ariffianti hamidah-3201411050 (ptk)
DESCRIPTION
ptkTRANSCRIPT
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
NAMA : ARIFFIANTI HAMIDAH
NIM : 3201411050
JURUSAN : GEOGRAFI
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN GEOGRAFI
A. JUDUL PENELITIAN
Meningkatan Minat dan Hasil Belajar Geografi Pokok Bahasan Pedosfer Melalui Strategi
Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok pada Siswa Kelas X.5 SMAN
Kebumen Tahun Pelajaran 2014/2015.
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat. Lingkup
bidang kajian Geografi memungkinkan manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan terhadap kondisi sekelilingnya yang menekankan pada aspek keruangan,
kelingkungan dan kewilayahan. Mata pelajaran Geografi membangun dan
mengembangkan pemahaman peserta didik tentang variasi dan organisasi keruangan
masyarakat, tempat dan lingkungan pada muka bumi. Peserta didik didorong untuk
memahami aspek dan proses fisik yang membentuk pola muka bumi, karakteristik dan
persebaran fenomena di permukaan bumi serta bagaimana interaksi manusia dengan
lingkungan alamnya dalam menunjang kehidupan. Pembelajaran Geografi seharusnya
disajikan dengan menggunakan metode yang selaras dengan tuntutan materinya, sehingga
siswa akan lebih mudah mencapai kompetensi yang diharapkan
SMA Negeri 2 Kebumen mempunyai 7 kelas pada kelas sepuluh. SMAN Negeri 2
Kebumen mempunyai dua guru geografi yang semuanya sarjana pendidikan. Berdasarkan
hasil wawancara dengan guru geografi sebagian besar (>80%) hasil belajar siswa kelas
X.5 SMAN 2 Kebumen tahun ajaran 2013/2014 rendah hal ini dapat dilihat dari nilai rata-
rata pada materi pedosfer adalah 69,0 pada semester ganjil yang masih di bawah KKM,
sekolah yaitu 75.
Berdasarkan hasil pengamatan, proses pembelajaran yang digunakan di SMAN 2
Kebumen adalah pembelajaran yang berpusat pada guru ( teacher oriented). Siswa masih
belum aktif dalam kegiatan pembelajaran karena selama pembelajaran guru banyak
memberikan ceramah tentang materi. Sehingga aktivitas yang dilakukan siswa biasanya
hanya mendengar dan mencatat, siswa jarang bertanya atau mengemukakan pendapat.
Diskusi antar kelompok jarang dilakukan sehingga interaksi dan komunikasi antar siswa
dengan siswa lainnya maupun guru masih belum terjalin selama proses pembelajaran.
Menurut keterangan guru geografi kelas X.5 SMA Negeri 2 Kebumen, sebagian besar
siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep –konsep dasar tentang materi
pedosfer karena materi pedosfer penuh dengan konsep-konsep yang abstrak. Sementara itu
proses belajar mengajar pada materi pedosfer, guru lebih sering menjelaskan materi
melalui ceramah, sehingga siswa cenderung pasif, dan aktivitas siswa yang sering
dilakukan hanya mencatat dan menyalin. Siswa masih malu bertanya kepada guru jika
mengalami kesulitan dalam memahami atau menyelesaikan soal yang di berikan,
akibatnya hasil belajar siswa pada materi pedosfer belum maksimal.
Berdasarkan fakta awal tersebut maka harus dicari suatu metode pembelajaran yang
bisa memunculkan suatu pengalaman belajar yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mencoba sendiri mencapai tujuannya, mengingat penekanan pembelajaran geografi
tidak hanya melatih ketrampilan dan hafal fakta, tetapi pada pemahaman konsep. Siswa
harus lebih berani mencoba sendiri, mencari jawaban dan memecahkan masalah, baik
dengan diskusi kelompok maupun penelusuran referensi. Salah satu metode pembelajaran
yang mampu menumbuhkan minat dan semangat siswa dalam mempelajari geografi yang
sedang dikembangkan sekarang adalah metode Cooperative Learning.
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada metode pengajaran
dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk saling membantu dalam belajar.
Ciri khas pembelajaran kooperatif yaitu siswa ditempatkan pada kelompok-kelompok
kecil dan mereka belajar bersama sebagai satu kelompok selama beberapa minggu atau
bulan. Mereka biasanya dilatih ketrampilan-ketrampilan spesifik untuk membantu mereka
bekerja sama dengan baik, misalnya menjadi pendengar yang baik, memberikan
penjelasan dengan baik, dan mengajukan pertanyaan dengan benar. (Orlich dkk, 1995 :
274-276).
Tugas guru dalam pembelajaran kooperatif adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi
informasi. Tugas guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk
menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru
(pengetahuan dan keterampilan) itu datang dari “menemukan sendiri”, bukan dari “apa
kata guru”.
Metode pembelajaran kooperatif akan dapat membantu pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran yang ada. Hal ini dikarenakan adanya suatu interaksi antar siswa di dalam
kelompok serta adanya interaksi dengan guru sebagai pengajar. Di dalam setiap kelompok,
siswa yang berkemampuan lebih akan membantu dalam proses pemahaman pada siswa
yang berkemampuan rendah, sedangkan siswa yang berkemampuan sedang akan dapat
segera menyesuaikan dalam proses pemahaman materi. Interaksi dalam setiap kelompok
ini akan berjalan dengan baik jika kemampuan setiap kelompok adalah heterogen.
Dalam mempelajari konsep – konsep dasar materi pedosfer siswa dapat mengalami
kesulitan. Kesulitan siswa untuk memahami analisis keruangan ini disebabkan karena
metode yang digunakan kurang sesuai dengan materi pelajaran, sehingga seringkali siswa
merasa enggan dan jenuh dalam menerima pelajaran. Oleh karena itu perlu suatu metode
pembelajaran yang tepat di mana mampu mengembangkan potensi, kemampuan mendasar
pada anak didik dalam suatu kerja maksimal sesuai taraf perkembangan pikirannya.
Metode pengajaran yang dianggap sesuai adalah metode kooperatif Group Investigation.
Group Investigation adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa sejak
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui
investigasi. Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan
yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group
process skills). Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi
mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan
menyajikan dalam suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. (Arends, 1997 : 120-
121).
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti bermaksud mengadakan
penelitian dengan judul “Meningkatan Minat Dan Hasil Belajar Geografi Pokok
Bahasan Pedosfer Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi
Kelompok Pada Siswa Kelas X.5 SMAN Kebumen Tahun Pelajaran 2014/2015 “.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran Kooperatif tipe
Investigasi Kelompok dapat meningkatkan minat dan hasil belajar sisawa mata mata
pelajarn geografi materi pedosfer.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Sekurang – kurangnya 80%siswa kelas X.5 SMA Negeri 2 Kebumen tahun pelajaran
2013/2014 minat belajar pada pokok bahasan Pedosfer rendah.
2. Sebagaian besar (>80%) hasil belajar siswa kelas X.5 SMA Negeri 2 Kebumen tahun
pelajaran 2013/2014 pada pokok bahasan Pedosfer nilainya rendah (dibawah 70).
D. TUJUAN
Berdasarkan permasalahan di atas tujuan yang dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah:
1. Tujuan umum:
a. Meningkatkan minat dan hasil belajar geografi khususnya dalam pokok bahasan
Pedosfer pada siswa kelas X di SMA Negeri 2 Kebumen Tahun 2013/2014 dengan
menerapkan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok.
2. Tujuan khusus:
a. Meningkatkan jumlah siswa yang aktif mengikuti pelajaran geografi khususnya pada
pokok bahasan pedosfer yang di tunjukan dengan sekurang – kurangnya 75% siswa
aktif.
b. Meningkatkan hasil belajar geografi khususnya pada pokok pembahasaan pedosfer ,
yang sekurang – kurangnya 75% siswa memperoleh hasil belajar (nilai) 70 keatas.
E. MANFAAT
1. Bagi Siswa
1.1 Dapat tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan, dimana siswa dapat lebih
menyerap materi yang berupa pengetahuan Geografi khususnya materi pedosfer
sehingga minat dan hasil belajar sisawa kelas X.5 SMAN 2 Kebumen menjadi lebih
baik.
2. Bagi Guru
2.1 Memberikan masukan kepada guru bahwa pembelajaran kooperatif tipe investigasi
kelompok pada mata pelajaran geografi materi pedosfer lebih efektif dan lebih
merangsang siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
3.1 Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk perbaikan proses
pembelajaran dan peningkatan kualitas sekolah.
F. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
1. Minat
Minat ialah suatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan
penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungan ( Sujanto Agus :
1981). Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari
dapat dipahami; Sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat
dilakukan. Terjadilah suatu perubahan kelakuan. Perubahan kelakuan ini meliputi
seluruh pribadi siswa; baik kognitip, psikomotor maupun afektif.
Untuk meningkatkan minat, maka proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami apa yang ada di lingkungan secara berkelompok.
2. Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi
dengan lingkungan ( Hamalik Pemar : 2001 ). Menurut pengertian ini belajar
merupakan suatu proses yakni suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Yang
menjadi hasil dari belajar bukan penguasan hasil latihan melainkan perubahan tingkah
laku. Karena belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, maka diperlukan
pembelajaran yang bermutu yang langsung menyenangkan dan mencerdaskan siswa.
Suasana kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan mencerdaskan siswa itu
salah satunya dapat tercipta melalui model pembelajaran Kooperatif Group
Investigation.
3. Hasil Belajar
Herman Hudoyo (1990:39) mengemukakan pendapatnya tentang hasil belajar
sebagai berikut: “Hasil belajar dan proses belajar kedua-duanya penting, di dalam
belajar ini, terjadi proses berpikir. Seseorang dikatakan berpikir bila orang itu
melakukan kegiatan mental, bukan kegiatan motorik walaupun kegiatan motorik ini
dapat pula bersama-sama dengan kegiatan mental tersebut, dalam mental itu orang
menyusun hubungan antara bagian – bagian informasi yang telah diperoleh sebagai
pengertian.
4. Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok
Secara khusus, istilah metode diartikan sebagai cara. Dalam pemakaian yang
umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan
pelajaran dengan menggunakan faktor dan konsep secara sistematis (Syah, 1995 : 202).
Sedang pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar (Dimyati dan Mudjiono,1999 : 297).
Mursell dalam Slameto (1995:33) mengatakan bahwa “Pembelajaran digambarkan
sebagai mengorganisasikan belajar, sehingga dengan menggorganisasikan itu, belajar
menjadi lebih berarti atau bermakna bagi siswa”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah
cara (langkah) yang ditempuh dan direncanakan sebaik-baiknya untuk usaha sadar,
disengaja dan bertanggung jawab yang secara sistematis dan terarah pada pencapaian
tujuan pengajaran.
Metode yang perlu dikembangkan agar siswa dapat melakukan aktifitas belajar
secara teratur dan terarah salah satunya adalah metode pembelajaran kooperatif.
Menurut Kunandar (2007:337) “Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk
menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan
permusuhan”.
Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin (1995:2) mendefinisikan bahwa
“Pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning merupakan variasi metode
mengajar dimana siswa-siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
membantu satu sama lain”. Dalam pembelajaran kooperatif peserta didik akan lebih
mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat
saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Untuk menjamin
keanggotaan kelompok, maka gurulah yang membentuk kelompok-kelompok tersebut.
Jika siswa dibebaskan membuat kelompok sendiri maka biasanya akan memilih teman-
teman yang disukainya, misalnya karena sama jenisnya, sama etniknya, atau sama
dalam kemampuannya. Hal ini cenderung menghasilkan kelompok-kelompok yang
homogen dan seringkali siswa tertentu tidak masuk dalam kelompok manapun.
Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada
kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara
kelompok. Slavin (1995:5) menyatakan bahwa “Metode pembelajaran ini berangkat
dari asumsi mendasar dalam kehidupan masyarakat, yaitu “getting better together”,
atau raihlah yang lebih baik secara bersama-sama”.
Metode kooperatif aplikasinya di dalam pembelajaran di kelas, merupakan suatu
metode pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan
sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata dimasyarakat, sehingga dengan bekerja secara
bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi,
produktivitas dan perolehan belajar. (Solihatin dan Raharjo, 2007 : 5)
Roger dan David Johnson dalam Lie (2005 : 31-35) mengatakan bahwa tidak
semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang
maksimal, ada 5 unsur yang diterapkan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu : a) Saling
ketergantungan positif, hal ini dimaksudkan untuk menciptakan kelompok kerja yang
efektif; b) Tanggung jawab perseorangan, setiap anggota kelompok bertanggung jawab
untuk melakukan yang terbaik; c) Tatap muka, kegiatan ini akan menguntungkan baik
bagi anggota maupun kelompoknya. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih baik
daripada hasil pemikiran satu orang saja; d) Komunikasi antaranggota, keberhasilan
suatu kelompok sangat tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling
mendengarkan dan kemampuan untuk mengutarakan pendapat mereka; e) Evaluasi
proses kelompok, evaluasi proses kelompok dalam pembelajaran kooperatif diadakan
oleh guru agar siswa selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih baik.
Lima unsur dalam pembelajaran kooperatif tersebut tidak dapat dipisahkan, karena
antara satu unsur dengan yang lainnya saling berhubungan. Selain memiliki
karakteristik tertentu metode kooperatif mempunyai kelebihan atau keunggulan di
banding metode pembelajaran yang lain, diantaranya :
1. Meningkatkan kemampuan akademik siswa
2. Meningkatkan rasa percaya diri
3. Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian
4. Memperbaiki hubungan antar kelompok
Disamping keunggulan yang dimiliki, metode pembelajaran kooperatif juga
mempunyai kelemahan, antara lain :
a. Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakannya;
b. Bila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk;
c. Bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa maka dalam kelompok
akan terjadi kesenjangan sehingga usaha kelompok dalam memahami materi
maupun untuk memperoleh penghargaan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
(Slavin,1995:2)
Pembelajaran kooperatif dalam geografi akan dapat membantu para siswa untuk
meningkatkan sikap positif siswa dalam geografi. Para siswa secara individu
membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-
masalah geografi, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa bosan
terhadap geografi yang banyak dialami para siswa.
Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk mengembangkan
pemahaman dan peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai
permasalahan yang ditemui selama pembelajaran adalah metode pembelajaran
kooperatif Group Investigation.
a. Metode Pembelajaran Group Investigation (GI)
Dasar-dasar tipe Group Investigation pertama kali dirancang oleh Herbert Thelen,
yang selanjutnya diperluas dan diperbaiki oleh Sharan dan kawan-kawannya dari
Universitas Tel Aviv. Tipe ini sering dipandang sebagai tipe yang paling kompleks
dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif, karena metode
investigasi kelompok merupakan perpaduan sosial dan kemahiran berkomunikasi
dengan intelektual pembelajaran dalam menganalisis dan mensintesis. Investigasi
kelompok tidak dapat diimplementasikan dalam lingkungan yang tidak ada
dukungan dialog dari setiap anggota atau mengabaikan dimensi afektif-sosial dalam
pembelajaran kelas. Tipe GI melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini
menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi
maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skill). (Kunandar,
2007:344)
Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang
heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman
atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih yang ingin
dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah
dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara
keseluruhan Tujuan atau misi dari metode Group Investigation ini adalah untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam rangka berpartisipasi dalam proses sosial
demokratik dengan mengkombinasikan perhatian-perhatian pada kemampuan antar-
personal (kelompok) dan kemampuan rasa ingin tau akademis. Aspek-aspek dari
pengembangan diri merupakan hasil perkembangan yang utama dari metode ini
(Sutikno, 2003: 27).
Slavin (1995:113-114) mengemukakan bahwa ada beberapa langkah dalam
pelaksanaan metode Group Investigation. Tahap pertama adalah guru membagi
siswa menjadi beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 5-6 orang
yang heterogen, setelah itu siswa mencari sumber, kemudian membahas topik yang
akan dipresentasikan dan fungsi guru hanya membantu dalam pengumpulan
informasi dan memfasilitasi kelompok, sehingga siswa di tuntut untuk aktif dalam
memahami konsep dan juga mengembangkannya sendiri.
Tahapan kedua siswa merencanakan bersama materi yang akan dipelajari dan
menentukan bagaimana belajar yang baik, serta menentukan tujuan yang akan
dicapai setelah melaksanakan investigasi dari topik tersebut. Pada tahapan ini
potensi siswa sangat digali karena pada tahapan ini adalah salah satu keberhasilan
suatu kelompok untuk menjadi kelompok penyaji materi yang baik nantinya.
Tahap ketiga siswa mulai mencari informasi, menganalisis, berdiskusi dan
mengolah ide-ide mereka kemudian menarik kesimpulan dari topik yang telah
mereka investigasi, masing-masing anggota memberikan sumbangan pemikiran
berdasarkan data yang diperoleh pada saat melakukan investigasi.
Langkah keempat yaitu penyusunan laporan untuk menganalisis hasil
investigasi. Anggota kelompok menyiapkan poin penting dari materi mereka
kemudian merencanakan apa yang akan mereka laporkan atau bagaimana mereka
akan membuat presentasi. Setelah itu anggota kelompok membagi tugas masing-
masing untuk presentasi (seperti moderator, penyaji, dll).
Tahap kelima mempresentasikan hasil akhir. Presentasi dilakukan di depan
kelas dihadapan kelompok lain dan guru. Masing-masing kelompok berusaha
mempresentasikan hasil investigasi dengan seakurat mungkin dan sejelas mungkin.
Pada tahap ini terjadi diskusi dan evaluasi dimana tercipta suasana yang dinamis,
karena pada tahap ini banyak bermunculan pertanyaan dari anggota kelompok lain
dan kelompok yang melakukan presentasi berusaha menjawab pertanyaan sebaik
mungkin. Tahap yang terakhir atau keenam adalah evaluasi, penguatan dari evaluasi
pembelajaran ini diharapkan siswa mampu menguasai semua subtopik yang telah
disajikan. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil dari topik yang telah
dipelajari, hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya
miskomunikasi/miskonsepsi antar kelompok.
Peran guru dalam group investigation adalah sebagai pembimbing, konsultan,
dan memberi kritik yang membangun. Guru harus membimbing dan memilah
pengalaman kelompok menjadi tiga tingkat. Pertama, tingkat problem-solving atau
tugas (apa yang menjadi masalah utama? Faktor apa saja yang terlibat?). Kedua,
tingkat manajemen kelompok (informasi apa saja yang kita perlukan). Ketiga,
tingkat penafsiran secara individu (bagaimana kita menafsirkan atau mengartikan
simpulan yang didapat).
5. Pedosfer
5.1 Pengertian Tanah
Pedosfer merupakan lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat
berlangsungnya proses pembentukan tanah. Pedosfer diartikan sebagai lapisan tanah
yang menempati bagian paling atas dari litosfer.
Tanah (soil) adalah suatu wujud alam yang terbentuk dari campuran hasil
pelapukan batuan (anorganik), organik, air, dan udara yang menempati bagian
paling atas litosfer. Ilmu yang mempelajari tanah disebut pedologi.
5.2 Komponen – Komponen Tanah
a. Partikel mineral, berupa fraksi anorganik, hasil perombakan bahan-bahan
batuan dan anorganik yang terdapat di permukaan bumi (45%).
b. Bahan organik yang berasal dari sisa-sisa tanaman dan hewan serta berbagai
hasil kotoran hewan (5%).
c. Air (20-30%).
d. Udara tanah/pori (20-30%).
e. Kehidupan jasad renik.
5.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah
Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah dapat dirumuskan
sebagai berikut.
Keterangan:
T = tanah b = bahan induk
f = faktor t = topografi
i = iklim w = waktu o = organisme
T = f (i, o, b, t, w)
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah suhu
dan curah hujan. Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk.
Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah.
Organisme (vegetasi, jasad renik) berpengaruh terhadap proses pembentukan
tanah dalam hal-hal berikut:
a. Membuat proses pelapukan, baik pelapukan organik yang dilakukan oleh
makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), maupun pelapukan kimiawi yang
terjadi proses kimia seperti batu kapur larut oleh air.
b. Membantu pembentukan humus. Tumbuhan menghasilkan dan menyisakan
daun dan ranting yang jatuh ke tanah dan akan membusuk dengan bantuian
jasad renik atau mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
c. Mempengaruhi sifat-sifat tanah baik oleh jenis vegetasi atau unsur-unsur kimia
di dalamnya seperti yang umum terjadi di daerah beriklim sedang, seperti di
Eropa dan Amerika.
d. Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen, dan
batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk,
kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
e. Topografi atau relief suatu daerah akan mempengaruhi tebal atau tipisnya
lapisan tanah. Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit, lapisan
tanahnya lebih tipis karena tererosi. Sebaliknya daerah yang datar, lapisan
tanahnya tebal karena terjadi proses sedimentasi.
Tanah selalu berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus.
Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan
induk vulkanik yang terlepas-lepas, seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100
tahun untuk membentuk tanah muda, dan 1.000 – 10.000 tahun untuk membentuk
tanah dewasa.
5.4 Profil Tanah
Horizon merupakan lapisan atau zona pada tanah yang terbentuk karena adanya
variasi komposisi, tekstur, dan struktur tanah. Profil atau penampang tanah
umumnya terdiri atas horison O, A, B, C, dan R.
Bagian dan ciri-ciri dari profil tanah adalah sebagai berikut:
Horizon O : merupakan horizon organik yang terbentuk di atas lapisan tanah
mineral. Horizon ini terdapat pada tanah-tanah hutan yang belum
terganggu.
Horizon A : merupakan horizon yang mengalami pencucian (eluviasi). Horizon ini
terdiri atas campuran bahan organik (humus) dan bahan mineral.
Horizon B : terbentuk dari proses penimbunan (iluviasi) dari bahan-bahan yang
tercuci dari horizon A.
Horizon C: tersusun atas bahan induk yang sudah mengalami sedikit pelapukan dan
bersifat tidak subur.
Horizon R : tersusun atas batuan keras yang belum mengalami pelapukan.
5.5 Sifat – Sifat Fisik dan Kimia Tanah
a. Tekstur tanah
Tekstur tanah merupakan suatu keadaan yang menunjukkan siat halus atau
kasarnya butiran-butiran tanah. Ukuran halus atau kasarnya ditentukan oleh
perbandingan kandungan antara pasir, debu, dan liat.
b. Struktur tanah
Struktur tanah merupakan bagian fisik tanah yang menyatakan tersusunnya
butiran-butiran dalam segumpal tanah. Dengan pengertian lain struktur tanah
menyatakan susunan agregat partikel tanah (debu, liat, dan pasir) menjadi
berbagai kelompok partikel yang satu sama lainnya berbeda dalam ukuran,
warna, dan bentuknya. Struktur tanah dari berbagai macam horizon berbeda
karena komposisi kimia, warna, dan teksturnya sendiri berbeda. Oleh karena itu
apabila teksturnya berubah, struktur tanahnya juga akan berubah. Hal ini dapat
terjadi karena pertukaran udara dan juga karena pengambilan atau penambahan
hara tanaman, mekanisme pertumbuhan akar, serta akibat kegiatan organisme.
Untuk membedakan struktur tanah, dapat dilakukan dengan melihat bentuk dan
susunan agregatnya yang disebut tipe struktur. Tipe struktur tanah yang
biasanya dikenal terdiri atas lempung, gumpal, kersai, remah, pilar, dan tiang.
c. Warna tanah
Warna tanah tampak jelas pada permukaan tanah atau pada penampang horison.
Perbedaan warna tanah sangat dipengaruhi kandungan bahan rganik, bahan
mineral, kadar kelembaban, dan pengaruh drainase. Kandungan bahan organik
menyebabkan warna tanah menjadi gelap hingga hitam. Tanah yang banyak
memiliki mineral besi warnanya bervariasi, seperti merah, merah kecoklatan,
merah kekuningan, hingga kuning kemerahan. Jika tanah banyak mengandung
mineral kuarsa atau feldspar, warna tanah menjadi terang.
d. pH tanah
Keadaan pH tanah adalah derajat keasaman larutan-larutan dalam tanah. Tinggi
rendahnya pH sangat dipengaruhi faktor-faktor pembentuk tanah dan kepekatan
ion-ion hidrogen (H+) dan hidroksil (OH-) di dalam tanah. Semakin tinggi kadar
ion hidrogen di dalam tanah, semakin tinggi pula tingkat keasaman tanah.
Jika pH tanah <7 cenderung asam
Jika pH tanah >7 cenderung basa
Jika pH tanah 7 cenderung netral
5.6 Jenis – jenis tanah di Indonesia
Berdasarkan bahan induk dan proses perubahan yang disebabkan oleh tenaga
eksogen, tanah di Indonesia dibedakan menjadi beberapa jenis seperti berikut.
No
.
Jenis Tanah Ciri-Ciri Persebaran
1. Podzol/Andosol - terjadi karena rendah
nya pengaruh dari luar
dan curah hujan tinggi.
- Mudah basah jika kena
air.
- Warna kuning dan
kuning kelabu.
Pegunungan Tinggi di
Jawa Barat, Maluku, dan
Nusa Tenggara.
2. Laterit - terjadi karena suhu uda
ra , curah hujan tinggi.
- berbagai mineral larut
meninggalkan sisa oksi
da besi dan aluminium.
Jawa Timur, Jawa Barat,
Kalimantan Barat
3. Humus - hasil pelapukan tumbuh
tumbuhan (bahan or
ganik)
- subur
- warnanya kehitaman.
Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Papua.
4. Vulkanis - hasil pelapukan bahan
padat dan bahan cair
yang dikeluarkan oleh
gunung berapi.
- Sangat subur.
P. Jawa bag. Utara,
Sumatera, Bali, Lombok,
Halmahera, Sulawesi.
Jawa dan Sumatera
paling banyak mem
punyai gunung berapi
sehingga paling luas
tanah vulkanisnya.
5. Padas - jenis tanah yang padat.
- mineral di dalamnya
dikeluarkan oleh air
Terdapat di hampir
seluruh wilayah Indo
nesia.
yang terdapat di lapisan
tanah sébela atasnya.
6. Endapan/Aluvial - terjadi akibat pengen
dapan batuan induk
yang telah mengalami
proses pelarutan.
- pada umumnya subur.
Jawa bagia utara,
Sumatera bagian timur,
Kalimantan bagian barat
dan selatan.
7. Terarosa/
Mediteran
- terbentuk dari pelapuk an
batuan kapur.
- banyak terdapat di dasar
dolina
- subur
Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku,
Sumatra.
8. Mergel/Marbalit - terbentuk dari campur an
batuan kapur, pasir, dan
tanah liat.
- dipengaruhi oleh hujan
yang tidak merata
sepanjang tahun.
- subur
- di lereng pegunungan
dan dataran rendah.
Solo, Madiun, Kediri,
Nusa Tenggara.
9. Kapur/Renzina - terjadi dari bahan in duk
kapur (endapan)
- telah mengalami lateri
sasi lemah.
Jawa Timur, Jawa
Tengah, Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku,
Sumatera.
10. Pasir/Regosol - hsil pelapukan batuan
beku dan sedimen yang
tidak berstruktur.
- sedikit mengandung
bahan organik.
- kurang baik untuk
pertanian.
Pantai barat Sumatera
Barat, Jawa Timur,
Sulawesi.
11. Gambut - berasal dari bahan
organik yang selalu
Pantai timur Sumatera,
tergenang air (rawa).
- kekurangan unsur hara.
- peredaran udara di
dalamnya tidak lancar.
- proses penghancuran
tanah tidak sempurna.
- kurang baik untuk
pertanian.
Kalimantan, Papua.
5.7 Erosi Tanag dan Dampaknya terhadap kehidupan
Sekarang ini, pada umumnya, hasil aktivitas manusia sangat sedikit sekali
menghambat laju erosi. Sebaliknya, berbagai aktivitas manusia semakin
mempercepat laju erosi. Erosi tersebut di kenal sebagai erosi dipercepat (accelerated
erosion). Jika hal ini berlangsung secara terus menerus, akibatnya akan terjadi
kerusakan daya tanah dan lahan. Beberapa jenis kerusakan yang ditimbulkan oleh
peristiwa erosi antara lain sebagai berikut:
1. Tanah akan kehilangan unsur hara dan bahan organik.
2. Penghancuran agregat dan pelepasan partikel-partikel tanah dari massa tanah.
3. Degradasi sumber daya tanah dan lahan.
4. Penjenuhan tanah oleh air.
5. Kemampuan tanah untuk mendukung perumbuhan tanaman menjadi
berkurang.
Dampak erosi terhadap kehidupan terjadi di dua tempat, yaitu di daerah tanah
yang tinggi tempat terjadinya erosi dan di daerah yang rendah tempat terjadi
proses pengendapan.
5.7 Usaha Mengurangi Erosi
a.Metode Vegetatif
Metode vegetatif dalam konservasi tanah adalah pengelolaan atau penanaman
tanaman dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat menekan laju dari erosi
dan aliran permukaan.
I. Penanaman tanaman penutup tanah
Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang memang sengaja ditanam
untuk melindungi tanah dari erosi dan aliran permukaan. Cara ini
diharapkan dapat menambah bahan organik tanah yang sekaligus
meningkatkan produktivitas tanah.
II. Penanaman strip (strip cropping)
Strip cropping adalah suatu penanaman tanaman dengan jenis beberapa
tanaman yang ditanam dalam strip yang berselang seling pada sebidang
tanah dan disusun berdasarkan garis kontur atau memotong arah lereng.
Dapat dilakukan denga 3 cara berikut:
a. Penanaman strip menurut garis kontur (Contour strip cropping),
penanaman dilakukan sejajar dengan garis kontur.
b. Penanaman strip lapangan (field strip cropping), yaitu penanaman yang
tidak perlu sejajar dengan garis kontur, tetapi cukup dilakukan dengan
memotong lereng dengan lebar strip yang seragam.
c. Penanaman strip penyangga (buffer strip cropping), yaitu diantara
tanaman pokok ditanami tanaman penyangga (pengawet tanah),
misalnya tanaman kacang-kacangan atau rumput yang sifatnya
permanen dalam menutup tanah.
Penanaman strip hanya efektif untuk lahan-lahan yang kemiringan
lerengnya tidak lebih dari 8,5 % atau lahan dengan kemiringan lereng
berkisar 6% sampai 15%.
III. Penanaman berganda (multiple cropping)
Multiple cropping adalah sistem penanaman dengan cara menggunakan
beberapa jenis tanaman yang ditanam secara bersamaan, disisipkan, atau
digilir pada sebidang tanah. Beberapa keuntungannya adalah....
- Tanah akan selalu tertutup oleh vegetasi.
- Pengolahan tanah dapat dikurangi.
- Dapat menekan populasi hama dan penyakit tanaman.
- Dapat mengurangi pengangguran musiman.
- Intensitas penggunaan lahan semakin tinggi.
- Tanah tidak akan kehilangan unsur hara tertentu.
Jenis-jenis multiple cropping:
a. Intercropping (tumpang sari), yaitu system penanaman dengan meng
gunakan dua atau lebih jenis tanaman yang ditanam secara serentak
pada sebidang lahan.
b. Sequental cropping (penanaman beruntun), yaitu system penanaman
dengan menggunakan dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang lahan,
dimana tanaman kedua ditanam bersamaan dengan panen tanaman
pertama.
c. Relay cropping (tumpang gilir), yaitu system penanaman dengan
menggunakan dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang lahan,
dimana tanaman kedua ditanam setelah tanaman pertama berbunga.
IV. Penghutanan kembali (reboisasi)
Reboisasi adalah kegiatan memulihkan dan menghutankan kembali
tanah-tanah yang telah gundul sehingga fungsi hutan dapat dipenuhi
kembali, baik untuk keperluan produksi, pengaturan air serta perlindungan
alam, maupun social budaya.
a. Metode Mekanik
Metode mekanik dalam konservasi tanah adalah semua perlakuan fisik
mekanik yang diberikan terhadap tanah, yaitu:
1. Pengaturan sistem pengolahan tanah.
2. Terrassering.
3. Pembuatan bendungan pengendali (chek dam).
Adalah waduk kecil dengan konstruksi khusus yang dibuat di
daerah berbukit dengan kemiringan lereng di bawah 30%.
Bangunan ini bertujuan untuk menampung aliran air permukaan
dan sedimen hasil erosi, sehingga meningkatkan jumlah air yang
akan meresap ke dalam tanah/infiltrasi.
HIPOTESIS
Penggunaan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok dapat
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa, sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif
untuk pembelajaran geografi pada materi pembelajaran pedosfer di SMA Negeri 2
Kebumen tahun ajaran 2013/2014.
G. METODE PENELITIAN
1. Setting Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di kelas X.5 SMA Negeri 2 Kebumen pada
tahun ajaran 2013/2014. Jumlah siswa 40 orang, dengan latar belakang sosial ekonomi
yang heterogen.
2. Rencana Tindakan
1) Perencanaan
Untuk memperlancar pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), ini kami
menyusun alat pengumpul data, menyusun RPP, membuat media pembelajaran,
menyiapakan sarana dan prasarana pembelajaran, menyususn instrumen tes awal dan
tes akhir, menyususn panduan observasi, penyusun pembagian tugas.
2) Implmentasi Tindakan
a. Pendahuluan
Mempersiapkan konsep materi yang akan dijadikan bahan pembelajaran yaitu :
KD : Menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan litosfer dan pedosfer
serta dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi.
Indikator : Siswa mampu menjelaskan tentang faktor – faktor yang
mempengaruhi pembentukan tanah.
b. Langkah Utama
1. Kegiatan Awal
Guru memotivasi siswa agar terlibat aktif pada aktivitas penyelidikan suatu
masalah dengsn diskusi, memcahkan masalah, merangkum dan
mempresentasikan hasil temuannya
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru memberikan apersepsi
2. Kegiatan inti
Siswa mendengarkan informasi tentang cara belajar dari guru dan
mendengarkan topic permasalahan yang akan diselesaikan didalam
kelompoknya ( merumuskan topic permasalahan)
Guru menyuruh siswa menempati kelompoknya masing-masing yang telah
ditentukan dan mengingatkan siswa untuk dapat bekerja sama dalam
kelompok
Siswa menerima lembar kerja siswa
Dari LKS yang telah diberikan, guru mendapatkan siswa pada situasi yang
dapat menyelesaikan masalah dan merencanakan penyelesaian masalah
dengan cara menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data,
sedangkan guru memberikan bimbingan seperlunya ( merencanakan tugas).
Siswa mengerjakan LKS dan menyusun investigasi dari hasil analisis yang
dilakukannya ( melaksanakan investigasi )
Siswa menyelesaikan lembar kerja siswa yang diberikan guru, sedangkan
guru membnatu siswa sebagai fasilitator dengan berkeliling untuk
mengamati, memotivasi dan memfasilitasi kerja siswa seperlunya.
Siswa membuat laporan / kesimpulan kelompok yang akan dipresentasikan
berupa hasil investigasi dari diskusi kelompok tentang volume kubus dan
balok yang telah ditemukan pada karton yang telah disediakan oleh guru
dengan petunjuk yang ditentukan guru (menyiapkan laporan akhir
kelompok).
Perwakilan kelompok siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
tentang penemuan volume kubus dan balok didepan kelas. Beberapa siswa
yang lainnya diminta memberikan pendapat atau pertanyaan tentang
jawaban temannya. Guru mengkonfirmasikan jawaban yang diberikan dan
menegaskan jawaban yang benar ( mempresentasikan laporan akhir ).
Siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan guru untuk memantapkan
pemahaman siswa
Setelah siswa selesai mengerjakan latihan, guru bersama siswa membahas
latihan tersebut dengan meminta beberapa siswa mengerjakan kedepan.
Kegiatan Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran
yang telah dipelajari
Guru memberikan tes formatif kepada siswa
Guru memberikan tugas rumah kepada siswa
3) Observasi
Untuk mendapatkan data yang valid dan akurat dari siswa, guru / kolaborator
meneliti menggunakan instrumen berupa :
a. Catatan yang meliputi “Persiapan, pelaksanaan dan penelitian”
b. Lembar evaluasi
c. Lembar Observasi
d. Angket
4) Analisis Dan Refleksi
Data yang dicatat tiap langkah meliputi :
a. Data hasil pemahaman materi belajar
b. Data hasil minat dalam melaksanakan tugas dan diskusi
Data di atas dianalisi secara berkala setiap langkah untuk mengetahui hasil yang
sebenarnya berdasarkan tujuan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang hendak
dicapai
5) Data dan cara pengumpulan data
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini peneliti menggunakan data
kuantitatif dan kualitatif. Data tersebut digunakan untuk menggambarkan
perubahan yang terjadi setelah ada tindakan tertentu, baik kinerja siswa, kinerja
guru dan suasana kelas.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini digunakan berbagai macam sumber
data antara lain :
a. Dokumen/ portofolio
b. Buku harian
c. Photo - photo
d. Hasil pengamatan
e. Wawancara
f. Angket
g. Test
6) Indikator Keberhasilan
a. Indikator kuantitatif pembelajaran
Indikator kuantitatif pembelajaran dalam penelitian ini dikatakan berhasil,
apabila hasil belajar siswa kelas X.5 SMAN 2 Kebumen mencapai daya
serap individu lebih atau sama dengan 80% (sesuai dengan KKM mata
pelajaran Geografi di sekolah tersebut), ketuntasan belajar klasikal mencapai
lebih atau sama dengan 85%.
Teknik yang digunakan dalam menganalisis data untuk menentukan
persentase daya serap siswa secara individu dan daya serap klasikal.
a. Daya Serap Individu (DSI)
Persentase DSI= ….. x 100 %
b. Ketuntasan Belajar Klasikal
Persentase KBK= Σ/ Σ x 100%
b. Indikator kualitatif pembelajaran
Indikator kualitatif pembelajaran dalam penelitian ini, dapat dilihat dari dua
aspek yaitu hasil observasi aktivitas siswa dan pengelolaan pembelajaran
oleh guru. Penelitian ini dikatakan berhasil jika kedua aspek tersebut telah
berada dalam kategori baik atau sangat baik.
Analisis data kualitatif penelitian ini dilakukan sesudah pengumpulan data.
Adapun tahap-tahap analisis data kualitatif yaitu mereduksi data, penyajian
data dan verifikasi data. Untuk indikator kurang diberi skor 1, cukup diberi
skor 2, baik diberi skor 3, dan sangat baik diberi skor 4 Selanjutnya
dihitung persentase rata-rata dengan
rumus :
Nilai rata-rata (NR) = ……. x100%
Kriteria tingkat aktivitas guru dan siswa dapat ditentukan sebagai berikut :
75% < NR ≤ 100% : Sangat baik
50% < NR < 75% : Baik
25% < NR < 50% : Cukup Baik
0% < NR < 25% : Kurang Baik
H. JADWAL PENELITIAN
No Jenis KegiatanBulan Ke -
1 2 3 4 5 61. Persiapan
a. Pemilihan Masalah Xb. Studi Kepustakaan Xc. Analisis Dokumen X
2. Pelaksanaan Siklus I Xa. Pembuatan media, dll Xb. Pelaksanaan Tindakan Xc. Pengumpulan Data Xd. Analisis dan Refleksi X
3. Pelaksanaan Siklus IIa. Pembuatan media, dll Xb. Pelaksanaan Tindakan Xc. Pengumpulan Data Xd. Analisis dan Refleksi X
4. Tabulasi dan Analisis X5. Penyusunan draf laporan X X6. Seminar X7. Perbaikan Laporan X
I. DAFTAR PUSTAKA
Sunarko. 2008. Buku Ajar Penelitian Tindakan Kelas. Semarang : Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
Sulthon, Burhanuddin, Soejoto. 2006. Upaya Meningkatkan Minat Belajar Geografi Melalui Model Pembelajaran Group Investigation kelas XI IPS SMA Muhammadiyah II Mojosari-Mojokerto. Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).