artikel ilmiah penerapan model quantum...
TRANSCRIPT
Ogi Danika Pranata : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
ARTIKEL ILMIAH
PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN
KERANGKA TANDUR UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI IMPULS DAN MOMENTUM KELAS
XI IPA 2 SMA NEGERI 3 KOTA JAMBI
OLEH :
OGI DANIKA PRANATA
RSA1C310010
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
MEI, 2014
Ogi Danika Pranata : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
Penerapan Model Quantum Teaching dengan Kerangka TANDUR Untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Impuls
dan Momentum Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Kota Jambi
Oleh :
1. Ogi Danika Pranata
2. Dra. Hj. Astalini, M.Si.
3. Nova Susanti, S.Pd., M.Si.
ABSTRAK
Kata kunci: Model Quantum Teaching, TANDUR, Momentum dan Impuls.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya nilai fisika siswa di SMA Negeri 3
Kota jambi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kurangnya minat siswa dalam
belajar fisika serta kurang menariknya proses pembelajaran yang dilaksanakan. Sebagain
besar siswa menganggap bahwa belajar fisika itu susah karena hanya mempelajari rumus –
rumus yang membosankan bagi siswa. Untuk itu peneliti mencoba menerapkan suatu model
pembelajaran yang interaktif dan menciptakan suasana belajar yang asyik dan
menyenangkan bagi siswa, yaitu Model pembelajaran Quantum Teaching dengan kerangka
TANDUR. Hal ini tentunya bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa selama
proses pembelajaran berlangsung dan diharapkan dapat meingkatkan hasil belajar siswa
tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Dengan menerapkan model
Quantum Learning dengan kerangka TANDUR pada materi Momentum dan Impuls di
kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Kota Jambi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus,
dengan 2 kali pertemuan untuk setiap siklusnya serta 1 kali ujian siklus. Hal ini bertujuan
untuk melihat perkembangan aktivitas dan hasil pembelajaran setiap siklusnya.
Berdasarkan data hasil penelitian yang dilaksanakan dari 13 Januari sampai 10
Februari 2014, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas yang di alami siswa dari
siklus I yaitu, 56,0% menjadi 68,0% pada siklus II dan 81,6% pada siklus III dengan
Indikator ketercapaiannya 60%. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan setiap
siklus yaitu 71,6 untuk siklus I menjadi 74,1 untuk siklus II dan 78 untuk siklus III. dengan
Kriteria Ketuntasan Minimumnya 75.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan Model Quantum
Teaching dengan kerangka TANDUR dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
pada materi Impuls dan Momentum di Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Kota Jambi.
Ogi Danika Pranata : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
I. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Pendidikan
merupakan dasar untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.
Oleh karena itu perhatian dan penanganan khusus harus ditujukan terhadap peningkatan
kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan sangat bergantung kepada kurikulum
yang diterapkan dan keadaan sekolah. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang
formal harus mampu menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang berkualitas. Guru,
siswa dan proses pembelajaran merupakan tiga hal yang mempengaruhi kualitas
pembelajaran.
Proses pembelajaran menyangkut tentang metode atau model pembelajaran yang
digunakan selama proses pembelajaran. Guru harus bisa memilih model pembelajaran yang
tepat sesuai dengan kondisi kelas dan materi. Pemilihan model yang tepat akan
memberikan hasil belajar yang baik. Jadi model pembelajaran merupakan salah satu
penentu keberhasilan suatu proses pembelajaran.
Khusus untuk mata pelajaran fisika, kriteria ketuntasan minimal (KKM) di SMA
Negeri 3 Kota Jambi adalah 75. Berikut data rata- rata hasil ulangan fisika Kelas XI IPA
SMA Negeri 3 Kota Jambi sebagai berikut:
Tabel 1.1 Hasil Ulangan Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 3 Kota Jambi
No Kelas Jumlah Siswa Rata – Rata Nilai Ulangan
1. XI IPA 1 30 74,13
2. XI IPA 2 30 58,80
3. XI IPA 3 29 59,70
4. XI IPA 4 29 61,65
5. XI IPA 5 30 61,68
Dari data hasil pengamatan di SMA Negeri 3 Kota Jambi dan wawancara dengan
salah satu guru fisika. Nilai yang diperoleh oleh siswanya masih tergolong rendah. Dari 5
kelas pada tabel di atas, hanya rata – rata kelas XI IPA 1 yang mendekati Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 74,13. Sedangkan nilai rata – rata empat kelas lainnya
masih tergolong rendah. Rendahnya hasil belajar siswa ini disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya sebagian besar siswa kurang memahami materi yang diajarkan dan kurang aktif
selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pada saat pembelajaran berlangsung hanya
sebagian kecil siswa yang aktif, sementara siswa yang lain terkesan malas untuk mengikuti
proses pembelajaran.
Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa Kelas XI IPA 2. Diketahui bahwa
rendahnya hasil belajar fisika siswa dipengaruhi oleh rendahnya minat belajar siswa,
kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap materi fisika serta adanya anggapan bahwa fisika
Ogi Danika Pranata : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
itu sulit untuk dipelajari. Selain itu dalam mengajar guru terlalu banyak memberikan dan
menjelaskan di depan kelas sehingga kurang mendorong berkembangnya kemampuan
berpikir siswa, serta model dan metode pembelajaran dari guru yang kurang
variasi/monoton. Hal ini dapat dilihat dari gejala-gejala yang ditimbulkan, yaitu siswa tidak
memperhatikan penjelasan guru, kurangnya keaktifan siswa, siswa malas belajar dan
kurang merespon apa yang sedang mereka pelajari. Kreativitas guru dalam proses
pembelajaran serta metode pembelajaran yang bervariasi sangat memengaruhi motivasi dan
hasil belajar.
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan di atas, perlu adanya pembaharuan serta
perbaikan dalam proses pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
perbaikan dalam proses pembelajaran adalah dengan penerapan model Quantum Learning
atau Quantum Teaching. Model Quantum Learning dan Quantum Teaching sama – sama
berlandaskan pada konsep pembelajaran Quantum, namun kedua model ini memiliki
perbedaan. Quantum Teaching dan Quantum Learning merupakan model pembelajaran
yang sama-sama dikemas oleh Boby DePorter. “DePorter (2010) menjelaskan bahwa
Quantum Teaching diperuntukkan guru dan Quantum Learning diperuntukkan siswa atau
masyarakat umum sebagai pembelajar.”
“Quantum Teaching berfokus kepada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas,
interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar (DePorter, 2010).”
Quantum Teaching memiliki kerangka pembelajaran yang disebut dengan TANDUR.
TANDUR itu sendiri adalah singkatan dari (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi,
Ulangi, dan Rayakan). “Deporter (2010) menyebutkan kerangka perancangan Quantum
Teaching adalah sebagi berikut: a). Tumbuhkan, sertakan diri mereka, pikat mereka,
puaskan AMBAK, b). Alami, berikan mereka pengalaman belajar, tumbuhkan kebutuhan
untuk mengetahui. c). Namai, berikan data, tepat saat minat memuncak, d).
Demonstrasikan, berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman dangan
data baru, e). Ulangi, Rekatkan gambaran keseluruhannnya, f). Rayakan, Ingat, jika layak
dipelajari, maka layak pula dirayakan!. Perayaan menambatkan belajar dengan asosiasi
positif.”
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pendidikan
tentang “Penerapan Model Quantum Teaching dengan Kerangka TANDUR Untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Momentum dan Impuls
Kelas XI SMA Negeri 3 Kota Jambi”
Ogi Danika Pranata : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Belajar
“Purwanto (2013) menjelaskan belajar dalam arti luas adalah semua persentuhan
pribadi dengan lingkungan yang menimbulkan perubahan perilaku.” Pendapat ini
menjelaskan bahwa belajar tidak hanya terjadi di sekolah namun juga terjadi di lingkungan
siswa. Hal ini karena lingkungan siswa juga memungkinkan terjadinya perubahan perilaku
siswa.
Sejalan dengan pandangan konstruktivisme, “Belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si pelajar (Budiningsih,
2012).” Pandangan ini menjelaskan bahwa siswa harus aktif berfikir, menyusun konsep dan
memberikan makna tentang hal – hal yang sedang dipelajari. Hal ini bertujuan agar siswa
dapat membentuk pengetahuannya sendiri.
Dari berbagai pendapat mengenai pengertian belajar di atas, dapat disimpukan
bahwa belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan manusia sehingga terjadi perubahan
tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan perubahan aspek-aspek lain
sebagai akibat interaksi dengan lingkungan.
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Tujuan Belajar
“Slameto (2010) menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak
jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu: 1). Faktor intern,
yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologi, dan faktor kelelahan. 2). Faktor ekstern, yiatu:
faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.” Faktor intern merupakan faktor
dari dalam diri siswa sedangakn faktor ekstern merupakan faktor lingkungan yang ada di
sekitar siswa.
“Purwanto (2013) mengemukakan bahwa belajar menimbulkan perubahan perilaku
dan pembelajaran adalah usaha mengadakan perubahan perilaku dengan mengusahakan
terjadinya proses belajar dalam diri siswa.” Jadi tujuan pembelajaran adalah mencapai
perubahan perilaku yang direncanakan serta dicapai melalui proses belajar mengajar. Jika
belajar menimbulkan perubahan perilaku, maka hasil perubahan perilaku tersebut
merupakan hasil belajar. Hasil belajar tersebut meliputi: kognitif, afektif dan psikomotor.
2.3 Aktivitas Belajar
Banyak sekali jenis – jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa, tidak hanya
mendengar dan mencatat. Proses aktivitas harus melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta
didik, baik jasmani maupun rohani. Menurut Diedrich dalam Hanafiah (2009), indikator
yang menyatakan aktivitas belajar antara lain sebagai berikut : 1) Kegiatan – kegiatan visual : membaca, melihat gambar – gambar, mengamati
eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain.
Ogi Danika Pranata : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
2) Kegiatan – kegiatan lisan (oral) : mengemukakan suatu fakta atau prinsip,
menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,
mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi, dan interupsi.
3) Kegiatan – kegiatan mendengarkan : mendengarkan penyajian bahan, mendegarkan
percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrument musik,
dan mendengarkan siaran radio.
4) Kegiatan – kegiatan menulis : menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan,
bahan – bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes serta
mengisi angket.
5) Kegiatan – kegiatan menggambar : menggambar, membuat grafik, charta, diagram, peta,
pola.
6) Kegiatan – kegiatan metrik : melakukan percobaan, memilih alat – alat, melaksanakan
pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun.
7) Kegiatan – kegiatan mental : merenungkan, mengingat, memecahkan masalah,
menganalisa faktor – faktor, melihat hubungan – hubungan, membuat keputusan.
8) Kegiatan – kegiatan emosional : minat, membedakan, berani, tenang dan lain - lain.
Semua kegiatan – kegiatan tersebut dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran
dengan memperhatikan kondisi saat proses pembelajaran berlangsung, seperti materi
pembelajaran, ruang kelas dan sebagainya demi tercapainya tujuan pembelajaran yang
direncanakan.
2.4 Hasil Belajar
“Domain hasil belajar adalah perilaku – perilaku kejiwaan yang akan diubah dalam
proses pendidikan. Perilaku itu dibagi menjadi kognitif, psikomotor, dan afektif (Purwanto,
2013)“. Dari ketiga perilaku hasil belajar di atas, peneliti hanya terfokus pada hasil belajar
kognitif siswa. “Menurut Anderson dan Krathwohl dalam Utari (2012) Taksonomi Bloom
ranah kognitif memiliki tingkatan, yakni: mengingat (remember), memahami/mengerti
(understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan
menciptakan (create).”
2.5 Model Quantum Teaching dengan Kerangka TANDUR
DePorter (2010) menamai kerangka belajar dan mengajar interaktif lewat Quantum
Teaching dengan TANDUR, akronim dari: 1. Tumbuhkan
Tumbuhkan suasana yang menyenangkan di hati siswa, tumbuhkan intraksi dengan
siswa. Tumbuhkan niat yang kuat pada diri guru bahwa akan menjadi pendidik yang hebat.
Tumbuhkan strategi mengajar dengan memanfaatkan seluruh potensi yang ada di dalam kelas,
di luar kelas, di dalam sekolah dan di luar sekolah.
2. Alami
Unsur ini mendorong hasrat alami otak untuk “menjelajah”. Cara apa yang terbaik agar
siswa memahami informasi? Kegiatan apa yang dapat diberikan agar pengetahuan dan
keterampilan yang sudah dimiliki siswa.
3. Namai
Setelah siswa melalui pengalaman belajar pada topik tertentu, ajak siswa untuk menulis
di kertas, namai apa saja yang telah siswa peroleh, apakah itu informasi, rumus, pemikiran,
Ogi Danika Pranata : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
tempat dan sebagainya, ajak siswa untuk menempelkan nama – nama tersebut di dinding kelas
dan dinding kamar tidurnya.
4. Demostrasikan
Melalui pengalaman belajar siswa mengerti dan mengetahui bahwa siswa memiliki
kemampuan (kompetensi) dan informasi (nama) yang cukup, sudah saatnya siswa
mendemonstrasikan dihadapan guru, teman, maupun saudara-saudaranya.
5. Ulangi
Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “Siswa tahu bahwa
siswa tahu ini!” pengulangan sebaliknya dilakukan dengan menggunakan konsep multi
kecerdasan.
6. Rayakan
Rayakan adalah ekspresi atau kelompok seseorang yang telah berhasil mengerjakan
suatu tugas atau kewajiban dengan baik.
Penggunaan model pembelajaran Quantum Teaching dapat membantu siswa belajar
dengan baik dan menumbuhkan motivasi belajar. Model pembelajaran Quantum Teaching
melibatkan semua aspek kepribadian manusia, pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh.
Pembelajaran yang menarik dan meriah tidak akan membuat bosan saat proses belajar
mengajar berlangsung. Hal ini tentunya membuat siswa menyukai pelajaran yang diajarkan.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksankan dalam bentuk siklus. Siklus akan dilanjutkan jika belum
tercapai indikator keberhasilan penelitian dan akan dihentikan apabila kelas sudah stabil
atau mencapai indikator keberhasilan penelitian.
3.1.1 Tahapan Penelitian
a. Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran,
hand out, alat – alat pendukung yang diperlukan sesuai dengan rencana pembelajaran,
lembar observasi pelaksanaan pembelajaran berupa lembar observasi aktivitas siswa dan
guru, alat evaluasi berupa soal tes dan kunci jawaban.
b. Tindakan (Action)
Pelaksaan tindakan pada siklus pertama dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Proses
pembelajaran dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran fisika kelas XI IPA 2 dan rencana
pembelajaran yang telah disiapkan.
c. Observasi dan Evaluasi
Dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi
yang telah disiapkan dan mencatat kejadian – kejadian yang tidak terdapat dalam lembar
observasi dengan membuat lembar catatan lapangan.
d. Analisis dan Refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi dari pelaksanaan tindakan pada siklus I
yang digunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran siklus berikutnya.
Jika hasil yang diharapkan belum tercapai maka dilakukan perbaikan yang dilaksanakan
pada siklus berikutnya dan seterusnya.
Ogi Danika Pranata : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
3.1.3 Tempat dan waktu
Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 3 Kota Jambi untuk
mata pelajaran Fisika pada materi Momentum dan Impuls dan dilaksanakan pada semester
II Tahun Ajaran 2013/2014, sesuai dengan kalender akademik Sekolah Menengah Atas
Negeri 3 Kota Jambi.
3.1.4 Subjek Penelitian
Subjek Pada Penelitian Tindakan Kelas ini adalah kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3
Kota Jambi yang berjumlah 30 siswa, yang terdiri dari 21 putri dan 9 putra.
3.2 Instrumen Penelitian
3.2.1 Validitas
“Purwanto (2013) mengemukakan bahwa pengujian validitas isi dapat dilakukan
menggunakan satu dari tiga metode yaitu menelaah butir instrumen, meminta pertimbangan
ahli, dan analisis korelasi butir soal.” Dari pendapat ini, peneliti menggunakan metode
menelaah butir instrumen yang disesuaikan dengan silabus yang berlaku.
3.2.2 Tingkat Kesukaran
Setiap butir soal harus memiliki tingkat kesukaran dan daya pembeda yang baik.
“Tingkat kesukaran (difficulty index) adalah angka yang menunjukkan proporsi siswa yang
menjawab betul suatu soal (Purwanto, 2013).” Secara matematis :
𝑇𝐾 = 𝐵
𝑃 (3.1)
Keterangan:
TK = Tingkat Kesukaran
𝐵 = Jumlah siswa yang menjawab benar
𝑃 = Jumlah peserta tes
Adapun klasifikasi indeks tingkat kesukaran butir soal (Purwanto, 2013) adalah
sebagai berikut: Tabel 3.1. Indeks Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran Keterangan
0,00 - 0,32 Sukar
0,33 - 0,66 Sedang
0,67 – 1,00 Mudah
Setelah melakukan uji coba soal sebanyak 40 soal, diperoleh 19 soal termasuk kategori
sukar, 10 soal termasuk kategori sedang, dan 11 soal termasuk kategori mudah.
3.2.3 Daya Beda
“Menurut Purwanto (2013) Daya pembeda (discriminating power) soal adalah
kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan
siswa yang berkemampuan rendah.” Secara Matematis :
𝐷𝐵 = 𝑇𝐵
𝑇−
𝑅𝐵
𝑅 (3.2)
keterangan:
DB = Daya Pembeda
𝑇𝐵 = Jumlah peserta yang menjawab benar pada kelompok kemampuan tinggi
Ogi Danika Pranata : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
𝑅𝐵 = Jumlah peserta yang menjawab benar pada kelompok kemampuan rendah
𝑇 = Jumlah siswa yang mempunyai kemampuan tinggi
𝑅 = Jumlah siswa yang mempunyai kemampuan rendah
Berikut ini indeks daya beda menurut Naga dalam Suwarto (2007). Tabel 3.2 Indeks Daya Beda
Setelah melakukan uji coba soal sebanyak 40 soal, diperoleh 20 soal diterima, 4 soal
diterima dengan perbaikan, dan 16 soal ditolak.
3.2.4 Reliabilitas
“Tes hasil belajar dikatakan dapat dipercaya apabila memberikan hasil pengukuran
hasil belajar yang relatif tetap secara konsisten (Purwanto, 2013)”. Menurut (Purwanto,
2013) untuk menentukan reliabilitas suatu soal yang berbentuk objektif, maka dapat
digunakan rumus Kuder-Richardson (K-R21) dibawah ini :
𝑟11 = 𝑛
𝑛−1 1 −
𝑀 (𝑀−𝑛)
𝑛𝑆𝑡2 (3.3)
Dengan :
𝑆𝑡2 =
𝑋2− 𝑋 2
𝑁
𝑁 (3.4)
𝑀 = 𝑋
𝑁 (3.5)
Keterangan :
r11 = Reliabilitas instrumen
n = Banyaknya butir soal
N = Jumlah peserta tes
M = Mean
St2 = Variansi
𝑋 = Jumlah skor yang dijawab oleh seluruh siswa
𝑋2 = Jumlah skor total yang dikuadratkan
𝑋 2 = Nilai penguadratan jumlah skor total
Koefisien reliabilitas tes berkisa antara 0,00 sampai dengan 1,00. Berikut ini
koefisien reliabiltas menurut Guilford dalam Purwanto (2013). Tabel 3.3. Koefisien Reliabiltas
Reliabilitas Keterangan
0,81 – 1,00 Sangat Tinggi
0,61 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Sedang
0,21 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah
Interval Klasifikasi
0,40 – 1,00 Cukup memuaskan
0,30 – 039 Sedikit atau tanpa direvisi
0,20 – 0,29 Perbatasan atau perlu direvisi
0,00 – 0,19 Dibuang
Ogi Danika Pranata : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
Dari hasil analisa data uji coba soal, diperoleh nilai koefisien reliabiltas dari uji coba
soal 0,68. Jadi uji coba soal ini memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.
3.3 Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah :
1. Data kualitatif merupakan data tentang aktivitas siswa dan guru.
2. Data kuantitatif merupakan data tentang hasil belajar siswa setiap akhir siklus.
3.5 Indikator Kerja
Indikator keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini ditunjukkan peningkatan
keaktifan siswa dilihat dari aktivitas belajar selama kegiatan belajar mengajar berlangsung
lebih dari 60%. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil tes siswa
melalui Penerapan Model Quantum Teaching dengan Kerangka TANDUR dengan
menggunakan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu dengan nilai
ketuntasan 75.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun rincian mengenai hasil belajar siswa pada aspek kognitif yang diperoleh
dari penerapan model ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.10 Peningkatan hasil belajar siswa tiap siklus
No. Variabel yang diamati Jumlah (Persentase)
Siklus I Siklus II Siklus III
1. Nilai rata - rata 71,6 74,0 78,0
2. Jumlah siswa yang mencapai KKM 10 14 23
3. Jumlah siswa yang tidak mencapai KKM 15 16 7
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan peningkatan nilai
rata – rata setiap siklus. Jadi model yang diterapkan ini memberikan dampak positif
terhadap proses pembelajaran yang ditinjau dari peningkatan nilai rata – rata kelas yang
meningkat setiap siklusnya. Peningkatan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.11 Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa
No. Rata – rata aktivitas siswa (%) Rata – rata hasil belajar siswa
1. 56,0 71,6
2. 68,0 74,0
3. 81,6 78,0
Ogi Danika Pranata : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
Tabel di atas menjelaskan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa tiap siklus
mengalami peningkatan. Rata – rata persentase aktivitas siswa pada siklus I yaitu 56%
meiningkat menjadi 68,0 persen pada siklus II dan kemudian menjadi 80,0 % pada siklus
III. Hal ini sejalan dengan hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan pada tiap
siklusnya yaitu 71,6 pada siklus I menjadi 74,0 pada siklus II dan menjadi 78,0 pada siklus
III. Hal ini menenjukkan bahwa usaha yang dilakukan untuk meningkatkan hasil aktivitas
dan hasil belajar siswa telah terlaksan dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Penerapan Model Quantum Teaching dengan kerangka TANDUR pada mata
pelajaran fisika kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Kota Jambi dapat meningkatkan hasil
belajar siswa khususnya pada pokok bahasan Impuls dan Momentum. Hal ini dapat
dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa. Yaitu 71,6 untuk siklus I, 74,1 untuk
siklus II dan 78 untuk siklus III dengan Kriteria Ketuntasan Minimumnya 75.
2. Penerapan Model Quantum Teaching dengan kerangka TANDUR pada mata
pelajaran fisika kelas XI IPA 2 SMA Negeri 3 Kota Jambi dapat meningkatkan
aktivitas siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan aktivitas yang di alami siswa
dari siklus I yaitu, 56,0% menjadi 68,0% pada siklus II dan 81,6% pada siklus III
dengan Indikator ketercapaiannya 60%.
5.2 Saran
1. Diharapkan kepada guru fisika agar dapat menerapkan model Quantum Teaching
sebagai alternatif dalam pembelajaran.
2. Penelitian ini masih terbatas pada aktivitas dan hasil belajar siswa pada aspek
kognitif, diharapkan adanya penelitian yang relevan untuk menilai aspek
psikomotor dan afektif siswa.
3. Penelitian ini juga terbatas pada materi Impuls dan Momentum, jadi diharapkan
adanya lanjutan penelitian pada materi yang berbeda atau bahkan pada mata
pelajaran yang lain.
Ogi Danika Pranata : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Deporter, Bobbi. 2010. Quantum Learning. Bandung: Kaifa
Deporter, Bobbi., Reardon, Mark,.& Singer-Nourie, Sarah. 2010. Quantum Teaching:
Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang – Ruang Kelas. Bandung: Kaifa
Deporter, Bobbi & Hernacki, Mike.2013. Quantum Learning:Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa
Djamarah, S. B. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hanfiah, Nanang., Suhana, Cucu. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika
Aditama
Haryadi, Bambang. 2009. Fisika Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Hernawan, A. H., dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Kanginan, Marthen. 2010. Physics for Senior High School 1st Semester Grade XI. Jakarta:
Erlangga.
Miftahul, A’la. 2010. Quantum Teaching . Yogyakarta: Diva Press.
Mundilarto. 2008. Kapita Selekta Pendidikan Fisika. Yogyakarta: UNY
Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika 2. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Jogjakarta: Pustaka Belajar.
Ruwanto, Bambang. 2007. Fisika 2 SMA/MA Kelas XI. Jakarta Timur: Yudhistira.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Supriadie, Didie., Darmawan, Deni. 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Suwarto. 2007. Tingkat Kesulitan, Daya Beda, dan Reliabilitas Tes Menurut Teori Tes
Klasik. Jurnal Pendidikan Jilid 16. Nomor 2.
Utari, Retno. 2011. Taksonomi Boom. Apa dan bagaimana menggunakannya?. Pusdiklat :
Widyaiswara Madya.