analisis teknik penyutradaraan monolog “sebelum sarapan” karya eugene o’neil terjemahan wiwit...

21

Click here to load reader

Upload: alim-sumarno

Post on 12-Jan-2016

144 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : ILHAM HABIBULLAH

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS TEKNIK PENYUTRADARAAN MONOLOG “SEBELUM SARAPAN” KARYA EUGENE O’NEIL TERJEMAHAN WIWIT ANGGRAINI

ANALISIS TEKNIK PENYUTRADARAAN MONOLOG “SEBELUM SARAPAN” KARYA EUGENE O’NEIL TERJEMAHAN WIWIT ANGGRAINI

OlehIlham Habibullah (1120134047)

Pembimbing Autar Abdillah S.Sn, M.Si

ABSTRAKPenyutradaran monolog dengan seorang aktor lebih menitik beratkan pada kualitas

aktor. Aktor yang dipilih harus cerdas dikarenakan satu aktor yang nantinya terlihat berhasil

atau tidak menyampaikan konsep sutradara agar nampak menarik, memiliki isi, dan tidak

menjenuhkan. Konsep sutradara hanya sebagai acuan, untuk pengembangan aktor yang

berperan penting di atas panggung.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah

Bagaimana Bagaimana Menyutradarai Lakon “Sebelum Sarapan” Karya Eugene O’Neill

diterjemahkan Wiwit Anggraini di sutradarai Ilham Habibullah dengan aktor Endah W? .

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan

data yaitu studi kepustakaan, wawancara, dan catatan lapangan.

Monolog “Sebelum Sarapan” merupakan naskah monolog karya Eugene O’Neil yang

diterjemahkan Wiwit Anggraini di sutradarai Ilham Habibullah dengan aktor Endah W

munggunakan konsepsi aliran realis. Menceritakan ungkapan hati seorang istri yang selama

ini dirasakan atas ketidak bahagiaan yang didapatkan, ketidak harmonisan sebuah keluarga.

Sutradara menggunakan teknik penyutradaraan monolog yang mengacu pada teknik

penyutradaraan dan pola pelatihan Suyatna Anirun dikarenakan lebih terperinci dari sistem

produksi hingga sistem pelatihan aktornya. Bentuk pertunjukan realis sangat menarik untuk

diterapkan pada naskah monolog ini karena penggambaran suasana, tempat dan waktupun

pada naskah akan tampak jelas sesuai realita.

Kata kunci : Penyutradaraan monolog, Realis dan Eugene O’Neill.

Page 2: ANALISIS TEKNIK PENYUTRADARAAN MONOLOG “SEBELUM SARAPAN” KARYA EUGENE O’NEIL TERJEMAHAN WIWIT ANGGRAINI

PENYUTRADARAAN MONOLOG “SEBELUM SARAPAN” KARYA EUGENE O’NEIL

TERJEMAHAN WIWIT ANGGRAINI

PENDAHULUAN

Monolog merupakan salah satu cabang seni teater yang keberadaannya terus

mengalami perkembangan baik dari bentuk naskah atau penyajiannya, istilah monolog secara

umum diartikan sebagai pertunjukan teater yang dimainkan oleh seorang pelaku. Pengertian

kata monolog juga diinterpretasikan banyak makna sehingga masyarakat dan pelaku teater

khususnya bebas menyajikan dalam bentuk pertunjukan. Masyarakat membenarkan asumsi

dan sudut pandangnya sendiri terhadap keberadaan pementasan monolog dengan dasar

pemikiran hanya ada satu orang di atas pentas meskipun bentuk dan konsep berbeda. Oleh

sebab itu, perlu adanya persamaan makna terhadap istilah monolog itu sendiri.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan istilah monolog sebagai sebuah

percakapan yang dilakukan oleh seorang pelaku atau seorang diri. Jika dilihat dari sudut

pandang seni pertunjukan atau seni teater, monolog dapat dipahami sebagai adegan dalam

sebuah sandiwara dengan pelaku tunggal yang membawakan percakapan seorang diri.

Monolog dalam pengertian awal berarti berbicara sendiri, lawan adalah dialog dua orang

tokoh atau lebih saling berbicara (Abdullah dalam Dewojati, 2012: 187). Lebih lanjut Gray

menambahkan bahwa puisi lirik, atau berdoa kepada Tuhan dipandang sebagai variasi

monolog (Gray dalam Dewojati, 2012: 187).

Menurut Autar Abdillah (pengamat pada pesta monolog 2005 di Teater kecil Taman

Ismail Marzuki Jakarta) dalam artikelnya “Teater Monolog Indonesia, dan Monolog para

Aktor”, menyebutkan:

Monolog dalam khazanah teater di Indonesia, dibahasakan melalui pemahaman teater modern. Monolog sebagai percakapan seorang diri (seseorang) yang disampaikan kepada pihak lain, sesungguhnya sudah dimiliki Indonesia sejak awal keberadaan teater di Indonesia. Di Sumatera Barat kita mengenal Bakaba dimana seorang pencerita menggunakan media saluang sebagai pengiring, menyampaikan cerita yang disaksikan penonton sambil mengitarinya. Di Surabaya terdapat tokoh paling populer bernama Markeso yang bercerita sendiri dalam bentuk yang disebut dengan Ludruk Garingan. Di Banten kita mengenal Wayang Garingan. Di Bali kita mengenal pula Pacegan. Di Aceh terdapat Kekeberen (dalam komunitas budaya Gayo), Adnan PMTOH, dan Bercerita Tunggal. Sedangkan di Makassar terdapat Kondobulong, Sindrilli yang diiringi instrumen keso-keso atau rebab, dan Massure (Bugis).

Page 3: ANALISIS TEKNIK PENYUTRADARAAN MONOLOG “SEBELUM SARAPAN” KARYA EUGENE O’NEIL TERJEMAHAN WIWIT ANGGRAINI

Perkembangan monolog era 90-an hingga saat ini menjadi trend di panggung

kesenian Indonesia, bukti telah banyak dijumpai pertunjukan monolog yang sangat menarik,

diantaranya sajian monolog tanpa dialog (teater tubuh), sajian monolog dengan teknologi,

sajian monolog dengan artistik yang kreatif dan inovatif. Proses kreatif dalam monolog

biasanya dianggap mudah karena hanya memainkan satu pemain/pelaku di atas panggung.

Salah satu contoh yang terjadi dalam proses kreatif ini adalah seorang sutradara merangkap

menjadi pelaku/pemain monolog. Hal ini berdampak buruk pada proses latihan, manajemen,

hingga proses evaluasi. Proses kreatif dalam monolog harus melaui proses panjang dan harus

dikordinasi oleh seorang sutradara agar berjalan secara struktural baik manajemen produksi

maupun kekaryaan, sebab sutradara sudah memiliki teknik dan cara sendiri untuk mencapai

tujuan yang diharapkan.

LANDASAN TEORI

1. Pengertian Teater

Teater berasal dari kata theatron yang berarti tempat penonton, seeing place (dalam

bahasa Yunani). Secara etimologis (asal kata) teater adalah gedung pertunjukan. Pengertian

teater secara terperinci dibagi menjadi 6 wilayah pengertian didalamnya yaitu teater adalah

kerja, wadah aktor menghidupkan tokoh, teater adalah pertunjukan, teater adalah pertunjukan

langsung, dan teater adalah naskah tertulis (Yudiaryani, 2002: 2).

Dalam arti luas teater adalah segala tontonan yang dipertunjukan di depan orang

banyak. Misalanya ketoprak, wayang orang, ludrug, sandur, dan sebagainya (Harymawan,

2001: 2). Jadi teater merupakan salah satu genere dalam kesenian yang memiliki unsur seni

kompleks dan dipentaskan/dipertunjukkan. Seni sastra (naskah), seni suara (vokal), seni

gerak, dan seni rupa (artistik) yang ada didalamnya.

2. Pengertian Drama

Drama berasal dari bahasa Yunani yaitu kata draomai yang berarti bertingkah laku, to

act to do. Di Yunani istilah “drama” muncul dari upacara agama, yakni pemujaan terhadap

para dewa. Pada zaman Aeschylus (525-456 S.M) makna kata “drama” telah terkandung

pengertian kejadian, risalah,ataupun karangan (Oemarjati,1971: 14).

Drama sebagai karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan

mengemukakan tikaian dari emosi lewat tingkah laku dan dialog, dan drama lazimnya

dipentaskan (Sudjiman,1983: 20). Jadi drama merupakan sebuah naskah.

Page 4: ANALISIS TEKNIK PENYUTRADARAAN MONOLOG “SEBELUM SARAPAN” KARYA EUGENE O’NEIL TERJEMAHAN WIWIT ANGGRAINI

3 Sutradara

Sutradara adalah seseorang yang mengkoordinasi segala unsur teater dengan

paham,kecakapan, serta daya khayal yang inteligen sehingga mencapai suatu pertunjukan

yang berhasil (Harymawan, 1993:63). Kedudukan atau posisi sutradara berdiri ditengah

bertindak sebagai pusat kesatuan kekuatan, juga sebagai koordinator bagi prestasi kreatif

aktor dan para teknisi. Jadi sutradra merupakan seorang pemimpin dalam pertunjukan teater

ataupun film yang berfungsi mengonsep dan merangkai sebuah pertunjukan yang baik.

3.1 Sejarah Sutradara

1. Pada saat Saxe Meiningen mendirikan suatu rombongan teater pada tahun 1874-

1890 dan mereka mementaskan 2.591 drama di Berlin dan seluruh Jerman.

2. Selanjutnya Moscow Art yang dipimpin oleh Constantin Stanislavsky (1.863-

1.938). Dasar metode Stanislavsky yaitu menggunakan kehidupan wajar sebagai

contoh seni pentas.

4. Monolog

Monolog mula-mula adalah jenis teks yang ditulis sebagai latihan perwatakan.

Namun dilihat dari perkembangannya, monolog adalah kata hati yang diformulasikan dalam

bentuk cakapan (Dewojati, 2012: 188). Monolog diartikan secara umum sebagai sebuah

percakapan yang dilakukan oleh seorang pelaku atau seorang diri dan jika dilihat dari sudut

pandang seni pertunjukan seni teater monolog dapat kita pahami sebagai adegan dalam

sebuah sandiwara dengan pelaku tunggal yang membawakan percakapan seorang diri (KBBI,

2005: 754).

Monolog diartikan percakapan yang dilakukan oleh seorang pelaku (Suparyanta,

2007: 17). Dalam drama, cakapan yang terjadi antara dua tokoh atau lebih disebut dialog.

Sedangkan jika seorang diri disebut monolog. Monolog ada tiga macam (Satoto, 2012: 60) :

1. Berbicara seorang diri dan membicarakan hal yang lampau disebut monolog

2. Berbicara seorang diri tetapi ditujukan kepada penonton disebut sampingan

(aside).

3. Berbicara sendiri dan membicarakan hal yang akan datang disebut solilokui.

Jadi simpulan dari beberapa tokoh tentang pengertian monolog yaitu cakapan

pertunjukan dilakukan oleh satu pelaku tunggal, dialog yang diucapkan atau diungkapkan

Page 5: ANALISIS TEKNIK PENYUTRADARAAN MONOLOG “SEBELUM SARAPAN” KARYA EUGENE O’NEIL TERJEMAHAN WIWIT ANGGRAINI

harus dibedakan dengan jelas kepada siapa dialog itu ditujukan. Untuk dirinya sendiri, lawan

imjinasi, atau dialog yang ditujukan kepada penonton.

5. Biografi Eugene O’Neill

Eugene O’Neill memiliki nama lengkap Eugene Glad Stone O’Neill lahir 16 Oktober

1888 dan meninggal pada 27 November 1953. Terlahir dari orang tua bernama James O’Neill

seorang aktor Irlandia dan ibunya bernama Mary Ellen Quinla. Menikah dengan 3 orang

wanita.Istri pertama bernama Kathleen Jenkins, Agnes Boultondan yang terakhir Carlotta

Monterey. Ketiga istrinya O’Neill dikaruniai 3 orang anak yang bernama Eugene O’Neil Jr,

Shane O’Neill, Oona O’Neill.

O’Neill adalah seorang penulis dan aktor Amerika. Karya-karyanya selalu

menyangkut tentang orang pinggiran, tentang mempertahankan harapan dan aspirasi namun

berakhir dengan kekecewaan dan keputusasaan. O’Neill karya-karyanya bergenre tragedi

yang menekankan emosional pesimis dan psikis. Penghargaan yang pernah ia dapatkan

diantaranya Nobel Prize in Literature 1936 dan Pulitzer Prize for Drama pada tahun 1920,

1922, 1928, dan 1957.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Teknik Penyutradaraan Naskah monolog ”Sebelum Sarapan” karya Eugene

O’Neill terjemahan Wiwit Anggraini sutradara Ilham Habibullah, sebagai berikut

1. Teknik penyutradaraan Suyatna Anirun

Proses pelatihan aktor pada monolog “Sebelum Sarapan” karya Eugene O’Neill

terjemahan Wiwit Anggraini sutradara Ilham Habibullah menggunkan teknik penyutradaraan

Suyatna Anirun, berikut penjelasannya.

a) Tahapan mencari-cari

Merupakan tahapan sutradara bereksplorasi dengan timnya, bertujuan mengetahui

kemampuan aktor yang nantinya akan disesuaikan dengan kebutuhan naskah.

Tahapan mencari-cari pada proses Monolog "Sebelum Sarapan" karya Eugene

O’Neill terjemahan Wiwit Anggraini sutradara Ilham Habibullah yang mengacu pada

teknik penyutradaraan Suyatna Anirun.

Page 6: ANALISIS TEKNIK PENYUTRADARAAN MONOLOG “SEBELUM SARAPAN” KARYA EUGENE O’NEIL TERJEMAHAN WIWIT ANGGRAINI

Latihan Fisik

Latihan fisik pada proses monolog dengan takaran lebih berat sangat

dibutuhkan aktor. Karena dalam hal ini aktor harus memiliki ketahanan fisik,lentur,

daya konsentrasi dan kepekaan yang kuat untuk mempertahankan pola permainannya

sendiri dalam waktu yang tidak singkat. Namun sutradara harus mengetahui kapasitas

tubuh aktor agar tidak terjadi kemungkinan buruk, misalkan cidera pada aktor. Maka

dalam proses latihan fisik pada aktor, sutradara memiliki 5 pola pelatihan :

Pemanasan tubuh, kelenturan tubuh, ketahanan fisik, konsentrasi, kepekaan, dan

reading.

b) Memberi Isi

Tahapan memberi isi pada proses monolog “Sebelum Sarapan”, sutradara

menekankan pada :

i. penampilan fisik aktor

Penampilan fisik aktor yang dimaksud yaitu pada karakter fisik tokoh. Tokoh

Ibu Kipti yang sudah dijelaskan diatas harus bisa diperankan oleh aktor.pola-pola

latihan yang diterapkan contohnya dengan cara berdiam diri berapa menit, berjalan

mengikuti garis dan masih banyak strategi yang dilakukan sutradara sesuai dengan

kebutuhan.

ii. Emosi

Penerapan memberi isi pada emosi aktor yang dilakukan sutradara diantaranya

berdialog diiringi musik atau mendengarkan lagu yang sesuai dengan emosi untuk

memancing aktor, setelah itu tanpa menggunakan musik. Strategi seperti di atas yang

dilakukan berulang oleil akan berpengaruh pada pemberian isi dialog.h sutradara

untuk mencapai hasil yang maksimal dalm memberi isi pada emosi aktor.

iii. Dialog

Teknik pelatihan yang dilakukan sutradara dalam memberiisi pada dialog yang

pertama adalah aktor diwajibkan membaca berulang kali naskah untuk memahami

makna dialog, sehingga aktor bisa meninterpretasikan dialog pada saat mengucapkan.

Kemudian sutradara menerapkan membaca secara dipenggal. Pemenggalan dialog

secara benar berpengaruh pada pemberian isi. Selain itu pula aktor harus bisa

membedakan dialog untuk dirinya sendiri, lawan imajinasi naskah dan dialog yang

ditujukan pada penonton.

Page 7: ANALISIS TEKNIK PENYUTRADARAAN MONOLOG “SEBELUM SARAPAN” KARYA EUGENE O’NEIL TERJEMAHAN WIWIT ANGGRAINI

Contoh: Aku lelah mas

Akulelah mas

Aku lelahmas

Aku lelah mas

Aku lelah mas

Selanjutnya, diperlukan suatu bisnis akting pada pertunjukan teater yang merupakan

gerakan tubuh yaing atang diisyaratkan oleh naskah, oleh sutradara ataupun ditemukan oleh

pemeran sendiri. Pelatihan yang diterapkan sutradara contohnya pada adegan awal Nyonya

Rowland atau Ibu Kipti mencuci piring dengan marah dikarenakan memanggil Alfred

ataupun suaminya tidak ada respon. Bisninis akting yang ditreatmenkan oleh sutradara yaitu

mencuci dan mengalap piring dengan tempo semakin cepat dan tekanan pada saat mencuci

piring juga ditambah untuk menghasilkan musikalitas suara piring yang menggambarkan

emosi kemarahan.

iv. Ruang permainan aktor.

Ruang permainan aktor yang dimaksud adalah setting yang telah dihadirkan

untuk permainan aktor ataupun batas panggung yang menjadi area permainan aktor.

Teknik pemberian isi yang diterapkan sutradara yaitu pada pencarian blocking dan

moving. Pemberian isi pada ruang permainan aktor muncul dengan adanya

motivasi.Motivasi yang dimaksud adalah alasan aktor itu melakukan perpindahan

pada blocking. Contoh latihan sutradara dalam memberi isi ruang permainan aktor

dengan memberikan treatmen pada aktor ataupun sutradara mengikuti prolog asli pada

naskah. Blocking, moving, dan grouping terlampir.

c) Tahap Pengembangan

Proses pengembangan latihan yang diterapkan sutradara yaitu dengan

pemberian acuan dari naskah ataupun keinginan konsep dari sutradara sendiri. Namun

selanjutnya aktor yang akan mengembangkan. Contoh pelatihan dalam tahapan

pengembangan dengan cara permainan saat latihan. Sutradaramengumpulkan aktor

dan pemusik. Kemudian sutradara memberikan intruksi dengan memakai objek benda

kecil, misal sandal. Sandal tersebut harus dijadikan benda yang memiliki fungsi

berbeda. Sutradara membeikan waktu 3 hitungan pada aktor dan pemusik untuk

berfikir dan akan dipilih acak. Latihan ini berfungsi juga pada latihan

improfisasipermainan aktor.

d) Tahap Pemantapan

Page 8: ANALISIS TEKNIK PENYUTRADARAAN MONOLOG “SEBELUM SARAPAN” KARYA EUGENE O’NEIL TERJEMAHAN WIWIT ANGGRAINI

Tahapan pemantapan pada proses latihan monolog “ Sebelum Sarapan” ini

dilakukan sutradara dengan menerapkan latihan peradegan ataupun cut to cut.

Kemudian dilanjutkan running atau full pertunjukan.Sutradara harus mengunci

permainan aktor agar tidak berkembang lebih dari acuan sutradara.

e) Latihan umum

Latihan umum pada proses monolog “Sebelum Sarapan” ini dilakukan sutradara

setelah permainan aktor,musik dan artistik telah selesai semua. Sutradara

menyebutnya gladi bersih ataupun gladi kotor. Proses latihan umum dilakukan

sutradara minimal 2 kali pertemuan latihan.

2. Penciptaan Artisik

i. Setting property

Setting pada monolog “Sebelum Sarapan” karya Eugene O’Neill terjemahan

Wiwit Angraini sutradara Ilham Habibullah adalah interior dapur pada masyarakat

menengah ke bawah dengan bentuk potret. Penghadiran 2 dinding dan 2 dinding

lainnya adalah imajiner. Dinding dapur dihadirkan dengan bentuk tembok bermotif

keramik pada 2/3 bagian bawah dan atas berbentuk tembok biasa. Bahan yang

digunakan untuk dinding bawah yaitu perlak bermotih keramik dan bagian atas adalah

kain mori yang dicat agar menghasilkan tekstur tembok. Pengahdiran lantai ruangan

juga menggunkan perlak bermotih keramik.

Penghadiran pintu dan jendela menggunakan kayu reng dan motifnya

menggunakan kayu profile. Untuk kaca menggunakan mika. Tempat pencuci piring

didesain menggunakan kayu yang dibentuk kerangka balok yang sisinya

menggunakan triplek kemudian dilapisi perlak bermotif keramik menyesuaikan motif

tembok 2/3 bagian bawah. Untuk washtufel menggunakan aslinya yang terbuat dari

seng aluminium.

Sutradara juga mengadirkan lemari piring, rak bumbu, dan meja makan

dengan 3 buah kursi. Properti yang dihadirkan ada kompor gas dan perlengkapan

dapur lainnya. Seperti piring, mangkok, sendok, garpu, panci, toples bumbu, sapu,

serok, dan gantungan baju. Berikut dokumentasi setting panggung monolog “

Sebelum Sarapan “ karya Eugene O’Neill terjemahan Wiwit Anggraini sutradara

Ilham Habibullah :

Page 9: ANALISIS TEKNIK PENYUTRADARAAN MONOLOG “SEBELUM SARAPAN” KARYA EUGENE O’NEIL TERJEMAHAN WIWIT ANGGRAINI

ii. Make-up dan kostum

Makeup yang dihadirkan sutradara yaitu makeup karakter. Bahan yang

digunakan foundation, bedak padat, blushon cokelat, eye shadow, pensil alis cokelat,

hitam, dan hair spray. Kostum yang dihadirkan sutradara yaitu longdress yang biasa

dipakai ibu rumah tangga sehari-hari. Konsep makeup dan kostum monolog “Sebelum

Sarapan” karya Eugene O’Neill, terjemahan Wiwit Anggraini sutradara Ilham

Habibullah:

Page 10: ANALISIS TEKNIK PENYUTRADARAAN MONOLOG “SEBELUM SARAPAN” KARYA EUGENE O’NEIL TERJEMAHAN WIWIT ANGGRAINI

iii. Musik

Monolog ‘Sebelum Sarapan” karya Eugene O’Neill terjemahan Wiwit

Anggraini sutradara Ilham habibullah menggunakan alat musik akustik, yaitu gitar,

biola, floot, jimbe, tomflor dan menggunakan satu vokal perempuan.

iv. Lighting

Konsep lighting pada proses monolog ”Sebelum Sarapan”karya Eugene

O’Neill terjemahan Wiwit Anggraini sutradara Ilham habibullah mengacu pada

penghadiran suasana pagi hari. Desain dan jatuhnya cahaya lighting monolog

“Sebelum Sarapan” karya Eugene O’neil terjemahan Wiwit Anggraini sutradara

Ilham Habibullah :

Page 11: ANALISIS TEKNIK PENYUTRADARAAN MONOLOG “SEBELUM SARAPAN” KARYA EUGENE O’NEIL TERJEMAHAN WIWIT ANGGRAINI

Keterengan : Untuk jenis lampu yang digunakan par 38 dan halogen 500w

: Spesial untuk pencahayaan sinar matahari di jendela

: Spesial untuk siluet pada adegan dalam kamar

Untuk lampu yang lain berfunsi sebagai pencahayaan

dan suasana yang menggambarkan pagi hari.

: Lampu warna biru untuk memberikan nuansa pagi

bening/ subuh

: Memberi nuansa cahaya matahari

: Memberi nuansa pemanis pagi hari kolabarasi dengan

lampu warna biru, suasana mencekam

: Sebagai penguat suasana pagi

: Halogen general penerangan

Page 12: ANALISIS TEKNIK PENYUTRADARAAN MONOLOG “SEBELUM SARAPAN” KARYA EUGENE O’NEIL TERJEMAHAN WIWIT ANGGRAINI

KESIMPULAN DAN SARAN

Teater merupakan kerja komunal, untuk menghasilkan pertunjukan berkualitas

membutuhkan kerja sama dan waktu yang cukup panjang. Pada proses monolog “Sebelum

Sarapan” karya Eugene O’Neill, terjemahan Wiwit Anggraini sutradara Ilham Habibullah

merupakan proses teater yang cukup panjang. Sutradara menggunakan satu acuan teknik

penyutradaraan Suyatna Anirun dikarenakan teknik penyutradraan ini menurut sutradara

cocok untuk bentuk pertunjukan teater konvensional. Untuk pengembangannya dilakukan

sutradra sendiri sesuai kondisi di lapangan. Pada prosesnya sutradara dibantu beberapa orang

yang masuk dalam timnya, mulai dari tim kekaryaan dan tim produksinya.

Sutradara dalam proses bersama tim mengalami banyak suka dan duka, namun

disinilah tantangan sebagai seorang sutradara diuji kesabaran bersama timnya. Salah satu

kesulitan dalam penggarapan karya ini dan menjadi tantangan berat adalah penyutradaraan

monolog yang menyutradarai satu orang aktor. Sutradara harus peka dalam memilih aktor

monolog yang memiliki kriteria aktor cerdas. Karena jika tidak maka dalam proses

penggarapan sangat sulit. Menyutradarai satu aktor berbeda dengan banyak aktor. Sutradara

harus memiliki strategi agar pada saat latihan aktor tidak merasa jenuh. Selain itu sutradara

juga harus memikirkan bagaimana aktor bisa mempertahankan alur dramatiknya yang hanya

bermain seorang diri. Aktor pada proses monolog “Sebelum Sarapan” karya Eugene O’Neill

sutradara Ilham Habibullah adalah seorang Ibu rumah tangga yang sudah memiliki suami dan

seorang anak. Sutradara harus bisa mengerti psikis dari aktor yang juga harus membagi

pikiran dengan keluarga.

Page 13: ANALISIS TEKNIK PENYUTRADARAAN MONOLOG “SEBELUM SARAPAN” KARYA EUGENE O’NEIL TERJEMAHAN WIWIT ANGGRAINI

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah., Autar, 2005, “Teater Monolog Indonesia, dan Monolog para Aktor”, Makalah

Monolog Para Aktor, Dewan Kesenian Jakarta 2005 (tidak diterbitkan)

Anirun, Suyatna. 1998. Menjadi Aktor. Bandung: STSI Bandung dan PT Rekamedia Multi

Prakarsa.

____________, 2002. MenjadiSutradara. Bandung: STSI PRESS

Dewojati, Cahyaningrum. 2012. Drama: Sejarah, Teori, dan Penerapannya. Yogyakarta:

Javakarsa Media.

Harymawan.1993. Dramaturgi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mitter, Shomit. 2002.SistemPelatihanLakon. Yogyakarta: MSPI dan ARTI.

Poerwadarminta, WJS. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat

Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka.

Prasmadji .1984. TeknikPenyutradaraan Drama Konvensional.Jakarta: BalaiPustaka.

Sahid, Nur. 2004. SemiotikaTeater. Yogyakarta: LembagaPenelitian ISI Yogyakarta.

Saptaria, El, Rikrik .2006. Akting Hand Book. Bandung: RekayasaSains.

Satoto, Soediro. 2012. Analisis Drama danTeater. Yogyakarta: PenerbitOmbak

Sitorus, D Eka.2003. The Art of Acting.Jakarta :GramediaPustaka.

Suparyanta, Anton. 2007. Berteater. Klaten: PT. Macana Jaya Cemerlang.

Yudiaryani.2002. PanggungTeaterDunia. Yogyakarta: PustakaGondhoSuli.