askep hipoparatiroid lngkap

41
MAKALAH KEPERAWATAN ENDOKRIN 1 ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIPOPARATIROID Kelompok 5 : Catherine Patra Diana 130915051 Arif Novan Rismana 130915053 Pratiwi Yuliansari 130915054 Alfy Wahyu Pramita Sari 130915067 Maryanti 130915068 Shella Novi P. S. 130915069 Gandris Priambodo 130915070 Fayadita Mahdia I. 130915071 Nur Safitra F. 130915072 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN Page | 3

Upload: lutvia-j-gue

Post on 30-Nov-2015

441 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

MAKALAH KEPERAWATAN ENDOKRIN 1

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIPOPARATIROID

Kelompok 5 :

Catherine Patra Diana 130915051

Arif Novan Rismana 130915053

Pratiwi Yuliansari 130915054

Alfy Wahyu Pramita Sari 130915067

Maryanti 130915068

Shella Novi P. S. 130915069

Gandris Priambodo 130915070

Fayadita Mahdia I. 130915071

Nur Safitra F. 130915072

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2010

Page | 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penderita dengan kelainan hormon paratiroid, tidak tampak jelas pada kehidupan

sehari-hari. Kebanyakan pasien dengan kelainan hormon paratiroid mengalami gangguan dari

metabolisme kalsium dan fosfat. Adapun penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon

paratiroid yakni hipoparatiroid dan hiperparatiroid. Penyebab kelainan hormon paratiroid

sendiri secara spesifik belum diketahui, namun penyebab yang biasa ditemukan yakni

hiperplasia paratiroid, adenoma soliter dan karsinoma paratiroid.

Parathormon yang meningkat menyebabkan resorpsi tulang, ekskresi ginjal menurun

dan absorpsi kalsium oleh usus meningkat. Pada keadaan ini dapat menyebabkan

peningkatan sekresi kalsium sehingga manifestasi klinis yang terjadi pada kerusakan pada

area tulang dan ginjal.

Prevalensi penyakit hipoparatiroid di Indonesia jarang ditemukan. Kira-kira 100

kasus dalam setahun yang dapat diketahui, sedangkan di negara maju seperti Amerika Serikat

penderita penyakit hipoparatiroid lebih banyak ditemukan, kurang lebih 1000 kasus dalam

setahun. Pada Wanita mempunyai resiko untuk terkena hipoparatiroidisme lebih besar dari

pria. Prevalensi penyakit hiperparatiroid di Indonesia kurang lebih 1000 orang tiap tahunnya.

Wanita yang berumur 50 tahun keatas mempunyai resiko yang lebih besar 2 kali dari pria. Di

Amerika Serikat sekitar 100.000 orang diketahui terkena penyakit hiperparatiroid tiap tahun.

Perbandingan wanita dan pria sekitar 2 banding 1. Pada wanita yang berumur 60 tahun keatas

sekitar 2 dari 10.000 bisa terkena hiperparatiroidisme. Hiperparatiroidisme primer

merupakan salah satu dari 2 penyebab tersering hiperkalsemia; penyebab yang lain adalah

keganasan. Kelainan ini dapat terjadi pada semua usia tetapi yang tersering adalah pada

dekade ke-6 dan wanita lebih sering 3 kali dibandingkan laki-laki. Insidensnya mencapai

1:500-1000. Bila timbul pada anak-anak harus dipikirkan kemungkinan endokrinopati

genetik seperti neoplasia endokrin multipel tipe I dan II Kelenjar paratiroid berfungsi

mensekresi parathormon (PTH), senyawa yang membantu memelihara keseimbangan dari

kalsium dan phosphorus dalam tubuh. Oleh karena itu yang terpenting hormon paratiroid

penting sekali dalam pengaturan kadar kalsium dalam tubuh seseorang.

Page | 4

Dengan mengetahui fungsi dan komplikasi yang dapat terjadi pada kelainan atau

gangguan pada kelenjar paratiroid ini maka perawat dianjurkan untuk lebih peka dan teliti

dalam mengumpulkan data pengkajian awal dan menganalisa suatu respon tubuh pasien

terhadap penyakit, sehingga kelainan pada kelenjar paratiroid tidak semakin berat.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan hipoparatiroid?

1.3 Tujuan

Tujuan umum

Menjelaskan tentang bagaimana konsep dan pendekatan asuhan keperawatan pada klien

dengan hipoparatiroid.

Tujuan khusus

1. Dapat menjelaskan anatomi kelenjar hipoparatiroid

2. Dapat menjelaskan fisiolohis kelenjar paratiroid

3. Dapat menjelaskan definisi hipoparatiroid

4. Dapat menjelaskan etiologi dari hipoparatiroid

5. Dapat menjelaskan patofisiologi dari hipoparatiroid

6. Dapat menjelaskan manifestasi klinis dari hipoparatiroid

7. Dapat menjelaskan klasifikasi dari hipoparatiroid

8. Dapat menjelaskan pemeriksaan-pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien

hipoparatiroid

9. Dapat menjelaskan penatalaksaan medis pada klien hipoparatiroid

10. Dapat menjelaskan komplikasi dari hipoparatiroid

11. Dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada klien hipoparatiroid

1.4 Manfaat

1. Mengetahui tentang anatomi kelenjar paratiroid

2. Mengetahui tentang fisiologis kelenjar paratiroid

3. Mengetahui tentang definisi dari hipoparatiroid

4. Mengetahui tentang etiologi dari hipoparatiroid

5. Mengetahui tentang patofisiologi dari hipoparatiroid

Page | 5

6. Mengetahui tentang manifestasi klinis dari hipoparatiroid

7. Mengertahui klasifikasi dari hipoparatiroid

8. Mengetahui tentang pemeriksaan-pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien

hipoparatiroid

9. Mengetahui tentang penatalaksanaan pada klien hipoparatiroid

10. Mengetahui tentang komplikasi dari hipoparatiroid

11. Mengetahui tentang asuhan keperawatan klien hipoparatiroid

Page | 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Paratiroid

Kelenjar paratiroid tumbuh dari jaringan endoderm, yaitu sulcus pharyngeus

ketiga dan keempat. Kelenjar paratiroid yang berasal dari sulcus pharyngeus keempat

cenderung bersatu dengan kutub atas kelenjar tiroid yang membentuk kelenjar paratiroid

dibagian kranial. Kelenjar yang berasal dari sulcus pharyngeus ketiga merupakan

kelenjar paratiroid bagian kaudal, yang kadang menyatu dengan kutub bawah tiroid.

Akan tetapi, sering kali posisinya sangat bervariasi. Kelenjar paratiroid bagian kaudal ini

bisa dijumpai pada posterolateral kutub bawah kelenjar tiroid, atau didalam timus,

bahkan berada dimediastinum. Kelenjar paratiroid kadang kala dijumpai di dalam

parenkim kelenjar tiroid. (R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong, 2004, 695)

Secara normal ada empat buah kelenjar paratiroid pada manusia, yang terletak

tepat dibelakang kelenjar tiroid, dua tertanam di kutub superior kelenjar tiroid dan dua di

kutub inferiornya. Namun, letak masing-masing paratiroid dan jumlahnya dapat cukup

bervariasi, jaringan paratiroid kadang-kadang ditemukan di mediastinum.

Setiap kelenjar paratiroid panjangnya kira-kira 6 milimeter, lebar 3 milimeter, dan

tebalnya dua millimeter dan memiliki gambaran makroskopik lemak coklat kehitaman.

Page | 7

Kelenjar paratiroid orang dewasa terutama terutama mengandung sel utama (chief cell)

yang mengandung apparatus Golgi yang mencolok plus retikulum endoplasma dan

granula sekretorik yang mensintesis dan mensekresi hormon paratiroid (PTH). Sel oksifil

yang lebih sedikit namun lebih besar mengandung granula oksifil dan sejumlah besar

mitokondria dalam sitoplasmanya Pada manusia, sebelum pubertas hanya sedikit

dijumpai, dan setelah itu jumlah sel ini meningkat seiring usia, tetapi pada sebagian besar

binatang dan manusia muda, sel oksifil ini tidak ditemukan.Fungsi sel oksifil masih

belum jelas, sel-sel ini mungkin merupakan modifikasi atau sisa sel utama yang tidak lagi

mensekresi sejumlah hormon.

2.2 Fisiologi Paratiroid

Kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid (parathiroid hormone, PTH)

yang bersama-sama dengan Vit D3, dan kalsitonin mengatur kadar kalsium dalam darah.

Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, yaitu dihambat sintesisnya bila kadar

kalsium tinggi dan dirangsang bila kadar kalsium rendah. PTH akan merangsang reabsorbsi

kalsium pada tubulus ginjal, meningkatkan absorbsi kalsium pada usus halus, sebaliknya

menghambat reabsorbsi fosfat dan melepaskan kalsium dari tulang. Jadi PTH akan aktif

bekerja pada tiga titik sasaran utama dalam mengendalikan homeostasis kalsium yaitu di

ginjal, tulang dan usus. (R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong, 2004, 695)

2.3 Definisi

a. Hipoparatiroid adalah defisiensi kelenjar paratiroid dengan tetani sebagai gejala utama

(Haznam).

b. Hipoparatiroid adalah hipofungsi kelenjar paratiroid sehingga tidak dapat mensekresi

hormon paratiroid dalam jumlah yang cukup. (Guyton).

c. Hipoparatiroidisme adalah kondisi dimana tubuh tidak membuat cukup hormon

paratiroid atau parathyroid hormone (PTH).

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipoparatiroid hipofungsi dari

kelenjar paratiroid sehingga hormon paratiroid tidak dapat disekresi dalam jumlah yang

cukup, dengan gejala utamanya yaitu tetani.

Page | 8

Hipoparatiroid terjadi akibat hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar

paratiroid sehingga menyebabkan gangguan metabolisme kalsium dan fosfor; serum kalsium

menurun (bisa sampai 5 mg %), serum fosfor meninggi (9,5-12,5 mg%). Keadaan ini jarang

sekali ditemukan dan umumnya sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan

kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah

tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital).

2.4 Etiologi

Penyebab spesifik dari penyakit hipoparatiroid belum dapat diketahui secara pasti.

Adapun etiologi yang dapat ditemukan pada penyakit hipoparatiroid, antara lain :

1) Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama:

Post operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi

Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat congenital atau didapat (acquired)

2) Hipomagnesemia

3) Sekresi hormone paratiroid yang tidak aktif

4) Resistensi terhadap hormone paratiroid (pseudohipoparatiroidisme)

Penyebab yang paling umum dari hipoparatiroidisme adalah luka pada kelenjar-

kelenjar paratiroid, seperti selama operasi kepala dan leher.

Pada kasus-kasus lain, hipoparatiroidisme hadir waktu kelahiran atau mungkin

berhubungan dengan penyakit autoimun yang mempengaruhi kelenjar-kelenjar paratiroid

bersama dengan kelenjar-kelenjar lain dalam tubuh, seperti kelenjar-kelenjar tiroid, ovari,

atau adrenal.

Hipoparatiroidisme adalah sangat jarang. Ini berbeda dari hiperparatiroidisme,

kondisi yang jauh lebih umum dimana tubuh membuat terlalu banyak PTH.

2.5 Patofisiologis

Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat,

yakni kalsium serum menurun (bisa sampai 5 mgr%) dan fosfat serum meninggi (bisa sampai

9,5 - 12,5 mgr%).

Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon paratiroid karena

pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi. Operasi yang pertama adalah untuk

Page | 9

mengatasi keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat kelenjar paratiroid. Tujuannya adalah

untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid yang berlebihan, tetapi biasanya terlalu banyak

jaringan yang diangkat. Operasi kedua berhubungan dengan operasi total tiroidektomi. Hal

ini disebabkan karena letak anatomi kelenjar tiroid dan paratiroid yang dekat (diperdarahi

oleh pembuluh darah yang sama) sehingga kelenjar paratiroid dapat terkena sayatan atau

terangkat. Hal ini sangat jarang dan biasanya kurang dari 1 % pada operasi tiroid. Pada

banyak pasien tidak adekuatnya produksi sekresi hormon paratiroid bersifat sementara

sesudah operasi kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid, jadi diagnosis tidak dapat dibuat

segera sesudah operasi.

Pada pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan tanda hipoparatiroidisme tetapi

kadar PTH dalam darah normal atau meningkat. Karena jaringan tidak berespons terhadap

hormon, maka penyakit ini adalah penyakit reseptor. Terdapat dua bentuk: (1) pada bentuk

yang lebih sering, terjadi pengurangan congenital aktivitas Gs sebesar 50 %, dan PTH tidak

dapat meningkatkan secara normal konsentrasi AMP siklik, (2) pada bentuk yang lebih

jarang, respons AMP siklik normal tetapi efek fosfaturik hormon terganggu.

2.6 Manifestasi Klinis

Gejala-gejala utama adalah reaksi-reaksi neuromuscular yang berlebihan yang

disebabkan oleh kalsium serum yang sangat rendah. Keluhan-keluhan dari penderita (70 %)

adalah tetani atau tetanic aequivalent. Tetani menjadi manifestasi sebagai spasmus

corpopedal dimana tangan berada dalam keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam adduksi

dan jari-jari lain dalam keadaan ekstensi. Juga sering didapatkan articulatio cubitti dalam

keadaan fleksi dan tungkai bawah dan kaki dalam keadaan ekstensi. Dalam tetanic

aequivalent:

1) Konvulsi-konvulsi yang tonis atau klonis

2) Stridor laryngeal (spasme ) yang bisa menyebabkan kematian

3) Parestesia

4) Hipestesia

5) Disfagia dan disartria

6) Kelumpuhan otot-otot

7) Aritmia jantung

Page | 10

8)

8)

8)

8)

8)

8)

8)

8)

8)

8)

8)

Gangguan pernapasan

9) Epilepsi

10) Gangguan emosi seperti mudah tersinggung, emosi tidak stabil

11) Gangguan ingatan dan perasaan kacau

12) Perubahan kulit rambut, kuku gigi, dan lensa mata

13) Kulit kering dan bersisik

14) Rambut alis dan bulu mata yang bercak-bercak atau hilang

15) Kuku tipis dan rapuh

16) Erupsi gigi terlambat dan tampak hipoplastik

Pada pemeriksaan kita bisa menemukan beberapa refleks patologis:

1. Erb’s sign: Dengan stimulasi listrik kurang dari 5 milli-ampere sudah ada kontraksi dari

otot (normal pada 6 milli-ampere)

2. Chvostek’s sign: Ketokan ringan pada nervus fasialis (didepan telinga tempat keluarnya

dari foramen sylomastoideus) menyebabkan kontraksi dari otot-otot muka.

Page | 11

Gambar 1. Chvostek’s sign.

3. Trousseau’s sign: Jika sirkulasi darah dilengan ditutup dengan manset (lebih dari tekanan

sistolik) maka dalam tiga menit tangan mengambil posisi sebagai pada spasme

carpopedal.

4. Peroneal sign: Dengan mengetok bagian lateral fibula di bawah kepalanya akan terjadi

dorsofleksi dan adduksi dari kaki

Pada ± 40 % dari penderita-penderita kita mencurigai adanya hipoparatiroidisme

karena ada kejang-kejang epileptik. Sering pula terdapat keadaan psikis yang berubah,

diantaranya psikosis. Kadang-kadang terdapat pula perubahan-perubahan trofik pada

ektoderm:

a. Rambut : tumbuhnya bisa jarang dan lekas putih.

b. Kulit : kering dan permukaan kasar, mungkin terdapat pula vesikula dan bulla.

c. Kuku : tipis dan kadang-kadang ada deformitas.

Pada anak-anak badan tumbuh kurang sempurna, tumbuhnya gigi-gigi tidak baik dan

keadaan mental bisa tidak sempurna. Juga agak sering terdapat katarak pada

hipoparatiroidisme.

2.7 Klasifikasi

Hipoparatiroid dapat berupa hipoparatiroid neonatal, simpel idiopatik hipoparatiroid,

dan hipoparatiroid pascabedah.

Page | 12

2.7.1 Hipoparatiroid neonatal

Hipoparatiroid neonatal dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sedang

menderita hiperparatiroid. Aktivitas paratiroid fetus sewaktu dalam uterus ditekan

oleh maternal hiperkalsemia.

2.7.2 Simpel idiopatik hipoparatiroid

Gangguan ini dapat ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa. Terjadinya

sebagai akibat pengaruh autoimun yang ada hubungannya dengan antibodi terhadap

paratiroid, ovarium, jaringan lambung dan adrenal. Timbulnya gangguan ini dapat

disebabkan karena menderita hipoadrenalisme, hipotiroidisme, diabetes mellitus,

anemia pernisiosa, kegagalan ovarium primer, hepatitis, alopesia dan kandidiasis.

2.7.3 Hipoparatiroid pascabedah

Kelainan ini terjadi sebagai akibat operasi kelenjar tiroid, atau paratiroid atau sesudah

operasi radikal karsinoma faring atau esofagus. Kerusakan yang terjadi sewaktu

operasi tiroid, biasanya sebagai akibat putusnya aliran darah untuk kelenjar

paratiroidisme karena pengikatan arteri tiroid inferior. Hipoparatiroid yang terjadi

bersifat sementara atau permanen. Karena itu kadar kalsium serum harus diperiksa

sesudah melakukan operasi-operasi tersebut, tiga bulan kemudian dan sewaktu-waktu

bila ada kelainan klinis walaupun tak khas yang menjurus pada diagnosis

hipoparatiroid.

2.8 Pemeriksaan Diagnostik

1. Elektrokardiografi : ditemukan interval QT yang lebih panjang.

2. Foto Rontgen : sering terlihat klasifikasi bilateral pada ganglion basalis di tengkorak,

kadang-kadang juga serebellum dan pleksus koroid, densitas tulang normal/bertambah.

3. Laboratorium : Kadar kalsium serum rendah, kadar fosfor anorganik tinggi, fosfatase

alkali normal atau rendah.

2.9 Penatalaksanaan Medis

1. Hipoparatiroid akut

Serangan tetani akut paling baik pengobatannya adalah dengan pemberian intravena 10-

20 ml larutan kalsium glukonat 10% (atau chloretem calcium) atau dalam infus. Di

Page | 13

samping kalsium intravena, disuntikkan pula parathormon (100-200 U) dan vitamin D

100.000 U per oral.

2. Hipoparatiroid menahun

Tujuan pengobatan yang dilakukan untuk hipoparatiroid menahun ialah untuk

meninggikan kadar kalsium dan menurunkan fosfat dengan cara diet dan medikamentosa.

Diet harus banyak mengandung kalsium dan sedikit fosfor. Medikamentosa terdiri atas

pemberian alumunium hidroksida dengan maksud untuk menghambat absorbsi fosfor di

usus.

Di samping itu diberikan pula ergokalsiferol (vitamin D2), dan yang lebih baik

bila ditambahkan dihidrotakisterol. Selama pengobatan hipoparatiroid, harus waspada

terhadap kemungkinan terjadi hiperkalsemia. Bila ini terjadi, maka kortisol diperlukan

untuk menurunkan kadar kalsium serum.

2.10 Komplikasi

1. Hipokalsemia

Keadaan klinis yang disebabkan oleh kadar kalsium serum kurang dari 9 mg/100ml.

Kedaan ini mungkin disebabkan oleh terangkatnya kelenjar paratiroid waktu

pembedahan atau sebagai akibat destruksi autoimun dari kelenjar-kelenjar tersebut.

2. Insufisiensi ginjal kronik

Pada keadaan ini kalsium serum rendah, fosfor serum sangat tinggi, karena retensi

dari fosfor dan ureum kreatinin darah meninggi. Hal ini disebabkan tidak adanya

kerja hormon paratiroid yang diakibatkan oleh keadaan seperti diatas (etiologi).

Page | 14

Page | 15

Page | 3

Turunan autosomal terkait kromosom x

Kelainan ikatan PTH pd reseptor

pseudohipoparatiroidisme

kongenital

Tdk trbentuk paratiroid

Kegagalan perkembangan arkus

brankialis III & IV

Post op leher

Pos Atrofi sel paratiroid

t op leher

Post op leher fibrosis

Kel. Paratiroid terangkat

HIPOPARATIROID

Kerusakan autoimun sel

paratiroid

Defisiensi PTH

Penurunan absorbsi Ca dari tulang

Meningkatkan ekskresi Ca oleh Ginjal

Menurunkan absorbsi Ca di usus

Kadar Ca dalam darah turun

(Hipokalsemia)

Page | 4

B3 B4 B5 B6

Eksitasi impuls di otak ↑

Kejang

Hipoparatiroid

Ekskresi Ca oleh ginjal ↑

Ca banyak yang terbuang bersama

urine

Permeabilitas membran neuron terhadap ion Na ↑

Potensial aksi mudah terjadi

Impuls saraf ke otot rangka ↑ (terutama otot

vagal)

Disphagia

Permeabilitas membran neuron terhadap ion Na ↑

Potensial aksi mudah terjadi

Impuls saraf ke otot rangka ↑

Kontraksi tetanik otot

Kejang tetani

Permeabilitas membran neuron terhadap ion Na ↑

B1

Potensial aksi mudah terjadi

Impuls saraf ke otot laryng ↑

Spasme laryng

B2

Sesak napas

Potensial tidak efektifnya jalan

nafas

Permeabilitas membran neuron

terhadap Na ↑

Potensial aksi mudah terjadi

Impuls saraf ke otot jantung ↑

Kontraksi otot jantung ↑

Aritmia

Penurunan CO

Intoleransi aktivitas

Potensial cedera

Potensial cedera

Page | 5

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN HIPOPARATIROID

3.1 Pengkajian

Dalam pengkajian klien dengan hipoparatiroidisme yang penting adalah mengkaji

manifestasi distres pernapasan sekunder terhadap laringospasme. Pada klien dengan

hipoparatiroidisme akut, perlu dikaji terhadap adanya tanda perubahan fisik nyata seperti

kulit dan rambut kering. Kaji juga terhadap sindrom seperti Parkinson atau adanya katarak.

Pengkajian keperawatan lainnya mencakup :

1. Data Demografi

Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan,

pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.

2. Riwayat Penyakit :

a. Keluhan Utama

Biasanya Klien merasa ada kelainan bentuk tulang , pendarahan yang sulit

berhenti , kejang-kejang , kesemutan dank lien merasa lemas / lemah .

Periksa juga terhadap temuan tanda Chvosteks atau Trousseaus positif. Kaji pula

manifestasi distress pernapasan sekunder terhadap laringospasme. Pada klien

dengan hipoparatiroidisme akut, perlu dikaji terhadap adanya tanda perubahan

fisik nyata seperti kulit dan rambut kering. Juga kaji terhadap sindrom seperti

Parkinson atau adanya katarak.

b. Riwayat penyakit saat ini

Tanyakan pada klien tentang manifestasi bekas atau kesemutan disekitar

mulut atau ujung jari tangan atau ujung jari kaki .

c. Riwayat penyakit dahulu :

Tanyakan apakah klien pernah megalami tindakan operasi khususnya

pengangkatan kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid. Tanyakan pada klien apakah

ada riwayat penyinaran pada leher .

d. Riwayat penyakit keluarga:

Page | 3

Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada

hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan

Hipoparatiroid.

3. Pemeriksaan Fisik :

a. B1 (Breathing) : amati bunyi suara nafas . pada klien hipoparatiroid biasanya

terdengar suara stridor, suara serak.

b. B2 (Blood) : amati adanya disritmia jantung, sianosis, palpitasi

c. B3 (Brain) : amati adanya parestesis pada bibir, lidah, jari-jari, kaki. Kesemutan,

tremor, hiperefleksia, tanda chvostek’s dan trousseau’s positif papil edema,

labilitas emosional, peka rangsang, ansietas, perubahan dalam tingkat kesadaran,

tetani kejang

d. B 4 (Bladder) : pembentukan kalkuli pada ginjal

e. B 5 (Bowel) : mual, muntah, nyeri abdomen

f. B 6 (Bone) : Amati tanda fisik, seperti; rambut tipis, pertumbuhan kuku buruk

yang deformitas dan gampang patah, kulit kering. Amati apakah ada kelainan

bentuk tulang

g. B 7 (Endokrin) : penurunan sekresi parathormon dari jumlah normal

4. Pemeriksaan diagnostik

a. Pemeriksaan kadar kalsium serum.

b. Pemeriksaan radiologi.

3.2 Analisa data

DATA ETIOLOGI MASALAH

S:Keluarga klien mengatakan

klien sudah 2 kali kejang

sejak 3 hari SMRS

O : Hipokalsium

Gangguan paratiroid

Hipokalsium

Tetani otot

Resiko cedera

Resiko cedera

Page | 4

S : klien mengatakan bahwa

merasakan sesak nafas

pada saat kejang

O : RR meningkat,

pernapasan cuping hidung,

retraksi otot bantu napas

Gangguan paratiroid

Hipokalsium

Tetani otot

Spasme laring

Potensial tidak efektifnya

jalan napas

Potensial tidak efektifnya

jalan napas

S : klien mengeluh lemah dan

pusing

O : klien terlihat lemah

Hipokalsemia

Permeabilitas membran neuron terhadap Na ↑

Potensial aksi mudah terjadi

Impuls saraf ke otot jantung↑

Kontraksi otot jantung ↑

Aritmia

Penurunan CO

Intoleransi aktivitas

Intoleransi aktivitas

S : klien mengatakan minum Kurang pengetahuan Resiko tinggi terhadap

Page | 5

obat tidak sesuai jadwal

O : proses penyembuhan

klien berlangsung lama

Klien tidak patuh dalam

pengobatan

Resiko tinggi terhadap

inefektifitas pelaksanaan

regimen teraupetik

inefektifitas pelaksanaan

regimen teraupetik

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Resiko cedera berhubungan dengan resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh

hipokalsemia.

2. Potensial tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan spasme laring akibat aktivitas

kejang.

3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiak output.

4. Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen teraupetik berhubungan dengan

kurang pengetahuan tentang regimen diet dan medikasi.

3.4 Intervensi

1. Resiko cedera berhubungan dengan resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh

hipokalsemia.

Tujuan:

Klien tidak mengalami cedera dengan kriteria: reflek normal, tanda vital stabil,

makan diet dan obat seperti yang dianjurkan, kadar kalsium serum normal.

Intervensi:

Intervensi Rasional

a. Pantau tanda-tanda vital dan

reflek tiap 2 jam sampai 4 jam.

b. Pantau fungsi jantung secara

terus menerus/gambaran EKG.

c. Bila pasien dalam tirah baring

a. untuk mengetahui kelainan sedini

mungkin.

b. Untuk mengetahui abnormalitas dari

gambaran EKG.

c. Untuk mencegah terjadinya injuri/jatuh.

Page | 6

Intervensi Rasional

berikan bantalan paga tempat

tidur dan pertahakan tempat

tidur dalam posisi rendah.

d. Bila aktivitas kejang terjadi

ketika pasien bangun dari

tempat tidur, bantu pasien

untuk berjalan, singkirkan

benda-benda yang

membahayakan, bantu pasien

dalam menangani kejang dan

reorientasikan bila perlu.

e. Kolaborasi dengan dokter dalam

menangani gejala dini dengan

memberikan dan memantau

efektifitas cairan parenteral

dan kalsium.

f. Pemberian kalsium dengan hati-

hati.

g. Berikan suplemen vitamin D

dan kalsium sesuai program.

h. Kaji ulang pemeriksaan kadar

kalsium.

d. Untuk menghindari cedera yang terjadi

akibat benda yang terdapat di lingkungan

sekitar klien dan mencegah kerusakan

lebih berat akibat kejang.

e. Antisifasi terhadap hipokalsemia dengan

cara penanganan medis.

f. Pemberian kalsium yang terlalu cepat akan

mengakibatkan tromboflebitis hipotensi.

g. Untuk membantu memenuhi kekurangan

kalsium dalam tubuh.

h. Untuk mengontrol kadar kalsium serum.

2. Potensial tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan spasme laring akibat

aktivitas kejang.

Tujuan:

Jalan nafas efektif dengan kriteria:

a) Frekwensi, irama, dan kedalaman pernafasan normal.

b) Auskultasi paru menunjukan bunyi yang bersih.

Intervensi:

Page | 7

Intervensi Rasional

a. Siapkan peralatan penghisap dan

jalan nafas oral di dekat tempat

tidur sepanjang waktu.

b. Siapkan tali tracheostomi,

oksigen, dan peralatan resusitasi

manual siap pakai sepanjang

waktu.

Edema laring:

c. Kaji upaya pernafasan dan

kualitas suara setiap 2 jam.

d. Auskultasi untuk mendengarkan

stridor laring setiap 4 jam.

e. Laporkan gejala dini pada dokter

dan kolaborasi untuk

mempertahankan jalan nafas

tetap terbuka.

f. Intruksikan pasien agar

menginformasikan pada perawat

atau dokter saat pertama terjadi

tanda kekakuan pada tenggorok

atau sesak nafas.

g. Baringkan pasien untuk

mengoptimalkan bersihan jalan

nafas, pertahankan kepala dalam

posisi kepala dalam posisi

alamiah, garis tengah.

Kejang:

a. Supaya memudahkan karena serangan

bisa secara tiba-tiba.

b. Untuk memudahkan dalam tindakan

apabila terjadi sumbatan jalan nafas.

c. Untuk mengetahui suara dan keadaan

jalan nafas.

d. Adanya stridor suatu tanda adanya

oedema laring.

e. Kolaborasi dengan dokter untuk

mempertahankan jalan nafas tetap

terbuka karena perawat terbatas akan hak

dan wewenang.

f. Agar perawat bisa siap-siap untuk

melakukan suatu tindakan.

g. Untuk mencegah penekanan jalan

nafas/mempertahankan jalan nafas untuk

tetap terbuka.

h. Bila terjadi kejang otomatis O2 ke otak

menurun sehingga bisa berakibat fatal ke

seluruh jaringan tubuh termasuk

pernafasan.

i. Kolaborasi dengan dokter dalam hal

tindakan wewenang dokter (pengobatan

dan tindakan).

j. Untuk mencegah terjadinya serangan

berulang.

Page | 8

Intervensi Rasional

h. Bila terjadi kejang: pertahankan

jalan nafas, penghisapan

orofaring sesuai indikasi,

berikan O2 sesuai pesanan,

pantau tensi, nadi, pernafasan

dan tanda-tanda neurologis,

periksa setelah terjadi kejang,

catat frekwensi, waktu, tingkat

kesadaran, bagian tubuh yang

terlibat dan lamanya aktivitas

kejang.

i. Siapkan untuk berkolaborasi

dengan dokter dalam mengatasi

status efileptikus misalnya:

intubasi, pengobatan.

j. Lanjutkan perawatan untuk

kejang.

3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiak output.

Tujuan:

Kien dapat memenuhi kebutuhan aktivitas dengan kriteria:

a) Tingkat aktivitas meningkat tanpa dispnoe, tachicardi atau peningkatan tekanan

darah.

b) Melakukan aktivitas tanpa bersusah payah.

Intervensi:

Intervensi Rasional

a. Kaji pola aktivitas yang lalu.

b. Kaji terhadap perubahan dalam

gejala muskuloskeletal setiap 8

jam.

c. Kaji respon terhadap aktivitas:

a. Untuk membandingkan aktivitas sebelum

sakit dan yang akan diharapkan setelah

perawatan.

b. Untuk memantau keberhasilan perawatan.

c. Untuk melihat suatu perkembangan

Page | 9

Intervensi Rasional

Catat perubahan tensi, nadi,

pernafasan, hentikan aktivitas bila

terjadi perubahan, tingkatkan

keikutsertaan dalam kegiatan

kecil sesuai dengan peningkatan

toleransi, ajarkan pasien untuk

memantau respon terhadap

aktivitas dan untuk mengurangi,

menghentikan atau meminta

bantuan ketika terjadi perubahan.

d. Rencanakan perawatan bersama

pasien untuk menentukan

aktivitas yang ingin pasien

selesaikan: Jadwalkan bantuan

dengan orang lain.

e. Seimbangkan antara waktu

aktivitas dengan waktu istirahat.

f. Simpan benda-benda dan barang

lainnya dalam jangkauan yang

mudah bagi pasien.

perawatan terhadap aktivitas secara

bertahap.

d. Dengan merencanakan perawatan, perawat

dengan klien dapat mempermudah suatu

keberhasilan karena datangnya kemauan

dari klien.

e. Untuk mengatasi kelelahan akibat latihan.

f. Untuk menghemat penggunaan energi

klien.

4. Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen teraupetik berhubungan

dengan kurang pengetahuan tentang regimen diet dan medikasi.

Tujuan:

Klien mengerti tentang diet dan medikasinya, dengan kriteria:

Klien dan orang terdekat mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit dan

prinsip perawatan tindak lanjut dan perawatan di rumah serta pengobatan dan diet

yang diperlukan.

Intervensi:

Intervensi Rasional

a. Jelaskan tentang konsep dasar a. Penyuluhan tentang penyakitnya sangat

Page | 10

Intervensi Rasional

tentang proses penyakit.

b. Diskusikan alasan tentang

terjadinya perubahan fisik dan

emosional.

c. Ajarkan pasien untuk

memeriksakan dan melaporkan

gejala dini tetani, kesemutan,

tremor, tanda chvostek’s atau

trusseaus positif perubahan

dalam upaya pernafasan.

d. Ajarkan orang terdekat untuk

mengenali aktivitas kejang

pasien dan menentukan cara

yang harus dilakukan

menghindari restrain atau

menghentikan prilaku,

observasi dan mencatat prilaku

yang diperlihatkan sebelum

dan selama kejang.

e. Tekankan aktivitas sehari-hari

dan latihan sesuai toeransi dan

untuk melaporkan peningkatan

keletihan atau kelemahan otot.

f. Diskusikan tentang pentingnya

mempertahankan lingkungan

yang aman.

g. Ajarkan nama obat-obatan,

dosis, waktu dan metode

pemberian, tujuan, efek smping

dan toxik.

penting karena klien membutuhkan medikasi

dan modifikasi diet sepanjang hidupnya.

b. Agar klien mengerti akan keadaan dirinya

sehingga klien tahu tentang

penanggulangannya.

c. Agar klien bisa mengontrolkan dirinya

secara berkala sehingga penyakitnya bisa

tertanggulangi dan tidak mengakibatkan

lebih parah.

d. Orang terdekat adalah orang yang selalu

berada dan tahu persis tentang pasien

sehingga bila terjadi sesuatu terhadap diri

klien dia bisa melakukan sesuatu dan apa

yang tidak boleh dilakukan sehingga bisa

memperingan penyakitnya.

e. Untuk melatih mobilisasi sehingga klien bisa

melakukan ADLnya.

f. Untuk mencegah cedra akibat dari

lingkungan.

g. Obat-obat tersebut penting untuk

mempertahankan hidupnya.

h. Asupan diet yang seimbang akan

meningkatkan kadar kalsium darah.

Page | 11

Intervensi Rasional

h. Ajarkan klien tentang diet tinggi

kalsium rendah fosfat, seperti

mengurangi susu dan keju

karena banyak mengandung

fosfor.

Page | 12

BAB IV

PENUTUP

2.11 Kesimpulan

Hormon paratiroid dapat mempengaruhi banyak sistem didalam tubuh manusia.

Efek utama mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh. Kelainan

hormon paratiroid banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti tumor jinak

(adenoma soliter), paratiroid carsinoma, dan hiperplasia pada sel kelenjar paratiroid

yang dapat mengakibatkan terjadinya hiperparatiroidisme. Hipoparatiroid terjadi

apabila kelenjar paratiroid memproduksi hormon paratiroid lebih sedikit dari

biasanya.

2.12 Saran

Melihat dari kasus kelainan pada kelenjar paratiroid, maka diharapkan para tenaga

medis dan perawat harus lebih profesional dan berpengalaman dalam mengkaji

seluruh sistem metabolisme yang mungkin terganggu karena adanya kelainan pada

kelenjar paratiroid. Karena penanganan dan pengkajian yang tepat akan menentukan

penatalaksanaan pengobatan yang cepat dan tepat pula pada kelainan kelenjar

paratiroid.

Page | 13

DAFTAR PUSTAKA

Rumarhobo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin.

Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Ed.8.

Jakarta : EGC.

Hipoparatiroidisme. http://www.totalkesehatananda.com/hipoparatiroid.html diakses tanggal 1

Mei 2011

Paratiroid. http://akbar-unair.blogspot.com/ diakses tanggal 1 Mei 2011

Hipoparatiroid http://andysunaryo.blogspot.com/2011/04/askep-hipoparatiroid.html diakses

tanggal 5 Mei 2011

Hiperparatiroid dan hipoparatiroid http://akhtyo.blogspot.com/2009/04/hiperparatiroidisme-

dan.html diakses tanggal 5 Mei 2011

Page | 14