askep gangguan pada cemas

19
Askep gangguan pada cemas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang ini banyak sekali permasalahan atau pun penyakit yang timbul karena di awali dengan kecemasan, mulai dari kecemasan tingkat rendah sampai kecemasan tingkat tinggi. Banyak orang-orang yang mendifinisikan tentang cemas, antara lain adalah Musfir Bin Said Az-Zahrani (2003) mendifinisikan “kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang aneh”. Menurut Lazarus (1969) dalam Muhammad baitul alim (2011) “kecemasan adalah suatu respon dari pengalaman yang dirasa tidak menyenangkan dan di ikuti perasaan gelisah, khawatir, dan takut”. Menurut Lynn S. Bicley (2009) ”Kecemasan merupakan reaksi yang sering terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu sendiri. Bagi sebagian pasien, kecemasan merupakan saringan terhadap semua persepsi dan reaksi mereka, bagi sebagian lainnya, kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang dideritanya”. Ada beberapa cara untuk menangani kecemasan, menurut Sylvia D. Elvira (2008 : 17) adalah sebagai berikut “Penanganan tentang masalah kecemasan bisa dilakukan dengan cara psikoterapi, suatu pengobatan yang diberikan dengan cara berupa terapi relaksasi yang bermanfaat meredakan

Upload: ganda

Post on 09-Feb-2016

202 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Gangguan Pada Cemas

Askep gangguan pada cemas

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekarang ini banyak sekali permasalahan atau pun penyakit yang timbul karena di

awali dengan kecemasan, mulai dari kecemasan tingkat rendah sampai kecemasan tingkat

tinggi. Banyak orang-orang yang mendifinisikan tentang cemas, antara lain adalah Musfir

Bin Said Az-Zahrani (2003) mendifinisikan “kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang penuh

dengan kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan

permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang aneh”. Menurut Lazarus (1969) dalam

Muhammad baitul alim (2011) “kecemasan adalah suatu respon dari pengalaman yang dirasa

tidak menyenangkan dan di ikuti perasaan gelisah, khawatir, dan takut”. Menurut Lynn S.

Bicley (2009) ”Kecemasan merupakan reaksi yang sering terjadi pada keadaan sakit,

pengobatan, dan sistem perawatan  kesehatan itu sendiri. Bagi sebagian pasien, kecemasan

merupakan saringan terhadap semua persepsi dan reaksi mereka, bagi sebagian lainnya,

kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang dideritanya”.

Ada beberapa cara untuk menangani kecemasan, menurut Sylvia D. Elvira (2008 : 17)

adalah sebagai berikut

 “Penanganan tentang masalah kecemasan bisa dilakukan dengan cara psikoterapi,

suatu pengobatan yang diberikan dengan cara berupa terapi relaksasi yang bermanfaat

meredakan secara relative, namun itu dapat dicapai bagi yang telah berlatih setiap hari.

Prinsipnya adalah melatih  pernafasan (menarik pernafasan dalam dan lambat, lalu

mengeluarkannya dengan lambat pula). Terapi kognitif perilaku dimana pasien diajak

bersama-sama melakukan restrukturisasi kognitif, yaitu membentuk kembali pola perilaku

dan pikiran yang irasional dan menggantinya dengan yang lebih rasional. Terapi psikoterapi

dinamik dimana pasien diajak untuk lebih memahami diri dan kepribadiannya. Bukan untuk

menghilangkan gejalanya saja”.

Kecemasan bisa terjadi karna berbagai hal, misalnya menurut Marilynn E. Doenges

(1999 : 317) adalah sebagai berikut

“Diagnosa Medis : infeksi intracranial : meningitis, ensefalitis,abses otak.

Page 2: Askep Gangguan Pada Cemas

Diagnosa keperawatan : Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman

kematian / perubahan dalam status kesehatan, pemisahan dari sistem pendukung. Ditandai

dengan peningkatan ketegangan/keputusasaan, ketakutan/ketidakpastian hasil, berfokus pada

diri sendiri, stimulasi simpatis, gelisah”.

Berdasarkan permasalahan diatas menurut kami dari kelompok 1 memilih untuk

mengambil judul tentang Asuhan Keperawatan pada gangguan cemas adalah kami ingin

membantu pasien bagaimana cara mengatasi cemas, karena cemas itu bisa diatasi.

Kecemasan merupakan suatu kondisi yang bisa saja dialami setiap orang dalam kehidupan

sehari-hari. Cemas adalah suatu kondisi yang wajar namun apabila cemas itu berlangsung

lama maka merupakan kondisi yang tidar wajar. Akibatnya seseorang tidak optimal lagi

untuk menjalani aktivitas sehari-hari baik dalam fungsi social maupun pekerjaannya. Dengan

mempelajari tanda dan gejala gangguan ini, diharapkan seseorang dapat mengantisipasi

seandainya dikemudian hari mengalami kondisi cemas. Agar dapat secara lebih cepat mencari

pertolongan medis dengan demikian fungsinya dalam kehidupan sehari-hari dapat pulih

kembali.

B. Tujuan

1. Tujuan umum: Memberikan penanganan terhadap gejala dan tanda-tanda cemas

2. Tujuan khusus

a. Diharapkan kepada perawat dapat melakukan pengkajian

b. Diharapkan kepada perawat dapat melakukan diagnosa

c. Diharapkan kepada perawat dapat melakukan rencana tindakan

d. Diharapkan kepada perawat dapat menjalankan rencana tindakan yang telah di rencanakan

e. Diharapkan kepada perawat dapat melakukan evaluasi.

                                                                                               

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kecemasan

Lazarus (1969) dalam Muhammad baitul alim (2011) mendifinisikan “Kecemasan

adalah suatu respon dari pengalaman yang dirasa tidak menyenangkan dan di ikuti perasaan

gelisah, khawatir, dan takut. Kecemasan merupakan aspek subjektif dari emosi seseorang

karena melibatkan faktor perasaan yang tidak menyenangkan yang sifatnya subjektif dan

timbul karena menghadapi tegangan, ancaman kegagalan, perasaan tidak aman dan konflik

Page 3: Askep Gangguan Pada Cemas

dan biasanya individu tidak menyadari dengan jelas apa yang menyebabkan ia mengalami

kecemasan”.

Menurut Lynn S.Bickley (2009)  “Kecemasan merupakan reaksi yang sering terjadi

pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan  kesehatan itu sendiri. Bagi sebagian

pasien, kecemasan merupakan saringan terhadap semua persepsi dan reaksi mereka, bagi

sebagian lainnya, kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang dideritanya”.

Pasien-pasien yang cemas mungkin duduk dengan gelisah dan memperhatikan jari-

jari tangan atau pakaiannya. Mungkin sering menghela napas, menjilat bibir yang kering,

mengeluarkan peluh yang berlebihan atau benar-benar tampak gemetaran.

B. Tanda dan Gejala kecemasan

Timbul secara mendadak, dalam bentuk berdebar-debar misalnya jantung dan nadi

menjadi lebih cepat berdetaknya, nyeri pada dada, pusing, keringat yang berlebihan,

pernafasan menjadi lebih cepat dan pendek, rasa seperti tercekik. Gejala lainnya takut

kehilangan kendali dan takut pada kematian (Sylvia D. Elvira 2008 : 7)

C. Penyebab kecemasan

Menurut Sylvia D. Elvira (2008 : 11) adalah sebagai berikut

“Ada beberapa faktor penyebab gangguan cemas yaitu faktor oerganibiologi, faktor

psikoedukatif. Faktor organobiologo adalah terdapat ketidakseimbangan zat kimia dalam otak

yang disebut neurotransmitter disebabkan karena kurangnya oksigen. Faktor psikoedukatif

adalah faktor-faktor psikologi yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian

seseorang, baik hal yang menyenangkan, menentramkan, menyedihkan”.

D. Mengatasi Kecemasan

Melihat berbagai macam jenis kecemasan dan penyebabnya menimbulkan perasaan

cemas tersendiri, cemas dapat diatasi, yakni:

1. Mengembangkan Kepercayaan Diri. Tuhan di waktu menciptakan manusia, Ia

berfirman bahwa kita diciptakan mempunyai kemampuan ilahi yang diberikan-Nya

kepada kita. Itulah yang boleh kita sebut sebagai potensi diri manusia.

2. Meninggalkan Hal yang Duniawi, kecemasan karena kebutuhan yang biasanya

menyita hidup.

3. Mempercayakan Diri kepada Allah. Hal terpenting dalam menghadapi kecemasan

adalah mempercayakan diri kepada Allah. Memang, seseorang dapat percaya kepada

Page 4: Askep Gangguan Pada Cemas

Allah setelah ia mengalami bagaimana Allah bekerja dalam hidupnya. Oleh karena

itu, kepercayaan merupakan proses yang mungkin membutuhkan waktu yang tidak

pendek. Tapi,satu hal yang mutlak adalah mengenal Allah dengan benar.

E. Pembagiam Kecemasan

Menurut James P.Chaplin (2002 : 32) Kecemasan (Anxiety) terbagi 7 macam, yaitu :

1. Anxiety equivalent adalah suatu reaksi simpatetik yang kuat, seperti detak    jantung   yang

cepat menggantikan kecemasan yang tidak disadari.

2. Anxiety fixation adalah mempertahakan atau memindahkan reaksi kecemasan masa atau

tingkat lebih dini dari perkembangan ke taraf yang lebih  lanjut.

3.Anxiety hysteria adalah neurosa dengan karakteristik ketakutan gejala konversia

(pengubahan, penukaran) atau dengan perwujudan konflik berupa gangguan penyakit

somatis.

4. Anxiety neurosa adalah ketakutan yang tidak bias diidentifikasikan dengan suatu sebab

khusus, dan dalam banyak peristiwa merembes ke wilayah terutama kehidupan seseorang.

5.Anxiety objek adalah penggantian atau pemindahan ketakutan pada suatu objek yang

mewakili pribadi yang dahulunya menyebabkan timbulnya rasa ketakutan tersebut.

6.Anxiety reaction adalah pola reaksi yang kompleks ditandai oleh perasaan-perasaan

kecemasan yang kuat dan disertai gejala somatic, seperti berdebarnya jantung, rasa tercekik,

sesak didada, gemetaran, pingsan.

7.Anxiety tolerance adalah tingkat kecemasan yang masih dapat ditanggung seseorang tanpa

menimbulkan gangguan psikologis serius atau tanpa mengakibatkan ketidakmampuan

menyesuaikan diri.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian dituju pada fungsi fisiologi dan perubahab prilaku melalui gejala atau

mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan. Kaji faktor predisposisi, faktor

predisposisi adalah  semua ketegangan dalam kehidupan yang menyebabkan timbulnya

kecemasan seperti :

1. Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan   dengan krisis yang dialami

individu baik krisis perkembangan atau situasional.

Page 5: Askep Gangguan Pada Cemas

2. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak dapat terselesaikan dengan baik.

3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realita

sehinggan menimbulkan kecemasan.

4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang

berdampak terhadap ego.

5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap

integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individual. Pola mekanisme koping

keluarga atau pola keluarga menangani stres akan mempengaruhi individu dalam respon

terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari

dalam keluarga.

6. Riwayat angguan cemas dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam respon

terhadap konflik dan mengatasi kecemasan.

B. Diagnosa Keperawatan

No Sign/symptom Etiologi Diagnosa

1     peningkatan

ketegangan/keputusasaan,

ketakutan/ketidakpastian hasil,

    berfokus pada diri sendiri,

        stimulasi simpatis, gelisah.

krisis situasi,

ancaman kematian /

perubahan dalam

status kesehatan,

pemisahan dari

sistem pendukung

Ansietas

C. Perencanaan

1. Bantu klien berfokus pada pernafasan lambat dan melatihnya pernapasan secara ritmik.

2. Bantu klien mempertahankan kebiasaan makan teratur dan seimbang.

3. Identifikasi gejala awal dan ajarkan klien melakukan prilaku distraksi seperti : berbiacara

kepada orang lain, dan melibatkannya dalam melakukan aktifikasi fisik.

4. Bantu klien melakukan bicara pada diri sendiri positif yang direncanakan sebelumnya dan

telah terlatih.

5. Libatkan klien dalam mempelajari cara mengurangi stressor dan situasi yang menimbulkan

ansietas.

D. Intervensi / Tindakan

Page 6: Askep Gangguan Pada Cemas

1. Perawat mengajarkan dan membantu klien agar bisa melakukan pernafasan lambat dan

secara ritmik .

2. Perawat selalu mengingangatkan dan memberi makan klien secara teratur.

3. Perawat mengajak klien saling berkomunikasi dan mengajarkan pasien berolahraga agar

lebih rileks.

4. Perawat memberikan motivasi kepada klien.

5. Perawat menjelaskan kepada klien cara mengurangi stressor dan situasi yang dapat

menyebabkan cemas.

E.Evaluasi

Evaluasi terhadap kecemasan dapat di lihat dari pasien yang selalu khawatir dengan

kematian. Kecemasan itu pula dapat diartikan sebagai reaksi yang timbul karena ancaman

yang tidak menentu. Pencegahan dari kecemasan itu dapat dilakukan dengan cara perawat

memberikan dorongan kepada pasien untuk mengembangkan kepercayaan diri, serta sering

mendekatkan diri kepada Allah.

DAFTAR PUSTAKA

Az-Zahrani, Musfir Bin Said. (2005). Konseling Terapi. Jakarta : Gema Insani Press.

Bickley, Lynn S. (2009). Buku Ajar Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates. Jakarta :

EGC

Chaplin, James P. (2002) Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada 

Elvira, Sylvia D.(2008) Gangguan Panic. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Doenges, Marilynn E. (1999) Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Susabda, Yakub B. tanpa tahun. Pastoral Konseling. Malang : Penerbit Gandum Mas

Page 7: Askep Gangguan Pada Cemas

asuhan keperawatan pasien dengan ansietas/ kecemasan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DG ANSIETAS

Oleh : Puji Sutarjo

Pengertian anxietas :

1. Ketakutan/kekuatiran pada sesuatu yang tdk jelas dan berhubungan dengan perasaan

tidak menentu dan tak berdaya (helplessness)

2. Perasaan isolasi, terasing, dan terancam mungkin dialami.

3. Individu mempersepsikan kepribadiannya terancam

4. Manusia mulai merasakan sejak bayi

Karakteristik anxietas :

1. Merupakan emosi dan bersifat subyektif.

2. Sumber tdk jelas (takut ~ sumber jelas)

3. Bisa ditularkan

4. Terjadi akibat adanya ancaman pada harga diri, identitas diri.

5. Perlu adanya keseimbangan antara keberanian dan kecemasan

Tingkatan anxietas :

1. Ansietas ringan: pd kehidupan sehari-hari. Individu sadar. Lahan persepsi meningkat

(mendengar, melihat, meraba lebih dari sebelumnya). Perlu untuk memotivasi belajar,

pertumbuhan, dan kreativitas.

2. Ansietas sedang: lahan persepsi menyempit (melihat, mendengar, meraba menurun

dpd sblmnya). Tidak perhatian yg selektif namun dpt berfokus jika diarahkan.

3. Ansietas berat: lahan persepsi sangat sempit, hanya bisa memusatkan perhatian pd yg

detil, tdk yg lain. Semua perilaku ditujukan untuk menurunkan ansietas.

4. Panik: hilang kontrol, tidak mampu melakukan sesuatu meskipun dg perintah

Panik :

1. Hilang kontrol

2. Tak bisa melakukan sesuatu meski dgn perintah atau arahan.

Page 8: Askep Gangguan Pada Cemas

3. Disorganisasi kepribadian.

4. Meningkatnya aktivitas motorik

5. Menurunnya kemampuan menghubung-hubungkan.

6. Distrosi persepsi

7. Hilangnya pikiran rasional

8. Hilangnya komunikasi dan fungsi efektif.

9. Bila berlangsung berkepanjangan menyebabkan exhaustion-kematian

Faktor predisposisi :

1. Teori Psikoanalisa: ansietas merupakan konflik elemen kepribadian id dan super ego

(dorongan insting dan hati nurani). Ansietas mengingatkan ego akan adanya bahaya

yg perlu diatasi.

2. Teori interpersonal: ansietas terjadi karena ketakutan penolakan dalam hub

interpersonal. Dihubungkan dg trauma masa pertumbuhan (kehilangan, perpisahan)

yang menyebabkan ketdkberdayaan). Individu yang harga diri rendah mudah

mengalami ansietas.

3. Teori perilaku: ansitas timbul sebagai akibat frustrasi yg disebabkan oleh sesutu yg

mengganggu pencapaian tujuan. Merupakan dorongan yg dipelajari utk menghindari

rasa sakit/nyeri. Ansietas meningkat jika ada konflik (konflik ~ ansietas ~

helplessness)

4. Kondisi keluarga: ansietas dapat timbul secara nyata dalam keluarga. Ada overlaps

gangguan ansietas dan depresi.

5. Keadaan biologis: dpt dipengaruhi dan mempengaruhi ansietas. Ansietas terjadi

akibat GABA >>. Ansietas dpt memperburuk penyakit (hipertensi, jantung, peptic

ulcers). Kelelahan mengakibatkan idv mudah terangsang dan merasa ansietas.

Faktor presipitasi :

1. Ancaman integritas fisik: ketidakmampuan fisiologis dan menurunnya kemampuan

melaksanakan ADL.

2. Ancaman thd sistem “diri”; mengancam identitas, harga diri, integrasi sosial. Mis:

phk, kesulitan peran baru.

3. Gabungan: penyebab timbulnya ansietas gabungan dr genetik, perkembangan, stresor

fisik, stresor psikososial.

Page 9: Askep Gangguan Pada Cemas

Perilaku anxietas :

1. Ansietas dpt diekspresikan lgs melalui perubahan fisiologis dan perilaku scr tdk lgs

melalui timbulnya gejala/mekanisme koping utk mempertahankan diri dari ansietas.

2. Respon fisiologis dpt terjadi pd sistem kardiovaskuler, pernafasan, meuromuskuler,

GI, perkemihan, dan kulit

3. Perilaku: motorik, afektif, kognitif

Efek fisiologis anxietas:

1. Kardiovaskuler: palpitasi, berdebar-debar, TD, pinsan, TD¯, N ¯.

2. Pernafasan: P, nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa tercekik, terengah-

engah.

3. Neuromuskuler: refeks, terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kaku-kaku,

gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, gerakan lambat, kaki goyah.

4. Gastrointestinal: hilang nafsu makan, menolak makan, abdomen tdk nyaman, nyeri

abdomen, mual, perih, diare.

5. Sistem perkemihan: tekanan utk b.a.k., sering b.a.k.

6. Kulit: wajah kemerahan, keringat lokal, gatal-gatal, rasa panas dingin, wajah pucat,

berkeringat seluruh tubuh.

Respon perilaku :

1. Motorik: gelisah, ketegangan fisik, tremor, sering kaget, bicara cepat, kurang

koordinasi, cenderung celaka, menarik diri, menghindar, menahan diri, hiperventilasi

2. Kognitif: kurang perhatian, tak bisa konsentrasi, pelupa, salah tafsir, pikiran blocking,

menurunnya lahan persepsi, bingung, kesadaran diri berlebihan, waspada berlebihan,

hilangnya obyektivitas, takut hilang kontrol, takut luka/mati.

3. Afektif: tdk sabar, tegang, nervous, takut berlebihan, teror, gugup, sangat gelisah.

Mekanisme koping :

1. Task Oriented (orientasi pd tugas)

-Dipikirkan utk memecahkan masalah, konflik, memenuhi kebutuhan.

-Realistis memenuhi tuntutan situasi stres

Page 10: Askep Gangguan Pada Cemas

-Disadari dan berorientasi pd tindakan

-Berupa reaksi: melawan (mengatasi rintangan utk memuaskan kebutuhan), menarik

diri (menghilangkan sumber ancaman fisik atau psikologis), kompromi (mengubah

cara, tujuan utk memuaskan kebutuhan)

2. Ego oriented:

-Task oriented tdk selalu berhasil

-Melindungi “self”

- Berguna pd ansietas ringan ~ sedang

- Melindungi dr perasaan inadequacy dan buruk

- Berupa penggunaan mekanisme pertahanan diri (defens mechanism)

Mekanisme pertahanan diri :

1. Kompensasi Denial

2. Displacement

3. Disosiasi

4. Identifikasi

5. Intelektualisasi

6. Introyeksi

7. Isolasi

8. Proyeksi

9. Rasionalisasi

10. Reaksi formasi

11. Regresi

Diagnosa keperawatan :

Menurut NANDA:

1. Ansietas

2. Koping individu tidak efektif

3. Takut

Page 11: Askep Gangguan Pada Cemas

Contoh diagnosa lengkap:

1. Ansietas berat b.d. konflik seksual ditandai dg mencuci tangan berulang-ulang,

pikiran kotor dan adanya kuman yg sering timbul.

2. Ansietas sedang b.d. prestasi sekolah yg buruk dimanifestasikan dg denial dan

rasionalisasi yg berlebihan.

3. Koping individu tak efektif b.d. kematian anak, dimanifestasikan dg ketdkmampuan

mengingat kembali peristiwa kecelakaan.

Tindakan keperawatan pada anxietas berat-panik :

Tujuan: memberi dukungan, melindungi, dan menurunkan tingkat ansietas pada tkt sedang

atau ringan.

1. Bina hubungan saling percaya dan terbuka: dengarkan keluhan, dukung utk

menceritakan perasaan, jawab pertanyaan scr lags, menerima tanpa pamrih, hargai

pribadi klien.

2. Sadari dan kontrol perasaan diri perawat: bersikap terbuka sesuai perasaan, terima

perasaan positif maupun negatif termasuk perkembangan ansietas, menggali penyebab

ansietas, pahami perasaan diri secara terapeutik.

3. Yakinkan klien ttg manfaat mekanisme koping yg bersifat melindungi dan tdk

memfokuskan diri pd perilaku maladaptif: terima dan dukung klien; tdk menentang

klien; nyatakan perawat bisa memahami rasa sakit tetapi tdk memfokuskan pada rasa

tersebut; beri umpan balik thd perilaku, stresor, dampak stresor dan sumber koping;

dukung ide keh fisik berhub dg kesehatan mental; batasi perilaku maladaptif dg cara

suportif.

4. Identifikasi dan mencoba menurunkan situasi yg menimbulkan ansietas: sikap tenang;

lingkungan tenang; batasi kontak dg klien lain; identifikasi dan modifikasi hal yg

menimbulkan cemas; terapi fisik: mandi air hangat, pijat

5. Anjurkan melakukan aktivitas di luar yg menarik; share aktivitas yg sering dilakukan;

latihan fisik; buat rencana harian; libatkan keluarga dan support system.

6. Tingkatkan kesehatan fisik: beri obat-obatan yg meningkatkan rasa nyaman; observasi

efek samping obat dan beri pendidikan kesehatan yang sesuai.

Page 12: Askep Gangguan Pada Cemas

Tindakan perawatan pada anxietas sedang :

1.Bina hubungan saling percaya

-Dengar dengan hangat dan responsif

-Beri waktu kepada klien untuk berespon

-Beri dukungan utk ekspresi diri.

2.Perawat menyadari dan mengenal ansietasnya sendiri:

- Kenali perasaan diri

-Kenali sikap dan perilaku perawat yg berdampak negatif pd klien

-Bersama klien menggali perilaku dan respon shg dapt belajar dan berkembang

3.Bantu klien mengenal ansietasnya:

-Bantu klien mengekspresikan perasaan

-Bantu klien menghubungkan perilaku dg perasaan klien.

-Memvalidasi kesimpulan dan asumsi

-Pertanyaan terbuka.

4.Memperluas kesadaran berkembangnya ansietas:

-Bantu klien menhubungkan situasi dan interaksi yg menimbulkan ansietas.

-Bantu klien meninjau kembali penilaian klien thd stresor yg dirasa mengancam dan

menimbulkan konflik.

-Mengaitkan pengalaman saat ini dg pengalaman masa lalu

5.Bantu klien mempelajari koping yg baru

-Menggali pengalaman klien menghadapi ansietas sebelumnya.

-Tunjukkan akibat negatif koping yg saat ini.

-Dorong klien untuk mencoba koping adaptif yg lalu

-Memusatkan tanggung jawab perubahan pada klien

Page 13: Askep Gangguan Pada Cemas

-Terima peran aktif klien. Mengaitkan hubungan sebab-akibat keadaan ansietasnya.

-Bantu klien menyusun kembali tujuan memodifikasi perilaku

-Anjurkan penggunaan koping yg baru

6.Dorong aktivitas fisik untuk menyalurkan energi

7.Mengerahkan dukungan sosial ~ koping adaptif diterapkan oleh klien.

Evaluasi :

1. Apakah ancaman thd integritas fisik atau sistem diri pasien telah berkurang?

2. Apakah perilaku klien mencerminkan tingkat ansietas?

3. Apakah sumber koping telah dikaji dan dimobilisasi dg adequat?

4. Apakah klien mengenali ansietasnya dan memahami perasaan tsb?

5. Apakah klien menggunakan respon adaptif?

6. Apakah klien mempelajari strategi adaptif yg baru utk mengurangi ansietas?