.
2.3.5 Manifestasi KlinikMenurut Muscari, Diagnosis GPPH berdasarkan kelompok
kriteria spesifik yang diajukan oleh American Psychiatris Association
dalam Diagnostic and Statistical manual of Mental Disorder (DSM
IV) (catatan: tipe kombinasi berdasarkan pada (1) dan (2); tipe
inatentif predominan berdasarkan pada (1); dan tipe hiperaktivitas dan
impulsivitas predominan berdasarkan pada (2):
1. Kurang PerhatianPada criteria ini, penderita ADHD paling sedikit mengalami
6 atau gejala-gejala berikut dan berlangsung paling sedikit 6
bulan sampai suatu tingkatan yang maladaptive dan tidak
konsisten dengan tingkat perkembangan.
a. Seringkali gagal memperhatikan baik-baik terhadap sesuatuyang detail atau membuat kesalahan yang sembrono dalam
pekerjaan sekolah dan kegiatan-kegiatan lainnya.
b. Seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkanperhatian terhadap tugas-tugas atau kegiatan bermain.
c. Seringkali tidak mendengarkan jika diajak berbicara secaralangsung.
d. Seringkali tidak mengikuti baik-baik instruksi dan gagaldalam menjalankan tugas dan kegiatan.
e. Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasdan kegiatan
f. Seringkali kehilnagan benda/ barang penting untuk tugas-tugas dan kegiatan misalnya kehilangan pensil, buku, dan
alat tulis lainnnya.
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
14/31
14
g. Seringkali menghindari, tidak mnyukai atau engganmelaksanakan tugas-tugas yang membutuhkan usaha
mental yang didukung seperti menyelesaikan pekerjaan
sekolah atau pekerjaan rumah.
h. Seringkali bingung/ terganggu oleh rangsangan dari luar.2. Hiperaktifitas dan impulsivitas
Paling sedikit enam atau lebih dari gejala-gejala
hiperaktifitas dan impulsivitas berikutnya bertahan selama
paling sedikit 6 bulan sampai dengan tingkatan maladaptive
dan tidak dengan tingkat perkembangan.
Hiperaktifitas
a. Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka dansering menggeliat di kursi.
b. Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas ataudalam situasi lainnya dimana diharapkan agar anak tetap
duduk.
c. Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalamsituasi dimana hal ini tidak tepat. (Pada masa remaja atau
dewasa terbatas padaperasaan gelisah yang subyektif)
d. Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibatdalam kegiatan senggang secara tenang.
e. Sering bergerakf. Sering berbicara berlebihan/ berteriak-teriak.Impulsivitas
a. Mereka seing memberi jawaban sebelum pertanyaanselesai.
b. Mereka sering mengalami kesulitan menunggu giliran.
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
15/31
15
c. Mereka sering menginterupsi atau mengganggu orang lain.Misalnya memotong pembicaraan atau permainan.
3. Beberapa gejala hiperaktifitas dan impulsivitas atau kurangperhatian yang menyebabkan gangguan muncul sebelum anak
usia 7 tahun.
4. Beberapa kerusakan terjadi pada dua lingkungan atau lebih(mis., rumah dan sekolah).
5. Menunjukkan adanya disfungsi sosial, akademik, atauokupasional yang tampak jelas.
6. Gejala tidak terjadi selama episode gangguan perkembanganyang meluas, skizofrenia, atau gangguan psikosis dan tidak
menyertai setiap gangguan mental lainnya.
2.3.6 Penatalaksanaan1. Medis
Rencana pengobatan bagi anak dengan gangguan ini terdiri atas
penggunaan psikostimulan, modifikadi perilaku, pendidkan
orangtua, dan konseling keluarga.
Psikostimulan: metilfenidat (ritalin), amfetamin sulfat
(benzedrine), dan dekstroamfetamin sulfat (dexedrine), dapat
memperbaiki rentang perhatian dan konsentrasi anak dengan
meningkatkan efek paradoksikalpada kebanyakan anak dan
sebagian orang dewasa yang menderita gangguan ini.
2. KeperawatanBeberapa terapi yang dapat diberikan pada anak hiperaktif;
a. Terapi bermainTerapi bermain sangat penting untuk mengembangkan
ketrampilan, kemampuan gerak, minat dan terbiasa dalam
suasana kompetitif dan kooperatif dalam melakukan kegiatan
kelompok. Bermain juga dapat dipakai untuk sarana persiapan
untuk beraktifitas dan bekerja saat usia dewasa.
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
16/31
16
b. Terapi perilakuSeorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang
dari perilaku negtif yang sring muncul pada anak hiperaktif
fan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan
lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki
perilakunya.
c. Terapi perkembanganFloortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental
Intervention) dianggapsebagai terapi perkembangan. Artinya
anak dipelajari minatnya, kekuatannya dantingkat
perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial,
emosionaldan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda
dengan terapi perilaku sepertiABA yang lebih mengajarkan
ketrampilan yang lebih spesifik.
2.4 Gangguan Tingkah Laku2.4.1 Pengertian
Gangguan tingkah laku adalah perilaku antisosial yang persisten
pada anak dan remaja yang secara signifikan mengganggu
kemampuan mereka untuk melakukan fungsi di bidang sosial,
akademik, atau pekerjaan. Menurut Steiner (2000), Gejala gangguan
tingkah laku dikelompokkan ke dalam empat area;
4. Agresi terhadap orang dan binatang5. Perusakan barang-barang6. Kecurangan dan pencurian7. Pelanggaran peraturan yang serius
Individu yaang mengalami gangguan tingkah laku
mempunyaisedikit rasa empati terhadap orang lain; mereka
mempunyai harga diri rendah, toleransi frustasi yang buruk, dan
marah yang meledak-ledak. Gangguan tingkah laku sering kali
dihubungkan dengan awitan dini perilaku seksual, minum alkohol,
merokok, menggunakan zat terlarang, dan perilaku ceroboh atau
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
17/31
17
perilaku beresiko lainnya. Gangguan ini terjadi tiga kali lebih sering
pada anak laki-laki daripada anak perempuan, dan sebanyak 30%
hingga 50% anak-anak tersebut didiagnosis mengalami gangguan
kepribadian antisosial saat dewasa (Sheila L. Videbeck, 2008).
2.4.2 Tipe Awitan dan KlasifikasiMenurut Sheila L. Videbeck, terdapat dua subtipe gangguan
tingkah laku didasarkan pada usia saat awitan:
1. Tipe awitan masa kanak-kanak mencakup gejala-gejala yang terjadisebelum usia 10 tahun.
2. Tipe awitan remaja didefinisikan sebagai tidak adanya gangguantingkah laku sampai usia 10 tahun.
Menurut Sheila L. Videbeck, gangguan tingkah laku dapat
diklasifikasikan menjadi ringan, sedang, atau berat (DSM-IV-TR,
2000):
1. Ringan: individu mengalami sedikit masalah tingkah laku yangmenyebabkan bahaya terhadap orang lain yang relatif ringan,
seperti berbohong, bolos sekolah, atau keluar rumah tanpa izin.
2. Sedang: jumlah masalah tingkah laku meningkat, seperti halnyajumlah bahaya terhadap orang lain, seperti vandalisme atau
pencurian.
3. Berat: ada banyak masalah tingkah laku, dan ada bahaya yangbesar terhadap orang lain, seperti seks yang dipaksa, kekejaman
terhadap bintang, penggunaan senjata, pencurian, atau perampokan.
2.4.3 EtiologiSecara umum diterima bahwa kerentanan genetik, kesuliatn
lingkungan, dan faktor-faktor seperti koping yang buruk saling
memengaruhi untuk menyebabkan gangguan. Faktor resiko mencakup
pengasuhan yang buruk, prestasi akademik yang rendah, hubungan
teman sebaya yang positif, dan kesehatan yang baik (Steiner, 2000).
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
18/31
18
2.4.4 Manifestasi KlinikMenurut Sheila L. Videbeck, gejala-gejala gangguan tingkah laku
diantaranya;
1. Agresi kepada orang atau binatang.2. Mengganggu, mengancam, atau mengintimidasi orang lain.3. Perkelahian.4. Penggunaan senjata.5. Pemaksaan kegiatan seksual.6. Kekejaman kepada orang lain atau binatang.7. Perusakan barang-barang.8. Menyebabkan kebakaran9. Vandalisme10.Sengaja merusak barang-barang11.Kecurangan dan pencurian12.Berbohong.13.Mencuri di toko14.Mendobrak rumah, gedung atau mobil.15.Menipu orang lain untuk menghindari tanggung jawab.16.Pelanggaran peraturan yang serius17.Keluar sepanjang malam tanpa izin orang tua18.Melarikan diri dari rumah sepanjang malam.19.Bolos sekolah
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
19/31
19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1Pengkajiana. Identitas
Jenis Kelamin : >
b.Riwayat keluarga melalui wawancara atau genogram.Data yang didapatkan apakah anak tersebut lahir prematur, berat badan
lebih rendah, anoksia, penyulit kehamilan lainnya atau ada faktor genetikyang diduga sebagai penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada anak.
c. Kaji riwayat perilaku anak.1. Kaji riwayat perkembangan anak, dimana dulu seorang bayi yang gesit,
aktif dan banyak menuntut yang mempunyai tanggapan-tanggapan yang
mendalam dan kuat, dengan disertai kesulitan-kesulitan makan dan
tidur, kerap kali pada bulan-bulan pertama kehidupannya sukar untuk
menjadi tenang pada waktu akan tidur serta lambat untuk membentuk
irama diurnal. Kolik dilaporkan agak umum terjadi pada mereka.
2. Laporan dari guru tentang permasalahan-permasalahan akademis sertatingkah laku dalam kelas
d.Alasan MasukBiasanya keluhan orangtua terhadap anak yang mengalami ADHD adalah
sebagai berikut:
a. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalamimasalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai
anak berusia todler atau masuk sekolah atau daycare.
b. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupanyang utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku
overaktif atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah.
c. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampumenghadapi perilaku anak.
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
20/31
20
d. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untukmendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak dan semua itu
sebagian besar tidak berhasil.
e. Faktor Predisposisi dan PresipitasiFaktor prediposisi
Terpajan toksin, obat, otitis media kronis, trauma kepala,
komplikasi perinatal, infeksi neurologis, dan gangguan mental, dan
pewarisan genetik tidak diketahui (Muscari, 2005).
Faktor presipitasi
Etiologi GPPH tidak jelas dan dapat dikaitkan dengan berbagai
penyakit atau trauma yang mempengaruhi otak pada setiap tahap
perkembangan.
f. Status Mental- Penampilan Umum dan Perilaku Motorik
a. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat danbergoyang-goyang saat mencoba melakukannya.
b. Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke bendalain dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
c. Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapatmelakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan
sebelum pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada
apa yang telah dikatakan.
d. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topikke topik yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat
tingkat perkembangannya
- Mood dan afeka. Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau
tempertantrum.
b. Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
21/31
21
c. Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dantampak memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.
d. Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkanperlawanan dan kemarahan.
- Proses dan isi pikirSecara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk
mempelajari anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau
tingkat perkembangan.
- Sensorium dan proses intelektuala. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori
atau persepsi seperti halusinasi.
b. Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasitergangguan secara nyata.
c. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yangberat 2 atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
d. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kalimenjawab, saya tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi
perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat berhenti memikirkan
sesuatu.
e. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarangyang mampu menyelesaikan tugas.
- Penilaian dan daya tilik diria. Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian
yang buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak
b. Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakanimpulsif, seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang
tinggi.Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik
pada anak kecil.
c. Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampumenilai jika dibandingkan dengan anak seusianya.
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
22/31
22
d. Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadarisama sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang
lain.
e. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yangmenyukaiku di sekolah", tetapi mereka tidak dapat
menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka sendiri.
- Konsep diria. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapi
secara umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah
rendah.
b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memilikibanyak teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas
di rumah, mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri mereka
buruk.
c. Reaksi negatif orang lain yang muncul karena perilaku merekasendiri sebagai orang yang buruk dan bodoh
e. Peran dan Hubungana. Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademis maupun
sosial.
b. Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yangmenyebabkan perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.
c. Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepaladan berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang
didiagnosis dan diterapi.
d. Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memilikikeberhasilan yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak
terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau merusak
barang-barang miliki keluarga.
e. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secarafisik.
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
23/31
23
f. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua danpengasuh atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak
yang mengalami ADHD yang meningkatkan penolakan anak.
f. Pertimbangan Fisiologis dan Perawatan DiriAnak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak
meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat
duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur
juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku
ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
24/31
24
g. Pohon Masalah
Hiperaktivitas,
Impulsivitas Inatentif
Tidak dapat
menyelesaikan tugas-
tu as akademik
Prestasi akademik elek
Teguran dari guru
HDR
Aktivitas tdkterkendali
Resiko cidera
Tdk meluangkan waktumakan scr tepat
Nutrisi kurang dr
kebutuhan
Ketidakharmonisan keluarga,
perceraian orang tua, deprivasi
pengasuhan
Infeksi perinatal, trauma
otak, genetik dll
Penurunan perfusi darah di
korteks frontal, atrofi kortikal
Penurunan metabolisme
dlm lobus frontalis
Ggn untuk perhatian,
kontrol impuls dan
aktivitas
Hambatan kontrol
erilaku anakGPPH/ADHD
K. I. inefektif
Perilaku agresif,
berbicara keras
Hub. dg orla/tmn
seba a
Resiko kambuh
Hambatan
interaksi sosial
Kepenatan orangtua
dalam mengasuh
anak
KK tdk efektif
PRT inefektif
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
25/31
25
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
26/31
26
3.2 Diagnosa
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul:
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
27/31
27
3.3 Perencanaan
DiagnosaPerencanaan
RasionalTujuan Kriteria Hasil Intervensi
Resiko cedera
berhubungan
denganhiperaktivitas
dan perilaku
impulsive
TUM :Anak tidak akan
melukai dirisendiri atau orang
lain
TUK :1. Anak dapat
mempertahan
kan kondisi
tanpa regresi
2. Anak dapatmengutaraka
n
perasaannya
3. Anak bisamengertitentang
konsekuensidari perilaku
mal adaptif
1. Kondisidipertahankan
pada tingkat dimana pasien
merasa tidak perlu
melakukan
regresi.
2. Anak mencariperawat untuk
membicarakan
perasaan perasaan yang
sebenarnya.
3. Anak mengetahui,mengungkapkan
dan menerimakemungkinan
konsekuensi dariperilaku
maladaptif diri
sendiri.
1. Bina hubungan saling percaya
2. Observasi perilaku anak secarasering. Lakukan hal ini melalui
aktivitas sehari hari dan interaksiuntuk menghindari timbulnya rasa
waspada dan kecugiaan.
3. Bantu anak mengenali kapanimpulsive itu terjadi dan untuk
menerima perasaan-perasaan tersebut
sebagai miliknya sendiri.
4. Bertindak sebagai model peran untukekspresi yang sesuai dari percobaan.
1. Hubungan saling percayasebai dasar interaksi yang
trapeutik.2. Anak anak pada resiko
tinggi untuk melakukan
pelanggaran memerlukan
pengamatan yang seksama
untuk mencegah tindakan
yang membahayakan bagi
diri sendiri atau orang lain.
3. Informasi tentang sumbertambahan dari sikap
impulsiv, respon perilaku
dan persepsi anak
terhadapa[ situasi ini harus
dicatat. Diskusikan apapundata dengan anak dan
berikan masukan untukmenghindari sikap
maladaptive
4. Memberikan contoh ataumodel yang tepat bagi anak
untuk melampiaskan sikap
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
28/31
28
5. Singkirkan semua benda-benda yangberbahaya dari lingkungan anak.
6.
Usahakan untuk bisa tetap bersamaanak jika impulsive sedang terjadi.
impulsivnya tersebut tanpa
harus mencederai dirinya
sendiri
5. Mencegah anak agar tidakmencederai atau melukaidirinya sendiri
6.Hadirnya seseorang yangdapat dipercaya
memberikan rasa aman
bagi anak.
Penurunan
koping keluarga
berhubungan
denganperasaan
bersalah yangberlebihan,
marah atau
saling
menyalahkan
diantara
anggota
keluarga
tentang perilaku
anak, kepenatan
orang tua
karena
menghadapi
TUM :
Orang tua
mengerti
metodeintervensi yang
lebih konsistendan efektif
dalam merespon
perilaku anak
TUK :1. Orang tua
dapat
mengatasi
perilaku
negative anak
2. Keluarga dapatmenggunakan
system
1. Mengungkatkandan mengatasi
perilaku negatif
pada anak.2. Mengidentifikasi
danmenggunakan
sistem
pendukung yang
dibutuhkan
1. Berikan informasi dan materi yangberhubungan dengan gangguan anak
dan teknik menjadi orang tua yang
efektif.
2. Dorong individu untukmengungkapkan perasaan secara verbal
dan menggali cara alternatifberhubungan dengan anak
3. Beri umpan balik positif dan dorongkeluarga menggunakan metode yang
positif.
4. Libatkan saudara kandung dalam
1. Penting untuk anak untukmencapai sesuatu, maka
rencana untuk aktivitas-
aktivitas di manakemungkinan untuk
sukses adalahmungkin. Sukses
meningkatkan harga diri.
2. Perhatian terhadap anaksebagai makhluk hidup
yang berguna dapat
meningkatkan harga diri.
3. Hal ini untukmenyampaikan pada anak
bahwa Anda merasa
bahwa dia berharga untuk
waktu Anda.
4. Identifikasi aspek-aspek
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
29/31
29
anak dengan
gangguan dalam
jangka waktu
yang lama
pendukung
yang
dibutuhkan
diskusi keluarga dan perencanaan
interaksi keluarga yang lebih efektif.
5. Berikan dorongan dan dukungankepada anak dalam menghadapi rasa
takut terhadap kegagalan denganmengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan
melaksanakan tugas-tugas
baru. Berikan pujian bila anak dapat
menyelesaikan dengan baik
6. Diskusikan dengan keluarga/kliententang obat, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping.
positif anak dapat
membantu
mengembangkan aspek
positif sehingga memiliki
koping individu yangefektif
5.Pujian terhadap anaksecara positif dapat
meningkatkan harga diri.
6. Untuk mencegahterjadinya kesalahan
dalam memberikan obat.
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
30/31
30
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
-
7/28/2019 Askep jiwa.docx
31/31
DAFTAR PUSTAKA
Muscari, Mary E 2005. Panduan belajar keperawatan pediatrik edisi 3.
Jakarta:EGC.
Asherson, Philip. 2008.Diagnosis and Management of ADHD in children, young
people and adults.
Videbeck, Sheila L. 2008.Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.
Wong, Donna L. 2008.Buku ajar keperawatan pediatric volume 1. Jakarta: EGC.