antara/saptono mi/yakub bupati limbah uh hati anian bojonegoro fileuntuk menyediakan air yang...

1
USANTARA 23 RABU, 9 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA o? Yang pasti, bukan pemerintah kabupaten, asyarakat Bojonegoro. D ERETAN pohon belimbing setinggi sekitar 2 meter berjajar rapi di lahan seluas 625 m2. Puluhan buah yang berwarna kuning dan besar tampak bergelantung di setiap pohon. Meski terbungkus plastik putih, belimbing itu tampak segar dan ranum hingga menggoda setiap warga yang datang untuk mencicipi. Di sudut kebun, tampak Sumijah, 50, dengan ramah melayani pembeli yang datang memborong belimbing hasil kebun. Di tengah kebun, sang suami, Karmani, tak kalah sibuknya mengambil buah yang ditunjuk pembeli lain. Setelah buah yang diinginkan terkumpul, dia membawa belimbing itu kepada istrinya agar plastik pembungkus buah dipisahkan untuk selanjutnya ditimbang. Menjelang siang, mereka bergantian pulang untuk sekadar istrahat. Seusai beduk, keduanya kembali beraktivitas di kebun itu, melayani pembeli. Begitulah keseharian sepasang suami istri warga Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, sejak 1989 menjalani rutinitas mereka. Dari hasil kebun itu mereka menggantungkan hidup. Terkadang, setengah hari mereka bisa membawa pulang uang sebesar Rp75 ribu. “Lumayan bisa buat belanja sehari-hari,” ungkap Sumijah, akhir pekan lalu. Kebanyakan petani di desa itu menggantungkan hidup pada hasil panen belimbing. Apalagi, belimbing itu bisa dipanen sewaktu-waktu. “Panennya tidak mengenal musim. Dalam setahun, bisa panen sampai empat kali dan masa panen bisa sampai tiga bulan,” tambah Karmani. Di lahannya yang hanya seluas 625 m2 itu ditanam sekitar 70 pohon. Bila dihitung-hitung, dalam sekali panen kebunnya bisa menghasilkan uang sebanyak Rp4 juta. Pemasaran buah juga tidak merisaukannya. Sejumlah warga sekitar sudah mengambilnya untuk dijual di pasar tradisional kabupaten setempat. Namun, bagi pedagang besar, pengirimannya bisa sampai kabupaten lain, di antaranya Tuban, Lamongan, Surabaya, Jatim, dan hingga Semarang, Jawa Tengah. Belimbing juga menjadi berkah bagi masyarakat Mojo. Dua desa berdekatan di Kecamatan Kalitidu itu sentra tanaman belimbing. Belimbing meningkatkan pendapatan petani yang berada di sepanjang bantaran Bengawan Solo. Lahan belimbing di Desa Ngringinrejo mencapai 16 ha dengan jumlah populasi belimbing mencapai 7.000 pohon. Di Desa Mojo luas lahan mencapai 8 ha dengan jumlah 4.000 pohon. Petani belimbing di Desa Ngringinrejo sebanyak 103 kepala keluarga. Mereka memiliki lahan belimbing sekitar 300 m2 hingga 1 ha. Adapun di Desa Mojo terdapat 35 petani belimbing. Petani belimbing lainnya, Heri Sulistiadi, 43, mengatakan belimbing kini menjadi komoditas andalan warga Desa Ngringinrejo dan Mojo. Pohon belimbing, kata dia, tahan banjir dari luapan Bengawan Solo. “Daerah pinggiran Bengawan Solo ini sering sekali dilanda banjir,” jelasnya. Tanaman belimbing, kata dia, sebetulnya baru ditanam warga sekitar 1989. Awalnya, beberapa warga Desa Ngringinrejo hanya menanam 400 pohon belimbing di kebun. Karena hasil panen lumayan, warga lainnya ikut menanam belimbing. Menurut Heri, belimbing bisa menghasilkan 20 ton per ha atau senilai Rp50 juta. “Penghasilan bersihnya sekitar Rp35 juta,” ujarnya. Harga belimbing segar berukuran besar berkisar Rp6.000-7.000 per kg. Ukuran yang lebih kecil sekitar Rp3.000-Rp4.000 per kg. Harga belimbing yang kaya vitamin C itu jauh lebih murah jika dibandingkan dengan harga buah impor yang kini banyak membanjiri pasar-pasar di Tanah Air. Belimbing olahan Heri yang juga Pengurus Badan Koordinasi Antardesa (BKAD) Kecamatan Kalitidu mengatakan sebagian petani sudah mengolah belimbing menjadi sirup, manisan, dodol, dan selai. “Kami terus mengembangkan aneka makanan dan minuman dari belimbing,” ujarnya. Bupati Bojonegoro Suyoto membawa tiga mahasiswa Massachusetts Institute of Technology Global Entrepreneurship Lab (MIT G-Lab) dan pakar ekonomi kerakyatan UI Edi Swasono Nitidiningrat mengunjungi kebun belimbing di Desa Ngringinrejo, dua pekan lalu. Bupati dan Dinas Pertanian, kata Edi, harus memberikan perhatian serius untuk mengembangkan pertanian, termasuk petani belimbing. (M Ahmad Yakub/N-4) uh Hati anian Bojonegoro Belimbing Manis Membawa Berkah yang berlokasi di Desa Padang, Kecamatan Trucuk, membutuhkan anggaran sebe- sar Rp500 miliar. Dana itu diperoleh dari sharing Pemkab Bojonegoro, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim, dan pemerintah pusat. Kini pengerjaan proyek itu sudah mencapai 50% lebih. Bendung gerak diharapkan berfungsi mengendalikan banjir tahunan yang me- landa 15 kecamatan di Bojonegoro hingga hilir di Kabupaten Gresik. Terlebih jika Bengawan Solo pada status siaga merah atau siaga tiga, dengan keting- gian air permukaan di pos pantau Karang Nongko, Kecamatan Ngraho, mencapai 30,5 meter dari permukaan air laut (dpl). Ribuan rumah di 15 kecamatan terancam tergenang. Bendung gerak juga berfungsi untuk cadangan air bagi irigasi petani sepanjang bantaran Bengawan Solo di Bojonegoro. Bendung gerak itu juga akan berfungsi untuk menyediakan air yang diperlukan industri di Bojonegoro. Selain bendung gerak, normalisasi Waduk Pacal juga dilakukan untuk men- dukung pengembangan pertanian. Waduk yang dibangun pada zaman Belanda (1933), itu pada awal Maret 2010 lalu meng- alami sumbatan lumpur yang diperkirakan setebal 20 meter pada tiga pintu saluran pembuangan. Pemkab Bojonegoro bekerja sama de- ngan tim gabungan dari Balai Besar Pe- ngelolaan Sumber Daya Air (BBPSDA) Bengawan Solo mengangkat lumpur dari dasar waduk itu. Awal September 2010, pemkab juga akan membangun dua embung (waduk kecil) swakelola di beberapa wilayah se- nilai Rp5,3 miliar. Embung nantinya untuk memenuhi kebutuhan dan ketersediaan air di musim kemarau khususnya untuk keperluan pertanian. Adapun lokasi pembangunannya berada di Kecamatan Sugihwaras dan Kedunga- dem. Dua embung itu nantinya memiliki kapasitas 20 ribu meter kubik masing- masing. Pembangunan dua embung itu akan menambah jumlah waduk kecil, di wilayah tersebut yang telah mencapai 68 buah dan tersebar di 27 kecamatan. Membangun irigasi Upaya lainnya untuk meningkatkan produksi pertanian dan perkebunan yaitu membangun irigasi di 23 kecama- tan dengan alokasi dana sebesar Rp4,5 miliar. Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Subekti mengatakan proyek pembangunan irigasi itu berasal dari dana alokasi khusus (DAK) 2010. Tahun sebelumnya, juga su- dah ada proyek pembangunan irigasi, tapi dananya hanya Rp3,4 miliar. “Sekarang lebih banyak lagi, yakni di 23 kecamatan,” katanya. Proyek pembangunan irigasi itu, kata dia, terbagi menjadi dua yakni jaringan irigasi tingkat usaha tani (JITUT) yang berada di 17 kecamatan. Jaringan itu men- dapat sumber air langsung dari Bengawan Solo. Adapun proyek lain adalah jaringan iri- gasi perdesaan (jides) di enam kecamatan. “Proyek ini sebagian hanya memperbaiki irigasi yang sudah ada, tapi kondisinya rusak,” ujarnya. Produksi padi, menurut dia, akan ber- tambah jika proyek itu sudah rampung. “Jika biasanya produksi padi sebesar 6,3 ton per ha, dengan irigasi bisa naik menjadi 6,5 ton ha,” katanya. Pada 2010 Bojonegoro memproduksi gabah kering panen (GKP) sebanyak 1 juta ton dengan area tanam seluas 150 ribu-170 ribu ha yang tersebar di 27 kecamatan. Jumlah itu mengalami peningkatan seba- nyak 150 ribu ton dari tahun sebelumnya. “Tahun 2010 kami mampu memproduksi gabah sebanyak 1 juta ton,” kata Subekti. Pada 2011, kata Subekti, pihaknya me- nargetkan produksi padi sekitar 1,5 juta ton atau sekitar 6,8 ton GKP per ha. Target itu, ujar dia, sangat mungkin dicapai karena musim hujan sangat mendukung untuk pengairan sawah. Area sawah tadah hujan yang bisa di- tanami pada musim hujan akan bertambah sekitar 15.500 ha. (N-4) [email protected] BUPATI Bojonegoro Suyoto (kanan) bersama Menhut Zulkifli Hasan memegang bibit pohon jati putih di Desa Trembes, Bojonegoro, Jatim, Rabu (5/1). LIMBAH akar jati dijadikan karya seni bernilai tinggi sehingga banyak dipesan pasar luar negeri. Kerajinan itu terpusat di Meduri, Margomulyo, Bojonegoro, Jumat (5/11/2010). BELIMBING merupakan salah satu produk pertanian unggulan di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, kemarin. ANTARA/SAPTONO MI/YAKUB ANTARA/AGUK SUDARMOJO MI/YAKUB

Upload: buiminh

Post on 09-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANTARA/SAPTONO MI/YAKUB BUPATI LIMBAH uh Hati anian Bojonegoro fileuntuk menyediakan air yang diperlukan industri di Bojonegoro. Selain bendung gerak, normalisasi Waduk Pacal juga

USANTARA 23RABU, 9 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA

o? Yang pasti, bukan pemerintah kabupaten, asyarakat Bojonegoro.

DERETAN pohon belimbing setinggi sekitar 2 meter berjajar

rapi di lahan seluas 625 m2. Puluhan buah yang berwarna kuning dan besar tampak bergelantung di setiap pohon. Meski terbungkus plastik putih, belimbing itu tampak segar dan ranum hingga menggoda setiap warga yang datang untuk mencicipi.

Di sudut kebun, tampak Sumijah, 50, dengan ramah melayani pembeli yang datang memborong belimbing hasil kebun. Di tengah kebun, sang suami, Karmani, tak kalah sibuknya mengambil buah yang ditunjuk pembeli lain. Setelah buah yang diinginkan terkumpul, dia membawa belimbing itu kepada istrinya agar plastik pembungkus buah dipisahkan untuk selanjutnya ditimbang.

Menjelang siang, mereka bergantian pulang untuk sekadar istrahat. Seusai beduk, keduanya kembali beraktivitas di kebun itu, melayani pembeli. Begitulah keseharian sepasang suami istri warga Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro,

Jawa Timur, sejak 1989 menjalani rutinitas mereka. Dari hasil kebun itu mereka menggantungkan hidup. Terkadang, setengah hari mereka bisa membawa pulang uang sebesar Rp75 ribu. “Lumayan bisa buat belanja sehari-hari,” ungkap Sumijah, akhir pekan lalu.

Kebanyakan petani di desa itu menggantungkan hidup pada hasil panen belimbing. Apalagi, belimbing itu bisa dipanen sewaktu-waktu. “Panennya tidak mengenal musim. Dalam setahun, bisa panen sampai empat kali dan masa panen bisa sampai tiga bulan,” tambah Karmani.

Di lahannya yang hanya seluas 625 m2 itu ditanam sekitar 70 pohon. Bila dihitung-hitung, dalam sekali panen kebunnya bisa menghasilkan uang sebanyak Rp4 juta. Pemasaran buah juga tidak merisaukannya. Sejumlah warga sekitar sudah mengambilnya untuk dijual di pasar tradisional kabupaten setempat. Namun, bagi pedagang besar, pengirimannya bisa sampai kabupaten lain, di antaranya Tuban, Lamongan, Surabaya, Jatim, dan hingga Semarang, Jawa Tengah.

Belimbing juga menjadi berkah bagi masyarakat Mojo. Dua desa berdekatan di Kecamatan Kalitidu itu sentra tanaman belimbing.

Belimbing meningkatkan

pendapatan petani yang berada di sepanjang bantaran Bengawan Solo. Lahan belimbing di Desa Ngringinrejo mencapai 16 ha dengan jumlah populasi belimbing mencapai 7.000 pohon. Di Desa Mojo luas lahan mencapai 8 ha dengan jumlah 4.000 pohon.

Petani belimbing di Desa Ngringinrejo sebanyak 103 kepala keluarga. Mereka memiliki lahan belimbing sekitar 300 m2 hingga 1 ha. Adapun di Desa Mojo terdapat 35 petani belimbing.

Petani belimbing lainnya, Heri Sulistiadi, 43, mengatakan belimbing kini menjadi komoditas andalan warga Desa Ngringinrejo dan Mojo. Pohon belimbing, kata dia, tahan banjir dari luapan Bengawan Solo. “Daerah pinggiran Bengawan Solo ini sering sekali dilanda banjir,” jelasnya.

Tanaman belimbing, kata dia, sebetulnya baru ditanam warga sekitar 1989. Awalnya, beberapa warga Desa Ngringinrejo hanya menanam 400 pohon belimbing di kebun. Karena hasil panen lumayan, warga lainnya ikut menanam belimbing.

Menurut Heri, belimbing bisa menghasilkan 20 ton per ha atau senilai Rp50 juta. “Penghasilan bersihnya sekitar Rp35 juta,” ujarnya.

Harga belimbing segar berukuran besar berkisar Rp6.000-7.000 per kg. Ukuran yang lebih kecil sekitar Rp3.000-Rp4.000 per kg. Harga belimbing yang kaya vitamin C itu jauh lebih murah jika dibandingkan dengan harga buah impor yang kini banyak membanjiri pasar-pasar di Tanah Air.

Belimbing olahanHeri yang juga Pengurus

Badan Koordinasi Antardesa (BKAD) Kecamatan Kalitidu mengatakan sebagian petani sudah mengolah belimbing menjadi sirup, manisan, dodol, dan selai. “Kami terus mengembangkan aneka makanan dan minuman dari belimbing,” ujarnya.

Bupati Bojonegoro Suyoto membawa tiga mahasiswa Massachusetts Institute of Technology Global Entrepreneurship Lab (MIT G-Lab) dan pakar ekonomi kerakyatan UI Edi Swasono Nitidiningrat mengunjungi kebun belimbing di Desa Ngringinrejo, dua pekan lalu.

Bupati dan Dinas Pertanian, kata Edi, harus memberikan perhatian serius untuk mengembangkan pertanian, termasuk petani belimbing. (M Ahmad Yakub/N-4)

uh Hati anian Bojonegoro

Belimbing ManisMembawa Berkah

yang berlokasi di Desa Padang, Kecamatan Trucuk, membutuhkan anggaran sebe-sar Rp500 miliar. Dana itu diperoleh dari sharing Pemkab Bojonegoro, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim, dan pemerintah pusat. Kini pengerjaan proyek itu sudah mencapai 50% lebih.

Bendung gerak diharapkan berfungsi mengendalikan banjir tahunan yang me-landa 15 kecamatan di Bojonegoro hingga hilir di Kabupaten Gresik.

Terlebih jika Bengawan Solo pada status siaga merah atau siaga tiga, dengan keting-gian air permukaan di pos pantau Karang Nongko, Kecamatan Ngraho, mencapai 30,5 meter dari permukaan air laut (dpl). Ribuan rumah di 15 kecamatan terancam tergenang.

Bendung gerak juga berfungsi untuk cadangan air bagi irigasi petani sepanjang bantaran Bengawan Solo di Bojonegoro. Bendung gerak itu juga akan berfungsi untuk menyediakan air yang diperlukan industri di Bojonegoro.

Selain bendung gerak, normalisasi Waduk Pacal juga dilakukan untuk men-dukung pengembangan pertanian. Waduk yang dibangun pada zaman Belanda (1933), itu pada awal Maret 2010 lalu meng-alami sumbatan lumpur yang diperkirakan setebal 20 meter pada tiga pintu saluran pembuangan.

Pemkab Bojonegoro bekerja sama de-ngan tim gabungan dari Balai Besar Pe-

ngelolaan Sumber Daya Air (BBPSDA) Bengawan Solo mengangkat lumpur dari dasar waduk itu.

Awal September 2010, pemkab juga akan membangun dua embung (waduk kecil) swakelola di beberapa wilayah se-nilai Rp5,3 miliar. Embung nantinya untuk memenuhi kebutuhan dan ketersediaan air di musim kemarau khususnya untuk keperluan pertanian.

Adapun lokasi pembangunannya berada di Kecamatan Sugihwaras dan Kedunga-dem. Dua embung itu nantinya memiliki kapasitas 20 ribu meter kubik masing-masing. Pembangunan dua embung itu akan menambah jumlah waduk kecil, di wilayah tersebut yang telah mencapai 68 buah dan tersebar di 27 kecamatan.

Membangun irigasiUpaya lainnya untuk meningkatkan

produksi pertanian dan perkebunan yaitu membangun irigasi di 23 kecama-tan dengan alokasi dana sebesar Rp4,5 miliar.

Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Subekti mengatakan proyek pembangunan irigasi itu berasal dari dana alokasi khusus (DAK) 2010. Tahun sebelumnya, juga su-dah ada proyek pembangunan irigasi, tapi dananya hanya Rp3,4 miliar. “Sekarang lebih banyak lagi, yakni di 23 kecamatan,” katanya.

Proyek pembangunan irigasi itu, kata

dia, terbagi menjadi dua yakni jaringan irigasi tingkat usaha tani (JITUT) yang berada di 17 kecamatan. Jaringan itu men-dapat sumber air langsung dari Bengawan Solo.

Adapun proyek lain adalah jaringan iri-gasi perdesaan (jides) di enam kecamatan. “Proyek ini sebagian hanya memperbaiki irigasi yang sudah ada, tapi kondisinya rusak,” ujarnya.

Produksi padi, menurut dia, akan ber-tambah jika proyek itu sudah rampung. “Jika biasanya produksi padi sebesar 6,3 ton per ha, dengan irigasi bisa naik menjadi 6,5 ton ha,” katanya.

Pada 2010 Bojonegoro memproduksi gabah kering panen (GKP) sebanyak 1 juta ton dengan area tanam seluas 150 ribu-170 ribu ha yang tersebar di 27 kecamatan. Jumlah itu mengalami peningkatan seba-nyak 150 ribu ton dari tahun sebelumnya. “Tahun 2010 kami mampu memproduksi gabah sebanyak 1 juta ton,” kata Subekti.

Pada 2011, kata Subekti, pihaknya me-nargetkan produksi padi sekitar 1,5 juta ton atau sekitar 6,8 ton GKP per ha. Target itu, ujar dia, sangat mungkin dicapai karena musim hujan sangat mendukung untuk pengairan sawah.

Area sawah tadah hujan yang bisa di-tanami pada musim hujan akan bertambah sekitar 15.500 ha. (N-4)

[email protected]

BUPATI Bojonegoro Suyoto (kanan) bersama Menhut Zulkifli Hasan memegang bibit pohon jati putih di Desa Trembes, Bojonegoro, Jatim, Rabu (5/1).

LIMBAH akar jati dijadikan karya seni bernilai tinggi sehingga banyak dipesan pasar luar negeri. Kerajinan itu terpusat di Meduri, Margomulyo, Bojonegoro, Jumat (5/11/2010).

BELIMBING merupakan salah satu produk pertanian unggulan di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, kemarin.

ANTARA/SAPTONO MI/YAKUB

ANTARA/AGUK SUDARMOJO

MI/YAKUB