analisis skalogram marshal

Upload: christopher-patel

Post on 13-Oct-2015

708 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSetiap wilayah memiliki berbagai upaya perencanaan terhadap wilayah tersebut dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Contohnya seperti wilayah tersebut memberikan pelayanan kepada masyarakatnya dengan menyediakan berbagai fasilitas sebagai penunjang dari kegiatan yang dilakukan oleh masyarakatnya. Sarana adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya (UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Pemukiman).Sarana dalam suatu wilayah dapat meliputi sarana pendidikan, sarana peribadatan, sarana kesehatan, dan lain sebagainya yang memiliki fungsi-fungsi tertentu dalam memfasilitasi berbagai kegiatan yang dilakukan oleh masyrakat. Fungsi dari masing-masing sarana atau fasilitas tersebut tentunya memiliki hierarki atau orde atau tingkatan dalam suatu wilayah. Penentuan hierarki dari suatu pelayanan dalam wilayah dapat ditentukan dengan berbagai metode yakni seperti skalogram Guttman dan analisis sentralitas Marshall.Dengan mengetahui hierarki atau orde dari suatu pelayanan, selanjutnya akan lebih mudah dalam pendistribusian dari tiap-tiap sarana tersebut di dalam suatu wilayah, tentu dengan persebaran yang merata.1.2 Tujuan dan Sasaran1.2.1 TujuanTujuan dalam pembuatan laporan ini adalah untuk mengetahui orde kota berdasarkan hierarki atau tingkatan suatu kota serta pendistribusian atau penyebaran dari pelayanan dan fasilitas dalam wilayah tersebut dengan memahami kondisi eksisting Kabupaten Banyumas.1.2.2 Sasaran Teridentifikasinya orde kota berdasarkan hierarki kota. Teridentifikasinya persebaran dan jumlah fasilitas Kabupaten Banyumas. Teranalisisnya persebaran dan jumlah fasilitas Kabupaten Banyumas. Teranalisisnya hubungan antarab keterkaitan ekonomi dan interaksi spasialnya. Teranalisisnya aksesibilitas antar pusat dengan daerah lain.1.3 Ruang LingkupDalam laporan ini, terdapat dua ruang lingkup yakni ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah.1.3.1 Ruang Lingkup WilayahWilayah yang akan dibahas dalam laporan ini adalah Kabupaten Banyumas. Wilayah Kabupaten Banyumas seluas 132.759 Ha yaitu sekitar 4,08% dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Banyumas terdiri dari 27 Kecamatan yang memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut :Utara: Kabupaten Tegal dan Kabupaten PemalangSelatan: Kabupaten CilacapBarat: Kabupaten Cilacap dan Kabupaten BrebesTimur: Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, dan KabupatenKebumen.1.3.2 Ruang Lingkup MateriRuang lingkup materi dalam laporan ini meliputi : Analisis Skalogram Guttman Analisis Indeks Sentralitas Marshall Penentuan Orde Kota1.4 Sistematika PenulisanLaporan ini terdiri dari lima bab yaitu Pendahuluan, Kajian Teori, Gambaran Umum Kabupaten Banyumas, Analisis dan Hasil, Kesimpulan.BAB I PENDAHULUANPada bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup dan sistematika penulisan laporan.BAB II KAJIAN TEORIPada bab ini menjelaskan tentang pengertian orde kota, analisis skalogram Guttman, dan analisis sentralitas Marshall.BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUMASPada bab ini berisi tentang gambaran umum dari Kabupaten Banyumas yang meliputi aspek fisik seperti kondisi geografi, topografi, dan lain-lain serta aspek non fisik seperti pemerintahan, kependudukan, perekonomian, kesehatan, pendidikan dan lain-lain.BAB IV ANALISIS DAN HASILPada bab ini berisi tentang analisis dan hasil skalogram Guttman dan indeks sentralitas MarshallBAB V KESIMPULANPada bab ini berisi tentang kesimpulan dari penentuan hierarki/orde kota.

BAB IIKAJIAN TEORI

2.1Central Places Theory (Teori Tempat Pusat)Kodrat manusia sebagia makhluk sosial dimana manusia tidak dapat hidup sendiri, sehingga membutuhkan orang lain juga berlaku bagi suatu daerah/ kawasan/ wilayah/ kota. Suatu kota tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Namun suatu kota selalu berusaha untuk menjadi pusat penyuplai kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Suatu kota selalu berusaha menjadi pusat dimana tersedia kebutuhan barang dan jasa. Meskipun pada kenyataanya tidak ada kota yang bisa sempurna dalam memenuhi semua kebutuhannya pasti harus terkait dengan daerah lainnya. Dalam faktanya, terdapat keterkaitan fungsional antara satu pusat dengan wilayah sekelilingnya. Keterkaitan tersebut berupa fenomena global cities dan keterkaitan desa-kota. Keterkaitan ini lumrah terjadi, karena tidak semua wilayah mampu memproduksi semua kebutuhannya senidiri, sehingga harus menggantungkan salah satunya kepada tempat lain. Selain keterkaitan fungsional, dalam pembentukan tempat pusat juga didukung oleh adanya dukungan penduduk untuk keberadaan suatu fungsi tertentu. Dalam suatu wilayah terdapat sebuah tempat dengan kompleksitas kegiatan yang lengkap. Kegiatan yang berlangsung biasanya berupa perdaganganyang dinamakan sebagai tempat pusat, dimana tersedia barang dan jasa yang dibutuhkan bagi penduduk tempat tersebut dan daerah di sekitarnya. Dengan adanya tempat pusat tersebut, maka terbentuklah hierarki keruangan wilayah sehingga suatu kawasan memiliki hubungan dengan kawasan lain, terutama dalam pemenuhan kebutuhan. Berkurangnya penduduk, dapat berakibat pada kemunduran atau berkurangnya fungsi kota. Perubahan dalam pendapatan karena perubahan harga dan penawaran barang-barang pusat juga dapat mempengaruhi pertumbuhan pusat-pusat sentral. Selain itu, alat transportasi juga memberi kedudukan yang menguntungkan pada tempat-tempat sentral karena dapat mendistribusi kan barang ke luar dari tempat sentral. Asas pengangkutan akan berpengaruh apabila jumlah permintaan terhadap barang sentral jumlahnya banyak dan prasarana transportasi (jalan) besar. Artinya, lingkungan alam memegang peranan akan pembentukan jaringan hubungan lalu lintas. Asas pemerintahan akan berpengaruh jika aspek-aspek non-ekonomi lebih kuat dibandingkan dengan aspek yang lainnya. Jaringan setiap kota sedang dibentuk dengan dukungan alam yang menguntungkan.Dari fenomena inilah muncul teori pusat atau Central Place Theory yang untuk pertama kali dikemukakan oleh Walter Christaller pada tahun 1933 dalam bukunya yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris berjudul Central Places In Southern Germany (diterjemahkan oleh C.W. Baski pada tahun 1966). Elemen dalam teori tempat pusat:Terdapat suatu tempat pusat yang dibentuk oleh fungsi yang besifat memusat (central function/profession), fungsi (barang/jasa) yang ada beberapa titik tertentu saja.Adanya jumlah penduduk tertentu yang mendukung keberadaan fungsi tertentu tersebut batas ambang (threshold) Frekuensi penggunaan jasa sangat berpengaruh terhadap penduduk ambang.Jarak di mana penduduk masih mau untuk melakukan perjalanan untuk mendapatkan pelayanan atau fungsi tertentu (range of goods).2.1.1Teori ChristallerWalter Christaller pada tahun 1933 dalam bukunya yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris berjudul Central Places In Southern Germany (diterjemahkan oleh C.W. Baski pada tahun 1966) mengemukakan tentang teori tempat pusat. Adapun bunyi teori Christaller yaitu Jika persebaran penduduk dan daya belinya sama baiknya dengan bentang alam, sumber dayanya, dan fasilitas tranportasinya, semuanya sama/seragam, lalu pusat-pusat pemukiman mennyediakan layanan yang sama, menunjukkan fungsi yang serupa, dan melayani area yang sama besar, maka hal tersebut akan membentuk kesamaan jarak antara satu pusat pemukiman dengan pusat pemukiman lainnyaBeberapa asumsi yang mendasari teori Christaller antar lain:a. Suatu wilayah merupakan dataran yang rata, mempunyai karakteristik ekonomis dan karakteristik penduduk yang sama serta penduduknya tersebar secara merata.b. Dalam suatu kegiatan ekonomi, konsumen menanggung biaya transportasi.Jangkauan (range) suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan dalam biaya dan waktu.c. Konsumen memilih tempat pusat yang paling dekat untuk mendapatkan barang dan jasa.d. Kota-kota berfungsi sebagai tempat pusat bagi wilayah disekitarnya.Model Chistaller tentang terjadinya model area perdagangan heksagonal sebagai berikut:1. Mula-mula terbentuk areal perdagangan satu komoditas berupa lingkaran-lingkaran. 2. Setiap lingkaran memiliki pusat dan menggambarkan threshold dari komoditas tersebut.3. Kemudian digambarkan lingkaran-lingkaran berupa range dari komoditas tersebut yang lingkarannya boleh tumpang tindih.4. Range yang tumpang tindih dibagi antara kedua pusat yang berdekatan sehingga terbentuk areal yang heksagonal yang menutupi seluruh daratan yang tidak lagi tumpang tindih.5. Tiap barang berdasarkan tingkat ordenya memiliki heksagonal sendiri-sendiri. Pusat-pusat membentuk segitiga pelayanan yang jika digabungkan akan membentuk pola heksagonal yang merupakan wilayah pelayanan yang dianggap optimum. Terdapat beberapa prinsip mengenai pola heksagonal Christaller :1. Prinsip pasar (marketing principle) k=3 Memenuhi kebutuhan pelayanan seluas mungkin. Disebut juga sebagai prinsip k=3 (K3), karena suatu kegiatan di tempat pusat akan melayani 3 tempat pusat untuk fungsi di bawahnya, 1 tempat pusat sendiri di tambah 2 tempat pusat hierarki di bawahnya. Adapun rumus formulanya yaitu k = 1 + (0) + 1/3 (6) = 3 2. Prinsip lalu lintas (traffic principle) k=4 Prinsipnya adalah bagaimana meminumkan jarak penduduk untuk mendapatkan pelayanan fungsi di tempat pusat. Disebut sebagai k=4 karena 1 empat pusat melayani empat tempat pusat lain, yaitu 1 pada tempat pusatnya itu sendiri dan 3 dari tempat pusat lain. Bersifat linier, karena tempat pusat berada pada titik tengah dari setiap sisi heksagon. Adapun rumus formulanya yaitu k = 1 + (6) + 1/3 (0) = 43. Prinsip administrasi (administrative principle) k=7 Prinsip utamanya adanya kemudahan dalam rentang kendali pengawasan pemerintahan. Keenam pusat hierarki di bawahnya berada pada batas wilayah pelayanan hierarki di atasnya. 2.1.2Teori LoschMeskipun teori tempat pusat Losch's melihat lingkungan yang ideal untuk konsumen, baik dan ide-ide Christaller adalah penting untuk mempelajari lokasi ritel di daerah perkotaan. Seringkali, dusun kecil di daerah pedesaan melakukan tindakan sebagai tempat pusat pemukiman berbagai kecil karena mereka adalah di mana orang melakukan perjalanan untuk membeli barang-barang sehari-hari mereka. Namun, ketika mereka harus membeli barang-barang bernilai tinggi seperti mobil dan komputer, mereka harus melakukan perjalanan ke kota besar atau kota - yang berfungsi tidak hanya pemukiman kecil mereka tetapi orang di sekitar mereka juga.Losch berpendapat bahwa prinsip-prinsip hierarki Christaller hanyalah merupakan kasus khusus dari keseluruhan rangkaian sistem tempat pusat dan murni suatu penjelasan tentang unsur jasa dalam struktur ruang. Loschian economic landscape merupakan upaya membangunan general theory ekonomi ruang. Di dalamnya tidak terdapat hierarki dan luas wilayah pasar tergantung dari barang yang diproduksi. Pendekatan Losch dapat dikatakan adalah lebih merupakan penjelasan tentang distribusi spasial dari industri manufakturing yang berorientasi pasar.2.2Sistem Pusat PemukimanFaktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pemukiman adalah faktor fisik, sosial, budaya, ekonomi,politik dan lain sebagainya. Faktor fisik yang mempengaruhi pertumbuhan pemukiman adalahkeadaan tanah, hidrologi, iklim, morfologi dan sumber daya lain, faktor fisik mempengaruhi bentuk, kecepatan dan perluasan pemukiman. Faktor sosial adalah karakter demografinya, struktur dan organisasi sosial, dan relasi sosial di antara penduduk yang menghuni pemukimantersebut. Faktor budaya yang mempengaruhi adalah tradisi setempat, pengetahuan IPTEK. Faktor ekonomi adalah daya beli masyarakat, mata pencaharian, transportasi dan komunikasi. Faktor politik adalah pemerintah dan kebijakan setempat. Dasar teori dari sistem pusat pemukiman yaitu central place theory serta konsep dasar range of goods dan threshold (ambang penduduk).Analisis sistem pusat pemukiman pada dasarnya ada dua elemen, yaitu daerah perkotaan dan daerah pedesaan dimana keduanya mempunyai ciri atau karakteristik yang berbeda. Pada daerah pedesaan pola pemukimannya dipengaruhi oleh pertanian, pemukiman yang rapat cenderung berkembang di daerah yangmemiliki tanah subur. Sedangkan pada daerah perkotaan, persaingan dalam menggunakanruang lebih intensif dari pedesaan. Analisis yang digunakan dalam analisis sistem pusat pemukiman ada dua tipe, yaitu analisis sistem pemukiman (settlement system analysis), dan spatial linkages analysis.Penganalisisan dalam hal ini ada tiga jalan, yaitu dengan skalogram , analisis ambang batas/ threshold dan analisis indeks sentralitas Marshall. Ketiganya saling melengkapi dan digunakan untuk menentukan hierarki kota atau pusat dari sistem pusat pemukiman. 2.2.1 Analisis Skalogram GuttmanAnalisis skalogram merupakan salah satu alat untuk mengidentifikasi pusat pertumbuhan wilayah berdasarkan fasilitas yang dimilikinya, dengan demikian dapat ditentukan hierarki pusat-pusat pertumbuhan dan aktivitas pelayanan suatu wilayah. Wilayah dengan fasilitas yang lebih lengkap merupakan pusat pelayanan, sedangkan wilayah dengan fasilitas yang kurang akan menjadi daerah belakang (hinterland). Louis Guttman (1950) salah satu skala satu dimensi menggambarkan respon subyek terhadap obyek tertentu menurut tingkatan yang sempurna, orang yang mampu menjawab semua pertanyaan dengan baik akan lebih baik dibandingkan dengan yang mampu menjawab sebagian saja. Skalogram digunakan untuk menganalisis pusat-pusat pemukiman, khususnya hierarkiatau orde pusat-pusat pemukiman. Subjek dalam analisis ini merupakan pusat pemukiman (settlement), sedangkan obyek diganti dengan fungsi atau kegiatan. Dengan beberapa tambahan analisis, misalnya aturan Marshall, atau algoritma Reed-Muench, tabel skalogram menjadi indikasi awal analisis jangkauan pelayanan setiap fungsi dan pusat pemukiman yang dihasilkan. Teknik ini untuk memberikan gambaran adanya pengelompokkan pemukiman sebagai pusat pelayanan dengan mendasarkan pada kelengkapan fungsi pelayanannya. Ukuran fasilitas yang dinilai adalah jumlah dan kelengkapannya. Fasilitas yang digunakan pada penilaian ini adalah fasilitas yang mencirikan fungsi pelayanan sosial dan ekonomi. Skalogram diperoleh dengan cara membuat suatu tabel yang mengurutkan keberadaan fasilitas suatu wilayah yang diidentifikasi sebagai pusat pelayanan. Dengan beberapa tambahan analisis, misalnya aturan Marshall, atau algoritma Reed-Muench, tabel skalogram menjadi indikasi awal analisis jangkauan pelayanan setiap fungsi dan pusat pemukiman yang dihasilkan. Prosedur pengerjaan metode Skalogram Guttman adalah sebagai berikut:a. Identifikasi semua kawasan perkotaan yang ada.b. Membuat urutan pemukiman berdasarkan jumlah penduduk pada bagian sebelah kiri tabel kerja.c. Membuat urutan fasilitas yang ditemukan berdasarkan frekuensi yang ditemukan, pada bagian atas.d. Membuat garis baris dan kolom sehingga lembar kerja tersebut membentuk matriks yang menampilkan fasilitas yang ada pada masing-masing pusat pelayanan atau kota.e. Menggunakan tanda (1) pada sel yang menyatakan keberadaan suatu fasilitas, dan tanda (0) pada sel yang jmenyatakan ketiadaan suatu fasilitas.f. Menyusun ulang baris dan kolom berdasarkan frekuensi keberadaan fasilitas, semakin banyak fasilitas yang didapati pada suatu pemukiman maka pemukiman tersebut berada pada urutan atas.g. Mengidentifikasi peringkat atau hierarki pemukiman yang dapat diinterpretasikan berdasarkan prosentase keberadaan fasilitas pada suatu pemukiman. Semakin tinggi prosentasenya, maka hierarki pemukiman tersebut akan semakin tinggi.Nilai atau tingkat kelayakan nilai pada analisis ini yaitu 0,9 - 1. Hierarki Nilai COR yang ideal antara 0,9 1. Tingkat kesalahan ini dapat dihitung dengan rumus:

Dimana : COR: koefisien reliabilitas Total jenis fasilitas: jumlah seluruh fasilitas dalam tangga hierarki pusat pelayanan Jumlah kesalahan: penyimpangan jumlah luar atau dalam tangga

2.2.2 Analisis Ambang Batas/ ThresholdAmbang batas adalah bahwa ukuran pusat sedemikian rupa sehingga jumlah pusat kurang fungsi di atas divisi sama dengan jumlah pusat memiliki fungsi bawah divisi. Marshall menyarankan modifikasi pada aturan umum: sekali ambang telah ditentukan, fungsi yang berlaku, selanjutnya akan diabaikan kecuali setidaknya setengah dari semua pusat atas ukuran ambang batas memiliki fungsi yang bersangkutan.Metode lain yaitu metode Reed Muench melakukan pendekatan dengan tetap membandingkan kira kira fungsi dari setiap hierarki ambang batas. Proses ini mengkalkulasikan nilai tengah dari populasi dengan fungsi dari tempat pemukiman dengan rumus :

Th= 100 x Ps/ Ps x Ag

Dimana :Th: Analisis ThresholdPs: Jumlah pemukiman dengan mempertimbangkan fasilitas/layananAg: Jumlah pemukiman tanpa mempertimbangkan fasilitas/layanan2.2.3 Analisis Indeks Sentralitas MarshallIndeks Sentralitas digunakan untuk menilai jumlah unit setiap jenis fasilitas pada pemukiman dibandingkan dengan pemukiman yang lain. Indeks sentralitas dimaksudkan untuk mengetahui struktur/hierarki pusat-pusat pelayanan yang ada dalam suatu wilayah perencanaan pembangunan, seberapa banyak fungsi yang ada, berapa jenis fungsi dan berapa jumlah penduduk yang dilayani serta seberapa besar frekuensi keberadaan suatu fungsi dalam satu satuan wilayah pemukiman. Matriks indeks sentralitas merupakan bagian dari matriks fungsi wilayah atau yang sering disebut dengan analisis fungsi yang merupakan analisis terhadap fungsi-fungsi pelayanan yang tersebar di wilayah studi, dalam kaitannya dengan berbagai aktivitas penduduk/masyarakat, untuk memperoleh/memanfaatkan fasilitas-fasilitas tersebut.Frekuensi keberadaan fungsi menunjukkan jumlah fungsi sejenis yang ada dan tersebar di wilayah tertentu, sedangkan frekuensi kegiatan menunjukkan tingkat pelayanan yang mungkin dapat dilakukan oleh suatu fungsi tertentu di wilayah tertentu. Indeks sentralitas merupakan bagian dari matriks fungsi wilayah atau yang sering disebut dengan analisis fungsi yang merupakan analisis terhadap fungsi-fungsi pelayanan yang tersebar di wilayah studi, dalam kaitannya dengan berbagai aktivitas penduduk/masyarakat, untuk memperoleh/memanfaatkan fasilitas-fasilitas tersebut. Contoh penggunaan matriks indeks sentralitas dapat dilihat pada tabel berikut :Tabel II.1Matriks Fungsi WilayahDengan Indeks Sentralitas Kabupaten/Kota X Propinsi Y Tahun ZNo.KecamatanPopulasiJenis FungsiJmlIndeks Fungsi (F)

PendidikanKesehatanAdministrasi

SDSMPSLAPTRSPusKliKecDesaLMD

123456789101112131415

1A5000XyXYDst

2B3500XyXY

3C3000XyXY

4D2500XyXY

Total FungsiTotal Centrality(%)X1100X1100Dst.Dst.

Nilai BobotY1Y1Total (F)

Sumber: Perencanaan Pembangunan Daerah, Jakarta, 2003:1192.2.4Orde KotaTempat-tempat konsentrasi yang umumnya berupa daerah perkotaan tersebar di suatu wilayah/negara dengan penduduk (besarnya kota) yang tidak sama. Setiap kota memiliki daerah belakang atau wilayah pengaruhnya. Makin besar suatu kota makin beragam fasilitas yang disediakan sehingga makin luas wilayah pengaruhnya. Suatu kota yang besar selain memiliki daerah belakang berupa daerah pertanian juga memiliki beberapa kota kecil. Apabila kota kecil banyak tergantung dari kota besar maka kota kecil termasuk di dalam daerah pengaruh dari kota yang lebih besar. Misalnya kota kecil membeli berbagai keperluan dan menjual berbagai hasil produksinya ke kota besar. Demikian juga banyak penduduk dari kota kecil yang pergi bekerja, mencari tempat pendidikan, dan berbagai urusan lainya ke kota besar. Dengan demikian akan lebih mudah dibedakan kota mana yang lebih tergantung terhadap kota lainnya sehingga mudah menetapkan perbedaan rangkingnya. Biasanya kota yang paling besar wilayah pengaruhnya, diberikan rangking satu atau kota orde kesatu, yang lebih kecil berikutnya diberi rangking dua dan seterusnya Robinson Tarigan (2004). Rondinelli (1983 :120-170) mengungkapkan hierarki atau tingkatan kota akan mempengaruhi fungsi suatu kota.Kota-kota menengah dan kecil mempunyai fungsi yang dapat digolongkan ke dalam 8 bagian, yaitu : 1.Pusat pelayanan umum dan sosial2.Pusat komersial dan pelayanan jasa3.Pusat pemasaran dan perdagangan regional4.Pusat penyediaan dan pemprosesan produk-produk pertanian5.Pusat industri kecil6.Pusat transportasi dan komunikasi regional7.Pusat penarik migrasi dari perdesaan dan menjadi sumber pendapatan bagi daerah perdesaan8.Pusat transformasi sosial. 2.2.5Konsep Analisis Hierarki Proses (AHP)Menurut Thomas L. Saaty (1991), terdapat tiga prinsip dasar Analisis Hierarki Proses yaitu :a. Menggambarkan dan menguraikan secara hierarkis yang disebut menyusun secara hierarkis, yaitu ; memecah-mecah persoalan menjadi unsur-unsur yang terpisah-pisah.b. Pembedaan prioritas dan sintesis, yang disebut sebagai penetapan prioritas, yaitu ; menentukan peringkat elemen-elemen menurut relatif pentingnya.c. Konsistensi Logis, yaitu ; menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.d. Nilai rasio konsistensi harus 10 persen atau kurang dan jika lebih dari 10 persen maka pertimbangan itu harus di acak atau diperbaiki agar tingkat konsistensinya bagus.Dari prinsip dasar di atas bahwa Analisis Hierarki Proses adalah suatu model yang luwes yang memungkinkan kita mengambil keputusan dengan mengkombinasikan pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis. Selain itu dalam penggolongan hierarki terdapat dua macam hierarki yaitu : Hierarki Struktural, dimana pada hierarki ini sistem yang kompleks disusun ke dalam komponen-komponen pokoknya dalam urutan menurun menurut sifat struktural mereka; misalnya : ukuran, bangun warna atau umur. Hierarki Fungsional, yaitu suatu hierarki yang menguraikan sistem yang kompleks menjadi elemen-elemen pokoknya menurut hubungan esensial mereka ; misalnya : kelompok pihak berkepentingan yang utama, dan kelompok sasaran pihak yang berkepentingan.Adapun hierarki Perkotaan yaitu tingkatan yang menggambarkan jenjang fungsi perkotaan sebagai akibat perbedaan jumlah, jenis, kualitas dari fasilitas yang tersedia di kota tersebut:Kota dengan orde I: TK PTKota dengan orde II: TK SMA/DiplomaKota dengan orde III: TK SMPKota dengan orde IV: TK SD/SMPKota non orde: hanya ada SD

BAB IIIGAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUMAS

3.1Aspek FisikAspek fisik yang akan dibahas dalam laporan ini adalah kondisi geografis wilayah dan topografi wilayah.3.1.1Kondisi Geografis WilayahKabupaten Banyumas merupakan salah satu bagian wilayah Provinsi Jawa Tengah, dengan ibukota di Purwokerto. Kabupaten ini terletak diantara 108 39 17 - 109 27 15 Bujur Timur dan 7 15 05 - 7 37 10 Lintang Selatan. Kabupaten Banyumas terdiri dari 27 Kecamatan dan berbatasan dengan wilayah beberapa kabupaten, yaitu: Utara: Kabupaten Tegal dan Kabupaten PemalangSelatan: Kabupaten CilacapBarat: Kabupaten Cilacap dan Kabupaten BrebesTimur: Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, dan KabupatenKebumen.Kabupaten Banyumas memiliki luas wilayah 132.759 Ha, yaitu sekitar 4,08 % dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah (3.254 juta Ha). Luas wilayah Kabupaten Banyumas ini terdiri dari lahan sawah 32.219 Ha atau sekitar 24,27 % dari luas keseluruhan Kabupaten Banyumas, serta lahan terbangun dan pekarangan seluas 100.640 Ha atau sekitar 75,73 % dari luas wilayah Kabupaten Banyumas. Wilayah Kabupaten Banyumas lebih dari 45 % merupakan daerah dataran yang tersebar di bagian tengah dan selatan serta membujur dari barat ke timur.3.1.2KlimatologiKetinggian wilayah di Kabupaten Banyumas sebagian besar berada pada kisaran 25 100 M dpl yaitu seluas 40.385,3 Ha. Berdasarkan kemiringan wilayah, Kabupaten Banyumas mempunyai kemiringan yang terbagi dalam 4 (empat) kategori yaitu : Kemiringan 0 - 2 meliputi areal seluas 43.876,9 Ha atau 33,05 % yaitu wilayah bagian Tengah dan Selatan. Kemiringan 2 - 15 meliputi areal seluas 21.294,5 Ha atau 16,04 % yaitu sekitar Gunung Slamet. Kemiringan 15 - 40 meliputi areal seluas 35.141,3 Ha atau seluas 26,47 % yaitu daerah lereng Gunung Slamet. Kemiringan lebih dari 40 meliputi areal seluas 32.446,3 Ha atau seluas 32.446,3 Ha atau seluas 24,44 % yaitu daerah lereng Gunung Slamet. Dari kondisi kemiringan seperti diatas dapat diketahui bahwa wilayah Kabupaten Banyumas merupakan derah dengan kondisi fisik yang heterogen.

3.2Aspek Non FisikAspek non fisik yang akan dibahas dalam laporan ini adalah aspek pendidikan dan aspek kesehatan.3.2.1Aspek Pendidikan Fasilitas Pendidikan di wilayah Kabupaten Banyumas sebagian besar masih didominasi oleh fasilitas pendidikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dasar 9 tahun yaitu fasilitas SD dan SLTP yang merata di setiap wilayah Kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas, sedangkan fasilitas pendidikan untuk jenjeng yang lebih tinggi, seperti SLTA dan Perguruan Tinggi lebih terkonsentrasi di wilayah pusat Kabupaten khususnya untuk Perguruan Tinggi dan beberapa pusat Kecamatan dengan tingkat perkembangan yang lebih tinggi untuk fasilitas SLTA, Sarana dan prasarana pendidikan merupakan suatu hal sangat penting didalam meningkatkan mutu pendidikan. Untuk itu sarana dan prasarana pendidikan senantiasa menjadi perhatian agar mutu pendidikan di Indonesia meningkat. Untuk itu Kabupaten Banyumas setiap tahun mengalokasikan anggaran untuk perbaikan sarana dan prasarana pendidikan. Data jumlah sekolah di Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.Sedangkan jumlah perguruan tinggi yang ada di Kabupaten Banyumas berdasarkan laporan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas sampai dengan bulan Juni 2010 berjumlah 20 buah mulai tingkat diploma I, II, III dan IV sampai dengan S-1 dan S-2 baik negeri maupun swasta. Untuk Perguruan tinggi negeri sebanyak 3 buah yaitu UNSOED, STAIN, POLTEKES. Sedangkan perguruan tinggi swasta ada sebanyak 17 buah yaitu UMP, UNWIKU, AKPER YAPERMAS, AKBID YLPP, STIE Purwokerto, Akademi Pertanian HKTI.

Tabel III.1 Jumlah Fasilitas Pendidikan Kabupaten BanyumasNo.KecamatanJumlah SekolahJumlah SekolahJumlah Sekolah

SDMIJumlahSMPMTsJumlahSMASMKMAJumlah

1.Lumbir35136415----

2.Wangon4544962812-3

3.Jatilawang366425162215

4.Rawalo2410344371416

5.Kebasen 30737516-112

6.Kemranjen34185296152327

7.Sumpiuh3010405272518

8.Tambak28124064102--2

9.Somagede232254-4-1-1

10.Kalibagor23124516-2-2

11.Banyumas331345161416

12.Patikraja289374261--1

13.Purwojati20323415----

14.Ajibarang33114481923-5

15.Gumelar324365161--1

16.Pekuncen361248617-112

17.Cilongok441963628-112

18.Karanglewas2612385161--1

19.Sokaraja3033351651-6

20.Kembaran29635415-1-1

21.Sumbang38341628----

22.Baturaden281293141--1

23.Kedungbanteng3153662811-2

24.Purwokerto Selatan274319-9112-13

25.Purwokerto Barat24529325-2-2

26.Purwokerto Timur3623810212810321

27.Purwokerto Utara23-232131--1

TOTAL82617199714443187335713100

Sumber: BPS Kabupaten Banyumas, 2010.

3.2.2Aspek Kesehatan Sarana kesehatan merupakan kebutuhan yang sangat vital dalam membangun masyarakat Kabupaten Banyumas yang sehat. Untuk itu sarana kesehatan sebagai tempat pelayanan kepada masyarakat senantiasa menjadi perhatian pemerintah Kabupaten Banyumas. Jumlah sarana kesehatan yang ada saat ini dan terdata di Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas meliputi Rumah Sakit Umum Daerah sebanyak 4 buah dengan rincian Tipe B sebanyak 2 buah, Tipe C sebanyak 1 buah, Tipe D sebanyak 1 buah dan rumah sakit khusus sebanyak 10 buah, Sedangkan untuk Rumah Sakit Umum Swasta sebanyak 18 buah dengan rincian Tipe C sebanyak 10 buah Tipe D sebanyak 8 buah. Sedangkan untuk fasilitas kesehatan lainnya antara lain berupa Puskesmas yang ada dan tersebar di 27 kecamatan ada sebanyak 39 buah, Puskesmas pembantu 39 buah. Tabel III. Jumlah Fasilitas Kesehatan Tahun 2010 Kabupaten BanyumasNo.FasilitasJumlah

1.RSUD4

2.RSU Swasta18

3.Puskesmas39

4.Puskesmas Keliling39

5.Puskesmas Pembantu39

6.Rumah Sakit Khusus10

7.Klinik tempat praktek dokter530

8.Posyandu2.352

9.Polindes / PKD121

Sumber: BPS Kabupaten Banyumas, 2010.

BAB IVANALISIS DAN HASIL

4.1AnalisisBerdasarkan data fasilitas umum di Kabupaten Banyumas, data yang berisi fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan. selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan analisis skalogram Guttman dan analisis indeks sentralitas Marshall. Berikut data fasilitas umum di Kabupaten Banyumas.Tabel IV.1Data Fasilitas Umum di Kabupaten BanyumasNo.Kecamatan Luas Wilayah kmJumlah PendudukFasilitas Umum

TKSDSMPSMARumah Bersalin PoliklinikPuskesmas PembantuPuskesmasRumah Sakit

1Lumbir102664334416354002210

2Wangon60787301825456107221

3Jatilawang48165705430365211210

4Rawalo49644526234244122110

5Kebasen 53995571822295011110

6Kemranjen60716233531349102221

7Sumpiuh60014980826305203221

8Tambak52034192519286216120

9Somagede40113182516224001110

10Kalibagor35734595419235002110

11Banyumas38094557319345109213

12Patikraja43225033031284103211

13Purwojati37863078618204001210

14Ajibarang66538986138338227222

15Gumelar93954506623325101110

16Pekuncen92706441029366005210

17Cilongok1053410879752446013220

18Karanglewas32485719426265105110

19Kedungbanteng29925106424296102110

20Baturaden25924707415294104120

21Sumbang53427466027386001220

22Kembaran45537213634283025120

23Sokaraja60227686736325516222

24Purwokerto Selatan 137570459232791213112

25Purwokerto Barat7404904423244014112

26Purwokerto Timur842571602736109213124

27Purwokerto Utara90157178172321215023

TOTAL7008251453318124393922

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 10, 2012.

4.1.1 Analisis Skalogram GuttmanAnalisis Skalogram Guttman digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya layanan/fasilitas yang ada di suatu daerah. Selain itu juga untuk mengetahui kelengkapan fasilitas suatu wilayah, dalam hal ini yang akan dianalisis adalah fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan di Kabupaten Banyumas. Berikut adalah analisisnya :

Tabel IV.2Analisis Skalogram GuttmanNo.Kecamatan Luas Wilayah kmJumlah PendudukFasilitas UmumJumlah

TKSDSMPSMAPoliklinikPuskesmasPuskesmas PembantuRumah BersalinRumah Sakit

1Lumbir10266433441110111006

2Wangon6078730181111111018

3Jatilawang4816570541111111108

4Rawalo4964452621111111108

5Kebasen 5399557181110111107

6Kemranjen6071623351111111018

7Sumpiuh6001498081111111018

8Tambak5203419251111111108

9Somagede4011318251110111006

10Kalibagor3573459541110111006

11Banyumas3809455731111111018

12Patikraja4322503301111111018

13Purwojati3786307861110111006

14Ajibarang6653898611111111119

15Gumelar9395450661111111007

16Pekuncen9270644101110111006

17Cilongok105341087971110111107

18Karanglewas3248571941111111007

19Kedungbanteng2992510641111111007

20Baturaden2592470741111111007

21Sumbang5342746601110111006

22Kembaran4553721361110111107

23Sokaraja6022768671111111119

24Purwokerto Selatan 1375704591111111119

25Purwokerto Barat740490441110111118

26Purwokerto Timur842571601111111119

27Purwokerto Utara901571781111110118

TOTAL272727172727261211201

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 10, 2012.

Berdasarkan tabel data fasilitas umum Kabupaten Banyumas per kecamatan di atas dapat diinterpretasikan bahwa angka 1 menunjukkan di tiap kecamatan tersebut terdapat fasilitas/layanan yang berupa fasilitas kesehatan ataupun fasilitias pendidikan. Sedangkan angka 0 menunjukkan bahwa di tiap kecamatan tidak ada fasilitas/layanan yang berupa fasilitas kesehatan ataupun fasilitas pendidikan.

Tabel IV.3Analisis Skalogram GuttmanNo.Kecamatan Luas Wilayah kmJumlah PendudukFasilitas UmumJumlah Error%

TKSDSMPSMAPoliklinikPuskesmasPuskesmas PembantuRumah BersalinRumah Sakit

14Ajibarang665389861111111111904,47761194

23Sokaraja602276867111111111904,47761194

24Purwokerto Selatan 137570459111111111904,47761194

26Purwokerto Timur84257160111111111904,47761194

2Wangon607873018111111101823,9800995

3Jatilawang481657054111111110803,9800995

4Rawalo496445262111111110803,9800995

6Kemranjen607162335111111101823,9800995

7Sumpiuh600149808111111101823,9800995

8Tambak520341925111111110803,9800995

11Banyumas380945573111111101823,9800995

12Patikraja432250330111111101823,9800995

25Purwokerto Barat74049044111011111823,9800995

27Purwokerto Utara90157178111111011823,9800995

5Kebasen 539955718111011110723,48258706

15Gumelar939545066111111100703,48258706

17Cilongok10534108797111011110723,48258706

18Karanglewas324857194111111100703,48258706

19Kedungbanteng299251064111111100703,48258706

20Baturaden259247074111111100703,48258706

22Kembaran455372136111011110723,48258706

1Lumbir1026643344111011100602,98507463

9Somagede401131825111011100602,98507463

10Kalibagor357345954111011100602,98507463

13Purwojati378630786111011100602,98507463

16Pekuncen927064410111011100602,98507463

21Sumbang534274660111011100602,98507463

TOTAL27272717272726121120120100

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 10, 2012.Berdasarkan perhitungan skalogram yang telah dilakukan, jumlah error yang didapat dari 27 Kecamatan (N) dan 9 fasilitas (k) di Kabupaten Banyumas yaitu 20. Sedangkan untuk jumlah fasilitas tertinggi 9 ada di Kecamatan Ajibarang dan terkecil 6 ada di Kecamatan Sumbang.Perhitungan CORCOR= 1- (e)/NxkCOR= 1- 20/27x9 = 0,91769Berdasarkan ketentuan, nilai Coeffisien of Reproducibility (COR) yang layak untuk dianalisis adalah bernilai 0,9. Sehingga data tersebut dapat dilanjutkan untuk dianalisis.Perhitungan jumlah ordeJumlah Orde= 1+3,3 Log n= 1+3,3 Log 27= 5,724=6Berarti jumlah orde yang ada di Kabupaten Banyumas adalah 6 ordePerhitungan intervalRange= (Nilai Tertinggi-Nilai Terendah)/(Jumlah orde)= (9-6)/6= 0,5Maka pembagian orde berdasarkan jumlah fasilitas yang dimiliki sebagai berikut:Orde I> 8,6Orde II 8,1-8,5Orde III 7,6-8,0Orde IV 7,1 -7,5Orde V 6,6-7,0Orde VI< 6,5No.Kecamatan Luas Wilayah kmJumlah PendudukFasilitas UmumJumlah ORDE

TKSDSMPSMAPoliklinikPuskesmasPuskesmas PembantuRumah BersalinRumah Sakit

14Ajibarang6653898611111111119I

23Sokaraja6022768671111111119I

24Purwokerto Selatan 1375704591111111119I

26Purwokerto Timur842571601111111119I

2Wangon6078730181111111018III

3Jatilawang4816570541111111108III

4Rawalo4964452621111111108III

6Kemranjen6071623351111111018III

7Sumpiuh6001498081111111018III

8Tambak5203419251111111108III

11Banyumas3809455731111111018III

12Patikraja4322503301111111018III

25Purwokerto Barat740490441110111118III

27Purwokerto Utara901571781111110118III

5Kebasen 5399557181110111107V

15Gumelar9395450661111111007V

17Cilongok105341087971110111107V

18Karanglewas3248571941111111007V

19Kedungbanteng2992510641111111007V

20Baturaden2592470741111111007V

22Kembaran4553721361110111107V

1Lumbir10266433441110111006VI

9Somagede4011318251110111006VI

10Kalibagor3573459541110111006VI

13Purwojati3786307861110111006VI

16Pekuncen9270644101110111006VI

21Sumbang5342746601110111006VI

TOTAL272727172727261211201

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 10, 2012.

4.1.2Analisis Indeks Sentralitas MarshallAnalisis indeks Sentralitas Marshall ada perbedaan dengan analisis indeks Scalogram, dimana Analisis indeks Sentralitas Marshall menilai jumlah unit setiap jenis fasilitas pada pemukiman dibandingkan dengan pemukiman yang lain. Adapun hasil Analisis indeks Sentralitas Marshall yaitu:

Kecamatan dengan nilai indeks sentralitas Marshal terbanyak yaitu Kecamatan Purwokerto Timur sebesar 89,86 dan terkecil Kecamatan Somagede sebesar 13,65. Menggunakan orde yang sama dengan analisis skalogram (skala Guttman) yaitu 6 maka didapat interval orde:Perhitungan intervalRange= (Nilai Tertinggi-Nilai Terendah)/(jumlah orde)= (89,86-13,65)/6= 12,70225104= 13Maka pembagian orde berdasarkan bobot fasilitas yang dimiliki sebagai berikut:Orde I> 73Orde II 69-72Orde III 55-68Orde IV 41-54Orde V 27-40 Orde VI< 26

No.Kecamatan TKSDSMPSMA Rumah BersalinPoliklinikPuskesmas PembantuPuskesmasRumah SakitTOTALORDE

1Lumbir2,294,242,760,000,001,615,132,560,0018,59VI

2Wangon3,575,454,143,030,005,655,135,134,5536,64III

3Jatilawang4,294,363,456,065,560,815,132,560,0032,21III

4Rawalo4,862,912,763,0311,111,612,562,560,0031,41IV

5Kebasen 3,143,523,450,005,560,812,562,560,0021,60V

6Kemranjen4,434,126,213,030,001,615,135,134,5534,20III

7Sumpiuh3,713,643,456,060,002,425,135,134,5534,08III

8Tambak2,713,394,146,065,564,842,565,130,0034,39III

9Somagede2,292,672,760,000,000,812,562,560,0013,65VI

10Kalibagor2,712,793,450,000,001,612,562,560,0015,69VI

11Banyumas2,714,123,453,030,007,265,132,5613,6441,90II

12Patikraja4,433,392,763,030,002,425,132,564,5528,27IV

13Purwojati2,572,422,760,000,000,815,132,560,0016,25VI

14Ajibarang5,434,005,526,0611,115,655,135,139,0957,11I

15Gumelar3,293,883,453,030,000,812,562,560,0019,58V

16Pekuncen4,144,364,140,000,004,035,132,560,0024,37IV

17Cilongok7,435,334,140,005,562,425,135,130,0035,13III

18Karanglewas3,713,153,453,030,004,032,562,560,0022,50V

19Kedungbanteng3,433,524,143,030,001,612,562,560,0020,85V

20Baturaden2,143,522,763,030,003,232,565,130,0022,37V

21Sumbang3,864,614,140,000,000,815,135,130,0023,66V

22Kembaran4,863,392,070,0011,114,032,565,130,0033,16III

23Sokaraja5,143,883,4515,155,564,845,135,139,0957,36I

24Purwokerto Selatan 3,293,276,213,0311,1110,482,562,569,0951,61I

25Purwokerto Barat3,292,912,760,005,563,232,562,569,0931,95III

26Purwokerto Timur3,864,366,9027,2711,1110,482,565,1318,1889,86I

27Purwokerto Utara2,432,791,383,0311,1112,100,005,1313,6451,60I

89,86

13,65

25