antropologi dan sosiologi kes_print3

40
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BANYUWANGI – JAWA TIMUR TAHUN 2010 Mata Kuliah : ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI KESEHATAN Kode Mata Kuliah : MKK 4.2.1 Beban Studi : 2 SKS Pokok Bahasan : 3. Perkembangan Antropologi Kesehatan Sub Pokok Bahasan : 3.1. Hubungan antara sosial budaya dan biologi yang merupakan dasar dari perkembangan antro kesehatan 3.2. Perkembangan antro kesehatan dan sisi biological pole 3.3. Perkambangan antro kesehatan dari sisi sosio cultural pole 3.4. Beda antara perkembangan antro kesehatan biological pole dan sosio cultural pole 3.5. Kegunaan antro kesehatan

Upload: qian-hakiki

Post on 05-Nov-2015

266 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

doc

TRANSCRIPT

Mata Kuliah

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

BANYUWANGI JAWA TIMURTAHUN 2010Mata Kuliah: ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI KESEHATANKode Mata Kuliah: MKK 4.2.1

Beban Studi: 2 SKS

Pokok Bahasan: 3. Perkembangan Antropologi Kesehatan

Sub Pokok Bahasan: 3.1. Hubungan antara sosial budaya dan biologi yang merupakan dasar dari perkembangan antro kesehatan3.2. Perkembangan antro kesehatan dan sisi biological pole3.3. Perkambangan antro kesehatan dari sisi sosio cultural pole3.4. Beda antara perkembangan antro kesehatan biological pole dan sosio cultural pole3.5. Kegunaan antro kesehatan

Waktu: 2 x 50 menitDosen: HENNY FITRIAH, S.Pd., M.Pd.A. Perkenalan dengan AntropologiApakah antropologi itu? Seorang ahli antropologi bangsa Amerika pernah mengatakan, bahwa pokok-pokok yang tercakup oleh antropologi dibatasi hanya oleh manusia. Dalam pernyataan yang sederhana itu Alfred Kroeber memberi penghargaan kepada ruang lingkup yang sangat luas dari pengetahuan yang dicakup oleh antropologi. Jenis makhluk yang disebut Homo Sapiens memang merupakan satu pokok yang sangat luas, karena meliputi manusia sebagai makhluk fisik, manusia dalam masa prasejarahnya dan manusia dalam sistem kebudayaannya, yaitu sebagai pewaris suatu sistem yang kompleks, yang terdiri dari adat-adat, sikap-sikap dan pelaku. Secara harafiah dalam bahasa Yunani kata antropos berarti manusia dan logos berarti studi jadi antropologi merupakan suatu disiplin yang berdasarkan rasa ingin tahu yang tiada henti-hentinya tentang umat manusia.

Untuk memberi definisi tentang antropologi berdasarkan perhatiannya terhadap manusia harus diakui memang kurang eksplisit, karena menurut defini ini, antropologi seolah-olah mencakup suatu dasar penuh dengan manusia dan mungkin juga filsafat dan sastra. Dengan sendirinya, disiplin-disiplin lain yang mempelajari manusia itu tidak akan senang disebut sebagai suatu cabang atau bagian dari ilmu antropologi (lagipula kebanyakan disiplin itu telah merupakan disiplin tersendiri sebelum ilmu antropologi muncul dan menganggap bahwa ruang lingkupnya agak khusus). Jadi semestinya ada suatu yang khas dalam antropologi suatu alasan yang menyebabkannya berkembang sebagai suatu disiplin tersendiri dan memungkinkannya mempertahankan identitasnya tersendiri semenjak dimunculkannya jadi selama leih kurang seratus tahun. Apakah yang khas pada seorang ahli antropologi dan apakah sumbangannya yang khusus sehingga manusia dapat memahami dirinya sendiri.

B. Ruang Lingkup Antropologi

Ilmu antropologi berbeda dari disiplin-disiplin ilmu yang lain tentang manusia, ilmu antropologi lebih luas ruang lingkupnya. Ilmu tersebut memang dimaksudkan sebagai ilmu yang khusus dan langsung menyoroti segala jenis manusia ( tidak hanya bangsa tetangga saja) dan manusia dalam semua zaman diperhatikannya, mulai dari jenis manusia yang muncul lebih dari sejuta tahun yang lalu dan ditelusurinya perkembangannya sampai zaman sekarang. Jadi, para ahli antropologi berusaha memperluas ilmu yang mendalami tentang manusia, melalui pendekatan perbandingan maupun pendekatan historis terhadap kebudayaan di seluruh dunia. Setiap bagian dari dunia yang pernah didiami oleh manusia menarik perhatian para ahli antropologi.

Perkembangan antropologi dapat diketahui melalui beberapa fase sebagai berikut :

Fase pertama Dimulai dari abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-19. Penemuan dunia baru yang kita kenal sekarang sebagai benua Asia, Afrika, Amerika dan Australia mendorong bangsa-bangsa Eropa Barat terutama para pelaut, musfir, penyiar agama, dan para pedagang untuk mengenal penduduk pribumi yang mereka anggap aneh. Keanehan itu antara lain terlihat dari bentuk tubuh, warna kulit, bahasa dan benda-benda hasil budaya yang sangat berbeda dengan budaya orang-orang Eropa. Fase Kedua Dimulai dari pertengahan abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Pada saat itu, antropologi sudah menampakkan kegiatannya, yaitu menghimpun dan mengintegrasikan tulisan-tulisan mengenai kebudayaan umat manusia yang tersebar di seluruh permukaan bumi. Para ahli antropologi pada waktu itu berupaya untuk merekonstruksi sejarah tumbuh dan berkembangnya kebudayaan manusia. Mereka berkesimpulan bahwa kebudayaan umat manusia berkembang secara evolusi. Perkembangan itu dimulai dari bentuk-bentuk kebudayaan yang primitif atau sederhana menuju bentu-bentuk kebudayaan yang lebih maju atau modern. Kebudayaan yang primitif oleh para ahli pada saat itu digambarkan seperti kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat pribumi yang ada di luar Eropa. Adapun kebudayaan yang dikatakan maju atau modern adalah kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat bangsa Eropa. Perlu dijelaksan bahwa antropologi yang berkembang pada saat itu hanya bergerak di kalangan akademis, yaitu di kalangan universitas dan lembaga ilmu pengetahuan lainnya. Fase Ketiga Dimulai pada permulaan abad ke-20 sampai dengan tahun 1930-an. Pada saat itu, penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa Barat terhadap bangsa-bangsa Asia dan Afrika sedang mencapai puncaknya. Negara-negara besar seperti Inggris, Perancis, Jerman dan Amerika Serikat berlomba-lomba untuk memperluas daerah jajahannya, termasuk Belanda pada saat itu sedang menjajah Indonesia.Sejalan dengan perlombaan untuk memperluas daerah jajahan, yang kita kenal sebagai masa kolonialisme, antropologi dimanfaatkan untuk menganalisis masyarakat dan kebudayaan bangsa-bangsa terjajah. Semenjak itu, antropologi tidak semata-mata bergerak di kalangan dunia akademis. Antropologi sudah mulai difungsikan untuk keperluan praktis atau terapan (applied), yakni untuk kepentingan kolonial.

Fase Keempat Terjadi pada kurun waktu sesudah tahun 1930-an. Pada fase ini, antropologi sudah memperlihatkan perkembangannya, baik untuk kepentingan akademis dengan segala metode dan konsep-konsep ilmiahnya maupun untuk kepentingan praktis dengan segala analisis dan metode penelitian lapangannya. Hal ini justru terjadi setelah para ahli antropologi sadar benar bahwa apa yang disebut masyarakat dan budaya primitif yang belum tersentuh budaya Barat sudah hampir hilang. Apalagi setelah berakhirnya Perang Dunia II, kolonialisme cenderung berakhir, sehingga antropologi seolah-olah kehilangan objek penelitiannya.

Menghadapi situasi serupa itu, para ahli antropologi dunia sepakat untuk mengadakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Di bidang akademis, merumuskan pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan cara mempelajari berbagai bentuk fisik, masyarakat (sosial), dan kebudayaannya.

2. Di bidang penelitian praktis atau terapan (applied), melaksanakan penelitian lapangan untuk membantu usaha-usaha pembangunan masyarakat suku-suku bangsa yang berada di luar Eropa. Anthropology atau ilmu tentang manusia adalah suatu istilah yang pada awalnya mempunyai makna yang lain, yaitu ilmu tentang ciri-ciri tubuh manusia. Dalam fase ketiga perkembangan antropologi, istilah ini terutama mulai dipakai di Inggris dan Amerika dengan arti yang sama seperti Ethonology pada awalnya. Di Inggris, istilah anthropology kemudian malah mendesak istilah ethnology, sementara di Amerika anthropology mendapat pengertian yang sangat luas, karena meluputi bagian-bagian fisik maupun sosial dari ilmu tentang manusia. Di Eropa Barat dan Eropa Tengah istilah anthropology hanya diartikan sebagai ilmu tentang ras-ras manusia dipandang dari ciri-ciri fisiknya. Cultural anthropology akhir-akhir ini terutama digunakan di Amerika, tetapi kemudian digunakan juga di negara-negara lain untuk bagian dari antropologi yang tidak mempelajari physical anthropology, yaitu yang secara khusus mempelajari tubuh manusia. Universitas Indonesiasecara resmi memakai istilah antropologi budaya untuk menggantikan istilah G.J. Held, ilmu kebudayaan. Social anthropology dipakai di Inggris untuk fase ketiga antropologi, untuk membedakannya dari ethnology, yang dinegara itu dipakai untuk fase-fase pertama dna kedua ilmu itu. Di Amerika tempat segala macam metode yang saling bertentangan deselaraskan, sosial anthropology dan ethnology merupakan dua sub bagian dari antropologi.C. Ilmu-ilmu Bagian dari Antropologi

Antopologi berasal dari kata Latin antropos yang berarti manusia, dan logos yang berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi antropologi berarti ilmu yang mempelajari tentang manusia.

Antropologi sebagai ilmu yang mempelajari manusia batasannya terlalu umum, seolah-olah, semua ilmu yang mempelajari manusia disebut antropologi. Padahal, hal ini hanyalah merupakan suatu penekanan terhadap ruang lingkup kajian antropologi yang mempelajari aspek-aspek manusia dan kebudayannya. Oleh sebab itu, kajian antropologi dapat dibedakan dari kajian ilmu-ilmu lainnya yang juga mempelajari manusia, seperti anatomi, psikologi, maupun sosiologi.

Dalam garis besanya, antropologi terbagai atas dua bagian ilmu, yakni :

1. Antropologi fisik mempelajari fisik manusia seperti bentuk tubuh dan ciri-ciri tubuh yang dominan.2. Antropologi budaya mempelejari aspek-aspek kebudayaan manusia.

Antropologi fisik terbagi atas dua subbagian ilmu, yakni paleoantropologi dan antropologi fisik dalam arti khusus yang biasa juga disebut somatologi. Antropologi budaya terbagi atas tiga subbagian ilmu, yakni :

1. etnolinguistik2. prasejarah3. etnologi. Untuk lebih jelasnya kelima bagian ilmu tersebut akan dijelaskan batasannya pada uraian berikut ini.

1. Paleoantropologi :

mempelajari asal usul dan evolusi manusia mulai dari bentuk-bentuk pramanusia sampai menjadi manusia homosapiens. Penelitiannya dilakukan terahdap sisa-sisa kerangka manusia yang sudah membatu atau menjadi fosil.2. Antropologi fisik dalam arti khusus yang biasa juga disebut somatologi mempelajari keanekaragaman ras manusia. Ras adalah penggolongan manusia berdasarkan ciri-ciri tubuh yang khas atau dominan. Ciri-ciri tubuh itu ada yang tampak dari luar (disebut fenotype), misalnya warna kulit, warna dan bentuk mata, bentuk muka, bentuk bibir dan hidung, serta ukuran atau indeks kepala. Ada juga beberapa ahli yang melihat perbedaan itu atas dasar ciri-ciri genetika (disebut genotype), misalnya frekuensi golongan darah.3. Etnolinguistik yang biasa juga disebut antropologi linguistik mempelajari penyebaran bahasa-bahasa yang ada di dunia. Analisis mengenai penyebaran bahasa erat sekali hubungannya dengan kebudayaan para pengguna bahasa itu. Di Indonesia, etnolinguistik mempelajari bahasa-bahasa daerah yang ada di Nusantara.4. Praserajah yang biasa juga disebut prehistori mempelajari semua kebudayaan manusia, semenjak manusia ada kira-kira pada satu juta tahun yang lalu sampai dikenalnya tulisan. Penelitian prasejarah dilakukan terhadap artefak-artefak atau sisa-sisa kebudayaan materi yang diketemukan dalam situs-situs prasejarah.5. Etnologi (etnos = bangsa, logos = ilmu) adalah bagian ilmu antropologi yang mempelajari dasar-dasar kebudayaan manusia, terutama mengenai sejarah pertumbuhan dan persebarannya. Untuk memperoleh gambaran tentang dasar-dasar kebudayaan manusia, para ahli etnologi mengadakan penelitian terhadap sejumlah kebudayaan suku-suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia. Mengingat sedemikian banyaknya kebudayaan suku-suku bangsa itu, upaya untuk memperoleh pengetahuan tentang dasar-dasar kebudayaan itu harus dilakukan melalui penelitian lapangan yang saksama. Dalam melakukan penelitiannya, para ahli antropologi biasanya memilih salah satu tipe penelitian, yaitu penelitian diakronik atau sinkronik.

Penelitian diakronik dilaksnakan untuk mengkaji sejarah perkembangan kebudayaan suatu suku bangsa yang berada di suatu daerah tertentu. Inti dari kegiatan penelitian diakronik adalah etnografi suku bangsa yang bersangkutan. Hasil penelitian mengenai bahasa lokal, ras manusia, dan fosil manusia, serta benda-benda peninggalan purbakala diperoleh melalui penelitian etnolinguistik, antropologi fisik dan prasejarah. Keseluruhan hasil penelitian diakronik ditulis atau dideskripsikan dalam bentuk Descriptive Integration atau Etnologi dalam arti khusus dari kebudayaan suku bangsa yang sedang diteliti itu.

Penelitian sinkronik dilaksanakan terhadap sejumlah kebudayaan suku bangsa secara serempak dalam jangka waktu tertentu. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang asas-asas kesamaan dari keanekaragaman unsur-unsur kebudayaan suku-suku bangsa yang bersangkutan, misalnya tentang sistem keagamaan/religi, sistem kekerabatan, sistem politik, kesenian, pendidikan. dan perekonomian.

Penelitian semacam ini biasa juga disebut Generalizing Approach atau Antroplogi Sosial. Agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas, bagian-bagian antropologi dapat dipelajari melalui bagan berikut ini.

Paleoantropologi

Antropologi Fisik

(Antropologi Regawi)

Somatologi (Antropologi

fisik dalam arti khusus)

Antropologi

Etnolinguistik

Antropologi Budaya

Prasejarah/Arkeologi

Etnologi

BAGAN ILMU ILMU BAGIAN DARI ATROPOLOGI

Paleantropologi

Antropologi biologi

Antropologi fisik

Antropologi

Prehistori/PrasejarahEtnolinguistik

Antropologi diakronik

(Ethnology)

Antropologi budaya

Etnologi

Antropologi sinkronik

(Sosial anthropology)

Etnopsikologi

Antropologi ekonomi

Antropologi politik

Antropologi kependudukan

Antropologi

Spesialisasi

Antropologi kesehatan

Antropologi kesehatan jiwa

Antropologi pendidikan

Antropologi perkotaan

Antropologi

Antropologi hukum

terapan

D. Spesialisasi dalam Antropologi BudayaSebelum mendalami spesialisasi, biasanya seorang ahlli antropologi terlebih dahulu mempelajari bagian-bagian ilmu antropologi budaya, yakni etnolinguistik, prasejarah dan etnologi. Ketiga bagian ilmu antropologi budaya tersebut dipelajari sebagai ilmu pengetahuan murni atau pure science. Artinya mata pelajaran akademis yang diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan.

Spesialisasi dalam antropologi budaya mulai berkembang ketika ilmu ini dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan praktis atau tujuan-tujuan tertentu. Misalnya, ketika kolonilaisme sedang mencapai puncak di permulaan abad ke-20, antropologi dimanfaatkan untuk menyelidiki masyakarat dan kebudayaan suku-suku bangsa terjajah di Asia dan Afrika. Oleh karena kegiatan antropologi dilakukan untuk kepentingan-kepentingan tertentu, dalam praktik kegiatannya cenderung mengarah pada spesialisasi objek penelitian, antara lain di bidang : ekonomi, kesehatan, pendidikan, kependudukan, kesehatan jiwa, perkotaan, hukum, keagamaan, dan politik.

Spesialisasi antropologi terapan mulai menampakkan kegaitannya sebagai ilmu pengetahuan praktis pada tahun 1930-an. Pelopornya antara lain R. Firth, seorang sarjana antropologi dari Inggris. Firth aktif mengadakan penelitian-penelitian lapangan mengenai gejala-gejala ekonomi pedesaan seperti penumpukan modal, pengerahan tenaga kerja, peningkatan produksi pertanian rakyat, dan pemasaran hasil-hasil produksinya. Daerah penelitiannya antara lain Malaysia dan melanesia di Kepulauan Ocenia.

E. Aspek-Aspek Budaya1. Pengertian BudayaSecara harfiah kata budaya berasal dari bahasa Sangsekerta buddayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Budaya dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Ada juga hal yang menyatakan bahwa budaya berasal dari kata budi-daya yang berarti daya dari budi. Jadi, kata budaya atau daya dari budi itu berarti cipta, karsa dan rasa.Berikut ini adalah beberapa definisi tentang budaya menurut beberapa ahli.1) Sir Edwar Burnett Tylor, seorang ahli antropologi dari Inggris, pada tahun 1871 untuk pertama kalinya mendefinisikan budaya secara rinci sebagai pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, kebiasaan, dan lain-lain kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.

2) Prof. Dr. Koentjaraningrat, seorang ahli antropologi Indonesia yang besar jasanya dalam pengembangan antropologi di Indonesia, mendefinisikan budaya sebagai seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan cara belajar.3) William A. Haviland, seorang ahli antropologi Amerika, mendefinisikan budaya sebagai seperangkat peraturan yang standar, yang apabila dipenuhi atau dilaksanakan oleh anggota masyarakatnya akan mengahasilkan perilaku yang dianggap layak dan dapat diterima oleh anggota masyarakatnya.

Dari beberapa definisi tersebut diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Adanya unsur-unsur budaya berupa perilaku yang nyata di satu pihak dan di lain pihak adanya unsur-unsur budaya berupa nilai-nilai, kepercayaan, norma dan perilaku manusia.

2) Budaya dimiliki oleh seluruh anggota masyarakat pendukung budaya yang bersangkutan

3) Budaya terbentuk sebagai hasil belajar

2. Wujud BudayaPerwujudan budaya dapat kita kelompokkan ke dalam bentuk seagai berikut :

1) Sistem Gagasan

Budaya dalam wujud ini bersifat abstrak, tidak dapat diraba atau difoto, hanya ada dalam alam pikiran tiap warga pendukung budaya yang bersangkutan.

Sistem gagasan yang telah dipelajari oleh setiap warga pendukung budaya semenjak dini sangat menentukan sifat dan cara berpikir serta tingkah laku warga pendukung budaya tersebut. Itulah sebabnya wujud budaya dalam bentuk sistem gagasan ini biasa juga disebut sistemniali budaya. Gagasan-gasasan inilah yang akhirnya menghasilkan berbagai hasil karya manusia berdasarkan nilai-nilai, cara berpikir dan pola tingkah laku.

2) Sistem Tindakan

Budaya dalam wujud ini bersifat konkret, dapat dilihat dan difoto. Misalnya, petani bekerja di sawah, karyawan bekerja di pabrik, atau siswa belajar di sekolah. Untuk kegiatan tertentu, warga pendukung budaya tertentu melakukan serangkaian tingkah laku berdasarkan pola atau sistem tertentu pula.

Dengan memperhatikan contoh di atas, kita dapat melihat petani bekerja di sawah, karyawan bekerja di pabrik dan siswa belajar di sekolah. Masing-masing aktivitas tesebut berada dalam satu sistem tindakan dan tingkah laku yang berbeda.

3) Hasil Karya Manusia Wujud budaya dalam kategori ini konkret, dapat dilihat, diraba, dan difoto. Sebagai contohnya, dapat kita lihat hasil karya manusia mulai dari proyek-proyek raksasa seperti waduk pembangkit tenaga listrik, industri-industri besar, bagunan-bangunan megah, sampai pada karya dalam bentuk benda-benda kecil sperti jarum dan kancing baju.3. Substansi Utama Budaya

Ada lima isi atau substansi utama budaya, yakni sebagai berikut :

1) Sistem Pengetahuan Salah satu upaya manusia untuk mempertahankan dan mengembangkan budayanya adalah untuk mengembangkan sistem pengetahuan.

Melalui sistem pengetahuan, manusia mampu beradaptasi untuk menyesuaikan hidupnya dengan alam sekitarnya.

Disamping itu, melalui sistem pengetahuan, manusia juga mampu meningkatkan produktivitas kebutuhan hidupnya.

Pengetahuan manusia tentang flora dan fauna dapat membantu upaya manusia untuk mengembangkan produktivitas di bidang perburuan, penangkapan ikan, peternakan, dan pertanian.

Pengetahuan manusia tentang pengobatan tradisional melalui dukun atau tabib membantu upaya manusia mengobati dan menyembuhkan berbagai penyakit atau luka akibat kecelakaan dan peperangan.

Sekarang ini, sistem pengetahuan manusia telah berkembang sedemikian canggih, terutama di bidang elektronik dan komunikasi. Bidang ini telah menghantarkan kita kepada suatu upaya peningkatan kesejahteraan manusia sebagai bagian masyarakat dunia, dalam suatu era yang disebut sebagai era globalisasi.2) Sistem Nilai Budaya Koentjaraningrat menyatakan bahwa sistemnilai budaya terdiri atas konsep-konsep yang hidup dalam pikiran sebagaian besar warga masyarakat.

Konsep-konsep tersebut berkenaan dengan hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup.

Oleh karena itu, suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia.

Dalam kehidupan sehari-hari, sistem nilai budaya merupakan suatu pedoman hidup yang ideal, yang dicita-citakan. 3) Persepsi Persepsi biasanya disebut juga sudut pandang dari seorang individu atau kelompok masyarakat mengenai suatu hal atau suatu masalah. Dalam hal-hal tertentu, sering terjadi persepsi yang satu berbeda dengan persepsi yang lain. Akibatnya, akan terjadi konflik atau ketegangan, mulai dari hal yang sederhana sampai yang serius.

Konflik yang sederhana mungkin hanya sekadar menimbulkan kesalah pahaman di antara pihak-pihak yang berbeda persepsi tersebut.

Melalui suatu konsensus atau penyesuaian persepsi, bisa saja diambil semacam kesepakan untuk mempersamakan persepsi, sehingga konflik itu akan mereda, bahkan hilang sama sekali.

Akan tetapi, kalau sering konflik itu malah dapat menimbulkan berbagai benturan persepsi.

Persepsi dapat timbul suatu perdebatan sengit sehingga mengakibatkan terjadinya pertengkaran atau perkelahian.Ada beberapa contoh persepsi dalma kehidupan masyarakat. Misalnya, seseorang menganggap bahwa keberhasilan pembangunan suatu negara ditentukan oleh stabilitas politik di negara yang bersangkutan. Sementara orang lain menganggap atau memandang bahwa keberhasilan pembangunan suatu negara ditentukan oleh kemampuannya mengelola SDM di negara yang bersangkutan.

Contoh lain lagi, sampai sekarang masih ada sebagian masyarakat yang percaya pada tahyul, bahwa sakit atau celaka disebabkan oleh faktor-faktor supranatural yang bersifat gaib. Kemudian, apabila dalam kehidupan mereka menghadapi masalah, mereka akan mendatangi dukun atau paranormal.4) PandanganHidup Koentjaraningrat menjelaskan, bahwa pandangan hidup biasanya mengandung sebagian nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat. Nilai-nilai itu dipilih secara selektif oleh individu-individu dan golonga-golongan dalam masyarakat.

Sebagai contoh, orang Minangkabau memberi nilai tinggi pada tradisi merantau. Pepatahnya mengatakan, Kalau ingin menjadi orang, harus merantau durlu. Artinya, keberhasilan penghidupan orang Minangkabau umumnya diperoleh melalui tradisi merantau.

Secara khusus Koentjaraningrat menjelaskan pandangan hidup dalam pengertian ideologi, mislanya ideologi yang dianut partai-partai politik atau ideologi negara.

Contoh konkret, Pancasila merupakan pandagnan hidup dan ideologi negara bagi seluruh bangsa Indonesia.

M. Habib Mustofa, seorang ahli sosiologi, menyatakan bahwa pandangan hidup merupakan nilai-nilai luhur yang menjadi acuan dan cita-cita baik bagi perorangan, kelompok masyarakat, maupun bangsa.

M. Habib Mustofa mengkategorikan pandangan hidup dalam tiga kategori sebagai berikut :

(1) Pandangan hidup yang berasal dari norma-norma agama.

Pandangan hidup semacam ini dinyatakan sebagai dogma, berisi perintah atau keharusan dan larangan bagi segenap penganut agama yang bersangkutan.

(2) Pandangan hidup yang bersumber dari ideologi negara.

Misalnya, Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.

(3) Padangan hidup yang berasal dari renungan atau falsafah hidup seorang individu.

Kebenaran pandangan hidup ini bersifat relatif, karena hanya sesuai dengan pribadi individu yang bersangkutan. Mungkin orang lain belum dapat menerima pandangan tersebut atau mempunyai pandangan lain yang berbeda. Sebagai contoh, ada orang yang berpandangan bahwa hidup berserah kepada nasib atau takdir. Sementara itu, orang yang lain memandang bahwa hidup merupakan tantangan dan perjuangan agar memperoleh kebahagiaan rohani dan jasmani.5) Etos Budaya Koentjaraningrat menyatakan bahwa etos adalah watak khas dari suatu kebudayaan yang tampak (dari luar). Contoh etos antara lain gaya tingkah laku, kegemaran, atau benda-benda hasil budaya yang khas. Clifford Geertz menyatakan bahwa etos budaya adalah sifat, watak, kualitas kehidupan sekelompok masyarakat atau bangsa.

Termasuk ke dalam cakupan etos adalah moral, sikap perilaku, dan gaya estetika atau kepekaan seseorang terahdap seni dan keindahan.

Contoh berikut ini adalah etos budaya orang Jawa. Watak khas orang Jawa penuh ketenangan dan kepasrahan diri. Di samping itu, pada pribadi orang Jawa terpancar adanya keselarasan, moral yang tinggi, kejujuran, dan dapa tmenerima keadaan sebagaimana adanya. Di balik sikapnya yang serba sederhana itu, orang Jawa terkenal ulet, rajin bekerja, dan tahan menderita. Mereka juga pencinta seni terutama seni karawitan atau gamelan, seni tari dan seni pewayangan .

4. Sistem Sosial BudayaDalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa sistem adalah seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan, sehingga membentuk suatu totalitas. Berdasarkan batasan tersebut, sistem sosial budaya dapat diartikan sebagai sperangkat unsur sosial budaya yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Kata totalitas menggambarkan keseluruhan unsur sosial budaya itu saling terkait sehingga membentuk satu kesatuan yang bulat dan utuh. Koentjaraningrat menyebutkan adanya tujuh komponen sistem sosial budaya, yaitu :

1) Bahasa Bahasa adalah sistem perlambang bunyi yang berartikulasi (yang dihasilkan oleh alat-alat ucap di rongga mulut), yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran manusia.

Sistem perlambang bunyi yang dipakai manusia dalam berinteraksi sosial sedemikian sistematis dan efektif, sehingga hanya manusialah yang dikatakan memiliki bahasa. Adapun binatang tidak memiliki bahasa.

Sebagai salah satu unsur sistem sosial budaya, bahasa mempunyai berbagai fungsi dan karakteristik.

Fungsi dan karakteristik bahasa itu sejalan dengan perkembangan masyarakat yang bersangkutan.

Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi, sosialisasi, artikulasi, dan berbagai kegiatan sosial lainnya.2) Sistem pengetahuan Sistem pengetahuan merupakan salah satu upaya manusia untuk mempertahankan dan mengembangkan budayanya. Melalui sistem pengetahuan yang dimilikinya, manusia mampu beradaptasi dengan alam sekitarnya.

Melalui sistem pengetahuan pula, mereka mampu meningkatkan produktivitas kebutuhan hidupnya.

Contoh-contoh berikut mengungkapkan bagaimana masyarakat suku-suku bangsa di Indonesia menerapkan sistem pengetahuan tradisional dalam kegiatan hidupnya.

(1) Orang Dayak Kenyah di Kalimantan mengembangkan sistem pertanian ladang yang berpindah-pindah dengan jalan membuka hutan. Ladang yang tingkat kesuburannya sudah berkurang ditinggalkan agar kelas menjadi hutan dan subur kembali. Setelah melalui kurun waktu tertentu, hutan tersebut akan dibuka kembali menjadi ladang baru. Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa orang Dayak Kenya menetapkan sistem pengetahuannya dalam mengusahakan ladang untuk menjaga kelestarian hutan.

(2) Orang Batak, Minangkabau, Jawa, Bali, Toraja, dan lain-lainnya menerpakan teknologi dan seni bangunan tradisional seperti pada pembuatan rumah-rumah adat. Teknologi dan seni bangunan yang diterapkan tersebut tidak kalah mutunya dengan seni bangunan dan seni arsitekstur modern yang kita kenal sekarang.

(3) Nenek moyang kita khususnya orang Bugis dikenal sebagai pelaut ulung, yang mampu mengarungi lautan luas. Mereka sudah memiliki ilmu pelayaran seperti arah angin dan arus laut serta ilmu perbintangan3) Organisasi sosial Dalam Kamus Sosiologi, organisasi sosial dinyatakan sebagai cara-cara perilaku manusia yang terorganisis secara sosiol. Dikatakan terorganisir secara sosial karena adanya sekelompok individu yang merasa terikat oleh aturan-aturan atau adat istiadat tertentu yang mengatur kehidupan kelompoknya.

Itulah sebabnya kelompok sosial semacam ini disebut kesatuan sosial.

Kelompok sosial mengorganisasikan anggota kelompoknya pada kesatuan sosial berikut :

(1) Kesatuan geneologis atau kesatuan seketurunan (tunggal darah)

Kesatuan sosial ini terbentuk sebagai akibat adanya ikatan keturunan atau ikatan darah. Termasuk ke dalam bentuk kesatuan sosial ini antara lain :

(a) Keluarga Inti (nuclear family)

Terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang belum membentuk keluarga inti sendiri. Keluarga inti ini merupakan kesatuan seketurunan yang paling mendasar. Keluarga inti terbentuk karena adanya ikatan perkawinan.

Keterangan :

= Pria

= Wanita

= Kawin

= Anak Kandung

(b) Keluarga luasYang terdiri dari satu keluarga inti ditambah nenek, kakek, paman atau bibi yang belum kawin, bahkan mungkin beberapa orang keponakan. Mereka hidup bersama dalam satu ikatan rumah tangga. Keluarga luas bisa juga terdiri dari beberapa keluarga inti yang hidup bersama dan saling berhubungan karena adanya ikatan keturunan.(c) Keluarga keturunanMereka kelompok kekerabatan yang keangotannya diakui berasal dari keturunan satu nenek moyang tertentu yang sungguh-sungguh ada atau hanya ada dalam mitologi. Satu kelompok keturunan biasanya menghitung garis atau silsilah keturunannya secara unilineal. Silsilah keturunan secara unilineal ialah silsilah keturunan satu garis atau silsilah keturunan baik garis atau silsilah keturunan ibu (matrilineal), garis atau silsilah keturunan bapak (patrilineal), atau kedua-duanya (bilineal). Contoh silsilah keturunan secara unilineal antara lain leneage, klen atau marga.

Bagan Kekerabatan Patrilineal

Keterangan :

= Pria

= Wanita

= Kawin

= Anak Kandung

= Ego / saya

Bagan Kekerabatan Matrilineal

Keterangan :

= Pria

= Wanita

= Kawin

= Anak Kandung

= Ego / saya

(2) Kesatuan teritorial atau kedaerahanKesatuan sosial teritorial terbentuk akibat adanya rasa kedaerahan yang sama, karena bertempat tinggal di daerah yang sama dengan batas-batas wilayah yang jelas. Walaupun tidak terikat oleh pertalian darah, kesatuan ini merasa berada dalam satu kesatuan masyarakat yangsama. Contoh, bentuk kesatuan teritorial antara lain lembur di Sunda, dukuh dan desa di Jawa, desa di Bali dan Wanua di Bugis(3) Kesatuan sosial yang bersifat genealogis dan teritorial

Kesatuan sosial semacam ni terbentuk sebagai akibat adanya kesamaan pertaliand arah dan kedaerahan. Anggota-anggota kelompok sosialnya biasanya terdiri dari kesatuan kerabat unilineal yang menempati wilayah yang sama. Contoh bentuk kesatuan sosial yang bersifat genealogis dan teritorial antara lain huta di Batak, nagari di Minangkabau, uma di Dani Irian, dan dalu di Manggarai (Flores).(4) Kesatuan sosial yang bersifat sakral karena adanya ikatan suci keagamaan (religius)

Para anggotanya merasa terikat karena adanya kesamaan agama yang dianutnya. Contoh kesatuan sosial yang bersifat sakral antara lain jamaan (Islam) dan jemaat (Kristen).(5) Kesatuan sosial berdasarkan tingkat umur (age class)

Para anggotanya merasa terikat karena adanya kesamaan tingkat umur. Contoh kesatuan sosial ini antara lain kelompok anak-anak, orang dewasa, dan orang tua.(6) Kesatuan sosial berdasarkan kesamaan jenis kelamin (sexe class)

Para anggotanya merasa terikat karena adanya kesamaan jenis kelamin. Contoh kesatuan sosial ini antara lain kelompok laki-laki dan kelompok perempuan.

(7) Kesatuan sosial yang bersifat paguyuban (Sunda : guyub; Jerman : gemeinschaft)

Paguyuban adalah kelompok sosial yang memiliki ikatan kesetiakawanan sosial yang sangat kompak dan bersifat kekeluargaan. Hal ini terjadi karena adanya ikatan kekerabatan, kedaerahan, atau suatu kepentingan sosial secara gotong royong. Contohnya perkumpulan subak di Bali yang menganut sistem pembagian air di antara para petani, dan kebiasaan sambat-sinambat diantara masyarakat petani Sunda.(8) Kesatuan sosial yang bersifat patembayan (lawannya paguyuban; Jerman : gesselschaft)

Kesatuan ini terbentuk karena adanya kepentingan-kepentingan tertentu yang bersifat pamrih. Artinya, apabila kepentingan itu tidak terpenuhi, yang bersangkutan akan mundur atau menarik diri dari keanggotaan kelompoknya. Itulah sebabnya untuk memperkokoh organisasinya, kesatuan sosial semacan ini sering dibentuk dengan ikatan hukum melalui pejabat resmi seperti notaris, pejabat pemerintah yang berwenang, atau aturan-aturan resmi lainnya. Contoh kesatuan sosial ini antar alain : organisasi sosial di bidang kesenian dan keolahragaan, organisasi politik, dan perekonomian. Di bidang perekonomian, kesatuan sosial ini dapat berbentuk badanusaha seperti perseroan terbatas, firma dan koperasi.4) Sistem peralatan hidup atau teknologi Antropologi mengkategorikan beberapa bentuk peralatan hidup sebagai berikut :(1) Peralatan produksiYakni alat-alat untuk membuat atau memproduksi kebutuhan hidup seperti alat pertanian (tugal, cangkul, bajak), alat-alat untuk berburu (panah, tombak, jaring, alat perangkap), alat-alat penangkap ikan (tombak, harpun, jaring), dan alat-alat parbrik atau industri (alat tenun, penggilingan padi, teknologi pabrik).(2) Peralatan distribusi dan transportasi

Yakni alat-alat untuk mengangkut benda atau barang-barang hasil produksi ke tempat pemasaran atau konsumen. Alat-alat pengangkutan di darat antara lain gerobak, andong, sepeda dan kendaraan bermotor. Alat-alat pengangkutan di sungai atau laut antara lain rakit, perahu, dan kapal laut. Adapun pengangkutan udara baru dikenal di zaman modern.(3) Peralatan komunikasi

Pada masyarakat tradisional, sudah dikenal teknologi komunikasi seperti kentongan, genderang, terompet siput, dan bedug. Ada juga alat-alat isyarat komunikasi untuk berburu atau berperang seperti peluit dan tiruan bunyi binatang.(4) Peralatan konsumsi

Dalam bentuk wadah seperti keranjang, bakul, koli atau peraltan dapur seperti tembikar, gentong, mangkuk, pring dan gayung.(5) Senjata

Yakni peralatan untuk mempertahankand iri dari serangan binatang buas atau musuh, contohnya panah, tombak, parang, golong dan senapan. Peralan semacam ini bisa juga dijadikan sebagai alat untuk berburu atau menangkap binatang.(6) Pakaian dan kelengkapannya

Seperti baju, kain, sarung, perhiasan dari manik-manik atau batu berharga. Pakaian berfungsi untuk melindungi anggota badan dari serangan cuaca seperti panas matahari, udara dingin, atau hujan dan untuk menutup aurat (anggota badan yang dibatukan atau dilarang diperlihatkan di muka umum). Selain untuk memperindah penampilan dan mempercantik diri, pakaian juga dapat mempunyai fungsi lain, misalnya sebagai simbol status kebangsawanan, penanda bagi pemuka adat atau pemuka agama, dan tanda-tanda keprajuritan.(7) Makanan dan minuman

Selain sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan fisik akan rasa lapar dan haus, antropologi mencatat bahwa makanan dan minuman sering difungsikan masyarakat sebagai alat ukur atau alat tukar bagnag (inatura barter). Contohnya, seikat padi atau sebakul beras pada masyarakat Sunda sering dibarter dengan kebutuhan-kebutuhan lain seperti garam, gula, pakaian, dn ternah. Kelapa, keladi, sukun di Melanesi (termasuk Irian) sering dibarter dengan garam, senjata, dan manik-manik. Di beberapa daerah di Indonesia, makanan dan minuman sering dipergunakan untuk melengkapi mas kawin atau mahar.(8) Peralatan berlindung atau istirahat

Pada masyarakat zaman prasejarah, gua-gua sering dipergunakan sebagai tempat berlindung dari serangan binatang buas, musuh, dan cuaca seperti angin, hujan, udara dingin atau panas. Pada banyak suku bangsa di Indonesia, dikenal berbagai bentuk rumah adat seperti imah di Sunda, limasan di Jawa, rumah gadang di Minangkabau, rumah betang di Dayak dan honai di Asmat. Selain sebagai tempat berlindung dan tempat peristirahatan, antropoligi mencatat adanya bentuk-bentuk perumahan yang diperuntukkan sebagai temmpat bermusyarawah adat (bale desa di Sunda dan Balai Adat di Minangkabau) serta tempat ibadah (pura di Bali dan surau di Minangkabau).

5) Sistem mata pencaharian Para ahli antropologi menyatakan bahwa sistem mata pencaharian manusia yang paling tua adalah berburu (termasuk menangkap ikan0 dn meramu hasil hutan. Dalam kurun waktu yang cukup lama, pemenuhan kebutuhan manusi asangat bergantung pad aalam skitarnya.

Dengan teknologi yang sangat sederhana, yaitu alat-alat yang terbuat dari batu, tulang dan kayu, manusia berburu dan meramu hasil hutan untuk memenuhi kebuuthan hidupnya.

Sistem mata pencaharian semacam ini disebut food gathering atau mengumpulkan/meramu makanan. Masyarakat hidup secara nomaden, artinya berpindah-pindah tempat sesuai dengan pola food gathering itu.

Pada awalnya, sistem pertanian dimulai secara sederhana dalam bentuk perladangan yang berpindah-pindah tempat.

Produksinya belum begitu intensif.

Itulah sebabnya sistem ini disebut semi producing. Produktivitas pertanian baru berkembang secara intensif ketika orang mulai mengenal sistem irigasi yang permanen seperti yang ktia kenal dalam sistem sawah.

Sistem irigasi terlaksana ketika masyarakatnya sudah menetap dalam kurun waktu yang relatif lama. Akhirnya kebutuhan ekonomi semakin meningkat.

Produk-produk lain turut berkembang, seperti industri rumah tangga, usaha di bidang peternakan dan perikanan, serta usaha jasa. Masyarakat berkembang menjadi masyarakat food producing.

6) Sistem religi dan kepercayaan hidup Sistem religi dalam kerangka budaya suatu masyarakat memiliki tiga unsur utama yaitu Sistem keyakinan, Sistem upacara keagamaan dan Umat yang menganut religi tersebut.

Sistem upacara keagamaan mengandung lima komponen sebagaimana tertera pada bagai dibawah ini.

Penjelaskan atas masing-masing komponen bagan tersebut adalah :

(1) Emosi keagamaanEmosi keagamaan merupakan kekuatan yang menggerakkan jiwa manusia untuk melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan berdasarkan kepercayaan yang diyakini. Emosi keagamaan ini merupakan pusat dari segala konsep religi yang diyakini manusia.(2) Sistem keyakinanSistem keyakinan dalam religi manusia berwujud nilai-nilai tentang keyakian dan konsep manusia akan sifat-sifat Tuhan, alam gaib, kejadian-kejadian alam, kekuatan sakti, serta makhluk halus.(3) Sistem ritus dan upacara

Sistem ritus dan upacara merupakan tata kelakuan manusia dalam kegiatan keagamaan yang resmi serta diketahui oleh masyarakat, setidaknya oleh kelompok keagamaan.(4) Umat beragama

Umat agama merupakan kelompok masayarakat yang meyakini dan melaksanakan ajaran-ajaran agama yang dianutnya.(5) Peralatan ritus dan upacara

Peralatan ritus dan upacara biasanya dipergunakan dalam pelaksanaan upacara keagamaan, sebagai alat khusus dari seluruh alat yang diperlukan. Peralatan-peralatan yang digunakan biasanya menjadi simbol-simbol tertentu dari konsepkonsep religi yang dilambangkannya.

7) Sistem kesenian. Sistem kesenian merupakan salah satu perwujudan budaya manusia akan rasa seni dan keindahan. Pada berbagai suku bangsa di Indonesia dikenal berbagai ragam seni tradisional.

(1) Seni gerabah atau tembikar pada orang Jawa.

(2) Seni pahat atau seni ukir pada orang Bali, Jawa, dan orang Asmat.

(3) Seni tenun pada orang Bugis, Minangkabau, dan Timor.

(4) Seni batik pada orang Jawa, Sunda, dan Betawi.

(5) Seni musik dan seni suara, seperti seni karawitan pada orang Sunda, seni gamelan pada orang Jawa dan Bali, dan seni tabuh pada orang Maluku dan Irian.

(6) Seni sastra dan drama, seperti seni wayang pada orang Jawa, dan seni lenong pada orang Betawi.

(7) Seni bangunan dan bentuk rumah adat seperti rumah-rumah orang Jawa, Batak, Minangkabau, Toraja, dan Bali.

(8) Seni kerajinan tangan atau seni kriya, seperti bentuk anyaman bambu (Sunda), anyaman rotan (Dayak), dan kerajinan perak (Jawa dan Bali).

Dalam banyak hal, dapat kita perhatikan bahwa sistem kesenian tradosional erat sekali hubungannya dengan unsur budaya lainnya, terutama unsur religi atau keagamaan.(1) Seni tenun ulos pada orang Batak erat sekali hubungannya dengan berbagai upacara adat, seperti pada upacara perkawinan atau kematian.

(2) Seni pahat dalam bentuk seni patung pada orang Dayak dan Asmat melambangkan Totemisme. Totemisme adalah kepercayaan dari sebuah kelompok masyarakat yang merasa mempunyai hubungan suci dengan binatang tertentu, atau gejala alam tertentu seperti air, angin, bulan, dan matahari.

(3) Seni pertunjukan wayang kulit yang menggelar cerita atau lakon Murwokolo, sering dipertunjukkan dalam upacara adat ngruwat pada orang Jawa. Upacara ini diperuntukkan bagi keluarga yang antara lain memiliki anak tunggal, anak kembar, anak wanita diantara dua anak pria dan anak pria diantara anak wanita. Upacara ini dimaksudkan agar hidup mereka terhindar dari berbagai marabahaya, terutama dari ancaman seorang raksasa yang disebut Bhatara Kala.5. Sifat-Sifat BudayaBudaya memiliki sifat universal, artinya terdapat sifat-sifat umum yang melekat pada setiap budaya, kapapun dan dimana pun budaya itu berada. Sifat-sifat itu adalah sebagai berikut :

1) Budaya adalah Milik Bersama

Budaya adalah milik masyarakat pendukung budaya yang bersangkutan. Budaya bukanlah milik perseorangan. Dalam catatan-catatan etnografi, tidak pernah diketemukan budaya si Anu atau budaya Pak Anu. Yang ada adalah budaya buku bangsa X, budaya masyarakat desa Y, budaya nasional, dan seterusnya.

William A. Haviland mendefinisikan budaya sebagai seperangkat peraturan atau norma yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakatnya. Apabila peraturan atau norma tersebut dilaksanakan atau dipatuhi, akan melahirkan perilaku yang oleh anggotanya dipandang layak dan dapat diterima. Adapun masyarakat didefinisikan sebagai sekelompok orang yang mendiami suatu daerah tertentu, yang secara bersama-sama memiliki tradisi budaya yang sama.

2) Budaya Berkaitan dengan Situasi Masyarakatnya

Budaya mempunyai kecenderungan untuk bertahan terhadap perubahan apabila unsur-unsur budaya yang bersangkutan masih sesuai fungsinya dengan kepentingan kehidupan masyarakatnya. Contohnya, budaya petani di desa cenderung bertahan, tidak berubah, selama pertaniannya masih mampu memberikan kesejahteraan baginya. Budaya pun mempunyai kecenderungan untuk berubah apabila unsur-unsurnya sudah tidak sesuai lagi dengan fungsinya. Contohnya, karena lahan pertanian dan perkebunannya banyak tergurus untuk pemukiman baru atau untuk proyek-proyek industri, banyak penduduk yang semula hidup di daerah pinggiran kota (Jakarta : udik) berurbanisasi ke kota. Akibatnya, budaya mereka berubah, yaitu harus menyesuaikan diri dengan budaya kota.3) Budaya Berfungsi untuk Membantu Manusia

Bronislaw Malinowski, seorang ahli antropologi kelahiran Polandia, menyatakan bahwa manusia mempunyai kebutuhan bersama, baik yang bersifat biologis maupun psikologis. Sudah merupakan tugas budaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Parsudi Suparlan, seorang ahli antropologi Indonesia, menyatakan bahwa budaya berfungsi sebagai pedoman hidup untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup manusia. Dengan mengutip klasifikasi kebutuhan hidup manusia menurut Peddington, Parsudi Suparlan mengkalsifikasikan kebutuhan hidup manusia ke dalam tiga jenis.

1. Kebutuhan primer, merupakan kebutuhan hidup yang paling mendasar kerena bertalian erat dengan kebutuhan biologis atau kebutuhan fisik manusia. Menusia akan mati atau punah apabila kebutuhan semacam ini tidak terpenuhi. Contoh kebutuhan primer antara lain kebutuhan akan makanan, minuman atau kebutuhan fisik yang lain seperti kebutuhan seksual yang bertalian dengan reproduksi. Kebutuhan akan sandang dan papan termasuk juga ke dalam kebutuhan primer.2. Kebutuhan sekunder atau kebutuhan sosial, yakni kebutuhan manusia untuk bergaul dan hidup bersama. Contoh kebutuhan sekunder antara lain berkeluarga, bertetangga, bermasyarakat, bahkan berbangsa dan bernegara. Segala bentuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia akan lebih mudah diperoleh melalui usaha bersama, dibandingkan dengan usaha perorangan.3. Kebutuhan integratif, yakni kebutuhan hidup manusia yang mengintegrasikan atau memadukan seluruh kebutuhan hidupnya. Kebutuhan integratif akan terpenuhi bersamaan dengan pemenuhan kebutuhan primer dan sekundernya. Pemenuhan kebutuhan integratif mewujudkan hidup manusia yang sejahtera, aman dan tertib, serta mampu menikmati liburan atau rekreasi dan hiburan.

4) Budaya Diteruskan dan Diwariskan Melalui Proses Belajar

Semua budaya diteruskan dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui proses belajar, bukan diwariskan secara biologis. Artinya, seorang anak tidak akan secara otomatis pandai berbicara, terampil bermain dengan sesama anak sebayanya, atau patuh akan segala tradisi yang terdapat pada lingkugnan sosial budayanya.Melalui proses panjang, seorang individu semenjak dilahirkan akan belajar berintegrasi dengan lingkungan sosialnya. Ia juga akan belajar menyatukan dirinya dengan lingkungan sosialnya. Proses belajar menyatukan dirinya dengan lingkungan sosialnya disebut sosialisasi, sedangkan proses belajar seorang individu dengan lingkungan budayanya disebut pembudayaan atau enkulturasi.

F. HUBUNGAN ANTARA ANTROPOLOGI BUDAYA ATAU SOSIAL DAN SOSIOLOGIPersamaan dan Perbedaan antara Kedua Ilmu. Sepintas lalu tampak tidak ada perbedaan antara sub ilmu antropologi sosial (atau antropologi sinkronik) dan sosiologi. Seperti yang telah kita lihat dalm sub-bab di atas, antropologi sosial berupayamencari unsur-unsur yang sama di antara beragam masyarakat dan kebudayaan yang ada di dunia, dengan tujuan mecapai pengertian tentang asas-asas kehidupan masyarakat dan kebudayaan pada umumnya. Yang memang juga merupakan tujuan sosiologi, dengan demikian kedua ilmu memang mempunyai tujuan yang sama. Namun secara lebih khusus ada beberapa perbedaan yang lebih mendasar, yaitu :

1. Kedua ilmu itu masing-masing mempunyai asal mula dan sejarah perkembangan yang berbeda

2. Perbedaan sejak awal itu menyebabkan pengkhususan pada pokok dan bahan penelitian dari kedua ilmu itu masing-masing pokok dan bahan penelitian dari kedua ilmu itu masing-masing

3. Perbedaan sejak awal itu juga telah menyebabkan berkembangnya metode-metode dan masalah-masalah yang khusus pada antropologi budaya maupun sosial dan sosiologi.

Sejarah Perkembangan Sosiologi. Asal mula dan sejarah perkembangan antropologi telah kita pelajari di atas, dan sebagai perbandingan, sekarang kita akan menguraikan mengenai asal mula dan perkembangan sosiologi.

Mula-mula sosiologi hanya merupakan bagian dari imu filsafat. Dalam menganalisa hal-hal yang ada dalam alam sekelilingnya, para ahli filsafat juga memikirkan masyarakatnya, sehingga juga ada filsafat sosial yang menjadi bagian dari ilmu filasafat. Sejak abad ke-19 itu, sesuai dengan perubahan filsafat dan cara berpikir orang di Eropa Barat, teori-teori dan konsep-konsep filsafat sosial tertentu telah berubah pula.Setelah timbul krisis-krisis besar dalam kehidupan masyarakat bangsa-bangsa Eropa (seperti revolusi Perancis, revolusi industri, dan lain-lain), kegiatan menganalisa masalah-maslah masyarakat makin digalakkan, sehingga ketika pada ahli filsafat seperti H de Saint-Simon (1760-1825) dan A. Comte (1789-1857) mengumumkan pendapat mereka mengenai sifat positif dari segala cabang ilmu pengetahuan, termasuk ilmu tentang masyarakat (sosiologi), timbul kesadarn akan adanya ilmu yang berdiri sendiri, yaitu sosiologi. Namun ketika sosiologi memisahkan diri sebagai suatu ilmu khusus, pemikiran tentang masyarakat manusia yang sebelumnya masih dapat diklasifikasikan sejajar dengan aliran-aliran filsafat yang besar yang ada, menjadi sukar. Perjuangan mengenai dasar, tujuan, dan metode yang digunakan dalma ilmu yang baru itu telah menimbulkan berbagai aliran yang saling bertentangan dan berubah-ubah, yang baru menjadi mantap setelah tahun 1925.

Dari perbadingan mengenai sejarah perkembangan antropologi budaya atau sosial dan sosiologi, tampak bahwa perbedaan yang besar di antara kedua ilmu tersebut. Antropologi budaya atau sosial berasal dari himpunan bahan keterangan tentang berbagai masyarakat dan kebudayaan masyakarat pribumi bukan-Eropa, yang menjadi suatu ilmu khusus karena adanya kebutuhan untuk mencapai pengertian tentang tingkat-tingkat awal dari sejarah perkembangna masyarakat dan kebudayaan bangsa-bangsa Eropa Barat itu sendiri. Sebaliknya, sosiologi dimulai sebagai suatu bagian dari ilmu filsafat, yang menjadi suatu ilmu khusus karena masyarakat Eropa yang tengah dilanda krisis memerlukan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai asas-asas dari masyarakat dan kebudayaannya sendiri.

G. HUBUNGAN ANTARA ANTROPOLOGI DAN ILMU-ILMU LAIN

Selain dengan ilmu psikologi dan sosilogi, antropologi berikut sub-sub ilmunya yang tercantum pada Bagan I, juga mempunyai hubungan timbal balik dengan ilmu-ilmu lain, seperti misalnya geologi, paleontologi, anatomi, kesehatan masyarakat, psikiatri, linguistik, arkeologi, sejarah, geografi, ekonomi, hukum adat, administrasi dan politik.

1. Hubungan antara Geologi dan Antropologi. Bantuan ilmu geologi yang mempelajari ciri-ciri dari lapisan bumi beserta perubahan-perubahannya, terutama dibutuhkan oleh sub-ilmu paleoantropologi dan prasejarah, guna menetapkan umur relatif dari fosil-fosil makhluk Primat serta fosil-fosil manusia zaman dahulu, dan juga ahli arkeologi, untuk menganalisa umur dari lapisan bumi tempat benda-benda itu tersimpan.

2. Hubungan antara Paleontologi dan Antropologi. Batuan dari paleontologi sebagai ilmu yang meneliti fosil makhluk-makhluk purba guna merekonstruksi proses evolusi yang terjadi pada manusia, tentu sangat diperlukan ilmu paleoantropologi dan prasejarah. Pengertian tentang umur fosil-fosil kera dan manusia, serta umur artefak-artefak yang diperoleh dengan cara menggali, dapat juga dicapai dengan mengetahui umur relatif dari fosil-fosil paleontologi yang ditemukan di dekat situs yang bersangkutan.3. Hubungan antara Ilmu Anatomi dan Antropologi. Seorang ahi antropologi fisik, baik yang mengkhususkan perhatiannya pada paleantropologi maupun yang meneliti ciri-ciri ras-ras, sangat memerlukan bantuan ilmu anatomi karena ciri-ciri dari berbagai bagian kerangka manusia, bagian tengkorak serta ciri-ciri dari bagian tubuh manusia pada umumnya menjadi objek penelitian yang terpenting bagi seorang ahli antropologi fisik untuk memahami asal mula serta penyebaran manusia dan hubungan antara berbagai ras di dunia.

4. Hubungan antara Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Antropologi. Selain yang telah disebutkan di atas, yaitu data mengenai konsepsi dansikap penduduk desa tentang kesehatan, sakit, dukun, obat-obatan tradisonal, kebiasaan serta pantangan makan dan lain-lain, bagi seorang dokter kesehatan masyarakat yang akan bekerja dan tinggal di suatu kebudayaan yang asing antropologi juga memiliki metode-metode dan cara-cara untuk dapat memahami serta menyesuaikan diri dengan kebudayaan serta adat istiadat setempat.

5. Hubungan antara Ilmu Psikiatri dan Antropologi. Hubungan antara psikiatri dan antropologi telah diuraikan di atas, dan merupakan suatu pengluasan dari hubungan antara antropologi dan psikologi, yang kemudian mendapat fungsi yang praktis.

6. Hubungan antara Ilmu Linguistik dan Antropologi. Ilmu linguistik (atau ilmu bahasa) mula-mula terjadi pada akhir abad ke-18, ketika para ahli mulai menganalisa naskah-naskah klasik dalam bahasa-bahasa Indo-German (yaitu Latin, Yunani, Gotis, Avestis, Sansekerta dan lain-lain). Sekarang ilmu linguistik telah berkembang menjadi ilmu yang berusaha mengembangkan konsep-konsep dan metode-metode untuk mengupas segala macam bentuk bahasa secara global. Dengan demikian secara cepat dan mudah dapat dicapai suatu pengertian tentang ciri-ciri dasar dan semua bahasa di dunia.

7. Hubungan antara Arkeologi dan Antropologi. Arkeologi, atau ilmu sejarah kebudayaan manusia, pada awalnya meneliti sejarah dari kebudayaan-kebudayaan kuno di zaman purba, seperti missalnya kebudayaan Yunani dan Rum Klasik, kebudayaan Mesir Kuno, kebudayaan Mesopotamia, kebudayaan kuno di Palestina dan lain-lain. Di Indonesia arkeologi antara lain menelitia sejarah negara-negara Indonesia-Hindu antara abad ke-4 dan abad-16 Masehi.

8. Hubungan antara Ilmu Sejarah dan Antropologi. Hubungan ini sebenarnya mirip dengan hubungan antara arkeologi dan antropologi terurai di atas. Untuk menulis sejarah suatu bangsa, antropologi pada awalnya menyediakan bahan prasejarahnya. Demikian juga berbagai masalah dalam historigrafi dari sejarah suatu bangsa dapat dipecahkan dengan metode-metode antropologi. Berbagai sumber sejarah, seperti prasasti, dokumen, anskah tradisional, dan arsip kuno, seringkali hanya dapat mengungkapkan peristiwa-peristiwa sejarah yang terbatas pada bidang politik saja. Sebaliknya, seluruh latar belakang sosial dari peristiwa-peristiwa politik tidak hanya dapat diketahui dari sumber-sumber tadi. Konsep-konsep tentang kehidupan masyarakat yang dikembangkan antropologi dan ilmu-ilmu sosial lain dapat memberi pengertian kepada para ahli sejarah untuk mengisi latar belajar suatu peristiwa politik di masa lampau.9. Hubungan antara Geografi dan Antropologi. Geografi, atau ilmu bumi, mencoba mencapai pengertian tentang alam dunia ini dengan gambaran-gambaran tentang bumi dan ciri-ciri dari segala bentuk hidup yang ada di bumi, seperti flora dan fauna. Salah satunya adalah makhluk manusia yang juga beranekaragam rupa dan sifatnya. Karena antropologi adalah satu-satunya ilmu yang mampu menyelami maslah mengenai keanekaragaman manusia, tentu geografi tidak dapat mengabaikan antropologi.

10. Hubungan antara Ilmu Ekonomi dan Antropologi. Dalam banyak negara dimana penduduk pedesaannya lebih besar jumlahnya daripada penduduk kotanya (terutama negara-negara bukan Eropa, Amerika), kekuatan, proses, dan hukum-hukum ekonomi yang berlaku dalam kegiatan kehidupan ekonominya sangat dipengaruhi sistem kemasyarakatan, cara berpikir, pandangan, serta sikap hidup warga masyarakat pedesaan tadi. Dalam masyarakat negara-negara serupa itu seorang ahli ekonomi tidak dapat mengguankan secara sempurna konsep-konsep serta teori-teori tentang kekuatan, proses dan hukum-hukum ekonomi yang diekmbangkan dalam masyarakat Ero-Amerika, dalam rangka ekonomi internasioal, tetapi harus disertai pengetahuan tentang sistem kemasyarakatan, cara berikir, pandangan dan sikap hidup warga masyarakat pedesaan tadi. Dengan demikian apabila ia hendak membangun ekonomi suatu negara serupa itu, ia tentu memerlukan bahan komparatif mengenai sikap terhadap kerja, kekayaan, maupun sistem gotong royong yakni semua bahan komparatif tentang berbagai unsur dari sistem kemasyarakatan di negara-negara tersebut. Dalam mengumpulkan bahan itu antropologi memang sangat berguna.11. Hubungan antara Ilmu Hukum Adat Indonesia dan Antropologi. Sejak awal timbulnya ilmu hukum adat Indonesia pada permulaan abad ke-20, para ahli telah menyadari pentingnya antropologi sebagai ilmu bantu dalam melakukan penelitian-penelitiannya. Bebrapa ahli ilmu hukum adat secara nayta telah menggunakan metode-metode antropologi guna menyelami latar belakang kehidupan hukum adat di berbagai daerah di Indonesia. Antropologi dianggap penting karena hukum adat bukan suatu sistem hukum yang telah diabstrasikan sebagai aturan-aturan dalam buku-buku undang-undang, melainkan timbul dan hidup langsung dari masalah-masalah perdata yang berasal dari aktivitas masyarakat.

12. Hubungan antara Ilmu Administrasi dan Antropologi. Di Indonesia, ilmu administrasi tentu akan menghadapi masalah-maslah yang sama seperti ilmu ekonomi. Lagi pula, bahan keterangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan agraria, yang juga merupakan suatu kompleks masalah yang sangat penting dalam ilmu administrasi, antara lain dapat diperoleh dengan penelitian yang menggunakan metode-metode antropologi.13. Hubungan antara Ilmu Politik dan Antropologi. Sejak kira-kira tahun 1960, dari hubungan antara kekuatan-kekuatan serta proses-proses politik berbagai negara dengan berbagai sistem pemerintahan, ilmu politik telah melebarkan perhatiannya ke masalah-masalah yang menyangkut latar belakang sosial budaya dari kekuatan-kekuatan politik itu. Hal itu terutama penting apabila ia harus meneliti dan menganalisa kekuatan-kekuatan politik dalam negara-negara yang sedang berkembang di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Oseania.

H. MAKHLUK MANUSIA1. MAKHLUK MANUSIA DI ANTARA MAKHLUK-MUKHLUK LAIN

Dari sudut biologi, manusia hanya satu di antara lebih dari sejuta jenis makhluk yang pernah atau masih hidup di dunia. Pada pertengahan abad ke-19 para ahli biologi (di antaranya yang terpenting adalah C. Darwin) mengumumkan pendirian (proposisi) tentang proses evolusi biologi, yang mengatakan bahwa bentuk-bentuk hidup yang tertua adalah makhluk bersel satu yang sangat sederhana, yaitu antara lain protozoa. Dalam waktu puluhan juta tahun, kemudian berkembang berbagai bentuk kehidupan, yaitu makhluk-makhluk yang memiliki organisme yang makin lama makin kompleks, sampai pada kera dan manusia.

Dalam proses evolusi biologi yang telah berlangsung sangat lama itu banyak bentuk makhluk sederhana itu telah hilang dan punah dari muka bumi, tetapi banyak juga yang mampu bertahan dan hidup sampai sekarang. Bentuk-bentuk makhluk baru yang bercabang dari yang lama itu, kemudian menjadi begitu banyak, sehingga makhluk yang sekarang menghuni bumi kita hampir mendekati angka satu juta jenis.Untuk mengetahui jenis-jenis makhluk apa saja yang ada, para ahli biologi telah membuat sistem klasifikasi dari semua makhluk yang hidup di bumi berdasarkan morfologinya.

Seperti halnya beribu-ribu jenis makhluk lain, makhluk manusia menyusui keturuannya, dan berdasarkan ciri itulah manusia dikelaskan bersama makhluk-makhluk tersebut di dalam golongan binatang menyusui, atau mamalia. Dalam kelas mamalia ini terdapat sub-golongan (disebut juga suku) Primat. Termasuk dalam suku Prima adalah semua jenis kera, mulai dari yang rupa dan ukurannya mirip tupai (yaitu Tarsii), sampai pada yang besar, seperti gorila. Memang, sebelum zaman Darwin para ahli biologi telah lama mengamati bahwa antara organisme kera dan organisme manusia terdapat banyak persamaan ciri.

Suku Primat terbagi ke dalam dua sub-suku, yaitu 1. sub-suku prosimii, 2. sub suku Anthropoid. Para ahli biologi menempatkan manusia ke dalam sub suku Anthropoid, yang kemudian masih dibagi menjadi tiga infrasuku, yaitu 1. infrasuku Ceboid, 2. infrasuku Cercopithecoid, 3. infrasuku Hominoid. Dalam infrasuku Ceboid termasuk semua jenis kera, baik yang telah punah maupun yang sampai sekarang masih hidup di daerah katulistiwa, khususnya dibenua Amerika; dalam infrasuku Cercopithecoid termasuk semua jenis kera, baik yang telah punah maupun yang sampai sekarang masih hidup di kawasan tropis benua Asia dan Afrika; dan dalam infrasuku Homonoid termasuk swemua jenis kera besar dan manusia. Infrasuku Homonoid kemudian secara lebih khusus dibagi lagi ke dalam dua keluarga, yaitu Pongidae dan Hominidae. Keluarga Pongidae adalah beberapa jenis kera besar yang hidupnya terutama di daerah Asia dan Afrika (misalnya kera gibbon, orang utan, simpanse, gorila dan Homo Neadertal, serta manusia yang ada sekarang, yang juga disebut Homo Sapiens. Secara lebih khusus Homo Sapiens terbagi ke dalam empat ras yang berbeda-beda. Dalam Bagan kita dapat melihat kedudukan makhluk manusia di antara sesama makhluk Primat.2. EVOLUSI CIRI-CIRI BIOLOGI

Sumber ciri-ciri Organisme Fisik. Dalam proses evolusi, terjadilah percabangan pada bentuk-bentuk makhluk yang tua, sehingga terjadi bentuk-bentuk makhluk yang baru. Pada proses tersebut ciri-ciri biologi yang baru berwujud pada organisme dari suatu makhluk, sehingga terjadi bentuk yang agak berbeda dari yang ada semula. Bentuk yang baru itu terus berubah, sehingga setelah suatu jangka waktu yang cukup lama perbedaan bentuk itu menjadi makin besar. Maka timbullah pertanyaan-pertanyaan : Apakah yang mengakibatkan ciri-ciri biologi itu dapat berubah? Para ahli biologi menjelaskan bahwa ciri-ciri biologi itu berada di dalamgen dan setiap makhluk kera atau manusia terdiri dari beberapa triliun sel. Pada makhluk yang organsismenya kompleks (misalnya kera dan manusia), sel-sel yang membentuk tubuhnya hampir berjumlah lebih dari 10 trilyun (10.000.000.000.000), yang masing-masing berbeda fungsi dan tugasnya dalam organisme. Walaupun demikian, tiap sel memiliki inti yang sama. Inti sel manusia, misalnya, terdiri dari 46 bagian yang mirip ulat-ulat kecil yang terdiri dari serat-serat berspiral yang disebut kromosom. Pada kromosom-kromosom inilah terletak beribu-ribu pusat kekuatan dengan berbagai macam struktur biokimia yang khas, yang menyebabkan suatu ciri yang khusus yang dimiliki organisme yang bersangkutan. Satu pusat kekuatan seperti itulah yang disebut gen. Satu gen, atau kombinasi dari beberapa gen, menjadi penyebab dari satu ciri lahir dari organisme, sedang gen lain menjadi penyebab dari beberapa ciri lahir. Dengan alat mikroskop khusus, yang dapat membesarkan hingga dua juta gen. Pengetahuan mengenai gen itu mula-mula diperoleh pada waktu para ahli mengadakan penelitian terhadap lalat Drosophilia melanogaster, yang mempunyai susunan inti selyang sangat sederhana, yaitu hanya delapan kromosom, dalam inti selnya. Pada waktu sel sperma berpadu dengan sel telur, maka terbentuk suatu sel buah, atau zygote. Melalui proses mitosis, dari zygote itu akan muncul seluruh tubuh organisme yang baru. Tiap kromosom membelah dirinya, sehingga menjadi dua buah sel baru, suatu proses yang selanjutnya akan terus berlangsung, sehingga jumlahnya cukup untuk membentuk suatu organisme yang lengkap.

.Suku Primat dan sub-sub golongannya

Suku

Subsuku

Infrasuku

Keluarga

Jenis

Ras

Australoid

Homo

Mongoloid

Sapiend

Causasoid

Negoroid

Homonidae

Neandertal

Hominoid

Ramapithecus

Pithecanthropus

Anthropoid

Cereopithecoid

Pongidae

Ceboid

Primat

Tarsiiformes

Lorisiformes

Prosimii

Daubentonioid

Taupaioid

Lemuroid

Proses mitosis bagi semua sel itu sama, kecuali pada sel-sl gamete, yaitu sel-sel sperma pada pria dan sel-sel telur pada wanita. Pembentukan sel-sel baru tidak terjadi melalui pembelahan kromosom, melainkan melalui pemisahan dari ke-46 kromosom mejadi dua golongan,yaitu A dan A1, yang masing-masing terdiri dari 23 kromosom, dan masuk ke dalam dua sel kelamin yang berbeda. Saat itu merupakan saat yang sangat penting, karena jumlah gen yang menentukan berbagai ciri organisme yang akan masuk ke dalam sel kelamin A dan A1, akan terjadi secara kebetulan belaka. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa hanya sebagian dari ciri-ciri ayah yang secara kebetulan terdapat dalam sperma yang membuahi sel telur ibu, dan hanya sebagian dari ciri-ciri ibu yang secar akebetulan berada dalam sel telur yang dibuahi, menjadi bahan bagi pembentukan organisme yang baru itu. Dan menjadi bahan bagi pembentukan organisme yang baru itu. Dari ciri-ciri ayah dan ibu yang kebetulan terdapat dalam sel-sel kelamin itu juga tidak semua akan tampak lahir dalam organisme yang baru, karena hanya ciri-ciri pada gen yang kuat (dominan) saja yang akan tampak, sedang ciri-ciri pada gen yang tidak kuat (resesif), tidak. Apabila misalnya, ayah mempunyai gen untuk rambut keritik yang dominan, tetapi ibu mempunyai gen rambut kejur yan resesif, maka anak akan mempunyai rambut keriting. Dengan demikian, anggapan populer yang mengira bahwa kalau rambut keritik dari ayah bercampur dengan rambut kejur dari ibu, maka akan mendapat rambut setengan keriting kejur, adalah anggapan yang keliru. Anggapan itu juga disebabkan karena umumnya biasanya mengira bahwa ciri-ciri yang berbeda yang dimiliki sepasang ayah-ibu, juga akan tercampur melalui darah. Pengetahuan bahwa ciri-ciri tubuh tidak diturunkan melalui darah, melainkan jalan lain itu sebenarnya telah diajukan oleh seorang pendeta bangsa Austria, Gregor Mendel, lebih dari seabad yang lalu.

ayah

ibu

anak

cucu

Ayah secara genotipe memiliki gen untuk rambut keriting, dan secara fenotipe memiliki rambut keriting pula. Ibu secar genotipe maupun fenotipe memiliki gen untuk rambut kejur. Anak mereka secar genotipe memilki tipe keriting dari ayah dan gen kejur dari ibu, tetapi karena gen buat rambut keriting itu dominan, maka si anak secara fenotip memiliki rambut keriting. Apabila ia kawin dengan orang yang memiliki ciri-ciri genotipe yang sama, maka setiap satu diantara empat orang anak yang lahir dari perkawinan itu secara genotipe mempunyai gen buat rambut keriting, dan secara fenotipe mempunyai rambut keriting. Setiap dua di antara keempat anak secara genotipe memiliki gen untuk rambut keriting dan gen untuk rambut kejur, dan baik secara genotipe maupun secara fenotipe mempunyai gen untuk rambut kejur.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

BANYUWANGI JAWA TIMURTAHUN 2007TUGAS PERORANGAN !

Mata Kuliah: ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI DASARKode Mata Kuliah: MKK 4.2.1

Beban Studi: 2 SKSNama Mahasiswa: ............................................

NIRM: ............................................1. Apa yang anda ketahui tentang sosial budaya di masyarakat ?

2. Jelaskan yang anda ketahui tentang hubungan antara sosial budaya dan biologi yang merupakan dasar dari perkembangan antro kesehatan !

3. Jelaskan pendapat anda tentang perkembangan antro kesehatan dari sisi biological pole !

4. Jelaskan pendapat anda tentang perkembangan antro kesehatan dari sisi sosio cultural pole !

5. Jelaskan perbedaan antara perkembangan : antro kesehatan, biological pole, dan sosio culture pole !6. Sebutkan apa saja yang anda ketahui tetang kegunaan antro kesehatan!Sistem Keyakinan

Umat

beragama

Emosi Keagamaan

Sistem Ritus dan Upacara

Peralatan Ritus dan Upacara