artikel sab

Upload: adhi-pasha-dwitama

Post on 19-Oct-2015

62 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Evaluasi Program Pengawasan Sarana Air Bersih di wilayah Kerja Puskesmas Loji, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang Periode Januari 2013 sampai dengan November 2013

Adhi Pasha Dwitama Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Abstrak

Kesehatan individu maupun masyarakat dipengaruhi banyak faktor. Menurut Blum, derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat factor : perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan keturunan, dimana lingkungan memiliki pengaruh yang paling besar. Hal ini mendorong pemerintah mencanangkan program kesehatan lingkungan, salah satunya cakupan pengawasan sarana air bersih, sebagai program wajib. Data Riskesdas 2010 diketahui daerah perkotaan memiliki cakupan sumber air bersih 90,1% sedangkan di pedesaan 67,6 %. Berdasarkan data WHO,sekitar 10.000 penduduk di Negara berkembang meninggal setiap harinya karena penyakit yang disebabkan minimnya sir bersih. Dari daftar urutan penyebab kunjungan Puskesmas, diare hamper selalu termasuk dalam kelompok penyakit penyebab utama bagi masyarakat yang berkunjung kesana. Sementara itu, untuk wilayah Kecamatan Loji, cakupan sarana air bersih sebesar 47,73 % dengan cakupan pengawasan selama tahun 2012 sebesar 58,42 %, Karena itu dilakukan evaluasi program pengawasan sarana air bersih di Puskesmas Loji periode Januari - November 2013. Pada hasil evaluasi didapatkan 5 masalah dan diambil dua prioritas masalah: cakupan penduduk yang menggunakan sarana air bersih dan cakupan isnpeksi sarana air bersih. Penyebab masalah tersebut: pengetahuan masyarakat masih rendah, perilaku masyarakat yang menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terbatasnya sarana air bersih yang ada, kurangnya jumlah petugas kesling, tidak ada laporan penggunaan dana yang diterima dan masih kurang, kurangnya koordinasi lintas program, kurangnya optimalisasi petugas kesling. Bila hal tersebut dapat diatasi, diharapkan tingkat pencapaian cakupan pengawasan sarana air bersih pada periode berikutnya dapat meningkat.Kata kunci: Evaluasi program, kesling, SAB.

3Latar belakangBanyak faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat. Menurut Hendrik L. Blum, derajat kesehatan seseorang ataupun masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu perilaku 30%, lingkungan 45%, pelayanan kesehatan 20% dan keturunan 5%.1 Status kesehatan akan tercapai secara optimal bila keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Keempat faktor tersebut saling terkait dengan beberapa faktor lain yaitu sumber daya alam, keseimbangan ekologi, kesehatan mental, sistem budaya, dan populasi sebagai satu kesatuan. Lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan masyarakat. Faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik, lingkungan biologik, dan lingkungan sosio kultural.2 Hal ini mendorong pemerintah untuk mencanangkan program kesehatan wajib seperti program upaya kesehatan lingkungan yang salah satunya melalui cakupan pengawasan sarana air bersih.3Berdasarkan data WHO/UNICEF sekitar 10.000 penduduk di negara berkembang meninggal setiap harinya karena penyakit yang disebabkan minimnya air bersih. Dari daftar urutan penyebab kunjungan Puskesmas/Balai pengobatan, diare hampir selalu termasuk dalam kelompok penyakit penyebab utama bagi masyarakat yang berkunjung ke sana. Penyakit diare ini pun masih menduduki urutan atas sebagai penyebab kematian di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Setiap tahunnya, di Indonesia dapat ditemukan sekitar 60 juta kejadian penderita diare, 70-80 % dari penderita ini adalah anak di bawah lima tahun (40 juta kejadian).5,6Penyediaan air bersih yang memadai sebagai kebutuhan dasar masyarakat belum sepenuhnya terwujud dengan baik. Dengan kata lain, masih banyak masyarakat yang belum memiliki akses terhadap keberadaannya. Berdasarkan Global Water Supply and Sanitation Assesment 2000 Report yang dikeluarkan oleh WHO/UNICEF, terdapat sekitar 1,1 milyar penduduk dunia yang masih kekurangan air bersih.1 Pengelolaan sumber daya air yang buruk mengakibatkan tidak meratanya penyebaran air. Hal ini tentu saja berdampak pada kemampuan masyarakat miskin untuk menikmati pelayanan air bersih. Pada kenyataannya sekarang masyarakat miskin tidak mempunyai akses terhadap air bersih. Bahkan, masyarakat miskin harus membayar jauh lebih mahal guna mendapatkan air bersih tersebut sehingga banyak dari mereka yang tidak sanggup membayar, harus menggunakan air yang tidak bersih. Berbagai masalah yang dihadapi dalam pengelolaan sumber daya air yang buruk ini menempatkan Indonesia pada peringkat terendah bersama Banglades, Laos, Mongolia, Myanmar, Pakistan, Papua Niugini, dan Filipina dalam Laporan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) tentang MDGs Asia Pasifik tahun 2006. Karena itu, mengingat pentingnya masalah krisis air bersih ini maka harus segera dicari pemecahannya.2Di Indonesia penyediaan air minum yang diusahakan pemerintah melalui perusahaan daerah air minum sebagian besar diperuntukkan masyarakat perkotaan meliputi ibukota propinsi, ibukota kabupaten, dan ibukota kecamatan. Untuk daerah lainnya sebagian besar penduduk mengupayakan air bersih untuk keperluan sehari-hari melalui berbagi cara dengan memanfaatkan potensi sumber air yang ada berupa air tanah, air permukaan, dan air hujan. Dari data Riskesdas 2010 diketahui daerah perkotaan memiliki cakupan sumber air bersih sebesar 90,1%, sedangkan di pedesaan sebesar 67,6 %.4 Sementara itu, cakupan penduduk yang menggunakan sarana air bersih angka di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Loji pada tahun 2012 hanya mencapai 47,74%, dari target yaitu 80%. Dan cakupan pengawasan sarana air bersih di Puskesmas Kecamatan Loji pada tahun 2012 hanya sebesar 58,42 % dengan target 80 %.Rumusan Masalah1. Setiap tahunnya, di Indonesia dapat ditemukan sekitar 60 juta kejadian penderita diare, 70-80 % dari penderita ini adalah anak di bawah lima tahun (40 juta kejadian) akibat penggunaan air yang tidak sehat.1. Terdapat sekitar 1,1 milyar penduduk dunia yang masih kekurangan air bersih berdasarkan data WHO/UNICEF1. Pengelolaan sumber daya air yang buruk ini menempatkan Indonesia pada peringkat terendah dalam Laporan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) tentang MDGs Asia Pasifik tahun 2006.1. Di Indonesia diketahui cakupan sumber air bersih di pedesaan sebesar 67,6 % berdasarkan data Riskesdas 2010.1. Masih rendahnya penggunaan dan pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja Puskesmas Loji yaitu masing-masing sebesar 47,74% dan 58,42 % selama tahun 2012.Tujuan UmumUntuk melihat kembali data-data atau memverifikasikan evaluasi program pengawasan sarana air bersih agar dapat meningkatkan mutu dan jangkauan program pengawasan sarana air bersih secara optimal di Puskesmas Loji periode Januari sampai November 2013 dengan harapan dapat menurunkan angka kematian dan angka kesakitan akibat faktor risiko kesehatan lingkungan.Tujuan Khusus1. Diketahuinya cakupan penduduk yang menggunakan sarana air bersih untuk keperluan sehari-hari di wilayah kerja Puskesmas Loji periode Januari 2013 sampai dengan November 2013.2. Diketahuinya cakupan hasil inspeksi program pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja Puskesmas Loji periode Januari 2013 sampai dengan November 2013.3. Diketahuinya cakupan pengambilan sampel air di wilayah kerja Puskesmas Loji periode Januari 2013 sampai dengan November 2013.4. Diketahuinya cakupan jumlah sarana air bersih dengan kualitas bakteriologi yang memenuhi syarat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Loji periode Januari 2013 sampai dengan November 2013.5. Diketahuinya cakupan jumlah sarana air bersih dengan tingkat pencemaran air yang rendah di wilayah kerja Puskesmas Loji periode Januari 2013 sampai dengan November 2013.SasaranSeluruh sarana air bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas Loji periode Januari 2013 sampai dengan November 2013.Materi dan MetodeProgram ini mengevaluasi materi yang terdiri dari laporan hasil kegiatan bulanan yang dilakukan Puskesmas mengenai program pengawasan sarana air bersih di Puskesmas Loji periode Januari 2013 sampai dengan November 2013, yang berisi kegiatan :1. Pendataan jumlah sarana air bersih yang ada.1. Pendataan jenis sarana air bersih yang ada.1. Pendataan jumlah penduduk yang menggunakan sarana air bersih.1. Inspeksi sarana air bersih yang ada di wilayah kerja Puskesmas Loji.1. Pemeriksaan sarana air bersih yang diinspeksi yang memenuhi syarat / yang memiliki tingkat risiko pencemaran rendah.1. Pengambilan sampel air dari sarana air bersih yang diinspeksi.1. Pemeriksaan kualitas bakteriologis pada sampel air bersih.1. Pencatatan dan Pelaporan.Evaluasi dilakukan dengan cara mengadakan pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan interpretasi data dengan menggunakan pendekatan sistem, lalu dilihat apakah terdapat perbedaan antara pencapaian tiap-tiap variabel dalam sistem pada program pengawasan sarana air bersih di Puskesmas Loji periode Januari 2013 sampai dengan November 2013 terhadap tolok ukur yang ditetapkan sehingga dapat ditentukan masalah yang ada dari pelaksanaan program lalu dapat dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan dari masalah yang ditemukan berdasarkan penyebab masalah yang ditemukan dari unsur-unsur sistem.

Hasil

Tabel 1. Variabel, tolak ukur, pencapaian dan masalah dalam program pengawasan sarana air bersih di Puskesmas Loji periode Januari 2013 sampai November 2013.

Variabel Tolak UkurPencapaianMasalah

Keluaran

Cakupan Jumlah rumah yang menggunakan air dari sarana air bersih80%47,74%(+) 33,26%

Cakupan Hasil Inspeksi SAB80%22,89%(+) 57,11%

Cakupan SAB yang diinspeksi yang mempunyai tingkat resiko pencemaran air yang rendah95%56,43%(+) 38,57%

Cakupan pengambilan sampel air80%Tidak dilakukan(+) 80%

Cakupan SAB dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat kesehatan100%Tidak dilakukan(+) 100%

Proses

Perencanaan

PengorganisasianDibentuk struktur organisasiKoordinasi belum optimal

(+)

Pelaksanaan

Pengumpulan data SAB 1x/bulan Pengawasan sanitasi SAB minimal 4x/tahun Pengambilan sampel SAB 4x/tahun Lab untuk menilai kandungan bakteriologi / kimia Pemeriksaan serta dilakukan pemeriksaan resiko pencemaran airPendataan SAB sudah baik, pengawasan belum optimal, pengambilan sampel dan pemeriksaan bakteriologis air(+)

PengawasanAdanya pencatatan tiap bulan / tahunan dan pelaporan secara berkala sudah dilakukan.(+)

Masukan

Man 1 orang1 orang, merangkap(+)

Variabel selain tertera diatas tidak memiliki masalah berdasarkan tolok ukur keberhasilan

Pembahasan1. Cakupan penduduk yang menggunakan air bersih dengan besar masalah 33,26 %2. Cakupan inspeksi sarana air bersih dengan besar masalah 57,11 %3. Cakupan sarana air bersih yang diinspeksi yang memiliki tingkat risiko pencemaran rendah (memenuhi syarat) dengan besar masalah 38,57 %4. Belum dilakukannya pengambilan sampel air terhadap sarana air bersih yang diinspeksi.5. Belum dilakukannya pemeriksaan kualitas bakteriologis pada sampel air bersih.Prioritas Masalah1. Cakupan penduduk yang menggunakan air bersih pencapaiannya hanya 47,74% ( Masalah A )1. Cakupan inspeksi sarana air bersih pencapaiannya hanya 22,89% ( Masalah B )1. Cakupan sarana air bersih yang diinspeksi yang memiliki tingkat risiko pencemaran rendah (memenuhi syarat) pencapaiannya hanya 56,43% ( Masalah D )KesimpulanBerdasarkan hasil evaluasi Program Pengawasan Sarana Air Bersih di Puskesmas Loji periode Januari sampai dengan November 2013 adalah belum berhasil, hal ini dapat dilihat dari unsur keluaran yang belum seluruhnya mencapai target yang ditentukan.1. Cakupan penduduk yang menggunakan air bersih pencapaiannya hanya 47,74 %.1. Cakupan inspeksi sarana air bersih pencapaiannya hanya 22,89 %.1. Cakupan sarana air bersih yang diinspeksi yang memiliki tingkat risiko pencemaran rendah (memenuhi syarat) pencapaiannya hanya 56,43 %.1. Belum dilakukannya pengambilan sampel air terhadap sarana air bersih yang diinspeksi.1. Belum dilakukannya pemeriksaan kualitas bakteriologis pada sampel air bersih.SaranUntuk mengatasi kendala pada tingkat keberhasilan program Pengawasan Sarana Air Bersih di Puskesmas Loji, saya harapkan saran saya kepada Kepala Puskesmas dalam waktu sebulan ini dapat diterima dan dijalankan secara benar.1. Mengoptimalkan tenaga kesehatan lingkungan pelaksana program di Puskesmas1. Alternatif lain dengan perekrutan tenaga yang ahli dalam bidang kesehatan lingkungan yang berasal dari luar puskesmas1. Mengusulkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karawang untuk membuat sarana air bersih lebih banyak lagi, terutama di daerah yang penduduknya masih kekurangan air bersih.Dilakukannya penyuluhan yang intensif oleh pihak promosi kesehatan kepada orang yang masih terbiasa menggunakan air yang tidak bersih padahal di daerahnya sudah terdapat sarana air bersih tentang pentingnya penggunaan air bersih untuk kepentingan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA1. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Pedoman Penggunaan dan Pemeliharaan Sarana Penyediaan Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Jakarta : 19901. L.A. Dewi, R. Dwina. Evaluasi Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan Sebagai Dasar Usulan Perencanaan Perbaikan (Studi Kasus : Kecamatan Cileunyi, KabupatenBandung). Program Studi Teknik Lingkungan ITB. Bandung : 20051. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Program Air Bersih dan Sanitasi. Jakarta : Depkes RI, 20041. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat. Cetakan I. Jawa Barat. 20061. Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diunduh tanggal 25 September 2013 dari: http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Penyakit yang Ditularkan Melalui Air. Jakarta : Depkes RI, 20071. Instrumen Penilaian Cakupan Pelayanan Upaya Kesehatan Wajib. Karawang : Puskesmas Loji, 2013.1. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Buku Kumpulan Peraturan dan Pedoman Teknis Kesehatan Lingkungan Buku II. 2004